• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self-Efficacy Belief Untuk Lulus SBMPTN Pada Alumni SMA Yang Sedang Mengikuti Bimbingan Belajar Intersif di Lembaga "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self-Efficacy Belief Untuk Lulus SBMPTN Pada Alumni SMA Yang Sedang Mengikuti Bimbingan Belajar Intersif di Lembaga "X" Bandung."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha Abstract

This research is an descriptive study about Self-Efficacy Belief Degree to graduate the SNMPTN of High School alumni that enroll intensive tutoring at “X” institute in Bandung. The purpose of this research is to know about Self-Efficacy Belief Degree and information data that influence high school alumni to gradute the SNMPTN that enroll intensive tutoring at “X” institute in Bandung.

Sample of this research is all alumni that enroll an that enroll intensive tutoring program at “X” institute in Bandung and already taking SNMPTN test before, as many as 59 people. The instrument that being use to collect data about Self-Efficacy Belief Degree of High School alumni is questionnaire develop by the researcher himself based on Bandura Theory (2002). The validity is using Expert Validity that given from 3 person of expertin education psychology, whereas the realibility standard is 0.959 using Alpha Cronbach Method on SPSS 12.0

(2)

Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian ini berjudul Study Deskriftif Mengenai Derajat Self-Efficacy Belief Untuk Lulus SBMPTN Pada Alumni SMA yang Sedang Mengikuti Bimbingan Belajar Intensif di Lembaga “X” Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui derajat self-efficacy belief dan data informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi untuk lulus SBMPTN pada alumni SMA yang sedang mengikuti bimbingan belajar intensif di Lembaga “X” Bandung.

Sampel penelitian ini adalah Para peserta Lembaga Bimbingan Belajar “X” Bandung, yang sudah lulus SMA, yang sudah pernah mengikuti ujian SBMPTN di tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 59 orang. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui derajat Self-Efficacy Belief para alumni SMA adalah berupa kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori Bandura (2002). Validitas mengunakan Expert Validity yang diberikan kepada tiga dosen yang ahli dalam psikologi pendidikan, sedangkan reabilitasnya adalah sebesar 0.959 dengan menggunakan metode Alpha Cronbach pada program SPSS 12.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat Self-Efficacy Belief pada Alumni SMA yang Sedang Mengikuti Bimbingan Belajar Intensif di Lembaga “X” Bandung terbagi dalam dua kategori yaitu sebanyak 50.8% berada pada derajat self-efficacy belief yang tinggi dan sebagian lagi 49.2% pada derajat self-efficacy belief yang rendah.

(3)

iv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Identifikasi Masalah...11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian...11

1.3.2 TujuanPenelitian...11

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis...11

1.4.2 Kegunaan Praktis...12

1.5 Kerangka Pikir...12

1.6 Asumsi Penelitian...20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Self-Efficacy Belief 2.1.1 Self - Efficacy Belief...20

2.1.2 Aspek Self –Efficacy Belief...20

2.1.3 Sumber - sumber Self - Efficacy Belief...22

2.2 Pengaruh Self-Efficacy Belief pada pendidikan...25

2.2.1 Motivasi Akademis...26

2.2.2 Prestasi Akademis...26

(4)

v

Universitas Kristen Maranatha

2.2 Masa Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja...27

2.2.2 Perkembangan Kognitif Remaja...28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian...31

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Penelitian...32

3.2.2 Definisi Operasional...32

3.3 Alat ukur 3.3.1 Prosedur Pengisian...36

3.3.2 Sistem Penilaian...36

3.4 Validitas dan Reliabilitas 3.4.1 Validitas alat ukur Self-Efficacy Belief...38

3.4.2 Reliabilitas alat ukur Self-Efficacy Belief...39

3.4.3 Kuesioner Data Penunjang...40

3.5 Populasi sasaran dan tehnik penarikan sampel 3.5.1 Populasi Sasaran...40

3.5.2 Karakteristik Populasi...40

3.5.3 Tehnik Penarikan Sampel...41

(5)

vi

Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Responden...42

4.1.1 Jenis Kelamin...42

4.1.2 Usia...43

4.2 Hasil penelitian...43

4.2.1 Derajat Self-Efficacy Belief...43

4.2.2 Tabulasi Silang Aspek dan Derajat Self-Efficacy Belief...44

4.2 Pembahasan...45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...52

5.2 Saran...53

5.2.1 Saran Teoritis...53

5.2.2 Saran Praktis...53

DAFTAR PUSTAKA...57

(6)

vii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran...19

Bagan 3.1 Skema Prosedur Penelitian...31

Tabel 3.1 Rincian Alat Ukur...34

Tabel 3.3 Skor Jawaban...36

Tabel 4.1.1 Tabel persentase responden berdasarkan jenis kelamin...42

Tabel 4.1.2 Tabel persentase responden berdasarkan usia...43

Tabel 4.2.1 Persentase Derajat Self-Efficacy Belief...43

(7)

viii

Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN

• Lampiran 1 : Kata pengantar dan kuesioner

• Lampiran 2 : Kuesioner data pribadi dan penunjang

• Lampiran 3 : Kisi – kisi alat ukur

(8)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia bukan

sekedar untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan namun juga

untuk mendapatkan masa depan yang cerah dengan harapan bisa mendapatkan

pekerjaan yang layak atau setidaknya kehidupan yang memadai. Dengan

pendidikan seseorang dibekali dengan keterampilan dan pengetahuan untuk

mampu menghadapi sebuah tantangan atau tuntutan pekerjaan di bidang tertentu.

Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan

bagi peranannya di masa yang akan datang.

Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui pendidikan formal, non

formal maupun informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang

diselenggarakan di sekolah-sekolah dan umumnya jalur pendidikan ini

mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar,

pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi, yaitu SD, SMP, SMA, SMK,

STM dan Perguruan Tinggi. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan di

dalam keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang

dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab, misalnya tempat pengajian, gereja.

(9)

lembaga-2

Universitas Kristen Maranatha lembaga tertentu yang melengkapi seseorang untuk memiliki keterampilan

tertentu, misalnya bimbingan belajar atau kursus bahasa inggris (Widiatrirahayu,

2008).

Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan formal. Perguruan

Tinggi merupakan lembaga pendidikan tinggi di Indonesia yang terdiri atas

beberapa fakultas yang dibagi ke dalam beberapa jurusan (www.wikipedia.com).

Perguruan Tinggi di Indonesia terbagi menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN)

dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Setiap tahunnya Perguruan Tinggi Negeri

dan Swasta membuka penerimaan mahasiswa baru. Perguruan Tinggi Negeri

menjaring calon mahasiswa melalui SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk

Perguruan Tinggi Negeri). Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi

Kementerian Pendidikan Nasional Djoko Santoso tahun 2011, jumlah peserta

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negri (SBMPTN), meningkat

dibandingkan tahun 2010. Jika pada tahun 2010 jumlah peserta hanya 447.201

orang tahun ini meningkat hingga 540.953, sedangkan yang diterima hanya

119.041 kursi di Perguruan Tinggi Negeri (www.suaramerdeka.com - 28 Juni

2011).

Banyaknya jumlah peserta SBMPTN menunjukkan Perguruan Tinggi

Negeri (PTN) masih menjadi pilihan favorit bagi masyarakat. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan kepada 10 orang alumni SMA, diperoleh informasi

bahwa mereka akan merasa lebih bangga apabila lulus dalam SBMPTN

dikarenakan mampu bersaing dengan banyaknya peserta yang berada di seluruh

(10)

3

Universitas Kristen Maranatha biaya. Pada umumnya biaya kuliah di PTN lebih murah dibandingkan dengan

PTS, hal ini dikarenakan PTN adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan

regulasinya dilakukan oleh negara dan mendapatkan subsidi dalam

pembangunannya (UUD RI.Pendidikan No.9-2009).

Tingginya persaingan dalam menghadapi SBMPTN mendorong para

peserta untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk dapat bersaing dengan

ratusan ribu peserta lainnya. Agar berhasil lulus dalam ujian SBMPTN para

peserta dituntut untuk menguasai setiap materi pelajaran yang akan diujiankan

dalam SBMPTN. Salah satu bentuk persiapan untuk menguasai setiap materi

pelajaran yang akan diujiankan tersebut adalah dengan mengikuti Bimbingan

Belajar Intensif.

Lembaga Bimbingan Belajar yang terkenal di Bandung adalah Lembaga

Bimbingan Belajar “X”. Lembaga Bimbingan Belajar “X” merupakan salah satu

lembaga yang mengadakan program intensif bagi alumni SMA yang akan

menghadapi SBMPTN. Lembaga ini dikenal dengan sistem pembelajaran yang

menggunakan teknik pendekatan individu antara guru dan siswa baik dalam

proses belajar maupun mengerjakan soal-soal, mereka juga dapat saling berdiskusi

secara perorangan mengenai hasil dan cara peningkatan try-out yang dicapai

selama mengikuti bimbingan. Jumlah siswa di setiap kelas berkisar 15-20 orang

yang memungkinkan pengajar lebih mudah memantau dan menjadikan siswa

lebih aktif bertanya apabila ada materi yang tidak dimengerti (situs resmi

(11)

4

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan wawancara dengan 10 alumni SMA yang mengikuti

bimbingan belajar intensif di Lembaga “X” Bandung, alasan para alumni SMA

memutuskan mengikuti bimbingan belajar intensif di Lembaga “X” adalah karena

sudah memiliki 12 cabang yang tersebar di setiap daerah yang mempermudah

mereka mendapatkan akses untuk bimbingan di tempat terdekat, serta memiliki

iklim pembelajaran yang akrab antara guru dan siswa, mereka juga menambahkan

bahwa lembaga bimbingan belajar “X” terkenal dalam mencetak anak didiknya

untuk lulus dalam SBMPTN.

Alumni SMA memiliki kesempatan mengikuti ujian SBMPTN sebanyak

tiga kali yang berlaku selama tiga tahun berturut-turut, apabila selama tiga tahun

berturut-turut selalu mengalami kegagalan, maka di tahun berikutnya tidak akan

ada lagi kesempatan untuk mengikuti SBMPTN. Para alumni SMA adalah siswa

lulusan SMA yang mengalami kegagalan di SBMPTN sebelumnya dan kemudian

memutuskan mengikuti program intensif di Lembaga Bimbingan Belajar “X”

selama satu tahun dengan harapan dapat berhasil di SBMPTN tahun berikutnya

(www.sbmptn.ac.id)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap tiga orang guru yang

mengajar di Lembaga Bimbingan Belajar “X”, agar berhasil lulus SBMPTN para

calon peserta dituntut untuk menguasai setiap materi pelajaran yang akan

diujiankan dalam SBMPTN. Dengan demikian para alumni SMA diharapkan

hadir dalam kegiatan bimbingan belajar, mengikuti try-out yang diadakan oleh

pihak lembaga, menentukan dan mentaati strategi belajar yang efektif, serta

(12)

5

Universitas Kristen Maranatha bimbingan belajar para peserta di Lembaga “X” belajar mulai dari Senin sampai

dengan Sabtu, dengan waktu untuk setiap mata pelajaran selama 90 menit, selama

hadir dalam kelas para alumni SMA mempelajari dan membahas soal-soal. Setiap

hari minggu, peserta bimbingan belajar intensif akan mengikuti try-out, kegiatan

tersebut dinilai sangat penting untuk mengetahui persiapan para alumni SMA

dalam menghadapi SBMPTN, serta memperoleh bayangan peluang untuk dapat

diterima di PTN yang diinginkan.

Berdasarkan wawancara dengan guru tersebut juga diperoleh informasi

bahwa selama mengikuti bimbingan belajar intensif, tidak sedikit dan jarang

alumni SMA yang menunjukkan sikap yang jarang malas bertanya dan tidak hadir

dalam mengikuti bimbingan belajar intensif maupun mengikuti try-out. Sementara

dengan rajin dan bersemangat selama mengikuti bimbingan belajar intensif,

mereka bisa lulus dalam SBMPTN, mengingat selama mengajar pada guru juga

menghayati bahwa mereka mampu bersaing dan mampu mengerjakan soal.

Para alumni SMA juga diharapkan menentukan dan mentaati jadwal

belajar, seperti mengulang setiap materi yang dipelajari di kelas, selain itu dituntut

aktif mencari informasi tentang passing grade dari setiap PTN. Passing grade

adalah standar skor dari suatu PTN sebagai acuan kelulusan. Passing grade adalah

sesuatu yang bersifat dinamis, artinya, setiap PTN memiliki standar sendiri untuk

jurusan-jurusan tertentu tiap tahunnya. Biasanya semakin favorit PTN yang dituju

semakin tinggi standar skor yang harus dicapai, sehingga para alumni SMA perlu

memahami jumlah soal yang harus dikerjakan agar bisa masuk di PTN yang

(13)

6

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada seorang pengurus bidang

kemahasiswaan di Lembaga Bimbingan Belajar “X” Bandung, diperoleh

informasi bahwa persiapan mengikuti bimbingan belajar bukan menjadi faktor

utama yang mempengaruhi keberhasilan para alumni SMA untuk dapat berhasil di

SBMPTN. Pernyataan tersebut juga ditegaskan kembali oleh konselor psikologi

yang berada di Lembaga Bimbingan Belajar “X” Bandung, beliau menambahkan

bahwa faktor keyakinan diri terhadap kemampuannya menjadi salah satu yang

berperan penting untuk dapat lulus di SBMPTN, pada diri alumni SMA perlu

ditanamkan keyakinan diri dalam menghadapi SBMPTN. Keyakinan diri tersebut

berhubungan dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk lulus SBMPTN terlebih

mereka sudah pernah mengikuti dan gagal di SBMPTN sebelumnya. Keyakinan

tersebut dinilai penting mengingat bahwa semakin mereka yakin akan

kemampuaannya maka mereka juga akan semakin menunjukkan usaha yang lebih

besar untuk lulus dalam SBMPTN.

Keyakinan diri terhadap kemampuan oleh Bandura disebut dengan

Self-Efficacy Belief. Self-Self-Efficacy Belief adalah keyakinan diri akan kemampuan dalam

menghadapi situasi yang akan datang (Bandura, 2002). Self-efficacy belief

memiliki aspek-aspek, yaitu pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, daya

tahan pada saat dihadapkan pada rintangan dan penghayatan perasaan individu

(Bandura, 2002). Self-efficacy belief pada alumni SMA yang berkaitan dengan

keyakinan akan kemampuannya yang menunjang keberhasilannya untuk dapat

(14)

7

Universitas Kristen Maranatha Alumni SMA yang memiliki self-efficacy belief yang tinggi tercermin dari

keyakinan akan kemampuannya untuk hadir di tempat bimbingan belajar,

mentaati strategi belajar yang dibuat, mengikuti setiap try-out yang diadakan

bimbingan belajar, serta memilih PTN sesuai dengan kemampuannya, sehingga di

dalam menghadapi bimbingan belajar para alumni akan rajin hadir di kelas,

berusaha mengulang setiap materi serta rajin mengikuti kegiatan try-out yang

diadakan oleh bimbingan belajar dan apabila gagal mereka tidak akan putus asa

melainkan berusaha lebih maksimal. Para Alumni SMA juga aktif dalam mencari

informasi mengenai passing grade dari universitas yang mereka pilih yang

kemudian yang mereka jadikan sebuah acuan dalam menargetkan standar skor

saat ujian SBMPTN.

Sementara itu, alumni SMA yang memiliki self-efficacy belief yang rendah

tercermin dari ketidakyakinan untuk mampu hadir di tempat bimbingan belajar,

mentaati strategi belajar yang dibuat, mengikuti setiap try-out yang diadakan

bimbingan belajar, serta tidak yakin dalam memilih PTN sesuai dengan

kemampuannya, sehingga para alumni SMA akan malas hadir di kelas, mudah

merasa bosan dan tidak mau berusaha apabila mengalami kesulitan, para alumni

juga akan malas mengikuti try-out, serta tidak aktif dalam mencari infomasi yang

berhubungan dengan SBMPTN.

Berdasarkan survei awal melalui wawancara yang dilakukan kepada 10

alumni SMA di Lembaga Bimbingan Belajar “X” Bandung. Terkait dengan aspek

pilihan yang dibuat, sebanyak 40% alumni SMA menyatakan merasa yakin akan

(15)

8

Universitas Kristen Maranatha proses belajar alumni SMA tetap aktif dan mendengarkan penjelasan yang

disampaikan oleh guru, menolak apabila ada teman yang mengajak untuk tidak

hadir dalam kegiatan bimbingan belajar, alumni SMA tersebut juga aktif

mengikuti try-out yang diadakan setiap minggunya. Sebanyak 60% alumni SMA

menyatakan tidak yakin akan kemampuannya untuk rajin menghadiri bimbingan

dan mengikuti try-out terhadap pencapaian mereka untuk lulus SBMPTN,

sehingga dalam mengikuti bimbingan belajar para alumni SMA menjadi malas

hadir mengikuti bimbingan dan jarang bertanya apabila ada materi yang tidak

mereka pahami, alumni SMA juga cenderung menghindari pelajaran yang tidak

disukai khususnya dalam ilmu pengetahuan sosial (Geografi, Sejarah dll). Data di

atas menunjukkan adanya variasi keyakinan akan kemampuan para alumni SMA

dalam hal memilih aktivitas yang berkaitan dengan proses belajar selama

mengikuti bimbingan belajar.

Terkait dengan aspek besarnya usaha yang dikeluarkan, sebanyak 30%

alumni SMA menyatakan merasa yakin mampu berusaha menghadiri bimbingan

belajar dan mengikuti try-out yang diadakan oleh bimbingan belajar serta yakin

mampu berusaha dalam mentaati jadwal belajarnya, dalam proses belajarnya

alumni SMA akan tetap menghadiri bimbingan belajar dan mengikuti try-out

walaupun saat sedang hujan, alumni SMA juga mengurangi waktu bermain

dengan teman dan memilih berlatih soal-soal di rumah, mereka juga aktif mencari

informasi mengenai passing grade dari suatu universitas yang mereka pilih agar

bisa menjadi suatu bentuk acuan dalam mencapai standar skor kelulusan.

(16)

9

Universitas Kristen Maranatha menghadiri bimbingan belajar, rajin mengikuti try-out, mereka menjadi mudah

terpengaruh oleh ajakan teman untuk tidak mengikuti bimbingan belajar, tidak

mencatat pelajaran di kelas dan malas mengulang atau berlatih soal-soal, serta

tidak banyak bertanya atau mencari informasi mengenai passing grade dari suatu

universitas yang mereka pilih. Data di atas menunjukkan adanya variasi

keyakinan akan kemampuan para alumni SMA dalam mengeluarkan usaha yang

berkaitan dengan proses belajar selama mengikuti bimbingan belajar.

Terkait dengan aspek daya tahan saat dihadapkan pada kesulitan, sebanyak

50% alumni SMA merasa yakin mampu untuk tetap bertahan dalam menghadiri

bimbingan dan mengikuti try-out yang diadakan oleh bimbingan belajar serta

yakin mampu bertahan saat dihadapkan pada kesulitan, misalnya saat dihadapkan

pada soal-soal yang sulit, dalam proses belajarnya alumni SMA akan tetap

menghadiri kegiatan bimbingan belajar saat sedang bosan atau jenuh karena terus

menerus belajar, serta bertahan mengerjakan soal yang dianggap sulit dan tidak

mudah menyerah. Sebanyak 50% alumni SMA merasa tidak yakin mampu

bertahan dalam menghadapi rintangan untuk hadir di kelas dan mengikuti try-out

sehingga biasanya alumni akan malas dan tidak bersemangat di kelas, apabila

mendapat poin rendah dalam try-out mereka menjadi pesimis dan merasa tidak

yakin mampu mencapai target kelulusan try-out. Data di atas menunjukkan

adanya variasi keyakinan akan kemampuan para alumni SMA dalam bertahan

atau pada saat menghadapi rintangan yang berkaitan dengan proses belajar selama

(17)

10

Universitas Kristen Maranatha Terkait dengan aspek mengatasi kondisi perasaan dan fisik yang muncul,

sebanyak 40% alumni SMA merasa yakin akan kemampuannya untuk mengatasi

kondisi fisik dan stress pada saat akan menghadiri atau mengikuti try-out, saat

kondisi sakit atau tidak bersemangat, para alumni SMA akan yakin mampu untuk

berusaha hadir dalam kegiatan bimbingan dan mendengarkan guru di kelas, serta

tetap berusaha yakin dan tidak cemas saat akan menghadapi try-out. Sebanyak

60% alumni SMA merasa tidak yakin mampu mengatasi rasa lelah dan jenuh

dalam menghadiri bimbingan dan try-out, jarang menghadiri bimbingan dan

try-out. Alumni SMA tidak yakin akan kemampuannya dalam mengatasi kondisi

perasaan yang mucul, misalnya perasaan takut dan cemas dalam menghadapi

SBMPTN khususnya dalam mencapai target PTN yang diinginkan, apalagi jika

para alumni SMA tersebut memikirkan jumlah pesaing peserta SBMPTN dengan

jumlah yang sangat banyak mencapai ratusan ribu. Data di atas menunjukkan

variasi akan keyakinan akan kemampuan dalam mengatasi kondis perasaan yang

mucul berkaitan dengan proses belajar selama mengikuti bimbingan belajar

intensif.

Berdasarkan survei awal melalui wawancara yang dilakukan kepada 10

alumni SMA di Lembaga Bimbingan Belajar “X” Bandung, terdapat variasi

keyakinan akan kemampuan yang dimiliki para alumni SMA yang berhubungan

dengan pilihan yang dibuat oleh alumni SMA, usaha yang dikeluarkannya,

ketahanan dalam menghadapi hambatan, serta mengatasi penghayatan perasaan

para alumni SMA yang berkaitan untuk dapat lulus dalam SBMPTN. Untuk itu

(18)

11

Universitas Kristen Maranatha Belief pada alumni SMA yang sedang mengikuti Program Bimbingan Belajar

Intensif di Lembaga “X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah yang hendak diteliti

adalah derajat Self-Efficacy Belief pada alumni SMA yang sedang mengikuti

Program Bimbingan Belajar Intensif di Lembaga “X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai self-efficacy belief untuk lulus

SBMPTN pada alumni SMA yang sedang mengikuti bimbingan belajar intensif di

Lembaga “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui derajat self-efficacy belief dan informasi mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi untuk lulus SBMPTN pada alumni SMA yang sedang

mengikuti bimbingan belajar intensif di Lembaga “X” Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai self-efficacy belief

(19)

12

Universitas Kristen Maranatha 2. Memberikan tambahan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai derajat self-efficacy belief.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Sebagai bahan masukan kepada pihak lembaga bimbingan, yakni Guru, Kepala

Bidang Kemahasiswaan dan Konselor mengenai derajat self-efficacy belief

yang sedang mengikuti bimbingan belajar intensid di Lembaga “X” Bandung

sehingga dapat memberi pengarahan melalui seminar atau bahan konseling

kepada alumni SMA dalam mengahadapi SBMPTN.

2. Memberi informasi kepada orangtua para alumni SMA mengenai derajat

self-efficacy belief, agar dapat turut mendukung dan mengarahkan anaknya melalui

pihak lembaga dalam menghadapi SBMPTN.

3. Memberikan informasi kepada alumni SMA mengenai derajat self-efficacy

belief yang dimilikinya dalam menghadapi SBMPTN sehingga pihak lembaga

dapat memberikan penjelasan bahwa pentingnya self-efficacy belief dalam

menunjang kesuksesan mereka, serta dapat memanfaatkan informasi dan

menjadikan acuan untuk belajar lebih giat agar dapat lulus dalam SBMPTN.

1.5 Kerangka Pikir

Para alumni SMA ini berada dalam tahap remaja akhir, yaitu 17-19 tahun.

Pada masa ini remaja menghadapi transisi dari sekolah menengah atas (SMA) ke

Perguruan Tinggi. Dalam tahap ini remaja akan mengalami perkembangan, salah

(20)

13

Universitas Kristen Maranatha pada remaja adalah perubahan dalam pola pikir tentang kemungkinan yang terjadi

pada dirinya terutama pada masa depannya, yakni salah satunya adalah pemilihan

kelanjutan pendidikan (Steinberng, 2002). Biasanya remaja akan mulai

memikirkan dan memutuskan tentang jalur atau bidang pendidikan yang sesuai

dengan dirinya atau kemampuannya, yakni salah satunya dengan memutuskan

mengikuti SBMPTN.

Alumni SMA yang mengikuti SBMPTN berharap dapat lulus dan masuk

di PTN yang diinginkan, akan tetapi dalam proses belajar alumni SMA akan

dihadapkan pada rintangan dan kesulitan, semua rintangan tersebut akan dapat

dihadapi dengan Self-Efficacy Belief. Self-Efficacy Belief adalah keyakinan

individu terhadap kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi situasi tertentu

(Bandura, 2002). Self-efficacy belief diperoleh melalui empat sumber utama,

yakni Mastery Experinces, Vicarious Experiences, Verbal Persuasions,

Physiological and Affective States (Bandura, 2002)

Sumber pertama adalah mastery experiences merupakan pembentukan

self-efficacy belief melalui pengalaman yang terdiri atas pengalaman keberhasilan

dan kegagalan. Pengalaman tersebut didapat oleh alumni SMA melalui prestasi

akademis dan non-akademis yang pernah diraih saat sekolah, selama mengikuti

bimbingan belajar atau pengalaman pada saat mencoba ujian di SBMPTN

sebelumnya. Para alumni SMA yang lebih sering mengalami keberhasilan

daripada kegagalan akan memiliki derajat self-efficacy belief tinggi, misalnya

keberhasilan alumni SMA yang selalu berhasil mencapai standar skor selama

(21)

14

Universitas Kristen Maranatha mengerjakan soal walaupun sudah mengalami kegagalan dan justru lebih yakin

mampu untuk lulus dalam SBMPTN. Sebaliknya alumni SMA yang lebih sering

mengalami kegagalan daripada keberhasilan akan memiliki derajat self-efficacy

belief rendah, misalnya saat alumni SMA selalu gagal dalam mencapai standar

skor selama mengikuti try-out atau pengalaman kegagalan alumni SMA di awal

SBMPTN yang membuat mereka menjadi lebih tidak yakin akan kemampuannya

Sumber kedua adalah vicarious experiences, yaitu pengalaman yang

diamati dari seorang model sosial (teman, saudara, kakak kelas atau orang lain)

yang memiliki kesamaan dalam hal kemampuan dengan alumni SMA. Para

alumni SMA mengamati keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada figur

signifikan yang mempengaruhi derajat self-efficacy belief dalam dirinya. Alumni

SMA yang mengamati orang lain yang memiliki kesamaan dalam hal kemampuan

dengan dirinya, dan orang yang diamati tersebut lebih sering mengalami

keberhasilan akan memiliki derajat self-efficacy belief tinggi misalnya saat figur

signifikan tersebut sering berhasil dalam mencapai standar skor try-out atau pada

saat alumni SMA mengamati orang lain yang mempunyai pengalaman yang sama

dengan mereka yang dapat lulus dalam SBMPTN walaupun mengalami kegagalan

di SBMPTN sebelumnya akan membuat mereka lebih yakin akan kemampuannya.

Sebaliknya alumni SMA yang mengamati orang lain yang serupa dengan dirinya

dan sering mengalami kegagalan daripada keberhasilan akan memiliki derajat

self-efficacy belief rendah, misalnya pada saat figur yang diamati oleh alumni SMA

sering mengalami kegagalan dalam mencapai standar skor pada saat try-out atau

(22)

15

Universitas Kristen Maranatha mengangur selama satu tahun namun tetap mengalami kegagalan di SBMPTN

berikutnya akan membuat mereka menjadi tidak yakin kemampuannya untuk

dapat lulus dalam SBMPTN.

Sumber ketiga adalah social persuasions, merupakan dukungan yang

disampaikan oleh significant others (teman, keluarga, guru) yang berisi nasehat,

anjuran, pujian dan semangat kepada alumni SMA. Alumni SMA yang lebih

sering dibandingkan dengan yang jarang atau bahkan tidak pernah dipersuasi

secara verbal oleh significant others bahwa mereka memiliki kemampuan dan

mampu berhasil lulus dalam SBMPTN akan memiliki derajat self-efficacy belief

tinggi misalnya ketika mereka diberi semangat walaupun sudah mengalami

kegagalan diawal SBMPTN namun mereka punya kesempatan yang lebih besar

untuk lebih fokus belajar dan bisa masuk di PTN. Sebaliknya alumni SMA yang

jarang atau bahkan tidak pernah dipersuasi secara verbal oleh significant others

bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengerjakan tugas atau menguasai

suatu materi pelajaran yang dianggap sulit akan memiliki derajat self-efficacy

belief rendah.

Sumber terakhir atau keempat adalah physiological dan affective states,

merupakan kondisi fisik dan emosional yang mempengaruhi derajat self-efficacy

belief alumni SMA dalam menghadapi SBMPTN. Alumni SMA yang sering

memiliki kondisi fisik yang sehat dan memiliki emosi yang stabil, misalnya tidak

mudah cemas atau stress ketika berhadapan dengan tugas yanng sulit akan

memiliki derajat self-efficacy belief tinggi. Sebaliknya alumni SMA yang lebih

(23)

16

Universitas Kristen Maranatha dihadapkan pada situasi ujian akan memiliki derajat self-efficacy belief rendah.

Empat sumber diatas akan diproses secara kognitif sehingga akan

mempengaruhi derajat self-efficacy belief dalam diri seseorang, karena itu

self-efficacy belief dalam diri alumni SMA juga tergantung dari alumni SMA dalam

menginterpretasikan sumber-sumber yang mereka peroleh. Selanjutnya

self-efficacy belief yang sudah terbentuk akan tercermin dari aspek-aspek self-self-efficacy

belief yang kemudian menjadi tolak ukur dalam menentukan derajat self-efficacy

belief. Aspek-aspek self-efficacy belief adalah pilihan yang dibuat, usaha yang

dikeluarkan, ketahanan pada saat menghadapi rintangan dan penghayatan

perasaan individu (Bandura, 2002).

Pilihan yang dibuat, yakni berhubungan dengan keyakinan akan individu

dalam memilih aktifitas tertentu. Alumni SMA yang merasa yakin mampu untuk

hadir dalam bimbingan belajar, mengikuti kegiatan try-out, serta yakin mampu

menentukan dan mentaati strategi belajar yang berkaitan dengan persiapan mereka

dalam menghadapi SBMPTN akan memiliki derajat derajat self-efficacy belief

yang tinggi. Sebaliknya alumni yang merasa tidak yakin mampu untuk hadir

dalam bimbingan belajar belajar, mengikuti kegiatan try-out, dan kurang yakin

bahwa mampu untuk mentaati strategi belajar yang telah ditentukannya akan

memiliki derajat self-efficacy belief yang rendah.

Usaha yang dikeluarkan, yakni berhubungan dengan keyakinan dalam diri

untuk mengerahkan usaha dalam mencapai sesuatu hal. Alumni SMA yang

merasa yakin mampu mengerahkan usaha yang besar untuk hadir di kelas,

(24)

17

Universitas Kristen Maranatha sesuai dengan kemampuannya dengan yakin aktif dalam mencari informasi

mengenai passing grade dari universitas yang mereka pilih yang kemudian yang

mereka jadikan sebuah acuan dalam menargetkan standar skor saat ujian

SBMPTN akan memiliki derajat self-efficacy belief yang tinggi. Sebaliknya

alumni yang merasa tidak yakin mampu mengerahkan usaha yang besar untuk

rajin hadir dalam bimbingan dan mengikuti try-out, serta mempunyai keyakinan

bahwa tugas atau soal sulit adalah suatu ancaman yang menghentikan usahanya,

serta cenderung memiliki sikap pasif dalam mencari informasi yang berkaitan

dengan keberhasilan mereka untuk lulus SBMPTN akan memiliki derajat

self-efficacy belief yang rendah.

Daya tahan ketika dihadapkan pada rintangan atau kesulitan, yakni

berhubungan kemampuan mengendalikan situasi dan mempertahankan usaha saat

dihadapkan pada situasi yang tidak baik. Alumni SMA yang merasa yakin mampu

bertahan dan tidak mudah menyerah saat dihadapkan pada kesulitan, misalnya

Alumni SMA akan merasa tidak yakin mampu bertahan saat mendapatkan soal

yang sulit atau saat merasa jenuh atau bosan dalam belajar akan memiliki derajat

self-efficacy belief yang tinggi. Sebaliknya alumni SMA yang merasa tidak yakin

mampu untuk bertahan dan cenderung mudah menyerah saat dihadapkan pada

kesulitan atau rintangan, misalnya memandang soal yang sulit sebagai suatu yang

menghentikan usaha dan pada akhirnya menyerah akan memiliki derajat

self-efficacy belief yang rendah.

Penghayatan perasaan para alumni SMA, yakni berhubungan keyakinan

(25)

18

Universitas Kristen Maranatha Alumni SMA yang merasa yakin mampu mengatasi kecemasan dan stres saat

dihadapkan pada situasi kesulitan, misalnya saat alumni kegagalan dalam try-out

individu tersebut tidak mudah stres atau cemas melainkan lebih termotivasi untuk

berusaha dalam mencapai hasil optimal akan memiliki derajat self-efficacy belief

yang tinggi. Sebaliknya alumni SMA merasa tidak yakin mampu mengendalikan

kecemasan dan stress dan merasa pesimis jika dihadapakan pada kegagalan atau

rintangan dalam mengerjakan soal akan memiliki derajat self-efficacy belief yang

rendah.

Untuk lebih mudah memahami mengenai derajat self-efficacy belief pada

alumni SMA yang sedang mengikuti program bimbingan belajar intensif di

Lembaga Bimbingan Belajar “X. Bandung, dapat digambarkan skema kerangka

(26)

19

Universitas Kristen Maranatha Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Alumni SMA yang

mengikuti Bimbingan

Belajar di Lembaga “X” Bandung

Sumber-sumber Self-Efficacy Belief

1. Mastery Experinces

2. Vicarious Experiences

3. Verbal Persuasion

4. Physiological And Affective States

Aspek - aspek Self-Efficacy Belief

1. Pilihan yang dibuat.

2. Usaha yang dikeluarkan.

3. Ketahanan pada saat menghadapi rintangan.

4. Penghayatan perasaan individu. Self-Efficacy Belief Proses Kognitif

(27)

20

Universitas Kristen Maranatha 1. 6 Asumsi Penelitian

1. Alumni SMA yang mengikuti bimbingan belajar intensif di Lembaga “X”

Bandung memiliki derajat self-efficacy belief yang berbeda.

2. Alumni SMA yang merasa yakin akan kemampuanmya dalam menetapkan

pilihan, berusaha, bertahan ketika menghadapi kesulitan atau rintangan, serta

yakin mampu menghayati perasaan akan memiliki derajat Self-efficacy belief

tinggi.

3. Alumni SMA yang merasa tidak yakin akan kemampuanmya dalam

menetapkan pilihan, berusaha, bertahan dalam menghadapi kesulitan atau

rintangan, serta kurang yakin mampu mengendalikan perasaan yang ada

(28)

55 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai derajat self-efficacy belief yang

dilakukan kepada 59 orang pada alumni SMA yang sedang mengikuti bimbingan

belajar intensif untuk lulus dalam SBMPTN di Lembaga “X” Bandung, dapat

disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase alumni SMA yang memiliki

self-efficacy belief tinggi dan self-efficacy belief rendah hampir sama..

2. Sebagian besar alumni SMA yang tinggi dalam self-efficacy belief juga tinggi

dalam aspek-aspeknya.

3. Sebagian besar alumni SMA yang rendah dalam self-efficacy belief juga rendah

dalam aspek-aspeknya.

4. Terdapat empat sumber-sumber self-efficacy belief yang menujukkan

kecenderungan keterkaitan dengan self-efficacy beliefpada alumni SMA yakni,

Mastery Experinces, Vicarious Experiences, Verbal Persuasions, Physiological

(29)

56

Universitas Kristen Maranatha 5.2.1 Saran Teoritis

Melakukan penelitian mengenai kontribusi sumber-sumber derajat

self-efficacy belief dengan self-efficacy belief pada alumni untuk lulus dalam

SBMPTN.

5.2.2 Saran Praktis

1 Sebagai bahan masukan kepada pihak lembaga bimbingan, yakni Guru, Kepala

Bidang Kemahasiswaan dan Konselor mengenai derajat self-efficacy belief

yang sedang mengikuti bimbingan belajar intensid di Lembaga “X” Bandung

sehingga dapat memberi pengarahan melalui seminar atau bahan konseling

kepada alumni SMA dalam mengahadapi SBMPTN.

2 Memberi informasi kepada orangtua para alumni SMA mengenai derajat

self-efficacy belief, agar dapat turut mendukung dan mengarahkan anaknya melalui

pihak lembaga dalam menghadapi SBMPTN.

3 Memberikan informasi kepada alumni SMA mengenai derajat self-efficacy

belief yang dimilikinya dalam menghadapi SBMPTN sehingga pihak lembaga

dapat memberikan penjelasan bahwa pentingnya self-efficacy belief dalam

menunjang kesuksesan mereka, serta dapat memanfaatkan informasi dan

(30)

57 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert. 2002. Self-Efficacy ; The Exercise of control. New York : W. H freeman and Company

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing, Design, Analysis and Use. USA : Allyn & Bacon

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Nazir, Moh, Ph. D. 2003. Metode Penelitian Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia Pajares, F. & Urdan T. 2006. Self-Efficacy Belief Of Adolescence. Greenwich, CT : Information Age

Steinberg. Laurence. 2002. Adolescence Psychology, 6rd edition. New York : The Mc. Graw – Hill Companies , Inc.

Santrock, John.W. 2002. Life Span Development -- Perkembangan Masa Hidup jilid satu, Terjemahan Juda Damanik, Akhmad Ghusairi. Indonesia : Erlangga.

_____________. 2002. Life Span Development -- Perkembangan Masa Hidup jilid dua, Terjemahan Juda Damanik, Akhmad Ghusairi. Indonesia : Erlangga.

(31)

58 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Adriani (0930103). Uji Konseling kelompok untuk meningkatkan derajat sel-effiacy belief dalam menghadapi proses belajar pada sisiwa kelas XI di

SMA “X” Bandung.

Kusumawati, Putri (2005). Suatu studi deskriptif mengenai sel-efficacy pada

siswa/ i SMA kelas I SMA “X” yang mengikuti program bimbingan

akselerasi di kota Bandung.

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/06/28/89489/118.23 3-Peserta-Lolos-SNMPTN-2011- Diakses rabu 9 Oktober 2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia - Diakses 25 maret 2011

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-pendidikan-menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/ - Diakses – Diakses 02 April 2011

http://www.slideshare.net/flatburger/uu-no-9-2009-badan-hukum-pendidikan - Diakses 13 April 2012

Gambar

Gambar 1.1  Bagan Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan terhadap kinerja karyawan, artinya apabila kepemimpinan tersebut meningkat maka hal itu

The data were collected from 40 fresh year students of the English Language Education Study Program, Faculty of Language and Literature, Satya Wacana Christian University

determine how far the mood choice corresponded to the speech function of the text.. Furthermore, this research was aimed to help both the learners and the teacher as

Difinisi ini menjadi lebih membingungkan lagi kalau dikatakan kabupaten itu adalah bagian dari struktur pemerintahan masa kolonial, karena masa kolonial tidak

[r]

Jumlah peminum alkohol yang semakin bertambah membuat penulis tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh konsumsi alkohol 40% terhadap hati berdasarkan

ALIFA MAULIDA PENDIDIKAN MATEMATIKA... NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA NESIA

setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat.. pasang