• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis audit operasional terhadap prosedur pemberian kredit : studi kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis audit operasional terhadap prosedur pemberian kredit : studi kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi Yogyakarta."

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL

TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi)

Putri Ariska Novitasari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1) mengetahui apakah pelaksanaan audit operasional terhadap prosedur pemberian kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999, dan untuk (2) mengetahui apakah pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan ketentuan pemberian kredit yang berlaku.

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode deksriptif yang memaparkan bagaimana pelaksanaan audit operasional pada BPR Madani Sejahtera Abadi. Data yang digunakan adalah data primer berupa hasil wawancara dengan auditor internal bagian kredit dan bagian lain yang terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan audit operasional atas kegiatan perkreditan pada BPR Madani Sejahtera Abadi sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999. Adapun pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(2)

ABSTRACT

OPERATIONAL AUDIT ANALYSIS OF THE CREDIT APPROVAL PROCEDURE

A Case Study at BPR Madani Sejahtera Abadi

Putri Ariska Novitasari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

The purpose of this research are (1) to determine whether operational audit of credit approval procedure conducted by BPR Madani Sejahtera Abadi has been in accordance with the regulation of Indonesia Central Bank No. 1/6/PBI/1999, and (2) to examine whether the credit approval procedure at BPR Madani Sejahtera Abadi in compliance with the guideline setting up by BPR Madani Sejahtera Abadi is related with the credit approval procedure.

This research is a case study. Data was analyzed by descriptive analysis. The data was primary data that was collected through interview with the internal auditor of the credit division and related departments.

The results showed that the implementation of operational audit of credit approval procedure at BPR Madani Sejahtera Abadi has been in accordance with the regulation of Indonesia Central Bank No. 1/6/PBI/1999. Furthermore, it has been proven that the credit approval procedure in BPR Madani Sejahtera Abadi was in compliance with the guideline that have been set by BPR Madani Sejahtera Abadi.

(3)

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL

TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT Studi Kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Putri Ariska Novitasari NIM : 112114055

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL

TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT Studi Kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Putri Ariska Novitasari NIM : 112114055

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)

iii

(7)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Yesterday = History Tommorow = Mistery

Today = Gift

That’s why it is called present

(ANONIM)

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; Carilah, maka kamu akan mendapat; Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

Karena setiap orang yang meminta, menerima, dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu

dibukakan.  (Mat. 7: 7-8)

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba. Karena didalam mencoba kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil

 (MT)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

(8)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus BPR Madani Sejahtera Abadi) adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 29 April 2016 Yang membuat pernyataan

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama: Putri Ariska Novitasari NIM: 112114055

Prodi: Akuntansi Fakultas: Ekonomi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus BPR Madani Sejahtera Abadi)

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 29 April 2016 Yang membuat pernyataan

(10)

vii ABSTRAK

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL

TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi)

Putri Ariska Novitasari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1) mengetahui apakah pelaksanaan audit operasional terhadap prosedur pemberian kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999, dan untuk (2) mengetahui apakah pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan ketentuan pemberian kredit yang berlaku.

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode deksriptif yang memaparkan bagaimana pelaksanaan audit operasional pada BPR Madani Sejahtera Abadi. Data yang digunakan adalah data primer berupa hasil wawancara dengan auditor internal bagian kredit dan bagian lain yang terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan audit operasional atas kegiatan perkreditan pada BPR Madani Sejahtera Abadi sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999. Adapun pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(11)

viii ABSTRACT

OPERATIONAL AUDIT ANALYSIS OF THE CREDIT APPROVAL PROCEDURE

A Case Study at BPR Madani Sejahtera Abadi

Putri Ariska Novitasari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

The purpose of this research are (1) to determine whether operational audit of credit approval procedure conducted by BPR Madani Sejahtera Abadi has been in accordance with the regulation of Indonesia Central Bank No. 1/6/PBI/1999, and (2) to examine whether the credit approval procedure at BPR Madani Sejahtera Abadi in compliance with the guideline setting up by BPR Madani Sejahtera Abadi is related with the credit approval procedure.

This research is a case study. Data was analyzed by descriptive analysis. The data was primary data that was collected through interview with the internal auditor of the credit division and related departments.

The results showed that the implementation of operational audit of credit approval procedure at BPR Madani Sejahtera Abadi has been in accordance with the regulation of Indonesia Central Bank No. 1/6/PBI/1999. Furthermore, it has been proven that the credit approval procedure in BPR Madani Sejahtera Abadi was in compliance with the guideline that have been set by BPR Madani Sejahtera Abadi.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Audit Operasional Terhadap Prosedur Pemberian Kredit” Studi Kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi Yogyakarta. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tentunya mendapat bantuan,

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas

Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan

mengembangkan kepribadian penulis.

2. Bapak Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, M.Si., Ak., QIA., CA selaku

Pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini dengan sabar.

3. Bapak Lilik selaku pimpinan BPR Madani Sejahtera Abadi yang telah

berkenan membantu penulis dalam mencari data yang dibutuhkan selama

(13)

x

4. Orang tua penulis, Bapak Eko Setyo Wahyudi, SE., dan Ibu Rosita Fitri

Anggraini yang selalu berusaha memberikan semangat, doa, dan kasih sayang

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Adik tersayang Yolanda Ayudya Wardani yang selalu menemani, memberikan

semangat, dan meyakinkan bahwa tidak ada yang sulit selama kita mau

berusaha menyelesaikannya.

6. Nenek tersayang Christina Lasmi yang tidak pernah meninggalkanku dalam

setiap doa. Dan selalu mengajarkan cinta, kasih, semangat, dan memberikan

keyakinan bahwa saya mampu menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman MPT yang selalu berusaha bersama dari awal dan saling

memberi support satu sama lain.

8. Teman-teman mahasiswa Akuntansi (terutama angkatan 2011 kelas B), terima

kasih atas kebahagiaan, tawa canda, kekompakan, dan kebersamaan yang telah

kita lalui bersama di kota Jogja ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangannya, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pembaca.

Yogyakarta, 29 April 2016

(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Auditing... 7

B. Audit Operasional ... 9

1. Audit Operasional ... 9

2. Kriteria dan Ruang Lingkup Audit Operasional ... 9

3. Tujuan dan Manfaat Audit Operasional ... 11

4. Tipe Audit Operasional ... 13

5. Tahap-Tahap Audit Operasional ... 14

6. Pelaksana Audit Operasional ... 19

7. Perbedaan Audit Operasional dengan Audit keuangan ... 20

C. Perkreditan ... 21

6. Prosedur Pemberian Kredit Bank ... 27

D. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29

E. Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 ... 32

(15)

xii BAB III METODA PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

D. Jenis Data ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah BPR Madani Sejahtera Abadi... 47

B. Visi dan Misi BPR Madani Sejahtera Abadi ... 48

C. Struktur Organisasi BPR Madani Sejahtera Abadi... 49

D.

Struktur Organisasi Kredit ... 52

E. Pelaksana Audit Operasional BPR Madani Sejahtera Abadi ... 61

BAB V ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Audit Operasional terhadap Prosedur Pemberian Kredit yang Dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi ... 64

B. Pelaksanaan Pemberian Kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi ... 87

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 101

B. Keterbatasan Penelitian ... 101

C. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 36

Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPR Madani Sejahtera Abadi ... 48

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kredit ... 52

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Analisis Pelaksanaan Audit Operasional terhadap Prosedur Pemberian Kredit yang Dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi dengan Peraturan

Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 ... 40

Tabel 3.2 Analisis Kesesuaian Pelaksanaan Pemberian Kredit

di BPR Madani Sejahtera Abadi dengan Ketentuan ... 42

Tabel 5.1 Hasil Analisis Pelaksanaan Audit Operasional

terhadap Prosedur Pemberian Kredit yang Dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi dengan Peraturan

Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 ... 77

Tabel 5.2 Hasil Analisis Kesesuaian Pelaksanaan Pemberian

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan ekonomi suatu negara sangat bergantung pada

perkembangan dari sektor perbankan. Krisis ekonomi dan moneter yang

sempat singgah di Indonesia memberikan gambaran nyata betapa

pentingnya peran sektor perbankan dalam suatu negara. Ketika sektor

perbankan dalam keadaan terpuruk, perekonomian nasional juga turut

merasakan keterpurukannya, demikian juga sebaliknya. Peran perbankan

dalam pembangunan ekonomi adalah sebagai sumber dana bagi kegiatan

ekonomi. Contoh yang sering kita temui adalah dalam bentuk perkreditan

bagi masyarakat perseorangan atau badan usaha.

Menurut UU RI nomor 10 tahun 1998, jenis perbankan terdiri dari dua

jenis bank yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR). Dalam hal

ini dibahas mengenai bank perkreditan rakyat adalah bank yang tidak

memberikan jasa lalu lintas pembayaran, yang dalam pelaksanaan kegiatan

usahanya dapat secara konvensional atau prinsip syariah. Bank perkreditan

rakyat menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka,

tabungan, dan dalam bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Menurut Mulyono (2002: 12), kredit adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

(20)

2 mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga, imbalan atau pembagian hasil

keuntungan. Berdasarkan penjelasan diatas, pinjaman atau kredit dapat

berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang. Kemudian

adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit

(debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah

dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban

masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama.

Kredit mempunyai suatu kedudukan yang strategis sebagai salah satu

sumber uang yang diperlukan dalam membiayai kegiatan usaha yang dapat

dititik beratkan sebagai salah satu kunci kehidupan bagi setiap manusia.

Fasilitas kredit yang diberikan oleh bank merupakan aset terbesar bagi bank.

Dalam hal kegiatan bank memberikan fasilitas kredit, resiko kerugian

sebagian besar bersumber pada kegiatan tersebut sehingga apabila tidak

dikelola dengan baik dan disertai pengawasan yang memadai, bisa

dikatakan mengancam kelangsungan hidup bank tersebut.

Untuk menekan resiko piutang macet atau bahkan piutang tak tertagih,

dan pembayaran yang diterima perusahaan dapat berjalan dengan lancar

serta orang yang bertindak sebagai pelaksana pemberian kredit dalam

menjalankan tugasnya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan,

diperlukan suatu pemeriksaan. Dalam kaitannya dengan pemeriksaan, perlu

terlebih dahulu memahami prosedur pemberian kredit serta prinsip-prinsip

(21)

3 mengantisipasi setiap kecurangan, penyelewengan, dan penyimpangan yang

terjadi yang dapat merugikan perusahaan dan dapat berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan manajemen. Dalam melaksanakan pemberian kredit

terhadap calon konsumen, diperlukan pemeriksaan terhadap setiap prosedur

yang dilakukan oleh pelaksana agar sesuai dengan prosedur dan ketentuan

yang ditetapkan serta memenuhi prinsip-prinsip dalam pemberian kredit.

Adapun pemeriksaan yang terkait dengan prosedur pemberian kredit

ini adalah pemeriksaan operasional atau biasa kita kenal dengan istilah audit

operasional. Menurut Tunggal (2001), audit operasional yaitu proses yang

sistematis, menilai operasi organisasi, menilai efektifitas, efisiensi dan

ekonomi operasi, melaporkan kepada orang yang tepat, dan memberikan

rekomendasi atau perbaikan.

Audit operasional pada umumnya dipahami sebagai penyelesaian atas

masalah efisiensi dan efektifitas, karena pengujian terhadap efektifitas

pengendalian intern oleh auditor intern merupakan bagian dari audit

operasional jika tujuannya adalah membantu perusahaan menjalankan

kegiatan usahanya supaya lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, bisa

dikatakan bahwa audit operasional merupakan alat bantu bagi manajemen

khususnya dalam fungsi pengendalian intern.

Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian hanya pada satu aktivitas

yaitu prosedur pemberian kredit. Prosedur pemberian kredit ini berperan

(22)

4 kepada nasabah, yang secara tidak langsung akan berpengaruh pula pada

tingkat efektivitas dan efisiensi bank tersebut. Berdasarkan uraian di atas,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pelaksanaan audit

operasional terhadap prosedur pemberian kredit yang dijalankan oleh BPR

Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.

1/6/PBI/1999 yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis

Audit Operasional Terhadap Prosedur Pemberian Kredit”.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah pelaksanaan audit operasional terhadap prosedur pemberian

kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai

dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999?

2. Apakah pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera

Abadi telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pelaksanaan audit operasional terhadap prosedur pemberian

kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi.

2. Mengetahui pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera

(23)

5 D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Bank

Dapat membantu pihak Bank dalam mengetahui apakah prosedur

pemberian kredit yang telah digunakan selama ini efektif dan efisien, dan

untuk meminimalisir masalah terjadinya kredit macet.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Dapat menambah referensi masalah tentang perbankan dan perkreditan,

khususnya untuk peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam prosedur

pemberian kredit dengan melakukan audit operasional.

3. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan tentang perbankan dan perkreditan, serta

audit operasional dalam prosedur pemberian kredit dalam perbankan

dapat diterapkan dalam pekerjaan.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan seluk beluk tentang dasar-dasar audit,

(24)

6 BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang jenis penelitian, tempat dan

waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, data yang

digunakan, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan

sampel, dan teknik analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini diuraikan tentang sejarah berdirinya Bank

Perkreditan Rakyat Madani Sejahtera Abadi, struktur organisasi

dan ruang lingkup Bank Perkreditan Rakyat Madani Sejahtera

Abadi.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai pelaksanaan audit

operasional terhadap prosedur pemberian kredit yang dijalankan

oleh Bank Perkreditan Rakyat, dan peranan audit operasional

dalam meningkatkan efektivitas kegiatan perkreditan pada Bank

Perkreditan Rakyat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan,

keterbatasan, dan saran-saran yang kiranya dapat membangun

(25)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Auditing

Banyak penjelasan mengenai apa itu auditing, untuk memahami lebih

jauh mengenai pengertian auditing. Sukrisno (2004) mengatakan bahwa

auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan

sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang

telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan

bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Dari pernyataan diatas, auditing merupakan proses sistematik untuk

memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai

pernyataan tentang kejadian dan tindakan ekonomi untuk menentukan

tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang

ditetapkan dan untuk menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang

berkepentingan.

Audit dibagi menjadi beberapa tipe, pembagian ini dimaksudkan

untuk memudahkan auditor dalam menentukan sasaran dan tujuan dari

kegiatan audit yang akan dilakukan. Menurut Mulyadi (2010), tipe audit

dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu audit laporan keuangan, audit

(26)

8 1. Audit laporan keuangan (financial statement audit)

Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor

independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya

untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

tersebut. Dalam laporan keuangan ini, auditor independen menilai

kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip

akuntansi berterima umum.

2. Audit kepatuhan (compliance audit)

Audit kepatuhan adalah audit yang tugasnya untuk menentukan

apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Audit

kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.

3. Audit operasional(operational audit)

Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan

organisasi atau bagian dari padanya, dalam hubungannya dengan tujuan

tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk:

a. Mengevaluasi kinerja

b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan

(27)

9 B. Audit Operasional

1. Pengertian Audit Operasional

Untuk memahami lebih jauh mengenai pengertian audit

operasional, ada beberapa definisi yang diambil dari berbagai

sumber.Menurut Bhayangkara IBK (2011: 2), audit operasional adalah

pengevaluasian terhadap efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan.

Audit operasional lebih berorientasi kemasa depan, artinya hasil dari

penilaian berbagai kegiatan operasional tersebut diharapkan dapat

membantu manajemen dalam meningkatkan efektivitas pencapaian

tujuan yang ditetapkan oleh badan usaha.

Dari definisi tersebut dapat kita lihat bahwa audit operasional

merupakan suatu tinjauan yang sistematis dari aktivitas organisasi, hal ini

dilakukan untuk mencapai tujuan.Tujuannya adalah untuk:

a. Menilai kinerja.

b. Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan.

c. Mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan atau kegiatan lebih

lanjut.

2. Kriteria dan Ruang Lingkup Audit Operasional

Menurut Arens et al (2008: 847), beberapa kriteria yang dapat

(28)

10 a. Historical Performance (Kinerja Historis)

Historical performance atau yang biasa kita kenal sebagai

kinerja historis merupakan seperangkat kriteria sederhana yang dapat

didasarkan pada hasil audit periode sebelumnya. Gagasan di balik

penggunaan kriteria ini adalah membandingkan apakah yang telah

dilakukan menjadi “lebih baik” atau “lebih buruk”. Manfaat kriteria

ini adalah bahwa kriteria tersebut mudah dibuat, tetapi mungkin tidak

memberikan pandangan mendalam mengenai seberapa baik atau

buruk sebenarnya unit usaha yang diperiksa dalam melakukan sesuatu.

b. Benchmarking (Kinerja yang dapat diperbandingkan)

Benchmarking merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan

hasil yang dicapai oleh organisasi lain yang sejenis. Walaupun

penilaian prestasi masa lalu, tetapi hasil penilaian menggunakan

kriteria ini pun belum tentu memberikan gambaran yang tepat

mengenai keadaan organisasi, karena perbedaan situasi dan kondisi

yang dihadapi oleh dua organisasi yang berbeda.

c. Enginereed Standards (Standar Rekayasa)

Enginereed Standards merupakan kriteria yang ditetapkan

berdasarkan standar rekayasa, seperti penggunaan time and motion

(29)

11 d. Discussion and Agreement (Diskusi dan Kesepakatan)

Discussion and Agreement merupakan kriteria yang ditetapkan

berdasarkan hasil diskusi dan persetujuan bersama antara manajemen

dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam audit operasional.

Menurut Widjayanto (2001: 19), ruang lingkup dari audit operasional

adalah audit operasional mencakup tinjauan atas tujuan perusahaan,

lingkungan perusahaan, lingkungan perusahaan beroperasi, personalia

dan kadangkala mencakup fasilitas fisik.

3. Tujuan dan Manfaat Audit Operasional

Menurut Tunggal (2008), tujuan audit operasional yaitu:

a. Membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling

efisien.

b. Mengusulkan kepada manajemen cara-cara dan alat-alat untuk

mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang

pengetahuan tentang pengelolaan yang efisien.

c. Mencapai efisiensi dari pengelolaan.

d. Membantu manajemen, auditor operasional berhubungan dengan

setiap fase dari aktivitas usaha yang merupakan dasar pelayanan

kepada manajemen.

e. Membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang

(30)

12 Dengan tercapainya tujuan tersebut, menurut Tunggal (2008), audit

operasional memberikan beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:

a. Memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu untuk

pengambilan keputusan.

b. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan dan laporan

dalam sistem pengendalian.

c. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang ditetapkan

rencana-rencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah.

d. Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk

menentukan tindakan yang akan diambil.

e. Menilai keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya

termasuk memperkecil pemborosan.

f. Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan

yang telah ditetapkan.

g. Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh tahap

operasi perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, manfaat audit operasional berorientasi

ke arah peningkatan prestasi manajemen diwaktu yang akan datang yang

bermanfaat bagi perusahaan tersebut. Hasil audit operasional diharapkan

akan menemukan titik permasalahan yang mendasar dalam pelaksanaan

(31)

13 4. Tipe Audit Operasional

Menurut Arens et al (2008: 844-845), ada tiga tipe audit

operasional yaitu:

a. Audit Fungsional (Functional Audits)

Audit fungsional berkaitan dengan sebuah fungsi atau lebih

dalam suatu organisasi, misalnya fungsi pengeluaran kas, penerimaan

kas, pembayaran gaji. Audit fungsional memungkinkan adanya

spesialisasi oleh auditor. Auditor yang merupakan staf dari internal

audit dapat lebih efisien memakai seluruh waktu mereka untuk

memeriksa dalam bidang tersbut. Tapi disamping itu, audit fungsional

memiliki kekurangan yaitu tidak dievaluasinya fungsi yang saling

berkaitan.

b. Audit Organisasional (Organizational Audits)

Audit organisasional menyangkut keseluruhan unit organisasi,

seperti departemen, cabang, atau anak perusahaan. Penekanan dalam

audit ini adalah seberapan efisien dan efektif fungsi-fungsi saling

berinteraksi. Rencana organisasi dan metode-metode untuk

mengkoordinasikan aktivitas yang ada, sangat penting untuk audit

jenis ini.

c. Penugasan Khusus (Special Assigments)

Penugasan khusus timbul atas permintaan manajemen, sehingga

(32)

14 menentukan penyebab sistem EDP yang efektif, penyelidikan

kemungkinan fraud dalam suatu divisi dan membuat rekomendasi

untuk mengurangi biaya pembuatan suatu barang.

