• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal - Pengaruh Right Issue Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal - Pengaruh Right Issue Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasar Modal

Pengertian pasar modal menurut Undang-undang pasar modal No.8 tahun

1995 pasal 1 butir 13 adalah “kegiatan yang berkenaan dengan penawaran umum

dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkan, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek”.

Di pasar modal, istilah khusus untuk menyebutkan surat berharga

(sekuritas) adalah efek. Ada banyak jenis efek di pasar modal. Namun, terdapat

tiga jenis efek yang paling popular yaitu saham, obligasi dan reksadana. Efek lain

yang terdapat di pasar modal Indonesia antara lain waran, right, obligasi konversi, Obligasi Ritel Indonesia (ORI), dan lain-lain. Menurut UU Pasar Modal No.8

Tahun 1995, bursa efek adalah pihak yang meyelenggarakan dan menyediakan

sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek

pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.

Selain menurut Undang-undang Pasar Modal, banyak para ahli yang telah

menuliskan dalam literatur mengenai pengertian pasar modal. Pengertian pasar

modal menurut Tandelilin (2010) mengemukakan bahwa “Pasar modal

didefinisikan sebagai tempat pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan

dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

sekuritas”.

(2)

yang diperdagangkan tersebut diwujudkan dalam surat-surat berharga. Jenis surat

berharga yang diperjualbelikan di pasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari

satu tahun dan ada yang tidak memiliki jatuh tempo. Dana jangka panjang berupa

hutang yang diperdagangkan biasanya obligasi (bond) sedangkan dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri berupa saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat (dalam pengertian fisik) yang terorganisasi dimana surat berharga

(efek-efek) diperdagangkan, yang kemudian disebut bursa efek (stock exchange) (Martono, 2001).

Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006) mengemukakan

bahwa “pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang,

ekuitas (saham), instrumen derivatif maupun instrumen lainnya”.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasar modal

merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka

panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk utang maupun modal

sendiri.

2.2 Saham

Saham (stock atau share) adalah surat berharga yang paling populer di antara surat berharga lainnya yang ada di pasar modal dan dikenal luas di dalam

masyarakat. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau

kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan terbatas (Darmadji dan

(3)

pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga

tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang

ditanamkan diperusahaan tersebut.

Ekspektasi atau motivasi setiap investor adalah mendapatkan keuntungan dari transaksi investasi yang mereka lakukan. Imbalan tunai kepada pemilik

saham biasanya diberikan dalam 2 (dua) yaitu: dividen tunai dan keuntungan atau

kerugian modal (capital gain) (Brealey et al, 2008).

Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang membagikan kepada

pemegang saham. Biasanya dilakukan satu tahun sekali. Bentuk dari dividen itu

sendiri, bisa berupa uang tunai ataupun bentuk penambahan saham. Sedangkan

capital gain, didapat berdasarkan selisih harga jual saham dengan harga beli. Dimana keuntungan didapat bila harga jual saham lebih tinggi dari harga beli

saham.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006), ada beberapa risiko yang

dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, yaitu:

1. Tidak Mendapatkan Dividen

Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika mengalami kerugian.

2. Capital Loss

Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang investor mengalami capital loss.

Disamping resiko di atas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan

dengan potensi risiko lainnya, yaitu:

(4)

Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibandingkan kreditor atau pemegang obligasi dalam pelunasan kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu akan dibaginak kepada para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.

2. Saham di-delist di bursa

Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya adalah karena kinerja yang buruk misalkan dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selam beberapa tahun, dari berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan efek di bursa.

3. Saham diberhentikan sementara (suspensi)

Disamping dua risiko diatas, risiko lain yang juga “mengganggu” para investor untuk melakukan aktivitasnya adalah jika suatu saham di-suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek, yang menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi lain yang mengharuskan otoritas yang belum jelas tersebut sehingga tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham diperdagangkan kembali seperti semula.

4. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi

Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi yang lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi dalam pelunasan kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu akan membagikan kepara para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham. Saham di-delist di bursa. Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah karena kinerja yang buruk, misalkan dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan di bursa.

2.3 Harga saham

Harga saham menurut Undang-undang No.8 tahun 1995 tentang pasar

modal adalah penerimaan besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh setiap

(5)

Harga saham tidak dapat diramalkan secara pasti. Harga saham di pasar

modal sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan (demand) dan penawaran (supply). Semakin banyak investor yang membeli saham, maka harga saham tersebut akan tinggi. Harga saham di dalam perdagangan dan investasi adalah

harga yang mengacu pada harga saham terkini dalam perdagangan saham.

Indikator harga saham menggambarkan banyak hal tentang apa yang sebenarnya

pada saat ini sedang terjadi di antara pembeli dan penjual. Indikator harga saham

bukan hanya menggambarkan harga pasar, tetapi juga menggambarkan siapa yang

saat ini sedang memegang kendali di pasar modal. Informasi terbaru yang masuk

ke pasar modal akan menyebabkan investor membeli atau menjual saham. Hal ini

akan menyebabkan terjadinya pergerakan harga. “Dengan membandingkan harga

saham saat ini dengan harga saham masa lalu, dapat disimpulkan bahwa informasi

tersebut memberi dampak positif atau negatif terhadap harga saham di pasar

modal” (McDowell, 2008).

Nilai suatu perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Semakin

tinggi nilai suatu perusahaan maka harga sahamnya akan semakin tinggi dan

demikian sebaliknya. Pergerakan harga saham searah dengan kinerja suatu

perusahaan. Oleh sebab itu, setiap perusahaan yang menerbitkan saham sangat

memperhatikan harga sahamnya. Jika harga saham suatu perusahaan rendah maka

dapat diartikan bahwa kinerja perusahaan tersebut kurang baik. Untuk itu investor

sangat memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan harga saham

dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi, menjual atau

(6)

Menurut Situmorang (2008), menyatakan bahwa saham memiliki 3 (tiga)

macam nilai, yaitu:

1. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum dalam saham tersebut

2. Nilai efektif, yaitu nilai yang tercantum dalam kurs resmi jika saham tersebut

diperdagangkan di bursa

3. Nilai interinsik, yaitu nilai ekonomis saham.

Menurut Situmorang (2008), berdasarkan fungsinya nilai suatu saham dapat

dibedakan atas 3 (tiga) jenis, yaitu:

1. Nilai nominal (par value)

Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan

akuntansi, namum tidak digunakan untuk mengukur sesuatu.

2. Harga dasar (base price)

Pada hakikatnya harga dasar adalah harga perdana dan dipergunakan dalam

perhitungan indeks harga saham. Untuk saham yang baru, maka harga dasar

tersebut merupakan harga perdana.

3. Harga pasar (market price)

Harga pasar adalah harga pada pasar yang senyata (riil) dan merupakan harga

yang paling mudah ditentukan, karena merupakan harga dari suatu saham

pada pasar yang sedang berlangsung, dan jika pasar sudah ditutup maka harga

pasar tersebut adalah harga penutupannya. Harga pasar tersebut yang

sesungguhnya menyatakan naik-turunnya suatu harga saham dan setiap hari

(7)

Setiap saat harga saham di pasar modal selalu mengalami perubahan.

Untuk itu, investor atau calon investor harus mampu mengamati dan memilih

saham mana yang akan dibeli, dijual atau dipertahankan dan harus mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut. Menurut Weston dan

Brigham ( 2001), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah:

1. Laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS)

Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima

laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham

(EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang

cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang

lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.

2. Tingkat bunga

Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :

a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi,

apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk

ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal

sebaliknya juga akan terjadi apbila tingkat bunga mengalami penurunan.

b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya,

semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku

bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan

mempengaruhi laba perusahaan.

(8)

Kebijakan pembagian dividen dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian

dibagikan dalam bentuk dividen dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba

ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka

peningkatan pembagian dividen merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas dividen

yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.

4. Jumlah laba yang didapat perusahaan

Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang

mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah

sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan

mempengaruhi harga saham perusahaan.

5. Tingkat resiko dan pengembalian

Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan

meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya

semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham

yang diterima.

Menurut Basir dan Fakhruddin (2005), harga sebuah saham dapat

berubah naik atau turun dalam hitungan waktu yang sangat cepat. Harga saham

dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik.

Hal tersebut dimungkinkan karena banyaknya order yang dimasukkan ke sistem

JATS (Jakarta Automated Trading System). Di lantai Bursa Efek Indonesia terdapat lebih dari 400 terminal komputer di mana para pialang di lantai bursa

(9)

tersebut baik jual maupun beli akan berpotensi terjadinya transaksi pada harga

tertentu sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan harga. Dalam

perdagangan saham dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan harga saham,

seperti yang dikemukakan Darmadji dan Fakhruddin (2006) yaitu:

1. Previous price menunjukkan harga saham saat penutupan pada hari sebelumnya.

2. Open atau opening price menunjukkan harga saham saat pembukaan sesi I perdagangan pada jam 09:30 WIB pagi.

3. High atau highest price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

4. Low atau lowest price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

5. Last price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham. 6. Change menunjukkan selisih antara harga saham pembukaan dengan harga

saham terakhir yang terjadi.

7. Close atau closing price menunjukkan harga saham saat penutupan sesi II perdagangan pada jam 16:00 WIB sore.

2.4 Volume Perdagangan Saham

Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham

yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar

pada waktu tertentu (Husnan, 2005). Sedangkan menurut Salim (2003), volume

(10)

jangka waktu tertentu, yang juga dianggap sebagai ukuran dari kekuatan atau

kelemahan pasar.

Menurut Francis (2001), Volume perdagangan merupakan suatu ukuran

yang menunjukkan intensitas dari emosi investor. Volume perdagangan saham

yang tinggi menunjukkan bahwa semakin tinggi juga jumlah transaksi saham yang

dilakukan investor, yang berarti saham tersebut aktif diperdagangkan. Hal ini

memberikan pengertian bahwa dengan makin besar jumlah transaksi saham akan

mengarah pada peningkatan jumlah permintaan suatu saham. Hal ini akan

menyebabkan perubahan harga saham yang cukup besar.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa volume

perdagangan saham adalah banyak lembar saham suatu emiten yang

diperjualbelikan di pasar modal setiap hari dengan tingkat harga yang disepakati

oleh pihak penjual dan pembeli saham melalui perantara (broker) perdagangan saham.

Volume perdagangan saham merupakan gambaran tentang kondisi efek

yang diperjualbelikan di pasar modal. Besarnya variabel volume perdagangan

dapat diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham melalui indikator

likuiditas saham yang diukur dengan aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity). Trading Volume Activity merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap suatu informasi melalui

parameter volume perdagangan di pasar modal. Hal ini dikarenakan nilai TVA

berbanding lurus dengan likuiditas saham, semakin tinggi nilai TVA sebuah

(11)

TVAi,t =

banyak yang bersedia membeli saham tersebut sehingga saham tersebut mudah

dikonversi menjadi uang kas atau dengan kata lain saham tersebut memiliki

tingkat likuiditas yang tinggi. Jika TVA semakin besar maka saham semakin

likuid, sebaliknya jika TVA semakin kecil maka saham tersebut tidak likuid.

Aktivitas volume perdagangan saham dapat dilihat dengan menggunakan rumus:

Saham perusahaan i yang diperdagangkan pada waktu t Saham perusahaan i yang beredar (listing) pada waktu t

Dimana:

TVAi,t = Trading Volume Activity I pada waktu t i = nama perusahaan/emiten

t = waktu

2.5 Right Issue

2.5.1 Pengertian Right Issue

Right issue pada hakikatnya merupakan hak memesan efek terlebih dahulu yang diberikan kepada investor saat ini untuk membeli saham baru yang

dikeluarkan emiten dalam rangka menghimpun dana segar. Dana tersebut antara

lain digunakan untuk pendanaan ekspansi usaha atau untuk memperkuat struktur

permodalan, karena merupakan hak, maka investor tidak harus menggunakan hak

tersebut, investor dapat menjual haknya kepada pihak lain. Dengan demikian

terjadilah perdagangan right (Halim, 2005).

(12)

dikeluarkan emiten pada proporsi dan harga tertentu. Hak dalam right sering disebut preemtive right, yaitu suatu hak untuk menjaga proporsi kepemilikan saham bagi pemegang saham lama di suatu perusahaan sehubungan dengan

pengluaran saham baru.

Hak preemtive (preemtive right) merupakan hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan

lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham maka

jumlah saham yang beredar akan lebih banyak dan akibatknya persentase

kepemilikan pemegang saham yang lama akan turun. Hak preemtive memberikan prioritas kepada pemegang saham yang lama untuk membeli tambahan saham

yang baru, sehingga kepemilikannya tidak berubah (Jogiyanto, 2008).

Menurut Husnan (2005) alasan perusahaan menerbitkan right issue adalah untuk menghemat biaya emisi, dan juga untuk menambah jumlah lembar saham

yang diperdagangkan. Dengan penambahan lembar saham di bursa, diharapkan

akan meningkatkan frekuensi perdagangan saham yang akan menigkatkan

likuiditas saham. Selain itu tujuan emiten melakukan right issue juga untuk memperoleh financing murah, yang dapat digunakan untuk ekspansi usaha, modal kerja, dan untuk membayar pinjaman. Sedangkan bagi para investor khususnya

(13)

Menurut Martono dan Harjito (2001), ada 2 (dua) tujuan diadakan right, yaitu:

1. Agar pemilik saham lama dapat mempertahankan pengendaliannya atas

perusahaan.

2. Untuk mencegah penurunan nilai kekayaan pemilik saham.

2.5.2 Analisis Right Issue

Pengeluaran saham baru melalui right issue akan meningkatkan modal disetor, meningkatkan ekuitas, dan menambah jumlah saham beredar tetapi harga

pelaksanaan atau strike price atau exercise price selalu lebih rendah daripada harga pasar saat penerbitan right issue. Namun right issue tidak selalu menurunkan indeks harga saham tersebut, kadang-kadang indeks juga dapat naik

tergantung reaksi pasar apakah bersifat positif atau negatif (Samsul, 2006).

Menurut Samsul (2006), harga teoritis bukti right dapat diperoleh dari selisih antara harga pasar teoritis setelah right issue dengan strike price. Harga saham di pasar boleh jadi sama dengan harga teoritisnya. Sedangkan strike price atau exercise price adalah harga pelaksanaan dari saham tersebut.

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan nilai teoritis

(14)

Right yang ditawarkan kepada pemegang saham lama didasarkan pada proporsi rasio yang telah ditentukan, misalnya PT X melakukan right issue dengan rasio 15:71 yang artinya pemegang saham lama dapat membeli 71 saham

yang baru untuk setiap lembar saham lama.

Pada penelitian ini, nilai right issue diproksikan terhadap harga teoritis hasil right issue. Harga teoritis merupakan harga yang terbentuk dari penyesuaian harga saham lama dengan saham baru setelah terjadinya right issue berdasarkan rasio yang ditentukan. Apabila harga saham dipasar sama dengan harga

teoritisnya maka pemegang saham lama tidak menderita kerugian. Apabila harga

saham dipasar diatas harga teoritis maka pemegang saham lama akan memperoleh

keuntungan dan apabila harga saham dipasar dibawah harga teoritisnya maka

pemegang saham lama akan menderita kerugian (Samsul, 2006).

2.5.3 Alasan Dilakukannya Right Issue

Menurut Husnan (2005) alasan perusahaan menerbitkan right issue adalah untuk menghemat biaya emisi, dan juga untuk menambah jumlah lembar saham

yang diperdagangkan. Dengan penambahan lembar saham di bursa, diharapkan

akan meningkatkan frekuensi perdagangan saham yang akan meningkatkan

likuiditas saham. Selain itu tujuan emiten melakukan right issue juga untuk memperoleh financing murah yang dapat digunakan untuk ekspansi usaha, modal kerja dan untuk membayar pinjaman. Sedangkan bagi para investor khususnya

(15)

Suatu emiten yang melakukan right pada umumnya untuk mempertahankan persentase hak pemegang saham lama atas laba dan suara dalam

perusahaan. Jika emiten langsung menjual saham baru langsung kepada

pemegang saham baru maka hak atas laba dan suara yang dimiliki oleh pemegang

saham lama akan beralih ke pemegang saham baru. Jika pemegang saham lama

tidak ingin menggunakan haknya atas saham yang baru maka pemegang saham

lama dapat menjual haknya kepada pihak lain atau pemegang saham baru. Hal ini

dikarenakan sifatnya sebagai hak dan bukan merupakan kewajiban sehingga right dapat diperdagangkan. Pada umumnya, right issue diperdagangkan sama seperti saham, akan tetapi perdagangan right issue memiliki masa berlaku tertentu.

2.5.4 Dampak Dilakukannya Right Issue

Adanya right issue menyebabkan jumlah saham yang beredar mejadi bertambah. Pertambahan jumlah saham ini akan berakibat pada komposisi

kepemilikan pemgang saham lama. Pemegang saham lama tersebut akan

mengalami dilusi atau penurunan persentase kepemilikan saham apabila tidak

melakukan haknya untuk membeli saham baru dengan right yang dimilikinya. Bertambahnya jumlah saham yang beredar berakibat kepada menurunnya

jumlah dividen per lembar saham yang akan diperoleh oleh pemegang saham lama

apabila laba yang diperoleh oleh perusahaan tetap. Penurunan dividen per lembar

saham dapat menimbulkan dampak negatif kepada minat investor sehingga

mengakibatkan harga saham menjadi turun. Situmorang, (2008) menyatakan

(16)

selalu lebih rendah dari harga pasar. Jadi kapitalisasi pasar saham tersebut akan

naik dalam persentase yang lebih kecil daripada naiknya persentase jumlah saham

yang beredar.

2.6 Teori yang Berkaitan Dengan Right Issue 2.6.1 Signaling Theory

Teori ini mengasumsikan bahwa manajer memiliki informasi yang

lengkap tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar, dan

manajer adalah orang yang selalu berusaha memaksimalkan intensif yang

diharapkan. Kelebihan manajer daripada pihak luar (investor) yaitu informasi

yang lengkap dan akurat yang dimiliki oleh manajer mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Asimetri informasi akan terjadi jika

manajer tidak secara penuh menyampaikan seluruh informasi yang diperolehnya

tentang semua hal yang dapat mempengaruhi perusahaan ke pasar modal. Jika

manajer menyampaikan suatu informasi ke pasar, maka respon atas informasi

tersebut sebagai suatu signal adanya event tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari perubahan harga dan volume perdagangan saham. Pengumuman right issue akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal adanya informasi baru yang dikeluarkan oleh pihak manajer yang akan mempengaruhi

nilai saham suatu perusahan dan aktivitas perdagangan sahamnnya.

2.6.2 Teori Struktur Modal

Dalam teori ini, diasumsikan bahwa walaupun suatu perusahaan memiliki

(17)

menjelaskan pengaruh negatif harga saham yang dihubungkan dengan penerbitan

saham baru. Penambahan saham baru seharusnya memberikan dampak positif

terhadap harga saham bukan sebaliknya, karena penambahan saham baru

mencerminkan adanya perkembangan struktur yang optimal.

2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa tinjauan terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti dan Tahun

Judul Variabel Hasil Penelitian

Eky Wijaksono (2007)

Pengaruh Right Issue

terhadap return

Right issue tidak ber-pengaruh terhadap

preferensi investor dalam menentukan investasi. dan abnormal return

saham di Bursa Efek Jakarta 2000-2006 normal saham sebelum dan sesudah right issue dan

likuiditas saham di Bursa Efek Indonesia

Pengumuman right issue

(18)

M. Ridho (2011)

Analisi Pengaruh Pengumuman Right Issue terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia

Pengumuman Right Issue

tidak menyebabkan per-bedaan antara harga saham sebelum dan se-sudah dilakukan right issue pada perusahaan size kecil maupun pada perusahaan dilakukannya right issue

pada perusahaan size besar maupun pada perusahaan

size kecil.

Pengaruh right issue terhadap perubahan harga saham dapat dilihat dari harga saham yaitu harga saham penutupan (closing price) dan besarnya volume perdagangan saham dapat dilihat melalui jumlah saham yang diperdagangkan.

Penelitian ini mengambil periode 10 hari sebelum, pada saat dan 10 hari sesudah

dilakukannya right issue. Sebanyak 32 (tiga puluh dua) perusahaan yang digunakan sebagai sampel dengan periode waktu 3 tahun 2009-2011. Variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Right Issue (X) sebagai variabel independen, Harga saham (Y1) dan Volume Perdagangan Saham (Y2) sebagai

variabel dependen.

2.8 Kerangka Konseptual

Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat reaksi dari peristiwa right issue. Jika peristiwa tersebut mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan

(19)

membuat pasar bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.

Reaksi pasar ini dapat berupa berubahnya harga saham dan volume perdagangan

sebelum pengumuman dan sesudah pengumuman (Jogiyanto, 2008). Kebijakan

right issue ditanggapi beragam investor. Jika suatu perusahaan kekurangan modal maka investor akan bereaksi negatif sehingga mengakibatkan harga saham turun

sebelum maupun sesudah pengumuman diterbitkan. Sebaliknya, penerbitan right issue yang bertujuan untuk memperluas produksi akan mendapat reaksi positif dari investor sehingga mendorong harga saham meningkat. Pengumuman right issue dapat menurunkan atau menaikkan harga saham di pasar tergantung pada reaksi pasar apakah bersifat positif atau negatif (Samsul, 2006). Apabila reaksi

pasar bersifat positif maka secara langsung informasi tersebut akan menaikkan

harga saham dan begitu juga sebaliknya, apabila reaksi pasar bersifat negatif

terhadap informasi right issue akan menurunkan harga saham.

Reaksi harga saham terhadap pengumuman right issue akan berkurang disaat tingginya volume perdagangan. Bayless and Chaplinsky (1996, dalam

(20)

sebelumnya yaitu bahwa harga saham justru mengalami penurunan sebelum

tanggal pengumuman dan terjadi peningkatan volume perdagangan saham

sebelum tanggal pengumuman. Penurunan harga saham dan peningkatan aktivitas

volume perdagangan saham terjadi karena adanya aktivitas short selling yang dilakukan oleh investor sebelum hari pengumuman, yang memaksa underwriters untuk menentukan harga penawaran yang lebih rendah (underprice) terhadap penerbitan saham baru.

Berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu maka

kerangka konseptual penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dari Gambar 2.1 dapat dilihat hubungan kausal antara Right Issue terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham. Pengaruh right issue terhadap harga saham dan volume perdagangan saham dapat dilihat pada 10 hari sebelum,

pada saat dan 10 hari sesudah pengumuman right issue. Adanya right issue akan mengkoreksi harga saham dan meningkatkan jumlah saham yang diperdagangkan

di pasar modal.

Right Issue (X)

Harga Saham (Y1)

(21)

2.9 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Right issue berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

2. Right issue berpengaruh signifikan terhadap volume perdagangan pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

3. Ada korelasi dan signifikan antara harga saham sebelum dengan harga saham

sesudah right issue pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. 4. Ada korelasi dan signifikan antara volume perdagangan sebelum dengan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012

Bila Pemohon dan Termohon bertempat kediaman di luar negeri, maka permohonan diajukan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah yang daerah hukumnya meliputi tempat

g) Kekayaan negara/ kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai

Land subsidence in urban areas is usually caused by a combination of excessive extraction of ground water, the natural consolidation of alluvium soils,

Kajian Pola Pengelolaan Sumberdaya Hutan Secara Tradisional Oleh Masyarakat Dayak Benuaq dan Tunjung Di Kalimantan Timur: Studi Kasus Kampung Dempar Dan Sakak

Dalam kegiatan produksi, pangsa pasar adalah hal yang penting, karena jika pemasaran suatu produk berjalan dengan baik, maka proses kegiatan produksi dari hulu sampai hilir akan

Dalam pengaturan putaran motor induksi dapat dilakukan dengan mengatur nilai frekuensi