No. Daftar FPIPS: 4581/UN.40.4.5.1/PL/2015
PENGARUH PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PERILAKU VANDALISME DI TAMAN WISATA ALAM SITU PATENGGANG
KABUPATEN BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata
pada Program Studi Manajemen Resort dan Leisure
Oleh
Chombat Free Maverrick Leo Suratno
NIM: 1105976
PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PENGARUH PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PERILAKU VANDALISME DI TAMAN WISATA ALAM SITU PATENGGANG
KABUPATEN BANDUNG
Oleh
Chombat Free Maverrick Leo Suratno
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata
pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Chombat Free Maverrick Leo Suratno 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak
CHOMBAT FREE MAVERRICK LEO SURATNO
PENGARUH PERSEPSI LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU
VANDALISME DI TAMAN WISATA ALAM SITU PATENGGANG
KABUPATEN BANDUNG
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Fitri Rahmafitria, S.P., M.Si NIP. 197410182008122001
Pembimbing II
Sri Marhanah, SS., MM NIP. 198110142006042001
Mengetahui
Ketua Jurusan Program Studi Manajemen Resort Dan Leisure
Chombat Free Maverrick Leo Suratno, 2015
PENGARUH PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PERILAKU VANDALISME DI TAMAN WISATA ALAM SITU ABSTRAK
PENGARUH PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PERILAKU VANDALISME DI TAMAN WISATA ALAM KABUPATEN BANDUNG
Oleh :
Chombat Free Maverrick Leo Suratno NIM : 1105976
Vandalisme merupakan tindakan yang dapat merusak lingkungan. Vandalisme dapat terjadi dimana saja, terlebih tempat wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan. Taman Wisata Alam Situ Patenggang Kabupaten Bandung merupakan satu dari sekian banyak tempat wisata yang diminati di Jawa Barat, tepatnya di Kabupaten Bandung. Di lokasi tersebut ditemukan banyak sekali coretan tangan-tangan jahil, serakan sampah, atau bahkan sisa bekas pembakaran sampah dan daun kering. Dilatarbelakangi hal tersebut, maka perlu diadakan penelitian mengenai persepsi wisatawan terhadap lingkungan, agar diketahui bagaimana cara wisatawan memandang lingkungan. Upaya tersebut dilakukan agar mampu membuat kebijakan atau strategi agar dapat meminimalisir aksi vandalisme oleh wisatawan di Taman Wisata Alam Situ Patenggang.
Dalam penelitian ini menggunaka metode deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Dengan menyelidiki kondisi dan keadaan faktual yang terjadi di Taman Wisata Alam Situ Patenggang lalu kemudian memaparkan hasil temuan dalam bentuk laporan penelitian.
Usia, latar belakang pendidikan ternyata memberi pandangan yang berbeda mengenai lingkungan. Dengan melakukan penelitian ini, didapat bagaimana persepsi wisatawan sebenarnya dan bagaimana pengaruhnya terhadap perilaku vandalisme yang dilakukan di Taman Wisata Alam Situ Patenggang Kabupaten Bandung. Dengan hasil sebesar 37,8% perilaku vandalisme dipengaruhi oleh persepsi wisatawan terhadap lingkungan.
Chombat Free Maverrick Leo Suratno, 2015
PENGARUH PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PERILAKU VANDALISME DI TAMAN WISATA ALAM SITU ABSTRACT
THE EFFECT OF TOURIST PERCEPTION OF CONDUCT VANDALISM BEHAVIOUR IN NATURAL PARK OF SITU PATENGGANG BANDUNG
DISTRICT
By :
Chombat Free Maverrick Leo Suratno NIM : 1105976
Vandalism is an act that can damage the environment. Vandalism can occur anywhere, especially tourist spot visited by tourists. Natural Park of Situ Patenggang Bandung District, is one of the many sights of interest in West Java, precisely in Bandung District. At that location found a lot of graffiti hands of ignorant, jumble trash, or even the rest of the former incinerators and dry leaves. Against the backdrop of this, it is necessary to research on the perception of tourists about the environment, in order to know how they look at the environmental rating. Efforts are made to be able to make policy or strategy in order to minimize vandalism by tourists in Natural Park of Situ Patenggang.
In this study make use descriptive method, with a quantitative approach. By investigating the conditions and factual circumstances that occurred in the Natural Park of Situ Patenggang and then describes the findings in the form of research reports.
Ages, educational background turns giving different views on the environment. By doing this research, how the perception of tourists will come true and how it affects the behavior of vandalism committed in the Natural Park of Situ Patenggang Bandung District. With a yield of 37.8 % vandalism behavior is influenced by the perception of tourists on the environment.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. RUMUSAN MASALAH ... 9
C. BATASAN MASALAH ... 10
D. TUJUAN PENELITIAN ... 10
E. MANFAAT PENELITIAN ... 11
F. SISTEMATIKA PENELITIAN ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
A. WISATA DAN WISATAWAN ... 13
1. Wisata ... 13
2. Wisatawan ... 13
B. WISATA ALAM ... 14
C. KAWASAN LINDUNG ... 15
D. KUALITAS LINGKUNGAN ... 16
E. PERSEPSI ... 17
F. PERILAKU WISATAWAN ... 18
G. PERSEPSI MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN ... 22
I. HIPOTESIS ... 28
J. KERANGKA PENELITIAN ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
A. LOKASI... 31
B. JENIS PENELITIAN ... 31
C. POPULASI DAN SAMPEL ... 33
1. Populasi ... 33
2. Sampel ... 34
D. INSTRUMEN PENELITIAN... 35
E. JENIS DAN SUMBER DATA... 36
F. OPERASIONAL VARIABEL ... 37
G. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 39
1. Uji Validitas ... 39
2. Uji Reliabilitas ... 42
H. TEKNIK ANALISIS DATA ... 43
1. Method of Succesive Interval (MSI) ... 44
2. Teknik Analisis Regresi Linier Sederhana ... 45
3. Uji Koefisienan Determinasi ... 46
4. Uji Hipotesis ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
A. PROFIL UMUM ... 47
1. Letak dan Luas Kawasan ... 49
2. Topografi ... 49
3. Flora Dan Fauna ... 50
4. Iklim ... 51
5. Aksesibilitas ... 51
6. Daya Tarik Wisata TWA Situ Patenggang ... 51
7. Fasilitas Wisata ... 52
B. ANALISIS DESKRIPTIF RESPONDEN ... 53
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 54
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 55
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Daerah ... 55
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 56
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ... 57
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Teman Berkunjung ... 57
8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tujuan Berkunjung ... 58
9. Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Berkunjung ... 59
10. Karakteristik Responden Berdasarkan Aktivitas yang dilakukan ... 60
11. Karakteristik Responden Berdasarkan Daya Tarik di TWA Situ Patenggang ... 61
12. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Berkunjung ... 61
C. ANALISIS VARIABEL PENELITIAN ... 62
1. Variabel Persepsi Individu (Variabel X) ... 63
2. Variabel Perilaku Vandalisme (Variabel Y) ... 77
3. Teknik Analisis Data ... 97
a. Analisis Regresi Linier Sederhana ... 97
b. Uji Normalitas ... 98
c. Uji Korelasi... 99
4. Hasil Uji Hipotesis ... 100
a. Uji Koefisien Determinasi ... 100
5. Pembahasan ... 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 104
A. KESIMPULAN ... 105
B. SARAN ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 107
LAMPIRAN ... 109
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau We hingga Pulau Rote berjajar
pulau-pulau. Indonesia terdiri atas gugusan pulau-pulau yang saling berjajar
menjadi sebuah negara kepulauan yang kaya dengan potensi-potensinya.
