• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBUTUHAN DAN POLA HUBUNGAN MANUSIA SEBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEBUTUHAN DAN POLA HUBUNGAN MANUSIA SEBA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KEBUTUHAN DAN POLA HUBUNGAN ANTAR

MANUSIA SEBAGAI INSAN PENDIDIKAN

(Homo Educandum)

M A K A L A H

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

" Filsafat Pendidikan "

Dosen Pengampu :

Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Oleh : KELOMPOK 1

1. SAMSURI NIM. 2013471955 2. MAKLUP KHOIRI NIM. 2013471892 3. NITA YUNIATI NIM. 2013471943

PAI A – SMT 4

PROGRAM S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

(STAI) MUHAMMADIYAH

TULUNGAGUNG

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.

Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap usaha kami, mengingat hal itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Nurul Amin, M.Ag sebagai Ketua STAI Muhammadiyah. 2. Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I sebagai dosen pembimbing. 3. Rekan – rakan mahasiswa STAI Muhammadiyah.

4. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan makalahnya.

Kami menyadari, bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini. Dan semoga apa yang kami usahakan ini dapat bermanfaat bagi semua, Amin

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……….…..… i Kata Pengantar………..…. ii Daftar Isi ………..…. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………... 1 B. Rumusan Masalah ………..

2 C. Tujuan Masalah ………

2

BAB II PEMBAHASAN

KEBUTUHAN DAN POLA HUBUNGAN ANTAR MANUSIA SEBAGAI INSAN PENDIDIKAN (HOMO EDUCANDUM)

A. Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial

…….. 3

B. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan

Sosial . 3

C. Hubungan Antar Manusia sebagai Insan

(4)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………12

DAFTAR PUSTAKA ……….13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia disebut juga insan. Dalam Bahasa arab, berasaldari kata nasiya yang berarti lupa dan jika di lihatdari kata dasardari al-uns yang berarti jinak. Kata insane dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jina kartinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru di sekitarnya. Hal yang paling membedakan manusia dengan

makhluklainnya adalah akal. Seperti yang kita ketahui bahwa kita sebagai manusia memiliki akal pikiran, sedangkan hewan dan tumbuhan tidak memiliki ak al. Siapapun dan apapun kedudukannya, manusia harus memahami hakekat diri dan kehidupannya. Keberadaan manusia pada hakekatnya terwujud sebagai makhluk alamiah dan makhluk social1.

Manusia adalah subyek pendidikan, yang sekaligus pula sebagai objek pendidikan. Salah satu peranannya sebagai subyek pendidikan manusia (khusus nyaman usia dewasa) bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pendidikan. Secara moral, manusia berkewajiban atas perkembangan pribadi

(5)

generasi penerusnya. Dalam sisi pendidikan, manusia dewasa berfungsi sebagai pendidik yang bertanggung jawab untuk melaksanankan misi pendidikansesuai de ngantujuan dan nilai – nilai yang dikehendaki manusia dimana pendidikan itu berlangsung. Selain itu sebagai objek pendidikan,manusia (khususnya anak) merupakan “sasaran”, pembinaan yang dilakukan untuk melaksanakan suatu proses pendidikan yang pada hakikatnya memiliki kepribadian yang sama seperti manusia dewasa. Namun hal yang membedakannya ialah karena kodratnya belum berkembang2.

Proses pendidikan merupakan suatu interakasi antara manusia dengan manusia, dengan lingkungan alamiahnya, dan sosialnya. Itu semua sangat ditentukan oleh aspek manusianya. Kedudukan manusia sebagai subjek pendidikan didalam masyarakat dan di alam semesta ini berperan bahwa manusia dapat disebut sebagai makhluk alamiah dan makhluk social yang memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengemban amanat untuk membina dan mengembangkan manusia sesamanya serta memelihara alam lingkungan hidupnya secara bersama – sama. Lebih jauh lagi, manusia bertanggung jawab atas martabat kemanusiaannya.

Pendidikan dalam arti luas dan mendasar adalah suatu usaha membantu manusia untuk mengembangkan dirinya dan memanusiakan manusia sesuaidengan filsafat yang ada pada dirinya. Pendidikan berusaha membantu manusia untuk menyingkapkan dan menemui rahasia yang ada di alam, mengembangkan fitrah manusia untuk mengembangkan potensinya, mengarahkan kecenderungan emosinya dan membimbing manusia demi kebaikan dirinya dan masyarakat.

Oleh karena itu, pembicaraan tentang manusia, siapa manusia, dari mana asal manusia, untuk apa manusia hidup dan bagaimana fungsi manusia dalam hidup ini, serta mau kemana manusia, merupakan suatu pembahasan yang sangat mendasar di dalam filsafat pendidikan.

B. Rumusan Masalah

(6)

1. Apa pengertian makhluk alamiah dan makhluk sosial ?

2. Bagaimana keberadaan dan hakekat manusia sebagai makhluk ala miah dan sosial?

3. Bagaimana hubungan antar manusia sebagai insane pendidikan?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian makhluk alamiah dan makhluk social.

2. Untuk mengetahui keberadaan dan hakekat manusia sebagai makhluk alamiah dan social.

3. Untuk menegtahui hubungan antar manusia sebagai insane pendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial.

Manusia diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu karena manusia tidak bisa lepas dari alam. Manusia membutuhkan alam untuk hidup. Sebagai contoh,kita memerlukan oksigen yang berasal dari alam untuk bernafas. Kita juga menggunakan ikan, sayur mayur, dan air yang berasal dari alam untuk melangsungkan kehidupan. Manusia memiliki insting untuk menentukan apa yang akan dia lakukan. Sebagai contoh jika manusia merasakan lapar, otomatismanusia itu akan mencari makanan untuk mengatasi rasa laparnya3.

Manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang lain. Dalam hidup bersama dengan sesamanya (bermasyarakat), setiap individu menempati kedudukan (status) tertentu, mempunyai dunia dan tujuan hidupnya masing – masing, namun demikian sekaligus ia pun mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup bersama dengan sesamanya. Melalui hidup dengan sesamanyalah manusia akan dapat mengukuhkan eksistensinya. Sehubungan dengan ini Aristoteles menyebut

(7)

manusia sebagai makhluk social atau makhluk bermasyarakat (Ernst Cassirer,1987)4.

B. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial.

Manusia sebagai makhluk alamiah yang mempunyai sifat dan ciri-ciri sebagaimana makhluk alamiah lainnya, yang terikat dengan hukum-hukum alamiah. Dalam diri manusia terdapat unsur-unsur alam, ada unsur benda mati, ada unsur-unsur tumbuh-tumbuhan (manusia mempunyai sifat tumbuh dan berkembang), ada unsur hewani, dengan kemampuan gerak, mempunyai nafsu, insting dan sebagainya. Tetapi manusia lebih daripada itu. Manusia secara fisik mempunyai bentuk lebih baik, lebih indah, lebih sempurna, jadi secara alamimanusia menjadi makhluk paling tinggi5.

Dengan kata lain pula, manusia juga tidak dapat lepas dari alam yang adadisekitarnya sebagai salah satu unsur biotik yang ada di dalam ruang lingkupalam sekitar. Manusia dan alam memiliki hubungan yang sangat berkaitan erat dalam proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai jaman dan pengaruh teknologi yang dimiliki manusia. Meskipun terkadang dalam proses pendidikanmanusia dan alam seringkali bertolak belakang dan saling merugikan satu samalainnya. Pendidikan yang didasari oleh tingkah laku manusia di alam juga tidak dapat lepas baik dari unsur maupun sifat alamiah manusia itu sendiri.

Manusia dan alam sangat terhubung erat, bagaimana tidak, tiap seper sekian detik kita membutuhkan alam secara tidak langsung. Manusia alamiah lebih cenderung memanfaatkan apa yang ada di alam sekitarnya. Karena merekalebih berpikiran bahwa apa yang dibutuhkannya sudah ada dan sudah disediakandi alam semesta ini. Hal tersebut mengakibatkan secara tidak langsung tanpa belajar dari siapapun manusia sudah dapat belajar dan mempelajari kehidupannya. Ini disebabkan karena manusia yang mempunyai sisi alamiah yang telah lahir dari akal dan pikirannya sendiri.

4Juraid Abdul latief, Manusia,Filsafat dan Sejarah (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2006), hal. 14

(8)

Pada hakekatnya sebagai makhluk alamiah yang berbeda Antara satudengan yang lainnya terkadang manusia memiliki banyak persamaan, namunsecara psikologi mereka menunjukan perbedaanya sendiri – sendiri. Kesadaranmanusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan dari sifat alamiah manusia.Kesadaran ini memberi bukti bahwa manusia sadar terhadap eksistensi dirinya.Eksistensi diri manusia mencakup pengertian yang luas termasuk kepercayaandirinya, harga dirinya, keegoisannya, martabat kepribadiannya, persamaan dan perbedaan yang mencirikan dengan pribadi lainnya, dan yang sangat mendasar adalah kesadaran akan potensi – potensi yang menjadi kemampuan dari dirinya sendiri6.

Manusia secara alamiah ingin memenuhi kebutuhan dan kehendaknya masing – masing, ingin mewujudkan perkembangan jamannya menurut pendidikan dan kemampuan yang dimilikinya. Dalam arti ia memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi – potensi dan membuka kesempatan dalam bidang pendidikan. Tidak ada manusia yang betul – betul ingin menjadi orang lain, sehingga ia selalu sadar akan kodrat alamiahnya. Maka setiap individu akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan jati dirinya sehingga membedakan dirinya dengan yang lainnya7.

Manusia dalam perkembangannnya selalu berusaha menemukan yang barudan mengembangkan potensi serta arah tujuannya. Arah perkembangan manusiaadalah pribadi yang utuh dimana manusia berperan penting terhadap setia plapisan kesadarannya yang berkembang secara sempurna. Itulah potensi yang dimiliki manusia dalam dirinya. Itulah kodrat seorang manusia dalam sifat alamiahnya walaupun barangkali ia belum mencapainya.

Manusia secara alamiah itu merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat di bagi – bagi. Hal ini merupakan arti pertama dari ucapan “manusia adalah makhluk alamiah” atau yang biasa disebut (in-dividere). Aristoteles seakan–akan berpendapat bahwa manusia itu merupakan penjumlahan dari beberapa kemampuan tertentu yang masing – masingnya bekerja tersendiri, seperti

6http://ahmadhujaipahoke.blogspot.com/manusia-sebagai-makhluk-alamiah, diakses pada Jumat, 27 Maret 2015.

(9)

halnyaada yang disebut kemampuan –kemampuan vegetatif, seperti makan, berkembang biak, dan ada sebagian orang yang menyebutnya kemampuan sensitif seperti bergerak mengamati, bernafsu dan berperasaan. Adapula yangdisebut kemampuan intelektif yaitu berkemauan dan berkecerdasan8.

Descartes pun menyatakan bahwa manusia terdiri atas zat rohaniah ditambah zat material yang masing – masingnya mempunyai peraturan –peraturan tersendiri yang bertentangan. Kaum asosiasionis berpendapat bahwa jiwa manusia terdiri atas unsur – unsur pengalaman sederhana yang lalu saling disambungkan secara mekanis. Willhelm Wundt mengamati sesuatu bahwa kita bukanlah hanya melihat sesuatu dengan indera mata kita, tetapi juga denganse luruh minat dan perhatian yang kita curahkan kepada objek yang kita amatitersebut dan minat perhatian ini sangat dipengaruhi oleh niat dan kebutuhan kitasebagai manusia alamiah pada waktu itu.

Manusia merupakan makhluk alamiah yang tidak hanya memiliki arti bahwa makhluk keseluruhan jiwa raga tetapi juga dalam arti bahwa setiap manusia itu merupakan pribadi yang khas menurut corak kepribadiaannya termasuk kecakapan hidupnya sendiri. Disamping itu, manusia juga tidak lepas dari kehidupan di lingkungannya yang mana manusia membutuhkan manusia lainnya. Sehingga manusia sangat berperan penting dalam proses kehidupannya untuk saling bersosialisasi dengan sesamanya. Manusia mempunyai peranan dalam kelompoknya yang memiliki hubungan timbal balik dengan anggotalainnya. Kelompok itu tidak hanya memiliki kesempatan untuk memperoleh sesuatu bagi dirinya sendiri, tetapi ia juga mambutuhkan sumbangan dari oranglain. Inilah hakekat manusia sebagai makhluk sosial.

Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusiatentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimanatanggung jawab dan kewajibannya didalam kebersamaan. Kebersamaan manusia yang belajar mengembangkan kecakapannya dapat dikatakan memiliki tujuan untuk dapat memberikan sumbangannya terhadap kelompok sosialnya. Manusia belajar menyesuaikan dirinya dengan norma – norma yang sudah

(10)

terbentuk didalam kelompoknya, atau ikut serta dalam pembentukan norma – norma yang baru. Sehingga, manusia mulai belajar mengebelakangkan keinginan – keinginan individual demi kebutauhan kelompoknya9.

Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubungannya dengan makhluk sosial lainnya. Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinyasendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaannya. Manusia sebagai makhluk sosial dapat Nampak pada kenyataan bahwa tidak pernah ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan oranglain.

Manusia sebagai makluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat.Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, diaselalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, beinteraksi, dan bersosialisai dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.

Hakekat manusia sebagai makhluk sosial akan membentuk kaidah perilaku serta bekerja sama dalam sekelompok orang yang lebih besar. Kemajuan manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan.

Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih “lemah” daripada wujud sosial yang “besar” dan “kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu nonformal (masyarakat) maupun dalam bentuk formal (institusi, negara) wajib mengayomi individu.Didalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya.

(11)

Ini merupakan salahsatu kodrat manusia yaitu selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interpendensi.

Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat dan warga negara. Hidup dalam hubungan interaksi socialmengandung konsekuensi baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nila-nilai sekaligus watak manusia, bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antar individu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama. Dalam hal ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikapdan suasana kekeluargaan serta kegotongroyongan.

Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan kasih sayang, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.

Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas dan dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukkan pribadiseseorang.

(12)

kontak atau hubungan timbal balik atau respon antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyat Moko dan Handayani (2004), “interaksi social adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur social”. “interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung ” (Siagian, 2004). Interaksi social adalah suatu hubungan antar sesame manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok, maupun antar individu dan kelompok. Interaksi social terjadi jikaadanya kontak sosial dan komunikasi.

C. Hubungan Antar Manusia Sebagai Insan Pendidikan

Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke akar-akarnya mengenal pendidikan. Dengan kemampuan pengetahuan yang benar, manusia berusaha menjaga dan mengembangkan kelangsungan hidupnya. Manusia berusaha mengamalkan ilmu pengetahuannya dalam perilaku sehari-hari. Dalam peilaku sehari-hari, pengetahuan berubah menjadi moral dan kemudian menjadi etika kehidupan, sedemikian rupa sehingga hakikat perilaku berupa kecenderungan untuk mempertanggung jawabkan kelangsungan dan perkembangan hidup dan kehidupan ini sepenuhnya10.

Sedangkan tanggung jawab yang demikian itu berbentuk nilai keadilan. Adil terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia dan lebih-lebih terhadap alam dimana hidup dan kehidupan ini berlangsung. Karena tanpa diri dan atau kepribadiannya, seorang manusia tidak mungkin bisa memerankan arti dan fungsinya sebagai manusia, Tanpa sesama manusia lainnya, seorang manusia tidak mungkin mampu berada dan melangsungkan keberadaannya dan lebih-lebih tanpa potensi alam, manusia siapa pun tidak mungkin berada.

Sejak lahir, seorang manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Dia dirawat, dijaga, dilatih, dan dididik oleh orang

(13)

tua, keluarga dan masyarakatnya menuju tingkat kedewasaan dan kematangan, sampai kemudian terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya. Kegiatan pendidikan dan pembelajaran itu diselenggarakan mulai dengan cara-cara konvensional (alami) menurut pengalaman hidup, sampai pada cara-cara formal yang metodik dan sistematik institusional (pendidikan sekolah), menurut kemampuan konseptik-rasional11.

Setelah taraf kedewasaan dicapai, manusia tetap melanjutkan kegiatan pendidikan dalam rangka pematangan diri. Kematangan diri adalah kemampuan menolong dri sendiri, orang lain dan terutama menolong kelestarian alam agar tetap berlangsung dalam ekosistemnya. Dengan kata lain, pematangan diri adalah bentuk kegiatan pendidikan lanjutan, yakni upaya manusia untuk menjadi semakin arif dengan sikap dan perilaku adil terhadap apa pun dan siapa pun yang menjadi bagian bagian integral dari eksistensi kehidupan ini.

Pada pokoknya persolan pendidikan adalah persoalan yang lingkupannya seluas persoalan kehidupan manusia itu sendiri. Masalah pendidikan secara kodrati melekat pada dan dalam diri manusia. Secara langsung atau tidak, setiap kegiatan hidup manusia selalu mengandung arti dan fungsi pendidikan. Dengan pendidikan, manusia melakukan kegiatan makan, minum, bekerja, beristirahat, bermasyarakat, beragama dan sebagainya.

Dengan demikian, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kasualitas. Karena manusia, pendidikan mutlak ada, dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi.

Manusia adalah makhluk yang sangat memerlukan pendidikan atau bisa disebut juga dengan “homo educandum”. Manusia dipanggil sebagai homo educandum karena manusia tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, manusia memerlukan pendidikan dan harus dididik terhadap setiap individu12.

Pengertian “homo educandum” menyiratkan adanya tiga subpredikat lainnya, yaitu homo educandee also (makhluk terdidik), homo educabile (makhluk yang dapat dididik), dan homo educandum (mahluk pendidikan). Oleh sebab itu,

11Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 1995) hal 27. 12

(14)

pendidikan bagi manusia sangat penting, karena pendidikan tersebut merupakan salah satu usaha dalam rangka memanusiakan manusia dan memanusiawikan manusia13.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, pendidikan diharapkan dapat berfungsi dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bretakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cukup, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sasaran pendidikan ini berfungsi sebagai alat atau sarana serta jalan untuk membuat perubahan menuju perkembangan hidup. Pada titik ini manusia mewujudkan dirinya sebagai makhluk berpendidikan.

Tersirat dalam kodratnya, manusia sebagai makhluk pendidikan, atas dasar potensi kodrat cipta, rasa, karsa dan karyanya, manusia berkemampuan untuk dididik, mendidik diri dan makhluk yang dapat dididik.

(15)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial: Manusia diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu karena manusia tidak bisa lepas dari alam.Manusia juga disebut sebagai makhluk social Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang lain.

2. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial: Dimana manusia tidak hanya memiliki peran sebagai manusia alamiah yang bergantung pada kehidupan pribadinya sendiri atau yang sering kita disebut sebagai makhluk social. Manusia sebagai makhluk social harus mampu berinteraksi secara hakekat dan keberadaannya, termasuk dalam bidang pendidikan pula manusia memiliki peranan yang berpedoman pada filsafat yang sangat begitu penting dan erat kaitannya. Jadi, manusia pada hakekatnya berperan sebagai makhluk alamiah dan social yang memiliki kaitan yang erat dengan filsafat pendidikan sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupannya.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Jamali, dkk. 2005. Membedah Nalar Pendidikan Islam, Pustaka Rihlah. Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Wikepedia, (Online) dalam http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/

hubungan- filsafat-dan-pendidikan.html, diakses padaJumat, 27 Maret 2015. Abdul latief,Juraid. 2006.Manusia,Filsafat dan Sejarah, Jakarta: PT.Bumi Aksara. Wikepedia, (Online) dalam http://ahmadhujaipahoke.blogspot.com/ manusia

-sebagai-makhluk-alamiah, diakses pada Jumat, 27 Maret 2015. Sadulloh,Uyoh. 2007. Filsafat Pendidikan,Bumi Siliwangi: Cipta Utama. Nata , Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Langgulung Hasan. 1979. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan bintang. Zuhairini, dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara,).

Referensi

Dokumen terkait

KEGIATAN YANG BISA DILAKUKAN OLEH WISATAWAN YANG BERKUNJUNG KE MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA No. Tempat Kegiatan yang di

Berdasarkan uraian diatas dapat dianalisis bahwa beberapa hal yang terkait upaya non penal terhadap penyimpangan seksual sesama jenis oleh warga binaan pemasyarakatan di

Tulisan ini membahas implementasi teknologi thin client menggunakan perangkat NComputing berbasis dump terminal dan diskless untuk melayani aktivitas pengguna yang

Selain itu emisi CH 4 dapat juga berasal dari Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) baik yang berupa reaktor atau kolam ( lagoon ) dan septic tank atau cubluk dari rumah

Pada prinsipnya bank diberikan keleluasaan untuk dapat menerapkan pendekatan yang lebih advanced seperti IRB apabila dari kesiapan IT, SDM dan System serta Bank Risk Profile

Bahasa dan Sastra Indonesia; Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni; Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan; Universitas Widya Dharma Klaten. Penelitian ini difokuskan pada

Pemberian larutan ekstrak daun pinus terhadap biji pada kelima konsentrasi (termasuk kontrol) yang berbeda, menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap jumlah biji

PENERAPAN PEND EKATAN PENGALAMAN ANAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH D ASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu