Abstrak
Penelitian ini berjudul Uji Coba Modul Pelatihan Untuk Menurunkan Derajat Strain Based Conflict-FIW Pada Guru di Yayasan “X”, Jakarta. Dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya guru yang mengalami tekanan/konflik ketika menjalankan dua peran secara bersamaan yaitu peran didalam pekerjaan dan keluarga. Tekanan/konflik ini menyebabkan terganggunya kinerja guru, dimana ketika menjalankan pekerjaannya di sekolah guru menjadi mengalamin ketegangan dan kelelahan. Gejala yang dirasakan oleh guru tersebut terkait dengan strain based conflict-FIW. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka diperlukan intervensi yang dapat mengatasi ketegangan dan kelelahan yang dialami oleh guru untuk menurunkan strain based conflict-FIW. Model intervensi yang sesuai adalah pelatihan dengan memberikan pemahaman kepada guru mengenai strain dan dampak yang muncul serta membantu guru menurunkan ketegangan dan kelelahan mereka dengan melakukan relaksasi peregangan otot. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan strain based conflict-FIW sesudah diberikan pelatihan pada guru di yayasan “X”, Jakarta.
Sampel pada penelitian ini adalah 9 orang guru di yayasan “X”, Jakarta. Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan teknik one group design pre dan post test. Rancangan modul pelatihan terdiri dari 2 sesi, terbagi atas sesi strain based conflict-FIW dan sesi kedua yaitu relaksasi peregangan otot. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur strain based conflict-FIW berbentuk kuesioner yang dikembangkan oleh Carlson, Kacmar dan Williams (2000) berdasarkan teori dasar dari Greenhause& Beautell (1985). Koefisien validitas alat ukur berkisar antar 0,470-0,488, sedangkan koefisien reliabilitasnya 0,714. Teknik analisis hasil uji coba pelatihan menggunakan teknik uji beda Wilcoxon untuk mengetahui penurunan strain based conflict-FIW sebelum dan sesudah pelatihan.
Abstrak
The study is titled Testing Training Modules To Reduce Strain Conflict-FIW Degrees inTeacher at institution “X”, Jakarta. In this study was backed by the numbers of teachers who have pressure/conflict when running two roles simultaneously that role in the work and family. This pressure/conflict make causing disruption of teacher performance where in running job at school teachers be experiencing tension and fatigue. Symptoms experienced by teachers are related to strain based conflict-FIW. Given these problems, it is necessary interventions to get over the tension and fatigue experienced by teachers for reduce strain based conflict- FIW. Model appropriate interventions is training to understanding and impact of emerging strain and help teachers reduce their tension and fatigue with isometric relaxation. This study aims to determine the reduction in strain based conflict-FIW after the training given to the the teachers at institution “X”, Jakarta.
The samples of this study is 9 teachers from institution “X” at Jakarta. The design of the study is a quasi experimental design technique one group pre and post test. The design of training modules consist of 2 sessions, divided into sessions strain based conflict-FIW and the second session is a isometric relaxation. Measuring tool used to measure strain based conflict-FIW shaped the questionnaire developed by Carlson, Kacmar and Williams (2000) based on the fundamental theory of Greenhause & Beautell (1985). The validity coefficient measuring instrument it ranged from 0,470-0,488 whereas realiability coefficient is 0,714. Mechanical analysis of the test results of training using a technique different test Wilcoxon to see a reduce strain based conflict-FIW before and after training.
DAFTAR ISI
Abstrak ………i
Kata Pengantar………...………….………iii
Daftar Isi………vii
Daftar Bagan...xi
Daftar tabel...xii
Daftar Lampiran……….……….xiiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ………..………… 1
1.2Identifikasi Masalah………...……….. 7
1.3Maksud dan Tujuan……….. 7
1.3.1 Maksud Penelitian……….... 7
1.3.2 Tujuan Penelitian ………...……….………. 7
1.4Kegunaan Penelitian……….………... 8
1.4.1 Kegunaan Teoritis………....… 8
1.4.2 Kegunaan Praktis………. 8
1.5Metodologi Penelitian………9
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Work Family Conflict……..………..……….10
2.1.2 Peran………...……….. …10
2.1.3. Work-Family Conflict…...……….11
2.1.3.1 Definisi work family conflict...11
2.1.3.2 Bentuk dan Arah Work Family Conflict...12
2.1.3.3 Sumber atau penyebab Work-Family Conflict……….15
2.1.3.4 Pengukuran Strain Based Conflict………...…..…...… 22
2.2 Guru... 23
2.2.1 Keterampilan Organisasi bagi Guru...24
2.3 Pelatihan ...……….. 24
2.3.1. Tujuan dan Manfaat Pelatihan……… 25
2.3.2. Fase Experiental Learning………..…… 26
2.3.3. Area Pembelajaran………...……… 28
2.3.4. Tahapan Proses Pembelajaran Efektif………..………30
2.3.5. Pembelajaran Orang Dewasa………...……… 31
2.3.5.1. Proses Dan Perilaku Belajar Orang Dewasa……….………31
2.3.5.2. Pendekatan Dan Strategi Belajar Orang Dewasa………..………35
2.3.6. Merancang Modul Pelatihan………..………....….…. 35
2.3.7 Metode Pelaksanaan Pelatihan...38
2.3.7.1 Metode Ceramah (Lecturing) ………..………. 39
2.3.7.2 Metode Eksperimental Learning………...………. 39
2.4. Trainer………...…..……... 43
2.5. Evaluasi Program Pelatihan………..………... 43
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian………..……….58
3.2 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual & Definisi Operasional…..……… 59
3.2.1 Variabel Penelitian………..……… 59
3.2.2 Definisi Konseptual………...…….. 60
3.2.3 Definisi Operasional………...……. 60
3.3 Alat Ukur Strain Based Conflict………...…………....…61
3.3.1 Sistem Penilaian………..….62
3.3.2 Validitas Alat Ukur Strain Based Conflict………...…..62
3.3.2 Reliabilitas Alat Ukur Strain Based Conflict…...……...…63
3.4 Data Penunjang……….. 64
3.5.Populasi Penelitian, Subjek Penelitian & Teknik Penarikan Subjek Penelitian………...………....………...65
3.5.1 Populasi Penelitian………..……….……65
3.5.2 Subjek Penelitian….………..…...65
3.5.3 Teknik Penarikan Subjek Penelitian………. ..65
3.7. Modul Pelatihan………. 65
3.8. Metode Analisa Data………...68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian………...………...…….69
4.1.1 Gambaran Umum Responden...70
4.2.1. Hasil Penelitian Berdasarkan Evaluasi Reaksi Responden……….71
4.2.1.1. Evaluasi Reaksi Responden Terhadap Keseluruhan Pelatihan…….…71
4.2.1.2. Evaluasi Reaksi Responden Terhadap Trainer & Fasilitator…………72
4.2.1.3. Evaluasi Reaksi Responden Terhadap Setiap Sesi Pelatihan……..….73
4.2.2. Hasil Penelitian Berdasarkan Evaluasi Learning Pelatihan…………...77
4.2.2.1. Gambaran Strain Based Conflict Sebelum & Sesudah Pelatihan………...……….…78
4.2.2.2.Gambaran Analisa Item Strain Based Conflict ……...………79
4.2.2.3. Gambaran Hasil Wawancara Sesudah Pelatihan...80
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian………...………..….81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………..…...90
5.2. Saran………...………...……91
5.2.1. Saran Teoritis………..………….91
5.2.2. Saran Praktis……….…………...92
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Rancangan Penelitian...9
Bagan 2.1 Skema Kerangka Pikir ...57
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Bentuk kuesioner Strain Based Conflict-FIW ...61
Tabel 3.2 Kategori Penilaian Strain Based Conflict-FIW ……...62
Tabel 3.3 Kriteria Guilford ...64
Tabel 4.1 Gambaran Responden ...74
Tabel 4.2 Evaluasi terhadap Trainer dan Fasilitator... 76
Tabel 4.3 Evaluasi Reaksi terhadap sesi 1...78
Tabel 4.4 Evaluasi Reaksu terhadap sesi 2 ...80
Tabel 4.5 Uji Beda Wilcoxon ...81
Tabel 4.6 Gambaran Strain Based Conflict FIW Sebelum dan Sesudah Pelatihan ...82
Tabel 4.7 Item Strain Based Conflict-FIW Sebelum dan Sesudah Pelatihan…....83
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 MODUL PELATIHAN
LAMPIRAN 2 LETTER OF CONSENT
LAMPIRAN 3 HASIL OBSERVASI KESELURUHAN PELATIHAN
LAMPIRAN 4 HASIL WAWANCARA
LAMPIRAN 5 LEMBAR EVALUASI PELATIHAN
LAMPIRAN 6 LEMBAR KUESIONER
LAMPIRAN 7 VALIDITAS
LAMPIRAN 8 RELIABILITAS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pasangan suami istri yang berada di kota-kota besar saat ini, cenderung
keduanya bekerja. Hal ini dilakukan bukan hanya karena tuntutan ekonomi rumah
tangga, namun juga karena suami maupun istri memiliki keinginan untuk
aktualisasi diri di masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan yang telah
diperoleh dalam proses pendidikannya. Berdasarkan berita resmi statistik no.
23/05/31/Th XIV, 7 Mei 2012 yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi DKI Jakarta,
dikatakan bahwa jumlah angkatan kerja pada Februari 2012 tercatat 5,28 juta
orang, bertambah sekitar 273, 40 ribu orang dibandingkan jumlah angkatan kerja
pada Februari 2011 sebesar 5,01 juta orang. Hal ini menunjukkan bahwa
keinginan setiap orang untuk bekerja semakin meningkat tanpa melihat jenis
kelamin.
Setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk bekerja,
baik pria maupun wanita. Pada pasangan suami istri yang bekerja dan memiliki
anak, tuntutan yang ada akan terasa lebih berat karena keduanya harus
menyeimbangkan antara tuntutan bekerja dan tuntutan keluarga, dimana
peningkatan pasangan yang mempuyai peran ganda dengan anak yang masih kecil
dan perubahan struktur keluarga yang dulunya tradisional telah menghasilkan
perubahan di dalam rumah dan tanggung jawab bagi pria dan wanita (Allen, dkk.,
2
peran tersebut dapat mendorong munculnya konflik pekerjaan keluarga (work
family conflict).
Greenhaus and Beutell (1985) mengutip penelitian Herman dan Gyllstrom
(1977) menemukan bahwa individu yang sudah menikah akan mengalami lebih
banyak konflik pekerjaan keluarga dibandingkan individu yang tidak menikah.
Dalam konteks yang sama, individu yang berperan sebagai orang tua akan
mengalami konflik pekerjaan keluarga lebih tinggi dibandingkan individu yang
tidak berperan sebagai orang tua. Beberapa studi menyimpulkan bahwa orang tua
dengan anak yang lebih muda usianya dimana anak membutuhkan banyak waktu
dari orang tua akan mengalami lebih banyak konflik dibandingkan orang tua
dengan anak yang dewasa usianya. Keluarga besar, dengan jumlah anggota yang
lebih banyak membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan keluarga kecil, hal
ini juga diasosiasikan mempunyai konflik pekerjaan keluarga yang lebih tinggi
(Cartwright, 1978 ; Keith & Schafer, 1980 dalam Greenhaus and Beutell, 1985).
Responden dari penelitian ini adalah guru yang memiliki pasangan yang
bekerja. Guru sebagai pendidik merupakan tenaga profesional yang memiliki
beban kerja mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan
melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan dengan ketentuan
sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap
muka dalam 1 minggu (UU Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
3
Berdasarkan hasil penelitian Cinamon, et. al., (2002), yang dilakukan pada
sekelompok guru, menyatakan bahwa guru akan berusaha mengatasi
permasalahan baik masalah keluarga maupun masalah pekerjaan sehingga
menimbulkan konflik pekerjaan keluarga yang akan mengarah pada terjadinya
tekanan atau ketegangan. Konflik pekerjaan-keluarga yang biasanya menjadi
masalah dalam keluarga adalah jumlah anak, waktu yang dihabiskan untuk urusan
keluarga dan pekerjaan. Penelitian dilakukan oleh Russell, et. al., (1987),
mengenai pengaruh konflik pekerjaan-keluarga mengatakan bahwa pekerjaan guru
mempunyai aspek-aspek tugas yang potensial menimbulkan tekanan atau
ketegangan, misalnya dalam hal penegakan disiplin, sikap apatis siswa, konflik
kepentingan dengan orang tua murid, dan kurangnya dukungan dari pihak
sekolah. Akibat dari konflik yang berkepanjangan dan terus-menerus
menimbulkan adanya “burn out” yang nampak dalam bentuk-bentuk
simptom-simptom fisik seperti mudah emosi, sakit kepala atau dalam bentuk perilaku
naiknya tingkat absensi para guru.
Dalam penelitian Acker (1992); dalam Cinamon dan Rich, (2005),
menemukan bahwa guru sangat berkomitmen pada pekerjaan. Ketika berada di
rumah bahkan selama waktu luang atau hari libur, guru masih memikirkan
pekerjaan mereka. Hal ini dikarenakan guru memegang beberapa tanggung jawab
di sekolah, bukan saja mengajar tetapi guru mempunyai tanggung jawab secara
administrasi sekolah. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa banyak guru kurang
mampu menyeimbangkan peran pekerjaan dan keluarga secara efektif
4
Greenhaus dan Beutell dan Gutek et al. (dalam Schabracq, Winnubst, &
Cooper, 2003) menggambarkan tiga bentuk work family conflict yang berkaitan
dengan dilema suami istri antara rumah tangga dan pekerjaan. Time-Based
Conflict, yaitu konflik yang terjadi karena waktu yang digunakan untuk
memenuhi satu peran tidak dapat digunakan untuk memenuhi peran lainnya,
meliputi pembagian waktu, energi dan kesempatan antara peran pekerjaan dan
rumah tangga. Dalam hal ini, menyusun jadwal merupakan hal yang sulit dan
waktu terbatas saat tuntutan dan perilaku yang dibutuhkan untuk memerankan
keduanya tidak sesuai. Strain Based Conflict yaitu mengacu kepada munculnya
ketegangan atau keadaan emosional yang dihasilkan oleh salah satu peran
membuat seseorang sulit untuk memenuhi tuntutan perannya yang lain. Sebagai
contoh, seorang ibu yang seharian bekerja, ia akan merasa lelah, dan hal itu
membuatnya sulit untuk duduk dengan nyaman menemani anak menyelesaikan
pekerjaan rumahnya. Ketegangan peran ini bisa termasuk stress, tekanan darah
meningkat, kecemasan, keadaan emosional, dan sakit kepala. Behavior Based
Conflict, yaitu konflik yang muncul ketika pengharapan dari suatu perilaku yang
berbeda dengan pengharapan dari perilaku peran lainnya. Ketidaksesuaian
perilaku individu ketika bekerja dan ketika di rumah, yang disebabkan perbedaan
aturan perilaku seorang wanita karir biasanya sulit menukar antara peran yang dia
jalani satu dengan yang lain.
Work-family conflict yang dialami guru dapat terjadi dua arah. Menurut
Netmeyer, McMurrian & Boles (1996), terdapat dua tipe arah work-family conflict
5
ketegangan/tekanan yang dihasilkan dari pekerjaan mempengaruhi pekerja untuk
memenuhi tangung jawab yang berkaitan dengan keluarga. Kemudian, family
interfering with work (FIW) yaitu konflik antar peran dimana ketegangan/tekanan
yang dihasilkan dari keluarga mempengaruhi pekerja untuk memenuhi
tanggungjawab dalam pekerjaan.
Untuk memperkaya data dan informasi, peneliti melakukan survey awal
dengan menyebarkan kuesioner work family conflict pada 44 orang guru di
yayasan X kota Jakarta, untuk mendapatkan area permasalahan yang paling
banyak dialami oleh guru. Selanjutnya peneliti melakukan pengkajian lebih mendalam lagi terhadap hasil kuesioner, didapatkan data dari enam dimensi work
family conflict yaitu time-based WIF adalah 59% dan time-based
conflict-FIW adalah 36%. Selanjutnya, strain based conflict-WIF adalah 43% dan strain
based conflict-FIW adalah 68%. Dan Behavior based conflict-WIF adalah 23%
dan behavior based conflict-FIW adalah 48%.
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa strain based conflict-FIW adalah
bentuk konflik yang paling banyak dialami oleh guru, dimana terlihat sebagian
besar guru mengalami kelelahan yang mengacu pada munculnya ketegangan baik
secara fisik maupun mental. Konflik didalam rumah tangga muncul akibat
berbagai macam masalah yang terjadi diantara suami-istri. Masalah-masalah
didalam rumah tangga yang bisa memicu konflik biasanya terjadi akibat adanya
ketidakseimbangan didalam pemenuhan tuntutan rumah tangga dan pekerjaan.
Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan yang berasal dari beban kerja
6
Sedangkan tuntutan keluarga berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan untuk
menangani tugas-tugas rumah tangga. Guru merasa bahwa mereka belum dapat
memenuhi tuntutan peran mereka sebagai suami atau istri dan sebagai orang tua
bagi anak-anak mereka di rumah. Diantaranya adalah ketika mereka harus
berangkat sangat pagi karena jarak rumah ke sekolah yang cukup jauh serta harus
menghindari kemacetan dan kembali ke rumah di sore hari membuat mereka
merasa bersalah karena waktu bersama keluarga sedikit. Belum lagi ditambah
dengan tidak adanya pembantu untuk mengurus pekerjaan rumah tangga karena
sulitnya mencari pembantu yang dapat dipercaya ataupun tidak adanya anggota
keluarga yang tinggal bersama mereka untuk membantu menjaga anak-anak
mereka, membuat mereka merasa selalu khawatir terhadap situasi dan keadaan di
rumah. Berbagai hal yang terjadi di keluarga sangat membebani pikiran mereka
sehingga mereka terkadang mengeluhkan sering merasa lelah dan menjadi tidak
semangat ketika mengajar. Guru juga menjadi mudah marah ketika menghadapi
anak yang bermasalah pada mata pelajaran mereka.
Guru yang mudah marah kepada anak didik membuat anak merasa
kebingungan sehingga mereka menjadi sulit konsentrasi di dalam kelas. Sebagian
anak akan merasa takut pada guru yang mudah marah. Anak juga kurang
memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru karena guru terlihat kurang
bersemangat ketika memberi penjelasan ataupun ketika ada kegiatan lain yang
dilakukan di sekolah.
Berdasarkan data survei Work Family Conflict pada guru di yayasan “X”
7
sebagian besar guru. Dimana persoalan ini harus segera ditindaklanjuti dalam
bentuk intervensi untuk mencegah atau memperburuk dampak negatif yang
mungkin timbul dari kondisi ini. Salah satu bentuk intervensi yang dilakukan
adalah pelatihan.
Berdasarkan data yang telah didapatkan maka analisa kebutuhan pelatihan
untuk guru dapat ditentukan, bagaimana kondisi belajar yang harus diciptakan
sebagai kebutuhan orang dewasa, beserta isi materi apa yang harus diberikan,
strategi, teknik, dan metode apa yang cocok untuk digunakan. Sehingga dalam
penelitian ini, peneliti akan merancang modul pelatihan dan akan menguji
cobakan modul pelatihan yang telah dibuat. Uji coba modul pelatihan ditujukan
untuk mendapatkan gambaran apakah modul pelatihan yang dirancang dapat
digunakan atau tidak untuk menurunkan strain based conflict FIW pada guru.
1. 2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah,
maka ingin diketahui apakah modul pelatihan yang dibuat dalam penelitian ini
dapat digunakan untuk menurunkan strain based conflict-FIW pada guru di
yayasan “X”.
1. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian
1. 3.1 Maksud Penelitian
8
conflict-FIW pada guru di yayasan “X”. 1. 3.2 Tujuan Penelitian
Memperoleh modul pelatihan yang dapat menurunkan strain based
conflict-FIW pada guru di yayasan “X”, Jakarta yang terukur melalui evaluasi
level reaction dan level learning.
1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis
a. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai modul pelatihan untuk
menurunkan strain based conflict-FIW pada guru yang dibutuhkan dalam
bidang Psikologi Industri dan Organisasi, Psikologi Keluarga, Psikologi
Sosial serta Psikologi Pendidikan.
b. Memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
work family conflict terutama dimensi strain based conflict-FIW.
1.4.2 Kegunaan Praktis
a. Memberikan informasi kepada pihak sekolah mengenai adanya modul
strain based conflict-FIW dan dapat dipergunakan secara relevan dengan
kondisi aktual saat ini.
b. Informasi ini pun dapat digunakan sebagai feedback kepada guru untuk
lebih memahami dan menyadari strain dan dampak yang muncul akibat
dari tuntutan antara pekerjaan dan keluarga.
9
untuk menurunkan ketegangan yang dialami sehingga guru dapat dengan
nyaman menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
1.5 Metodologi Penelitian
Penelitian ini akan mengujicobakan rancangan modul pelatihan untuk
menurunkan strain based conflict-FIW pada guru di yayasan “X”, Jakarta,
kemudian akan melihat gambaran penurunan strain based conflict pada subjek
penelitian sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner strain based conflict-FIW yang diambil dari
3 item (10-12) dari kuesioner work family conflict yang disusun oleh Carlson.
Kacmar & Williams (2000) yang merupakan pengembangan dari teori Greenhaus
& Bautell (1985), dan 3 item yang disusun oleh peneliti berdasarkan kuesioner
work family conflict. Intervensi yang diberikan berupa pelatihan dengan metode
experiental learning. Subjek dalam penelitian ini adalah guru di yayasan “X”,
Jakarta yang memenuhi karakteristik subjek penelitian. Data yang diperoleh dari
hasil uji coba modul pelatihan akan dianalisis menggunakan Uji Statistic Wilcoxon
(Wilcoxon Signed-Rank Test).
Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Bagan 1.1. Rancangan Penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka peneliti dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Rancangan modul Pelatihan yang dibuat dalam penelitian ini telah teruji dapat
digunakan untuk menurunkan strain based conflict-FIW pada guru di yayasan
“X” yang mengikuti pelatihan.
2. Sebagian besar guru di yayasan “X” yang mengikuti pelatihan dalam
penelitian ini, setelah mengikuti pelatihan mengalami penurunan strain based
conflict-FIW. Hal ini menunjukkan bahwa Tujuan Instruksional Umum
pelatihan untuk menurunkan strain based conflict-FIW tercapai.
3. Rancangan modul pelatihan yang dibuat dalam penelitian ini mendapat reaksi
positif dari responden pelatihan, namun perlu dilakukan evaluasi dalam hal
games dan ceramah mengingat ada yang menyatakan bahwa perlu
91
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan saran teoritis dan saran praktis,
sebagai berikut :
5.2.1. SARAN TEORITIS
1. Kepada penelitian lain, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk :
a. Mendesain kuesioner untuk pre-test yang lebih tajam menggambarkan proses
belajar peserta pelatihan.
b. Melakukan penelitian lanjutan mengenai pelatihan untuk menurunkan strain
based conflict-FIW dengan adanya jangka pengaturan waktu pemberian pretest dan posttest. Hal ini diharapkan agar modul pelatihan untuk
menurunkan strain based conflict-FIW dapat dilihat efektivitasnya.
c. Melakukan penelitian lanjutan mengenai strain based conflict-FIW dengan
menggunakan subjek penelitian yang lebih besar dan dari lingkungan sekolah
yang lebih bervariasi. Hal ini diharapkan agar modul pelatihan untuk
menurunkan strain based conflict-FIW dapat digeneralisasikan karena pada
penelitian ini ujicoba modul pelatihan diberikan hanya pada guru di satu
yayasan “X” yang ada di Jakarta.
d. Melakukan penelitian lanjutan mengenai pelatihan untuk menurunkan strain
92
ini diharapkan agar modul pelatihan untuk menurunkan strain based
conflict-FIW ini dapat dibandingkan dengan rancangan model intervensi yang lain.
5.2.2. SARAN PRAKTIS
1. Kepada guru di yayasan “X” dapat menggunakan hasil penelitian sebagai
salah satu cara untuk melakukan refleksi diri dan memberikan gambaran
mengenai pentingnya menurunkan strain based conflict-FIW dalam
menjalankan peran sehari-hari terutama di area pekerjaandan keluarga.
2. Kepada para Psikolog Sosial, Pendidikan maupun Industri dan Organisasi
dapat menggunakan modul pelatihan untuk menurunkan strain based
DAFTAR PUSTAKA
Bloom, Benjamin S, etc. 1956. Taxonomy of Educational Objective : The
Classificationof Educational Goals, Handbook I Cognitive Domain. New
York : Longmans, Green and Co.
Bramly, Peter. 1996. Evaluating Training Effectiveness, 2th Edition. England : McGraw Hill Publishing Company.
Brookfield, S.D., Preskill, Stephen. 1999. Discussion As A Way of Teaching. USA: John Willey & Sons. Inc
Graziano, A.M & M.L. Raulin. 2000. Research Methods, A Procrss of Inquiry, 4th ed. Boston: Allyn & Bacon.
Greenhaus, Jeffrey H. and Nicholas J. Beautell. 1985. The Academy of
Management Review, Vol 10, No. 1 (Jan., 1985), pp. 76-78. Sources of Conflict betweenWork and Family Roles.
Gulo W. 2002. Metodologi Penelitian. PT.Gramedia Widiasarana. Jakarta
Knowles, M. 1990. Adult Learner : A Neglected Species. Houston : Gulf Publishing Company
Kirkpatrick, Donald L. 1998. Evaluating Training Programs, The Four Levels,
Second Ed. San Fransisco : Berrett-Koehler Pub.Inc.
Myers, D.G. (1996). Social psychology (fifth edition). New York : McGrawHillCompanies, Inc.
Noe, Raymond. 2002. Employee Training and Development. New York : McGraw Hill.
Posavac. J. E & Carey, G., 1992. Ramond. Program Evaluation Methods and
Case Studies. 6th ed. New Jersy: Pearson Education, Inc. Prentice Hall.
Prihastuti, Martha Bethania Prajna P. Habel. 2013. Jurnal Psikologi Pendidikan
dan Perkembangan, Vol 2, No. 1 (Februari 2013). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Konflik Peran Ganda Pada Guru Wanita di Kota Surabaya.
Silberman, Mel. 1990. Active Training : A Handbook of Techniques, Design, Case
Examples and Tips. Lexington Books.