• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FUNGSI KELUARGA TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA DI DESA WALUYOREJO KECAMATAN PURING KABUPATEN KEBUMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH FUNGSI KELUARGA TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA DI DESA WALUYOREJO KECAMATAN PURING KABUPATEN KEBUMEN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FUNGSI KELUARGA TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA DI DESA WALUYOREJO KECAMATAN PURING

KABUPATEN KEBUMEN

Bibit Priyatin1, Marsito2, Sarwono3

1,2,3Jurusan Keperawatan STKes Muhammadiyah Gombong

ABSTRACT

Teenagers have big influence on clean and health lifestyles such as no smoking lifestyle. That is why; the family function has an important role on controlling the smoking behavior of the teenagers. This research is to evaluate the impact of family function toward adolescent smokers behavior in countryside of waluyorejo, sub district puring, regency kebumen, central java.

This research is a survey analytic correlation with the cross sectional approach to find out the family function influence that divided into 5 family function; affective, social function, economic function, reproductive function, and health function correlated with the smoking behavior of Adolescent Cigarette Behavior In Countryside of Waluyorejo, Sub district Puring, regency Kebumen, Central Java. There are 83 adolescents as the samples in this research. They are stil life with they parent in Countryside of Waluyorejo, Sub district Puring, regency Kebumen, Central Java and they are smokers. The sampling technique was done by using the cluster purposive sampling. The data analyses used were univariate and bivariate with chi square test.

The research found that the family function influenced the smoking behavior of the adolescent in Countryside of Waluyorejo, Sub district Puring, regency Kebumen, Central Java. Are social function (p value = 0.020), economic function (p value = 0.000), and health function (p value = 0.031).

Because of this reason, it is necessary for the parents or family to have a strong commitment to apply their function as the family to control their teenage children and they can also consider their teenage children development characteristic. Community Nurse has a role on giving suggestion to the parents so that they can do their exact function as the family and give the right and needed information for their teenage children appropriate with their children development stages.

Keywords: family function, teenagers’ smokers PENDAHULUAN

Sehat adalah karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang perlu dihargai. Sehat juga merupakan investasi untuk meningkatkan produktifitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga termasuk remaja. Orang bijak mengatakan “Health is not everything but without health everything is nothing” artinya sehat

(2)

remaja (Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, 2006).

WHO (2002), berkesimpulan bahwa asap rokok sekecil apapun jumlahnya, tetaplah berbahaya. Selain itu yang perlu dikhawtirkan adalah dampak dari perilaku merokok yang sudah dianggap hal biasa yang kemungkinan besar akan meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga akan meningkatan rasa untuk mencoba berbagai obat terlarang misalnya narkoba. Karena menurut penelitian dan pengamatan para ahli, menyebutkan bahwa perilaku merokok pada remaja dapat sebagai acuan (Port de entry) ke Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif (Hawari, 2000). Pengarahan orang tua dalam memberikan batasan-batasan perilaku yang baik dan tidak baik pada anak sangat diperlukan untuk membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak/remaja untuk kehidupan dewasa (Setiawati & Dermawan, 2005). Dalam hal ini komunikasi yang terbuka antara remaja dengan orang tua menjadi sangat penting untuk membina pendewasaan kepribadian remaja (Hamid, 2004). Mengingat bahayanya tembakau dan rokok, maka Perhimpunan Dokter Paru-Paru Indonesia dan Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia memberikan peringatan tajam “Matikan rokok atau rokok mematikan anda.

Selain sebagai inisiasi atau jalan ke kedewasaan, merokok bagi pria juga akhirnya menjadi semacam trademark atau ciri seorang laki-laki. Setiap rumahpun hampir selalu menyediakan asbak rokok karena yakin 100% para

tamu pria pasti merokok. (Nexxmedia Book, 2002). Upaya peningkatan perilaku sehat di rumah tangga belum menunjukkan hasil optimal di Indonesia, hal ini antara lain dapat dilihat dari data hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004 menunjukan bahwa di Indonesia sebesar 35% perokok berusia 15 tahun, dan proporsi terbesar (64%) merokok di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya.

Sedangkan dari hasil survey cepat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tatanan rumah tangga Provinsi Jawa Tengah tahun 2004 diketahui bahwa sebesar 73% keluarga belum menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dana sehat, sebesar 68% keluarga belum bebas dari asap rokok (Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, 2006). Berdasarkan data rekapitulasi hasil pemetaan PHBS Kabupaten Kebumen tahun 2007 khususnya variabel perilaku merokok didapatkan indikator PHBS tatanan rumah tangga sebanyak 62.476, dengan prosentase sebesar 4% dan menduduki strata madya. Data tersebut diambil dari 35 Pusat Kesehatan Masyarakat di seluruh Kabupaten Kebumen sebanyak 135.745 rumah. Sedangkan untuk wilayah Kecamatan Puring didapatkan indikator 2.118 dengan prosentase sebesar 73% dan menduduki strata utama.

(3)

tersebut sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok terutama remaja putra. Mereka sering terlihat menghisap rokok ketika sedang berkumpul dengan teman sebayanya, tetapi ada juga yang menghisap rokok di rumah ketika ada orang tua mereka.

Selain itu, berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa orang tua, mengatakan bahwa anak mereka merokok. Berangkat dari fenomena tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh fungsi keluarga terhadap perilaku merokok remaja di desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen.Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada pengaruh antara fungsi keluarga terhadap perilaku merokok remaja di Desa Waluyorejo kecamatan Puring Kabupaten Kebumen.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik yaitu survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan dinamika korelasi antara fenomena, baik antara faktor resiko dengan faktor efek, antar faktor resiko, maupun antar faktor afek. Yang dimaksud faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor resiko, sedangkan faktor resiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek/ pengaruh (Notoatmojo, 2005) dengan pendekatan cross sectional. Hal ini dilakukan karena kerangka konsep penelitian yang terdiri dari variabel independen dan dependen, untuk variabel

independen yang terdiri dari fungsi keluarga, yang meliputi fungsi afektif, fungsi sosial, fungsi ekonomi, fungsi reproduksi, dan fungsi perawatan kesehatan, sedangkan variabel dependennya adalah perilaku merokok remaja. yang meliputi sikap, pengetahuan dan ketrampilan remaja merokok.

Populasi Dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam, 2001) dalam penelitian ini adalah seluruh remaja desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen yang berusia 13-20 tahun dengan jumlah 503 orang.Sampel adalah bagian dari populasi yang mana ciri-cirinya diselidiki dan diukur. Sampel diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2002). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purpoisive sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmojo, 2005).

Sampel dalam penelitian ini adalah remaja Desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen dengan ketentuan sebagai berikut: Kriteria inklusi :

a) Remaja usia 13-20 tahun. b) Tinggal bersama keluarganya di

(4)

( )

(

2

)

1

N

x

d

N

n

+

=

Keterangan : n = Jumlah sample N = Jumlah Populasi

D = Standar Deviasi sebesar (d = 0,1).

Dengan demikian maka dihitung jumlah sample minimal yaitu : 503

1+[503+(0,1)²]

n = 83,4 sampel dibulatkan menjadi 83 sampel.

Di dalam penelitian ini variabel-variabel yang digali adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas (independent variable) yaitu fungsi keluarga yang meliputi fungsi afektif, fungsi social, fungsi reproduksi, dan fungsi perawatan kesehatan.

2. Variable terikat (dependen variable) yaitu perilaku merokok yang meliputi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan remaja merokok.

Dalam suatu penelitian, dalam mengumpulakan fakta / kenyataan hidup (data) diperlukan alat dan cara pengumpulan data yang baik sehingga data yang dikumpulkan merupakan data yang valid, reliable, dan accurate (Nursalam, 2001). Alat yang akan digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner closed-ended dichotomy question yang berjumlah 45 item.

1. Kuesioner A karakteristik pertanyaan pada konsep fungsi keluarga yang dikembangkan dari Friedman, (1998) yang menekankan pernyataan sekitar pengkajian di keluarga terdiri dari: Fungsi afektif, sosial, ekonomi, reproduksi, dan fungsi

kesehatan. Terdiri dari 25 pertanyaan positif nomor 1 sampai dengan 25 dengan menggunakan skala nominal. Masing-masing jawaban untuk pertanyaan fungsi afektif, ekonomi, sosial, reproduksi, dan kesehatan dengan pilihan Ya nilai, 1 dan tidak, nilai 0. 2. Kuesioner B Perilaku remaja

merokok dengan pertanyaan tentang perilaku remaja

merokok yang

dikembangkan Soelaiman (2006) dari badan narkotika nasional tentang masalah narkoba terkait dengan merokok, seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan remaja merokok. Pertanyaan sikap remaja merokok dari nomor 1-7 dengan pertanyaan positif. Ketrampilan dan pengetahuan remaja merokok nomor 8-20 dengan pertanyaan positif nomer 8 dan 16, sedangkan nomor 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20 pertanyaan negatif.

(5)

sudah pernah digunakan dalam penelitian Marsito, (2007) namun Uji coba kuesioner ini dilakukan lagi dengan diikuti 19 remaja desa lain yaitu Desa Kedaleman. Uji coba kuesioner bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner agar data yang diperoleh akurat dan obyektif. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi pearson product moment (r) yaitu membandingkan antara skor nilai setiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner. Untuk melihat nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan signifikan dari item pertanyaan dibandingkan dengan nilai (r) table, jika lebih besar maka pertanyaan tersebut valid sahih (Notoatmojo, 1998). Hasil dar uji validitas yang telah dilakukan pada 19 remaja merokok didapatkan dari 45 soal semuanya valid dengan hasil > 0.423.

Selain dilakukan uji validitas juga dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas pada alat ukur penelitian ini menggunakan alpha Cronbach dengan membandingkan antara (r) table dengan (r) hitung atau hitung (alpha). Jika nilai (r) hitung lebih besar dari (r) tablel, maka alat ukur ini reliable, dan jika (r) hitung lebih kecil dari (r) table maka alat ukur ini tidak reliable atau tidak konsisten (Hastono, 2004). Menurut Arikunto, (1998) koefisien reliabilitas dapat dikatagorikan dalam tiga criteria yaitu : rendah apabila nilai r = 0,40, cukup apabila nilai r diantara 0,40 sampai 0,75, dan tinggi apabila r > 0,76. Hasil reliabilitas didapatkan α =

0.7628. Hal ini berarti hasil uji reliabilitas tinggi.

Pengolahan Dan Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu tahap pengolahan data dan analisis data :Analisis data pada penelitian ini meliputi dua tahapan, yaitu univariat dan bivariatAnalisis univariat bertujuan mendeskripsikan dari masing-masing variabel yang diteliti yaitu variabel independen fungsi keluarga afektif, sosialisasi, ekonomi, reproduksi, perawatan kesehatan dan variabel dependen perilaku merokok remaja. Untuk hasilnya akan disajikan dalam bentuk prosentase.Pada tahap ini diteliti untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang meliputi variabel bebas dan terikat dengan menggunakan analisis statistik dengan uji korelasi chi-square Sugiyono (2002)

Rumusan perhitungan chi-square adalah sebagai berikut:

(

)

Fh

Fh

F

Σ

=

Χ

2

ο

Keterangan:

Fo = frekuensi yang diobservasi Fh = frekuensi yang diharapkan

HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

(6)

Pengaruh Fungsi Afektif Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Remaja.

Tabel 1 Pengaruh Fungsi Afektif Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Remaja di Desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen, Agustus 2008

(n=83)

F

U

N

G

S

I

A

F

E

K

T

IF

PERILAKU MEROKOK REMAJA

TOTAL x² hitung

P value

TINGGI SEDANG RENDAH

7.442 0.114

KURANG 2 7 2 11

18.2% 63.6% 18.2% 100%

CUKUP 10 44 6 60

16.7% 73.3% 10.0% 100%

BAIK 5 4 3 12

41.7% 33.3% 25.0% 100.0%

TOTAL 17 55 11 83

20.55 66.3% 13.3% 100.0%

Tabel 1 menunjukkan bahwa keluarga yang menpunyai fungsi afektif kurang baik persentase tertinggi perilaku merokoknya masuk Kriteria sedang (63.6%) ,keluarga dengan fungsi afektif cukup baik persentase tertinggi perilaku merokok masuk criteria sedang (73.3%), keluarga dengan fungsi afektif baik perentase teringgi perilaku merokok masuk

criteria tinggi 41.7% ). Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara fungsi afektif keluarga terhadap perilaku merokok remaja dengan nilai p=0.114 (>0.05). Hal ini berarti walaupun remaja mempunyai fungsi afektif keluarga yang baik, tetapi perilaku merokok mereka tetap tinggi.

Pengaruh Fungsi Sosial Keluarga T erhadap Perilaku Merokok Remaja

Tabel 2 Pengaruh Fungsi Sosial Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Remaja di Desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen, Agustus

2008(n=83)

F

U

N

G

S

I

S

O

S

IA

L

PERILAKU MEROKOK REMAJA

TOTAL

x² hitung P value

TINGGI SEDANG RENDAH

11.723 0.020

KURANG 0 9 0 9

0% 100% 0% 100%

CUKU P 10 40 9 59

16.9% 67.8% 15.3% 100%

BAIK 7 6 2 15

46.7% 40.0% 13.3% 100%

TOTAL 17 55 11 83

(7)

Tabel 2 menunjukkan bahwa keluarga yang menpunyai fungsi sosial kurang baik persentase tertinggi perilaku merokoknya adalah kriteria sedang (100,0%). Keluarga dengan fungsi sosial cukup baik persentase tertinggi adalah criteria sedang (67.8%), keluarga dengan fungsi sosial baik perentase teringgi adalah kriteria

tinggi (46.7%). Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara fungsi sosial keluarga terhadap perilaku merokok remaja dengan nilai p= 0,020 (<0,05). Hal ini berarti meskipun remaja mempunyai fungsi sosial keluarga baik tetapi perilaku merokoknya tetap tinggi.

Pengaruh Fungsi Ekonomi Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Remaja

Tabel 3 Pengaruh Fungsi Ekonomi Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Remaja di Desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen, Agustus

2008 (n=83)

F

U

N

G

S

I

E

K

O

N

O

M

I

A

PERILAKU MEROKOK REMAJA

TOTAL x² hitung

P value

TINGGI SEDANG RENDAH

20.51 0.000

KURANG 0 16 1 17

0% 94.1% 5.9% 100%

CUKU P 9 35 9 53

17.0% 66.0% 17.0% 100%

BAIK 8 4 1 13

61.5% 30.8% 7.7% 100%

TOTAL 17 55 11 83

20.5% 66.3% 13.3% 100%

Tabel 3 menunjukkan bahwa. keluarga yang menpunyai fungsi ekonomi kurang baik persentase tertinggi perilaku merokoknya adalah kriteria sedang (94.1%). Keluarga dengan fungsi ekonomi cukup baik persentase tertinggi adalah kriteria sedang (66.0%), keluarga dengan fungsi ekonomi baik perentase teringgi adalah

(8)

Pengaruh Fungsi Reproduksi Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Remaja

Tabel 4 Pengaruh Fungsi Reproduksi Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Remaja di Desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen, Agustus

2008 (n=83)

F

U

N

G

S

I

R

E

P

R

O

D

U

K

S

I

PERILAKU MEROKOK REMAJA

TOTAL x² hitung

P value

TINGGI SEDANG RENDAH

7.195 0.126

KURANG 1 7 1 9

11.1% 77.8% 11.1% 100%

CUKUP 11 43 10 64

17.2% 67.2% 15.6% 100%

BAIK 5 5 0 10

50.0% 50.0% 0% 100%

TOTAL 17 55 11 83

20.5% 66.3% 13.3% 100%

Tabel 4 menunjukkan bahwa keluarga yang menpunyai fungsi reproduksi kurang baik persentase tertinggi perilaku merokoknya adalah kriteria sedang (77.8%). Keluarga dengan fungsi reproduksi cukup baik persentase tertinggi adalah kriteria sedang (67.2%), keluarga dengan fungsi reproduksi baik perentase teringgi adalah kriteria tinggi (50.07%) dan criteria

sedang (50.0%). Hasil uji styatistik menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara fungsi reproduksi keluarga terhadap perilaku merokok remaja dengan nilai p=0. 126 (>0,05). Hal ini berarti meskipun remaja mempunyai fungsi reproduksi keluarga baik tetapi perilaku merokoknya tetap tinggi.

Pengaruh Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Remaja

Tabel 5 Pengaruh Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Remaja di Desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen,

Agustus 2008(n=83)

F

U

N

G

S

I

P

E

R

A

W

A

T

A

N

K

E

S

E

H

A

T

A

N PERILAKU MEROKOK REMAJA

TOTAL

x² hitung

P value

TINGGI SEDANG RENDAH

10.599 0.031

KURANG 4 26 5 37

10.8% 75.7% 13.5% 100%

CUKUP 6 22 3 31

19.4% 71.0% 9.7% 100%

BAIK 7 5 3 15

46.7% 33.3% 20.0% 100%

TOTAL 17 55 11 83

(9)

Tabel 5 menunjukkan bahwa keluarga yang menpunyai fungsi perawatan kesehatan kurang baik persentase tertinggi perilaku merokoknya adalah kriteria sedang (75.7%). Keluarga dengan fungsi perawatan kesehatan cukup baik persentase tertinggi adalah kriteria sedang (71.0%), keluarga dengan fungsi perawatan kesehatan baik perentase teringgi adalah kriteria tinggi (46.7. Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara fungsi perawatan kesehatan keluarga terhadap perilaku merokok remaja dengan nilai p=0.031 (<0,05). Hal ini berarti meskipun remaja mempunyai fungsi perawatan kesehatan keluarga baik tetapi perilaku merokoknya tetap tinggi.

Fungsi Afektif Keluarga Remaja Merokok

Dari hasil penelitian didapatkan fungsi afektif keluarga persentase tertinggi masuk dalam kriteria cukup baik dengan jumlah 56 orang (67.4% ). Persentase terendah adalah kriteria baik yaitu 12 orang (14,4% ). Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara fungsi afektif keluarga terhadap perilaku merokok remaja p= 0,114 (>0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa meskipun orang tua remaja menjalankan fungsi afektifnya cukup baik tetapi remaja merokok di Desa Waluyorejo kecamatan Puring Kabupaten Kebumen mudah terpengaruh oleh lingkungan di luar rumah untuk merokok. Friedman (1998) dalam Ali (2000) ,mengatakan Fungsi afektif merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan psikososial. Hal

ini berbeda menurut pendapat Dariyo (2005) dan Hockenberry (2005) mengatakan bahwa pola asuh pada remaja yang menerapkan aturan yang terlalu ketat dan penuh disiplin dapat menimbulkan masalah perubahan perilaku remaja, dimana remaja akan beresiko melakukan apa saja termasuk melakukan pola hidup kurang baik seperti merokok. Begitu pula apabila remaja diberi kebebasan tanpa pengendalian dan pengawasan yang tepat dapat berakibat terjadinya tindakan yang bersifat premature terhadap remaja, yaitu kebebasan tanpa diimbangi tanggung jawab remaja sehingga remaja itu sendiri dapat mengabaikan pengendalian dan pengawasan dari orang tua (Wright & Leahey). Kasih sayang di lingkungan keluarga merupakan tempat dimana orang belajar trust dan percaya dengan anggota keluarga lainnya seperti anak-anak yang membutuhkan kasih sayang baik di luar dan di dalam keluarga (McMurray, 2003). Dalam melakukan peran fungsi keluarga perlu ditingkatkan dalam memberikan kasih sayang remajanya dan tidak boleh dibedakan antara remaja dan anak-anak.

Fungsi Sosial Keluarga Remaja Merokok

(10)

merokok remaja p= 0,020 (< 0,05). Hal ini menunjukan bahwa orang tua remaja merokok di Desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen belum menjalankan fungsi sosialnya dengan sempurna sehingga pada saat mereka bergaul bersama teman-temanya yang merokok mereka mengikutinya. Pendapat Dian, (2006) teman sebaya memberikan pengaruh yang cukup besar kepada remaja untuk merokok. Maka perlu orang tua atau keluarga dalam mewaspadai pergaulan remaja terhadap kelompok teman sebaya anak-anaknya. Sedangkan hasil penelitian Bart Smett, dkk (2000) tentang factor yang menentukan perilaku merokok pada anak remaja dilakukan di Semarang , yaitu tentang factor yang mempengaruhi perilaku merokok remaja adalah terekspose dari anggota keluarga yang sebenarnya keluarga menjadi panutan, dan pengaruh yang paling kuat adalah dari teman yang lebih tua. Sosialisasi perilaku merokok adalah dari keluarga dan lingkungan teman sebaya, sementara itu, perilaku merokok lebih berkaitan dengan aspek lingkungan social.

Fungsi Ekonomi Keluarga Remaja Merokok

Dari hasil penelitian didapatkan fungsi ekonomi keluarga persentase tertinggi adalah dalam kriteria cukup baik dengan jumlah 53 orang (63.8%), Sedangkan terendah adalah fungsi keluarga dalam kriteria baik dengan jumlah 14 orang (16.8%). Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara fungsi ekonomi keluarga terhadap

perilaku merokok remaja p= 0,000 (< 0,05).

Hal ini menunjukan bahwa orang tua remaja merokok belum menjalankan fungsi ekonominya dengan sempurna sehingga remaja mudah terpengaruh temannya untuk menbeli rokok. Hal ini terjadi karena pembentukan perilaku remaja merokok dapat didukung dari ekonomi keluarga, fungsi ekonomi yang tidak baik akan berdampak pada perilaku yang menyimpang dari remaja, salah satunya adalah merokok. Menurut Larson dkk (dalam Theodorus, 1994) dilihat dari sisi ekonomi keluarga merokok membuang uang dan yang dilakukan oleh keluarga dan remaja melakukan merokok dapat menimbulkan dampak negative terhadap anggota keluarga itu sendiri.Resiko yang timbul akibat membeli rokok di dalam keluarga akan berdampak pada perekonomian keluarga. Hal ini ada hubungannya pengaruh ekonomi keluarga dengan perilaku merokok remaja.

Notoatmojo (2005) mengemukakan keluarga yang produktif dapat menghasilkan uang untuk menyokong kegiatan finansial di dalam keluarga. Kegiatan tersebut dilakukan yang berguna seperti kegiatan yang sehat. mengajarkan dan melatih sikap hemat dan gemar menabung serta menumbuhkan jiwa berwirausaha sejak dini sehingga anak dapat menghargai nilai ekonomis dari setiap kegiatan atau aktivitas yang dilakukannya. Hal ini tidak diharapkan keluarga memberikan uang kepada anak remaja untuk membeli rokok.

(11)

Dari hasil penelitian didapatkan fungsi reproduksi keluarga persentase tertinggi adalah dalam kriteria cukup baik dengan jumlah 64 orang (77.1%), Sedangkan terendah adalah fungsi keluarga dalam kriteria kurang baik dengan jumlah 9 orang (10.8%). Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara fungsi reproduksi keluarga terhadap perilaku merokok remaja p= 0,126 (> 0,05). Hal ini menunjukan bahwa orang tua remaja merokok sudah melaksanakan fungsi reproduksinyanya dengan baik walaupun belum seluruhnya sempurna. Hal ini berati remaja merokok tidak takut akan bahaya yang ditimbulkannya. Ini sudah menjadi tradisi bahwa rokok dianggap jantan dan gaul di kalangan remaja. Pendapat Brigham (1991) perilaku merokok remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan cara berfikir , kekuatan kepemimpinan, dan daya tarik kepada lawan jenisnya, untuk kematangan cara berfikir secara tidak langsung remaja akan mengikuti tindakan merokok bila ada keluarga yang merokok. Bagi anak/ remaja, fungsi ini akan membantu menghindarkan mereka dari kemungkinan berperilaku merokok. Hendaknya orang tua memberikan informasi terkait dengan cara memilih pasangan nanti dan bagaimana jika berumah tangga yang bersangkutan melakukan perilaku tidak sehat seperti merokok akan mengganggu kesuburan. Oleh karenaitu indakan promosi kesehatan reproduksi sangat diperlukan bagi orang tua, ibu, dan anak remajanya. Sedangkan menurut Blum, dalam

Soekijo (2003) disebutkan keturunan dapat menpengaruhi kesehatan. Seperti orang tua (ayah dan ibu) dapat mewariskan anak remaja antara lain tindakan dalam merokok keluarga, akibatnya anak akan meniru dan mewarisi dari orang tua. Fungsi ini akan menjaga dan menjamin terciptanya reproduksi yang sehat dan berkualitas.

Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Remaja Merokok

(12)

adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik . Bila keluarga sudah tau tanda dan bahaya yang ditimbulkan dari merokok, keluarga akan mengambil sikap untuk menghindari masalah rokok, hal ini akan didukung oleh peran keluarga dalam melakukan pendidikan kepada anak khususnya remaja yang merokok. Selanjutnya keluarga kesulitan melakukan perubahan lingkungan keluarga untuk menghindari dan menghentikan remaja merokok perlu melakukan konsultasi kepada perawat komunitas melalui Puskesmas dalam bentuk asuhan keperawatan keluarga.

Perilaku Merokok Remaja

Dari hasil penelitian didapatkan persentase tertinggi perilaku merokok remaja Desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen adalah kriteria sedang yaitu sejumlah 55 orang (66.2%). Sedangkan terendah adalah perilaku merokok dalam kriteria rendah dengan jumlah 11 orang (13.2%). Pendapat Soejatiningsih (2004), remaja melakukan perilaku dengan sendirinya tidak tertarik nasihat dan kritik dari orang tua, muncul ikatan emosional orang tua menjadi kurang baik. Bila remaja tidak mempunyai kelompok support yang baik maka remaja akan memungkinkan timbulnya masalah-masalah penyimpangan perilaku kesehatan. Penyimpangan perilaku kesehatan bisa terjadi misalnya tindakan merokok dengan kelompok teman sebayanya. Pendapat lain dikemukakan oleh Corado,1(999) remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga

yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Corado1999). Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/ tembakau/ obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu sebagai perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent).

Keterbatasan Penelitian

(13)

kuesioner walaupun mungkin mereka merokok. Hal ini menunjukkan bahwa remaja perempuan memiliki sifat yang tertutup dan malu jika diketahui orang lain.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dapatlah dibuat suatu kesimpulan dan saran penelitian:

Simpulan.

a. Fungsi afektif keluarga remaja merokok di Desa Waluyorejo Kecamatan Puring kabupaten Kebumen persentase terbesar adalah kriteria cukup baik, fungsi sosial keluarga persentase terbesar adalah kriteria cukup baik, fungsi ekonomi keluarga persentase terbesar adalah kriteria cukup baik, fungsi reproduksi keluaraga persentase terbesar adalah kriteria cukup baik, dan fungsi perawatan kesehatan keluaraga persentase terbesar adalah kriteria kurang baik.

b. Jumlah perilaku remaja merokok kriteria sedang dan tinggi lebih banyak dari yang rendah, ini menunjukan hasil yang kurang baik. Hal ini peran orang tua sangat diperlukan sebagai contoh remaja agar tidak merokok.

c. Fungsi afektif keluarga tidak mempunyai pengaruh terhadap perilaku merokok remaja di Desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen. Remaja lebih mudah terpengaruh lingkungan

teman sebaya untuk merokok daripada keluarga. d. Fungsi sosial keluarga

mempunyai pengaruh terhadap perilaku merokok remaja di Desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen. Sosialisasi melalui pendampingan keluarga dengan penerapan perilaku disiplin, menghargai norma, budaya, dan pemenuhan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangan remaja sehingga akan memberi pengaruh terhadap remaja untuk tidak merokok.

e. Fungsi ekonomi keluarga mempunyai pengaruh terhadap perilaku merokok remaja di Desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen. Hal ini memerlukan peran orang tua dengan fungsi ekonomi yang baik agar penggunaan uang saku remaja terkontrol dengan baik.

f. Fungsi reproduksi keluarga tidak mempunyai pengaruh terhadap perilaku merokok remaja di Desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen. Hal ini berati remaja merokok tidak takut akan bahaya yang ditimbulkan oleh merokok.

(14)

perilaku merokok remaja di Desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten kebumen terjadi karena fungsi perawatan keluarganya yang kurang baik.

Saran.

1. Bagi keluarga perlu:

a. Memberikan contoh pada remajanya dalam memelihara kesehatan dengan tidak merokok. b. Menberikan uang saku

kepada remaja sesuai kebutuhan agar tidak digunakan untuk membeli rokok.

c. Mengawasi pergaulan remajaa agar tidak terpengaruh teman untuk merokok.

2. Bagi keilmuan perlu:

a. Menambah konsep, teori dan wawasan tentang fungsi keluarga yang berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja dalam melakukan pendidikan kesehatan remaja.

b. Digunakan dalam menyelesaikan

permasalahan asuhan keperawatan keluarga terkait dengan fungsi keluarga dengan perilaku merokok remaja.

c. Melakukan promosi kesehatan bagi keluarga dengan anak remaja yang merokok berdasarkan fungsi keluarga.

3. Bagi peneliti keperawatan selanjutnya perlu:

a. Untuk penelitian selanjutnya menyertakan variabel pengganggu

sebagai variabel penelitian.

b. Dilakukan penelitian tentang pengaruh fungsi keluarga dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda. 4. Bagi Desa/ Kelurahan perlu:

a. Perlu bekerja sama dengan puskesmas setempat dalam upaya menangani masalah rokok pada remaja di desa waluyorejo.

b. Membentuk suatu kegiatan atau wadah yang dapat menunjang kreatifitas remaja sehingga remaja tidak terpengaruh perilaku merokok.

c. Membuat aturan jika ada kegiatan kemasyarakatan agar tidak digunakan untuk merokok.

d. Memberikan penyuluhan kepada penjual rokok di Desa Waluyorejo guna menekankan akan bahaya rokok.

e. Dibuat area khusus di tempat umum untuk orang yang mau merokok.

f. Dibuat peraturan jika ada pesta di masyarakat tidak digunakan untuk merokok.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2000. Pokok-pokok Kebijaksanaan Kesehatan Nasionasional, Perawatan Kesehatan Masyarakat: seri 1. Depok.

……...2000. Pengantar Asuhan

(15)

Kesehatan Masyarakat: seri 4, Depok.

Ariawan. 2005. Besar Perhitungan Sampel . FK-MUI. Jakarta. Asbanu. 2000. Mengapa Remaja

Menggunakan Napza. Riset hasil tidak dipublikasikan.. Atmojo, Mutiarsih. 2007.

Memahami Psikologi Remaja. Penerbit Yayasan Pustaka Nusatama.

Arikunto, S.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Dermawan, Setiawati. 2005. Tuntunan Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta Dian & Helmi. 2001. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku merokok Remaja. UGM Yogyakarta Dinkes Pemerintaah Provinsi Jawa

tengah. 2006. Pedoman Program Pembinaan perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga. Fiedman, M. 1998. Keperawatan

Keluarga Teori dan Praktek. Edisi 3.Jakarta : EGC

Hawari, D. 2002. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif), FKUI: cetakan ke- 4, Jakarta.

Hurlock, E. 2001. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta. Erlangga.

http://ucupneptune. Blogspot. Com/2008/01/apakah-kita-

diasuh-oleh-kelusrgs-serigala.html. diakses 18 Februari 2008 jam 09.00 wib. http://www.keluargasehat.com/pol

a-imisiasi.php?news.id=401.

Diperoleh tanggal 18 Maret 2008 jam 10.00 wib.

Mantra.1994. Perencanaan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Depkes RI : Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.

Mar’at. 1984. Sikap Manusia,

Perubahan Siswa,

Pengukurannya. Jakarta : Graha Indonesia.

Marsito. 2007. Kontribusi Fungsi Keluarga terhadap Perilaku Remaja Merokok. Jakarta : Universitas Indonesia.

Nexmedia Boox. 2007. Buku Panduan Untuk Berhenti Merokok. Jakarta. Penerbit Gramedia.

Notoatmojo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Pemerbit Rineka Cipta.

...2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta.

Nursalam. 2001. Pendekatam Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta. Penerbit CV Infomedika.

Purwanto, H. 1999. Pengantar Perilaku Buku Kedokteran. Jakarta : EGC

Widayatun. 1999. Ilmu Prilaku. Jakarta. Penerbit Jagung Seto. Sarwono. 2000. Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta. Gramedia Persada

Soejatiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta. CV Sagung Seto.

Gambar

Tabel 1 Pengaruh Fungsi Afektif Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Remaja
Tabel 3 Pengaruh Fungsi Ekonomi Keluarga Terhadap Perilaku Merokok
Tabel 5 Pengaruh Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Terhadap Perilaku

Referensi

Dokumen terkait

Nama Pekerjaan : Paket Pekerjaan Pengadaan Bekal Kantor (Pengadaan Alat tulis Kantor dan alat Kebersihan Polres) lelang ulang Polres Musi Banyuasin

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya peraturan mengenai Verified Gross Mass (VGM) yang seharusnya dilaksanakan mulai awal tahun 2017 pada peti kemas

Q.6) Ikon yang digunakan untuk membuat huruf pertama pada teks atau paragraph menjadi huruf yang lebih besar daripada yang lain adalah... A.Font Color B.Font Style C.Auto

Dampak langsung erosi on-site antara lain kehilangan lapisan tanah yang baik bagi berjangkarnya akar tanaman, kehilangan unsur hara dan kerusakan struktur tanah,

Dalam penelitian yang dilakukan Febrian Hargyantoro (2010) dengan sam- pel sebanyak 100 perusahaan yang ter- daftar dalam indeks kompas100 tahun 2009 dan

Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan / atau semdiri membuat rangkuman/ simpulan materi pembelajaran, melalukan penilaian dan /

[r]

Pada penelitian tahap kedua ini (Hibah Bersaing Tahun 2010), maka kegiatan penelitian hanya difokuskan untuk menguji faktor pertama tentang adanya konflik laten, yaitu