• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Pelayanan Restoran Warung Wayangku di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Pelayanan Restoran Warung Wayangku di Bandung."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Terhadap Kualitas Pelayanan Restoran Warung Wayangku di Bandung”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan Restoran Warung Wayangku di Bandung.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif dengan metode survey. Responden yang diteliti adalah konsumen Restoran Warung Wayangku yang berjumlah 85 orang. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen berupa kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori lima dimensi kualitas pelayanan oleh Valerie A. Zeithaml. Alat ukur ini terdiri dari dua bagian yaitu Expected Service dan Perceived Service yang berjumlah 43 item untuk setiap bagian.

Data yang diperoleh diolah menggunakan distribusi frekuensi, tabulasi silang, dan analisis kesenjangan (gap). Berdasarkan hasil uji validitas diperoleh hasil 43 item yang diterima dan validitas expected service berkisar antara 0,680 hingga 0,852 dan validitas item perceived service berkisar antara 0,314 hingga 0,723. Hasil reliabilitas item expected service adalah 0,987 dan reliabilitas perceived service adalah 0,949.

Hasil pengolahan data dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa mayoritas konsumen Restoran Warung Wayangku merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan Restoran Warung Wayangku. Konsumen yang merasa tidak puas yaitu sebanyak 74,1% konsumen, sebanyak 14,1% konsumen merasa puas, dan sebanyak 11,8% konsumen merasa sangat puas terhadap pelayanan Restoran Warung Wayangku. Hasil penelitian ini menunjukkan ketidakpuasan konsumen pada dimensi kualitas pelayanan Restoran Warung Wayangku secara berurutan dari ketidakpuasan yang terbesar hingga ketidakpuasan terkecil adalah dimensi reliability, empathy, responsiveness, assurance, dan tangible.

(2)

This research is titled “Descriptive Study About Customer’s Satisfaction Towards the Service Quality of Warung Wayangku Restaurant in Bandung”. The purpose of this research was to obtain a description about customer’s satisfaction towards the quality of service that Warung Wayangku Restaurant delivered.

This study used a descriptive design with survey method. The subjects participated in this study were 85 customers of Warung Wayangku Restaurant. The tool that was used to measure the customer’s satisfaction was in the form of questionnaire, which was constructed by the researcher based on Valerie A. Zeithaml theory on five dimensions of service’s quality. The questionnaire was divided in two parts,which were expected service and perceived service. Each part consisted of 43 items.

The data obtained from this research was processed using frequency distribution, cross tabulation, dan gap analysis. Based on the validation test, all 43 items in this tool were shown valid. Expected service validations were ranged from 0,680 to 0,852 and perceived service validations were ranged from 0,314 to 0,723. The reliability of expected service was 0,987 and perceived service reliability was 0,949.

This study showed that the majority of Warung Wayangku Restaurant’s customers felt dissatisfied with the service that were given by Warung Wayangku Restaurant. The number of dissatisfied customer was 74,1%. The percentage of customers who were satisfied by the service quality was 14,1% and customers who were very satisfied by the service quality was 11,8%. This study shows that the most unsatisfactory dimension in the service was reliability, followed by empathy, responsiveness, assurance, and tangible.

(3)

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR SKEMA...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang Masalah...1

1.2. Identifikasi Masalah...8

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian...8

1.3.1. Maksud Penelitian...8

1.3.2. Tujuan Penelitian...9

1.4. Kegunaan Penelitian...9

1.4.1. Kegunaan Teoritis...9

(4)

1.6. Asumsi...28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...29

2.1. Definisi Pelayanan...29

2.2. Kualitas Pelayanan...29

2. 2. 1. Pengertian Kualitas Pelayanan...29

2. 2. 2. Dimensi Kualitas Pelayanan...30

2.3. Kepuasan Konsumen...32

2. 3. 1. Definisi Kepuasan Konsumen...32

2. 3. 2. Tingkat Kepuasan Konsumen...34

2. 3. 3. Kesenjangan Konsumen (The Customer Gap)...34

2. 3. 4. Expected Service...35

2. 3. 4. 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Expected Service...36

2. 3. 5. Perceived Service...41

2. 3. 5. 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perceived Service...41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...44

3.1. Rancangan Penelitian...44

3.2. Skema Prosedur Penelitian...44

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...45

3.3.1. Variabel Penelitian...45

3.3.2. Definisi Operasional...45

3.4. Alat Ukur Penelitian...46

(5)

3.4.3.2. Data Penunjang...50

3.5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...51

3.5.1. Validitas Alat Ukur...51

3.5.2. Reliabilitas Alat Ukur...52

3.6. Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel...53

3.6.1. Populasi Sasaran...53

3.6.2. Karakteristik Sampel...53

3.6.3. Teknik Penarikan Sampel...53

3.7. Teknik Analisa Data...54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...56

4.1. Gambaran Responden...56

4.1.1. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...56

4.1.2. Gambaran Responden Berdasarkan Usia...57

4.1.3. Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan...57

4.1.4. Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan ke Restoran Warung Wayangku...58

4.2. Hasil Penelitian...59

4.2.1. Tingkat Kepuasan Konsumen Restoran Warung Wayangku...59

(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...87

5.1. Kesimpulan...87

5.2. Saran...88

5.2.1. Saran Teoritis...88

5.2.2. Saran Praktis...89

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RUJUKAN

(7)

Tabel 3.1. Kisi-kisi Alat Ukur Tingkat Kepuasan Konsumen...47

Tabel 3.2. Skor Penilaian Setiap Item...49

Tabel 3.3. Kriteria Tingkat Kepuasan Konsumen...50

Tabel 3.4. Kisi-kisi Data Penunjang...51

Tabel 3.5. Rumus Distribusi Frekuensi...54

Tabel 4.1. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...56

Tabel 4.2. Gambaran Responden Berdasarkan Usia...57

Tabel 4.3. Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan...57

Tabel 4.4. Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan...58

Tabel 4.5. Tingkat Kepuasan Konsumen Restoran Warung Wayangku...59

(8)

Skema 1.1. Kerangka Pikir...27

(9)

Lampiran 1 : Profil Singkat Restoran Warung Wayangku

Lampiran 2 : Kisi-kisi Alat Ukur

Lampiran 3 : Data Penunjang

Lampiran 4 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 : Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Lampiran 6 : Tabulasi Silang Antara Tingkat Kepuasan Dengan Jenis Kelamin

Lampiran 7 : Tabulasi Silang Antara Tingkat Kepuasan Dengan Usia

Lampiran 8 : Tabulasi Silang Antara Tingkat Kepuasan Dengan Pekerjaan

Lampiran 9 : Tabulasi Silang Antara Tingkat Kepuasan Dengan Jumlah

Kunjungan

Lampiran 10 : Tabulasi Silang Antara Expected Service Reliability Dengan

Kesalahan Pesanan

Lampiran 11 : Tabulasi Silang Antara Expected Service Reliability Dengan

Informasi Melalui Iklan dan Promosi

Lampiran 12 : Tabulasi Silang Antara Expected Service Reliability Dengan Harga

Hidangan

Lampiran 13 : Tabulasi Silang Antara Expected Service Reliability Dengan Jenis

Informasi Yang Didapatkan Konsumen

Lampiran 14 : Tabulasi Silang Antara Expected Service Reliability Dengan

(10)

Perbandingan Kualitas Dengan Restoran Lain

Lampiran 16 : Tabulasi Silang Antara Perceived Service Reliability Dengan

Kesan Saat Berkunjung

Lampiran 17 : Tabulasi Silang Antara Perceived Service Reliability Dengan

Proses Transaksi Saat Berkunjung

Lampiran 18 : Tabulasi Silang Antara Expected Service Empathy Dengan

Kesalahan Pesanan

Lampiran 19 : Tabulasi Silang Antara Expected Service Empathy Dengan

Gangguan Dalam Pelayanan

Lampiran 20 : Tabulasi Silang Antara Perceived Service Empathy Dengan Kesan

Saat Berkunjung

Lampiran 21 : Tabulasi Silang Antara Expected Service Responsiveness Dengan

Perbandingan Kualitas Dengan Restoran Lain

Lampiran 22 : Tabulasi Silang Antara Expected Service Responsiveness Dengan

Gangguan Dalam Pelayanan

Lampiran 23 : Tabulasi Silang Antara Expected Service Responsiveness Dengan

Kesalahan Pesanan

Lampiran 24 : Tabulasi Silang Antara Perceived Service Responsiveness Dengan

Proses Transaksi Saat Berkunjung

Lampiran 25 : Tabulasi Silang Antara Expected Service Assurance Dengan

(11)

Kesalahan Pesanan

Lampiran 28 : Tabulasi Silang Antara Perceived Service Assurance Dengan

Kesan Saat Berkunjung

Lampiran 29 : Tabulasi Silang Antara Expected Service Tangible Dengan

Perbandingan Kualitas Dengan Restoran Lain

Lampiran 30 : Tabulasi Silang Antara Expected Service Tangible Dengan Harga

Hidangan

Lampiran 31 : Tabulasi Silang Antara Perceived Service Tangible Dengan Situasi

Saat Berkunjung

Lampiran 32 : Tabulasi Silang Antara Perceived Service Tangible Dengan Rasa

Hidangan

Lampiran 33 : Gambaran Konsumen Restoran Warung Wayangku Yang Sangat

Puas Terhadap Pelayanan Restoran Warung Wayangku

Lampiran 34 : Gambaran Sumber Informasi Konsumen Mengenai Restoran

Warung Wayangku

Lampiran 35 : Tabulasi Silang Antara Expected Service Reliability Dengan

Pengalaman Menjamu Kerabat

Lampiran 36 : Lembar Kesediaan Responden Penelitian

(12)

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah

Bandung merupakan salah satu kota metropolitan di Jawa Barat sekaligus

menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini dikenal dengan berbagai julukannya,

yaitu Kota Kembang, Parijs van Java, Kota Pramuka, Kota Zakat, dan Kota Mode

(http://koran-jakarta.com/12/08/2012). Selama beberapa tahun terakhir, Bandung

juga dikenal sebagai Kota Belanja, dengan mall dan factory outlet yang banyak

tersebar di kota ini, dan saat ini berangsur-angsur kota Bandung juga menjadi kota

wisata kuliner (http://metrotvnews.com/21/08/2011). Menurut seorang ahli

pariwisata Andar Danova Goeltom. Bandung sudah di kenal sebagai pusat kuliner

nusantara sejak tahun 1941, hal ini dikarenakan Bandung memiliki jumlah rumah

makan terbanyak di Indonesia. Bukan hanya dari golongan masyarakat pencinta

makanan saja yang sengaja datang ke Bandung akan tetapi banyak para tokoh

nasional baik itu dari dalam negeri maupun luar negeri yang menyempatkan diri

datang ke Bandung (PikiranRakyat, Edisi Cetak - Sabtu, 17 Februari 2007).

Dengan dibangunnya tol Cipularang, waktu tempuh Jakarta - Bandung

semakin cepat. Hal ini yang mengakibatkan para pengunjung ataupun wisatawan

semakin bertambah. Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Bandung, jumlah kendaraan yang memasuki Bandung via gerbang tol

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2008 jumlah kendaraan

(13)

meningkat menjadi 27.523.864, pada tahun 2010 meningkat kembali menjadi

28.686.824, dan pada tahun 2011 menjadi 30.533.812

(http://www.bandung.go.id/dinas-kebudayaan-dan-pariwisata).

Seiring dengan semakin maraknya toko pakaian dan bisnis pakaian sisa

ekspor di seluruh wilayah Kota Bandung, bisnis kuliner dan rumah makan juga

turut berkembang. Setiap produsen makanan berlomba-lomba untuk menciptakan

makanan dan kuliner dengan rasa dan jenis yang berbeda. Menurut Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, hingga tahun 2012 Bandung memiliki

472 Restoran dan 14 Bar (http://www.bandungtourism.com). Restoran-restoran

tersebut terdiri dari berbagai jenis, diantaranya restoran yang menyajikan masakan

Indonesia, masakan Eropa, masakan Asia, dan restoran cepat saji.

Salah satu restoran yang ikut serta dalam perkembangan kuliner Kota

Bandung yaitu Restoran Warung Wayangku. Berdiri sejak tahun 2003, Restoran

Warung Wayangku kurang lebih telah beroperasi selama 10 tahun sejak

didirikannya. Restoran Warung Wayangku menyajikan beragam menu makanan,

namun yang menjadi menu andalannya adalah Nasi Sop Iga Bakar dan Nasi

Tongseng.

Berdasarkan wawancara dengan pemilik, saat didirikan, usaha Restoran

Warung Wayangku ini pada awalnya berupa warung kecil dengan ruang makan

yang terbatas, hanya terdiri dari beberapa meja dan kursi, serta variasi menu

makanan yang dijual pun belum beragam seperti saat ini. Seiring dengan

(14)

Peningkatan omset Restoran Warung Wayangku dapat dilihat pada data

berikut ini. Pada tahun pertama beroperasi yaitu tahun 2003, Restoran Warung

Wayangku mendapatkan omset sebesar Rp. 18.207.000,-. Pada tahun 2004, terjadi

peningkatan yang cukup signifikan terhadap omset Restoran Warung Wayangku

yaitu menjadi Rp. 65.921.000,-. Peningkatan tersebut terjadi lagi pada tahun 2005

menjadi Rp 82.333.500,-. Pada tahun 2006 dan 2007 omset Restoran Warung

Wayangku meningkat berkali lipat menjadi Rp. 124.847.500,- pada tahun 2006

dan meningkat lagi pada tahun 2007 menjadi Rp. 408.761.500,-. Peningkatan ini

terus terjadi sampai tahun 2008, dimana omset Restoran Warung Wayangku

mencapai angka Rp. 877.611.500,-.

Peningkatan omset yang dialami Restoran Warung Wayangku tergolong

sangat signifikan. Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa hanya dalam

kurun waktu kurang lebih lima tahun sejak pertama beroperasi, Restoran Warung

Wayangku memiliki kenaikan omset sebesar Rp. 859.404.500,- atau hampir 50

kali lipat dari omset awal yang diperoleh. Peningkatan ini memungkinkan pemilik

untuk melakukan renovasi dan memperluas area makan, menambah jumlah

pegawai, serta menambah jumlah variasi menu yang dijual hingga Restoran

Warung Wayangku dapat menjadi besar seperti sekarang ini.

Pemilik mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

peningkatan omset tersebut yaitu lokasi Restoran Warung Wayangku yang

letaknya berada di pusat Kota Bandung, sehingga akses dari dan menuju ke

Restoran Warung Wayangku terbilang mudah untuk konsumen yang hendak

(15)

perkantoran Kota Bandung, menurut pemilik hal ini berpengaruh besar terhadap

mayoritas konsumen yang berkunjung ke Restoran Warung Wayangku. Sebagian

besar konsumen Restoran Warung Wayangku merupakan pegawai kantor.

Berdasarkan wawancara dengan pemiliknya, saat ini pengunjung

Restoran Warung Wayangku setiap harinya berkisar antara 80 sampai dengan 100

orang per hari, dengan rata-rata omset kurang lebih Rp. 50.000.000,- per bulan.

Berdasarkan penuturan pemilik, dari dahulu pertama berdiri hingga saat ini,

Restoran Warung Wayangku belum memiliki standar operasional yang baku,

pelayanan kepada konsumen dan pengelolaan karyawan dilakukan pemilik hanya

berdasarkan pengalaman pemilik karena pemilik tidak memiliki latar belakang

manajemen. Pemilik juga belum pernah memberikan pelatihan khusus kepada

karyawan Restoran Warung Wayangku.

Pemilik Restoran Warung Wayangku mengungkapkan bahwa selama

empat tahun terakhir Restoran Warung Wayangku mengalami penurunan omset

yang cukup signifikan. Pada tahun 2008 jumlah omset yang diperoleh Restoran

Warung Wayangku mencapai Rp. 877.611.500,-, tahun 2009 turun menjadi Rp.

868.408.500, pada tahun 2010 terjadi penurunan yang cukup tajam menjadi Rp.

750.456.500, dan pada tahun 2011 menurun kembali mencapai Rp. 696.195.500,-.

Menurut pemilik, penurunan omset tersebut memiliki dampak yang

cukup besar terhadap kestabilan keuangan Restoran Warung Wayangku. Selama

kurang lebih dua tahun terakhir, pemilik telah menyusutkan jumlah pegawai dari

30 orang hingga saat ini hanya berjumlah sekitar 12 orang, yang terdiri dari 4

(16)

pembuat minuman. Pemilik berpendapat bahwa penurunan omset Restoran

Warung Wayangku dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun yang paling

menjadi perhatian pemilik yaitu semakin banyak konsumen Restoran Warung

Wayangku yang tidak berkunjung kembali ke Restoran Warung Wayangku.

Pemilik mengakui bahwa berdasarkan observasi pemilik, beberapa tahun

terakhir semakin banyak keluhan-keluhan yang diberikan oleh konsumen kepada

Restoran Warung Wayangku. Sebagian besar adalah mengenai lamanya waktu

penyajian hidangan serta tidak semua hidangan yang tercantum pada daftar menu

tersedia. Ditambah seringkali terjadi kesalahan pegawai Restoran Warung

Wayangku dalam menyajikan makanan, contohnya makanan yang disajikan tidak

sesuai dengan permintaan konsumen, makanan tidak disajikan sesuai urutan

konsumen yang memesan sehingga konsumen yang memesan terakhir

mendapatkan makanannya terlebih dahulu.

Pemilik mengakui bahwa keluhan-keluhan yang diajukan konsumen

tersebut sudah diungkapkan konsumen sejak beberapa tahun yang lalu, namun

saat ini keluhan-keluhan tersebut semakin sering diungkapkan konsumen.

Berdasarkan observasi pemilik, dahulu, meskipun konsumen memiliki keluhan

terhadap Restoran Warung Wayangku, namun konsumen tersebut masih tetap

datang kembali ke Restoran Warung Wayangku. Pemilik mengakui bahwa saat

ini, setelah konsumen mengajukan keluhan, hampir semua konsumen tersebut

tidak berkunjung kembali ke Restoran Warung Wayangku. Hal ini menurut

pemilik berdampak pada penurunan omset yang terjadi di Restoran Warung

(17)

tidak berkunjung kembali ke Restoran Warung Wayangku. Pemilik

mengungkapkan bahwa selama ini keluhan diungkapkan konsumen kepada

pramusaji kemudian pramusaji tersebut menyampaikan keluhan kepada pemilik.

Pemilik juga menyebutkan bahwa penanggulangan keluhan yang diberikan

kepada konsumen masih tetap sama dahulu dan sekarang, yaitu dengan cara

meminta maaf secara langsung sampai memberikan diskon khusus apabila

kesalahan yang yang terjadi dapat merugikan konsumen.

Melihat pesatnya perkembangan serta potensi yang dimiliki Restoran

Warung Wayangku terutama pada lima tahun pertama berdiri, maka permasalahan

di atas merupakan hal penting yang perlu menjadi perhatian Restoran Warung

Wayangku. Konsumen yang merasa tidak puas terhadap Restoran Warung

Wayangku dan juga adanya kesalahan dalam mengelola keluhan dapat memberi

akibat yang negatif pada Warung Wayangku. Menurut Zeithaml (2009), dalam

bisnis yang mengkombinasikan antara pelayanan dengan produk fisik, seperti

restoran, kualitas pelayanan menjadi bagian yang sangat penting dalam

menentukan kepuasan pelanggan. Proses penyampaian jasa yang dilakukan

pegawai dan manajemen Restoran Warung Wayangku merupakan indikator bagi

konsumen Restoran Warung Wayangku dalam menilai kualitas pelayanan

Restoran Warung Wayangku.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui secara langsung

bagaimana pendapat konsumen mengenai pelayanan Restoran Warung

(18)

Warung Wayangku yang telah mengunjungi Restoran Warung Wayangku lebih

dari dua kali.

Dari wawancara tersebut, konsumen mengungkapkan beberapa hal

positif mengenai Restoran Warung Wayangku. Hampir semua konsumen atau

sebanyak 13 konsumen (86,7%) mengungkapkan bahwa cita rasa makanan yang

disajikan Restoran Warung Wayangku sangat enak, terutama menu Nasi Sop Iga

Bakar dan Nasi Tongseng. Semua konsumen (100%) juga mengatakan bahwa

harga hidangan Restoran Warung Wayangku tergolong cukup murah, terutama

jika dibandingkan dengan restoran-restoran lainnya yang berada di sekitar

Restoran Warung Wayangku. Hampir semua konsumen atau sebanyak 13

konsumen (86,7%) juga mengungkapkan Restoran Warung Wayangku memiliki

desain yang menarik dan khas, yaitu area makannya terletak di teras dan ruang

tamu rumah sehingga konsumen merasa seperti sedang menyantap hidangan di

rumah sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti juga menemukan sejumlah

keluhan dan komplain yang cukup signifikan dituturkan oleh konsumen Restoran

Warung Wayangku. Hampir semua konsumen, atau sebanyak 12 konsumen (80%)

mengungkapkan bahwa makanan dan minuman yang dipesan membutuhkan

waktu yang lama untuk diantar hingga sampai ke meja konsumen, rata-rata

konsumen menunggu 15-25 menit sampai pesanan datang, 7 dari 12 konsumen

tersebut merasa dirugikan karena konsumen tersebut memiliki waktu yang

(19)

terlambat, sedangkan 5 dari 12 konsumen tersebut merasa kesal dan dirugikan

karena konsumen seringkali sudah merasa lapar dan ingin cepat makan.

Hampir semua konsumen atau sebanyak 13 konsumen (86,7%) juga

mengungkapkan bahwa menu makanan dan minuman yang tersedia di daftar

menu Restoran Warung Wayangku seringkali kosong atau habis dan 10 dari 13

konsumen tersebut merasa kecewa karena mereka datang untuk membeli menu

tersebut. Selain itu, hampir semua konsumen atau sebanyak 13 konsumen (86,7%)

mengungkapkan bahwa konsumen seringkali kesulitan memanggil pramusaji, baik

untuk memesan maupun untuk meminta bantuan, dan konsumen harus berjalan ke

tempat kasir untuk mencari pramusaji.

Selain itu, sebagian besar konsumen atau sebanyak 9 konsumen (60%)

mengungkapkan bahwa pesanan yang diantarkan pada konsumen terkadang tidak

sesuai dengan yang dipesan, contohnya konsumen memesan Nasi Rawon, namun

yang diantarkan adalah Nasi Tongseng, konsumen memesan Nasi Goreng yang

pedas namun yang diantarkan adalah nasi goreng yang tidak pedas. Sebagian

konsumen atau sebanyak 8 konsumen (53,3%) juga mengatakan bahwa makanan

dan minuman yang mereka pesan seringkali ada yang tidak diantar ke meja

konsumen, setelah menunggu cukup lama dan bertanya pada pegawai, baru

kemudian pesanan tersebut datang.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang diungkapkan pemilik

Restoran Warung Wayangku yang telah dijabarkan di atas, didukung dengan fakta

(20)

penelitian lebih lanjut mengenai kepuasan konsumen Restoran Warung Wayangku

terhadap kualitas pelayanan Restoran Warung Wayangku di kota Bandung.

1. 2 Identifikasi Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimanakah

gambaran kepuasan konsumen Restoran Warung Wayangku terhadap kualitas

pelayanan Restoran Warung Wayangku di Bandung.

1. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1. 3. 1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk melihat gambaran kepuasan

konsumen terhadap kualitas pelayanan Restoran Warung Wayangku di Bandung.

1. 3. 2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat kepuasan

konsumen terhadap kualitas pelayanan Restoran Warung Wayangku di Bandung

secara umum dan mengetahui keterkaitan antara dimensi dengan faktor-faktor

(21)

1. 4 Kegunaan Penelitian

1. 4. 1 Kegunaan Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperluas

wawasan dan memperdalam pemahaman dalam bidang Psikologi yang

berkaitan dengan teori Psikologi Konsumen, terutama yang berkaitan

dengan tingkat kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan

bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

atau topik yang sama.

1. 4. 2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian tingkat kepuasan ini diharapkan dapat digunakan sebagai

informasi dan bahan evaluasi bagi Restoran Warung Wayangku dalam

memberikan pelayanan pada pelanggannya.

1. 5 Kerangka Pemikiran

Restoran Warung Wayangku merupakan usaha jasa pangan yang ruang

lingkup kegiatannya menyediakan pelayanan makanan dan minuman. Setiap

orang yang membeli makanan dan minuman serta menikmati pelayanan Restoran

Warung Wayangku dapat disebut sebagai konsumen Restoran Warung

Wayangku. Dalam transaksi yang dilakukan konsumen dengan Restoran Warung

(22)

diterima olehnya, dimana kesan ini akan mempengaruhi tingkat kepuasannya

terhadap pelayanan Restoran Warung Wayangku.

Menurut Zeithaml (2009), kepuasan adalah evaluasi konsumen mengenai

sebuah produk atau jasa dalam hal apakah produk atau jasa tersebut telah

memenuhi harapan dan kebutuhan konsumen. Tingkat kepuasan konsumen

Restoran Warung Wayangku dapat ditentukan dengan cara membandingkan

antara harapan konsumen akan kualitas pelayanan Restoran Warung Wayangku

(expected service) dengan pelayanan Restoran Warung Wayangku yang diterima

konsumen tersebut dalam kenyataan (perceived service).

Sebelum berkunjung ke Restoran Warung Wayangku, konsumen

memiliki harapan terhadap pelayanan yang akan diterimanya dari Restoran

Warung Wayangku. Harapan ini menggambarkan pelayanan yang diyakini

konsumen mampu diberikan oleh Restoran Warung Wayangku pada konsumen.

Khususnya, harapan ini mewakili anggapan konsumen mengenai pelayanan yang

seharusnya diberikan oleh Restoran Warung Wayangku. Harapan tersebut akan

menjadi standar atau titik referensi dalam menilai kualitas pelayanan Restoran

Warung Wayangku. Harapan konsumen Restoran Warung Wayangku ini disebut

expected service.

Ketika konsumen berkunjung ke Restoran Warung Wayangku, konsumen

tersebut mendapatkan pengalaman pelayanan yang diberikan Restoran Warung

Wayangku. Terutama, pengalaman sejauh mana Restoran Warung Wayangku

tersebut berhasil memenuhi harapan konsumen Restoran Warung Wayangku.

(23)

Restoran Warung Wayangku. Pengalaman yang dirasakan konsumen atas

pelayanan Restoran Warung Wayangku tersebut disebut perceived service.

Perbandingan antara expected service konsumen Restoran Warung

Wayangku dengan perceived service konsumen Restoran Warung Wayangku

terhadap kualitas pelayanan Restoran Warung Wayangku dapat membentuk

sebuah kesenjangan yang sifatnya positif atau negatif. Dapat pula tidak ada

kesenjangan yang terbentuk antara expected service dengan perceived service.

Ada atau tidaknya kesenjangan antara expected service dengan perceived service

konsumen digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen Restoran

Warung Wayangku terhadap kualitas pelayanan Restoran Warung Wayangku.

Jika kesenjangan yang terjadi bersifat positif, konsumen Restoran

Warung Wayangku merasa kualitas pelayanan yang diberikan oleh Restoran

Warung Wayangku dapat melebihi harapannya (perceived service > expected

service), maka konsumen Restoran Warung Wayangku akan merasa sangat puas

terhadap pelayanan yang diberikan oleh pegawai Restoran Warung Wayangku dan

konsumen akan percaya terhadap kualitas pelayanan Restoran Warung Wayangku.

Apabila tidak ada kesenjangan antara expected service dengan perceived

service, berarti konsumen Restoran Warung Wayangku merasa pelayanan yang

diterimanya sesuai dengan harapan (perceived service = expected service), maka

timbul rasa puas terhadap terhadap pelayanan yang diberikan oleh pegawai

Restoran Warung Wayangku dan kebutuhan konsumen Restoran Warung

(24)

Jika kesenjangan yang terjadi bersifat negatif, konsumen Restoran

Warung Wayangku merasa pelayanan yang diterimanya tidak sesuai atau lebih

kecil dari pelayanan yang diharapkan (perceived service < expected service) maka

akan muncul rasa tidak puas dari konsumen Restoran Warung Wayangku.

Konsumen tersebut akan merasa kecewa karena pelayanan yang diberikan

dianggap tidak optimal dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Didasarkan pada teori Zeithaml (2009), kualitas pelayanan Restoran

Warung Wayangku dapat terbagi ke dalam lima dimensi, yaitu reliability,

responsiveness, assurance, emphaty, dan tangible. Untuk mengetahui tingkat

kepuasan konsumen Restoran Warung Wayangku terhadap pelayanan Restoran

Warung Wayangku, dilakukan perbandingan antara expected service dan

perceived service konsumen Restoran Warung Wayangku melalui lima dimensi

kualitas pelayanan tersebut.

Dimensi reliability merupakan kemampuan Restoran Warung Wayangku

untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan

dapat dipercaya, seperti menyajikan makanan sesuai permintaan konsumen,

menyediakan stok makanan sesuai yang tercantum di menu, serta menghidangkan

hidangan secara cepat dan berkualitas. Expected service konsumen dimensi

reliability adalah harapan konsumen Restoran Warung Wayangku terhadap

kemampuan Restoran Warung Wayangku untuk menyajikan makanan sesuai

permintaan konsumen, menyediakan stok makanan sesuai yang tercantum di

menu, serta menghidangkan hidangan secara cepat dan berkualitas. Contohnya,

(25)

kepada konsumen sesuai dengan pesanan konsumen. Contoh lainnya, konsumen

Restoran Warung Wayangku berharap bahwa hidangan yang dipesannya tidak

terlalu asin dan sesuai dengan permintaannya. Sedangkan, perceived service

konsumen Restoran Warung Wayangku dimensi reliability adalah pengalaman

konsumen mengenai bagaimana kemampuan Restoran Warung Wayangku

menyajikan makanan sesuai permintaan konsumen, menyediakan stok makanan

sesuai yang tercantum di menu, serta menghidangkan hidangan secara cepat dan

berkualitas saat berkunjung ke Restoran Warung Wayangku.

Dimensi responsiveness yaitu kesediaan pegawai Restoran Warung

Wayangku untuk membantu dan melayani konsumen Restoran Warung

Wayangku dengan cekatan. Expected service konsumen dimensi responsiveness

merupakan harapan yang dimiliki konsumen Restoran Warung Wayangku

terhadap kesediaan pegawai Restoran Warung Wayangku untuk membantu dan

melayani konsumen dengan cekatan. Contohnya, konsumen Restoran Warung

Wayangku berharap pegawai Restoran Warung Wayangku segera datang ketika

dipanggil oleh konsumen. Perceived service konsumen Restoran Warung

Wayangku dimensi responsiveness adalah pengalaman mengenai kesediaan

pegawai Restoran Warung Wayangku untuk membantu dan melayani konsumen

dengan cekatan yang dirasakan konsumen setelah berkunjung ke Restoran

Warung Wayangku.

Dimensi assurance berkaitan dengan pengetahuan pegawai mengenai

Restoran Warung Wayangku, kesopanan pegawai Restoran Warung Wayangku,

(26)

menumbuhkan rasa percaya konsumen pada Restoran Warung Wayangku.

Expected service konsumen Restoran Warung Wayangku dimensi assurance

berarti harapan konsumen Restoran Warung Wayangku terhadap pengetahuan

pegawai mengenai Restoran Warung Wayangku, kesopanan pegawai Restoran

Warung Wayangku dalam menghadapi konsumen, serta kemampuan manajemen

dan pegawai Restoran Warung Wayangku untuk menumbuhkan rasa percaya

konsumen pada Restoran Warung Wayangku. Contohnya konsumen berharap

pegawai Restoran Warung Wayangku dapat menjawab semua pertanyaan

konsumen mengenai bagaimana hidangan Restoran Warung Wayangku disajikan,

bahan-bahan apa saja yang terdapat dalam hidangan Restoran Warung Wayangku,

dan apa saja fasilitas Restoran Warung Wayangku, seperti keberadaan mesin

EDC, serta kebijakan mengenai diskon untuk konsumen. Contoh lainnya,

konsumen berharap pegawai Restoran Warung Wayangku memberi salam saat

konsumen datang serta menjawab pertanyaan konsumen dengan tutur kata yang

sopan. Perceived service konsumen Restoran Warung Wayangku dimensi

assurance adalah pengalaman konsumen setelah berkunjung ke Restoran Warung

Wayangku mengenai pengetahuan pegawai mengenai Restoran Warung

Wayangku, kesopanan pegawai Restoran Warung Wayangku, serta kemampuan

manajemen dan pegawai Restoran Warung Wayangku untuk menumbuhkan rasa

percaya konsumen pada Restoran Warung Wayangku.

Empathy merupakan kepedulian serta perhatian yang diberikan pegawai

Restoran Warung Wayangku pada konsumen Restoran Warung Wayangku secara

(27)

emphaty yaitu harapan konsumen Restoran Warung Wayangku terhadap

kepedulian dan perhatian individual yang diberikan pegawai Restoran Warung

Wayangku pada konsumen. Contohnya saat hujan terjadi kebocoran pada area

makan yang ditempati konsumen, konsumen berharap pegawai Restoran Warung

Wayangku memberitahu dan menyarankan area lain yang tidak bocor untuk

ditempati konsumen. Contoh lainnya, konsumen berharap pegawai Warung

Wayangku memberitahu bahwa hidangan yang dipesan konsumen membutuhkan

waktu penyajian yang lama. Contoh berikutnya, konsumen berharap pegawai

Warung Wayangku membantu mencarikan tempat duduk untuk konsumen saat

Warung Wayangku ramai oleh pengunjung lain. Perceived service konsumen

Restoran Warung Wayangku dimensi emphaty adalah pengalaman yang dirasakan

konsumen mengenai kepedulian serta perhatian yang diberikan pegawai Restoran

Warung Wayangku pada konsumen secara individual setelah berkunjung ke

Restoran Warung Wayangku.

Dimensi terakhir yaitu dimensi tangibles adalah tampilan fisik dari

fasilitas, peralatan, pegawai yang bertugas, dan menu Restoran Warung

Wayangku. Expected service konsumen Restoran Warung Wayangku dimensi

tangibles yaitu harapan konsumen Restoran Warung Wayangku terhadap tampilan

fisik dari fasilitas, peralatan, pegawai yang bertugas, dan menu Restoran Warung

Wayangku. Contohnya, konsumen memiliki harapan bahwa peralatan makan

Restoran Warung Wayangku disajikan dengan bersih. Perceived service

konsumen Restoran Warung Wayangku dimensi tangibles adalah pengalaman

(28)

pegawai yang bertugas, dan menu Restoran Warung Wayangku setelah konsumen

berkunjung ke Restoran Warung Wayangku.

Penilaian konsumen Warung Wayangku diperoleh dengan

membandingkan antara pelayanan yang diterima (perceived service) dan

pelayanan yang diharapkan (expected service). Pelayanan disebut sangat

memuaskan jika Restoran Warung Wayangku dapat memberikan pelayanan yang

melebihi harapan konsumen Warung Wayangku (perceived service > expected

service). Konsumen yang sangat puas terhadap dimensi reliability berarti

konsumen merasa Restoran Warung Wayangku mampu memberikan pelayanan

melebihi janjinya pada konsumen. Contohnya, Restoran Warung Wayangku

menyajikan hidangan sesuai dengan pesanan konsumen dan juga selera konsumen

Restoran Warung Wayangku. Misalnya konsumen menyukai hidangan yang

disajikan agak panas, hidangan yang datang ke meja konsumen tidak hanya sesuai

dengan pesanan konsumen tetapi juga disajikan agak panas sesuai dengan selera

konsumen.

Konsumen yang sangat puas terhadap dimensi responsiveness berarti

pegawai Restoran Warung Wayangku membantu dan melayani konsumen dengan

cekatan melebihi yang diharapkan konsumen. Contohnya, pegawai Restoran

Warung Wayangku langsung datang ke meja konsumen untuk memberikan daftar

menu pada konsumen tanpa perlu dipanggil terlebih dahulu oleh konsumen.

Konsumen yang sangat puas terhadap dimensi assurance berarti konsumen

merasa bahwa pegawai Restoran Warung Wayangku memiliki pengetahuan

(29)

sopan melebihi harapan konsumen, dan dapat membuat konsumen percaya pada

Restoran Warung Wayangku melebihi harapan konsumen. Contohnya, pegawai

Restoran Warung Wayangku dapat menjelaskan pada konsumen menu hidangan

serta fasilitas yang diberikan Restoran Warung Wayangku tanpa konsumen harus

bertanya terlebih dahulu.

Konsumen yang sangat puas terhadap dimensi empathy berarti konsumen

Restoran Warung Wayangku merasa bahwa dalam melayani konsumen, pegawai

Restoran Warung Wayangku menunjukkan kepedulian dan perhatian individual

yang melebihi harapan konsumen. Contohnya, saat hujan mulai turun, sebelum

terjadi kebocoran pada area makan yang ditempati konsumen, pegawai Restoran

Warung Wayangku memberitahu konsumen dan menyarankan meja lain yang

tidak bocor. Contoh lainnya, pegawai Warung Wayangku memberitahu bahwa

hidangan yang dipesan konsumen membutuhkan waktu penyajian yang lama

tanpa konsumen harus bertanya dahulu. Contoh berikutnya, pegawai Warung

Wayangku membantu mencarikan tempat duduk untuk konsumen tanpat

konsumen minta saat Warung Wayangku ramai oleh pengunjung lain. Konsumen

yang sangat puas terhadap dimensi tangible berarti konsumen merasa bahwa

kondisi tampilan fisik dari fasilitas, peralatan, pegawai yang bertugas, dan menu

Restoran Warung Wayangku melebihi harapannya. Contohnya, peralatan makan

yang digunakan konsumen Restoran Warung Wayangku tidak hanya bersih,

namun juga terlihat indah.

Pelayanan disebut memuaskan jika Restoran Warung Wayangku dapat

(30)

Restoran Warung Wayangku (perceived service = expected service). Konsumen

yang puas terhadap dimensi reliability berarti konsumen merasa Restoran Warung

Wayangku berhasil memenuhi harapannya untuk memberikan pelayanan sesuai

dengan yang dijanjikan dengan akurat dan dapat dipercaya. Contohnya, pegawai

Restoran Warung Wayangku mengantarkan hidangan pada meja konsumen sesuai

dengan pesanan yang dipesan konsumen dengan rasa yang pas dengan selera

konsumen, seperti tidak terlalu asin dan tidak terlalu pedas. Konsumen yang puas

terhadap dimensi responsiveness berarti konsumen merasa bahwa pegawai

Restoran Warung Wayangku memiliki kesediaan untuk membantu dan melayani

konsumen dengan cekatan sesuai harapannya. Contohnya, pegawai Restoran

Warung Wayangku langsung datang menghampiri ketika dipanggil oleh

konsumen Restoran Warung Wayangku.

Konsumen yang puas terhadap dimensi assurance berarti konsumen

merasa bahwa pegawai Restoran Warung Wayangku memiliki pengetahuan

mengenai Restoran Warung Wayangku sesuai harapan konsumen, berlaku sopan

sesuai dengan harapan konsumen, dan mampu menumbuhkan rasa percaya

konsumen pada Restoran Warung Wayangku. Contohnya, pegawai Restoran

Warung Wayangku dapat menjawab semua pertanyaan konsumen mengenai

bagaimana hidangan Restoran Warung Wayangku disajikan, bahan-bahan apa saja

yang terdapat dalam hidangan Restoran Warung Wayangku saat konsumen

bertanya. Pegawai Restoran Warung Wayangku dapat menjelaskan dan apa saja

fasilitas Restoran Warung Wayangku, seperti keberadaan mesin EDC, serta

(31)

lainnya, pegawai Restoran Warung Wayangku memberi salam saat konsumen

datang serta menjawab pertanyaan konsumen dengan tutur kata yang sopan.

Konsumen yang puas terhadap dimensi empathy berarti konsumen

merasa bahwa pegawai Warung Wayangku menunjukkan kepedulian dan

perhatian individual dalam melayani konsumen yang sesuai dengan harapan

konsumen. Contohnya, saat hujan dan terjadi kebocoran pada area makan yang

ditempati konsumen, pegawai Restoran Warung Wayangku langsung

memberitahu konsumen dan menyarankan area lain yang tidak bocor untuk

ditempati konsumen. Contoh lainnya, pegawai Warung Wayangku langsung

membantu mencarikan tempat duduk untuk konsumen saat Warung Wayangku

ramai oleh pengunjung lain.

Konsumen yang puas terhadap dimensi tangible berarti konsumen

merasa bahwa kondisi tampilan fisik dari fasilitas, peralatan, pegawai yang

bertugas, dan menu Restoran Warung Wayangku sesuai dengan harapannya.

Contohnya, saat konsumen datang berkunjung ke Restoran Warung Wayangku,

peralatan makan yang akan digunakan konsumen Restoran Warung Wayangku

disajikan dalam keadaan bersih.

Pelayanan yang tidak memuaskan adalah pelayanan yang diterima oleh

konsumen Restoran Warung Wayangku tidak sesuai dengan pelayanan yang

diharapkan (perceived service < expected service). Konsumen yang tidak puas

terhadap dimensi reliability berarti konsumen merasa Restoran Warung

Wayangku tidak dapat memberikan pelayanan sesuai dengan janji Restoran

(32)

Restoran Warung Wayangku tidak sesuai dengan pesanan konsumen. Contoh

lainnya, hidangan yang disajikan pada konsumen tidak sesuai dengan selera

konsumen seperti terlalu asin atau terlalu pedas. Konsumen yang tidak puas

terhadap dimensi responsiveness berarti konsumen merasa bahwa pegawai

Restoran Warung Wayangku tidak memiliki kesediaan untuk membantu dan

melayani konsumen dengan cekatan sesuai harapannya. Contohnya, ketika

konsumen memanggil pegawai Restoran Warung Wayangku, pegawai Restoran

Warung Wayangku tersebut tidak langsung menghampiri dan konsumen harus

menunggu waktu yang lama sampai pegawai tersebut menghampiri konsumen.

Konsumen yang tidak puas terhadap dimensi assurance berarti konsumen merasa

bahwa pegawai Restoran Warung Wayangku tidak memiliki pengetahuan yang

cukup mengenai Restoran Warung Wayangku sesuai yang diharapkan konsumen,

kurang sopan sesuai dengan yang diharapkan konsumen, dan kurang dapat

membuat konsumen percaya pada Restoran Warung Wayangku. Contohnya

pegawai Restoran Warung Wayangku tidak dapat menjawab dengan jelas

berbagai pertanyaan konsumen mengenai hidangan dan fasilitas Restoran Warung

Wayangku, serta pegawai Restoran Warung Wayangku menjawab pertanyaan

konsumen dengan nada yang ketus.

Konsumen yang tidak puas terhadap dimensi empathy berarti konsumen

Restoran Warung Wayangku merasa pegawai Restoran Warung Wayangku tidak

dapat menunjukkan kepedulian dan perhatian individual yang sesuai dengan

harapan konsumen dalam memberikan pelayanan pada konsumen. Contohnya,

(33)

pada area makan yang ditempati konsumen ketika hujan. Contoh lainnya, pegawai

Warung Wayangku tidak memberitahu bahwa hidangan yang dipesan konsumen

membutuhkan waktu penyajian yang lama. Contoh berikutnya, pegawai Warung

Wayangku bersikap tak acuh dan tidak membantu mencarikan tempat duduk

untuk konsumen saat Warung Wayangku ramai oleh pengunjung lain.

Konsumen yang tidak puas terhadap dimensi tangible berarti konsumen

merasa bahwa kondisi tampilan fisik dari fasilitas, peralatan, pegawai yang

bertugas, dan menu Restoran Warung Wayangku tidak sesuai dengan harapannya.

Contohnya, peralatan makan yang akan digunakan konsumen Restoran Warung

Wayangku terlihat kotor dan terdapat bercak-bercak bekas sabun.

Terbentuknya expected service konsumen Restoran Warung Wayangku

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya personal needs, lasting

service intensifiers, perceived service alternative, self perceived service role, situational factor, predicted service, explicit service promises, implicit service promises, dan word-of-mouth communication (Zeithaml, 2009).

Personal needs merupakan kebutuhan spesifik konsumen Restoran

Warung Wayangku yang akan menentukan pelayanan yang diinginkan oleh

konsumen Restoran Warung Wayangku. Kebutuhan tersebut dapat berupa fisik,

sosial, dan psikologis dan sifatnya personal, sehingga dapat berbeda-beda antara

satu konsumen Restoran Warung Wayangku dengan konsumen Restoran Warung

Wayangku yang lain. Faktor ini akan menaikkan harapan konsumen terhadap

pelayanan yang diberikan Restoran Warung Wayangku. Contohnya, seorang

(34)

akan berharap makanan yang dipesan datang dengan lebih cepat dan porsi yang

diberikan dapat membuat konsumen merasa kenyang. Sedangkan konsumen

Restoran Warung Wayangku lain yang memiliki personal needs sosial memiliki

harapan untuk dapat menyantap hidangan di Restoran Warung Wayangku dengan

suasana yang mendukung untuk bercengkerama dengan koleganya. Konsumen

Restoran Warung Wayangku lainnya yang memiliki personal needs psikologis

akan datang ke Restoran Warung Wayangku untuk dapat menyantap hidangan di

Restoran Warung Wayangku dengan suasana yang nyaman dan tenang.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi expected service konsumen

Restoran Warung Wayangku yaitu lasting service intensifiers. Lasting service

intensifiers merupakan harapan konsumen mengenai pelayanan Restoran Warung

Wayangku yang didorong oleh adanya harapan dari orang lain. Faktor ini akan

menaikkan intensitas harapan konsumen karena konsumen tersebut mewakili

orang lain yang akan menerima pelayanan Restoran Warung Wayangku.

Contohnya, konsumen Restoran Warung Wayangku yang merayakan pesta ulang

tahunnya di Restoran Warung Wayangku akan mengharapkan kesigapan yang

lebih dari pegawai Restoran Warung Wayangku dalam melayani tamu-tamu

pestanya sehingga tamu-tamunya terseburt merasa puas.

Faktor selanjutnya yaitu perceived service alternative. Faktor ini

berhubungan dengan keberadaan restoran-restoran lain yang sejenis dengan

Restoran Warung Wayangku. Adanya restoran lain yang sejenis membuat

konsumen Restoran Warung Wayangku memiliki beberapa alternatif pilihan dan

(35)

Warung Wayangku. Contohnya, konsumen Restoran Warung Wayangku yang

berkeinginan menyantap menu ‘Nasi Iga Bakar’ memiliki banyak alternatif

restoran lain di Bandung yang menyediakan menu sama, hal tersebut membuat

konsumen Restoran Warung Wayangku memiliki harapan yang lebih besar

terhadap menu ‘Nasi Iga Bakar’ Restoran Warung Wayangku.

Faktor lain yang mempengaruhi expected service konsumen Restoran

Warung Wayangku yaitu self perceived service role, yang merupakan penilaian

konsumen Restoran Warung Wayangku mengenai seberapa jauh dirinya sendiri

ikut mempengaruhi tingkat pelayanan yang diterimanya. Faktor ini akan

menurunkan intensitas harapan yang dimiliki konsumen karena secara umum

konsumen tidak memiliki banyak andil dalam pelayanan yang diberikan Restoran

Warung Wayangku. Contohnya, konsumen yang memesan jus Stroberi dan

merasa jus tersebut terlalu kental untuk seleranya akan lebih toleran dan memiliki

harapan yang lebih rendah karena merasa bahwa standar kekentalan jus di

Restoran Wayangku memang seperti itu dan konsumen tidak memiliki andil untuk

mengubah standar tersebut.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi expected service konsumen

Restoran Warung Wayangku yaitu situational factor. Faktor ini merupakan

kondisi situasional pelayanan Restoran Warung Wayangku yang berada di luar

kendali Restoran Warung Wayangku. Faktor ini akan menurunkan intensitas

harapan konsumen atas pelayanan Restoran Warung Wayangku. Contohnya,

konsumen datang ke Restoran Warung Wayangku dalam kondisi Restoran

(36)

konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang cepat akan lebih rendah karena

situasi restoran yang ramai dan kurang memungkinkan, serta berada di luar

kendali Restoran Warung Wayangku.

Faktor selanjutnya yaitu explicit service promises, merupakan informasi

dan janji-janji mengenai pelayanan Restoran Warung Wayangku dalam bentuk

iklan serta promosi. Faktor ini akan menaikkan intensitas harapan konsumen atas

pelayanan Restoran Warung Wayangku. Contohnya, Restoran Warung Wayangku

mempromosikan keunggulan pelayanan Restoran Warung Wayangku, yaitu

tempatnya yang nyaman seperti di rumah sendiri, hidangan dengan cita rasa enak

dan juga harga yang relatif murah. Harapan konsumen terhadap pelayanan

Restoran Warung Wayangku akan lebih tinggi sesuai dengan promosi-promosi

Restoran Warung Wayangku tersebut.

Sedangkan implicit service promises adalah informasi-informasi tersirat

pada Restoran Warung Wayangku yang membuat konsumen Restoran Warung

Wayangku menilai pelayanan yang seharusnya dan akan diperolehnya. Faktor ini

akan menaikkan atau menurunkan intensitas harapan konsumen tergantung dari

penilaian konsumen mengenai Restoran Warung Wayangku berdasarkan

informasi tersirat tersebut. Contohnya, jika konsumen menilai harga hidangan

Restoran Warung Wayangku tergolong murah, maka harapan konsumen tersebut

akan lebih rendah terhadap rasa serta porsi hidangan yang disajikan, dan

sebaliknya, jika harga hidangan Restoran Warung Wayangku dinilai mahal oleh

konsumen, maka harapan konsumen akan lebih tinggi terhadap rasa serta porsi

(37)

Informasi-informasi mengenai Restoran Warung Wayangku yang

didapatkan konsumen Restoran Warung Wayangku melalui orang lain, baik dari

teman, keluarga, kolega, atau orang yang pernah berkunjung ke Restoran Warung

Wayangku merupakan word-of-mouth communication. Konsumen Restoran

Warung Wayangku dapat menggunakan informasi tersebut sebagai bahan

referensi atau rujukan ketika berkunjung ke Restoran Warung Wayangku. Faktor

ini akan menaikkan atau menurunkan intensitas harapan konsumen Restoran

Warung Wayangku tergantung dari informasi yang diterimanya. Contohnya,

kerabat konsumen yang memberitahu bahwa rasa hidangan Restoran Warung

Wayangku enak akan menaikkan harapan konsumen atas rasa hidangan yang

disajikan Restoran Warung Wayangku. Contoh lainnya, jika ada kolega konsumen

yang memberitahu bahwa pelayanan Restoran Warung Wayangku cenderung

lama, maka hal tersebut akan menurunkan harapan konsumen terhadap waktu

penyajian hidangan Restoran Warung Wayangku.

Predicted service merupakan perkiraan/prediksi konsumen Restoran

Warung Wayangku atas pelayanan yang akan diberikan Restoran Warung

Wayangku sebelum konsumen berkunjung ke Restoran Warung Wayangku. Jika

konsumen Restoran Warung Wayangku memprediksi pelayanan yang baik,

tingkat harapan konsumen terhadap pelayanan Restoran Warung Wayangku

cenderung lebih tinggi daripada jika konsumen Restoran Warung Wayangku

memprediksi pelayanan yang buruk. Misalnya, konsumen Restoran Warung

(38)

dari Restoran Warung Wayangku cenderung memiliki harapan yang lebih rendah

akan hal tersebut.

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pembentukan perceived service

Restoran Warung Wayangku, yaitu service encounters dan evidence of service

(Zeithaml, 2009). Service encounters berkaitan dengan kesan yang diterima

konsumen Restoran Warung Wayangku selama berinteraksi secara langsung

dengan pelayanan Restoran Warung Wayangku, meliputi sikap pegawai Restoran

Warung Wayangku, pemesanan dan pengiriman minuman dan makanan, atmosfer

Restoran Warung Wayangku, peralatan dan perabotan Restoran Warung

Wayangku. Interaksi yang dilakukan konsumen Restoran Warung Wayangku dan

pegawai Restoran Warung Wayangku pada service encounters akan memberikan

gambaran umum mengenai kualitas pelayanan Restoran Warung Wayangku.

Evidence of service adalah bukti pelayanan yang diberikan Restoran

Warung Wayangku kepada konsumen, meliputi people, physical evidence, dan

process. Contohnya, pegawai Restoran Warung Wayangku yang memperlihatkan

penampilan dan sikap yang pantas, kemampuan berkomunikasi yang sesuai, serta

kesigapan dan keluwesan dalam melayani konsumen Restoran Warung Wayangku

(people). Kondisi serta kelayakan peralatan dan perabotan Restoran Warung

Wayangku, presentasi makanan dan minuman yang disajikan Restoran Warung

Wayangku, kebersihan ruangan makan dan kamar mandi Restoran Warung

Wayangku (physical evidence), serta proses pemesanan makanan dan minuman

(39)

telah dipesan, proses pembayaran bon makanan dan minuman Restoran Warung

Wayangku (process).

Berdasarkan uraian diatas maka kerangka pikir dapat digambarkan

(40)

Konsumen Restoran

Warung Wayangku

Expected Service

terhadap pelayanan Restoran Warung Wayangku Reliability Responsiveness Assurance Emphaty Tangible

Perceived Service terhadap

pelayanan Restoran Warung Wayangku Reliability Responsiveness Assurance Emphaty Tangible Kesenjangan

PS > ES  Sangat Puas

PS = ES  Puas

PS < ES  Tidak Puas

Faktor – faktor yang mempengaruhi PS : 1. Service encounters

2. Evidence of service

Faktor – faktor yang mempengaruhi ES : 1. Personal Needs

2. Lasting Service Intensifiers 3. Perceived Service Alternative 4. Self Perceived Service Role 5. Situational Factor

6. Explicit Service Promises 7. Implicit Service Promises 8. Word-of-mouth communication 9. Predicted Service

(41)

1. 6 Asumsi Penelitian

1. Tingkat kepuasan konsumen Restoran Warung Wayangku dapat

diketahui dengan melakukan perbandingan antara harapan konsumen

Restoran Warung Wayangku (expected service) dan pelayanan yang

diterima konsumen Restoran Warung Wayangku dalam kenyataan

(perceived service), yang terukur melalui lima dimensi, yaitu reliability,

responsiveness, assurance, emphaty, dan tangibles.

2. Adanya keluhan-keluhan dari konsumen Restoran Warung Wayangku

merupakan ketidaksesuaian antara harapan (expected service) dan

kenyataan (perceived service) dari pelayanan yang diberikan Restoran

Warung Wayangku.

3. Tidak terpenuhinya harapan konsumen Restoran Warung Wayangku

dapat menimbulkan ketidakpuasan akan kualitas pelayanan Restoran

Warung Wayangku.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Expected Service dan Perceived

Service konsumen Restoran Warung Wayangku dapat berbeda-beda

(42)

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian, dapat

ditarik beberapa kesimpulan mengenai tingkat kepuasan konsumen Restoran

Warung Wayangku terhadap kualitas pelayanan Restoran Warung Wayangku,

yaitu :

1. Sebagian besar konsumen merasa tidak puas terhadap kualitas pelayanan

Restoran Warung Wayangku.

2. Ketidakpuasan konsumen Restoran Warung Wayangku pada dimensi kualitas

pelayanan, secara berurutan dari ketidakpuasan terbesar hingga ketidakpuasan

terkecil yaitu reliability (96.8%), empathy (87,3%), responsiveness (85,7%),

assurance (77,8%) dan terakhir tangible (77,8%).

3. Ketidakpuasan konsumen Restoran Warung Wayangku terhadap kualitas

pelayanan Restoran Warung Wayangku terjadi karena konsumen memiliki

harapan yang tergolong tinggi atas pelayanan yang akan diberikan dan

Restoran Warung Wayangku tidak dapat memberikan pelayanan yang

mengimbangi harapan tersebut.

4. Terdapat faktor-faktor yang menaikkan harapan konsumen yang membuat

konsumen memiliki harapan yang tinggi terhadap pelayanan Restoran

(43)

5. Faktor penilaian konsumen bahwa kesalahan pesanan merupakan tanggung

jawab Restoran Warung Wayangku sepenuhnya menaikkan harapan

konsumen Restoran Warung Wayangku secara signifikan. Konsumen yang

memiliki penilaian tersebut sebanyak 60,4% memiliki expected service

reliability yang tinggi, sebanyak 91,7% memiliki expected service emphaty

yang tinggi, sebanyak 93,8% memiliki expected service responsiveness yang

tinggi, dan sebanyak 91,7% memiliki expected service assurance yang tinggi.

6. Faktor penilaian konsumen bahwa Restoran Warung Wayangku memiliki

pelayanan yang lebih berkualitas akan menaikkan harapan konsumen dengan

cukup signifikan. Konsumen dengan anggapan tersebut sebanyak 83,3%

memiliki expected service tangible yang tinggi dan sebanyak 88,9% memiliki

expected service responsiveness yang tinggi.

7. Faktor penilaian konsumen bahwa harga hidangan Restoran Warung

Wayangku tergolong murah justru menaikkan harapan konsumen. Konsumen

yang memiliki penilaian tersebut sebanyak 59,2% memiliki expected service

reliability yang tergolong tinggi, dan sebanyak 89,8% memiliki expected service tangible yang tinggi.

8. Faktor penilaian konsumen bahwa gangguan yang terjadi merupakan situasi

yang tidak dapat dikendalikan Restoran Warung Wayangku justru menaikkan

harapan konsumen Restoran Warung Wayangku. Sebanyak 82,8% konsumen

dengan anggapan tersebut memiliki expected service empathy yang tinggi dan

(44)

5. 2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap konsumen Restoran

Warung Wayangku, maka beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti

sebagai berikut :

5. 2. 1 Saran Teoritis

1. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan pengukuran data

penunjang mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi expected

service dan perceived service yang sebelumnya belum dilakukan oleh

peneliti yaitu past experience dan temporary service intensifiers. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui apakah faktor tersebut juga mempengaruhi

expected service dan perceived service konsumen, sehingga dapat

memperkaya data dan hasil penelitian selanjutnya.

2. Kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk membuat item alat ukur yang

lebih mendetail disesuaikan dengan sampel penelitian agar informasi

penelitian yang terjaring dapat lebih akurat dan aplikatif bagi perusahaan.

5. 2. 2 Saran Praktis

1. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada dimensi reliability, disarankan

kepada Restoran Warung Wayangku untuk lebih konsisten dalam menepati

(45)

secara lengkap semua menu yang ditawarkan dalam daftar menu, apabila

memiliki kesulitan dalam menyediakan menu tersebut, lebih baik menu

tersebut tidak ditampilkan dalam daftar menu. Selain itu, Restoran Warung

Wayangku disarankan untuk mengevaluasi secara rutin kinerja pegawai

dalam melayani konsumen untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan yang

terjadi dalam pelayanan. Disarankan juga kepada manajemen Restoran

Warung Wayangku untuk berkunjung dan menikmati pelayanan dari

restoran lain yang sejenis untuk membandingkan dan mengevaluasi kualitas

pelayanan yang dimiliki Restoran Warung Wayangku, informasi tersebut

selanjutnya dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

Restoran Warung Wayangku. Restoran Warung Wayangku juga disarankan

untuk mulai melakukan promosi dan memasang iklan-iklan sehingga

konsumen Restoran Warung Wayangku mengetahui dengan jelas fasilitas

yang keunggulan Restoran Warung Wayangku yang kemudian akan

menarik konsumen untuk datang berkunjung.

2. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada dimensi empathy, disarankan

kepada Restoran Warung Wayangku untuk memberikan training atau

pelatihan pada pegawai Restoran Warung Wayangku dalam menghadapi

dan melayani konsumen, seperti Sensitivity Training, Hospitality Training,

atau Serving Guest Properly Training.

3. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada dimensi responsiveness,

(46)

untuk melatih kemampuan pegawai bekerja dalam tim untuk memberikan

pelayanan yang cekatan pada konsumen. Selain itu, apabila memungkinkan

disarankan kepada Restoran Warung Wayangku untuk menambah jumlah

pegawai yang meiliki peran sebagai waiter/waitress.

4. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada dimensi assurance,

disarankan kepada Restoran Warung Wayangku untuk melakukan evaluasi

pengetahuan pegawai Restoran Warung Wayangku mengenai menu,

fasilitas, dan keunggulan Restoran Warung Wayangku dan memberi

pelatihan mengenai cara berkomunikasi yang efektif pada konsumen

termasuk bagaiamana cara menghadapi komplain konsumen dengan baik,

contohnya dengan memberikan How to Take Order & Suggestive Selling

and Handling Guest Complaint in Restaurant Training.

5. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada dimensi tangible, disarankan

kepada Restoran Warung Wayangku untuk dapat tetap mempertahankan

standar rasa hidangan Restoran Warung Wayangku, serta jika

memungkinkan menambah fasilitas-fasilitas yang disediakan untuk

konsumen, seperti ruangan ber-AC, pemisahan area smoking dan

non-smoking, dan menambah jumlah toilet. Selain itu, Restoran Warung

Wayangku disarankan juga untuk memberikan perhatian lebih pada

(47)

6. Disarankan kepada pemilik Restoran Warung Wayangku untuk membuat

kotak saran sebagai sarana bagi konsumen untuk mengajukan keluhan

(48)

Abdurahman, Muhidin, & Somantri. 2011. Dasar-Dasar Metode Statistika Untuk

Penelitian. Bandung : Pustaka Setia

Kotler, Philip. 2007. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan,

Implementasi, dan Kontrol. Jakarta : Prehallindo dan Pearson Education

Asia Ptc. Ltd.

Kumar, Ranjit, 1999. Research Methodology, A Step-by-Step for Beginners. New Delhi : Sage Publications.

Sudjana. 2002. Metode Statistik, edisi ke 6. Bandung : Tarsit

Yoeti, Oka. 1999. Customer Service Cara Efektif Memuaskan Pelanggan. Jakarta : Pradnya Paramita.

Zeithaml & Binner. 2009. Service Marketing : Integrating Customer Focus

Across The Firm Fifth Edition. New York : McGraw-Hill.

Markovic, Raspor, & Šegaric. 2010. Does Restaurant Performance Meet

Customers’ Expectations? An Assessment of Restaurant Service Quality Using A Modified Dineserv Approach. Tourism and Hospitality

Management, Vol. 16, No. 2, pp. 181-195.

Patrício, Leal, & Pereira. 2006. Applicability Of SERVQUAL in Restaurants: An Exploratory Study in A Portuguese Resort. Monte de Caparica :

Enterprise and Work Innovation Studies, No. 2.

Stevens, Knutson, & Patton. 1995. DINESERV : A Tool for Measuring Service

Quality in Restaurants. Cornell Hospitality Quarterly, Vol. 36, No. 2, pp.

56

Mohsin, McIntosh, & Cave. (2005). Expectations of the service experience offered by restaurants and cafes in Hamilton. Journal of Hospitality and

(49)

November 2012.

http://metrotvnews.com/21/08/2011 diakses pada tanggal 5 November 2012.

http://www.bandung.go.id/dinas-kebudayaan-dan-pariwisata diakses pada tanggal 6 November 2012.

http://www.bandungtourism.com diakses pada tanggal 6 November 2012.

Koran PikiranRakyat, Edisi Cetak - Sabtu, 17 Februari 2007.

Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Agustus 2007. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Purnamasari, Dea Intan. 2011. Studi Deskriptif Mengenai Kepuasan Pasien

Jaminan Kesehatan Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Puskesmas Sidamulih. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas

Referensi

Dokumen terkait

I.slalasi lmrsi RSUI DR M Djdil P3dang nolahkan perercom kebuluha s,tu kali dalm sellnun.. P.rncm.an Lebutxhan ini dijldikan ebasai dasd

Arsitektur sistem embedded merupakan sebuah abstraksi dari perangkat embedded dan merupakan hal yang penting dalam menyelesaikan tantangan yang dihadapi saat. mendesain

Peneliti menilai karena adanya keluhan dari pelanggan tentang kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan di Buring Ban maka berdasarkan latar belakang yang telah

Berdasarkan hasil penelitian ini, penambahan ubi jalar kurang dari 50% direkomendasikan untuk pengembangan es krim probiotik dengan karakteristik organoleptik yang lebih baik..

Pendahuluan: Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan penerapan pendekatan inkuiri pada mata pelajaran IPA dalam mengembangkan pendidikan karakter di kelas V SDN 01

Sejak 2010 sampai saat ini, di Pulau Lombok program ini baru dikembangkan di Kabupaten Lombok Timur dan di Kabupaten Lombok Utara di 20 Desa ‘rawan bencana.’ Beberapa capaian

Dengan dilakukan penelitian ini dapat memberi Gambaran nilai ekonomi kawasan Hutan Gunung Menumbing, dan akan memberi informasi kepada masyarakat bahwasannya

Bila dalam waktu tersebut tidak ada sanggahan dari peserta lelang, maka keputusan ini dinyatakan sah dan tidak dapat diganggu gugat.. Demikian pengumuman ini di sampaikan,