Kekayaan alam yang sangat beragam dan melimpah ini menjadikan Indonesia
memiliki daya tarik alami untuk dijelajahi. Kekayaan alam dan juga keberagaman
budayanya merupakan suatu asset berharga yang sangat bernilai. Dan akan sangat
memberikan dampak positif bagi negara dan masyarakatnya apabila mampu
dimanfaatkan dengan optimal.
Memanfaatkan tidak berarti mengeksploitasi dan hanya mengambil atau
mengurasnya sampai habis dan rusak, melainkan dengan mengelola,
memanfaatkan, melestarikan dan mengembangkan setiap potensi yang ada
menjadi suatu daya tarik wisata yang berkesinambungan. Salah satu cara untuk
memanfaatkan kekayaan alam dan budaya itu adalah dengan menjadikannya
sebuah destinasi pariwisata yang berkesinambungan atau berkelanjutan.
Berkesinambungan atau berkelanjutan sendiri dapat diartikan menjadi
memanfaatkan tapi juga melestarikan agar manfaatnya dapat dinikmati oleh
generasi berikutnya.
Destinasi pariwisata itu sendiri menurut UU RI No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan adalah kawasan geografis yang berbeda dalam suatu atau lebih
wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Di wilayah Indonesia sendiri dengan
bentang alam dan budaya yang elok dan beragam, destinasi wisatanya dapat
berupa potensi alam yang dikombinasikan dengan budaya lokal, atau wisata alam
saja yang dititik beratkan menjadi Taman Wisata Alam. Hal tersebut karena di
Indonesia merupakan Negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman yang
tinggi dan unik di setiap wilayahnya. Menurut PP No. 36 tahun 2010 tentang
sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati gejala/keunikan dan keindahan alam di kawasan
Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata
Alam.
Pembangunan di sektor pariwisata tersebut diharapkan dapat mendongkrak
taraf hidup masyarakat sekitar, karena pariwisata merupakan salah satu faktor
pendongkrak dan pembangunan di bidang ekonomi. Usaha mengembangkan
kepariwisataan semakin meyakinkan dengan adanya UU No. 10 Tahun 2009 yang
menyebutkan bahwa keberadaan obyek wisata pada suatu daerah akan sangat
menguntungkan, antara lain meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD),
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperluas kesempatan kerja
mengingat semakin banyaknya pengangguran saat ini, meningkatkan rasa cinta
lingkungan serta melestarikan alam dan budaya setempat.
Bandung dapat dikatakan sebagai daerah tujuan wisata utama di Jawa
Barat. Jika di Kota Bandung wisatawan dapat menemukan fashion, Mall, kuliner
dan tempat hiburan buatan, lain halnya jika di Kabupaten Bandung. Di Kabupaten
Bandung lebih banyak memiliki obyek wisata alam yang masih kental dengan
budaya daerah dan keaslian serta keasrian alamnya. Namun dari sekian banyak
destinasi dan potensi wisata yang dimilikinya, salah satu destinasi unggulan yang
cukup banyak diminati di Kabupaten Bandung yaitu Taman Wisata Alam Situ
Patenggang. Situ yang berarti danau dengan suasana alam yang asri, alami, dan
sejuk jauh dari hingar bingar perkotaan yang kental dengan polusinya, tak heran
jika Taman Wisata Alam Situ Patenggang di jadikan salah satu destinasi wisata
alam favorit di Kabupaten Bandung.
Dari data Tabel berikut ini, kita dapat mengetahui berapa angka kunjungan
Tabel 1.1. Kunjungan Wisatawan Ke Kabupaten Bandung
Sumber: DISPOPAR Kabupaten Bandung,2015
Biasanya aktivitas wisatawan di destinasi wisata alam ini terkonsentrasi
pada satu titik, sehingga kawasan menjadi sangat ramai oleh pengunjung,
terutama pada hari libur. Banyaknya jumlah wisatawan yang terkonsentrasi pada
satu titik ini tidak menjanjikan suatu timbal balik positif antara keduanya, yaitu
antara kelestarian lingkungan dengan kepuasan wisatawan. Meski hal itu dapat
diminimalisir dengan mengoptimalkan potensi daya tarik wisata lain yang ada di
sekitar, sehingga wisatawan dapat memilih destinasi lainnya. Namun kita tetap
harus memperhatikan sejauh mana tingkat penurunan kualitas lingkungan setelah
digunakan untuk berwisata.
Taman Wisata Alam Situ Patenggang menjadi salah satu destinasi wisata
favorit individu, keluarga atau kelompok wisatawan. Taman Wisata Alam Situ
Patenggang dikelola oleh Manajemen Terpadu. Situ Patenggang juga ditetapkan
sebagai Cagar Alam berdasarkan Gb tanggal 11 juli 1919 No.83 Stbl. 392 seluas
21,18 Ha. Dan dengan SK Menteri Pertanian No. 660/Kpts/Um/8/1981 tanggal 11
Agustus 1981 sebagai Cagar Alam seluas 65 Ha menjadi Taman Wisata Alam
Situ Patenggang, sehingga luas Cagar Alam menjadi 86,18 Ha.
Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kelestarian alam dan juga
keberlangsungan segala jenis kehidupan di sekitarnya. Upaya pelestarian tersebut
mengacu kepada dua undang-undang (UU) induk, yakni UU no 5 tahun 1990
tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; serta UU no 41
tahun 1999 tentang Kehutanan (UU no 5 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kehutanan). Dimana UU no 5/1990 bertitik berat pada pelestarian
keanekaragaman hayati sedangkan UU no 41 Tahun 1999 salah satunya mengatur
konservasi alam di kawasan hutan Negara.
UU no 41 Tahun 1999 membedakan jenis hutan atau kawasan yang
dilindungi menjadi dua kategori, yaitu :
No. Uraian 2012 2013
1. Jumlah Obyek Wisata 49 49
1. Hutan lindung, yakni kawasan hutan negara yang mempunyai
fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah instrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
2. Hutan konservasi, yakni kawasan hutan negara dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
Dan dalam perkembangannya, UU no 4/1999 ini merinci kawasan hutan
lindung ke dalam :
1. Kawasan hutan suaka alam, ialah kawasan hutan negara dengan ciri
khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem
penyangga kehidupan.
2. Kawasan hutan pelestarian alam,ialah kawasan hutan negara
dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan
secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
3. Taman buru,yakni kawasan hutan negara yang ditetapkan sebagai
tempat wisata berburu.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi menyebutkan bahwa kawasan
lindung terdiri atas :
1. Kawasan hutan lindung.
2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya, antara lain adalah kawasan bergambut dan
3. Kawasan perlindungan setempat, antara lain adalah sempadan
pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk,
kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung spiritual dan
kearifan lokal.
4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya antara lain
adalahkawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan
perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut,
cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau,
taman nasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman
wisata alam dan taman wisata alam laut, serta kawasan cagar
budaya dan ilmu pengetahuan.
5. Kawasan rawan bencana alam, antara lain adalah kawasan rawan
tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan
rawan banjir.
6. Kawasan lindung geologi, antara lain adalah kawasan cagar alam
geologi, kawasan rawan bencana alam geologi, dan kawasan
yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
7. Kawasan lindung lainnya, antara lain adalah cagar biosfer, ramsar,
taman buru, kawasan perlindungan plasma-nutfah, kawasan
pengungsian satwa, terumbu karang, dan kawasan koridor bagi
jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.
Upaya diciptakannya berbagai peraturan tentang kawasan lindung adalah
untuk menjaga kelestarian lingkungan sebagaimana telah di tetapkan pada
Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 pasal 2, bahwa tujuan atau sasaran
pengelolaan kawasan lindung adalah:
1. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan
dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa.
2. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa,
Sementara itu, lokasi tempat wisata alam di Kabupaten Bandung sendiri
hampir seluruhnya berada pada kawasan lindung, seperti yang dapat dilihat pada
tabel di berikut ini :
Tabel 1.2. Daftar Lokasi Wisata Alam Di Kabupaten Bandung
No. Potensi Wisata Atraksi Wisata Lokasi
1. Air Terjun
Kawah Putih Pemandangan Alam Ciwidey
Kabupaten Bandung
Ranca Upas Perkemahan, out bond, penangkaran Rusa
Ciwidey Kabupaten Bandung 5.
Walini Kolam pemandian air panas
Ciwidey Kabupaten Bandung 6.
Kawah Cibuni Pemandangan Alam Ciwidey
Kabupaten Bandung 7.
Situ Patenggang Taman Wisata dan danau alam
Ciwidey Kabupaten Bandung 8. Arum jeram
Sungai Cisangkui Water sport
Desa Lamjang. Kecamatan
Situ Cileunca Taman Wisata dan Danau Alam
Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Sumber : Website Pemerintah Kabupaten Bandung, 2015
Dengan beragamnya pilihan destinasi wisata, maka jenis kegiatan yang
dilakukan oleh wisatawan pun sangat beragam, dan secara otomatis memiliki
dampak terhadap kualitas lingkungan, baik dampak positif maupun negatif.
Karena tidak jarang ada pengunjung atau wisatawan yang tidak menghiraukan
kelestarian lingkungan tempat wisata tersebut. Secara umum, jenis kegiatan yang
biasa dilakukan wisatawan saat mengunjungi kawasan wisata alam adalah berfoto
untuk mengabadikan momen, menikmati atraksi wisata yang disajikan, menikmati
pemandangan alam atau hanya sekedar bersantai menikmati suasana alam yang
asri. Jenis kegiatan tersebut sekilas mungkin tidak akan merusak atau mengurangi
kualitas lingkungannya, namun seringkali wisatawan melakukan tindakan yang
Seperti merusak tanaman, membuang sampah tidak pada tempatnya,
mencorat-coret batu atau tanaman, mengukir batu atau tanaman, dan bahkan tidak sedikit
juga yang melanggar aturan yang telah diterapkan oleh pengelola.
Sebagai contoh, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Eka Ihsan Gerentaka, dkk (2009) dalam makalah yang berjudul “Dampak
Kegiatan Wisatawan Terhadap Kerusakan Lingkungan Di Kawah Putih” yang
diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Seminar Lingkungan Hidup di
Program Studi Manajemen Resort dan Leisure, menemukan bahwa dari kuesioner
yang telah disebarkan kepada pengelola Wana Wisata Kawah Putih mendapati
bahwa vandalisme yang dilakukan wisatawan antara lain adalah membuang
sampah sembarangan, mengambil spesimen, menginjak tanaman, mencoret-coret,
memetik/mematahkan tanaman. Dan berdasarkan hasil penelitian mereka,
kegiatan vandalisme yang paling sering dilakukan wisatawan adalah berupa
membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya. Untuk lebih jelasnya,
dapat dilihat dari tabel di berikut ini :
Tabel 1.3. Vandalisme Wisatawan Di Wana Wisata Kawah Putih
No. Kegiatan Vandalisme Prosentase
1. Membuang sampah Sembarangan 23,24%
2. Mengambil Spesimen 21,44%
3. Menginjak Tanaman 20,72%
4. Mencoret-coret 18,72%
5. Memetik/mematahkan tanaman 17,96% Sumber : Hasil Penelitian Mahasiswa MRL (2009)
Kemudian ada pula hasil penelitian dari mahasiswa Universitas Indonesia
dengan judul “Kemunculan Vandalisme dan Seni Garaffiti di Ruang Bawah Jalan
Layang” oleh Natanael Simanjuntak (2012). Penelitian ini berupa studi kasus yang
meneliti kemunculan vandalisme di 2 tempat, yaitu di jalan layang bawah UI dan
jalan layang bawah Pancoran. Mengungkapkan beberapa hal yang menyebabkan
kemunculan perilaku vandalisme. Dari penelitian tersebut mendapatkan hasil
lain, kurangnya pengawasan dari masyarakat atau penduduk setempat atau
petugas keamanan sehingga memunculkan peluang untuk melakukan vandalisme.
Atau dapat dikatakan bahwa tempat atau lokasi tersebut berada pada kategori
affordance dan indefensible.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku
vandalisme wisatawan dapat memberikan dampak negatif pada kelestarian
lingkungan tempat wisata. Karena akan meninggalkan limbah yang mencemari
lingkungan.
(a) (b)
Sumber : google.com
Gambar 1.1. Vandalisme bisa terjadi dimana saja, seperti di Tembok Besar Cina (a) dan di Pos Pendaki Gunung Kelud (b)
Sebagai contoh bahwa vandalisme dapat terjadi dimana saja, pada gambar
1.1. (a), merupakan vandalisme yang terjadi di Tembok Besar Cina, dan gambar
1.1. (b) adalah yang terjadi di Gunung Kelud. Contoh gambar tersebut
menunjukkan bahwa vandalisme tidak hanya terjadi di Indonesia saja, bahkan
sampai ke mancanegara telah terjadi vandalisme.
Mengingat padatnya wisatawan yang datang bukan hanya berasal dari
Kabupaten Bandung saja, tapi dari berbagai daerah dan berbagai usia. Dan jika
diamati secara seksama, sudah banyak sekali temuan-temuan berupa vandalisme
di sekitar Taman Wisata Alam (TWA) Situ Patenggang. Jika dibiarkan terus
menerus maka bukan tidak mungkin keasrian alam di TWA Situ Patenggang akan
Sumber : Dokumentasi Pribadi Penulis, 2015
Gambar 1.2. vandalisme di TWA Situ Patenggang
Gambar tersebut menjelaskan tentang seberapa jauh vandalisme yang
terjadi di TWA Situ Patenggang Kabupaten Bandung. Terlihat jelas pada situs
batu yang di coret-coret dan bahkan pada shelter untuk beristirahat pun terlihat di
coret-coret serta terdapat sampah yang tidak dibuang dimana mestinya. Salah satu
penyebab terjadinya hal tersebut adalah dari bagaimana persepsi wisatawan
terhadap lingkungan wisata, atau dengan kata lain, bagaimana cara pandang
wisatawan terhadap Taman Wisata Alam Situ Patenggang sehingga dapat
menciptakan tindakan atau perilaku vandalisme di lingkungan Taman Wisata
Alam Situ Patenggang. Dan untuk lebih mengetahui sejauh mana pengaruh
persepsi wisatawantersebut terhadap perilaku vandalisme di TWA Situ
Patenggang Kabupaten Bandung, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai hal itu. Sehingga penulis menuangkan ide dan pemikirannya ke dalam
judul “Pengaruh Persepsi Wisatawan Terhadap Perilaku Vandalisme di Taman Wisata Alam Situ Patenggang Kabupaten Bandung.”
B. RUMUSAN MASALAH
Sebagaimana dijelaskan pada latar belakang di atas, maka dapat ditarik
beberapa rumusan masalah, antara lain :
1. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap lingkungan di Situ
Patenggang Kabupaten Bandung ?
2. Bagaimana perilaku vandalisme wisatawan saat berwisata ke Situ
3. Bagaimana pengaruh persepsi wisatawan terhadap perilaku
Vandalisme di Taman Wisata Alam Situ Patenggang Kabupaten
Bandung?
C. BATASAN MASALAH
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada ruang
lingkup persepsi individu terhadap lingkungan. Persepsi individu dalam hal ini
adalahpersepsi wisatawan terhadap lingkungan sebagai variabel X dan prilaku
vandalisme wisatawan sebagai variabel Y. Dimensi persepsi individu ditentukan
berdasarkan persepsi individu atau manusia (Hamzah, 2013, hlm.20) yang
membagi persepsi individu menjadi tiga, yaitu Antroposentris, Ekosentris dan
Biosentris.
Dan dimensi prilaku vandalisme dibagi menjadi 6 kategori (Cohen, 1973)
yang kemudian membagi perilaku vandalisme menjadi beberapa kategori,
yaituAcquistive Vandalism, Tactical Vandalism, Ideological Vandalism, dan
Vindictive Vandalism.Vandalisme yang diangkat dalam penelitian ini hanya
vandalisme yang dapat dilihat mata dan yang dilakukan oleh wisatawan saja.
D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap lingkungan di
Taman Wisata Alam Situ Patenggang Kabupaten Bandung.
2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku vandalisme wisatawan saat
berwisata ke Taman Wisata Alam Situ Patenggang Kabupaten
Bandung.
3. Untuk mengetahui pengaruh persepsi wisatawan terhadap perilaku
Vandalisme di Taman Wisata Alam Situ Patenggang Kabupaten
E. MANFAAT PENELITIAN
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
diantaranya sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis, dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
referensi dan refleksi dalam menjaga dan memelihara kelestarian
lingkungan di Taman Wisata Alam Situ Patenggang Kabupaten
Bandung sebagai daerah wisata.
2. Manfaat praktis, untuk menambah pengetahuan, wawasan dan
pengalaman dengan membandingkan antara teori yang diperoleh
selama perkuliahan dengan praktek yang dilaksanakan.
F. SISTEMATIKA PENELITIAN
Sistematika penulisan adalah merupakan urutan atau susunan penulisan
yang bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam membaca sebuah karya tulis
ilmiah, dalam hal ini skripsi. Adapun sistematika penulisan dari skripsi ini adalah
sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini, berisikan latar belakang penelitian, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penelitian
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menjelaskan pendapat berbagai ahli dan peraturan-peraturan
mengenai teori teori yang berkaitan dengan perilaku wisatawan dan
kawasan lindung sebagai landasan teori yang digunakan untuk
melaksanakan penelitian dan menjadi batasan masalah dalam pembahasan
masalah penelitian. Dan terdapat juga kerangka penelitian.
BAB III. METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisikan lokasi, desain penelitian, populasi & sampel, jenis
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang hasil atau temuan penelitian yang selama berada
di lapangan yang kemudian di jelaskan sesuai dengan temuan yang di
dapatkan secara deskriptif.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. LOKASI
Penelitian ini mengambil di Taman Wisata Alam Situ Patenggang yang
berlokasi di kaki gunung Patuha, Kabupaten Bandung. Terletak di Desa Patengan,
Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung.
Sumber :www.bandungkab.go.id/arsip/2287/peta-wisata
Gambar 3.1. Peta Wisata Kabupaten Bandung
B. JENIS PENELITIAN
Saat melakukan penelitian ilmiah, maka perlu ditetapkannya sebuah
metode penelitian, karena dari suatu metode penelitian akan memberikan arah dan
cara kerja dalam menyelesaikan dan memecahkan masalah penelitian, sehingga
tujuan penelitian akan tercapai. Penentuan metode penelitian harus tepat, karena
akan menentukan cara kerja kita dalam mencapai tujuan penelitian. Surahkmad
(1998) mengemukakan bahwa metode penelitian merupaka cara utama yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian
hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat tertentu. Cara utama itu
dipergunakan setelah peneliti memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan
peneliti serta situasi penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2010, hlm. 3) istilah
“deskriptif” berasal dari istilah bahasa Inggris to describe yang berarti memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi,
peristiwa, kegiatan, dan lain-lain. Dengan demikian yang dimaksud dengan
penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki
keadaan, kondisi, atau hal lain-lain yang sudah disebutkan , yang hasilnya
dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian deskriptif merupakan
penelitian paling sederhana, dibandingkan dengan penelitian-penelitian yang lain,
karena dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek atau
wilayah yang di teliti. Istilah dalam penelitian, peneliti tidak mengubah,
menambah, atau mengadakan manipulasi terhadap objek atau wilayah penelitian.
Dalam kegiatan penelitian ini peneliti hanya memotret apa yang terjadi pada diri
objek atau wilayah yang di teliti, kemudian memaparkan apa yang terjadi dalam
bentuk laporan penelitian secara lugas, seperti apa adanya.
Whitney (1960) berpendapat bahwa metode deskriptif adalah pencarian
fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari
masalah-masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,
sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan
pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan
fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya
peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena
dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu, sehingga banyak ahli
menamakan metode ini dengan nama survey normatif (normative survey). Dengan
hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain.
Karenanyametodeinijugadinamakanstudikasus (case study).
Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma ataus
tandar-standar sehingga penelitian ini disebut juga surveynormatif. Dalam metode ini
juga dapat diteliti masalah normativ bersama-sama dengan masalah status dan
sekaligus membuat perbandingan- perbandingan antar fenomena. Studi demikian
dinamakan secara umum sebagai studi atau penelitian deskritif. Perspektif waktu
yang dijangkau, adalah waktu sekarang atau sekurang-kurangnya jangka waktu
yang masih terjangkau dalam ingatan responden.
Hasan (2002, hlm. 98) analisis kuantitatif adalah analisis yang
mempergunakan alat analisis bersifat kuantitatif. Alat analisis yang bersifat
kuantitatif adalah alat analisis yang menggunakan model-model, seperti model
matematika (misalnya fungsi multivariate), model statistik dan ekonometrik. Hasil
analisis disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan
diinterpresentasikan dalam suatu uraian.
C. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi
Dijelaskan menurut Sugiyono (2012, hlm. 49) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu.
Populasi dalam penelitian ini akan diambil dari wisatawan yang
berkunjung ke TWA Situ Patenggang sejak bulan Januari 2015 hingga bulan Juni
Tabel 3.1. Data Kunjungan Wisata ke TWA Situ PatenggangPeriode Januari – Juni 2015
No.
Tiket Masuk Bulan
Wisatawan Lokal dan Mancanegara
Kendaraan Bermotor Roda Dua dan Empat
1. Januari 29.570 7.640
2. Februari 15.496 4.171
3. Maret 12.017 3.273
4. April 13.476 3.214
5. Mei 29.500 5.270
6. Juni 36.089 8.822
Total 137.482 100.504
Sumber : Agrowisata N8 Rancabali, 2015
2. Sampel
Sampel dapat diartikan sebagian atau wakil populasi yang di teliti
(Arikunto, 2010, hlm. 174). Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil
melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan
lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi (Hasan, 2002, hlm. 58).
Sedangkan menurut Ali (1985) (dalam Taniredja dan Mustafidah, 2012, hlm. 34),
menyebutkan bahwa sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari
keseluruhan obyek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh polulasi
dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu.
Dengan jumlah pengunjung seperti yang dijelaskan pada tabel 3.1, maka
karena keterbatasan tenaga dan waktu, penentuan sampel dalam penelitian ini
menggunakan rumus Solvin, yaitu sebagai berikut:
- n =ukuran sampel,
- N =ukuran populasi,
- e =persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolelir/diinginkan, misalnya 10 %.
Berdasarkan tabel 3.1. diketahui jumlah kunjungan wisatawan TWA Situ
Patenggang pada enam bulan terakhir adalah sebanyak 137.482 orang. Maka
penentuan jumlah sampel menjadi :
n = N 1+N x e2
= 137.482 1+137.482 x 0.12
= 137.482 1+1.374,82
= 99,93
Dari rumus diatas didapatkan hasil sampel sebesar 99,93 yang kemudian
dibulatkan menjadi 100 orang sampel. Setelah mendapatkan jumlah sampel yang
mewakili dari populasi yang ada, maka teknik pengambilan sampel yang
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Random Sample atau Sampel Acak.
Menurut Arikunto (2010, hlm. 177) teknik sampling ini diberi nama
demikian karena di dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek -subjek di dalam populasi sehingga semua -subjek dianggap sama. Dengan
demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk
memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak setiap
subjek sama, maka peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu
atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel.
D. INSTRUMEN PENELITIAN
Pada prinsipnya meneliti merupakan suatu alat pengukuran, maka harus
menggunakan alat ukur yang baik. “Instrumen penelitian adalat suatu alat yang digunakan mengukur suatu fenomena alam atau sosial yang diamati ” (Sugiyono,
observasi lapangan. Guna mengkumpulkan dokumentasi kondisi terkini, maka
digunakan juga telepon genggam merk Samsung Galaxy SII dalam mengambil
foto.
Sedangkan pada kuesioner kali ini, menggunakan skala likert 5 mata.
Skala likert digunakan sebagai pengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau kelompok terhadap fenomena sosial yang terjadi. Dalam sekala likert setiap
jawaban atau pilihan dihubungkan dengan pernyataan positif dan negatif. Dengan
menggunakan skala nilai 1 sampai dengan 5.
E. JENIS DAN SUMBER DATA
Berdasarkan sumber pengambilannya, data dibedakan atas dua, yaitu
sebagai berikut:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari
lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan
yang memerlukannya (Hasan, 2002, hlm. 82). Untuk mendapatkan data
primer tersebut, penulis menggunakan metode wawancara langsung
kepada pengelola Candi Cangkuang dan membagi kuesioner kepada
wisatawan untuk memperoleh data mengenai persepsi wisatawan
terhadap lingkungan.
2. Data sekunder
Menurut Wardiyanta (2006, hlm. 28), data sekunder adalah data yang
diperoleh secara tidak langsung dari responden, tetapi dari pihak ketiga.
Data ini, biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan
peneliti terdahulu. Penggunaan data sekunder akan sangat
menguntungkan peneliti karena dapat menghemat waktu, biaya, dan
tenaga.
Di bawah ini akan diuraikan data-data yang diperlukan, jenis, metode, dan
instansi yang menyediakan data-data tersebut. Data-data ini akan digunakan
sebagai input analisis studi. Kebutuhan data dalam studi ini dapat dilihat pada
Tabel 3.2. Jenis Dan Sumber Data
No. Jenis Data Sumber Teknik memperoleh data
1. Data Primer :
Sumber : Diolah oleh Penulis, 2015
F. OPERASIONAL VARIABEL
Penelitian ini meneliti dua variabel yaitu persepsi individu terhadap
lingkungan sebagai variabel X (variabel bebas/Independen) dan perilaku
vandalisme wisatawan sebagai variabel Y (variabel terikat/Dependen).
Tabel 3.3. Operasional Variabel
Variabel Sub variable Indikator Skala
Persepsi Individu
Terhadap
Ekosentris - Menganggap pemanfaatan
lingkungan harus seimbang
Lingkungan (X)
Hamzah (2013, hlm. 20 )
dengan pelestariannya.
- Melakukan aktivitas wisata namun dengan tetap menjaga keutuhan lingkungan.
- Melakukan aktivitas wisata namun dengan tetap menjaga kebersihan lingkungan
Biosentrisme - Melakukan aktivitas wisata
dengan tidak melibatkan
komponen makhluk hidup (hewan dan tumbuhan).
- Menganggap kualitas lingkungan tidak akan mengalami kenaikan jika sudah terdapat campur tangan manusia didalamnya.
- Mengikuti kehendak lingkungan dengan tanpa campur tangan manusia.
Ordinal
Antroposentris - Keinginan untuk membangun atau menambah fasilitas wisata di kawasan wisata (seperti pusat cinderamata, rumah makan, dan lain-lain).
- Keinginan penggunaan alat transportasi air praktis yang menggunakan bahan bakar.
- Menyerahkan sepenuhnya
tanggung jawab kebersihan lingkungan kepada pengelola.
Vandalism - Mencoret-coret fasilitas
Ideological
Vandalism
- Menempel stiker organisasi tertentu di sekitar kawasan wisata - Memasang iklan di sekitar
kawasan wisata
Ordinal
Vindictive
Vandalism
- Merusak situs/benda peninggalan bersejarah
Ordinal
Play Vandalism - Membuang sampah tidak pada
tempatnya
- Merusak fasilitas Ordinal
Sumber : Diolah Oleh Penulis, 2015
G. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS 1. Uji Validitas
Uji validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang
diukur, sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Suharsimi
Arikunto (2006) memberikan devinisi validitas sebagai suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur validitas
instrument penelitian adalah sebagai berikut :
Menyebarkan instrument yang akan diukur validitasnya kepada responden.
a. Mengumpulkan data hasil uji instrumen.
b. Membuat tabel pembantu untuk mendapatkan skor-skor pada item
yang diperoleh.
c. Memberikan atau menampakan skor (scoring) terhadap item-item yang
d. Menghitung nilai koefisien korelasi product moment utnuk setiap item
angket dari skor-skor yang diperoleh. Formula koefisien korelasi
product moment dari Karl Pearson, yaitu : (Arikunto : 1997)
Keterangan :
rxy : Koefisien Korelasi Uji Validitas
X : Skor yang diperoleh dari seluruh item
Y : Skor total
∑X : Jumlah Skor Dalam Distribusi X
∑Y : Jumlah Skor Dalam Distribusi Y
∑X2
:Jumlah KuadratDalam Skor Distribusi X
∑Y2
: Jumlah KuadratDalam Skor Distribusi Y
N : Banyaknya Responden
Pada penelitian ini yang akan di uji adalah validitas dari Variabel X dan
validitas dari variabel Y. Proses pengujian validitas dalam penelitian ini
menggunakan bantuan program SPSS 20. for windows. dengan menggunakan
100 responden maka jumlah N dalam rumus ini adalah N-2, maka pada ttabel
akan diambil pada urutan ke 98. Dan berikut ini merupakan hasil pengolahan
uji validitas, antara lain :
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas
No. Pernyataan rhitung rtabel Ket.
1.
Pembangunan fasilitas di Situ Patenggang bisa dilakukan hingga tepi danau.
0,234983 0,1966 Valid
2.
Area parkir dapat diperluas hingga tepi danau untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan.
0,259686 0,1966 Valid
3. Fasilitas penunjang seperti restoran, toko oleh-oleh, dan lain-lain, harus dibangun senyaman mungkin bagi wisatawanmeski mengabaikan kepentingan lingkungan.
0,324816 0,1966 Valid
r
r
xy = N∑XY –(∑X)(∑Y)4. Alam dan lingkungan di Situ Patenggang bisa dimodifikasi atau dibentuk sesuai kebutuhan wisatawan..
0,341379 0,1966 Valid
5. Atraksi wisata air atau water sport seperti flying fish, banana boat, selancar air dapat dikembangkan di Situ Patenggang..
0,286374 0,1966 Valid
6.
Wisatawan berhak melakukan aktivitas apapun tanpa mempertimbangkan kelestarian alam.
0,305677 0,1966 Valid
7.
Kebersihan sudah seharusnya menjadi tanggung jawab pengelola.
9. Menjadikan bagian hewanatau tumbuhan dari tempat wisata sebagai suvenir, untuk dijadikan ciri atau pengingat suatu momen.
0,679825 0,1966 Valid
10. Menjadikan bagian situs/benda peninggalan bersejarah atau benda – benda yang menarik dari Situ Patenggang sebagai suvenir untuk dijadikan ciri atau pengingat suatu momen.
0,681044 0,1966 Valid
11.
Melakukan promosi dengan menempel slogan atau iklan pada objek di Situ Patenggang.
0,626648 0,1966 Valid
12. Mengabadikan momen dengan menulis atau menggambar pada vegetasi di sekitar Situ Patenggang .
0,789266 0,1966 Valid
13. Mengabadikan momen dengan menulis atau menggambar pada fasilitas yang ada di Situ Patenggang.
0,610751 0,1966 Valid
14.
Menempel stiker organisasi tertentu di sekitar Situ Patenggang.
0,764031 0,1966 Valid
15.
Memasang iklan di sekitar Situ Patenggang. 0,739143 0,1966 Valid
16.
Merusak situs/benda peninggalan bersejarah. 0,766047 0,1966 Valid
17.
Merusak Fasilitas yang ada di Situ Patenggang. 0,641272 0,1966 Valid
18.
Menunjukkan kreativitas dengan membuat gambar pada objek-objek yang ada di Situ Patenggang.
19. Melakukan aktivitas yang meluapkan ekspresi dan emosi diri dengan menendang atau memukul tumbbuhan.
0,581846 0,1966 Valid
20.
Membakar sampah atau daun kering disekitar tempat berwisata.
0,733245 0,1966 Valid
21
Berekspresi melalui musik dengan memukul tong sampah, dinding gazebo, pohon atau batu.
0,741477 0,1966 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2015
2. Uji Realibilitas
Intrumen penelitian disamping harus valid, namun juga harus dapat
dipercaya. Malhotra (2005) mengemukakan bahwa realibilitas adalah sejauh mana
skala mampu menciptakan hasil yang kosisten jika pengukuran berulang
dilakukan terhadap karakteristik tertentu.
Jika instrumen dinyatakan tidak valid, selanjutnya realibilitas instrumen
tersebut diuji. Realibilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu instrumen penelitian
yang reliabel apabila diujikan pada kelompok yang sama walaupun dalam waktu
yang berbeda, hasilnya akan tetap sama.
Untuk uji Realibilitas instrument, digunakan rumus alpha, yaitu :
[ ] [ ∑ ]
Keterangan :
rII : Realibilitas Instrumen
K : Banyaknya Soal
∑α1
t : Jumlah Variansi Butir Soal
α2
t : Variansi Total
Sedangkan rumus untuk mencari Variansi totalnya adalah :
∑ ∑
a2t : Variansi Total
∑ : Jumlah Skor
N : Jumlah Reponden
Dalam perhitungan reliabilitas kali ini mendapatkan hasil bahawa
instrumen penelitian ini reliabel, penulis menggunakan SPSS 20.0 for windows
untuk menghitungnya, dan hasilnya sebagai berikut :
Tabel 3.5. Output Reliability SPSS 20
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.877 21
Sumber : Pengolahan Data Oleh Penulis, 2015
H. TEKNIK ANALISIS DATA
Dalam penelitian ini penulis menganalisis mengenai pengaruh persepsi
individu tentang lingkungan terhadap perilaku vandalisme wisatawan di TWA
Situ Patenggang Kabupaten Bandung. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh
gambaran mengenai keterkaitan antara pengaruh persepsi individu tentang
lingkungan terhadap perilaku vandalisme wisatawan di TWA Situ Patenggang
Kabupaten Bandung. Adapun jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah
deskriptif berdasarkan variabel yang ditelitinya dengan pendekatan kuantitatif.
Hasan (2002, hlm. 22) menyebutkan, metode deskriptif pada hakekatnya
adalah mencari teori, bukan menguji teori. Metode ini menitikberatkan pada
observasi dan suasana alamiah. Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya
membuat kategori pelaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku
observasi. Dengan suasana alamiah berarti bahwa peneliti terjun ke lapangan. Ia
tidak berusaha memanipulasi variabel. Karena kehadirannya, mungkin
Pada penelitian dengan metode deskriptif ini, disyaratkan sebagai berikut: 1)
Peneliti harus memiliki sifat represif. Ia harus selalu mencari, bukan menguji. 2)
peneliti harus memiliki kekuatan integratif, kekuatan untuk memadukan berbagai
macam informasi yang diterimanya menjadi satu kesatuan penafsiran. Bentuk lain
dari metode deskriptif adalah metode survei dan metode observasi.
Bentuk analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif, menurut
Hasan (2002, hlm. 98) analisis kuantitatif adalah analisis yang mempergunakan
alat analisisbersifat kuantitatif. Alat analisis yang bersifat kuantitatif adalah alat
analisis yang menggunakan model-model, seperti model matematika (misalnya
fungsi multivariate), model statistik dan ekonometrik. Hasil analisis disajikan
dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpresentasikan
dalam suatu uraian.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Method of Succesive Interval (MSI)
Penelitian ini menggunakan teknik analisis linier sederhana. Data yang
diperoleh dari jawaban responden merupakan data mentah yang masih berbentuk
data ordinal. Agar data tersebut dapat diolah dengan menggunakan metode regresi
linier sederhana, maka semua data ordinal yang terkumpul terlebih dahulu di
transformasikan menjadi skala interval, dengan menggunakan method of succesive
interval (MSI).
Dalam Yussita (2013) disebutkan tahap-tahap pehitungan method of
succesive interval adalah sebagai berikut:
a. Menghitung frekuensi (f) setiap pilihan jawaban berdasarkan hasil
dari jawaban responden pada setiap pertanyaan.
b. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pertanyaan,
dilakukan perhitungan proporsi (p) setiap pilihan jawaban dengan
cara membagi frekuensi (f) dengan jumlah responden.
c. Berdasarkan proporsi tersebut untuk setiap pertanyaan dilakukan
perhitungan proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban.
d. Menentukan nilai batas Z (tabel normal) untuk setiap pertanyaan dan
e. Menentukan nilai interval rata-rata untuk setiap pilihan jawaban
melalui pilihan jawaban sebagai berikut:
Untuk mengubah data ordinal menjadi interval dalam penelitian ini
menggunakan bantuan aplikasi MicrosoftExcel. Langkah-langkah untuk
mentransformasikan data ordinal menjadi data interval dalam Microsoft Excel
adalah sebagai berikut:
a. Input data skor jawaban yang diperoleh pada lembar kerja (worksheet)
Excel.
b. Klik “Analize” pada menu bar.
c. Klik “Succesive Interval” pada menu Analize, hingga muncul kotak
dialog “Method of Succesive Interval”.
d. Klik “DropDown” untuk mengisi Data Range pada kotak dialog
input, selanjutnya blok skor yang akan diubah skalanya.
e. Kemudian pada kotak dialog tersebut checklist (√) Input Label in
Fairst now.
f. Selanjutnya pada “Option Min Value” isikan/pilihan 1 dan Max Value
ganti dengan skor tertinggi dalam angket kuesioner.
g. Selanjutnya pada output, tentukan Cell Output, hasilnya akan
ditempatkan di sel selanjutnya, lalu klik “Ok”.
Dari data yang berskala interval selanjutnya akan ditentukan pasangan data
variabel dengan independent variable dengan dependent variable serta ditentukan
persamaan yang berlaku untuk pasangan-pasangan tersebut.
2. Teknik Analisis Regresi Linier Sederhana
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
Regresi Linier Sederhana. Menurut Noor (2011, hlm. 179), analisis regresi
merupakan salah satu analisis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu
variabel terhadap variabel lain. Dalam analisis regresi, variabel yang
mempengaruhi disebut independent variable (variabel bebas) dan variabel yang
dipengaruhi disebut dependent variable (variabel terikat). Jika dalam persamaan
Scale Value = (dencity at lower limit – dencity atuppue)
regresi hanya terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat, maka disebut
sebagai persamaan regresi sederhana, sedangkan jika variabel bebasnya lebih dari
satu, maka disebut sebagai persamaan regresi berganda.
Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh dari
variabel bebas terhadap variabel terikat atau dengan kata lain untuk mengetahui
seberapa jauh perubahan variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat.
Dalam analisis regresi linier sederhana, pengaruh satu variabel bebas terhadap
variabel terikat dapat dibuat persamaan sebagai berikut:
Keterangan: Y = variabel terikat,
X = Variabel bebas,
a = Konstanta,
b = Koefisien regresi.
Nilai a dan b harus ditentukan terlebih dahulu ntuk melihat bentuk korelasi
antar variabel dengan persamaan regresi tersebut. Penentuan nilai a dan b tersebut
dapat dicari dengan metode sebagai berikut:
Proses analisis linier sederhana dalam penelitian ini menggunakan
program software SPSS 20.0 for windows.
3. Uji Koefisienan Determinasi
Uji koefisienan determinasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
persentasi pengaruh variabel X terhadap variabel Y dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
kd = (r)2 x 100 %
a = Σ Y –b. Σ X n
b = n Σ X Y –( Σ X ) (ΣY)
Σ X 2 –(Σ X ) 2
Keterangan:
kd = koefisienan determinasi
r = koefisienan korelasi
Tabel 3.5. Interpretasi Koefisienan Determinasi IntervalKoefisien Tingkat Pengaruh
0 % - 19,99 % Sangat Lemah
20 % - 39,99 % Lemah
40 % - 59,99 % Sedang
60 % - 79,99 % Kuat
80 % - 100 % Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2012)
4. Uji Hipotesis
Analisis terakhir dalam penelitian ini adalah uji Hipotesis yang
menggunakan uji T, dengan rumus sebagai berikut:
(Sugiyono, 2012)
Keterangan:
r = Koefisienan korelasi rank sperman
t = Distribusi student dengan derajat kebebasan db nn-2
n = Banyaknya sampel
Nilai thitung selanjutnya dibandingkan dengan ttabel. Untuk kesalahan 5% uji
dua pihak dan dk = n-2 = lebih besar dari ttabel,dengan kriteria sebagai berikut:
- Jika t hitung > t tabel Ho ditolak : H1 diterima
- Jika t hitung < t tabel Ho diterima : H1 ditolak
Ho: ρ = 0 : Tidak ada pengaruh atau dampak antara persepsi individu
terhadap lingkungan dengan perilaku vandalisme di Taman Wisata Alam
Situ Patenggang Kabupaten Bandung.
H1: ρ ≠ 0 : Ada pengaruh atau dampak antara persepsi individu
terhadap lingkungan dengan perilaku vandalisme di Taman WIsata Alam
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan pengolahan data yang diuraikan
pada Bab sebelumnya, didapatkan kesimpulan yang mengacu pada rumusan
masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu antara lain :
1. Persepsi wisatawan terhadap lingkungan di TWA Situ Patenggang
Kabupaten Bandung diukur dengan menggunakan kuesioner yang disebar
kepada 100 responden berdasarkan indicator pembangunan Fasilitas,
Atraksi wisata, Alam dan Lingkungan, dan Aksebilitas berpendapat
“Setuju”. Dengan kata lain, bahwa persepsi wisatawan terhadap
lingkungan di TWA Situ Patenggang adalah Ekosentris. Sedangkan dalam
pandangan ekosentris sangat memahami bahwa kondisi lingkungan akan
selalu berimbas pada kehidupannya. Apabila manusia membuat kerusakan
pada lingkungan, maka akibatnya akan menyentuh kehidupan manusia
juga atau dampaknya akan berakibat buruk terhadap kehidupan manusia,
demikian pula sebaliknya.
2. Penulis menyimpulkan bahwa perilaku vandalisme yang dilakukan oleh
wisatawan di TWA Situ Patenggang Kabupaten Bandung ada pada kriteria
“Pernah” melakukan vandalisme. Dan berdasarkan penelitian dan
pengamatan, kategori vandalisme yang banyak terjadi di TWA Situ
Patenggang adalah Acquistive Vandalism, atau vandalisme yang dilakukan
dengan motivasi untuk mendapatkan uang atau barang. Namun di TWA
Situ Patenggang lebih kepada mengambil tanaman atau hewan yang ada.
3. Didapatkan nilai yang jika dilihat dalam batas – batas nilai, maka
pengaruh antara persepsi terhadap perilaku vandalisme dalam kategori
kuat. Sedangkan berdasarkan uji koefisien determinasinya tersebut,
menunjukkan bahwa persepsi wisatawan terhadap lingkungan
mempengaruhi perilaku vandalisme wisatawan di TWA Situ Patenggang
lingkungan, turut mempengaruhi perilaku wisatawan tersebut untuk
melakukan vandalisme.
B. SARAN
Setelah melakukan penelitian dengan melihat langsung dan menyebar
kuesioner di TWA Situ Patenggang, secara umum terlihat adanya vandalisme, dan
itu dapat terus berkembang jika tidak dilakukan pencegahan. Dan jika dibiarkan
terus menerus, keindahan alam di TWA Situ Patenggang dapat hilang suatu saat
nanti karena vandalisme yang tidak terkendali.
Saran – saran yang peneliti simpulkan berdasarkan hasil pengumpulan
data serta pengolahan data sebagaimana telah dituliskan pada bab sebelumnyaa
dalah sebagai berikut :
1. Peneliti menyarankan kepada pemerintah dalam kaitannya dengan
masyarakat, agar lebih gencar dalam mensosialisasikan wawasan terhadap
lingkungan. Agar persepsi yang tercipta adalah persepsi cinta lingkungan.
Sosialisasi sebaiknya dilakukan semenjak dini pada masyarakat, namun
yang terpenting adalah bagaimana hal tersebut dapat diterima dengan baik
oleh masyarakat. Seperti menerapkan hal- hal yang berkaitan dengan
kelestarian lingkungan yang dapat diterapkan semenjak Sekolah Dasar.
Kemudian selain akan menimbulkan sikap toleransi terhadap lingkungan,
dengan kesadaran dan wawasan lingkungan yang dimiliki, maka akan
menimbulkan sikap mencintai lingkungan yang pada akhirnya tidak akan
melakukan vandalisme.
2. Peneliti menyarankan kepada pihak pengelola, dalam hal ini kepada
BBKSDA sebagai pengelola kawasan konservasi dan Agrowisata N8
sebagai pengelola kepariwisataannya agar lebih bekerjasama dalam
melestarikan lingkungan. Hal- hal yang dapat dilakukan antara lain seperti
mengadakan pengawasan atau patroli secara rutin dan berkesinambungan
guna mengawasi segala aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan,
memperbanyak papan himbauan untuk menjaga kelestarian lingkungan,
wisatawan dalam membuang sampah tidak pada tempatnya. Kemudian
menambah rambu-rambuh imbauan agar sama-sama menjaga alam
lingkungan. Yang setidaknya bersifat mengingatkan agar tidak merusak
lingkungan dengan sikap atau perilaku vandalisme.
3. Peneliti menyarankan kepada masyarakat baik bagi yang tinggal di sekitar
TWA Situ Patenggang atau bagi wisatawan agar turut menjaga kelestarian
lingkungan sehingga dapat menciptakan kawasan wisata yang
berkesinambungan. Dengan kita menjaga lingkungan dan melestarikannya,
akan menambah keberlangsungan lingkungan tersebut agar dapat
dinikmati oleh generasi selanjutnya. Selain itu juga dengan bersikap
menjaga lingkungan secara tidak langsung akan memberikan contoh
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr. 1997. Prosedur Penelitian. Bandung : Rineka
Cipta.
Riduwan & Sunarto. 2010. Pengantar Statistik untuk Penelitian. Bandung :
Alfabeta.
Sugiyono. 2001. Statistik Non Parametris Untuk Penelitian. Bandung :
Alfabeta.
Surakhmad, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metodedan
Tekhnik. Bandung : Transito.
Manajemen Resort & Leisure. Universitas Pendidikan Indonesia : tidak
diterbitkan.
Undang-Undang Republik Indonesia nomer 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan.
PP nomer 36 tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam.
Cohen, S. (1973). Property destruction : Motives and Meanings. In C. Ward
(ed). Vandalism. London: Architectural Press.
Iskandar, Z. 2012. Psikologi Lingkungan : Teori dan Konsep. Bandung :
Reflika Aditama
Salim, Juan Fahmi. (2014). Uji Validitas dan Reabilitas dengan SPSS 20.
http://www.julfahmisalim.com/2014/04/uji-validitas-dan-reabilitas-dengan.html?m=1. [22 Juli 2015]
Raharjo, Sahid. (2014). Uji Regresi Sederhana Dengan SPSS 20. [Online].
Tersedia:
http://www.konsistensi.com/2014/06/uji-regresi-sederhana-dengan-spss.html=1. [23 juli 2015]
Antari, Indri Gusti. (2013). Membuat Hipotesis Penelitian Yang Baik.
[Online].Tersedia:
http://indrigustiantari.blogspot.com/2013/06/membuat-hipotesis-penelitian-yang-baik.html.[23 Maret 2015]
Satar, Musnanda. (2011). Kawasan Budidaya dan Kawasan Lindung.
[Online]. Tersedia:
http://musnanda.com/2011/02/17/kawasan-budidaya-dan-kawasan-lindung/. [16 April 2015]
http://id.wikipedia.org/wiki/Kawasan_yang_dilindungi [16 April 2015]
Riyanto, Slamet. (2012). Teori Perilaku Wisatawan. [Online]. Ersedia:
http://mmriset.blogspot.com/2012/01/teori-perilaku-wisatawan.html?m=1. [23 Maret 2015