• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEUNIKAN PADA KALIMAT BAHASA MELAYU PAPU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEUNIKAN PADA KALIMAT BAHASA MELAYU PAPU"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

KEUNIKAN PADA KALIMAT BAHASA MELAYU PAPUA

DALAM FILM

DI TIMUR MATAHARI

Suatu Kajian Sintaksis

diajukan untuk menempuh ujian sarjana

Pada Program Studi Sastra Indonesia

Sanju Waladata 180110090035

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS PADJAJARAN

JATINANGOR

(2)
(3)

Judul : Struktur Kalimat Bahasa Melayu Papua

Dalam Film di Timur Matahari (2012)

Nama : Sanju Waladata NPM : 180110090035

Jatinangor, 12 Desember 2013

Disetujui,

Ketua Program Studi Koordinator Bidang

Sastra Indonesia Unpad, Kajian Linguistik,

Tatang Suparman, M. Hum Wahya, M. Hum

(4)

iii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Keunikan Pada Kalimat Bahasa Melayu Papua dalam Film Di Timur Matahari”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Kajian sintaksis dingunakan untuk menganalisis struktur kalimat yang memuat pronomina posesiva, kata sudah, partikel toh, dan kah yang merupakan beberapa keunikan bahasa melayu Papua. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pronomina posesiva bahasa melayu Papua memiliki keunikan pada perubahan urutan kata dengan dijembatani kata punya, serta dapat mengalami pemendekan menjadi ‘pu’. Kata sudah pada bahasa melayu Papua dapat berperan sebagai kategori fatis yang pada kalimat dapat dihilangkan, kata sudah yang berperan sebagai adverbia kala dapat mengalami pemendekan menjadi su. Frase itu sudah yang berbentuk kalimat merupakan kalimat interjektif. Partikel toh bahasa melayu Papua yang terletak di akhir kalimat merupakan penanda kalimat tanya yang menekankan jawabannya dan dapat dipadankan dengan kata kan ragam cakapan yang berasal dari kata bukan penanda kalimat tanya. Partikel kah di akhir kalimat merupakan penanda murni kalimat tanya, partikel kah di tengah kalimat dapat berperan sebagai penanda kalimat perintah atau kalimat berita serta dapat pula menjadi padanan kata apa sebagai penanda kalimat tanya.

(5)

iv

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dilimpahkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini bejudul “Keunikan Bahasa Melayu Papua dalam Film Di Timur Matahari Suatu Kajian Sintaksis.

Skripsi ini disusun untuk dipertahankan dalam Sidang Sarjana pada Program Studi Strata Satu Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran. Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut yang telah membantu penyusunan skripsi ini, yaitu :

1. Rektor Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA

2. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Drs. Yuyu Yohana Risagarniwa, M.Ed., Ph.D.

3. Ketua Program Studi Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran, Dr. Wahya, M.Hum. Sekaligus sebagai dosen pembimbing utama dan

sebagai contoh bagi penulis, bagaimana seharusnya menjadi seorang akademisi dengan melihat filosofi padi yang tertanam dalam kesehariannya.

4. Ibu Wagiati, M.Hum selaku dosen pendamping yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis.

5. Seluruh dosen Program Studi Sastra Indonesia yang telah membekali ilmu kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Sastra Indonesia.

(7)

7. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai di Fakultas Ilmu Budaya.

8. Keluarga besar gelanggang, khususnya angkatan 2005-2014 atas kekeluargaan sederhana yang penuh makna.

9. Keluarga besar BN yang secara alami membentuk cara berfikir kritis dan gerak yang tidak bisa dibatasi.

10.Keluarga Literature Optical Cinema sebagai wadah bekerjasama dalam berkarya.

11.Ekosistem jatinangor atas tempat dan suasana belajar yang nyaman, semoga tidak ada pembangunan yang tidak bijaksana di kota ini.

12.Semua pihak yang telah memberikan pelajaran serta pengalaman hidup bagi penulis yang terlalu banyak untuk dituliskan namanya satu-persatu. Selain pihak-pihak tersebut, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga penulis, khususnya kedua orangtua dan kedua saudara penulis atas segala yang telah mereka limpahkan pada penulis, jasa-jasa mereka terhadap penulis melebihi semuanya.

Skripsi ini adalah asli hasil karya penulis tanpa ada rekayasa di dalamnya. Semua hal yang berkenaan dengan skripsi ini merupakan tanggung jawab penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan yang berarti bagi kajian sintaksis serta kajian linguistik pada umumnya.

Jatinangor, Januari 2015

(8)

vii

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian... 9

1.5 Metode dan Teknik Penelitian ... 10

(9)

2.3.4 Objek ... 21 3.1 Analisis Keunikan Penggunaan Pronomina Posesiva pada Kalimat dalam Film Di Timur Matahari. ... 27

3.1.1 Kalimat Deklaratif ... 28

3.1.1.1 Kalimat Deklaratif yang Memuat Pronomina Posesiva dengan Kata Punya ... 28

3.1.1.2 Kalimat Deklaratif yang Memuat Pronomina Posesiva dengan Kata Pu ... 32

3.1.2 Kalimat Interogatif ... 36

3.1.2.1 Kalimat Interogatif yang Memuat Pronomina Posesiva dengan Kata Punya ... 36

3.1.2.2 Kalimat Interogatif yang Memuat Pronomina Posesiva dengan Kata Pu ... 37

3.1.3 Kalimat Imperatif yang Memuat Pronomina Posesiva dengan Kata Pu ... 43

3.2 Analisis Keunikan Penggunaan Kata Sudah dalam Film Di Timur Matahari. ... 46

3.2.1 Kalimat Deklaratif ... 46

3.2.1.1 Kalimat Deklaratif yang Memuat Kata Sudah ... 46

(10)

ix

3.2.2 Kalimat Interogatif ... 51

3.2.2.1 Kalimat Interogatif yang Memuat Kata Sudah ... 51

3.2.2.2 Kalimat Interogatif yang Memuat Kata Su ... 51

3.2.3 Kalimat Imperatif ... 52

3.2.4 Kalimat Interjektif ... 54

3.3 Analisis Keunikan Penggunaan Partikel Toh dan Kah pada Kalimat dalam Dialog Film Di Timur Matahari ... 57

3.3.1 Struktur Kalimat BMP yang Memuat Partikel Toh... 57

3.3.1.1 Struktur Kalimat BMP yang Memuat Partikel Toh di Akhir Kalimat ... 57

3.3.1.2 Struktur Kalimat BMP yang Memuat Partikel Toh di Tengah Kalimat ... 69

3.3.2 Struktur Kalimat BMP yang Memuat Partikel Kah ... 71

3.3.2.1 Struktur Kalimat BMP yang Memuat Partikel Kah Sebagai Penanda Kalimat Tanya ... 71

3.3.2.1 Struktur Kalimat BMP yang Memuat Partikel Kah Sebagai Penanda Kalimat Perintah dan Berita ... 77

BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan ... 80

4.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(11)
(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah fenomena sosial yang memiliki banyak aspek di dalamnya.

Salah satu yang umum diketahui masyarakat adalah sebagai alat komunikasi.

Adapun penggunaan bahasa itu sendiri menurut para pakar adalah “sistem

lambang bunyi yang arbitrer dan digunakan oleh para anggota kelompok sosial

untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengindentifikasi diri”. Di sisi lain,

bahasa dapat dibagi menjadi beberapa sifat atau ciri. Sifat atau ciri bahasa

tersebut, antara lain bahasa sebagai sebuah sistem, berwujud lambang dan bunyi,

arbitrer atau mana suka, bermakna, konvesional, unik, universal, produktif,

memiliki variasi, dan dinamis. Bahasa adalah suatu gejala psikologis, bahasa

bergantung pada pemakainya dan lingkungan pemakainya. Bahasa berfungsi

sebagai alat interakasi sosial, dan menjadi cerminan dari identitas penuturnya. Jika

kita menempatkan pendapat mengenai bahasa di tengah-tengah antara gejala

psikologis dan sistem yang logis, maka akan didapati bahwa bahasa adalah satu

sistem fundamental logis yang merupakan proses dari stimulus respon.

Ilmu kebahasaan berkaitan erat dengan kebudayaan. Hal ini terjadi karena

setiap kebudayaan dalam lingkup sosial terkecil (komunitas) hingga lingkup

terbesarnya (universal) memiliki karakteristik bahasa yang berbeda. Keterkaitan

ini dikenal sebagai istilah langue yang berarti suatu bahasa dalam lingkup regional

tertentu seperti bahasa Jawa, bahasa Indonesia, atau bahasa Arab. Selain itu,

terdapat istilah parole yang umumnya diartikan sebagai bahasa sehari-hari, parole

(13)

langue sebagai panutan sementara alat ucap dapat menghasilkan bunyi bunyian

lain yang tidak termasuk dalam langue. Menurut Saussure, dalam Chaer

(2007:2) langue bukanlah kegiatan penutur, langue merupakan produk yang

direkam individu secara pasif. Sebaliknya, parole adalah suatu tindakan individual

dari kemauan dan kecerdasannya. Langue adalah suatu benda tertentu di dalam

kumpulan heteroklit peristiwa-peristiwa langage. Di sisi lain, Langue adalah

bagian sosial dari langage, berada di luar individu, yang secara mandiri tidak

mungkin menciptakan ataupun mengubahnya. Langue hanya hadir sebagai hasil

semacam kontrak pada masa lalu di antara para anggota masyarakat.

Bahasa Indonesia (BI) adalah bagian dari langue yang memiliki wilayah

nasional negara Indonesia yang lahir saat pelaksanaan Sumpah Pemuda pada

tanggal 28 Oktober 1928. Keberadaan bahasa daerah di Indonesia perlu

mendapatkan perhatian yang lebih serius dari pemerintah karena bahasa daerah

menunjukkan keragaman sekaligus kekayaan bangsa yang tak ternilai. Di samping

itu, bahasa daerah juga berperan dalam memperkaya ragam bahasa Indonesia.

Bahasa-bahasa daerah yang terdapat di Indonesia merupakan lahan subur untuk

penelitian berbagai aspek kebahasaan. Sejauh ini memang terdapat perbedaan

pendapat di antara para ahli bahasa menyangkut jumlah bahasa daerah di

Nusantara.

Menurut Slametmulyana, dalam Badudu (1993:13) Antara bahasa

Indonesia dan bahasa daerah telah terjadi kontak sosial dan budaya yang aktif.

Jiwa bahasa Indonesia dan bahasa daerah telah bertemu. Kedua bahasa yang

bersangkutan mulai saling memperhatikan, akhirnya saling mempengaruhi. Dari

(14)

3

Indonesia dan bahasa daerah saling mempengaruhi. Oleh karena itu, pemakaian

bahasa Indonesia di setiap daerah dapat berbeda dan memiliki ciri khas bahasa

Indonesianya sendiri.

Bahasa daerah juga memberikan sumbangan sebagai sumber dan

pendukung pengembangan bahasa nasional. Menurut Kridalaksana (1991:2), dari

sudut intern linguistik, bahasa Indonesia merupakan salah satu varian historis,

varian sosial, dan varian regional dari bahasa Melayu. Keanekaragaman dalam

pemakaian bahasa Indonesia terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, salah

satunya bahasa Indonesia Papua, yang dikenal juga dengan istilah bahasa Melayu

Papua (BMP). BMP merupakan bahasa Indonesia atau bahasa Melayu yang

dipakai oleh masyarakat yang mendiami wilayah regional Papua. Kekhasan BMP

ini dapat dikaji secara khusus melalui ilmu tentang kebahasaan, yaitu linguistik.

Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu

tentang bahasa, atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya

(Chaer, 2007:1), atau lebih tepat lagi seperti yang dikatakan Martinet (dalam

Chaer, 2007:2) bahwa linguistik merupakan telaah ilmiah mengenai bahasa

manusia. Kata linguistik diturunkan dari bahasa Latin lingua yang berarti bahasa.

Dalam Bahasa Indonesia kata linguistik bukan hanya berarti ilmu tentang bahasa,

tetapi juga berarti bahasa itu sendiri, atau mengenai bahasa (Chaer 2007: 5).

Misalnya, dalam ungkapan keadaan linguistik di Indonesia berarti “ keadaan

bahasa di Indonesia”, dan frasa tataran linguistik berarti “tataran bahasa”.

Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa dari satuan terkecil

(huruf/fon), Sampai satuan terbesar (wacana). Linguistik sendiri terbagi menjadi

(15)

linguistik secara umum yang terbagi atas ilmu murni kebahasaan, yang terdiri atas

; fonologi (kajian bahasa mengenai bunyi), morfologi (kajian bahasa mengenai

kata), sintaksis (kajian bahasa mengenai makna), dan semantik (kajian bahasa

mengenai makna). Makrolinguistik merupakan cabang linguistik umum yang

berhubungan dengan bidang keilmuan lain yang terbagi atas; sosiolinguistik

(kajian bahasa dalam konteks sosial), psikolinguistik (kajian bahasa dalam

psikologi manusia), dialektologi (kajian bahasa menurut faktor geografis),

neurolinguistik (kajian pembentukan bahasa dalam otak), dan bahkan karena

pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, banyak

cabang ilmu makrolinguistik baru yang masih berada dalam tahap pengembangan,

salah satunya mekanolinguistik. Penelitian ini sendiri terfokus pada salah satu

cabang mikrolinguistik, yaitu sintaksis.

Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun, yang berarti

‘dengan’ dan tattein yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologis, sintaksis

berarti menempatkan bersama-sama kata-kata atau kelompok kata menjadi

kalimat. Di samping uraian tersebut, banyak pakar memberikan definisi mengenai

sintaksis, Ramlan (1996:21) mengatakan bahwa sintaksis adalah cabang ilmu

bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. Di sisi

lain, terdapat juga pengertian sintaksis yang dikemukakan oleh beberapa ahli,

seperti yang diungkapkan oleh Verhaar dan Suparman (dalam Putrayasa, 2006:2),

sintaksis sebagai cabang tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam

tuturan. (Parera, 2009:1) berpendapat bahwa yang termasuk dalam bidang

sintaksis ialah pembicaraan mengenai unit bahasa yaitu kalimat, klausa, dan frasa.

(16)

5

analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan

bentuk-bentuk bebas. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

sintaksis adalah ilmu yang mempelajari hubungan antarkata dalam lingkup

terkecilnya (frasa) sampai lingkup terbesarnya (wacana). Pendalaman penelitian

dalam bidang sintaksis ini sendiri adalah analisis pada kalimat.

Kalimat merupakan salah satu kajian bidang sintaksis, tetapi dalam

praktiknya kajian mengenai kalimat tidak bisa terlepas dari masalah frasa dan

klausa. Frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan

dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa. Ramlan (1996:151)

mengatakan bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau

lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Ramlan (1996:89) dan

Kridalaksana (1985:151) mengemukakan bahwa klausa adalah satuan gramatikal

berupa gabungan kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.

Ramlan (1996:27) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang

dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.

Kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk, di mana

masing-masing memiliki pola-pola teraturnya sendiri. Penelitian ini sendiri terfokus pada

kajian mengenai keunikan BMP.

BI memiliki berbagai macam karakteristik yang terbagi dalam beberapa

lingkup regional. Hal ini disebabkan oleh faktor geografis Indonesia yang terdiri

atas ribuan pulau yang dihuni oleh berbagai suku dengan bahasa daerah yang

berbeda, salah satunya adalah BMP. Menurut Badudu (1993:13), Dari segi

sintaksis ada juga pengaruh bahasa-bahasa daerah, terutama pengaruh bahasa

(17)

bahasa daerah. Apakah struktur kalimat yang dipengaruhi struktur bahasa

daerah itu akan diterima menjadi struktur bahasa Indonesia baku, akan

ditentukan kelak oleh pemakai bahasa Indonesia sendiri.

Penutur bahasa daerah sering dihadapkan pada keadaan di mana bahasa

Indonesia lebih diutamakan daripada bahasa ibu. Hal ini disebabkan oleh

kebutuhan sehari-hari masyarakat dalam berinteraksi sosial dalam situasi formal

ataupun interaksi dengan penutur lokal yang berbeda bahasa ibu, termasuk di

dalamnya dunia pendidikan yang diwajibkan oleh negara Indonesia sendiri sejak

sekolah dasar.

Berbeda dengan dialek Papua yang menggunakan bahasa Papua atau

bahasa asli daerah Papua, BMP adalah bahasa Indonesia biasa yang umumnya

dipakai oleh masyarakat Papua dalam berinterakasi dalam lingkungan yang

berbeda bahasa ibu, Papua sendiri memiliki ragam bahasa Ibu yang cukup banyak.

Dalam laporan penyuluhan mengenai penilaian proses sosial dan ekologi yang

dilakukan oleh Conservation International (CI) & Center for International

Forestry Research (CIFOR) yang telah melakukan kolaborasi pada tahun 2012,

ragam bahasa ibu di Papua memiliki banyak perbedaan, dapat dispekulasi ragam

bahasa ibu masyarakat Papua terjadi antarsuku yang jumlahnya banyak. Alasan

saya memilih BMP karena BMP merupakan bahasa Melayu yang unik

dibandingkan dengan bahasa Melayu daerah lainnya, umumnya kekhasan bahasa

Melayu daerah biasanya terjadi pada tataran bunyi (fonetik), sedangkan keunikan

BMP tidak hanya terletak pada tataran bunyi saja, tetapi juga terdapat keunikan

(18)

7

Salah satu keunikan sintaksis yang ditemukan penulis pada struktur

kalimat BMP terjadi pada pronomina posesiva BMP, seperti pada contoh kalimat

dalam dialog film Denias (2007) berikut :

1. Kuskus suka dengan kau punya suara

S P Pel

2. saya punya tangan masih sakit …….

S P

Dari dua contoh kalimat tersebut kita dapat melihat keunikan yang terjadi pada

subjek dan pelengkap kalimat yang diperluas dari bentuknya pada bahasa

Indonesia yang umum. Pada contoh pertama perluasan terjadi pada fungsi

pelengkap, sedangkan pada contoh kedua perluasan terjadi pada fungsi subjek.

Menurut Putrayasa (2006:5), subjek inti kalimat dapat diperluas dengan

keterangan subjek. Keterangan subjek itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu atributif dan apositif. Jika kita perhatikan bentuk perluasan pada

pengisi fungsi pelengkap dan subjek tersebut, jelas bahwa perluasan ini bukan

merupakan perluasan dengan keterangan subjek seperti yang dipaparkan oleh

Putrayasa.

BMP juga memiliki beberapa perbedaan yang mendasar dari bahasa

Indonesia pada pemakaian kata sudah dalam kalimat. Dari peran kata dalam

kalimat berdasarkan kategorinya, BMP memiliki perbedaan dengan bahasa

Indonesia umum, hal ini dapat dilihat pada contoh kalimat berikut :

1. “Denias, pulang sudah, nanti papa saya cari saya”.

(19)

Di Timur Matahari (2012), adalah film yang mengangkat kehidupan

masyarakat adat di Papua. Film ini digarap oleh rumah produksi Alenia yang

dipimpin oleh Ari Sihasale. Ari Sihasale sebelumnya telah memproduksi film

Denias (2007) yang juga mengangkat kehidupan seorang anak Papua. Film Di

Timur Matahari menceritakan tentang kehidupan sosial masyarakat Papua yang

berkomukasi dengan BMP karena interaksi di dalamnya terjadi antarsuku yang

berbeda yang mencangkup kehidupan pendidikan anak-anak Papua dan kehidupan

pasar juga disesuaikan dengan kebutuhan penonton yang mengharuskan

penggunaan BMP dalam film ini daripada bahasa ibu suatu suku. Penulis memilih

naskah Film Di Timur Matahari untuk dianalisis karena dialog yang digunakan

dalam film ini cukup banyak menggunakan BMP. Dalam penelitian ini penulis

berusaha memaparkan pola keunikan sintaksis yang terjadi dalam BMP terhadap

BI.

1.2 Identifikasi Masalah

Keanekaragaman bahasa yang terdapat di Indonesia membutuhkan

perhatian para pakar linguistik, khususnya di timur wilayah Indonesia, yaitu

Papua. Bahasa Melayu Papua memiliki keunikan yang dapat dianalisis dengan

kajian sintaksis, maka dari itu saya merumuskan beberapa masalah untuk dikaji

dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana analisis keunikan penggunaan pronomina posesiva pada

kalimat BMP dalam film Di Timur Matahari?

2. Bagaimana analisis keunikan penggunaan kata sudah pada kalimat BMP

(20)

9

3. Bagaimana analisis keunikan penggunaan partikel toh dan kah pada BMP

dalam film Di Timur Matahari?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, tujuan penelitian ini

mendeskripsikan:

1. Keunikan penggunaan pronomina posesiva pada kalimat BMP dalam film

Di Timur Matahari?

2. Keunikan penggunaan kata sudah pada kalimat BMP dalam film Di Timur

Matahari?

3. Keunikan penggunaan partikel toh dan kah pada BMP dalam film Di

Timur Matahari?

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna, baik secara teoretis maupun

praktis. Kegunaan teoretis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah

sumbangan terhadap perkembangan ilmu bahasa, khususnya sintaksis. Sementara

itu, kegunaan praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sumbangan

yang berharga terhadap pemahaman kalimat BMP yang menjadi bagian dari suatu

keanekaragaman budaya di Indonesia, serta turut mendokumenkan bahasa tersebut

(21)

1.5 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan observasi

terhadap dialog dalam film Di Timur Matahari lalu mendeskripsikan analisis

kalimat yang memuat pronomina posesiva, kata sudah, partikel toh, dan kah.

Penulis bertujuan membuat gambaran secara sistematis terhadap data, sifat-sifat

serta hubungan fenomena yang diteliti melalui landasan teori yang telah

ditentukan.

Landasan teori yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis

sintaksis. Dengan analisis sintaksis, diharapkan dapat diketahui fenomena yang

berkaitan dengan prilaku sintaksis data yang diteliti.

Teknik pengumpulan data adalah teknik catat dari audio dialog yang

terdapat dalam film Di Timur Matahari ke dalam bentuk teks. Data teks yang

telah dikumpulkan, kemudian dianalisis berdasarkan keberadaan pronomina

posesiva, kata sudah, lalu kata ‘toh’ dan ‘kah’ pada kalimat.

1.6 Sumber Data

Sumber data utama yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

kalimat Bahasa Melayu Papua, yang terdapat dalam dialog film Di Timur

Matahari yang dirilis pada tahun 2012. Pengumpulan data dilakukan dengan

melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian, yaitu kalimat bahasa

Melayu Papua yang terdapat dalam dialog film Di Timur Matahari dan dicatatkan

(22)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sintaksis

Ada beberapa ahli linguistik di Indonesia yang merumuskan pengertian

sintaksis, di antaranya Ramlan, Chaer, dan Verhaar. Secara garis besar pandangan

ketiga ahli terbut memiliki benang merah yang sama. Namun, jika kita membaca

lebih dalam ada beberapa berbedaan.

Menurut Ramlan (1987:21), istilah sintaksis secara langsung diambil dari

bahasa Belanda syntaxis. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk

wacana, kalimat, klausa, dan frasa. Berbeda dengan morfologi yang

membicarakan seluk-beluk kata dan morfem.

Menurut Chaer (2007:206), batas antara ilmu morfologi dan sintaksis

seringkali menjadi kabur karena kedua bidang itu tidak bisa dilepaskan satu sama

lain, oleh karena itu muncul morfosintaksis yang menyatukan keduanya dalam

satu pembahasan. Meskipun demikian, orang secara umum membedakan kedua

tataran itu dengan pengertian morfologi membicarakan struktur internal kata, sedangkan sintaksis membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain.

Verhaar (1999:161) berpendapat sintaksis adalah tatabahasa yang

membahas hubungan antar-kata dalam tuturan, tatabahasa terdiri atas morfologi

dan sintaksis, morfologi menyangkut struktur gramatikal di dalam kata, dan

sintaksis berurusan dengan tatabahasa di antara kata-kata dalam tuturan.

Dari referensi-refrensi tersebut, maka penulis menyimpulkan sintaksis

(23)

dari satuan-satuan kebahasaan terkecil sampai lebih tinggi tingkatannya, apabila

diurutkan dari yang kecil hingga besarnya satuan yang dikaji dalam cabang

sintaksis maka akan tersusun menjadi; fonologi (huruf dan pelafalan) > morfologi

(kata) > sintaksis (kata sampai wacana). Dalam ilmu sintaksis terdapat kajian

mengenai kalimat, yang tingkatannya berada di atas satuan fonem, morfem, frasa,

dan klausa.

Dari beberapa teori mengenai sitaksis yang dikembangkan oleh para ahli

di atas, penulis memilih teori sintaksis yang dikembangkan oleh Chaer sebagai

teori utama dalam melakukan penelitian ini. Hal ini disebabkan karena teori

mengenai sitaksis yang dikembangkan oleh Chaer lebih relefan dan dimengerti

oleh penulis, sedangkan teori Ramlan dan Putrayasa menjadi penopang teori

sintaksis mengenai analisis kalimat yang kurang dalam dipaparkan oleh Chaer.

2.2 Alat sintaksis

Alat sintaksis merupakan landasan utama untuk melakukan analisis

sintaksis. Chaer (2007:213) menerangkan tentang alat sintaksis yang menurutnya

eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata, dan

intonasi; dalam hal ini bisa juga ditambah dengan konektor yang berupa

konjungsi. Peranan ketiga alat sintaksis itu tidak sama di tiap-tiap bahasa yang

ada. Ada bahasa yang lebih mementingkan urutan, ada yang lebih mementingkan

bentuk, dan ada juga yang mementingkan intonasi. Selanjutnya akan dibahas

(24)

13

2.2.1 Urutan Kata

Urutan kata digunakan untuk menelaah susunan kata dalam konstruksi

suatu kalimat. Menurut Chaer (2007:213), yang dimaksud dengan urutan kata

ialah letak atau posisi kata yang satu dengan kata yang lain dalam suatu konstruksi

sintaksis. Dalam bahasa indonesia urutan kata sangat penting, karena perbedaan

urutan kata dapat menimbulkan perbedaan makna. Sebagai contoh konstruksi

Monyet Yana memiliki makna yang berbeda dengan Yana Monet. Monyet Yana

memiliki makna monyet kepunyaan Yana, sedangkan Yana Monyet memiliki makna Yana adalah monyet/seperti monyet. Meskipun perbedaan makna dapat

terjadi apabila urutan kata diubah, tetapi dalam bahasa Indonesia perubahan

urutan pada fungsi keterangan tidak mengubah makna. Misalnya pada kalimat:

Yana digigit anjing tadi pagi

dapat diubah urutannya tanpa mengubah makna menjadi:

tadi pagi Yana digigit anjing, atau, Yana tadi pagi digigit anjing.

2.2.2 Bentuk Kata

Bentuk kata digunakan untuk menelaah wujud dari kata itu di dalam

kalimat. Menurut Chaer (2007:215), bentuk kata adalah bentuk dari satuan kata

dengan fungsinya dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia sendiri bentuk kata

juga sangat penting, karena perubahan bentuk tersebut juga memengaruhi makna

yang sudah ada, misalnya pada kalimat:

Yana ditabrak motor

(25)

Yana menabrak motor

Pada kalimat Yana ditabrak motor maka yang melakukan perbuatan atau pelaku adalah si motor (orang yang mengendarai motor), sedangkan pada kalimat Yana

menabrak motor yang menjadi pelaku adalah Yana, maka akan berbeda pula maknanya bila kalimat tersebut dirubah menjadi Yana tertabrak motor.

2.2.3 Intonasi

Intonasi digunakan untuk menelaah nada yang menjadi identitas jenis

kalimat yang dianalisis. Menurut Chaer (2007:253) intonasi dapat berwujud

tekanan, nada, dan tempo. Ketiga unsur suprasegmental itu dapat membedakan

makna. Dalam bahasa Indonesia, intonasi tidak berlaku pada tataran fonologi dan

morfologi, melainkan berlaku pada tataran sintaksis. Sebuah klausa yang sama

dapat menjadi kalimat deklaratif atau kalimat interogatif hanya dengan mengubah

intonasinya.

2.3 Satuan Sintaksis

Satuan sintaksis merupakan bagian dari kajian sintaksis yang menelaah

satuan terkecil yang berupa kata, hingga satuan terbesar yang berbentuk kalimat.

Menurut Chaer (2009:37) secara hierarkial dibedakan adanya lima macam satuan

sintaksis, yaitu kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Kelimanya memiliki

hubungan sebagai berikut, kata sebagai satuan terkecil membentuk frasa, frasa

membentuk klausa, klausa membentuk kalimat, dan kalimat membentuk wacana

(26)

15

penulis hanya menggunakan empat dari lima satuan sintaksis, yaitu kata, frasa,

klausa,dankalimat.

2.3.1 Kata

Kata merupakan satuan terkecil dari tataran sintaksis, di samping itu kata

adalah satuan terbesar dalam tataran morfologi. Bentuk kata dapat berupa

gabungan morfem dan dapat berupa morfem dasar.

Menurut Chaer (2009:37), sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata

yang termasuk kelas terbuka (nomina, verba, dan adjektiva) dapat mengisi

fungsi-fungsi sintaksis. Sedangkan kata-kata dari kelas tertutup (numeralia, preposisi,

dan konjingsi) hanya menjadi bagian frasa yang menduduki fungsi sintaksis, yang

agak berbeda adalah kata dari kelas tertutup yang termasuk adverbia. Beberapa

adverbia dapat menduduki fungsi keterangan, dan selebihnya hanya menjadi

bagian dalam frasa pengisi fungsi.

2.3.2 Frasa

Frasa berbentuk dua kata atau lebih yang secara semantis saling terkait

dalam kontsruksi kalimat. Menurut Chaer (2007:217) frasa lazim didefinisikan

sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif,

atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di

dalam kalimat. Istilah frasa digunakan sebagai satuan sintaksis yang satu tingkat

berada di bawah satuan klausa, atau satu tingkat berada di atas satuan kata.

Berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata,

(27)

verbal, frasa bilangan, dan frasa keterangan. Selain itu ada frasa yang tidak

memiliki persamaan distribusi dengan golongan kata, yaitu frasa depan, jadi

seluruhnya ada lima golongan frasa.

Putrayasa (2009:5) menerangkan, bahwa tanpa melihat jumlah frasa yang

ada dalam sebuah kalimat, betapapun besarnya sebuah kalimat hanya bisa dibagi

menjadi dua frasa utama. Untuk dapat memahami pengertian frasa utama, berikut

ini diberikan beberapa contoh kalimat

1. Murid itu // mengambil kapur.

2. Ayahnya // seorang guru.

3. Kekayaannya // melimpah ruah.

Kalimat-kalimat tersebut terdiri atas dua frasa yang dibatasi tanda //. Yang berada

di depan tanda // diberi nama frasa I, dan yang di belakang tanda // diberi nama

frasa II. Frasa I ialah frasa yang Diterangkan, sedangkan frasa II adalah frasa yang

Menerangkan. Dimana dalam tata bahasa Indonesia kita mengenal pola D-M

(Diterangkan-Menerangkan).

2.3.3 Klausa

Klausa merupakan kajian sintaksis yang berada di atas tingkatan frasa dan

di bawah kalimat. Dalam berbagai teori linguistik terdapat perbedaan konsep

mengenai klausa karena penggunaan teori analisis yang berbeda.

Menurut Chaer (2007:231), klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan

kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya di dalam konstruksi itu ada komponen

berupa kata atau frasa yang memiliki fungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan

(28)

17

Intonasi merupakan pembeda antara klausa yang menyerupai kalimat,

apabila terdapat klausa seperti Yana membaca, jika pada klausa tersebut mendapat intonasi sebagai penutup maka klausa itu sudah menjadi kalimat, sedangkan

apabila tidak mendapat intonasi maka masih berupa klausa. Dari uraian tersebut

dapat disimpulkan bahwa klausa memang berpotensi untuk menjadi kalimat

tunggal, karena didalamnya terdapat fungsi wajib sintaksis yaitu subjek dan

predikat. Frasa juga berpotensi untuk menjadi sebuah kalimat, tetapi bedanya

kalimat yang dikonstruksi dari sebuah frasa akan menjadi kalimat minor,

sedangkan klausa dapat dikonstruksi menjadi kalimat mayor.

Jenis klausa dapat dibedakan atas strukturnya dan berdasarkan kategori

segmental yang menjadi predikatnya. Berdasarkan strukturnya klausa dibagi

menjadi klausa bebas dan klausa terikat. Berdasarkan kategori unsur segmental

yang menjadi predikatnya, dapat dibedakan menjadi klausa verbal, klausa

nominal, klausa ajektifa , klausa adverbial, dan klausa preposisional.

Yang terakhir adalah istilah klausa berpusat dan klausa tidak berpusat.

Yang dimaksud dengan klausa berpusat adalah klausa yang subjeknya terikat

dengan predikatnya. Sedangkan klausa tidak berpusat adalah klausa yang

subjeknya dapat berdiri sendiri tanpa predikat.

2.3.4 Kalimat

Dalam ilmu sintaksis terdapat kajian mengenai kalimat, yang tingkatannya

berada di atas satuan fonem, morfem, frasa, dan klausa. Menurut pendapat saya

pengertian kalimat itu sendiri adalah rangkaian kata-kata yang tersusun secara

(29)

Menurut Chaer (2007:240), kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur

yang berisi pikiran yang lengkap. Di sini dalam kaitannya dengan satuan-satuan

sintaksis yang lebih kecil (kata, frasa, dan klausa) kita akan mengikuti konsep,

bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang

biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta

disertai dengan intonasi final.

Chaer (2009:187) membagi kalimat berdasarkan modusnya menjadi 4

jenis kalimat, yaitu kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif, dan

kalimat interjektif. Kalimat deklaratif isinya menyampaikan pernyataan yang

ditunjukan pada orang lain, kalimat deklaratif tidak memerlukan jawaban lisan

maupun tindakan. Kalimat imperatif meminta lawan tutur melakukan tindakan.

Kalimat interogatif mengharapkan adanya jawaban secara verbal. Kalimat

interjektif untuk menyatakan emosi.

Selain itu Chaer (2009:163-186) membagi penyusunan kalimat berdasrkan

kalimat sederhana dan kalimat luas. Kalimat sederhana dibagi menjadi kalimat

verbal monotransitif, verbal bitransitif, verbal intransitif, kalimat nominal, kalimat

ajektifal, kalimat preposisional, dan kalimat numeral. Kalimat luas dibagi menjadi

kalimat luas dengan fungsi keterangan lebih dari satu, kalimat luas dengan

memberi keterangan pada unsur fungsi, kalimat luas dengan keterangan aposisi,

kalimat luas dengan klausa sisipan, kalimat luas rapatan fungsi, kalimat

luas/majemuk setara, kalimat luas/majemuk bertingkat, dan kalimat

(30)

19

2.4 Fungsi Sintaksis

Abdul Chaer (2009:20) mengemukakan, bahwa yang dimaksud dengan fungsi sintaksis adalah semacam “kotak-kotak” atau”tempat-tempat” dalam

struktur sintaksis yang kedalamnya akan diisikan kategori-kategori tertentu

(Verhaar 1987, dalam Chaer 2007:207). Kotak-kotak itu bernama subjek (S),

predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Selanjutnya akan

dibahas mengenai tiga dari lima kotak-kotak dalam struktur sintaksis tersebut.

Menurut Kridalaksana, (dalam Putrayasa, 2007:64) tiap kata atau frasa

dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frasa lain

yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi di sini diberi pengertian hubungan saling

kebergantungan antara unsur-unsur dari suatu perangkat sedemikian rupa

sehingga perangkat itu merupakan keutuhan dan membentuk sebuah struktur.

Fungsi itu bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam

kalimat. Fungsi sintaksis utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek,

pelengkap, dan keterangan. Kelima unsur tersebut tidak selalu bersama-sama

dalam sebuah kalimat. Kadang kadang sebuah kalimat terdiri atas subjek dan

predikat (S - P), subjek – predikat – objek (S - P - O), subjek - predikat -

keterangan (S - P – K), subjek – predikat – pelengkap (S - P - Pel), subjek –

predikat – objek – keterangan (S- P - O - K), atau subjek – predikat – pelengkap –

keterangan (S – P – Pel – K).

2.5 Kategori Sintaksis

Seperti yang sudah di singgung pada pembahasan mengenai satuan

(31)

dibagi dalam kategori-kategori tertentu. Kategori-kategori tersebut antara lain

berupa nomina, verba, ajektiva, adverbia, preposisi, konjungsi, kategori fatis, dan

interjeksi.

2.5.1 Nomina

Kata benda (nomina) adalah nama seseorang, tempat, atau benda

(Burton-Roberts, dalam Putrayasa, 2007:72). Kata benda adalah kategori yang secara

sintaksis (1) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, (2)

mempunyai potensi untuk didahului partikel dari (Kridalaksana, dalam Putrayasa, 2007:72). Kata benda mencangkup pronominal dan numeralia.

Kata benda dapat dilihat dari tiga segi, yakni segi semantis, sintaksis, dan

bentuk. Dari segi semantis dapat dikatakan, bahwa kata benda adalah kata yang

mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Dari segi

sintaksisnya, nomina memiliki tiga cirri, yaitu (1) dalam kalimat yang predikatnya

verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap; (2)

nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, pengingkarnya adalah kata

bukan; (3) umumnya, nomina dapat diikuti oleh ajektiva, baik secara langsung maupun dijembatani oleh kata yang. Dari segi perilaku sintaksisnya, nomina dapat

dilihat berdasarkan posisi atau pemakaiannya pada tataran frasa. Dari segi

bentuknya, nomina terdiri atas dua macam, yakni nomina yang berbentuk kata

dasar dan nomina turunan. Penurunan nomina ini dilakukan dengan afiksasi,

(32)

21

2.5.2 Verba

Kata kerja (verba) adalah kategori yang menyatakan tindakan (Ramlan,

dalam Putrayasa, 2007:76). Secara Sintaksis sebuah satuan gramatikal dapat

diketahui berkategori verba dari prilakunya dalam satuan yang lebih besar. Secara

umum verba dapat diidentifikasi dan dibedakan berdasarkan kelas kata yang lain,

terutama adjektiva karena cirri-ciri berikut :

1. Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau inti predikat dalam

kalimat, walaupun dapat juga memiliki fungsi lain.

2. Verba mengandung makna inhern perbuatan (aksi), proses, atau keadaan

yang bukan sifat atau kualitas.

3. Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter-

yang berarti paling.

4. Pada umumnya, verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang

menyatakan kesangatan.

2.5.3 Pronomina

Pronomina ialah kata-kata penunjuk, pernyataan, atau penanya tentang

sebuah subtansi dan dengan demikian justru mengganti namanya (Ramlan, dalam

Putrayasa, 2007:74). Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada

nomina lain (Alwi, dalam Putrayasa, 2007:74). Kridalaksana (dalam Putrayasa

2007:74), menambahkan, bahwa pronomina adalah kategori yang berfungsi

menggantikan nomina. Jika dilihat dari segi fungsinya, dapat dikatakan bahwa

pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti

(33)

2.5.4 Adverbia

Menurut Chaer (2009:49), adverbia adalah kategori yang mendampingi

nomina, verba, dan ajektifa dalam pembentukan frasa, atau dalam pembentukan

sebuah klausa. Chaer (2009:49) membagi adverbia menjadi adverbia sangkalan,

jumlah, pembatasan, penambahan, keseringan, kualitas, waktu, keselesaian,

kepastian, keharusan, derajat, kesanggupan, harapan, keinginan, dan

kesungguhan.

Dalam rumusan masalah nomer dua penelitian ini, kajiannya terfokus pada kata ‘sudah’ dalam kalimat yang umumnya termasuk pada kelas kata adverbia

kala. Menurut Chaer (2009:61) Adverbia kala adalah adverbia yang menyatakan

waktu tindakan dilakukan. Adverbia sudah digunakan dengan aturan menyatakan

tindakan atau kejadian yang telah lalu ataupun masih berlangsung.

2.5.5 Adjektiva

Menurut Alwi (dalam Putrayasa, 2007:80) adjektiva atau kata sifat ialah

kata yang memberi keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan

oleh nomina dalam kalimat.

2.5.6 Numeralia

Numeralia atau kata bilangan adalah kelas kata yang berhubungan dengan

angka dan jumlah. Biasanya kelas kata numeralia berupa angka, nilai uang, dan

(34)

23

2.5.7 Kategori Fatis

Malinowski (dalam Faizah, 2012:61) menyatakan bahwa kategori fatis

adalah ujaran yang dihasilkan dengan mempertukarkan kata-kata untuk

mempererat satuan-satuan bahasa. Kategori fatis merupakan kata gramatikal

ataupun kata fungsional dengan ciri-ciri tidak memiliki akar yang jelas, tidak

memiliki otonomi semantis, dan tidak berupa kata fungsional (sutami, dalam

faizah, 2012 :61).

Menurut Kridalaksana (2008:114), kategori fatis adalah kategori kata

yangbertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan komunikasi antara

(35)

27

ANALISIS DATA

Pada bab ini akan dianalisis beberapa keunikan yang terdapat pada kalimat

bahasa melayu Papua. Keunikan tersebut terdapat pada bentuk pronomina posesiva dalam kalimat, kata sudah yang sering digunakan dalam kalimat oleh

penutur BMP, serta partikel kah dan toh yang juga sering digunakan dalam kalimat oleh penutur BMP.

3.1 Analisis Keunikan Penggunaan Pronomina Posesiva pada Kalimat Bahasa Melayu Papua dalam Film Di Timur Matahari.

Pada subbab ini dijelaskan mengenai keunikan yang terdapat pada kategori pronomina posesiva BMP. Pronomina posesiva pada BMP berbentuk frasa. Frasa yang berketegori pronomina posesiva pada BMP tidak terikat dengan hukum D-M

yang menjadi pola dasar inti frasa bahasa Indonesia. Pada frasa yang berkategori pronomina posesiva BMP berlaku hukum M-D. Selain itu, diantara dua unsur

pemilik dan termilik dijembatani dengan kata punya. Kata punya dalam BMP juga memiliki keunikan, yaitu adanya pemotongan suku kata dengan mengambil suku kata pertama menjadi pu. Dari hasil klasifikasi data yang dilakukan, penulis

menemukan 33 kalimat yang memuat pronomina posesiva, dengan rincian 18 kalimat deklaratif (8 kalimat dengan kata punya, 8 kalimat dengan kata pu), 13

kalimat interogatif (3 kalimat dengan kata punya, 7 kalimat dengan kata pu), 4 kalimat imperatif (4 kalimat dengan kata pu).

(36)

28

klasifikasi data kalimat berdasarkan intonasi akhir yang memuat pronomina

posesiva dalam kalimatnya secara fungsional dan kategorial, serta peran pronomina posesiva dalam kalimat.

3.1.1 Kalimat Deklaratif.

3.1.1.1 Kalimat Deklaratif yang Memuat Pronomina Posesiva dengan Kata Punya.

1) Betina lebih ramping, dia punya suara lebih halus.

Pada data (1) terdapat kontruksi dia punya suara. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina dia, penanda posesif punya, dan nomina suara. Pronomina dia berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina suara

berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata punya sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata dia punya suara sepadan dengan kosakata suaranya.

 Betina lebih ramping suaranya lebih halus

2) Dokter Fatimah saya punya teman.

Pada data (2) terdapat kontruksi saya punya teman. Kontruksi tersebut

dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina saya, penanda posesif punya, dan nomina teman. Pronomina saya berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina teman berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata

punya sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata saya punya

teman sepadan dengan kosakata teman saya.

(37)

3) Saya tidak tahu bahwa dia bawa dia punya anak.

Pada data (3) terdapat kontruksi dia punya anak. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina dia, penanda posesif punya, dan

nomina anak. Pronomina dia berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina anak berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata punya sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan

dengan kosakata anaknya.

 Saya tidak tahu bahwa dia bawa anaknya.

4) Ini saya punya istri Kak, Nina.

Pada data (4) terdapat kontruksi saya punya istri. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina saya, penanda posesif punya, dan nomina istri. Pronomina saya berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina istri

berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata punya sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata istri saya.

 Ini istri saya Kak, Nina.

5) Ini adat seribuan tahun, sebelum kau punya nenek moyang ada!

Pada data (5) terdapat kontruksi kau punya nenek moyang. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kau, penanda posesif punya,

(38)

30

terdapat kata punya sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata

tersebut sepadan dengan kosakata teman saya.

 Ini adat seribu tahun, sebelum nenek moyang kau ada!

6) Memang saya punya anak Papua cerdas semua.

Pada data (6) terdapat kontruksi saya punya anak Papua. Kontruksi

tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina saya, penanda posesif punya, dan nomina anak Papua. Pronomina saya berfungsi sebagai pemilik, sedangkan

nomina teman berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata punya sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata teman saya.

 Memang anak Papua saya cerdas semua.

7) Sedikitpun dia tidak pernah berdoa dia punya keselamatan, dia punya kesembuhan,

cuma kau sama kakak Blas, kamu berdua punya keselamatan di sini.

Pada data (7) terdapat tiga kontruksi pronomina posesiva, yaitu dia punya keselamatan, dia punya kesembuhan, dan kamu berdua punya keselamatan.

Kontruksi pronomina posesiva pertama dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina dia, penanda posesif punya, dan nomina keselamatan. Pronomina dia berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina keselamatan berfungsi sebagai termilik. Di

antara pemilik dan termilik terdapat kata punya sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata

(39)

yaitu pronomina dia, penanda posesif punya, dan nomina kesembuhan. Pronomina

dia berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina kesembuhan berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata punya sebagai penghubung.

Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata kesembuhannya. Kontruksi pronomina posesiva ketiga dibentuk oleh empat unsur,

yaitu pronomina kamu, penanda jumlah berdua, penanda posesif punya, dan

nomina keselamatan. Pronomina dia berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina keselamatan berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik

terdapat kata punya sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata keselamatan kamu berdua.

 Sedikitpun dia tidak pernah berdoa keselamatannya, kesembuhannya, cuma

kau sama kakak Blas, keselamatan kamu berdua di sini.

8) ……… kau punya mata tu kan masih sehat.

Pada data (8) terdapat kontruksi kau punya mata. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kau, penanda posesif punya, dan

nomina mata. Pronomina kau berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina mata berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata punya

sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata mata kau / mata kamu.

(40)

32

3.1.1.2 Kalimat Deklaratif yang Memuat Pronomina Posesiva dengan Kata Pu.

9) Saya ini dia pu mama ibu dokter.

Pada data (9) terdapat kontruksi dia pu mama. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina dia, penanda posesif pu, dan nomina mama. Pronomina dia berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina mama berfungsi

sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata punya sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan

kosakata mamanya.

 Saya ini Mamanya ibu dokter.

10)Kau pu merpati banyak sekali ini Blas.

Pada data (10) terdapat kontruksi kau pu merpati. Kontruksi tersebut

dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kau, penanda posesif pu, dan nomina merpati. Pronomina kau berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina merpati berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai

penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata merpati kau / merpati kamu.

Merpati kau banyak sekali ini Blas.

11)Saya pu tabungan bapa.

Pada data (11) terdapat kontruksi saya pu tabungan. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kau, penanda posesif pu, dan nomina

(41)

tabungan berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata

pu sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan

dengan kosakata tabungan saya.  Tabungan saya bapa.

12)Kau pu bapa marah nanti.

Pada data (12) terdapat kontruksi kau pu bapa. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kau, penanda posesif pu, dan nomina

bapa. Pronomina kau berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina Bapa berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai

penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata Bapak kau / bapakmu.

Bapak kau marah nanti.

13)Tuhan ciptakan kau pu tangan bukan untuk berbuat jahat.

Pada data (13) terdapat kontruksi kau pu tangan. Kontruksi tersebut

dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kau, penanda posesif pu, dan nomina tangan. Pronomina kau berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina tangan

berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata tangan kau / tanganmu.

(42)

34

14)Dia pu nama ada, su tanda tangan.

Pada data (14) terdapat kontruksi dia pu nama. Kontruksi tersebut

dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina dia, penanda posesif pu, dan nomina nama. Pronomina dia berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina nama berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai

penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata nama dia / namanya.

Namanya ada, su tanda tangan.

15)……saya pu badan mau struk ini!

Pada data (15) terdapat kontruksi saya pu badan. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina saya, penanda posesif pu, dan nomina badan. Pronomina saya berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina badan

berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan

kosakata badan saya.

Badan saya mau struk ini!

16)Alex su bakar mereka pu honai.

Pada data (16) terdapat kontruksi mereka pu honai. Kontruksi tersebut

dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina mereka, penanda posesif pu, dan nomina honai. Pronomina mereka berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina

(43)

sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan

dengan kosakata rumah mereka.  Alex su bakar rumah mereka.

3.1.2 Kalimat introgatif.

3.1.2.1 Kalimat Interogatif yang Memuat Pronomina Posesiva dengan Kata Punya.

17)Bukan karena dia punya bentuk seperti rumah-rumah di Jawa toh!?

Pada data (17) terdapat kontruksi dia punya bentuk. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina dia, penanda posesif punya, dan

nomina bentuk. Pronomina dia berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina bentuk berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata punya sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut

sepadan dengan kosakata bentuknya.

 Bukan karena bentuknya seperti rumah-rumah di Jawa toh!?

18)Bapa Yacob mau jadi saya punya bapa kah?

Pada data (18) terdapat kontruksi saya punya bapa. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina saya, penanda posesif punya, dan

nomina bapa. Pronomina saya berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina bapa berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata punya sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan

dengan kosakata bapak saya.

(44)

36

3.1.2.2 Kalimat Interogatif yang Memuat Pronomina Posesiva dengan Kata Pu.

19)Kalian pu guru belum datang?

Pada data (19) terdapat kontruksi kalian pu guru. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kalian, penanda posesif pu, dan nomina guru. Pronomina kalian berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina guru

berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan

kosakata guru kalian.

Guru kalian belum datang?

20)………. kau pu idola pemain bola siapa?

Pada data (20) terdapat kontruksi kau pu idola pemain bola. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kalian, penanda posesif pu, dan

frasa nomina idola pemain bola. Pronomina kau berfungsi sebagai pemilik, sedangkan frasa nomina idola pemain bola berfungsi sebagai termilik. Di antara

pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata idola pemain bola kau.  Idola pemain bola kau siapa?

21)Bisa kasih keras kau pu suara sedikit kah!?

Pada data (21) terdapat kontruksi kau pu suara. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kau, penanda posesif pu, dan nomina

(45)

berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai

penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata suara kau / suaramu. Selain itu, terdapat pula konstruksi frasa kasih

keras. Konstruksi tersebut juga memiliki keunikan. Keunikannya adalah kata kasih tersebut berfungsi sebagai penanda imperatif yang terletak di sebelah

adverbia keras. Konstruksi frasa kasih keras sepadan dengan kosakata keras +

-kan.

 Bisa keraskan suara kau sedikit kah!?

22)Ibu dokter ke sini mau tanya, di mana kau pu mama?

Pada data (22) terdapat kontruksi kau pu mama. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kau, penanda posesif pu, dan nomina mama. Pronomina kau berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina mama berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai

penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata mama kau / mamamu.

 Ibu dokter ke sini mau tanya, di mana mama kau?

23)Kau pu nama?

Pada data (23) terdapat kontruksi kau pu nama. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kau, penanda posesif pu, dan nomina

(46)

38

penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan

kosakata nama kau / namamu.  Namamu?

24)Hapus kau pu ingus, sudah besar toh!?

Pada data (24) terdapat kontruksi kau pu ingus. Kontruksi tersebut

dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kau, penanda posesif pu, dan nomina ingus. Pronomina kau berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina ingus

berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata ingus kau / ingusmu.

 Hapus ingus kau, sudah besar toh!?

25)Kalian pu guru belum datang kah?

Pada data (25) terdapat kontruksi kalian pu guru. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kalian, penanda posesif pu, dan nomina

guru. Pronomina kalian berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina guru berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai

penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata guru kalian.

(47)

26)Kau pu orangtua suruh kau jadi pendeta kah?

Pada data (26) terdapat kontruksi kau pu orangtua. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kau, penanda posesif pu, dan nomina

orangtua. Pronomina kau berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina orangtua

berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan

kosakata orangtua kau.

Orangtua kau suruh kau jadi pendeta kah?

27)Berapa dia pu harga?

Pada data (27) terdapat kontruksi dia pu harga. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina dia, penanda posesif pu, dan nomina harga. Pronomina dia berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina harga berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai

penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata harganya.

 Berapa harganya?

28)Bagaimana perasaan kalian kalau kalian tau, kalian pu anak, kalian pu saudara,

beli hape rusak dua juta rupiah dan isinya gambar tidak baik?

Pada data (28) terdapat dua kontruksi pronomina posesiva kalian pu anak dan kalian pu saudara. Kontruksi pertama dibentuk oleh tiga unsur, yaitu

(48)

40

berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina anak berfungsi sebagai termilik. Di

antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata anak kalian. Kontruksi

kedua dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kalian, penanda posesif pu, dan nomina saudara. Pronomina kalian berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina saudara berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata

pu sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan

dengan kosakata saudara kalian.

 Bagaimana perasaan kalian kalau kalian tau, anak kalian, saudara kalian, beli

hape rusak dua juta rupiah dan isinya gambar tidak baik?

29)Kata siapakah tibo itu kita pu saudara?

Pada data (29) terdapat kontruksi kita pu saudara. Kontruksi tersebut

dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kita, penanda posesif pu, dan nomina saudara. Pronomina kita berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina saudara berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai

penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata saudara kita.

(49)

3.1.3 Kalimat imperatif yang Memuat Pronomina Posesiva dengan Kata Pu.

30)Kau kasih keras kau pu suara itu!

Pada data (30) terdapat kontruksi kau pu suara. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kau, penanda posesif pu, dan nomina suara. Pronomina kau berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina suara

berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan

kosakata suara kau / suaramu. Selain itu, terdapat pula konstruksi frasa kasih keras. Konstruksi tersebut juga memiliki keunikan. Keunikannya adalah kata kasih tersebut berfungsi sebagai penanda imperatif yang terletak di sebelah

adverbia keras. Konstruksi frasa kasih keras sepadan dengan kosakata keras + -kan.

 Kau keraskan suara kau itu!

31)Bakar dia pu motor itu sudah!

Pada data (31) terdapat kontruksi dia pu motor. Kontruksi tersebut dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina dia, penanda posesif pu, dan nomina

motor. Pronomina dia berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina motor berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan

kosakata motor dia / motornya.  Bakar motornya itu sudah!

(50)

42

Pada data (32) terdapat kontruksi kau pu buku catatan. Kontruksi tersebut

dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kau, penanda posesif pu, dan frasa nomina buku catatan. Pronomina kau berfungsi sebagai pemilik, sedangkan frasa

nomina buku catatan berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata buku catatan kau / buku catatanmu.

 Kau bawa buku catatan kau itu

33)………. kau pu celana kasih naik sedikit!

Pada data (33) terdapat kontruksi kau pu celana. Kontruksi tersebut

dibentuk oleh tiga unsur, yaitu pronomina kau, penanda posesif pu, dan nomina celana. Pronomina kau berfungsi sebagai pemilik, sedangkan nomina celana berfungsi sebagai termilik. Di antara pemilik dan termilik terdapat kata pu sebagai

penghubung. Jika dipadankan kedalam BI, kosakata tersebut sepadan dengan kosakata celana kau / celanamu. Selain itu, terdapat pula konstruksi frasa kasih naik. Konstruksi tersebut juga memiliki keunikan. Keunikannya adalah kata kasih

tersebut berfungsi sebagai penanda imperatif yang terletak di sebelah verba naik. Konstruksi frasa kasih naik sepadan dengan kosakata naik + -kan.

Celanamu naikan sedikit!

Dari pola-pola tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan pronomina

posesiva dalam BMP dalam film Di Timur Matahari tidak didapati berada pada posisi K dalam fungsi kalimat, serta hanya menduduki posisi O pada kalimat

(51)

deklaratif, kalimat interogatif, dan kalimat imperatif, penulis tidak menemukan

penggunaan pronomina posesiva yang menjadi kekhasan BMP dalam bentuk kalimat interjektif dalam film Di Timur Matahari.

3.2 Analisis Keunikan Penggunaan Kata Sudah pada Kalimat BMP dalam Film Di Timur Matahari.

Pada subbab ini dijelaskan terlebih mengenai keunikan kata sudah pada

kalimat BMP dalam film Di Timur Matahari. Penulis menemukan penggunaan kata sudah pada kalimat tutur BMP tidak selalu berkategori adverbia kala atau

sebagai adverbia keselesaian dalam kalimat. Selain itu, terdapat kesamaan keunikan kata sudah dengan kata punya yang telah dibahas pada subbab 3.1, yaitu pemendekan menjadi su.

Dari hasil klasifikasi data yang dilakukan, penulis menemukan 22 kalimat yang memuat kata sudah dengan keunikan kaidah sintaksis, dengan rincian 10 kalimat deklaratif (5 kalimat dengan kata sudah, 5 kalimat dengan kata su), 2

kalimat interogatif (1 kalimat dengan kata sudah, 1 kalimat dengan kata su), 6 kalimat imperatif (dengan kata sudah), dan 3 kalimat interjektif (dengan kata

sudah).

Selanjutnya kalimat yang memuat kata sudah dalam film Di Timur Matahari akan diklasifikasi berdasarkan jenis kalimat, serta dianalisis struktur

(52)

44

3.2.1 Kalimat Deklaratif.

3.2.1.1 Kalimat Deklaratif yang Menggunakan Kata Sudah. 34)Ah, kerjaan di sini cuma makan-makan saja sudah setiap hari nih!

Pada data (34) kata sudah menduduki posisi konstituen pembentuk fungsi P dalam kalimat. Kata sudah pada kalimat ini berkategori fatis yang keberadaannya dalam kalimat dapat dihilangkan tanpa merubah makna kalimat.  Ah, kerjaan di sini cuma makan-makan saja (sudah) setiap hari nih!

Kata sudah yang berkategori fatis ini memiliki fungsi pragmatis, yaitu sebagai

pemertegas dalam kalimat.

35)Kalau begini terus saya pulang Sumatra sudah!

Pada data (35) kata sudah menduduki posisi konstituen pembentuk fungsi Pel dalam kalimat. Kata sudah pada kalimat ini berkategori fatis yang

keberadaannya dalam kalimat dapat dihilangkan tanpa merubah makna kalimat.  Kalau begini terus saya pulang Sumatra (sudah)!

Kata sudah yang berkategori fatis ini memiliki fungsi pragmatis, yaitu sebagai

pemertegas dalam kalimat.

36)Sudah, kalau memang saya salah, saya minta maaf, saya tidak mau

Konj. S P S

membahas masalah ini lagi sudah!

Pada data (36) kata sudah pertama menduduki posisi Konj. dalam kalimat, sedangkan kata sudah kedua menduduki posisi konstituen pembentuk fungsi Pel

Referensi

Dokumen terkait

[r]

PEMERI NTAH KABUPATEN MAGETAN PEJABAT PEN GAD AAN BARAN G/ JASA BAGI AN UM UM SEKRETARI AT D

Saudara diharapkan membawa Dokumen Asli Perusahaan dan menyerahkan Fotocopynya antara lain : Dokumen Penawaran, Jaminan Penawaran, Surat Dukungan Keuangan Dari Bank,

Dengan adanya krisis ekonomi yang terus-menerus mencengkeram bangsa Indonesia menambah penderitaan perempuan. Harga-harga bahan kebutuhan rumah tangga naik, seperti

Teknik analisis data yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan Price Earning Ratio, Return On Assets dan Net Profit Margin terhadap perubahan harga saham adalah

Teknik Informatika Universitas Sebelas Maret yang memberikan izin kepada.. penulis

Button getSavedData Untuk menampilkan daftar jenis material terdahulu Listbox CategoryName Memilih ulang jenis material yang dapat dipasok Button Update Untuk mengubah

Untuk memastikan semua transaksi yang telah dicatat oleh Campos dan departemen payroll benar-benar ada dan mereka melakukan pembayaran kepada karyawan yang no-fiktif,