ABSTRAK
ANALISIS AUDIT OPERASIONAL
TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi)
Putri Ariska Novitasari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1) mengetahui apakah pelaksanaan audit operasional terhadap prosedur pemberian kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999, dan untuk (2) mengetahui apakah pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan ketentuan pemberian kredit yang berlaku.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode deksriptif yang memaparkan bagaimana pelaksanaan audit operasional pada BPR Madani Sejahtera Abadi. Data yang digunakan adalah data primer berupa hasil wawancara dengan auditor internal bagian kredit dan bagian lain yang terkait.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan audit operasional atas kegiatan perkreditan pada BPR Madani Sejahtera Abadi sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999. Adapun pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
ABSTRACT
OPERATIONAL AUDIT ANALYSIS OF THE CREDIT APPROVAL PROCEDURE
A Case Study at BPR Madani Sejahtera Abadi
Putri Ariska Novitasari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
The purpose of this research are (1) to determine whether operational audit of credit approval procedure conducted by BPR Madani Sejahtera Abadi has been in accordance with the regulation of Indonesia Central Bank No. 1/6/PBI/1999, and (2) to examine whether the credit approval procedure at BPR Madani Sejahtera Abadi in compliance with the guideline setting up by BPR Madani Sejahtera Abadi is related with the credit approval procedure.
This research is a case study. Data was analyzed by descriptive analysis. The data was primary data that was collected through interview with the internal auditor of the credit division and related departments.
The results showed that the implementation of operational audit of credit approval procedure at BPR Madani Sejahtera Abadi has been in accordance with the regulation of Indonesia Central Bank No. 1/6/PBI/1999. Furthermore, it has been proven that the credit approval procedure in BPR Madani Sejahtera Abadi was in compliance with the guideline that have been set by BPR Madani Sejahtera Abadi.
ANALISIS AUDIT OPERASIONAL
TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT Studi Kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Putri Ariska Novitasari NIM : 112114055
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
ANALISIS AUDIT OPERASIONAL
TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT Studi Kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Putri Ariska Novitasari NIM : 112114055
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iii
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Yesterday = History Tommorow = Mistery
Today = Gift
That’s why it is called present
(ANONIM)
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; Carilah, maka kamu akan mendapat; Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta, menerima, dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu
dibukakan. (Mat. 7: 7-8)
Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba. Karena didalam mencoba kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil
(MT)
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
ANALISIS AUDIT OPERASIONAL TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus BPR Madani Sejahtera Abadi) adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 29 April 2016 Yang membuat pernyataan
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama: Putri Ariska Novitasari NIM: 112114055
Prodi: Akuntansi Fakultas: Ekonomi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
ANALISIS AUDIT OPERASIONAL TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus BPR Madani Sejahtera Abadi)
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 29 April 2016 Yang membuat pernyataan
vii ABSTRAK
ANALISIS AUDIT OPERASIONAL
TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi)
Putri Ariska Novitasari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1) mengetahui apakah pelaksanaan audit operasional terhadap prosedur pemberian kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999, dan untuk (2) mengetahui apakah pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan ketentuan pemberian kredit yang berlaku.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode deksriptif yang memaparkan bagaimana pelaksanaan audit operasional pada BPR Madani Sejahtera Abadi. Data yang digunakan adalah data primer berupa hasil wawancara dengan auditor internal bagian kredit dan bagian lain yang terkait.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan audit operasional atas kegiatan perkreditan pada BPR Madani Sejahtera Abadi sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999. Adapun pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
viii ABSTRACT
OPERATIONAL AUDIT ANALYSIS OF THE CREDIT APPROVAL PROCEDURE
A Case Study at BPR Madani Sejahtera Abadi
Putri Ariska Novitasari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
The purpose of this research are (1) to determine whether operational audit of credit approval procedure conducted by BPR Madani Sejahtera Abadi has been in accordance with the regulation of Indonesia Central Bank No. 1/6/PBI/1999, and (2) to examine whether the credit approval procedure at BPR Madani Sejahtera Abadi in compliance with the guideline setting up by BPR Madani Sejahtera Abadi is related with the credit approval procedure.
This research is a case study. Data was analyzed by descriptive analysis. The data was primary data that was collected through interview with the internal auditor of the credit division and related departments.
The results showed that the implementation of operational audit of credit approval procedure at BPR Madani Sejahtera Abadi has been in accordance with the regulation of Indonesia Central Bank No. 1/6/PBI/1999. Furthermore, it has been proven that the credit approval procedure in BPR Madani Sejahtera Abadi was in compliance with the guideline that have been set by BPR Madani Sejahtera Abadi.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Audit Operasional Terhadap Prosedur Pemberian Kredit” Studi Kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi Yogyakarta. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tentunya mendapat bantuan,
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian penulis.
2. Bapak Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, M.Si., Ak., QIA., CA selaku
Pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan sabar.
3. Bapak Lilik selaku pimpinan BPR Madani Sejahtera Abadi yang telah
berkenan membantu penulis dalam mencari data yang dibutuhkan selama
x
4. Orang tua penulis, Bapak Eko Setyo Wahyudi, SE., dan Ibu Rosita Fitri
Anggraini yang selalu berusaha memberikan semangat, doa, dan kasih sayang
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Adik tersayang Yolanda Ayudya Wardani yang selalu menemani, memberikan
semangat, dan meyakinkan bahwa tidak ada yang sulit selama kita mau
berusaha menyelesaikannya.
6. Nenek tersayang Christina Lasmi yang tidak pernah meninggalkanku dalam
setiap doa. Dan selalu mengajarkan cinta, kasih, semangat, dan memberikan
keyakinan bahwa saya mampu menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman MPT yang selalu berusaha bersama dari awal dan saling
memberi support satu sama lain.
8. Teman-teman mahasiswa Akuntansi (terutama angkatan 2011 kelas B), terima
kasih atas kebahagiaan, tawa canda, kekompakan, dan kebersamaan yang telah
kita lalui bersama di kota Jogja ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangannya, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Yogyakarta, 29 April 2016
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
ABSTRAK ... vii
E. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II LANDASAN TEORI A. Auditing... 7
B. Audit Operasional ... 9
1. Audit Operasional ... 9
2. Kriteria dan Ruang Lingkup Audit Operasional ... 9
3. Tujuan dan Manfaat Audit Operasional ... 11
4. Tipe Audit Operasional ... 13
5. Tahap-Tahap Audit Operasional ... 14
6. Pelaksana Audit Operasional ... 19
7. Perbedaan Audit Operasional dengan Audit keuangan ... 20
C. Perkreditan ... 21
6. Prosedur Pemberian Kredit Bank ... 27
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29
E. Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 ... 32
xii BAB III METODA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian... 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37
D. Jenis Data ... 38
E. Teknik Pengumpulan Data ... 38
F. Teknik Analisis Data ... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah BPR Madani Sejahtera Abadi... 47
B. Visi dan Misi BPR Madani Sejahtera Abadi ... 48
C. Struktur Organisasi BPR Madani Sejahtera Abadi... 49
D.
Struktur Organisasi Kredit ... 52E. Pelaksana Audit Operasional BPR Madani Sejahtera Abadi ... 61
BAB V ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Audit Operasional terhadap Prosedur Pemberian Kredit yang Dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi ... 64
B. Pelaksanaan Pemberian Kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi ... 87
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 101
B. Keterbatasan Penelitian ... 101
C. Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 103
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 36
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPR Madani Sejahtera Abadi ... 48
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kredit ... 52
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Analisis Pelaksanaan Audit Operasional terhadap Prosedur Pemberian Kredit yang Dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi dengan Peraturan
Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 ... 40
Tabel 3.2 Analisis Kesesuaian Pelaksanaan Pemberian Kredit
di BPR Madani Sejahtera Abadi dengan Ketentuan ... 42
Tabel 5.1 Hasil Analisis Pelaksanaan Audit Operasional
terhadap Prosedur Pemberian Kredit yang Dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi dengan Peraturan
Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 ... 77
Tabel 5.2 Hasil Analisis Kesesuaian Pelaksanaan Pemberian
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan ekonomi suatu negara sangat bergantung pada
perkembangan dari sektor perbankan. Krisis ekonomi dan moneter yang
sempat singgah di Indonesia memberikan gambaran nyata betapa
pentingnya peran sektor perbankan dalam suatu negara. Ketika sektor
perbankan dalam keadaan terpuruk, perekonomian nasional juga turut
merasakan keterpurukannya, demikian juga sebaliknya. Peran perbankan
dalam pembangunan ekonomi adalah sebagai sumber dana bagi kegiatan
ekonomi. Contoh yang sering kita temui adalah dalam bentuk perkreditan
bagi masyarakat perseorangan atau badan usaha.
Menurut UU RI nomor 10 tahun 1998, jenis perbankan terdiri dari dua
jenis bank yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR). Dalam hal
ini dibahas mengenai bank perkreditan rakyat adalah bank yang tidak
memberikan jasa lalu lintas pembayaran, yang dalam pelaksanaan kegiatan
usahanya dapat secara konvensional atau prinsip syariah. Bank perkreditan
rakyat menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka,
tabungan, dan dalam bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Menurut Mulyono (2002: 12), kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
2 mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan. Berdasarkan penjelasan diatas, pinjaman atau kredit dapat
berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang. Kemudian
adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit
(debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah
dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban
masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama.
Kredit mempunyai suatu kedudukan yang strategis sebagai salah satu
sumber uang yang diperlukan dalam membiayai kegiatan usaha yang dapat
dititik beratkan sebagai salah satu kunci kehidupan bagi setiap manusia.
Fasilitas kredit yang diberikan oleh bank merupakan aset terbesar bagi bank.
Dalam hal kegiatan bank memberikan fasilitas kredit, resiko kerugian
sebagian besar bersumber pada kegiatan tersebut sehingga apabila tidak
dikelola dengan baik dan disertai pengawasan yang memadai, bisa
dikatakan mengancam kelangsungan hidup bank tersebut.
Untuk menekan resiko piutang macet atau bahkan piutang tak tertagih,
dan pembayaran yang diterima perusahaan dapat berjalan dengan lancar
serta orang yang bertindak sebagai pelaksana pemberian kredit dalam
menjalankan tugasnya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan,
diperlukan suatu pemeriksaan. Dalam kaitannya dengan pemeriksaan, perlu
terlebih dahulu memahami prosedur pemberian kredit serta prinsip-prinsip
3 mengantisipasi setiap kecurangan, penyelewengan, dan penyimpangan yang
terjadi yang dapat merugikan perusahaan dan dapat berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan manajemen. Dalam melaksanakan pemberian kredit
terhadap calon konsumen, diperlukan pemeriksaan terhadap setiap prosedur
yang dilakukan oleh pelaksana agar sesuai dengan prosedur dan ketentuan
yang ditetapkan serta memenuhi prinsip-prinsip dalam pemberian kredit.
Adapun pemeriksaan yang terkait dengan prosedur pemberian kredit
ini adalah pemeriksaan operasional atau biasa kita kenal dengan istilah audit
operasional. Menurut Tunggal (2001), audit operasional yaitu proses yang
sistematis, menilai operasi organisasi, menilai efektifitas, efisiensi dan
ekonomi operasi, melaporkan kepada orang yang tepat, dan memberikan
rekomendasi atau perbaikan.
Audit operasional pada umumnya dipahami sebagai penyelesaian atas
masalah efisiensi dan efektifitas, karena pengujian terhadap efektifitas
pengendalian intern oleh auditor intern merupakan bagian dari audit
operasional jika tujuannya adalah membantu perusahaan menjalankan
kegiatan usahanya supaya lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, bisa
dikatakan bahwa audit operasional merupakan alat bantu bagi manajemen
khususnya dalam fungsi pengendalian intern.
Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian hanya pada satu aktivitas
yaitu prosedur pemberian kredit. Prosedur pemberian kredit ini berperan
4 kepada nasabah, yang secara tidak langsung akan berpengaruh pula pada
tingkat efektivitas dan efisiensi bank tersebut. Berdasarkan uraian di atas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pelaksanaan audit
operasional terhadap prosedur pemberian kredit yang dijalankan oleh BPR
Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.
1/6/PBI/1999 yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis
Audit Operasional Terhadap Prosedur Pemberian Kredit”.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah pelaksanaan audit operasional terhadap prosedur pemberian
kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai
dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999?
2. Apakah pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera
Abadi telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pelaksanaan audit operasional terhadap prosedur pemberian
kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi.
2. Mengetahui pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera
5 D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Bank
Dapat membantu pihak Bank dalam mengetahui apakah prosedur
pemberian kredit yang telah digunakan selama ini efektif dan efisien, dan
untuk meminimalisir masalah terjadinya kredit macet.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Dapat menambah referensi masalah tentang perbankan dan perkreditan,
khususnya untuk peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam prosedur
pemberian kredit dengan melakukan audit operasional.
3. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan tentang perbankan dan perkreditan, serta
audit operasional dalam prosedur pemberian kredit dalam perbankan
dapat diterapkan dalam pekerjaan.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini diuraikan seluk beluk tentang dasar-dasar audit,
6 BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan tentang jenis penelitian, tempat dan
waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, data yang
digunakan, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan
sampel, dan teknik analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Dalam bab ini diuraikan tentang sejarah berdirinya Bank
Perkreditan Rakyat Madani Sejahtera Abadi, struktur organisasi
dan ruang lingkup Bank Perkreditan Rakyat Madani Sejahtera
Abadi.
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai pelaksanaan audit
operasional terhadap prosedur pemberian kredit yang dijalankan
oleh Bank Perkreditan Rakyat, dan peranan audit operasional
dalam meningkatkan efektivitas kegiatan perkreditan pada Bank
Perkreditan Rakyat
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan,
keterbatasan, dan saran-saran yang kiranya dapat membangun
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Auditing
Banyak penjelasan mengenai apa itu auditing, untuk memahami lebih
jauh mengenai pengertian auditing. Sukrisno (2004) mengatakan bahwa
auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang
telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan
bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Dari pernyataan diatas, auditing merupakan proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai
pernyataan tentang kejadian dan tindakan ekonomi untuk menentukan
tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang
ditetapkan dan untuk menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
Audit dibagi menjadi beberapa tipe, pembagian ini dimaksudkan
untuk memudahkan auditor dalam menentukan sasaran dan tujuan dari
kegiatan audit yang akan dilakukan. Menurut Mulyadi (2010), tipe audit
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu audit laporan keuangan, audit
8 1. Audit laporan keuangan (financial statement audit)
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor
independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya
untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut. Dalam laporan keuangan ini, auditor independen menilai
kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip
akuntansi berterima umum.
2. Audit kepatuhan (compliance audit)
Audit kepatuhan adalah audit yang tugasnya untuk menentukan
apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Audit
kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
3. Audit operasional(operational audit)
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan
organisasi atau bagian dari padanya, dalam hubungannya dengan tujuan
tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk:
a. Mengevaluasi kinerja
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
9 B. Audit Operasional
1. Pengertian Audit Operasional
Untuk memahami lebih jauh mengenai pengertian audit
operasional, ada beberapa definisi yang diambil dari berbagai
sumber.Menurut Bhayangkara IBK (2011: 2), audit operasional adalah
pengevaluasian terhadap efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan.
Audit operasional lebih berorientasi kemasa depan, artinya hasil dari
penilaian berbagai kegiatan operasional tersebut diharapkan dapat
membantu manajemen dalam meningkatkan efektivitas pencapaian
tujuan yang ditetapkan oleh badan usaha.
Dari definisi tersebut dapat kita lihat bahwa audit operasional
merupakan suatu tinjauan yang sistematis dari aktivitas organisasi, hal ini
dilakukan untuk mencapai tujuan.Tujuannya adalah untuk:
a. Menilai kinerja.
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan.
c. Mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan atau kegiatan lebih
lanjut.
2. Kriteria dan Ruang Lingkup Audit Operasional
Menurut Arens et al (2008: 847), beberapa kriteria yang dapat
10 a. Historical Performance (Kinerja Historis)
Historical performance atau yang biasa kita kenal sebagai
kinerja historis merupakan seperangkat kriteria sederhana yang dapat
didasarkan pada hasil audit periode sebelumnya. Gagasan di balik
penggunaan kriteria ini adalah membandingkan apakah yang telah
dilakukan menjadi “lebih baik” atau “lebih buruk”. Manfaat kriteria
ini adalah bahwa kriteria tersebut mudah dibuat, tetapi mungkin tidak
memberikan pandangan mendalam mengenai seberapa baik atau
buruk sebenarnya unit usaha yang diperiksa dalam melakukan sesuatu.
b. Benchmarking (Kinerja yang dapat diperbandingkan)
Benchmarking merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan
hasil yang dicapai oleh organisasi lain yang sejenis. Walaupun
penilaian prestasi masa lalu, tetapi hasil penilaian menggunakan
kriteria ini pun belum tentu memberikan gambaran yang tepat
mengenai keadaan organisasi, karena perbedaan situasi dan kondisi
yang dihadapi oleh dua organisasi yang berbeda.
c. Enginereed Standards (Standar Rekayasa)
Enginereed Standards merupakan kriteria yang ditetapkan
berdasarkan standar rekayasa, seperti penggunaan time and motion
11 d. Discussion and Agreement (Diskusi dan Kesepakatan)
Discussion and Agreement merupakan kriteria yang ditetapkan
berdasarkan hasil diskusi dan persetujuan bersama antara manajemen
dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam audit operasional.
Menurut Widjayanto (2001: 19), ruang lingkup dari audit operasional
adalah audit operasional mencakup tinjauan atas tujuan perusahaan,
lingkungan perusahaan, lingkungan perusahaan beroperasi, personalia
dan kadangkala mencakup fasilitas fisik.
3. Tujuan dan Manfaat Audit Operasional
Menurut Tunggal (2008), tujuan audit operasional yaitu:
a. Membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling
efisien.
b. Mengusulkan kepada manajemen cara-cara dan alat-alat untuk
mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang
pengetahuan tentang pengelolaan yang efisien.
c. Mencapai efisiensi dari pengelolaan.
d. Membantu manajemen, auditor operasional berhubungan dengan
setiap fase dari aktivitas usaha yang merupakan dasar pelayanan
kepada manajemen.
e. Membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang
12 Dengan tercapainya tujuan tersebut, menurut Tunggal (2008), audit
operasional memberikan beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:
a. Memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu untuk
pengambilan keputusan.
b. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan dan laporan
dalam sistem pengendalian.
c. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang ditetapkan
rencana-rencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah.
d. Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk
menentukan tindakan yang akan diambil.
e. Menilai keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya
termasuk memperkecil pemborosan.
f. Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan
yang telah ditetapkan.
g. Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh tahap
operasi perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, manfaat audit operasional berorientasi
ke arah peningkatan prestasi manajemen diwaktu yang akan datang yang
bermanfaat bagi perusahaan tersebut. Hasil audit operasional diharapkan
akan menemukan titik permasalahan yang mendasar dalam pelaksanaan
13 4. Tipe Audit Operasional
Menurut Arens et al (2008: 844-845), ada tiga tipe audit
operasional yaitu:
a. Audit Fungsional (Functional Audits)
Audit fungsional berkaitan dengan sebuah fungsi atau lebih
dalam suatu organisasi, misalnya fungsi pengeluaran kas, penerimaan
kas, pembayaran gaji. Audit fungsional memungkinkan adanya
spesialisasi oleh auditor. Auditor yang merupakan staf dari internal
audit dapat lebih efisien memakai seluruh waktu mereka untuk
memeriksa dalam bidang tersbut. Tapi disamping itu, audit fungsional
memiliki kekurangan yaitu tidak dievaluasinya fungsi yang saling
berkaitan.
b. Audit Organisasional (Organizational Audits)
Audit organisasional menyangkut keseluruhan unit organisasi,
seperti departemen, cabang, atau anak perusahaan. Penekanan dalam
audit ini adalah seberapan efisien dan efektif fungsi-fungsi saling
berinteraksi. Rencana organisasi dan metode-metode untuk
mengkoordinasikan aktivitas yang ada, sangat penting untuk audit
jenis ini.
c. Penugasan Khusus (Special Assigments)
Penugasan khusus timbul atas permintaan manajemen, sehingga
14 menentukan penyebab sistem EDP yang efektif, penyelidikan
kemungkinan fraud dalam suatu divisi dan membuat rekomendasi
untuk mengurangi biaya pembuatan suatu barang.
5. Tahap-Tahap Audit Operasional
Menurut Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 Tgl. 20 Desember 1999
tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar
Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum, pelaksanaan audit dapat
dibedakan dalam 5 (lima) tahap kegiatan yaitu tahap persiapan audit,
penyusunan program audit, pelaksanaan penugasan audit, pelaporan hasil
audit dan tindak lanjut hasil audit.
a. Persiapan Audit
Pelaksanaan audit harus dipersiapkan dengan baik agar tujuan
audit dapat dicapai dengan cara efisien. Langkah yang perlu
diperhatikan pada tahap persiapan audit meliputi penetapan
penugasan, pemberitahuan audit dan penelitian pendahuluan.
1) Penetapan penugasan audit dimaksudkan untuk pemberitahuan
kepada auditor sebagai dasar untuk melakukan audit sebagaimana
ditetapkan dalam rencana audit tahunan bank. Penetapan penugasan
disampaikan oleh kepala SKAI kepada ketua dan tim audit dalam
bentuk surat penugasan, yang antara lain menetapkan ketua dan
15 2) Pelaksanaan Auditor Intern harus dilengkapi dengan surat
pemberitahuan audit dari SKAI, yang dapat disampaikan kepada
auditee sebelum atau pada saat audit dilaksanakan.
3) Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mengenal dan
memahami setiap kegiatan atau fungsi Auditee secara umum
supaya audit dapat difokuskan pada hal-hal yang strategis. Dalam
tahap ini Auditor harus mengenal dengan baik aspek-aspek dari
Auditee antara lain fungsi, struktur organisasi, wewenang dan
tanggung jawab, kebijakan, sistem dan prosedur operasional, risiko
kegiatan dan pengendaliannya, indikator keberhasilan, aspek legal
dan ketentuan lainnya.
b. Penyusunan Program Audit
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, maka disusun
program audit. Program audit harus:
1) Merupakan dokumentasi prosedur bagi Auditor Intern dalam
mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasikan dan
mendokumentasikan informasi selama pelaksanaan audit, termasuk
catatan untuk pemeriksaan yang akan datang.
2) Menyatakan tujuan audit.
3) Menetapkan luas, tingkat dan metodologi pengujian yang
diperlukan guna mencapai tujuan audit untuk tiap tahapan audit.
16 5) Mengindentifikasi aspek-aspek teknis, risiko, proses dan transaksi
yang harus diuji, termasuk pengolahan data elektronik.
Adanya program audit secara tertulis akan memudahkan
pengendalian audit selama tahap-tahap pelaksanaan. Program audit
tersebut dapat diubah sesuai dengan kebutuhan selama audit berlangsung.
c. Pelaksanaan Penugasan Audit
Tahap pelaksanaan audit meliputi kegiatan mengumpulkan,
menganalisis, menginterpretasikan dan mendokumentasikan
bukti-bukti audit serta informasi lain yang dibutuhkan, sesuai dengan
prosedur yang digariskan dalam program audit untuk mendukung hasil
audit. Proses audit meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Mengumpulkan bukti dan informasi yang cukup, kompeten dan
relevan.
2) Memeriksa dan mengevaluasi semua bukti dan informasi untuk
mendapatkan temuan dan rekomendasi audit.
3) Menetapkan metode dan tehnik sampling yang dapat dipakai dan
dikembangkan sesuai dengan keadaan.
4) Supervisi atas proses pengumpulan bukti dan informasi serta
pengujian yang telah dilakukan.
5) Mendokumentasikan Kertas Kerja Audit.
17 d. Pelaporan Hasil Audit
Setelah selesai melakukan kegiatan audit, Auditor Intern
berkewajiban untuk menuangkan hasil audit tersebut dalam bentuk
laporan tertulis. Laporan tersebut harus memenuhi standar pelaporan,
memuat kelengkapan materi dan melalui proses penyusunan yang
baik. Proses penyusunan laporan perlu dilakukan dengan cermat agar
dapat disajikan laporan yang akurat dan bermanfaat bagi Auditee.
Proses tersebut antara lain mencakup:
1) Kompilasi dan analisis temuan audit. Temuan audit yang akan
dituangkan dalam laporan harus dikompilasi dan dianalisis tingkat
signifikasinya.
2) Konfirmasi dengan Auditee. Temuan audit harus dikonfirmasikan
dengan Auditee untuk diketahui dan dipahami.
3) Diskusi dengan Kepala SKAI. Temuan audit yang sudah
dikompilasi dan dianalisis harus dilaporkan serta didiskusikan
dengan Kepala SKAI ataupejabat yang ditunjuk.
4) Diskusi dengan Auditee. Diskusi ini dimaksudkan agar Auditee
memberikan komitmen dan bersedia melakukan perbaikan dalam
batas waktu tertentu yang dijanjikan.
5) Review laporan. Konsep laporan yang disusun oleh tim audit
direview oleh Kepala SKAI atau pejabat yang ditunjuk agar
diperoleh keyakinan bahwa laporan tersebut telah lengkap dan
18 e. Tindak lanjut Hasil Audit
SKAI harus memantau dan menganalisis serta melaporkan
perkembangan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang telah
dilakukan Auditee. Tindak lanjut tersebut meliputi pemantauan atas
pelaksanaan tindak lanjut, analisis kecukupan tindak lanjut dan
pelaporan tindak lanjut. SKAI harus memantau dan menganalisis serta
melaporkan perkembangan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang
telah dilakukan Auditee. Tindak lanjut tersebut meliputi:
1) Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut. Pemantauan atas
pelaksanaan tindak lanjut harus dilakukan, agar dapat diketahui
perkembangannya dan dapat diingatkan kepada Auditee apabila
Auditee belum dapat melaksanakan komitmen perbaikan menjelang
atau sampai batas waktu yang dijanjikan.
2) Analisis kecukupan tindak lanjut. Dari hasil pemantauan
pelaksanaan tindak lanjut, dilakukan analisis kecukupan atas
realisasi janji perbaikan yang telah dilaksanakan Auditee.
Selanjutnya pengecekan kembali tindak lanjut perlu dilakukan
apabila terdapat kesulitan atau hambatan yang menyebabkan tindak
lanjut tersebut tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya.
3) Pelaporan tindak lanjut. Dalam hal pelaksanaan tindak lanjut tidak
dilaksanakan oleh Auditee, maka SKAI memberikan laporan
tertulis kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris untuk
19 6. Pelaksana Audit Operasional
Dalam bukunya Arens et al (2008: 845-846), mengemukakan
bahwa “Operational audit are usually performed by one of three group;
internal auditors, government auditor, CPA firms”.
Audit operasional dapat dilaksanakan oleh pihak sebagai berikut:
a. Auditor Internal
Auditor internal memiliki posisi yang unik untuk melaksanakan
audit operasional. Manfaat yang diperoleh jika auditor internal
melakukan audit operasional adalah bahwa mereka menggunakan
seluruh waktu kerja untuk perusahaan yang mereka audit. Untuk
memaksimumkan efektivitasnya, bagian audit internal harus melapor
kepada dewan direksi atau direktur utama. Auditor internal juga harus
mempunyai akses dan mengadakan komunikasi yang
berkesinambungan dengan komite auditor dewan direksi. Struktur
organisasi ini membantu auditor agar tetap independen.
b. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah melaksanakan audit operasional yang
seringkali merupakan bagian dari pelaksanaan audit keuangan.
Auditor pemerintahan terdiri dari para akuntan dari Badan Pemeriksa
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dahulu Direktorat Jenderal
20 pemerintah biasanya memberi perhatian pada kedua macam
pemeriksaan baik untuk keuangan maupun audit operasional.
c. Auditor Eksternal
Pada waktu akuntan publik melakukan audit atas laporan
keuangan historis, sebagian dari audit itu biasanya terdiri dari
pengidentifikasian masalah-masalah operasional dan membuat
rekomendasi yang dapat bermanfaat bagi klien audit. Rekomendasi itu
dapat dikatakan secara lisan, tetapi biasanya menggunakan surat
manajemen. Pengetahuan dasar mengenai bisnis klien yang dimiliki
auditor eksternal dalam melaksanakan audit seringkali memberikan
informasi yang berguna dalam memberikan rekomendasi-rekomendasi
operasional. Auditor yang mempunyai latarbelakang bisnis dan
pengalaman yang luas dengan perusahaan-perusahaan serupa akan
cenderung lebih efektif dalam membantu klien dengan rekomendasi
operasional yang relevan dibandingkan dengan yang tidak mempunyai
kualitas seperti itu.
7. Perbedaan Audit Operasional dan Audit Keuangan
Menurut Arens et al (2008: 842), perbedaan audit operasional dan
audit keuangan adalah:
a. Audit keuangan berorientasi pada masa lalu dan lebih menekankan
pada apakah informasi historis dicatat dengan benar. Sedangkan audit
21 b. Dalam hal distribusi laporan, audit keuangan ditujukan kepada banyak
pemakai laporan keuangan dan didistribusikan secara detil. Sedangkan
laporan audit operasional sangat berbeda dari satu audit ke audit
lainnya karena keterbatasan distribusi operasional dan beragamnya
sifat audit untuk efisiensi dan efektivitas.
c. Pada keterlibatan bidang bukan keuangan, audit operasional
mencakup banyak aspek efisiensi dan efektivitas dalam sebuah badan
usaha. Audit keuangan dibatasi hanya pada hal-hal yang langsung
mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan.
C. Perkreditan
1. Pengertian Kredit
Dalam UU RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dengan pijak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan
atau pembagian hasil keuntungan.
2. Tujuan dan Fungsi Kredit
Menurut Kasmir (2010: 100), tujuan pemberian kredit adalah
mencari keuntungan, membantu usaha nasabah, dan membantu
22 bank yang akan mengemban tugas sebagai agent of development adalah
untuk:
a. Mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan.
b. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya
guna menjamin terpenuhinya kebutuhan organisasi.
c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan
dapat memperluas usahanya
Menurut Kasmir (2010: 101), fungsi dari kredit untuk:
a. Meningkatkan daya guna uang.
b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
c. Meningkatkan daya guna uang.
d. Meningkatkan peredaran barang.
e. Sebagai alat stabilisasi ekonomi.
f. Meningkatkan pemerataan pendapatan.
g. Meningkatkan semangat usaha.
h. Meningkatkan hubungan internasional
3. Jenis-Jenis Kredit
Menurut Kasmir (2010: 103-106), jenis-jenis kredit yang diberikan
23 a. Kredit dibedakan berdasarkan tujuannya
1) Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.
2) Kredit Produktif
Kredit yang diberikan untuk meningkatkan usaha atau produksi
atau investasi.
3) Kredit Perdagangan
Kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk
membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk membeli barang
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan
barang dagang tersebut.
b. Kredit dibedakan berdasarkan jangka waktunya
1) Kredit Jangka Pendek
Kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun dan biasanya
digunakan untuk keperluan modal kerja.
2) Kredit Jangka Menengah
Kredit yang berjangka waktu satu sampai tiga tahun dan biasanya
digunakan untuk melakukan investasi.
3) Kredit Jangka Panjang
24 c. Kredit dibedakan berdasarkan segi jaminannya
1) Kredit Tanpa Jaminan
Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.
2) Kredit Jaminan
Kredit yang diberikan dengan menggunakan suatu jaminan.
Jaminan tersebut dapat berupa barang berwujud atau tidak
berwujud atau jaminan orang.
d. Kredit dibedakan berdasarkan kegunaanya
1) Kredit Modal Kerja
Kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh suatu bank
untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan sehingga
dapat meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
2) Kredit Investasi
Kredit jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan oleh
suatu bank untuk melakukan investasi atau penanaman modal, yang
ditujukan untuk memperluas usahanya atau membangun
25 4. Unsur-unsur Kredit
Unsur-unsur kredit menurut Suyatno (2003) adalah:
a. Kepercayaan
Adanya keyakinan dari pihak bank terhadap prestasi yang
diberikan kepada nasabah debitur yang akan dilunasinya sesuai
dengan jangka waktu dijanjikan.
b. Jangka Waktu
Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan
pelunasannya, dimana jangka waktu tersebut sebelumnya telah
ditentukan terlebih dahulu, berdasarkan kesepakatan bersama.
c. Prestasi
Adanya objek berupa prestasi dan kontraprestasi pada saat
tercapainya kesepakatan dalam perjanjian pemberian kredit antara
bank dengan nasabah debitur, berupa bunga atau imbalan.
d. Risiko
Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan
pelunasannya memungkinkan adanya resiko dalam perjanjian kredit
tersebut. Untuk mencegah resiko tersebut diadakan peningkatan
26 5. Prinsip Kredit
Prinsip-prinsip pemberian kredit didasarkan pada Pasal 1 UU No.
10 Tahun 1998 tentang perbankan kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit yang diberikan oleh bank
memiliki resiko, sehingga dalam memberikan kredit perlu
memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat dengan memberikan
jaminan kepada debitur. Sebelum kredit diberikan, bank harus melakukan
penilaian terlebih dahulu terhadap watak, modal, jaminan, dan prospek
usaha dari debitur.
Menurut Peraturan BI (nomor 8/24/PBI/2006), secara umum bank
wajib memberikan kredit dengan menggunakan prinsip pemberian kredit
“The 5C Analisys Of Credit” yaitu:
a. Character
Merupakan data tentang calon debitur. Character ini untuk
mengetahui apakah nantinya calon debitur jujur dan berusaha untuk
memenuhi kewajibannya.
b. Capacity
Merupakan kemampuan calon debitur dalam mengelola
27 usahanya, sejarah perusahaan yang pernah dikelola. Capacity ini
merupakan ukuran dari kemampuan untuk membayar.
c. Capital
Kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang
dikelolanya. Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan laba rugi, struktur
permodalan, dan ratio-ratio keuntungan. Dari data ini bisa dinilai
apakah calon debitur memang layak diberikan pinjaman atau tidak.
d. Collateral
Jaminan yang mungkin dapat disita apabila ternyata calon
debitur benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Collateral ini
diperhitungkan di akhir jika ada kesangsian dalam
pertimbangan-pertimbangan lain.
e. Condition
Merupakan kondisi ekonomi yang dimiliki oleh usaha calon
debitur. Karena suatu usaha sangat tergantung pada kondisi
perekonomian.
6. Prosedur Pemberian Kredit Bank
Menurut Firdaus, Ariyanti (2009: 91-133), tahapan pemberian
kredit yaitu:
a. Persiapan Kredit (credit preparation)
Kegiatan tahap permulaan dengan maksud untuk saling
28 terutama calon debitur baru, biasanya dilakukan melalui wawancara
atau cara-cara lain.
b. Analisis atau Penilaian Kredit (credit analysis/credit appraisal)
Dalam tahap ini diadakan penilaian yang mendalam tentang
keadaan usaha atau proyek pemohon kredit.
c. Keputusan Kredit (Credit Desicion)
Atas dasar laporan hasil analisi kredit, maka pihak bank melalui
pemutus kredit, dapat memutuskan permohonan kredit tersebut layak
untuk diberi kredit atau tidak. Jika tidak dapat diberikan, maka
permohonan tersebut harus ditolak melalui surat penolakan, bila
permohonan layak untuk diberikan, maka dituangkan dalam surat
keputusan kredit yang memuat beberapa persyaratan tertentu.
d. Pelaksanaan dan Administrasi Kredit (realization and administration
credit)
Pada tahap ini kedua belah pihak (bank dan calon debitur)
menandatangani perjanjian kredit beserta lampiran-lampirannya.
e. Supervisi Kredit & Pembinaan Debitur (credit supervision & follow
up)
Supervisi/pengawasan/pengendalian kredit dan pembinaan
29 diberikan oleh bank dengan jalan terus memantau/memonitor dan
mengikuti jalannya perusahaan (secara langsung atau tidak langsung),
serta memberikan saran/nasihat dan konsultasi agar
perusahaan/debitur berjalan baik sesuai dengan rencana, sehingga
pengembalian kredit akan berjalan dengan baik pula.
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Review penelitian terdahulu sangat berguna bagi penulis untuk
menambah informasi mengenai masalah yang akan penulis teliti. Review
penelitian ini memberikan rujukan mengenai daftar bacaan, teori, serta
pandangan dalam memahami permasalahan yang dihadapi.
Penelitian Admawarti (2006) yang berjudul audit operasional
pengelolaan dana program kompensasi subsidi bahan bakar minyak bidang
kesehatan, mengatakan bahwa struktur PT Bahtera Adiguna Cabang Padang
sudah cukup baik dengan adanya pemisahan tugas dan wewenang dari
masing-masing bagian dan adanya pengendalian internal yang baik dalam
perusahaan yang bisa dilihat dalam pelaksanaan prosedur kegiatan
perusahaan yaitu prosedur penjualan jasa perusahaan dan prosedur
penerimaaan uang jasa tersebut. Audit operasional pada PT ini terdiri dari 5
tahap yaitu tahap persiapan, tahap pemeriksaan pendahuluan, tahap
pemeriksaan lanjutan, laporan hasil pemeriksaan operasional, tindak lanjut
hasil audit. Semua rekomendasi yang diberikan oleh auditor internal, juga
telah ditanggapi ditindak lanjuti oleh pihak manajemen perusahaan. Berarti
30 dan efektivitas perusahaan. Penelitian ini menyatakan bahwa audit
operasional bisa menilai ketepatan dan pencapaian yang telah dilakukan dari
suatu instansi, serta dapat menentukan kelemahan dan kelebihan dari
kegiatan yang dilakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Prameswari (2008) yang berjudul
Audit operasional atas prosedur pemberian kredit untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pada PT BNI (Persero) Tbk wilayah 02 Padang,
menyimpulkan bahwa struktur organisasi sudah cukup baik, hal ini karena
pemisihan tugas dan wewenang dari masing-masing unit. Dengan adanya
pemimpin wilayah yang didukung oleh pemimpin wilayah yang
bertanggung jawab secara langsung terhadap pimpinan wilayah, dan
dilaksanakannya audit operasional ternyata dapat dilihat bahwa pemberian
kredit sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Selain itu audit operasional
dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi melalui saran dan rekomendasi
yang diberikan oleh auditor dengan catatan manajemen harus melakukan
tindak lanjut. Peran auditor tidak berhenti sampai disini tetapi auditor harus
memonitor perkembangan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang telah
dilakukan. Ini membuktikan bahwa auditor tidak hanya sebatas menemukan
masalah serta memberikan saran dan rekomendasi tetapi juga menekankan
bagaimana pemberian kredit sesuai dengan prosedur yang ada sehingga
pelaksanaan audit operasional terbukti dapat meningkatkan efektivitas dan
efisiensi atas prosedur pemberian kredit. Metode penelitian dilakukan
31 kepustakaan melalui memperbandingkan teori yang telah diperoleh dengan
kenyataan kemudian dianalisa.
Penelitian Satria (2009) menguji peranan audit operasional pada
fungsi pemasaran perusahaan manufaktur dengan menggabungkan alat
analisis data yaitu, Content Analisis (peran), Analisis Varian (realisasi
dengan anggaran), Analisis SWOT, Analisis Rasio Keuangan (profitabilitas
dan rentabilitas). Dari hasil penelitiannya, dapat ditemukan bahwa
program-program, kebijakan dan prosedur pemasaran yang dijalankan telah banyak
yang tercapai dalam batas waktu yang ditargetkan, meskipun tanpa
memperdulikan biaya yang dikeluarkan. Ditinjau dari segi kuantitas
penjualan, perusahaan telah menunjukkan perkembangan sehingga
perusahaan dapat dikatakan efektif. Penerapan Oracle System pada jaringan
prosedur yang membentuk sistem pemasaran, pembagian tugas, akses
otorisasi dan tanggung jawab yang jelas telah meningkatkan efisiensi fungsi
pemasaran. Penelitian yang telah dijelaskan diatas dapat memberikan
gambaran bagi penulis mengenai bagaimana peranan dan fungsi audit
operasional bagi perusahaan. Selain itu juga memberikan pengetahuan lebih
bagi penulis mengenai metode dan analisis yang dilakukan.
Penulis menggunakan perbandingan penelitian terdahulu dimaksudkan
untuk dijadikan bahan perbandingan karena adanya beberapa persamaan di
dalam penelitian dan mempelajari metode yang digunakan serta
membandingkan hasil penelitian yang telah peneliti terdahulu lakukan.
32 penelitian oleh penulis adalah audit operasional kegiatan perkreditan pada
Bank Perkreditan Rakyat Madani Sejahtera Abadi, sedangkan objek dari
penelitian terdahulu adalah audit operasional pada perusahaan dan bank
yang berbeda.
E. Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999
Dalam rangka restrukturisasi perbankan nasional, telah dilaksanakan
beberapa langkah perbaikan antara lain berupa program rekapitalisasi
perbankan, penilaian terhadap pemilik dan pengurus bank, dan penyesuaian
beberapa ketentuan perbankan yang berhubungan dengan pelaksanaan
prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan bank. Berbagai langkah yang telah
dilaksanakan tersebut perlu terus dipantau tindak lanjutnya agar tetap sesuai
dengan tujuan yang diharapkan yaitu terciptanya sistem perbankan yang
sehat.
Selain peningkatan fungsi pengawasan bank oleh Bank Indonesia, dari
sisi intern di setiap bank perlu dilakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan
langkah-langkah perbaikan yang telah direncanakan serta untuk selalu
memastikan ketaatan bank terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku dibidang perbankan. Adapun tahapan audit operasional menurut
Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 adalah:
a. Persiapan Audit
1) Pendekatan auditor intern
2) Penetapan penugasan
33 4) Penelitian pendahuluan
b. Penyusunan Program Audit
1) Menyatakan tujuan audit
2) Menetapkan pengujian yang diperlukan guna mencapai tujuan audit
3) Menetapkan jangka waktu pemeriksaan
4) Mengidentifikasi aspek teknis, risiko, proses, dan transaksi yang harus
diuji
c. Pelaksanaan Penugasan Audit
1) Proses audit
2) Pengumpulan bukti audit
3) Evaluasi hasil audit
d. Pelaporan Hasil Audit
1) Pembuatan laporan yang harus memenuhi standar pelaporan
2) Penyusunan materi laporan secara lengkap dan jelas
3) Proses penyampaian laporan
4) Penyampaian laporan
e. Tindak Lanjut Hasil Audit
1) Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut
2) Analisis kecukupan tindak lanjut
34 F. Kerangka Pemikiran
Bank adalah lembaga keuangan yang memiliki peran yang cukup
penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara, hal ini bisa dilihat
melalui definisi perbankan sebagaimana tercantum dalam UU No. 10 tahun
1998 pasal 1 ayat 2 tentang perbankan, di mana fungsi bank dapat
dijabarkan dalam 3 hal, sebagai berikut.
1. Bank sebagai penghimpun dana, yaitu bank menyimpan dana dari
masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan.
2. Bank sebagai penyalur dana, yaitu bank menyalurkan dana dalam bentuk
kredit atau pinjaman kepada masyarakat.
3. Bank melaksanakan berbagai jasa yang diperlukan masyarakat dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Kredit merupakan asset bank yang memiliki risiko (risk asset) karena
asset tersebut dikuasai pihak luar yaitu pihak debitur dan dana yang
dipergunakan bank untuk dipinjamkan sebagian besar merupakan titipan
masyarakat yang berbentuk deposito, tabungan, dan giro. Oleh karena itu
Bank harus berusaha keras mengelola asset tersebut agar kualitas kredit
menjadi sehat dalam arti produktif sehingga bank dapat menjamin
keamanan dana masyarakat yang telah disimpan di bank dan juga dapat
memberikan kontribusi pendapatan yang besar bagi bank.
Dalam aktivitas perkreditan, pengambilan keputusan dalam
35 terakhir dari tahap penyeleksian dan merupakan awal dari pelaksanaan atau
realisasi kredit apabila permohonan kredit disetujui. Dalam hal ini
manajemen akan sangat berperan, karena pengambilan keputusan mengenai
pemberian kredit dilakukan oleh manajemen. Bank harus berusaha
meminimalisir risiko munculnya kredit bermasalah dengan jalan menjaga
mutu kredit yang disalurkan. Untuk memastikan bahwa kegiatan operasional
bank khususnya pemberian kredit telah berjalan dengan baik dan tepat
sasaran sekaligus memberikan perbaikan atas segala kekurangan, maka bank
perlu melakukan suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasional yang
dijalankan salah satunya melalui audit operasional.
Berdasarkan uraian diatas terbentuklah suatu kerangka pemikiran
yang nantinya akan digunakan untuk menyelesaikan penelitian, dapat dilihat
36 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Audit Operasional
terhadap Prosedur Pemberian Kredit BANK
Fungsi Bank:
1. Penghimpun dana 2. Penyalur dana
3. Melaksanakan berbagai jasa lainnya yang diperlukan masyarakat
Pemberian Kredit
Audit Operasional Indikator:
1. Persiapan Audit
2. Penyusunan Program Audit 3. Pelaksanaan Penugasan Audit 4. Pelaporan Hasil Audit 5. Tindak Lanjut Hasil Audit
Pemberian Kredit Indikator:
1. Prosedur pemberian kredit 2. Prinsip penilaian permohonan
kredit
37 BAB III
METODA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Menurut Asep
(2009: 21), studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali
suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program,
event, proses, institusi, atau kelompok sosial), serta mengumpulkan
informasi yang rinci dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan
data selama suatu periode tertentu.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Waktu Penelitian:
Mei - Juli 2015
2. Tempat Penelitian:
BPR Madani Sejahtera Abadi
Jl. C. Simanjuntak 26, Terban, Yogyakarta 55223
C. Subjek dan Obyek Penelitian 1. Subjek Penelitian:
Karyawan yang terkait proses pemberian kredit.
2. Obyek Penelitian :
a. Hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait.
38 D. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama atau
yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti. Sebagai contoh jawaban
dari pertanyaan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak yang
berwenang untuk memberikan data dan informasi dalam pengumpulan data
yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, data primer yang
dikumpulkan penulis adalah hasil wawancara dengan auditor internal kredit
dan karyawan bagian kredit.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh sehubungan dengan
perusahaan yang telah terdokumentasi, seperti struktur organisasi
perusahaan, sejarah perusahaan, dan data kelengkapan lainnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah:
1. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan
langsung mengenai keadaan perusahaan dan prosedur pemberian kredit,
khususnya kepada pimpinan dan karyawan PT. Bank Perkreditan Rakyat
39 2. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan
mempelajari dokumen, berkas, atau catatan yang berhubungan dengan
obyek penelitian seperti gambaran umum perusahaan, sejarah dan
perkembangan perusahaan, struktur organisasi dan uraian tugas, surat
permohonan kredit, analis kredit, surat keputusan kredit, bukti pencairan
kredit, dan bukti jaminan atas perjanjian kredit.
F. Teknik Analisis Data
1. Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama tentang apakah
pelaksanaan kegiatan audit operasional terhadap prosedur pemberian
kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai
dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999, yaitu dilakukan
berdasarkan penjabaran pelaksanaan audit operasional pada BPR Madani
Sejahtera Abadi sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaannya kemudian
penulis menganalisis kesesuaian pelaksanaan auditdengan Peraturan
Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999. Berikut adalah format penilaian yang
40 Tabel 3.1 Analisis Pelaksanaan Audit Operasional terhadap Prosedur
Pemberian Kredit yang Dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999
NO Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999
a. Pendekatan Auditor Intern b. Penetapan Penugasan b. Menyatakan Tujuan Audit c. Menetapkan Pengujian
yang Diperlukan Guna Mencapai Tujuan Audit d. Menetapkan Jangka Waktu
Pemeriksaan
e. Mengidentifikasi aspek teknis, risiko, proses, dan transaksi yang harus diuji
3
Pelaksanaan Penugasan Audit a. Proses Audit
41 4
Pelaporan Hasil Audit
a. Pembuatan Laporan yang harus Memenuhi Standar Pelaporan
b. Penyusunan Materi Laporan secara Lengkap dan Jelas
c. Proses Penyampaian Laporan
d. Penyampaian Laporan
5
Tindak Lanjut Hasil Audit a. Pemantauan atas
Pelaksanaan Tindak Lanjut b. Analisis Kecukupan Tindak
Lanjut
c. Pelaporan Tindak Lanjut
2. Untuk menjawab rumusan masalah kedua tentang apakah pelaksanaan
pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, yaitu dengan mengamati praktik yang dilakukan
kemudian menganalisis kesesuaian pelaksanaan dengan standar yang
telah ditetapkan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi. Berikut adalah
42 Tabel 3.2 Analisis Kesesuaian Pelaksanaan Pemberian Kredit
di BPR Madani Sejahtera Abadi dengan Prosedur/Ketentuan
No Ketentuan Ya Tidak Ket
A Tahap Permohonan
1
Surat pengajuan permohonan kredit
dilakukan langsung oleh calon nasabah,
tidak melalui pihak ketiga lainnya/broker.
2
Surat permohonan diajukan secara tertulis
oleh calon debitur diantaranya
mencantumkan secara jelas tujuan surat,
tanggal surat, data calon debitur, dan
maksud permohonan.
3
Surat permohonan kredit sebelum dianalisa
telah mendapatkan petunjuk/pengarahan
terlebih dahulu oleh pimpinan Divisi
Administrasi Kredit.
4
Setiap penerimaan permohonan dicatat
pada buku registrasi dan diberikan nomor
register, untuk tindak lanjut atas surat
permohonan tersebut.
5
Bank memeriksa legalitas permohonan
kredit.
- Sebagai subjek hukum - Izin usahanya
- Tidak termasuk daftar hitam Bank Indonesia Daftar Kredit Macet di Indonesia.
6
Legalitas permohonan kredit telah benar.
- Pemohon diajukan dan mendapat izin
43
No Ketentuan Ya Tidak Ket
B Tahap Analisis Kelayakan Kredit
1 Inspeksi dilaksanakan untuk pemohon kredit yang bersangkutan.
2
Meneliti dan menilai tentang kebutuhan
modal, penyediaan dana sendiri oleh
debitur, rencana penarikan kredit, jadwal
angsuran, dan penghitungan kelayakan
usaha.
3
Analisis harus dilakukan secara sistematis,
dan diserahkan kepada Divisi Legalisasi
dan Realisasi.
4
Hasil analisis merupakan dasar pemutusan
pemberian kredit oleh Divisi Legalisasi
dan Realisasi.
C Tahap Pemeringkatan Kredit
1
Melakukan pemeringkatan kredit dengan
berpedoman pada Keputusan Direksi
tentang Pedoman Pelaksanaan Manajemen
Risiko Kredit.
2
Melaporkan secara tertulis apabila
ditemukan masalah yang nantinya akan
menimbulkan risiko kredit.
3
Hasil pemeringkatan kredit menjadi dasar
pertimbangan keputusan kredit oleh Divisi
Legalisasi dan Realisasi atas permohonan
44
No Ketentuan Ya Tidak Ket
D Tahap Keputusan Kredit
1
Pemutusan pemberian kredit dilakukan
atas dasar ketentuan kelayakan kredit yang
berlaku.
2
Pemutusan pemberian plafond per nasabah
sesuai dengan ketentuan kelayakan kredit
yang berlaku untuk tiap jenis kredit.
3 Keputusan kredit yang disetujui harus disertai dengan syarat-syarat kredit.
4
Keputusan kredit yang ditolak disampaikan
kepada calon debitur secara tertulis dengan
memberikan alasan yang jelas dan
bijaksana.
E Tahap Perjanjian Kredit
1
Penandatanganan perjanjian kredit beserta
seluruh perjanjian tuntutannya,
dilaksanakan setelah debitur
menandatangani Surat Persetujuan
Pemberian Kredit (SPPK).
2
Surat Persetujuan Pemberian Kredit
(SPPK) dengan materai diserahkan
kembali ke pihak Bank.
3
Nominal kredit yang relatif besar atau
permasalahan hukum yang cukup
kompleks, maka perjanjian kredit