5. Tahap-Tahap Audit Operasional

Menurut Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 Tgl. 20 Desember 1999

tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar

Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum, pelaksanaan audit dapat

dibedakan dalam 5 (lima) tahap kegiatan yaitu tahap persiapan audit,

penyusunan program audit, pelaksanaan penugasan audit, pelaporan hasil

audit dan tindak lanjut hasil audit.

a. Persiapan Audit

Pelaksanaan audit harus dipersiapkan dengan baik agar tujuan

audit dapat dicapai dengan cara efisien. Langkah yang perlu

diperhatikan pada tahap persiapan audit meliputi penetapan

penugasan, pemberitahuan audit dan penelitian pendahuluan.

1) Penetapan penugasan audit dimaksudkan untuk pemberitahuan

kepada auditor sebagai dasar untuk melakukan audit sebagaimana

ditetapkan dalam rencana audit tahunan bank. Penetapan penugasan

disampaikan oleh kepala SKAI kepada ketua dan tim audit dalam

bentuk surat penugasan, yang antara lain menetapkan ketua dan

(33)

15 2) Pelaksanaan Auditor Intern harus dilengkapi dengan surat

pemberitahuan audit dari SKAI, yang dapat disampaikan kepada

auditee sebelum atau pada saat audit dilaksanakan.

3) Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mengenal dan

memahami setiap kegiatan atau fungsi Auditee secara umum

supaya audit dapat difokuskan pada hal-hal yang strategis. Dalam

tahap ini Auditor harus mengenal dengan baik aspek-aspek dari

Auditee antara lain fungsi, struktur organisasi, wewenang dan

tanggung jawab, kebijakan, sistem dan prosedur operasional, risiko

kegiatan dan pengendaliannya, indikator keberhasilan, aspek legal

dan ketentuan lainnya.

b. Penyusunan Program Audit

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, maka disusun

program audit. Program audit harus:

1) Merupakan dokumentasi prosedur bagi Auditor Intern dalam

mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasikan dan

mendokumentasikan informasi selama pelaksanaan audit, termasuk

catatan untuk pemeriksaan yang akan datang.

2) Menyatakan tujuan audit.

3) Menetapkan luas, tingkat dan metodologi pengujian yang

diperlukan guna mencapai tujuan audit untuk tiap tahapan audit.

(34)

16 5) Mengindentifikasi aspek-aspek teknis, risiko, proses dan transaksi

yang harus diuji, termasuk pengolahan data elektronik.

Adanya program audit secara tertulis akan memudahkan

pengendalian audit selama tahap-tahap pelaksanaan. Program audit

tersebut dapat diubah sesuai dengan kebutuhan selama audit berlangsung.

c. Pelaksanaan Penugasan Audit

Tahap pelaksanaan audit meliputi kegiatan mengumpulkan,

menganalisis, menginterpretasikan dan mendokumentasikan

bukti-bukti audit serta informasi lain yang dibutuhkan, sesuai dengan

prosedur yang digariskan dalam program audit untuk mendukung hasil

audit. Proses audit meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Mengumpulkan bukti dan informasi yang cukup, kompeten dan

relevan.

2) Memeriksa dan mengevaluasi semua bukti dan informasi untuk

mendapatkan temuan dan rekomendasi audit.

3) Menetapkan metode dan tehnik sampling yang dapat dipakai dan

dikembangkan sesuai dengan keadaan.

4) Supervisi atas proses pengumpulan bukti dan informasi serta

pengujian yang telah dilakukan.

5) Mendokumentasikan Kertas Kerja Audit.

(35)

17 d. Pelaporan Hasil Audit

Setelah selesai melakukan kegiatan audit, Auditor Intern

berkewajiban untuk menuangkan hasil audit tersebut dalam bentuk

laporan tertulis. Laporan tersebut harus memenuhi standar pelaporan,

memuat kelengkapan materi dan melalui proses penyusunan yang

baik. Proses penyusunan laporan perlu dilakukan dengan cermat agar

dapat disajikan laporan yang akurat dan bermanfaat bagi Auditee.

Proses tersebut antara lain mencakup:

1) Kompilasi dan analisis temuan audit. Temuan audit yang akan

dituangkan dalam laporan harus dikompilasi dan dianalisis tingkat

signifikasinya.

2) Konfirmasi dengan Auditee. Temuan audit harus dikonfirmasikan

dengan Auditee untuk diketahui dan dipahami.

3) Diskusi dengan Kepala SKAI. Temuan audit yang sudah

dikompilasi dan dianalisis harus dilaporkan serta didiskusikan

dengan Kepala SKAI ataupejabat yang ditunjuk.

4) Diskusi dengan Auditee. Diskusi ini dimaksudkan agar Auditee

memberikan komitmen dan bersedia melakukan perbaikan dalam

batas waktu tertentu yang dijanjikan.

5) Review laporan. Konsep laporan yang disusun oleh tim audit

direview oleh Kepala SKAI atau pejabat yang ditunjuk agar

diperoleh keyakinan bahwa laporan tersebut telah lengkap dan

(36)

18 e. Tindak lanjut Hasil Audit

SKAI harus memantau dan menganalisis serta melaporkan

perkembangan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang telah

dilakukan Auditee. Tindak lanjut tersebut meliputi pemantauan atas

pelaksanaan tindak lanjut, analisis kecukupan tindak lanjut dan

pelaporan tindak lanjut. SKAI harus memantau dan menganalisis serta

melaporkan perkembangan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang

telah dilakukan Auditee. Tindak lanjut tersebut meliputi:

1) Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut. Pemantauan atas

pelaksanaan tindak lanjut harus dilakukan, agar dapat diketahui

perkembangannya dan dapat diingatkan kepada Auditee apabila

Auditee belum dapat melaksanakan komitmen perbaikan menjelang

atau sampai batas waktu yang dijanjikan.

2) Analisis kecukupan tindak lanjut. Dari hasil pemantauan

pelaksanaan tindak lanjut, dilakukan analisis kecukupan atas

realisasi janji perbaikan yang telah dilaksanakan Auditee.

Selanjutnya pengecekan kembali tindak lanjut perlu dilakukan

apabila terdapat kesulitan atau hambatan yang menyebabkan tindak

lanjut tersebut tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya.

3) Pelaporan tindak lanjut. Dalam hal pelaksanaan tindak lanjut tidak

dilaksanakan oleh Auditee, maka SKAI memberikan laporan

tertulis kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris untuk

(37)

19 6. Pelaksana Audit Operasional

Dalam bukunya Arens et al (2008: 845-846), mengemukakan

bahwa “Operational audit are usually performed by one of three group;

internal auditors, government auditor, CPA firms”.

Audit operasional dapat dilaksanakan oleh pihak sebagai berikut:

a. Auditor Internal

Auditor internal memiliki posisi yang unik untuk melaksanakan

audit operasional. Manfaat yang diperoleh jika auditor internal

melakukan audit operasional adalah bahwa mereka menggunakan

seluruh waktu kerja untuk perusahaan yang mereka audit. Untuk

memaksimumkan efektivitasnya, bagian audit internal harus melapor

kepada dewan direksi atau direktur utama. Auditor internal juga harus

mempunyai akses dan mengadakan komunikasi yang

berkesinambungan dengan komite auditor dewan direksi. Struktur

organisasi ini membantu auditor agar tetap independen.

b. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah melaksanakan audit operasional yang

seringkali merupakan bagian dari pelaksanaan audit keuangan.

Auditor pemerintahan terdiri dari para akuntan dari Badan Pemeriksa

Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dahulu Direktorat Jenderal

(38)

20 pemerintah biasanya memberi perhatian pada kedua macam

pemeriksaan baik untuk keuangan maupun audit operasional.

c. Auditor Eksternal

Pada waktu akuntan publik melakukan audit atas laporan

keuangan historis, sebagian dari audit itu biasanya terdiri dari

pengidentifikasian masalah-masalah operasional dan membuat

rekomendasi yang dapat bermanfaat bagi klien audit. Rekomendasi itu

dapat dikatakan secara lisan, tetapi biasanya menggunakan surat

manajemen. Pengetahuan dasar mengenai bisnis klien yang dimiliki

auditor eksternal dalam melaksanakan audit seringkali memberikan

informasi yang berguna dalam memberikan rekomendasi-rekomendasi

operasional. Auditor yang mempunyai latarbelakang bisnis dan

pengalaman yang luas dengan perusahaan-perusahaan serupa akan

cenderung lebih efektif dalam membantu klien dengan rekomendasi

operasional yang relevan dibandingkan dengan yang tidak mempunyai

kualitas seperti itu.

7. Perbedaan Audit Operasional dan Audit Keuangan

Menurut Arens et al (2008: 842), perbedaan audit operasional dan

audit keuangan adalah:

a. Audit keuangan berorientasi pada masa lalu dan lebih menekankan

pada apakah informasi historis dicatat dengan benar. Sedangkan audit

(39)

21 b. Dalam hal distribusi laporan, audit keuangan ditujukan kepada banyak

pemakai laporan keuangan dan didistribusikan secara detil. Sedangkan

laporan audit operasional sangat berbeda dari satu audit ke audit

lainnya karena keterbatasan distribusi operasional dan beragamnya

sifat audit untuk efisiensi dan efektivitas.

c. Pada keterlibatan bidang bukan keuangan, audit operasional

mencakup banyak aspek efisiensi dan efektivitas dalam sebuah badan

usaha. Audit keuangan dibatasi hanya pada hal-hal yang langsung

mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan.

C. Perkreditan

1. Pengertian Kredit

Dalam UU RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, kredit

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan

itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam-meminjam antara

bank dengan pijak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan

atau pembagian hasil keuntungan.

2. Tujuan dan Fungsi Kredit

Menurut Kasmir (2010: 100), tujuan pemberian kredit adalah

mencari keuntungan, membantu usaha nasabah, dan membantu

(40)

22 bank yang akan mengemban tugas sebagai agent of development adalah

untuk:

a. Mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan

pembangunan.

b. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya

guna menjamin terpenuhinya kebutuhan organisasi.

c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan

dapat memperluas usahanya

Menurut Kasmir (2010: 101), fungsi dari kredit untuk:

a. Meningkatkan daya guna uang.

b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

c. Meningkatkan daya guna uang.

d. Meningkatkan peredaran barang.

e. Sebagai alat stabilisasi ekonomi.

f. Meningkatkan pemerataan pendapatan.

g. Meningkatkan semangat usaha.

h. Meningkatkan hubungan internasional

3. Jenis-Jenis Kredit

Menurut Kasmir (2010: 103-106), jenis-jenis kredit yang diberikan

(41)

23 a. Kredit dibedakan berdasarkan tujuannya

1) Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.

2) Kredit Produktif

Kredit yang diberikan untuk meningkatkan usaha atau produksi

atau investasi.

3) Kredit Perdagangan

Kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk

membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk membeli barang

dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan

barang dagang tersebut.

b. Kredit dibedakan berdasarkan jangka waktunya

1) Kredit Jangka Pendek

Kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun dan biasanya

digunakan untuk keperluan modal kerja.

2) Kredit Jangka Menengah

Kredit yang berjangka waktu satu sampai tiga tahun dan biasanya

digunakan untuk melakukan investasi.

3) Kredit Jangka Panjang

(42)

24 c. Kredit dibedakan berdasarkan segi jaminannya

1) Kredit Tanpa Jaminan

Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.

2) Kredit Jaminan

Kredit yang diberikan dengan menggunakan suatu jaminan.

Jaminan tersebut dapat berupa barang berwujud atau tidak

berwujud atau jaminan orang.

d. Kredit dibedakan berdasarkan kegunaanya

1) Kredit Modal Kerja

Kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh suatu bank

untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan sehingga

dapat meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

2) Kredit Investasi

Kredit jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan oleh

suatu bank untuk melakukan investasi atau penanaman modal, yang

ditujukan untuk memperluas usahanya atau membangun

(43)

25 4. Unsur-unsur Kredit

Unsur-unsur kredit menurut Suyatno (2003) adalah:

a. Kepercayaan

Adanya keyakinan dari pihak bank terhadap prestasi yang

diberikan kepada nasabah debitur yang akan dilunasinya sesuai

dengan jangka waktu dijanjikan.

b. Jangka Waktu

Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan

pelunasannya, dimana jangka waktu tersebut sebelumnya telah

ditentukan terlebih dahulu, berdasarkan kesepakatan bersama.

c. Prestasi

Adanya objek berupa prestasi dan kontraprestasi pada saat

tercapainya kesepakatan dalam perjanjian pemberian kredit antara

bank dengan nasabah debitur, berupa bunga atau imbalan.

d. Risiko

Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan

pelunasannya memungkinkan adanya resiko dalam perjanjian kredit

tersebut. Untuk mencegah resiko tersebut diadakan peningkatan

(44)

26 5. Prinsip Kredit

Prinsip-prinsip pemberian kredit didasarkan pada Pasal 1 UU No.

10 Tahun 1998 tentang perbankan kredit adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka

waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit yang diberikan oleh bank

memiliki resiko, sehingga dalam memberikan kredit perlu

memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat dengan memberikan

jaminan kepada debitur. Sebelum kredit diberikan, bank harus melakukan

penilaian terlebih dahulu terhadap watak, modal, jaminan, dan prospek

usaha dari debitur.

Menurut Peraturan BI (nomor 8/24/PBI/2006), secara umum bank

wajib memberikan kredit dengan menggunakan prinsip pemberian kredit

“The 5C Analisys Of Credit” yaitu:

a. Character

Merupakan data tentang calon debitur. Character ini untuk

mengetahui apakah nantinya calon debitur jujur dan berusaha untuk

memenuhi kewajibannya.

b. Capacity

Merupakan kemampuan calon debitur dalam mengelola

(45)

27 usahanya, sejarah perusahaan yang pernah dikelola. Capacity ini

merupakan ukuran dari kemampuan untuk membayar.

c. Capital

Kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang

dikelolanya. Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan laba rugi, struktur

permodalan, dan ratio-ratio keuntungan. Dari data ini bisa dinilai

apakah calon debitur memang layak diberikan pinjaman atau tidak.

d. Collateral

Jaminan yang mungkin dapat disita apabila ternyata calon

debitur benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Collateral ini

diperhitungkan di akhir jika ada kesangsian dalam

pertimbangan-pertimbangan lain.

e. Condition

Merupakan kondisi ekonomi yang dimiliki oleh usaha calon

debitur. Karena suatu usaha sangat tergantung pada kondisi

perekonomian.

6. Prosedur Pemberian Kredit Bank

Menurut Firdaus, Ariyanti (2009: 91-133), tahapan pemberian

kredit yaitu:

a. Persiapan Kredit (credit preparation)

Kegiatan tahap permulaan dengan maksud untuk saling

(46)

28 terutama calon debitur baru, biasanya dilakukan melalui wawancara

atau cara-cara lain.

b. Analisis atau Penilaian Kredit (credit analysis/credit appraisal)

Dalam tahap ini diadakan penilaian yang mendalam tentang

keadaan usaha atau proyek pemohon kredit.

c. Keputusan Kredit (Credit Desicion)

Atas dasar laporan hasil analisi kredit, maka pihak bank melalui

pemutus kredit, dapat memutuskan permohonan kredit tersebut layak

untuk diberi kredit atau tidak. Jika tidak dapat diberikan, maka

permohonan tersebut harus ditolak melalui surat penolakan, bila

permohonan layak untuk diberikan, maka dituangkan dalam surat

keputusan kredit yang memuat beberapa persyaratan tertentu.

d. Pelaksanaan dan Administrasi Kredit (realization and administration

credit)

Pada tahap ini kedua belah pihak (bank dan calon debitur)

menandatangani perjanjian kredit beserta lampiran-lampirannya.

e. Supervisi Kredit & Pembinaan Debitur (credit supervision & follow

up)

Supervisi/pengawasan/pengendalian kredit dan pembinaan

(47)

29 diberikan oleh bank dengan jalan terus memantau/memonitor dan

mengikuti jalannya perusahaan (secara langsung atau tidak langsung),

serta memberikan saran/nasihat dan konsultasi agar

perusahaan/debitur berjalan baik sesuai dengan rencana, sehingga

pengembalian kredit akan berjalan dengan baik pula.

D. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Review penelitian terdahulu sangat berguna bagi penulis untuk

menambah informasi mengenai masalah yang akan penulis teliti. Review

penelitian ini memberikan rujukan mengenai daftar bacaan, teori, serta

pandangan dalam memahami permasalahan yang dihadapi.

Penelitian Admawarti (2006) yang berjudul audit operasional

pengelolaan dana program kompensasi subsidi bahan bakar minyak bidang

kesehatan, mengatakan bahwa struktur PT Bahtera Adiguna Cabang Padang

sudah cukup baik dengan adanya pemisahan tugas dan wewenang dari

masing-masing bagian dan adanya pengendalian internal yang baik dalam

perusahaan yang bisa dilihat dalam pelaksanaan prosedur kegiatan

perusahaan yaitu prosedur penjualan jasa perusahaan dan prosedur

penerimaaan uang jasa tersebut. Audit operasional pada PT ini terdiri dari 5

tahap yaitu tahap persiapan, tahap pemeriksaan pendahuluan, tahap

pemeriksaan lanjutan, laporan hasil pemeriksaan operasional, tindak lanjut

hasil audit. Semua rekomendasi yang diberikan oleh auditor internal, juga

telah ditanggapi ditindak lanjuti oleh pihak manajemen perusahaan. Berarti

(48)

30 dan efektivitas perusahaan. Penelitian ini menyatakan bahwa audit

operasional bisa menilai ketepatan dan pencapaian yang telah dilakukan dari

suatu instansi, serta dapat menentukan kelemahan dan kelebihan dari

kegiatan yang dilakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Prameswari (2008) yang berjudul

Audit operasional atas prosedur pemberian kredit untuk meningkatkan

efektivitas dan efisiensi pada PT BNI (Persero) Tbk wilayah 02 Padang,

menyimpulkan bahwa struktur organisasi sudah cukup baik, hal ini karena

pemisihan tugas dan wewenang dari masing-masing unit. Dengan adanya

pemimpin wilayah yang didukung oleh pemimpin wilayah yang

bertanggung jawab secara langsung terhadap pimpinan wilayah, dan

dilaksanakannya audit operasional ternyata dapat dilihat bahwa pemberian

kredit sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Selain itu audit operasional

dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi melalui saran dan rekomendasi

yang diberikan oleh auditor dengan catatan manajemen harus melakukan

tindak lanjut. Peran auditor tidak berhenti sampai disini tetapi auditor harus

memonitor perkembangan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang telah

dilakukan. Ini membuktikan bahwa auditor tidak hanya sebatas menemukan

masalah serta memberikan saran dan rekomendasi tetapi juga menekankan

bagaimana pemberian kredit sesuai dengan prosedur yang ada sehingga

pelaksanaan audit operasional terbukti dapat meningkatkan efektivitas dan

efisiensi atas prosedur pemberian kredit. Metode penelitian dilakukan

(49)

31 kepustakaan melalui memperbandingkan teori yang telah diperoleh dengan

kenyataan kemudian dianalisa.

Penelitian Satria (2009) menguji peranan audit operasional pada

fungsi pemasaran perusahaan manufaktur dengan menggabungkan alat

analisis data yaitu, Content Analisis (peran), Analisis Varian (realisasi

dengan anggaran), Analisis SWOT, Analisis Rasio Keuangan (profitabilitas

dan rentabilitas). Dari hasil penelitiannya, dapat ditemukan bahwa

program-program, kebijakan dan prosedur pemasaran yang dijalankan telah banyak

yang tercapai dalam batas waktu yang ditargetkan, meskipun tanpa

memperdulikan biaya yang dikeluarkan. Ditinjau dari segi kuantitas

penjualan, perusahaan telah menunjukkan perkembangan sehingga

perusahaan dapat dikatakan efektif. Penerapan Oracle System pada jaringan

prosedur yang membentuk sistem pemasaran, pembagian tugas, akses

otorisasi dan tanggung jawab yang jelas telah meningkatkan efisiensi fungsi

pemasaran. Penelitian yang telah dijelaskan diatas dapat memberikan

gambaran bagi penulis mengenai bagaimana peranan dan fungsi audit

operasional bagi perusahaan. Selain itu juga memberikan pengetahuan lebih

bagi penulis mengenai metode dan analisis yang dilakukan.

Penulis menggunakan perbandingan penelitian terdahulu dimaksudkan

untuk dijadikan bahan perbandingan karena adanya beberapa persamaan di

dalam penelitian dan mempelajari metode yang digunakan serta

membandingkan hasil penelitian yang telah peneliti terdahulu lakukan.

(50)

32 penelitian oleh penulis adalah audit operasional kegiatan perkreditan pada

Bank Perkreditan Rakyat Madani Sejahtera Abadi, sedangkan objek dari

penelitian terdahulu adalah audit operasional pada perusahaan dan bank

yang berbeda.

E. Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999

Dalam rangka restrukturisasi perbankan nasional, telah dilaksanakan

beberapa langkah perbaikan antara lain berupa program rekapitalisasi

perbankan, penilaian terhadap pemilik dan pengurus bank, dan penyesuaian

beberapa ketentuan perbankan yang berhubungan dengan pelaksanaan

prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan bank. Berbagai langkah yang telah

dilaksanakan tersebut perlu terus dipantau tindak lanjutnya agar tetap sesuai

dengan tujuan yang diharapkan yaitu terciptanya sistem perbankan yang

sehat.

Selain peningkatan fungsi pengawasan bank oleh Bank Indonesia, dari

sisi intern di setiap bank perlu dilakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan

langkah-langkah perbaikan yang telah direncanakan serta untuk selalu

memastikan ketaatan bank terhadap peraturan perundang-undangan yang

berlaku dibidang perbankan. Adapun tahapan audit operasional menurut

Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 adalah:

a. Persiapan Audit

1) Pendekatan auditor intern

2) Penetapan penugasan

(51)

33 4) Penelitian pendahuluan

b. Penyusunan Program Audit

1) Menyatakan tujuan audit

2) Menetapkan pengujian yang diperlukan guna mencapai tujuan audit

3) Menetapkan jangka waktu pemeriksaan

4) Mengidentifikasi aspek teknis, risiko, proses, dan transaksi yang harus

diuji

c. Pelaksanaan Penugasan Audit

1) Proses audit

2) Pengumpulan bukti audit

3) Evaluasi hasil audit

d. Pelaporan Hasil Audit

1) Pembuatan laporan yang harus memenuhi standar pelaporan

2) Penyusunan materi laporan secara lengkap dan jelas

3) Proses penyampaian laporan

4) Penyampaian laporan

e. Tindak Lanjut Hasil Audit

1) Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut

2) Analisis kecukupan tindak lanjut

(52)

34 F. Kerangka Pemikiran

Bank adalah lembaga keuangan yang memiliki peran yang cukup

penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara, hal ini bisa dilihat

melalui definisi perbankan sebagaimana tercantum dalam UU No. 10 tahun

1998 pasal 1 ayat 2 tentang perbankan, di mana fungsi bank dapat

dijabarkan dalam 3 hal, sebagai berikut.

1. Bank sebagai penghimpun dana, yaitu bank menyimpan dana dari

masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan.

2. Bank sebagai penyalur dana, yaitu bank menyalurkan dana dalam bentuk

kredit atau pinjaman kepada masyarakat.

3. Bank melaksanakan berbagai jasa yang diperlukan masyarakat dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Kredit merupakan asset bank yang memiliki risiko (risk asset) karena

asset tersebut dikuasai pihak luar yaitu pihak debitur dan dana yang

dipergunakan bank untuk dipinjamkan sebagian besar merupakan titipan

masyarakat yang berbentuk deposito, tabungan, dan giro. Oleh karena itu

Bank harus berusaha keras mengelola asset tersebut agar kualitas kredit

menjadi sehat dalam arti produktif sehingga bank dapat menjamin

keamanan dana masyarakat yang telah disimpan di bank dan juga dapat

memberikan kontribusi pendapatan yang besar bagi bank.

Dalam aktivitas perkreditan, pengambilan keputusan dalam

(53)

35 terakhir dari tahap penyeleksian dan merupakan awal dari pelaksanaan atau

realisasi kredit apabila permohonan kredit disetujui. Dalam hal ini

manajemen akan sangat berperan, karena pengambilan keputusan mengenai

pemberian kredit dilakukan oleh manajemen. Bank harus berusaha

meminimalisir risiko munculnya kredit bermasalah dengan jalan menjaga

mutu kredit yang disalurkan. Untuk memastikan bahwa kegiatan operasional

bank khususnya pemberian kredit telah berjalan dengan baik dan tepat

sasaran sekaligus memberikan perbaikan atas segala kekurangan, maka bank

perlu melakukan suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasional yang

dijalankan salah satunya melalui audit operasional.

Berdasarkan uraian diatas terbentuklah suatu kerangka pemikiran

yang nantinya akan digunakan untuk menyelesaikan penelitian, dapat dilihat

(54)

36 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Audit Operasional

terhadap Prosedur Pemberian Kredit BANK

Fungsi Bank:

1. Penghimpun dana 2. Penyalur dana

3. Melaksanakan berbagai jasa lainnya yang diperlukan masyarakat

Pemberian Kredit

Audit Operasional Indikator:

1. Persiapan Audit

2. Penyusunan Program Audit 3. Pelaksanaan Penugasan Audit 4. Pelaporan Hasil Audit 5. Tindak Lanjut Hasil Audit

Pemberian Kredit Indikator:

1. Prosedur pemberian kredit 2. Prinsip penilaian permohonan

kredit

(55)

37 BAB III

METODA PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Menurut Asep

(2009: 21), studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali

suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program,

event, proses, institusi, atau kelompok sosial), serta mengumpulkan

informasi yang rinci dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan

data selama suatu periode tertentu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Waktu Penelitian:

Mei - Juli 2015

2. Tempat Penelitian:

BPR Madani Sejahtera Abadi

Jl. C. Simanjuntak 26, Terban, Yogyakarta 55223

C. Subjek dan Obyek Penelitian 1. Subjek Penelitian:

Karyawan yang terkait proses pemberian kredit.

2. Obyek Penelitian :

a. Hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait.

(56)

38 D. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama atau

yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti. Sebagai contoh jawaban

dari pertanyaan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak yang

berwenang untuk memberikan data dan informasi dalam pengumpulan data

yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, data primer yang

dikumpulkan penulis adalah hasil wawancara dengan auditor internal kredit

dan karyawan bagian kredit.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh sehubungan dengan

perusahaan yang telah terdokumentasi, seperti struktur organisasi

perusahaan, sejarah perusahaan, dan data kelengkapan lainnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini

adalah:

1. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan

langsung mengenai keadaan perusahaan dan prosedur pemberian kredit,

khususnya kepada pimpinan dan karyawan PT. Bank Perkreditan Rakyat

(57)

39 2. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan

mempelajari dokumen, berkas, atau catatan yang berhubungan dengan

obyek penelitian seperti gambaran umum perusahaan, sejarah dan

perkembangan perusahaan, struktur organisasi dan uraian tugas, surat

permohonan kredit, analis kredit, surat keputusan kredit, bukti pencairan

kredit, dan bukti jaminan atas perjanjian kredit.

F. Teknik Analisis Data

1. Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama tentang apakah

pelaksanaan kegiatan audit operasional terhadap prosedur pemberian

kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai

dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999, yaitu dilakukan

berdasarkan penjabaran pelaksanaan audit operasional pada BPR Madani

Sejahtera Abadi sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaannya kemudian

penulis menganalisis kesesuaian pelaksanaan auditdengan Peraturan

Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999. Berikut adalah format penilaian yang

(58)

40 Tabel 3.1 Analisis Pelaksanaan Audit Operasional terhadap Prosedur

Pemberian Kredit yang Dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999

NO Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999

a. Pendekatan Auditor Intern b. Penetapan Penugasan b. Menyatakan Tujuan Audit c. Menetapkan Pengujian

yang Diperlukan Guna Mencapai Tujuan Audit d. Menetapkan Jangka Waktu

Pemeriksaan

e. Mengidentifikasi aspek teknis, risiko, proses, dan transaksi yang harus diuji

3

Pelaksanaan Penugasan Audit a. Proses Audit

(59)

41 4

Pelaporan Hasil Audit

a. Pembuatan Laporan yang harus Memenuhi Standar Pelaporan

b. Penyusunan Materi Laporan secara Lengkap dan Jelas

c. Proses Penyampaian Laporan

d. Penyampaian Laporan

5

Tindak Lanjut Hasil Audit a. Pemantauan atas

Pelaksanaan Tindak Lanjut b. Analisis Kecukupan Tindak

Lanjut

c. Pelaporan Tindak Lanjut

2. Untuk menjawab rumusan masalah kedua tentang apakah pelaksanaan

pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, yaitu dengan mengamati praktik yang dilakukan

kemudian menganalisis kesesuaian pelaksanaan dengan standar yang

telah ditetapkan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi. Berikut adalah

(60)

42 Tabel 3.2 Analisis Kesesuaian Pelaksanaan Pemberian Kredit

di BPR Madani Sejahtera Abadi dengan Prosedur/Ketentuan

No Ketentuan Ya Tidak Ket

A Tahap Permohonan

1

Surat pengajuan permohonan kredit

dilakukan langsung oleh calon nasabah,

tidak melalui pihak ketiga lainnya/broker.

2

Surat permohonan diajukan secara tertulis

oleh calon debitur diantaranya

mencantumkan secara jelas tujuan surat,

tanggal surat, data calon debitur, dan

maksud permohonan.

3

Surat permohonan kredit sebelum dianalisa

telah mendapatkan petunjuk/pengarahan

terlebih dahulu oleh pimpinan Divisi

Administrasi Kredit.

4

Setiap penerimaan permohonan dicatat

pada buku registrasi dan diberikan nomor

register, untuk tindak lanjut atas surat

permohonan tersebut.

5

Bank memeriksa legalitas permohonan

kredit.

- Sebagai subjek hukum - Izin usahanya

- Tidak termasuk daftar hitam Bank Indonesia Daftar Kredit Macet di Indonesia.

6

Legalitas permohonan kredit telah benar.

- Pemohon diajukan dan mendapat izin

(61)

43

No Ketentuan Ya Tidak Ket

B Tahap Analisis Kelayakan Kredit

1 Inspeksi dilaksanakan untuk pemohon kredit yang bersangkutan.

2

Meneliti dan menilai tentang kebutuhan

modal, penyediaan dana sendiri oleh

debitur, rencana penarikan kredit, jadwal

angsuran, dan penghitungan kelayakan

usaha.

3

Analisis harus dilakukan secara sistematis,

dan diserahkan kepada Divisi Legalisasi

dan Realisasi.

4

Hasil analisis merupakan dasar pemutusan

pemberian kredit oleh Divisi Legalisasi

dan Realisasi.

C Tahap Pemeringkatan Kredit

1

Melakukan pemeringkatan kredit dengan

berpedoman pada Keputusan Direksi

tentang Pedoman Pelaksanaan Manajemen

Risiko Kredit.

2

Melaporkan secara tertulis apabila

ditemukan masalah yang nantinya akan

menimbulkan risiko kredit.

3

Hasil pemeringkatan kredit menjadi dasar

pertimbangan keputusan kredit oleh Divisi

Legalisasi dan Realisasi atas permohonan

(62)

44

No Ketentuan Ya Tidak Ket

D Tahap Keputusan Kredit

1

Pemutusan pemberian kredit dilakukan

atas dasar ketentuan kelayakan kredit yang

berlaku.

2

Pemutusan pemberian plafond per nasabah

sesuai dengan ketentuan kelayakan kredit

yang berlaku untuk tiap jenis kredit.

3 Keputusan kredit yang disetujui harus disertai dengan syarat-syarat kredit.

4

Keputusan kredit yang ditolak disampaikan

kepada calon debitur secara tertulis dengan

memberikan alasan yang jelas dan

bijaksana.

E Tahap Perjanjian Kredit

1

Penandatanganan perjanjian kredit beserta

seluruh perjanjian tuntutannya,

dilaksanakan setelah debitur

menandatangani Surat Persetujuan

Pemberian Kredit (SPPK).

2

Surat Persetujuan Pemberian Kredit

(SPPK) dengan materai diserahkan

kembali ke pihak Bank.

3

Nominal kredit yang relatif besar atau

permasalahan hukum yang cukup

kompleks, maka perjanjian kredit

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .........................................................
Tabel 3.1 Analisis Pelaksanaan Audit Operasional terhadap  Prosedur Pemberian Kredit yang Dijalankan oleh
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Audit Operasional terhadap Prosedur Pemberian Kredit
Tabel 3.1 Analisis Pelaksanaan Audit Operasional terhadap Prosedur Pemberian Kredit yang Dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi dengan Peraturan Bank Indonesia No
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Bank BPR pasar klaten penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui prosedur pemberian kredit yang baik dalam pemberian pinjaman kredit sehingga jumlah

Roma Sumihar: Prosedur pemberian kredit pada PT... Roma Sumihar: Prosedur pemberian kredit

BPR Kurnia Sewon menurut standar operasional prosedur (SOP) kredit, (2) mengetahui kinerja sistem pengendalian internal dalam tugasnya menangani kredit bermasalah sesuai

pada pengajuan perjanjian kredit di BPR Bank Pasar Surakarta. Untuk mengetahui bagaimana permasalahan yang timbul pada. pelaksanaan pengajuan prosedur perjanjian kredit di

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan audit operasional dan menganalisis apakah audit operasional mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan di

Universitas Kristen Maranatha  Tahap-tahap pelaksanaan audit internal kredit pada BPR.X cukup memadai. Pelaksanaan audit internal kredit pada BPR.X terdiri dari 4

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan audit operasional yang diterapkan dalam perusahaan dan untuk mengetahui peranan audit operasional dalam menunjang

PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT DAN MEKANISME PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA