• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Guru Seni Budaya SMALBA - Tunanetra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Buku Guru Seni Budaya SMALBA - Tunanetra"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA i

SEKOLAH MENENGAH ATAS

LUAR BIASA

Buku Guru

Seni Budaya

TUNANETRA

KELAS X

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

2014

(2)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA ii

Buku Guru

Seni Budaya

SMALB/A - Tunanetra

Buku ini merupakan buku guru yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi kurikulum 2013. Buku guru ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai

(3)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA iii

Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang – Undang

Kontributor : Tini Surtini, M.Pd Penyunting materi : (tim pengarah)

Diterbitkan oleh : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kotak katalog dalam terbitan (KDT)

Cetakan ke-1, 2014

Disusun dengan huruf Bookman Oldstyle , 12pt

Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Seni Budaya-SMALB/A ~Tunanetra : Buku Guru/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. –Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.

x, 138 hal. : ilus.; 25 cm. Untuk SMALB Kelas X

ISBN 978-602-282-661-3 (jilid lengkap) ISBN 978-602-282-662-0 (jilid1)

I. Seni Budaya - Tunanetra – Studi dan Pengajaran I. Judul

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan MILIK NEGARA

(4)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA iv

KATA PENGANTAR

(5)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA v

berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013.

Dengan diberlakukannya implementasi kurikulum 2013 mulaitahunajaran 2014/ 2015 di SMALB, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah mengembangkan kurikulum pendidikan khusus. Kegiatan ini telah berhasil merumuskan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sejumlahmata pelajaran bagi peserta didik/siswa SMALB. Merujuk pada kurikulum tersebut, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah mengembangkan bahan ajar pendidikan khusus.Dari kegiatan pengembangan tersebut telah diterbitkan sebanyak 54 jenis bahan ajar pendidikan khusus untuk peserta didik/siswa SMALB kelas X Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita Ringan, Tunagrahita Sedang, Tunadaksa Ringan, Tunadaksa Sedang, dan Autis, yang terdiri dari 27 bahan ajar untuk peserta didik/siswa dan 27 bahan ajar untuk guru yang mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Kewarganegaraan, Matematika, dan Seni Budaya.

(6)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA vi

Khusus dan Layanan Khusus, dengan dibantu Kasubdit Pembelajaran, Kasi Pelaksanaan Kurikulum, Kasi Penilaian dan Akreditasi yang telah mengkoordinir penulis, penelaah/editor, illustrator, tim Dit PKLK. dan tim tenaga teknis sehingga atas kerja keras dan bekerja dengan penuh konsentrasi dapat dihasilkannya bahan ajar ini. Semoga ketersediaan bahan ajar ini akan mendorong semua guru dan Kepala Sekolah SMALB untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dalam mengelola kelas dan mengembangkan sekolah serta bagi guru diharapkan dapat menerapkan pendekatan saintifik dan penilaian otentik pada setiap kegiatan pembelajaran supaya dihasilkan lulusan SMALB yang kreatif, produktif, inovatif, dan mandiri serta memiliki sikap ilmiah.

Jakarta, Mei 2014.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(7)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA vii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

BAB I KARAKTERISTIK SENI BUDAYA DI SMA LB TUNANETRA ... 1

A. Rasional ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Ruang Lingkup ... 3

D. Muatan Lokal ... 5

E. Lingkup Kompetensi dan Materi ... 9

BAB II RANCANGAN DAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN ... 12

A. Kerangka Pembelajaran ... 12

B. Pengelolaan Pembelajaran Seni Budaya ... 13

BAB III MODEL-MODEL PEMBELAJARAN A. Jenis Pembelajaran Seni Budaya ... 18

B. Pemilihan Model Pembelajaran ... 29

C. Kaitan Materi dan Model Pembelajaran ... 29

BAB IV MEDIA DAN SUMBER BELAJARAN A. Media Pembelajaran ... 32

(8)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA viii

BAB V PEMBELAJARAN 1

MENYANYIKAN LAGU DENGAN GERAK

A. Kompetensi Inti ... 35

B. Kompetensi Dasar ... 36

C. Tujuan Pembelajaran ... 36

D. Strategi Pembelajaran ... 36

E. Materi Pembelajaran ... 38

F. Rangkuman ... 47

G. Refleksi ... 48

BAB VI. PEMBELAJARAN 2 LATIHAN MENYANYI A. Kompetensi Inti ... 60

B. Kompetensi Dasar ... 61

C. Tujuan Pembelajaran ... 61

D. Strategi Pembelajaran ... 62

E. Materi Pembelajaran ... 63

F. Rangkuman ... 66

G. Refleksi ... 66

BAB VII. PEMBELAJARAN 3 BERMAIN MUSIK ANSAMBEL A. Kompetensi Inti ... 68

B. Kompetensi Dasar ... 69

C. Tujuan Pembelajaran ... 69

D. Strategi Pembelajaran ... 69

(9)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA ix

F. Rangkuman ... 82

G. Refleksi ... 82

BAB VIII. PEMBELAJARAN 4 DRAMATIC READING A. Kompetensi Inti ... 83

B. Tujuan Pembelajaran... 84

C. Strategi Pembelajaran ... 84

D. Materi Pembelajaran ... 86

E. Latihan ... 115

F. Rangkuman ... 115

BAB IX. PENILAIAN SENI BUDAYA A. Strategi Dasar Penilaian Seni Budaya ... 117

B. Bentuk dan Teknik Penilaian ... 119

C. Pelaksanaan Penilaian dan Pelaporan Hasil Kerja ... 131

GLOSARIUM ... 135

(10)
(11)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 1

BAB I

KARAKTERISTIK SENI BUDAYA

DI SMA-LB TUNANETRA

A.

Rasional

Mata pelajaran Seni Budaya merupakan mata pelajaran yang membahas mengenai karya seni estetis, artistik, dan kreatif yang berakar pada norma, nilai, perilaku, dan produk seni budaya bangsa melalui aktivitas berkesenian. Mata pelajaran Seni Budaya merupakan salah satu sarana mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memahami seni dalam konteks ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial sehingga dapat berperan dalam perkembangan sejarah peradaban dan kebudayaan, baik dalam tingkat lokal, nasional, regional, maupun global.

(12)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 2

atau seniman namun lebih menitikberatkan pada sikap dan perilaku kreatif, etis dan estetis .

Mata Pelajaran Seni Budaya secara konseptual bersifat (1)multilingual, yakni pengembangan kemampuan peserta didik mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media, dengan pemanfaatan bahasa rupa, bahasa bunyi, bahasa gerak, bahasa peran, dan kemungkinan berbagai perpaduan di antaranya. Kemampuan mengekspresikan diri memerlukan pemahaman tentang konsep seni, teori ekspresi seni, proses kreasi seni, teknik artisitik, dan nilai kreativitas;

(2) multidimensional, yakni pengembangan beragam

kompetensi peserta didik tentang konsep seni, termasuk pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, dan etika dan sekaligus merupakan multikecerdasan membentuk pribadi yang harnonis sesuai dengan perkembangan psikologis peserta didik, termasuk kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual-spasial, verbal-linguistik, musikal, matematik-logik, jasmani-kinestetis, dan lain sebagainya; (3) multikultural, yakni menumbuhkembangkan kesadaran

dan kemampuan peserta didik mengapresiasi beragam budaya Nusantara dan mancanegara.

(13)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 3

dalam kehidupan masyarakat yang pluralistik. Sikap ini diperlukan untuk membentuk kesadaran peserta didik akan beragamnya nilai budaya yang hidup di tengah masyarakat.

B. Tujuan

Mata Pelajaran Seni Budaya secara khusus bertujuan untuk menumbuhkembangkan kepekaan rasa estetik dan artistik, sikap kritis, apresiatif, dan kreatif pada diri setiap peserta pendidik secara menyeluruh. Sikap ini hanya mungkin tumbuh jika dilakukan serangkaian proses aktivitas berkesenian pada peserta didik. Mata pelajaran Seni Budaya memiliki tujuan khusus, yaitu; 1. menumbuhkembangkan sikap toleransi,

2. menciptakan demokrasi yang beradab,

3. menumbuhkan hidup rukun dalam masyarakat majemuk,

4. mengembangkan kepekaan rasa dan keterampilan 5. menerapkan teknologi dalam berkreasi,

6. menumbuhkan rasa cinta budaya dan menghargai warisan budaya Indonesia,

7. membuat pergelaran dan pameran karya seni.

C. Ruang Lingkup

(14)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 4

pada kurikulum untuk peserta didik berkebutuhan khusus tunanetra terdiri atas:

(1) Musik dan Gerak

Apresiasi terpadu antara musik dan gerak, estetika musik, pengetahuan media dan, teknik penciptaan seni musik, pertunjukan seni musik, Evaluasi seni musik, Portofolio seni musik. Pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Kelompok Tuna Netra memuat pengenalan teknik vokal dan alat musik.

(2) Seni Teater

Apresiasi teater, Estetika teater, pengetahuan bahan dan alat dramatic reading seperti sandiwara radio, teknik penciptaan naskah drama, pertunjukkan dramatic reading, Evaluasi pertunjukan pertunjukan

dramatic reading, Portofolio. Pada jenjang pendidikan

Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra memuat pengenalan teknik penampilan sandiwara radio.

(15)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 5

guru mata pelajaran seni atau guru yang menguasai satu bidang seni atau lebih.

D. Muatan Lokal

Mata pelajaran Seni Budaya sesuai dengan Kerangka dasar dan Struktur Kurikulum tahun 2013, termasuk mata pelajaran wajib kelompok B. Mata pelajaran Seni Budaya berisi muatan yang berlaku nasional dan ditambah materi muatan lokal dan terintegrasi dengan mata pelajaran Seni Budaya. Muatan lokal juga dapat berdiri sendiri dan diajarkan secara terpisah. Muatan lokal merupakan bahan kajian pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya.

Muatan lokal sebagai bahan kajian yang membentuk pemahaman terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya bermanfaat untuk memberikan bekal sikap, pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta didik agar:

(1) Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya;

(16)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 6

(3) Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

Integrasi muatan lokal kedalam mata pelajaran seni budaya dapat memberi peluang bagi guru untuk mengenalkan potensi-potensi seni dan budaya lokal yang dekat dengan lingkungan pada anak. Hal ini akan memudahkan guru dan sekolah dalam menentukan sumber belajar, maupun narasumber dari seniman lokal. Oleh guru peserta didik dapat di bawa ke kelompok, grup-grup seni, rumah atau tempat seniman lokal berkarya, yang ada diwilayah terdekat. Bahkan terlibat langsung pada peristiwa-peristiwa budaya lokal yang menjadi agenda budaya rutin didaerahnya. Dengan karakteristik mata pelajaran seni budaya seperti ini, dapat menjadi sarana konservasi dan pengembangan budaya lokal, sehingga budaya tersebut terjaga kelestarian dan peluang untuk pengembangannya tetap terbuka di lingkungan sekolah.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu

(17)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 7

Lulusan (SKL). Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.

Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Jadi tujuan akhir pembelajaran mengacu ke SKL. Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) Kompetensi Dasar. Sebagai unsur

(18)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 8

Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap religius (Kompetensi Inti 1), sikap sosial (Kompetensi Inti 2), pengetahuan (Kompetensi Inti 3), dan keterampilan (Kompetensi Inti 4). Ke-4 kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap religius dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (Kompetensi Inti 3) dan keterampilan (Kompetensi Inti 4).

(19)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 9

kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu berorientasi hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi sosial, progresifisme, atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi, maka nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat pada kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme.

E. Lingkup Kompetensi dan Materi Pelajaran di SMA

LB-Tunanetra

(20)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 10

bekerjanya simultan dan tidak dapat dipisahkan satu diantaranya, sedangkan dalam proses penciptaan seni, ditekankan pada proses pengembangan kreativitas, menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Seni Budaya melibatkan semua bentuk kegiatan berupa aktivitas fisik dan cita rasa keindahan. Aktivitas fisik dan cita rasa keindahan itu tertuang dalam kegiatan apresiasi, eksplorasi, eksperimentasi dan kreasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran. Masing-masing aktivitas mencakup pembinaan dan pemberian fasilitas mengungkap gagasan seni, keterampilan berkarya serta apresiasi dalam konteks sosial budaya masyarakat.

LEVEL

KOMPE -TENSI

KELAS KOMPETENSI LINGKUP MATERI

(21)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 11

LEVEL

KOMPE -TENSI

KELAS KOMPETENSI LINGKUP MATERI

(22)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 12

BAB II

RANCANGAN DAN PENGELOLAAN

PEMBELAJARAN

A. Kerangka Pembelajaran

Kompetensi dasar pada Kurikulum 2013 merupakan penjabaran dari kompetensi inti. Kompetensi inti pertama berisi sikap religius, yang kedua berkenaan dengan sikap personal dan sosial, kompetensi inti ketiga berkenaan dengan muatan pengetahuan, fakta, konsep, prinsip sedangkan kompetensi inti keempat berkenaan dengan keterampilan.

Pencapaian kompetensi mata pelajaran Seni Budaya dilakukan melalui proses belajar aktif dengan aktivitas berkesenian seperti membentuk, menyanyi, memainkan alat musik dengan gerak, membaca partitur, dan bermain peran serta membuat naskah drama, menggubah lagu, membuat tulisan tentang apresiasi seni. Pada bagan di bawah ini digambarkan hubungan antara pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan sikap yang diramu dalam proses pembelajaran. Hasil belajar berdasarkan bagan di bawah ini menghasilkan kompetensi yang dapat diamati dan nyata yaitu meliputi :

(23)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 13

 karya bentuk ruang (3 dimensi) yaitu ; rancangan karya, benda kerajinan, patung, ukiran, tekstil

 Karya tulisan yaitu; tulisan kritik seni, partitur musik, sipnosis tari, naskah drama

 Unjuk kerja yaitu; penampilan musik, dan gerak teater, pameran dan,

 perilaku; empati, toleransi, apresiatif

Gb Proses pembentukan kompetensi dalam seni budaya B. Pengelolaan Pembelajaran Seni Budaya

Pengelolaan pembelajaran Seni Budaya merupakan proses pendidikan yang mengolah rasa sehingga diharapakan dapat membentuk pribadi harmonis, dan menumbuhkan multikecerdasan.

1. Pendekatan Pembelajaran

(24)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 14

menampilkan seni. Pembelajaran Seni Budaya dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan dan perkembangan peserta didik serta sesuai dengan konteks masyarakat dan budayanya.

Falsafah lama dari Kong Fu Chu mengatakan bahwa pembelajaran harus dialami oleh peserta didik. Falsafah itu mengungkapkan “saya dengar saya lupa, saya lihat saya ingat dan saya lakukan saya mengerti.” Lebih lanjut dapat dilihat pada gambar berikut.

Gb kerucut aktivitas belajar dengan perolehan pemahaman dan kompetensi

yang dicapai (sumber bahan belajar aktif Balitbang dikbud 2007)

Aktivitas berkesenian merupakan kegiatan nyata dan konkret dilakukan oleh peserta didik dalam pembelajaran seni budaya. Pada tingkat awal atau di sekolah dasar dan pendidikan anak usia dini,

Baca 10%

Dengar 20%

Ilhat diagram, film, peragaan 30%

Berdiskusi 50%

Mempresentasikan 70%

(25)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 15

pembelajaran dilakukan dengan praktik dalam bentuk utuh, yaitu sebagai media untuk ekspresi komunikasi dan kreasi. Pengenalan elemen musik dan gerak dilakukan dengan menggunakan lagu model yaitu lagu yang dikenal dan diminati peserta didik kemudian baru ditunjukan elemen-elemen musiknya, pengenalan gerak, ritme/irama dan ekspresi dalam tari di tingkat dasar dimulai dengan gerak dan lagu,

(26)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 16

2. Strategi dan Metode Pembelajaran

Pembelajaran Seni Budaya dapat menggunakan bermacam-macam strategi pembelajaran antara lain; strategi pembelajaran pemecahan masalah, strategi pembelajaran kontekstual, strategi pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan, strategi pembelajaran penemuan dan strategi lain yang sesuai dengan materi pembelajaran.

Metode pembelajaran Seni Budaya dapat menggunakan metode Satuan Sintesis Analisis (SAS), metode kreatif, metode latihan, metode teman sejawat, dan metode lain yang sesuai dengan materi pembelajaran. Pendekatan pembelajaran Seni Budaya menggunakan saintifik dengan aktivitas mengamati, menanyakan, mengeksplorasi,

KD dari KI Pertama Religius

KD dari KI kedua

Sosial

KD dari KI ketiga fakta, konsep, prinsip,prosedur

(27)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 17

(28)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 18

BAB III

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

A. Jenis Pembelajaran Seni Budaya

Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan guru pada pembelajaran mata pelajaran Seni Budaya diantaranya:

1) Model Pembelajaran Kolaboratif

Pada model pembelajaran kolaboratif kewenangan dan

fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer

belajar, sebaliknya peserta didiklah yang harus lebih

aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan

sebagai satu falsafah pribadi, maka ia menyentuh

identitas peserta didik terutama jika mereka

berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau

guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik

berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan

menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing.

Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman,

sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka

perubahan dan tuntutan belajar secara

bersama-sama.

Ada 4 sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif.

Dua sifat berkenaan dengan perubahan hubungan

antara guru dan peserta didik. Sifat ketiga berkaitan

(29)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 19

selama proses pembelajaran. Sifat keempat

menyatakan isi kelas atau pembelajaran kolaboratif.

a. Guru dan peserta didik saling berbagi informasi.

Dengan pembelajaran kolaboratif, peserta

didik memiliki ruang gerak untuk menilai dan

membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal,

bahasa komunikasi, strategi dan konsep

pembelajaran sesuai dengan teori, serta

menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi

pembelajaran. Di sini, peran guru lebih banyak

sebagai pembimbing dan manajer belajar

ketimbang memberi instruksi dan mengawasi

secara rijid. Pada mata pelajaran Seni Budaya guru

dan murid dapat saling bertukar pengalaman

dalam berkreasi karya seni.

b. Berbagi tugas dan kewenangan.

Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta

didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini

memungkinan peserta didik menimba pengalaman

mereka sendiri, berbagi strategi dan informasi,

menghormati antar peserta didik, mendorong

tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam

pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan

menggalakkan mereka mengambil peran secara

(30)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 20

didik merencanakan pergelaran dan pameran karya

seni.

c. Guru sebagai mediator.

Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berperan sebagai mediator atau perantara. Guru berperan membantu menghubungkan informasi

baru dengan pengalaman yang ada serta

membantu peserta didik jika mereka mengalami

kebuntuan dan bersedia menunjukkan cara

bagaimana mereka memiliki kesungguhan untuk

belajar. Misalnya guru menginformasikan sumber

belajar seperti taman budaya, museum, sanggar,

galery, sentra industri seni kerajinan, sekaligus

membimbing dalam memanfaatkan sumber belajar

tersebut.

d. Kelompok peserta didik yang heterogen.

Sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik yang tumbuh dan berkembang sangat penting untuk memperkaya pembelajaran di kelas. Pada

kelas kolaboratif peserta didik dapat menunjukkan

kemampuan dan keterampilan mereka, berbagi

informasi serta mendengar atau membahas

sumbangan informasi dari peserta didik lainnya.

Dengan cara seperti ini akan muncul

(31)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 21

didik. Hal ini dapat dilakukan pada saat kegiatan

diskusi, apresiasi dan berkarya seni.

2) Model Pembelajaran Berbasis Project Based

Learning

Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta

didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,

sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai

bentuk hasil belajar.

Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode

belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah

awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan

pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam

beraktifitas secara nyata.Pembelajaran Berbasis

Proyek dirancang untuk digunakan pada

permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik

dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.

Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah

(32)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 22

mencari informasi tentang teknik membuat karya seni lukis.

Mengingat bahwa masing-masing peserta didik

memiliki gaya belajar yang berbeda, maka

Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan

kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali

konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara

yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan

eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis

Proyek merupakan investigasi mendalam tentang

sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi

atensi dan usaha peserta didik.

Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan

sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis

Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK).SMK sebagai institusi yang berfungsi

untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia

usaha dan industri harus dapat membekali peserta

didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang

dibutuhkan untuk bekerja di bidang masing-masing.

Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta

didik di SMK diperkenalkan dengan suasana dan

makna kerja yang sesungguhnya di dunia

kerja.Dengan demikian model pembelajaran yang

cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis

(33)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 23

Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek

sebaiknya sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan

perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal

sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari

peserta didik. Untuk itu disarankan menggunakan

team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak

monoton, beberapa contoh perubahan lay-out ruang kelas, seperti: traditional class (teori), discussion group

(pembuatan konsep dan pembagian tugas kelompok),

lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle

(presentasi). Atau buatlah suasana belajar

menyenangkan, bahkan saat diskusi dapat dilakukan

di taman, artinya belajar tidak harus dilakukan di

dalam ruang kelas. Sebagai contoh dalam

mempersiapkan pergelaran tari atau musik, esama

guru Seni Budaya dapat bekerja sama sesuai dengan

perannya masing-masing. Misalnya guru Seni Rupa

merancang dekorasi panggung, guru Seni Teater

membuat naskah pertunjukan dan seterusnya.

a. Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya,

dirancang masalah-masalah yang menuntut

peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang

membuat mereka mahir dalam memecahkan

masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta

(34)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 24

Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan

yang sistemik untuk memecahkan masalah atau

menghadapi tantangan yang nanti diperlukan

dalam kehidupan sehari-hari.

Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan

dengan adanya pemberian rangsangan berupa

masalah-masalah yang kemudian dilakukan

pemecahan masalah oleh peserta didik yang

diharapkan dapat menambah keterampilan peserta

didik dalam pencapaian materi pembelajaran.

Berikut ini lima strategi dalam menggunakan

model pembelajaran berbasis masalah (PBL).

1) Permasalahan sebagai kajian.

2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.

3) Permasalahan sebagai contoh.

4) Permasalahan sebagai bagian yang tak

terpisahkan dari proses.

5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas

autentik.

Peran guru, peserta didik dan masalah dalam

pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan

(35)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA

Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis

masalah ini adalah:

1) Keterampilan berpikir dan keterampilan

memecahkan masalah

Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan

untuk mengembangkan keterampilan berpikir

tingkat tinggi.

2) Pemodelan peranan orang dewasa.

Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting

(36)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 26

formal dengan aktivitas mental yang lebih

praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berikut

ini aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah

yang dapat dikembangkan.

 PBL mendorong kerjasama dalam

menyelesaikan tugas.

Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan

pameran karya seni rupa atau pergelaran

karya seni musik, tari dan teater melalui

kerjasama dengan seniman atau lembaga

kesenian profesional.

 PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini

mendorong pengamatan dan dialog dengan

yang lain sehingga peserta didik secara

bertahap dapat memilih peran yang diamati

tersebut.

3) Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)

Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada

peserta didik. Peserta didik harus dapat

menentukan sendiri apa yang harus dipelajari,

dan dari mana informasi harus diperoleh, di

bawah bimbingan guru. Contoh dalam

pembelajaran Seni Budaya peserta didik tidak

harus menguasai semua bidang seni, melainkan

(37)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 27

3) Model Pembelajaran Discovery Learning

Model Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi

bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam

bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi

sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa:

Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari

Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan

aktif dalam belajar di kelas.

Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah. Akan tetapi

prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk

final akan tetapi peserta didik sebagai peserta didik

didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin

diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi

sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk

(konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka

pahami dalam suatu bentuk akhir.

Sebagai contoh : sebelum peserta didik membuat

karya seni tari, diawali dengan langkah mengamati hal

(38)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 28

menemukan sesuatu yang baru untuk diaplikasikan

dalam sebuah karya melalui eksplorasi. Kemudian

akan dibandingkan, dikaitkan antara karya yang baru

dengan karya yang lain untuk menghasilkan karya

yang dapat dipergelarkan.

Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning

secara berulang-ulang dapat meningkatkan

kemampuan penemuan diri individu yang

bersangkutan. Penggunaan metode Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran

yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori peserta didik hanya menerima

informasi secara keseluruhan dari guru ke modus

Discovery peserta didik menemukan informasi sendiri, sampai mengomunikasikan. Komunikasi dilakukan

dengan menggunakan banyak simbol. Semakin

matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin

dominan sistem simbolnya.

Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode

Discovery Learning adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk

menjadi seorang problem solver. Melalui kegiatan tersebut peserta didik akan menguasainya,

menerapkan, serta menemukan hal-hal yang

(39)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 29

B. Pemilihan Model Pembelajaran

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilh model pembelajaran yaitu:

1. Keadaan peserta didik yang mencakup tingkat kematangan dan perbedaan individu.

2. Tujuan yang hendak dicapai

3. Situasi yang mencakup hal yang umum, seperti situasi kelas, situasilingkungan

4. Alat-alat yang tersedia 5. Kemampuan guru

6. Sifat bahan pengajaran Contoh:

1. Dalam kelas yang heterogen, model pembelajaran kolaboratif dapat dilakukan misalnya dalam pembahasan materi estetika yang dibahas secara bersama-sama (kolaboratif) antara seni rupa, musik, tari dan teater.

2. Model pembelajaran Discovery dapat diterapkan misalnya dalam bidang Seni Tari melalui proses menirukan dan mengembangkan gerak untuk pengembangan kreativitas peserta didik.

C. Kaitan Materi dan Model Pembelajaran

(40)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 30

dapat digunakan dalam menerapkan pembelajaran Seni Budaya terkait dengan materi yang terdapat dalam KI 3 dan KI 4.

1. Terkait Materi Seni Budaya (Aspek Musik dan

gerak)

Pada materi yang terkait dengan keterampilan, metode pembelajaran yang dapat digunakan diantaranya Proyek Based Learning (PjBL), karena model ini

diwajibkan untuk membuat suatu karya seni yang dapat ditampilkan. Waktu yang diberikan guru untuk pementasan karya seni tersebut dibagi menjadi beberapa tahapan, sehingga peserta didik harus memiliki perencanaan agar karya seni yang akan ditampilkan sesuai dengan jadwal yang diberikan guru. Contoh :

(41)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 31

2. Model Pembelajaran Terkait Materi Seni Budaya

(Aspek Teater)

(42)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 32

BAB IV

MEDIA DAN SUMBER BELAJAR

A. Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu sarana penting dalam menyampaikan materi. Media pembelajaran dapat menjembatani keterbatasan ruang, waktu, dan tenaga di dalam pelaksanaan pembelajaran. Media audio visual dan audio dapat menjangkau ruang dan waktu tanpa batas. Media juga dapat menggantikan peran guru di dalam pembelajaran. Kehadiran guru pada kondisi tertentu dapat digantikan oleh media.

(43)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 33

Dale seorang pakar media pembelajaran membuat piramida dan membagi dua bagian yaitu pembelajaran aktif dan pembelajaran pasif. Hubungan antara media dengan pembelajaran dapat dilihat pada kedua piramida di bawah ini:

Ada tiga jenis media yaitu audio (media dengar), visual (media lihat), dan audio visual (media pandang dengar). Media audio antara lain tape rekorder, peralatan yang dapat menimbulkan bunyi, Visual Compact Disc (VCD). Media visual antara lain gambar, foto, peraga, leaflet,

pamlet, buku, majalah, koran, modul. Media audio

visual antara lain film, animasi, video, game, YouTube. Mata pelajaran seni budaya dapat memanfaatkan ketiga jenis media sebagai sarana untuk memudahkan dalam pembelajaran.

B. Sumber Belajar

(44)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 34

audio visual. Sedangkan jenis sumber belajar audio seperti kaset rekorder, CD, suara, radio, dongeng. Jenis sumber belajar visual antara lain buku, majalah, koran, alam semesta, pameran, sentra industri, museum, galeri, sanggar seni, reklame, poster.

(45)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 35

BAB V

PEMBELAJARAN 1

MENYANYIKAN LAGU DAERAH DENGAN GERAK

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

(46)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 36

B. Kompetensi Dasar

1.1. Menunjukkan sikap penghayatan dan pengamalan serta bangga terhadap seni musik sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan

2.1. Menunjukkan sikap kerjasama, bertanggung jawab, toleran, dan disiplin melalui aktivitas berkesenian

2.2. Menunjukkan sikap santun, jujur, cinta damai dalam mengapresiai seni dan pembuatnya

2.3. Menunjukkan sikap responsif dan proaktif, peduli terhadap lingkungan dan sesama, serta menghargai karya seni dan pembuatnya

3.1. Memahami teknik vokal dalam bernyanyi dengan gerak

3.2. Memahami teknik bermain musik sederhana secara perorangan dan kelompok

4.1 Menyanyikan lagu dengan gerak secara unisono 4.2. Memainkan instrumen musik sederhana secara

(47)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 37

C. Tujuan Pembelajaran

D. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran teknik vokal peserta didik dikenalkan melalui aktivitas bernyanyi dengan bergerak sesuai dengan irama lagu. Strategi pembelajaran kontekstual, pembelajaran pemecahan masalah, pembelajaran penemuan dapat digunakan dalam pembelajaran pada pokok bahasan ini. Peserta didik dapat diberikan lagu model atau latihan pengcapan seperti pada teknik dasar bermain teater. Lagu model adalah lagu yang dikenal peserta didik dan dijadikan media pengenala dan pemahaman konsep yang akan dipelajari.

1. Kegiatan Awal

a.Kegiatan awal dilakukan dengan kegiatan apersepsi tentang teknik vokal yang akan diajarkan pada setiap pertemuan dengan pengamatan

b.Pemberian apersepsi dengan media dan sumber belajar lain yang berbeda dengan penyajian pada buku siswa dan menarik minat peserta didik

Setelah pembelajaran selesai peserta didik dapat bernyanyi lagu menggunakan teknik

(48)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 38

2.Kegiatan inti

Kegiatan inti dilakukan dengan aktivitas yang mengacu yang bersifat operasional. Di bawah ini adalah beberapa contoh aktivitas yang dapat dilakukan:

a. Mengamati melalui media dan sumber belajar baik berupa visual, maupun audio-visual tentang gerak.

b. Menanya melalui diskusi tentang gerak tari c. Mengumpulkan data.

d. Mengasosiasi

e. Mengomunikasi hasil karya dengan menggunakan bahasa lisan atau tulisan secara sederhana.

3. Kegiatan penutup

(49)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 39

E. Materi Pembelajaran

Alur Pembelajaran

1. Pernapasan

Penguasaan teknik bernyanyi harus dikuasai ketika menyanyikan sebuah lagu. Teknik vokal perlu dikuasai dalam bernyanyi. Teknik vokal merupakan cara memproduksi suara dengan baik dan benar, sehingga suara yang keluar sesuai dengan tinggi rendahnya nada. Beberapa hal yang perlu kalian kuasai antara lain

a.Organ Suara manusia

Manusia memiliki beberapa organ suara yaitu:

 Sumber Suara Manusia

Sumber suara manusia disebut dengan pita suara yaitu selaput tipis yang merentang pada pangkal tenggorokan. Pita suara mengalmi perkembangan sesuai dengan perkembangan fisik manusia. Hal inilah yang menjadikan suara TEKNIK

VOKAL

Pernapasan

Pembentukan suara

(50)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 40

anak-anak akan berbeda dengan usia remaja. Pita suara juga berhubungan dengan tingkat kesehatan. Untuk itu jika ingin pita suara kita tetap baik harus menjalani hidup sehat.

 Ruang Resonansi

Ketika kita berkata maka akan menimbulkan bunyi tetapi pada hakikatnya kata akan terdengar karena adanya ruang resonansi yang bekerja. Ruang resonansi adalah rongga tenggorokan, rongga mulut, rongga hidung, dan rongga dada. Keempat rongga ini berfungsi secara bergantian atau bersamaan sebagai resonansor.

Contoh untuk suara tinggi yang bekerja adalah resonansi rongga hidung, sedangkan suara rendah yang berfungsi rongga dada. Dalam teknik vokal perlu memaksimalkan fungsi keempat resonsor. Struktur mulut, pipi, hidung, rongga hidung, tekak, dan rongga dada mempengaruhi warna suara (timbre)

 Alat pernapasan

(51)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 41

tenggorokan inilah letak pita suara. Pita suara bergerak karena hembusan udara yang keluar.

 Alat motorik

Alat motorik adalah alat-alat sebagai penggerak suara. Alat-alat itu adalah otot perut, otot sekitar punggung, otot diafragma, dan otot dada.

 Pernapasan

Untuk dapat bernyanyi dengan baik maka yang perlu dilakukan pertama kali adalah melakukan latihan pernapasan. Melalui pernapasan yang baik maka panjang dan pendek nada, tinggi dan rendah nada akan dapat dilakukan secara optimal. Ada dua hal yang perlu dilakukan dalam melakukan latihan pernapasan yaitu; (1) latihan menarik napas melalui hidung; dan (2) latihan melepaskan napas melalui mulut secara perlahan-lahan.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan latihan pernapasan yaitu; (1) mengisi paru-paru penuh dengan udara melalui hidung; (2) menahan napas beberapa detik; (3) mengeluarkan napas perlahan-lahan melalui mulut.

(52)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 42

Pernapasan dada

Pernapasan dada merupakan pernapasan yang kurang baik untuk dilakukan pada saat menyanyi. Hal ini disebabkan paru-paru tidak diisi penuh dengan udara. Pernapasan dada tampak terlihat karena dada dan bahu diangkat ke atas dalam keadaan normal. Ciri lain dapat dilihat ketika kita bernapas pendek biasanya menggunakan pernapasan dada.

Pernapasan perut

Pernapasan perut biasanya dilakukan pada saat kita tidur. Ciri yang dapat dilihat dengan menggunakan pernapasan perut adalah mengembang dan mengempisnya perut. Pernapasan perut kurang baik

digunakan pada saat menyanyi karena akan cepat lelah.

(53)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 43

Pernapasan diafragma

Diafragma merupakan sekat rongga badan yang membatasi rongga dada dengan rongga perut. Pada saat istirahat diafragma melengkung ke atas. Jika kita tegak maka diafragma dapat menampung volume udara lebih banyak karena rongga dada dan raongga perut makin luas sehingga pernapasan akan lebih baik. Diagframa yang mengembang akan lebih kuat menahan napas. Pernapasan diafragma adalah pernapasan yang ideal bagi seorang penyanyi.

Pembentukan Suara

Pembentukan suara dalam menyanyi sangat penting. Pembentukan suara akan mempengaruhi intonasi dan juga artikulasi. Pembentukan suara yang baik akan dapat melakukan intonasi dan artikulasi secara baik pula. Untuk dapat membentuk suara dengan baik maka yang perlu dilakukan antara lain’

Bentuk mulut

(54)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 44

langit-langit melengkung ke atas, dagu ditarik agak ke dalam sehingga mulut melebar ke bawah bukan ke samping. Sebagai contoh lihat gambar di bawah ini bentuk rahang ketika mengucapkan kata “a”.

2. Membaca Notasi Musik

Memiliki teknik vokal dengan baik tentu perlu dilakukan sambil bernyanyi kemudian memperhatikan notasi musiknya sehingga panjang dan pendek atau tinggi dan rendah nada dapat terdengar dengan baik kemudian bacalah.

(55)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 45

(56)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 46

(57)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 47

Sumbe Sumber: Kumpulan lagu-lagu daerah

Sumber: Kumpulan lagu-lagu daerah

F. Rangkuman

Berdasarkan pada penjelasan bab ini dapat disimpulkan sebagai berikut;

(58)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 48

kesehatan kita dalam pernapasan padahal orang hidup karena bernapas.

Pernapasan dibagi menjadi tiga yaitu pernapasan dada, pernapasan perut dan pernapan diafragma. Pernapasan diafragma merupakan pernapasan yang paling baik dilakukan pada saat menyanyi.

Bentuk mulut dan lidah juga mempengaruhi dalam melakukan teknik vokal. Setiap bunyi vokal huruf hidup a, i, u, e, o, memerlukan bentuk mulut dan lidah yang berbeda.

G.Refleksi

Menyanyi lagu merupakan aktivitas yang sering dilakukan dan didengar dalam kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya semua orang dapat bernyanyi karena suara atau vokal merupakan unsur utama dalam bernyanyi. Tuhan menganugerahkan suara kepada kita sehingga dapat berbicara dan bersuara. Kita yang dianugerahi bisa bersuara wajib bersyukur karena Tuhan juga menganugerahkan pada sebagian orang tidak dapat bersuara (tuna laras). Rasa syukur kita dapat diwujudkan dengan melakukan perkataan yang baik kepada sesama.

(59)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 49

hidup sehat. Ini bearti jangan melakukan hal-hal yang dapat merusak kesehatan pernapasan seperti merokok. Pernapasan sumber hidup maka jangan rusak pernapasan karena sama saja dengan merusak sumber hidup.

Format Diskusi Hasil Pengamatan

Nama Siswa :

NIS :

Hari/Tanggal Pengamatan :

No. Aspek yang Diamati Uraian Hasil Pengamatan

1 Teknik Pernafasan dan

artikulasi

2 Gaya

3 Ketepatan nada Aktivitas Mengamati

(60)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 50

Teknik dan Gaya Menyanyi Lagu Daerah

Tahukah kamu bahwa setiap suku di Indonesia memiliki lagu-lagu daerah. Lagu-lagu-lagu ini menggunakan bahasa daerah setempat. Lagu-lagu daerah biasanya diiringi dengan seperangkat alat musik daerah yang sering disebut dengan karawitan. Istilah karawitan untuk menunjuk pada seperangkat alat musik tradisional secara lengkap secara orkestra.

Kebanyakan karya-karya seni musik (karawitan) yang dimainkan dengan berbagai ansambel gamelan ataupun repertoar lain biasanya bersifat tradisional dan anonimus. Karenanya, usia sebuah komposisi karawitan sangat sulit untuk ditentukan. Seringkali seorang pemain/seniman ahli Karawitan menambah atau mengurangi komposisi karawitan yang dimainkan, begitu juga beberapa gaya. Pada musik karawitan Betawi gaya dalam gambang kromong disebut liaw yang tersendiri sangat lazim pada periode tertentu dan wilayah yang tertentu.

Komposisi karawitan dapat mengembangkan perbedaan-perbedaan dari sebuah wilayah dengan wilayah lainnya sepanjang waktu. Inilah yang menyebabkan munculnya gaya yang berbeda-beda. Gaya musikal adalah ciri khas atau karakteristik musikal yang dihasilkan dari beberapa kondisi:

(61)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 51

2) Gaya individual, adalah tipologi karakteristik seorang tokoh pencipta Lagu-lagu yang membedakannya dengan pencipta lagu lainnya.

3) Gaya periodikal, adalah tipologi karakteristik zaman tertentu yang menghasilkan gaya musikal tertentu, misalnya.

4) Gaya dalam bentuk musikal, adalah tipologi karakteristik yang dapat di bedakan dari berbagai bentuk karya musikal yang ada, misalnya, pada musik Betawi dalam gambang kromong lagu sayur, dengan lagu phobin, atau dalam kroncong tugu antara kroncong asli, langgam dan stambul. Dalam karawitan Betawi Gaya atau musical style dikenal dengan istilah Liaw.

Pada repertoar lagu-lagu daerah sering dibawakan oleh seorang penyanyi. Di Jawa disebut dengan Sinden, demikian juga di Sunda dan juga Bali. Di daerah Sumatera Utara sering disebut dengan Perkolong-kolong. Di Kalimantan ada yang disebut dengan Madihin yaitu menyanyikan pantun-pantun dengan diiringi tabuhan gendang. Setiap daerah memiliki nama tersendiri bagi seorang penyanyi yang diiringi dengan orkestrasi musik tradisional.

Menyanyi Secara Unisono (satu suara)

(62)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 52

Menyanyi pada masyarakat sering dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Ada lagu-lagu yang dinyanyikan pada saat upacara tertentu seperti pernikahan, kelahiran, kematian atau permainan. Ada juga lagu-lagu yang berisi nasehat atau sanjungan terhadap mahkluk sesama. Ibu-ibu di daerah masih sering menyanyikan lagu nasehat saat menidurkan anaknya. Demikian juga anak-anak dan remaja masih sering menyanyi sambil melakukan permainan. Hal ini membuktikan bahwa menyanyi secara unisono maupun perseorang sering dilakukan oleh masyarakat.

Setiap daerah tentu memiliki lagu-lagu yang dinyanyikan pada saat tertentu dengan bahasa daerah. Lagu-lagu ini merupakan kekayaan yang dapat dijadikan sebagai salah satu sarana membentuk karakter dan pendidikan sikap pada anak dan remaja. Nasehat yang disampaikan melalui lagu tentu lebih bermakna dan dapat diterima.

Berlatih Teknik dan Gaya Menyanyi Lagu Daerah

(63)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 53

(64)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 54

Sumber: Kumpulan lagu-lagu

(65)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 55

(66)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 56

(67)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 57

B. Evaluasi Pembelajaran

Isilah tabel di bawah ini!

No. Judul lagu Makna lagu Pencipta

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

(68)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 58

(69)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 59

(70)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 60

BAB VI

PEMBELAJARAN 2 LATIHAN BERNYANYI

A. Kompetensi Inti

1.Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya;

2.Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia;

3.Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah;

(71)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 61

B. Kompetensi Dasar

C. Tujuan Pembelajaran

C. Tujuan Pembelajaran

1.1 Menunjukkan sikap penghayatan dan pengamalan serta bangga terhadap karya seni teater sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan

2.1 Mempraktikan sikap kerjasama, bertanggung jawab, toleran, dan disiplin melalui aktivitas berkesenian

2.2 Menunjukkan sikap santun, jujur, cinta damai dalam mengapresiai seni dan pembuatnya

2.3 Menunjukkan sikap responsif dan pro-aktif, peduli terhadap lingkungan dan sesama, serta menghargai karya seni dan pembuatnya

3.1 Memahami penampilan lagu daerah

4.1 Menyanyikan lagu dengan gaya sesuai isi lagu

(72)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 62

D. Strategi Pembelajaran

Pengembangan strategi pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik tunanetra yaitu lebih mengutamakan pendengaran dan didukung dengan membaca notasi Braile.

1. Kegiatan Awal

 apersepsi terhadap materi yang akan diajarkan pada setiap pertemuan dengan mengamati objek dengan mendengarkan lagu yang akan dipelajari  Pemberian apersepsi dapat disajikan dengan

media dan sumber belajar lain yang berbeda dari buku siswa

2. Kegiatan inti

Pada kegiatan inti melakukan aktivitas seni bukan teori belaka, teori lebur dalam praktik, dan bersifat operasional. Berikut ini beberapa contoh aktivitas yang dapat dilakukan oleh guru dengan menyesuaikan pada materi pembelajaran yang akan di ajarkan. Aktivitas pembelajaran itu antara lain;

 Mengamati melalui media dan sumber belajar baik berupa visual, maupun audio-visual tentang gerak.  Menanya melalui diskusi tentang gerak tari

 Mengeksplorasi gerak tari.

 Mengasosiasi gerak tari dengan menggunakan unsur pendukung tari

(73)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 63

3. Kegiatan penutup

Evaluasi dan refleksi pada setiap pertemuan. Kegiatan evaluasi dan refleksi menekankan pada tiga aspek yaitu pengetahuan yang telah diperoleh, menghubungkan sikap dengan kegiatan bernyanyi dengan gerak.

E. Materi Pembelajaran

1. Lagu Satu Suara

Pelajaran musik secara konkret dilakukan dengan mendengarkan musik , menirukan dan dilakukan dengan gerak bereasi. Penampilan menjadi lebih hidup.

Pada pelajaran yang lalu telah mempelajari teknik vokal. Pelajaran teknik vokal dilakukan dengan menerapkan teknik pernapasan dan juga latihan vokal.

MENYANYI LAGU

Satu suara

(74)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 64

Latihan menyanyikan lagu-lagu daerah

(75)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 65

Sumber lagu-lagu daerah

(76)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 66

F. Rangkuman

Setiap daerah di Indonesia memiliki lagu-lagu dengan bahasa daerah. Setiap daerah memiliki teknik dan gaya dalam menyanyikan lagu tersebut. Lagu-lagu daerah biasanya memiliki nasehat dalam menjalani kehidupan. Ada juga lagu-lagu daerah yang bersifat dolanan. Lagu-lagu ini dinyanyikan oleh anak-anak dan remaja. Mereka bernyanyi sambil melakukan permainan tradisional.

Lagu-lagu daerah merupakan kekayaan warisan budaya yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Pelestarian dan pengembangan warisan budaya ini dapat dilakukan dengan tetap menyanyikan sesuai dengan kebutuhan serta situasi dan konsisi dimana lagu tersebut harus dinyanyikan.

G. Refleksi

Kalian telah belajar tentang menyanyi lagu daerah dengan teknik dan gaya sesuai dengan daerah masing-masing. Tentu kalian dapat merasakan perbedaan menyanyi dengan gaya daerah darimana lagu itu berasal.

(77)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 67

Selanjutnya tuliskan pengalaman kalian ketika bertemu atau berkunjung ke daerah lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan kalian!

4. Media Pembelajaran

Media disesuaikan dengan karakteristik praktik dalam hal ini boleh menggunakan audio, tape recorder, atau tanpa menggunakan media tapi guru mendemonstrasikan praktik bernyanyi. Media pembelajaran yang disediakan haruslah membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi.

5. Evaluasi Pembelajaran

(78)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 68

BAB VII

PEMBELAJARAN 3 BERMAIN MUSIK ANSAMBEL

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya;

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia;

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah;

(79)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 69

B. Kompetensi Dasar

1. Menunjukkan sikap penghayatan dan pengamalan serta bangga terhadap karya seni teater sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan;

2. Mempraktikan sikap kerjasama, bertanggung jawab, toleran, dan disiplin melalui aktivitas berkesenian; 3. Menunjukkan sikap santun, jujur, cinta damai dalam

mengapresiai seni dan pembuatnya;

4.Menunjukkan sikap responsif dan pro-aktif, peduli terhadap lingkungan dan sesama, serta menghargai karya seni dan pembuatnya

C. Tujuan Pembelajaran

D. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik tunanetra adalah praktik langsung , teori lebur dalam praktik. Strategi pembelajaran kontekstual, pembelajaran pemecahan masalah, pembelajaran penemuan dapat digunakan dalam pembelajaran pada praktik musik ansambel.

Setelah pembelajaran peserta didik dapat:  Memainkan alat musik gitar dengan

menggunakan akor dasar

(80)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 70

Langkah-langkah pembelajaran dapat dapat mengikuti pola di bawah ini.

1.Kegiatan Awal

 Bersama melakukan apersepsi terhadap latihan musik ansambel yang akan diajarkan pada setiap pertemuan dengan mengamati objek materi pembelajaran

 Media dan sumber belajar lain yang berbeda dengan yang disajikan pada buku peserta didik juga dapat diberikan.

 Apersepsi yang dilakukan haruslah meningkatkan minat dan motivasi internal pada diri peserta didik

2.Kegiatan inti

melakukan aktivitas pada kegiatan ini dengan mengacu pada kegiatan yang bersifat operasional. Berikut adalah beberapa contoh aktivitas yang dapat dilakukan dengan menyesuaikan pada materi pembelajaran yang akan di ajarkan. Aktivitas pembelajaran itu antara lain;

 Mengamati melalui media dan sumber belajar baik berupa visual, maupun audio-visual tentang gerak.  Menanya melalui diskusi tentang gerak tari

 Mengeksplorasi gerak tari.

 Mengasosiasi gerak tari dengan menggunakan unsur pendukung tari

(81)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 71

3.Kegiatan penutup

Evaluasi dan refleksi pada setiap pertemuan. Kegiatan evaluasi dan refleksi menekankan pada tiga aspek yaitu pengetahuan yang telah diperoleh, menghubungkan sikap dengan materi pembelajaran, dan kemampuan psikomotorik atau keahlian dalam praktek menari.

E. Materi Pembelajaran

1.Penggolongan Alat Musik Menurut Fungsinya

Alat musik dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu;

a. Kelompok alat musik ritmis, yaitu alat musik tak bernada. Alat musik ini berfungsi untuk memberikan irama.

Contoh: triangle, gendang, gambang, ketipung, dan gong.

b. Kelompok alat musik melodis, yaitu alat musik yang berfungsi membawakan melodi suatu lagu. Oleh karena itu alat musik ini memiliki nada-nada sehingga dapat mengeluarkan rangkaian nada. Contoh; gitar, rebab, piano, dan mandolin

(82)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 72

c. Kelompok alat musik harmonis yaitu jenis alat musik yang dapat berfungsi sebagai pengiring dan dapat mengeluarkan paduan nada sekaligus. Hampir semua alat musik melodis dapat dipakai sebagai alat musik ritmis.

2.Bermain Musik Rekorder

 Sistem Penjarian Alat Musik Rekorder

Buku manual musik rekorder terdapat dua jenis penjarian yaitu penjarian untuk rekorder sopranino dan alto serta penjarian rekorder soprano dan rekorder tenor. Di sekolah rekorder yang biasa digunakan adalah rekorder soprano. Jika semua lubang nada ditutup menghasilkan nada c’

(83)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 73

Rekorder alat musik bukan asli bangsa kita, suara yang dihasilkan kurang bagus, terlebih jika rekorder ditiup dengan keras dan tak beraturan. Suaranya memekakkan telinga. Telinga bisa rusak, namun demikian alat ini praktis dan mempunyai nada yang standar, sehingga sering kali digunakan di sekolah untuk praktik musik ansambel.

Agar bunyi rekorder terdengar bulat, maka waktu meniup bersamaan seperti menyebut thu/tu dan tho/to. Sistem penjarian dapat kamu lihatdalam buku manual rekorder berikut ini. sebelah atas. Ibu jari kanan menopang rekorder. Jari-jari tangan kanan yang belum digunakan berada kira-kira setengan inci di atas lubang nada bawah.

b = ibu jari + jari 1 a = ibu jari + jari 1, 2 g = ibu jari + jari 1, 2, 3

(84)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 74

3.Latihan meniup rekorder

(85)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 75

4. Latihan memainkan lagu

(86)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 76

4.Bermain Gitar.

Gitar adalah alat musik chordofone yaitu alat musik yang sumber bunyinya dawai. Gitar adalah alat musik yang praktis, mudah dibawa sehingga banyak orang menggunakan sebagai gitar untuk hiburan dimanapun dan kapan saja.

Alat musik gitar ada yang elektrik menggunakan listrik dan ada yang akustik. Alat musik gitar akustik memiliki enam dawai. Dawai nada satu bernada e, dawai dua bernada b, dawai tiga bernada g, dawai empat bernada d, dawai lima bernada a dan dawai enam bernada e.

Ketika bermain gitar sebagian orang mengatakan kunci gitar yaitu kuci c, g, f, d, a, e dan sebagainya. Kunci gitar mayor, minor dominan, septime dan sebagainya. Sebenarnya itu bukan kunci tetapi akord yaitu paduan beberapa nada yang terdengar merdu. Tanda kunci dalam notasi musik hanya dikenal dengan tiga jenis saja yaitu kunci G, kunci C, dan kunci F. Gambar berikut adalah bagan penjarian akor gitar

(87)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 77

Bagian-bagian gitar

5.Melaras gitar

Alat musik gitar bunyi nadanya dapat dilaras dan disesuaikan dengan nada yang sesuai dengan tinggi nadanya. Tali dawai senar pertama nadanya e’, dawai kedua nadanya b , dawai keempat nadanya g, dawai keempat nadanya D, dawai keelima nadanya A dan dawai kenam nada paling rendah yaitu nada E.

Kita dapat melakukannya dengan garpu tala atau melaras sesuai nada piano. Dapat juga dilakukan dengan menggunakan feeling

Cara melaras dengan feeling melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Putar skrup gitar dawai pertama jangan terlalu kencang karena dawai ini mudah putus

b. Samakan nada pada dawai kedua dengan dawai pertama,tekan freet kelima!

(88)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 78

c. Samakan nada pada dawai ketiga dengan kedua tekan dawainya pada freet keempat

d. Samakan nada pada dawai keempat dengan nada dawai tiga, tekan dawai empat pada freet kelima

e. Samakan nada pada dawai kelima dengan dawai empat,tekan fdawai lima pada reet kelima

f. Samakan nada pada dawai keenam dengan dawai lima, tekan dawai enam pada freet kelima

Sewaktu bermain gitar kadang bunyinya tidak jernih karena dawai tersentuh jari kiri. Maka dari itu jari tangan kiri dalam menekan freet dibuat melengkung seperti huruf u.

(89)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 79

(90)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 80

(91)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 81

(92)

BUKU GURU TUNA NETRA: SENI BUDAYA 82

F.Rangkuman

Setiap alat musik instrumen memiliki ciri dan karakter tersendiri dalam memainkan. Teknik memainkan alat musik juga berhubungan dengan bunyi yang dihasilkan. Bermain rekoder tentu memerlukan pernapasan dan penjarian yang baik. Permainan musik instrumen keyboard perlu keterampilan tangan karena penjarian menjadi unsur paling penting.

Membaca notasi juga merupakan kemampuan yang perlu terus dikembangkan karena memainkan alat musik instrumen ansambel lebih mudah dengan membaca notasi.

G. Refleksi

Keahlian dalam bidang tertentu membutuhkan keuletan dan rasa tanggung jawab. Pantang menyerah merupakan salah satu kunci untuk meraih kemampuan dalam teknik memainkan alat musik.

Referensi

Dokumen terkait

Guru memberikan pengayaan kepada peserta didik yang telah mencapai ketuntasan pada semua aspek penilaian, yaitu dengan cara guru membagikan sepasang kartu yang berisi gambar

santun dalam menyampaikan kebenaran serta rahmat bagi seluruh alam dengan jelas berdasarkan instrumen penilaian yang ada, peserta didik diminta untuk mengerjakan materi pengayaan

Peran pengayaan pembelajaran sangat penting dalam pengembangan penguasaan kompetensi peserta didik. Tujuan pengayaan pembelajaran adalah untuk penguatan penguasaan

Langkah selanjutnya, peserta didik dimotivasi dan difasilitasi untuk mengemukakan hasil diskusi kelompok dengan menjawab beberapa pertanyaan sebagaimana tertuang dalam buku

Peran pengayaan pembelajaran sangat penting dalam pengembangan penguasaan kompetensi peserta didik. Tujuan pengayaan pembelajaran adalah untuk penguatan penguasaan kompetensi,

Dalam kajian ini, nilai kendiri (penerimaan diri, kawalan diri, perubahan, kejujuran, penyesuaian, penilaian diri, keupayaan, bergerak maju, komited, kepatuhan,

Dari proses pembelajaran dan pencapaian kompetensi yang diperoleh peserta didik menunjukkan bahwa, baik kompetensi profesional maupun pedagogis guru seni budaya

B.. Jenis-jenis Aktivitas Manusia dalam Lembaga Sosial a.. b) Salah satu peserta didik memimpin doa (menyesuaikan kultur sekolah) kemudian guru memastikan peserta didik