• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PRAKTIK MANAJERIAL PADA PERSEPSI KARYAWAN TENTANG KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN EMOSIONAL SEBAGAI VARIABEL MEDIASI (Studi pada Karyawan Solo Inn Surakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PRAKTIK MANAJERIAL PADA PERSEPSI KARYAWAN TENTANG KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN EMOSIONAL SEBAGAI VARIABEL MEDIASI (Studi pada Karyawan Solo Inn Surakarta)"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PADA PERSEPSI KARYAWAN TENTANG KUALITAS PELAYANAN

DENGAN KEPUASAN EMOSIONAL SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

(Studi pada Karyawan Solo Inn Surakarta)

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

DYAH FITRI KURNIASARI

F0206128

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

Skripsi dengan Judul

PENGARUH PRAKTIK MANAJERIAL

PADA PERSEPSI KARYAWAN TENTANG KUALITAS PELAYANAN

DENGAN KEPUASAN EMOSIONAL SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

(Studi pada Karyawan Solo Inn Surakarta)

Surakarta, Februari 2011

(3)

commit to user

iii

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas

(4)

commit to user

iv

Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah, sesungguhnya Allah

adalah Dzat yang maha melihat kepada hambanya.

(Al-Mu’min, 40 : 44)

Langkah untuk sukses adalah mengejarnya dengan konsisten

(Anonim)

Berikan kritikan terhadap seseorang di hadapannya dan berikan pujian

di belakangnya

(5)

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecil ini untuk:

· Kedua orangtuaku, Drs. H. Sulardi Mpd & Dra. Hj. Nur Fajariyah

· Adikku, Fakhrul Arif Al Rasyid

(6)

commit to user

vi Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan kasih dan sayang-Nya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PRAKTIK MANAJERIAL

PADA PERSEPSI KARYAWAN TENTANG KUALITAS PELAYANAN

DENGAN KEPUASAN EMOSIONAL SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

(Studi Pada Karyawan Solo Inn Surakarta)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dan persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Skripsi ini tidak akan selesai tanpa doa, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Hunik Sri Runing S, Msi., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi saran dan masukan kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.

3. Dra. Endang Suhari, MSi., selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Reza Rahardian, SE, MSi., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen.

4. Drs. Djoko Purwanto, MBA., selaku pembimbing akademis.

5. Seluruh dosen dan staff administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(7)

commit to user

vii skripsi ini.

Penulis menyadari, skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Februari 2011

(8)

commit to user

viii

HALAMAN JUDUL……….. i

ABSTRAK………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….... iii

HALAMAN PENGESAHAN……….... iv

HALAMAN MOTTO……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN………. vi

KATA PENGANTAR……….... vii

DAFTAR ISI………. ix

DAFTAR TABEL……….. xi

DAFTAR GAMBAR……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiv

BAB I. PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Perumusan Masalah……….. 6

C. Tujuan Penelitian……….. 7

D. Manfaat penelitian……… 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………..…………...………. 10

A. Praktik Manajerial...………... 10

B. Persepsi Karyawan Tentang Kualitas Pelayanan...………….. 15

C. Kepuasan Emosional...……….………....….… 18

D. Kepuasan Emosional Versus The Concept Of Emotional Labor...…. 20

E. Penelitian Terdahulu……….…………...………. 23

F. Kerangka Pemikiran..……… 24

(9)

commit to user

ix

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel……… 33

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...……… 34

D. Sumber Data………. 37

E. Metode Pengumpulan Data………...…... 38

F. Metode Analisis Data...……….. 38

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……….. 42

A. Deskripsi Obyek Penelitian..……… 42

B. Analisis Deskriptif...……….…………. 55

C. Uji Validitas……….. 63

D. Uji Reliabilitas……….. 68

E. Uji Hipotesis………. 68

F. Pembahasan………. 78

BAB V. PENUTUP………. 86

A. Kesimpulan ……… 86

B. Keterbatasan………...…….... 90

C. Saran………..…. 90 DAFTAR PUSTAKA

(10)

commit to user

x

Tabel IV.1 Deskripsi Responden Jumlah Kuesioner... 55

Tabel IV.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis kelamin... 56

Tabel IV.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia... 56

Tabel IV.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 57

Tabel IV.5 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Imbalan Manajerial ...... 58

Tabel IV.6 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Dukungan Manajerial... 59

Tabel IV.7 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Kepuasan Emosional Negatif... 60

Tabel IV.8 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Kepuasan Emosional Positif... 61

Tabel IV.9 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Persepsi Karyawan... 62

Tabel IV.10 Hasil Uji KMO... 64

Tabel IV.11 Hasil Confirmatory Factor Analysis... 65

Tabel IV.12 Hasil Confirmatory Factor Analysis Setelah Revisi.……….. 67

Tabel IV.13 Hasil Uji Reliabilitas... 68

Tabel IV.14 Hasil Analisis Regresi Sederhana... 69

Tabel IV.15 Hasil Analisis Regresi Sederhana... 70

Tabel IV.16 Hasil Analisis Regresi Sederhana...……….. 70

Tabel IV.17 Hasil Analisis Regresi Sederhana... 71

(11)

commit to user

xi

Tabel IV.21 Hasil Analisis Regresi Berganda... 75

(12)

commit to user

xii

(13)

commit to user

xiii Lampiran 1 Daftar Kuesioner

Lampiran 2 Daftar Jawaban Responden Lampiran 3 Hasil Analisis Validitas

(14)

commit to user

1 PADA PERSEPSI KARYAWAN TENTANG KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN EMOSIONAL SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

(Studi pada Karyawan Solo Inn Surakarta) DYAH FITRI KURNIASARI

NIM : F 0206128

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh praktik manajerial pada persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan dengan kepuasan emosional sebagai variabel mediasi. Rumusan masalah yang akan diteliti apakah imbalan berpengaruh positif pada persepsi karyawan tentang tingkat kualitas pelayanan; apakah imbalan berpengaruh positif pada kepuasan emosional positif; apakah imbalan berpengaruh negatif pada kepuasan emosional negatif; apakah kepuasan emosional positif memediasi hubungan antara imbalan dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan; apakah kepuasan emosional negatif memediasi hubungan antara imbalan dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan; apakah dukungan berpengaruh positif pada persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan; apakah dukungan berpengaruh positif pada kepuasan emosional positif; apakah dukungan berpengaruh negatif pada kepuasan emosional negatif; apakah kepuasan emosional positif memediasi hubungan antara dukungan dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan dan apakah kepuasan emosional negatif memediasi hubungan antara dukungan dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan.

Populasi penelitian ini adalah karyawan Solo Inn Surakarta, dengan sampel penelitian sejumlah 115 responden. Adapun teknik sampling yang digunakan yaitu Convenience sampling. Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah dengan menggunakan analisis regresi sederhana dan regresi berganda dari Baron dan Kenny (1986) dengan bantuan program SPSS 16.

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis regresi sederhana dan regresi berganda dari Baron dan Kenny (1986) didapatkan bahwa imbalan berpengaruh positif pada persepsi karyawan dan kepuasan emosional positif serta berpengaruh negatif pada kepuasan emosional negatif, dukungan berpengaruh positif pada persepsi karyawan dan kepuasan emosional positif serta berpengaruh negatif pada kepuasan emosional negatif. Selain itu didapatkan bahwa kepuasan emosional positif dan kepuasan emosional negatif memediasi pengaruh imbalan dan dukungan pada persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan. Dengan demikian semua hipotesis dalam penelitian ini didukung.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut maka diajukan saran-saran sebagai berikut : (1) Penelitian selanjutnya diharapkan dilakukan lebih mendalam, (2) Atasan diharapkan dapat memberikan imbalan dan dukungan yang sesuai bagi karyawan karena akan mengurangi kepuasan emosional negatif yang muncul dari karyawan, (3) Perusahaan diharapkan mempertahankan atau meningkatkan kepuasan emosional positif sehingga persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan akan semakin baik.

(15)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sebuah organisasi kemampuan manajerial wajib dimiliki oleh seorang pimpinan atau manajer, baik dalam mengelola kinerja pribadi, mengelola

karyawan, maupun organisasinya (Hendrik, 1999). Dalam mengelola perusahaan, seorang manajer tidak bisa hanya mengandalkan pendekatan alamiah, natural,

doing by flow, tetapi harus memiliki kemampuan managerial yang handal (Hendrik, 1999). Misalnya berupa dukungan atau memberi imbalan jika kinerja

karyawan memberikan hasil yang memuaskan.

Menurut Pfeffer (1994) praktik-praktik manajerial memiliki potensi

untuk mempengaruhi perilaku dan respon karyawan secara efektif dengan cara-cara yang memperbaiki kualitas pelayanan dan tentu saja untuk meningkatkan

kemampuan karyawan. Sebagian besar pemimpin berusaha untuk memaksimalkan kualitas pelayanan karyawan mereka untuk mencapai tujuan organisasi (misalnya

kepuasan dan loyalitas pelanggan). Beberapa praktik manajerial yang berpengaruh pada kualitas pelayanan meliputi pelatihan, dukungan, organisasi, penilaian kinerja dan motivasi yang bermanfaat untuk organisasi terutama untuk karyawan (Jasfar, 2005).

Penjelasan tentang praktik manajerial pada penelitian sebelumnya telah menunjukkan pentingnya praktik manajerial bagi kualitas pelayanan

(16)

commit to user

2 1996). Menurut Babakus et al. (2003) bahwa praktik-praktik manajerial seperti pelatihan, pemberdayaan, pemberian kompensasi, imbalan, penghargaan dan

dukungan berpengaruh pada kinerja karyawan. Bowen dan Schneider (1985), dalam penelitiannya juga menemukan bahwa praktik-praktik manajerial seperti

pelatihan berkorelasi dengan perilaku pro-sosial karyawan yang meningkatkan kesejahteraan pelanggan. Dalam pekerjaan yang berkaitan dengan pelayanan

karyawan dituntut untuk memberikan yang terbaik kepada pelanggan, contohnya karyawan diberikan seminar tentang perilaku individu atau diberi motivasi (Robbins, 2001).

Menurut Ranupandojo (1990) praktik manajerial yang dilakukan

manajer kepada karyawan ini disebut motivasi. Pada dasarnya motivasi yang diberikan dibagi menjadi dua yaitu motivasi positif dan motivasi negatif.

Ranupandojo (1990) menjelaskan pengertian motivasi positif adalah proses untuk mencoba mempengaruhi orang lain agar menjalankan sesuatu yang kita inginkan

dengan cara memberikan kemungkinan untuk mendapatkan hadiah. Contohnya bisa berupa imbalan, dukungan, atau jenis penghargaan lainnya. Sedangkan

motivasi negatif adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang kita inginkan, tetapi teknik dasar yang digunakan adalah lewat kekuatan ketakutan. Contohnya, seperti ancaman penurunan pangkat. Penggunaan motivasi positif seringkali lebih berhasil meningkatkan produktivitas

karyawan dalam jangka panjang.

Dalam penelitian ini praktik manajerial yang dibahas adalah tentang

(17)

commit to user

3 unsur penting bagi praktik manajerial. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa praktik imbalan itu penting karena dua alasan (Church, 1995 ; Liu, 2006).

Pertama, sebuah imbalan memiliki dampak memotivasi para karyawan untuk melakukan apa yang manajer harapkan dari mereka. Kedua, baik berdampak

positif atau negatif imbalan mempengaruhi persepsi karyawan. Sebuah praktik imbalan dianggap oleh karyawan mampu memotivasi mereka untuk melakukan

yang terbaik dalam interaksi mereka dengan pelanggan dan memiliki dampak positif terhadap kepuasan pelanggan (Liu, 2006).

Praktik dukungan manajerial diartikan sebagai tingkat di mana karyawan menganggap manajer mereka memberikan dukungan dan perhatian.

Seorang manajer yang mendukung adalah manajer yang memberi bimbingan kepada karyawannya dengan memperlakukan mereka secara adil dan menganggap

masukan dari mereka sangat bemanfaat (Johnston, 1999). Babin dan Boles (1996) telah menemukan sebuah korelasi positif antara dukungan atasan dengan

kepuasan kerja. Brown dan Peterson (1993) menjelaskan bahwa karyawan yang percaya bahwa manajer mereka menunjukkan perhatian dan dukungan untuk

mereka bisa membuat kinerja yang maksimal di tempat kerja.

Menurut Anderson (2002) dua jenis emosi yaitu emosi positif dan emosi negatif dalam pengembangan penelitian emosi diartikan sebagai kepuasan emosional karena dalam penelitian tersebut kepuasan emosional mencakup respon

emosi dan ekspresi seperti gembira, marah, takut dan rasa puas terhadap pekerjaan. Penelitian dari Singh (2000) menyatakan imbalan karyawan tentang

(18)

commit to user

4 Goleman et al. (2003) mengemukakan bahwa kepuasan emosional menjadi inti dari praktik manajerial yang efektif. Dasborough dan Ashkanasy (2002) juga telah

menyatakan manajemen secara intrinsik merupakan proses emosional para manajer yang mencoba untuk menimbulkan emosi di kalangan karyawan.

Walaupun kepuasan emosional sangat berperan penting dalam manajemen, namun penelitian empirisnya masih terbatas. Menurut Glaso dan Einarsen (2006),

penelitian tentang pengalaman kepuasan emosional saat bekerja sedang dikembangkan.

Peran kepuasan emosional merupakan sebuah unsur pokok dalam pekerjaan yang berhubungan dengan jasa atau pelayanan. Bagozzi et al. (1999) mengutarakan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana kepuasan emosional mempengaruhi perilaku karyawan. Singh (2000) juga

berpendapat bahwa diperlukan penelitian-penelitian yang sistematis mengenai anteseden dan pengaruh kepuasan emosional.

Menurut Plutchik (1980) kepuasan emosional meliputi ekspresi emosi, seperti gembira, marah, takut, atau sejumlah dimensi yang mendasari kategori

emosional, seperti kenyamanan, ketidaknyamanan, relaksasi, tindakan, ketenangan dan kegembiraan.

Definisi persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi

makna kepada lingkungan mereka (Robbins, 2001). Persepsi karyawan sangat menentukan apakah praktik manajerial yang diberikan pihak manajemen tepat dan

(19)

commit to user

5 persepsi karyawan akan berdampak positif dan memotivasi karyawan untuk melakukan kinerja yang baik (Bowen et al., 1999).

Menurut Kennedy-McDoll (2002) penelitian tentang pengaruh praktik manajerial terhadap persepsi karyawan dan peran kepuasan emosional akan sangat

bermanfaat terhadap penelitian jasa, baik secara teoretis dan praktis karena penelitian tersebut belum banyak dilakukan terutama dengan kepuasan emosional

sebagai pemediasi.

Penelitian ini meneliti hubungan praktik manajerial tentang imbalan dan dukungan, dua jenis kepuasan emosional (positif dan negatif) sebagai variabel mediasi, dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan.

Usaha yang bergerak di bidang pelayanan maupun pemberian jasa seperti perhotelan juga memerlukan hubungan kerja yang baik antara manajer,

karyawan dan rekan kerja. Menurut Dimyati (1989) hotel merupakan salah satu dari sekian banyak jenis tempat peristirahatan yang di dalamnya menyediakan

berbagai sarana, prasarana dan fasilitas yang bertujuan untuk memberi pelayanan jasa kepada para pengunjungnya.

Berdasarkan pengertian tersebut usaha perhotelan merupakan bidang usaha yang mengandalkan pemberian pelayanan baik sarana, prasarana dan fasilitas yang baik kepada pengunjung. Karyawan akan dapat bekerja dengan baik apabila karyawan merasa senang dengan pekerjannya dan termotivasi dari atasan.

Solo Inn dipilih menjadi objek penelitian karena Hotel ini adalah salah satu hotel rujukan dari Kota Solo. Berbagai macam fasilitas hotel dan jasa yang diberikan

(20)

commit to user

6 dikenal terbaik di di Solo. Selain itu Solo Inn berada tepat di pusat kota Solo sehingga menarik beberapa wisatawan untuk menginap.

Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini menarik untuk dikaji lebih dalam, yang akan dituangkan dalam bentuk rencana penelitian yang

berjudul : PENGARUH PRAKTIK MANAJERIAL PADA PERSEPSI

KARYAWAN TENTANG KUALITAS PELAYANAN DENGAN

KEPUASAN EMOSIONAL SEBAGAI VARIABEL MEDIASI (Studi pada

Karyawan Solo Inn Surakarta)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah imbalan berpengaruh positif pada persepsi karyawan tentang tingkat kualitas pelayanan.?

2. Apakah imbalan berpengaruh positif pada kepuasan emosional positif ? 3. Apakah imbalan berpengaruh negatif pada kepuasan emosional negatif ?

4. Apakah kepuasan emosional positif memediasi hubungan antara imbalan dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan ?

5. Apakah kepuasan emosional negatif memediasi hubungan antara imbalan dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan ?

6. Apakah dukungan berpengaruh positif pada persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan ?

(21)

commit to user

7 8. Apakah dukungan berpengaruh negatif pada kepuasan emosional negatif ? 9. Apakah kepuasan emosional positif memediasi hubungan antara dukungan

dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan ?

10.Apakah kepuasan emosional negatif memediasi hubungan antara

dukungan dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan ?

C. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah tersebut, penelitian ini memiliki tujuan untuk: 1. Untuk menguji pengaruh imbalan pada persepsi karyawan tentang kualitas

pelayanan.

2. Untuk menguji pengaruh imbalan pada kepuasan emosional positif. 3. Untuk menguji pengaruh imbalan pada kepuasan emosinal negatif.

4. Untuk menguji kepuasan emosional positif sebagai variabel pemediasi hubungan imbalan dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan.

5. Untuk menguji kepuasan emosional negatif sebagai variabel pemediasi hubungan imbalan dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan.

6. Untuk menguji pengaruh dukungan pada persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan.

7. Untuk menguji pengaruh dukungan pada kepuasan emosional positif. 8. Untuk menguji pengaruh dukungan pada kepuasan emosional negatif.

(22)

commit to user

8 10.Untuk menguji kepuasan emosional negatif sebagai variabel pemediasi

hubungan dukungan dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manafaat bagi :

1. Organisasi atau perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana yang positif bagi perusahaan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh praktik manajerial khususnya imbalan dan dukungan pada persepsi karyawan

tentang kualitas pelayanan dengan kepuasan emosional sebagai mediasi. 2. Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana ilmiah yang dapat menambah pengetahuan bagi pembaca yang berkaitan dengan praktik

manajerial, kualitas pelayanan dan kepuasaan emosional. 3. Peneliti

(23)

commit to user

9 4. Penelitian Mendatang

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi pihak lain

(24)

commit to user

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Praktik Manajerial

Menurut Bowen dan Schneider (1985) praktik manajerial adalah

kemampuan pihak manajemen mengatur, mengorganisasi dan memperlakukan karyawan dengan berbagai motivasi seperti imbalan dan dukungan. Dasar pemikiran yang mendasari pendapat ini adalah apabila para manajer atau atasan memperlakukan karyawannya dengan baik, maka

karyawan akan memberikan hasil yang baik terhadap tanggungjawab yang diberikan .

Banyak praktik manajerial yang memiliki potensi untuk menangani perilaku dan respon karyawan dengan cara-cara yang memperbaiki

kualitas pelayanan. Hartline dan Ferrell (1996) berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan yang melatih karyawan secara baik akan memiliki

karyawan yang lebih termotivasi, lebih berpengetahuan, lebih terampil, dan lebih percaya diri dalam menjalankan tugas mereka.

Kebanyakan penelitian telah mendefinisikan, mengkonseptualisasi, dan mengukur praktik-praktik manajerial dari perspektif manajemen. Akan

(25)

commit to user

11 menganggapnya demikian. Penelitian ini menentukan praktik manajerial dari sudut pandang seorang karyawan.

Berdasarkan teori sikap Bagozzi (1992) yang menjelaskan bahwa respon emosi memediasi hubungan antara praktik manajerial dan perilaku

(contohnya penyampaian kualitas). Penelitian ini menentukan praktik manajerial sebagai penaksiran kognitif karyawan tentang praktik para

manajer mereka. Fokus dari penelitian ini terbatas pada imbalan dan dukungan sebagai praktik manajerial.

Bagozzi (1992) menyatakan kedua praktik manajerial berupa imbalan dan dukungan merupakan aspek-aspek mendasar dari praktik

manajerial. Sebenarnya banyak praktik manajerial yang diterapkan terhadap karyawan, seperti pelatihan, pemberdayaan, pemberian

kompensasi, penilaian, dukungan, dan imbalan. Dalam perkembangan penelitian yang dilakukan Bagozzi (1992) imbalan dan dukungan dianggap

paling mempengaruhi kualitas pelayanan dari karyawan.

Menurut Gibson (1996) dukungan diartikan sebagai kesenangan,

bantuan yang diterima seseorang melalui hubungan formal dan informal dengan yang lain atau kelompok. Praktik dukungan manajerial diartikan sebagai tingkat dimana karyawan menganggap mannajer memberi dukungan dan perhatian. Penelitian sebelumnya menghubungkan konsep

(26)

commit to user

12 Singh (2000) menjelaskan bahwa karyawan merasa dukungan atasan mempertinggi tingkat kinerja mereka. Peterson dan Wayne (1986)

menyatakan adanya aturan timbal balik. Aturan timbal balik yaitu karyawan akan merasa wajib memberi usaha yang lebih besar atas imbalan

dan dukungan yang mereka terima dari manajer. Smet (1994) membedakan 4 macam dukungan :

1. Dukungan emosional, individu membutuhkan empati dari orang lain. 2. Dukungan penghargaan, individu membutuhkan penghargaan yang positif

dan penilaian atas usaha-usaha yang dilakukan serta peran sosial yang terdiri atas umpan balik.

3. Dukungan informatif, individu membutuhkan nasehat, pengarahan, saran-saran untuk mengatasi masalah pribadi maupun masalah pekerjaan.

4. Dukungan instrumental, individu membutuhkan bantuan berupa benda, peralatan dan sarana untuk menunjang kinerja.

Sedangkan praktik imbalan manajerial mengartikan praktik ini sebagai keadilan dalam memberikan penghargaan (Liu, 2006). Penelitian

sebelumnya menjelaskan bahwa fokus terhadap imbalan sebagian besar terkait dengan konsep-konsep seperti kepuasan kerja, komitmen kerja dan loyalitas karyawan. Praktik imbalan yang tepat dan adil mampu mendorong karyawan untuk memberikan pelayanan yang baik dan

(27)

commit to user

13 motivator personel dalam mewujudkan tujuan organisasi melalui perilaku yang diharapkan organisasi (Susanto, 2002).

Hasibuan (1994) merinci tujuan pemberian imbalan adalah sebagai berikut :

1. Sebagai ikatan kerja sama

Dengan pemberian imbalan maka akan tercipta suatu ikatan kerja sama

formal antara majikan dengan karyawan, disatu pihak karyawan mempunyai kewajiban untuk mengerjakan dengan baik semua tugas yang dibebankan perusahaan kepadanya, dipihak lain perusahaan mempunyai kewajiban membayar imbalan atau kompensasi sesuai

dengan tugas yang dibebankan. 2. Memberikan kepuasan kerja

Dengan pemberian imbalan diharapkan karyawan dapat memenuhi kebutuhan fisiologis, kebutuhan sosial serta kebutuhan lainnya,

sehingga karyawan memperoleh kepuasan kerja. 3. Rekruitmen yang efektif

Apabila kebijaksanaan imbalan yang akan diterapkan dipandang cukup besar, tentunya pengadaan karyawan yang qualified akan lebih muda. 4. Alat untuk memotivasi

Imbalan akan sangat mempengaruhi motivasi seseorang dalam bekerja.

(28)

commit to user

14 tempat ia bekerja, dan hal ini juga akan mempengaruhi semangatnya dalam bekerja.

5. Stabilitas karyawan

Imbalan yang cukup juga berpengaruh terhadap stabilitas karyawan.

Keluar masuknya karyawan dapat ditekan bahkan bisa dikatakan tidak ada apabila imbalan yang diberikan dirasa cukup adil sehingga

karyawan merasa nyaman dalam bekerja. 6. Disiplin

Disiplin merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan, karena akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

7. Pemerintah

Kebijakan imbalan yang ditetapkan perusahaan harus berpedoman

kepada peraturan perundang-undangan mengenai tarif upah yang telah ditetapkan pemerintah, maupun kebijakan-kebijakan.

Menurut Pfeffer (1994) praktik manajerial baik imbalan maupun dukungan dianggap sebagai dua faktor dasar yang mempengaruhi persepsi

karyawan tentang kualitas pelayanan. Jika praktik manajerial yang diberikan atasan tepat dan adil maka akan memunculkan persepsi yang positif dari karyawan. Dampak yang terjadi dari persepsi yang positif mampu memotivasi karyawan untuk melakukan kinerja yang lebih baik

(29)

commit to user

15 Singh (2000) menemukan bahwa praktik manajerial yang tepat sasaran dan sesuai dengan kapasitas memegang peranan penting terhadap

persepsi karyawan.

2. Persepsi Karyawan Tentang Kualitas Pelayanan

Definisi persepsi adalah suatu proses yang ditempuh

individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka (Robbins, 2001).

Menurut Robbins (2001) ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi. Pertama adalah pelaku persepsi. Bila seorang individu

memandang pada suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadii

dari pelaku persepsi individu tersebut. Faktor kedua adalah target. Karakteristik-karakteristik dari target yang akan diamati dapat

mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Gerakan, bunyi, ukuran dan atribut-atribut lain dari target membentuk bagaimana cara memandangnya.

Contohnya orang yang bersuara keras lebih mungkin untuk diperhatikan dalam suatu kelompok daripada mereka yang pendiam. Faktor ketiga adalah situasi. Unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi yang dibentuk.

Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan

(30)

commit to user

16 mempunyai arti. Menurut Thoha (1993) persepsi pada umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

berasal dari dlam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar

individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik. Dijelaskan oleh Robbins (2003) meskipun individu-individu

memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda.

Menurut Kozlowsky dan Doherty (Budiprasetyo, 1997) aspek-aspek yang terdapat dalam persepsi terhadap karyawan di lingkungan kerja

yaitu :

1. Struktur kerja. Kejelasan secara detail dan rinci pekerjaan yang harus

dikerjakan serta kejelasan deskripsi jabatan masing-masing karyawan. 2. Tanggung jawab kerja, yaitu kejelasan pemisahan tanggung jawab antara

karyawan yang satu dengan karyawan yang lain sehingga tidak terjadi pelemparan atau tanggung jawab atas pekerjaan yang tidak sesuai.

3. Tekanan kerja, yaitu besarnya beban kerja yang diberikan pada setiap karyawan haruslah disesuaikan dengan kemampuan fisik dan akademik yang seimbang antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain. 4. Kebebasan mengambil keputusan, yaitu kesempatan karyawan dalam

(31)

commit to user

17 5. Dukungan pimpinan, yaitu pimpinan menganggap bawahannya sebagai partner yang turut dilibatkan untuk mencapai tujuan bersama, dan

pimpinan berperan sebagai sosok yang mendukung dan memberikan perhatian terhadap karyawan dalam rangka kesuksesan kerja.

6. Kebersamaan, yaitu interaksi antara karyawan satu dengan karyawan yang lain secara terbuka sehingga tercipta keterbukaan dalam masalah kerja dan

menciptakan kerja yang berkualitas.

7. Struktur kerja. Kejelasan secara detail dan rinci pekerjaan yang harus dikerjakan serta kejelasan deskripsi jabatan masing-masing karyawan

Menurut model konseptual Heskett et al. (1997), terdapat suatu hubungan antara kepuasan karyawan dengan kualitas seperti yang dipersepsikan oleh pelanggan. Dalam hal ini telah memperlihatkan bahwa

peran kepuasan emosional karyawan mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan pelanggan. Temuan-temuan tersebut sesuai dengan

definisi Gronroos (1990) tentang kualitas pelayanan seperti persepsi penilaian. Penelitian ini telah berkonsentrasi kepada persepsi pribadi

karyawan tentang kualitas pelayanan yang mereka berikan. Maka dari itu, penelitian ini mengartikan persepsi karyawan tentang kualitas sebagai evaluasi pribadi karyawan tentang kualitas pelayanan yang mereka sampaikan kepada para pelanggan dan meningkatnya kinerja karyawan.

Dijelaskan bahwa persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan berpengaruh erat dengan indikator-indikator kinerja, seperti evaluasi

(32)

commit to user

18 kemampuan dan perbuatan mereka dalam memberikan kualitas pelayanan yang bagus kepada pelanggan adalah penting (Gronroos, 1990).

3. Kepuasan Emosional

Salah satu penjelasan tentang emosi menyatakan bahwa emosi berkembang seiring waktu untuk membantu manusia

memecahkan masalah. Emosi sangat berguna karena memotivasi orang untuk terlibat dalam tindakan penting agar dapat bertahan hidup (www.wikipedia.org).

Emosi mempengaruhi kinerja karyawan dan berdampak pada

kualitas layanan karyawan kepada kepuasan konsumen. Mutu layanan dari karyawan didefinisikan sebagai :“ Service Quality as perceived by customer, can be defined as the extent at discrepancy between customers' expectations or desires and their perception” (Parasuraman, 1985). Jadi mutu layanan merupakan hasil dari perbandingan antara harapan dan persepsi. Pengertian mutu layanan ini merupakan pengertian yang paling

banyak digunakan sampai saat ini. Inilah yang dimaksud dengan Teori Diskonfirmasi harapan (Parasuraman, 1985).

Teori diskonfirmasi harapan telah menjadi model yang dominan untuk menilai kepuasan. Menurut model ini, konfirmasi (diskonfirmasi)

kognitif tentang harapan jasa jika dibandingkan dengan persepsi tentang hasil pelayanan yang sesungguhnya menentukan kepuasan. Akan tetapi,

(33)

commit to user

19 yang kognitif dan pengabaian yang relatif terhadap komponen emosi dapat mengarah kepada tidak cukupnya pemahaman tentang konsep kepuasan.

Cronin (2003) telah mengemukakan emosi sebagai sebuah atribut inti dalam kepuasan dan menunjukkan bahwa model-model kepuasan

seharusnya meliputi sebuah komponen emosi yang terpisah. Wirtz dan Bateson (1999) juga telah berpendapat bahwa sebuah pemisahan antara

komponen kognitif dengan komponen emosi diperlukan dan sekaligus bermanfaat untuk mencontohkan perilaku dalam lingkungan jasa.

Menurut Anderson (2002) dua jenis emosi yaitu emosi positif dan emosi negatif dalam pengembangan penelitian emosi diartikan sebagai

kepuasan emosional karena dalam penelitian tersebut kepuasan emosional mencakup respon emosi dan ekspresi seperti gembira, marah, takut dan

rasa puas terhadap pekerjaan yang mereka lakukan.

Emosi positif meliputi perasaan-perasaan seperti kegembiraan,

kesenangan dan kepuasan hati; emosi negatif dapat meliputi kekhawatiran, marah, ketakutan, depresi, dan kekecewaan.

Kepuasan emosional positif mengakibatkan seseorang untuk tetap dan terus terlibat dalam suatu pekerjaan, sedangkan kepuasan emosional negatif mengakibatkan keputusan yang berlawanan, seperti meninggalkan dan menghentikan keterlibatan dalam pekerjaan

Baron (1996) menyatakan bahwa kepuasan emosional berhubungan dengan perilaku yang membantu munculnya persepsi karyawan. Kepuasan

(34)

commit to user

20 persepsi karyawan. Bagozzi (1992) menyatakan jika kepuasan emosional yang muncul adalah positif maka persepsi karyawan akan berdampak baik

bagi kinerja. Sebaliknya jika kepuasan emosional yang muncul adalah negatif maka persepsi karyawan berdampak tidak baik bagi kinerja.

4. Kepuasan Emosional Versus The Concept of Emotional Labor

Emotional labor adalah situasi saat seorang karyawan mengekspresikan emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama transaksi antarpersonal di tempat kerja

(www.wikipedia.org). Emotional labor muncul dari penelitian-penelitian pada pekerjaan yang

berhubungan dengan jasa atau pelayanan. Sebagai contoh, seorang manajer mengharapkan

karyawannya untuk bersikap sopan dalam interaksi dengan rekan-rekan kerja. Tantangan

sebenarnya adalah ketika para karyawan harus menunjukkan satu emosi sementara pada saat yang bersamaan mengalami emosi yang lain (www.wikipedia.org).

Emotional labor adalah konsep yang sering disebut relevan untuk karyawan yang bekerja dalam lingkungan jasa (www.wikipedia.org).

(35)

commit to user

21 untuk menciptakan ekspresi muka dan jasmani” yang dapat dilihat secara umum. Menurut definisi ini, para karyawan mengatur ekspresi emosi

melalui ekspresi wajah yang mereka berikan kepada orang lain. Cara ini melibatkan emosi untuk mengubah ekspresi.

Menurut Hochchild (1983) secara umum, emosi-emosi ditangani dalam kaitannya dengan emosi umum yang diharapkan oleh organisasi

atau pekerjaan dari karyawan mereka. Akibatnya, perspektif ini menyatakan bahwa secara umum dapat membedakan emosi yang dirasakan oleh seorang karyawan dari emosi yang ia tampilkan, yang memiliki bentuk ekspresi wajah, gerak isyarat, nada suara, dan bahasa

yang digunakan untuk menyampaikan perasaan.

Memperlihatkan emosi yang berbeda dari apa yang seseorang

rasakan meliputi pengaturan emosi, yang merupakan upaya untuk mempengaruhi emosi yang dimiliki, dan bagaimana emosi ini dialami atau

diekspresikan (Gronross, 1990). Aktivitas ini dianggap sebagai tugas (pekerjaan) karena karyawan dibayar untuk menampilkan emosi terbaik

mereka ketika berhadapan dengan konsumen atau orang-orang dalam organisasi (misalnya karyawan jasa) dan menghasilkan keadaan emosi yang tepat. Contohnya pelayan penerbangan diharapkan ceria, penasihat pemakaman diharapkan sedih dan para dokter diharapkan tenang secara

emosional. Penjelasan dari Gronroos (1990) ini telah terfokus kepada

(36)

commit to user

22 kepada bagaimana dan apa yang diekspresikan berdampak kepada kualitas pelayanan.

Berbeda dengan Emotional labor, yang terfokus kepada aksi memperlihatkan ekspresi emosional yang tepat, kepuasan emosi terfokus

kepada emosi karyawan yang sesungguhnya dan bagaimana emosi karyawan (positif atau negatif) ini berpengaruh pada kualitas pelayanan.

Akibatnya, diasumsikan bahwa ada hubungan atau spillover effect

(tumpahan) antara emosi yang “sejati” dengan kinerja karyawan.

Gagasan dibalik fokus terhadap kepuasan emosional sebagai emosi sejati pada dasarnya berakar pada model rantai keuntungan jasa. Heskett et al. (1997) telah mengusulkan sebuah model sebab akibat berurutan yaitu: (1) kualitas pelayanan internal mengendalikan

(2) kepuasan karyawan yang memungkinkan penyampaian (3) layanan yang bernilai tinggi, yang menghasilkan

(4) kepuasan pelanggan, yang mengarah kepada

(5) loyalitas pelanggan yang nantinya akan menghasilkan

(6) keuntungan dan pertumbuhan.

Menurut logika model ini, prospek usaha sebuah perusahaan pada akhirnya tergantung kepada apakah perusahaan mengatur kegiatan-kegiatan internalnya (misalnya praktik manajerial) dengan cara sedemikian

(37)

commit to user

23 seharusnya” selanjutnya didasarkan pada teori sikap Bagozzi (1992). Menurut teori ini, respon emosi memediasi hubungan antara penaksiran

(misalnya praktik manajerial) dan perilaku (misalnya penyampaian kualitas).

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Bagozzi (1999) dengan judul The role of emotions in marketing. Penelitian tersebut menguji pengaruh antara kepuasan emosional pada persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan. Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah 210 karyawan

dari 3 kantor pos di Norwegia. Penelitian berkonsentrasi pada persepsi pribadi karyawan dari kualitas layanan yang mereka berikan. Penelitian

tersebut menunjukkan bahwa kepuasan emosional karyawan mempengaruhi cara mereka berinteraksi. Karyawan mengartikannya

sebagai evaluasi pribadi bahwa mereka memberikan yang terbaik kepada pelanggan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan kepuasan

emosional berpengaruh positif pada persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan.

Meskipun penelitian mengenai kepuasan emosional yang memediasi praktik manajerial dan persepsi karyawan tentang kualitas

(38)

commit to user

24 mengenai hubungan praktik manajerial dan penyampaian persepsi karyawan dengan dimediasi oleh respon kepuasan emosional. Sampel yang

digunakan adalah 400 karyawan sebuah rumah sakit di Korea. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan praktik manajerial berpengaruh langsung

pada persepsi karyawan dan menemukan dampak mediasi dari respon kepuasan emosional dalam hubungan antara praktik manajerial dan

penyampaian kualitas pelayanan.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka penelitian adalah suatu model konseptual tentang bagaimana teori-teori berhubungan dengan beberapa faktor yang akan diidentifikasi sebagai suatu

permasalahan (Sekaran, 2003). Kerangka pemikiran menunjukkan beberapa variabel yang berbeda yang digunakan dan menggambarkan tentang bagaimana hubungan

(39)

commit to user

25 Gambar II.1

Kerangka Pemikiran

Keterangan:

Variabel independen : Praktik Manajerial (imbalan dan dukungan). Variabel pemediasi : Kepuasan Emosional (Positif dan negatif) Variabel dependen : Persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut praktik manajerial berupa

imbalan dan dukungan diduga akan berpengaruh langsung terhadap persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh

Bowen (1999) yang membahas pentingnya praktik manajerial dalam organisasi dan memiliki dampak yang baik bagi persepsi karyawan tentang perlakuan pihak

manajemen terhadap mereka. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa praktik manajerial berhubungan langsung pada persepsi karyawan tentang kualitas

pelayanan.

Variabel lain yang diuji adalah kepuasan emosional positif dan negatif. Variabel ini diduga memediasi pengaruh praktik manajerial pada persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan. Menurut Baron (1996) reaksi praktik

manajerial yang diberikan pihak manajemen terhadap karyawan akan mempengaruhi persepsi karyawan.

(40)

commit to user

26 Hasil penelitian yang dilakukan Church (1995) menunjukkan bahwa praktik imbalan itu penting karena dua alasan Pertama, sebuah imbalan memiliki

dampak memotivasi para karyawan untuk melakukan apa yang manajer harapkan dari mereka. Kedua, baik berdampak positif atau negatif imbalan mempengaruhi

persepsi karyawan. Menurut Liu (2006) Sebuah praktik imbalan dianggap oleh karyawan mampu memotivasi mereka untuk melakukan yang terbaik dalam

interaksi mereka dengan pelanggan dan memiliki dampak positif terhadap kepuasan pelanggan.

Sebuah penelitian empiris yang dilakukan oleh Bowen dan Johnston (1999) menawarkan sebuah contoh yang baik tentang manfaat dari praktik imbalan

manajerial. Dengan terfokus kepada faktor-faktor yang turut mempengaruhi kemampuan karyawan untuk menangani keluhan-keluhan konsumen, penelitian

menunjukkan bahwa praktik imbalan bagi karyawan yang termotivasi tidak hanya melihat keluhan pelanggan secara umum melainkan juga menangani

keluhan-keluhan tersebut dengan cara yang tepat.

Praktik imbalan manajerial sangat penting untuk meningkatkan kualitas

pelayanan karyawan dan menghasilkan persepsi yang baik dari karyawan. Praktik imbalan yang tepat mampu memotivasi frontline employee untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan bisa mempengaruhi persepsi karyawan menjadi lebih baik (Forrester, 2000).

Karyawan akan merasa puas jika imbalan yang diterima relatif sama dengan imbalan yang diterima karyawan lain. Ketidakpuasan karyawan dalam

(41)

commit to user

27 imbalan yang diberikan oleh perusahaan. Akibatnya, kinerja dalam diri karyawan menurun (Liu, 2006).

Penelitian dari Slatten (2009) mendukung hubungan langsung antara imbalan dengan persepsi karyawan. Imbalan dianggap sebagai faktor dasar yang

mempengaruhi munculnya persepsi karyawan tentang kinerja mereka. Imbalan yang adil akan mendapat respon positif dari karyawan dan persepsi karyawan

tentang kualitas pelayanan akan menjadi baik. Hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H1 : Imbalan berpengaruh positif pada persepsi karyawan tentang kualitas

pelayanan.

Menurut Liu (2006) karyawan merasakan perhatian dari manajer akan

merasakan kepuasan emosional positif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bowen dan Johnston (1999) bahwa imbalan yang diberikan dengan adil

dapat mendorong munculnya kepuasan emosional positif.

Kepuasan emosional positif dalam penelitian ini meliputi perasaan seperti

bangga, gembira dan bahagia. Sedangkan kepuasan emosional negatif meliputi perasaan kecewa, marah, dan frustasi. Kepuasan emosional positif mengakibatkan seseorang untuk tetap terlibat dalam suatu pekerjaan. Sedangkan kepuasan emosional negatif mengakibatkan seseorang untuk meninggalkan atau

menghentikan keterlibatan dalam bekerja (Baron, 1996).

Jika karyawan menganggap praktek imbalan adil maka apa yang dirasakan

(42)

commit to user

28 kepuasan emosional negatif (Slatten, 2009). Hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H2a : Imbalan berpengaruh positif pada kepuasan emosional positif.

H2b : Imbalan berpengaruh negatif pada kepuasan emosional negatif.

Bagozzi (1992) menyatakan bahwa kepuasan emosional memediasi

hubungan antara penaksiran (misalnya praktik manajerial berupa imbalan dan dukungan) dan persepsi (misalnya penyampaian kualitas). Kepuasan emosional mengarahkan perilaku dan mempengaruhi interaksi dengan orang lain.

Jika Karyawan merasa imbalan yang diberikan adil maka kepuasan

emosional positif akan meningkat dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan semakin baik. Sebaliknya jika karyawan merasa imbalan yang

diberikan tidak adil maka kepuasan emosional negatif akan meningkat dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan menjadi tidak baik. Hasil dari

penelitian tersebut menyatakan kepuasan emosional positif dan negatif memediasi praktik imbalan dan persepsi karyawan (Glaso, 2006). Hipotesis yang dirumuskan

adalah sebagai berikut:

H3a : Kepuasan emosional positif memediasi hubungan antara imbalan dan

persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan.

H3b : Kepuasan emosional negatif memediasi hubungan antara imbalan dan

(43)

commit to user

29 Singh (2000) menyatakan bahwa karyawanmerasa dukungan dari manajer dapat meningkatkan kinerja. Ketika karyawan menerima dukungan yang sesuai

dari manajemen, kewajiban mereka adalah untuk membalas dengan upaya yang lebih besar agar kinerja meningkat dan memberikan hasil yang maksimal dan

persepsi karyawan akan meningkat (Brown, 1993). Para karyawan merasa jika dukungan yang diberikan sesuai maka akan mempengaruhi persepsi karyawan dan

berdampak baik bagi kualitas pelayanan. Jika dukungan yang diberikan dari atasan tidak mendapat tanggapan positif dari karyawan dan terdapat kesenjangan antar karyawan maka persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan menjadi tidak baik (Pfeffer, 1994). Hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H4 : Dukungan berpengaruh positif pada persepsi karyawan tentang

kualitas pelayanan.

Penelitian sebelumnya tentang praktik dukungan manajerial telah

menghubungkan konsep dukungan dengan berbagai fenomena seperti pergantian kerja dan kepuasan kerja (Singh, 2000; Bitner, 1992). Babin dan Boles (1996)

telah menemukan sebuah korelasi positif antara dukungan atasan dengan kepuasan kerja.

Praktik dukungan manajerial diartikan sebagai tingkat dimana seorang karyawan menganggap manajer memberikan dukungan dan perhatian (Singh,

2000). Seorang manajer yang mendukung adalah manajer yang memberikan bimbingan kepada karyawannya, memperlakukan mereka dengan adil, dan

(44)

commit to user

30 Jika karyawan merasa manajer memberi memberi dukungan yang sesuai maka kepuasan emosional positif akan meningkat dan kepuasan emosional negatif

akan berkurang (Slatten, 2009). Hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H5a :Dukungan berpengaruh positif pada kepuasan emosional positif.

H5b : Dukungan berpengaruh negatif pada kepuasan emosional negatif.

Berdasarkan penelitian terdahulu (Bagozzi, 1992; Liljander & Strandvik, 1997) penelitian ini menyatakan bahwa dukungan manajerial menimbulkan respon kepuasan emosional yang dialami oleh karyawan sebagai positif atau negatif, dan bahwa reaksi ini nantinya mempengaruhi persepsi karyawan tentang

kualitas pelayanan. Akibatnya, bisa diasumsikan bahwa respon kepuasan emosional berdasarkan penaksiran praktik manajerial berpengaruh secara berbeda

pada persepsi karyawan tentang tingkat kualitas pelayanan pelanggan.

Pfeffer (1994) menyatakan bahwa kepuasan emosional positif dan negatif

memediasi hubungan antara praktik dukungan manajerial dengan persepsi karyawan.

Jika dukungan yang diterima mendapat tanggapan positif dari karyawan maka kepuasan emosional positif akan meningkat dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan akan semakin baik. Tetapi jika dukungan yang diterima karyawan mendapat tanggapan negatif maka yang meningkat adalah kepuasan

(45)

commit to user

31 H6a : kepusaan emosional positif memediasi pengaruh hubungan dukungan

dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan.

H6b : kepuasaan emosional negatif memediasi pengaruh hubungan

dukungan dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang

mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid,

obyektif, efisien, dan efektif (Jogiyanto, 2004). Menurut Indriantoro dan

Supomo (2002), secara umum yang perlu ditentukan di dalam desain

penelitian adalah karakteristik-karakteristik dari penelitiannya meliputi :

tujuan studi, tipe hubungan antar variabel, lingkungan studi, unit analisis

dan horizon waktu.

1. Tujuan Studi

Tujuan studi penelitian ini adalah hypothesis testing

(pengujian hipotesis), yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena dalam

bentuk hubungan antar variabel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji

pengaruh praktik manajerial pada persepsi karyawan tentang kualitas

(46)

commit to user

32 2. Tipe Hubungan Variabel

Tipe hubungan variabel dalam penelitian ini adalah hubungan

sebab-akibat (kausal), yaitu penelitian yang menunjukan arah hubungan

antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen).

Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah persepsi karyawan

tentang kualitas pelayanan yang dipengaruhi secara positif oleh variabel

independen praktik manajerial dengan kepuasan emosional sebagai

variabel pemediasi.

3. Lingkungan Penelitian

Penelitian terhadap suatu fenomena dapat dilakukan pada

lingkungan yang natural dan lingkungan yang artificial (buatan).

Lingkungan penelitian ini adalah lingkungan yang natural, yaitu dengan

mengambil subyek penelitian karyawan Solo Inn Surakarta

4. Unit Analisis

Unit analisis merupakan tingkat agregasi data yang dianalisis

dalam penelitian dan merupakan elemen penting dalam desain penelitian

karena mempengaruhi proses pemilihan, pengumpulan dan analisis data.

Unit analisis penelitian ini adalah tingkat individual, yaitu data yang

dianalisis berasal dari setiap individual karyawan.

5. Horison waktu

Data penelitian dapat dikumpulkan sekaligus pada waktu

(47)

commit to user

33 beberapa waktu yang relative lebih lama tergantung pada karakteristik

masalah yang akan dijawab. Penelitian ini merupakan studi satu tahap

(one shot study), yaitu penelitian yang datanya dikumpulkan sekaligus

pada periode tertentu.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Adalah sekumpulan individu, peristiwa, atau hal menarik lainnya yang

ingin diteliti (Sekaran, 2000 : 266). Populasi pada penelitian ini adalah semua karyawan Solo Inn yang berjumlah 115 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya

hendak diselidiki, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi

(Djarwanto, 2000 : 108). Menurut Roscue dalam Sekaran (2000), ukuran

sampel yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 layak digunakan

untuk penelitian. Sedangkan dalam penelitian multivariate (termasuk

analisa multi regresi) ukuran sampel seharusnya beberapa kali (lebih baik

10X atau lebih) jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Jadi

penelitian yang menggunakan 1 variabel independen, 1 variabel dependen

(48)

commit to user

34 adalah 50 responden. Dalam penelitian ini individu yang diteliti pada

penelitian ini adalah semua karyawan di Solo Inn Surakarta sebanyak 115

karyawan maka penelitian ini menggunakan metode sensus. Menurut

Sevilla et al (1993: 76) sensus adalah survei yang meliputi seluruh

populasi yang diinginkan.

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Berikut akan dijelaskan mengenai definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini yang terdiri dari variabel-variabel Praktik Manajerial,

variabel Kepuasan Emosional, dan variabel Persepsi Karyawan Tentang kualitas Pelayanan, selain itu instrumen penelitian yang digunakan untuk

mengukur masing-masing variabel tersebut juga akan disebutkan. Untuk mengetahui daftar pertanyaan pada instrumen penelitian dapat dilihat pada

lampiran.

1. Variabel Independen

Praktik Manajerial (Imbalan dan Dukungan)

Praktik Manajerial dalam penelitian ini terdiri dari imbalan dan dukungan. Pfeffer (1994) menyatakan bahwa imbalan dan dukungan sangat penting bagi praktik manajerial.

(49)

commit to user

35 Imbalan didefinisikan sebagai salah satu praktik manajerial yang memiliki dampak memotivasi para karyawan untuk

melakukan apa yang atasan (manajer) harapkan dari mereka.

Variabel ini mengadaptasi 4 pertanyaan dari penelitian Price

dan Mueller (1986). Karyawan diminta menunjukkan seberapa besar mereka dihargai secara adil dalam tinjauan tanggung jawab

dan kinerja mereka. Pertanyaan pada variabel ini memakai skala likert 4 poin yang memiliki alternatif jawaban 1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, 4=sangat setuju.

b. Dukungan Manajerial

Dukungan didefinisikan sebagai bantuan psikologis yang diterima seseorang melalui hubungan formal dan informal dengan

yang lain atau kelompok.

Pertanyaan pada variabel ini berjumlah 4 item yang

diadaptasi dari penelitian House dan Dessler (1974). Pertanyaan pada variabel ini menilai seberapa besar karyawan merasakan

bagaimana pihak manajemen memberikan dukungan dan perhatian. Pertanyaan pada variabel ini memakai skala likert 4 poin yang memiliki alternatif jawaban 1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, 4=sangat setuju.

2. Variabel Pemediasi

(50)

commit to user

36 Menurut Bagozzi et al., (1999) emosi dinyatakan sebagai keadaan mental yang timbul dari penilaian kognitif tentang

kejadian atau pikiran seseorang. Menurut Anderson (2002) dua jenis emosi yaitu emosi positif dan emosi negatif dalam

pengembangan penelitian diartikan sebagai kepuasan emosional. Variabel ini membagi kepuasan emosional menjadi 2

kategori yaitu positif dan negatif. Kepuasan emosional positif meliputi istilah bangga, gembira, dan bahagia. Sedangkan kepuasan emosional negatif meliputi istilah kecewa, marah dan frustasi. Pertanyaan pada kepuasan emosional berjumlah 6 item yang

diadaptasi dari penelitian Glasso dan Einarsen (2006) dengan skala likert 4 poin yang memiliki alternatif jawaban 1=sangat tidak setuju,

2=tidak setuju, 3=setuju, 4=sangat setuju.

3. Variabel Dependen

Persepsi Karyawan Tentang Kualitas Pelayanan

Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang ditempuh

individu-individu untuk mengorganisasikandan menafsirkan kesan

indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.

Variabel ini mengukur kualitas pelayanan dari sudut pandang seorang karyawan. Para karyawan diminta untuk

mengindikasikan persepsi mereka tentang pelayanan yang mereka sediakan sendiri. Pertanyaan pada variabel ini berjumlah 4 item

(51)

commit to user

37 variabel ini memakai skala likert 4 poin yang memiliki alternatif jawaban 1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, 4=sangat

setuju.

D. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 1999:91). Data yang dikumpulkan mencakup profil

responden serta tanggapan responden mengenai variabel-variabel yang diteliti. Pertanyaan dalam kuesioner meliputi item-item pertanyaan

mengenai praktik manajerial, kepuasan emosional, dan persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan, dengan 4 pilihan jawaban, yaitu

1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, 4=sangat setuju.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang didapat dari basis data. (Jogiyanto, 2004:82). Data sekunder dari penelitian ini adalah segala informasi atau data yang didapat dari berbagai sumber (Hotel Solo Inn, internet dan lain-lain).

E. Metode Pengumpulan Data

(52)

commit to user

38 1. Observasi

Yaitu teknik atau poendekatan untuk mendapat data primer

dengan mengamati langsung objek datanya.

2. Kuesioner

Yaitu pengumpulan data dengan membagikan daftar

pernyataan kepada responden agar dapat diisi secara objektif. Data

hasil penyebaran kuesioner kemudian dianalisis untuk dapat

memberikan bukti empiris dari model adopsi yang telah

dikembangkan, yang dilakukan dengan cara memberi beberapa

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada karyawan Solo Inn

Surakarta, kemudian responden memilih jawaban yang telah

disediakan. Data yang didapat merupakan data primer yang

merupakan tanggapan karyawan mengenai “Pengaruh Praktik

Manajerial Pada Persepsi Karyawan Tentang Kualitas Pelayanan

Dengan Kepuasan Emosional Sebagai Variabel Mediasi”.

F. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

(53)

commit to user

39 setiap item pertanyaan yang mengkaji mengenai pengaruh Praktik Manajerial, Kepuasan Emosional, dan Persepsi Karyawan Tentang Kualitas Pelayanan pada karyawan Solo Inn Surakarta.

2. Uji Validitas

Uji Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur (Jogiyanto, 2004 : 120). Uji

validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Factor Analysis. Secara lebih spesifik, dikarenakan konstruk yang hendak diuji merupakan pengujian kembali dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dimana pada penelitian sebelumnya telah berhasil

mengidentifikasikan faktor-faktor yang membentuk konstruk, maka dalam penelitian ini teknik analisis yang dipakai adalah menggunakan

Confirmatory Factor Analysis (CFA). Peneliti menguji validitas dengan bantuan paket perangkat lunak program SPSS for Windows versi 16.

Menurut Hair et al., (1998 : 111), factor loading lebih besar ± 0.30 dianggap memenuhi level minimal, factor loading ± 0.40 dianggap lebih baik dan sesuai dengan rules of thumb yang dipakai para peneliti, dan

factorloading³ 0.50 dianggap signifikan. Jadi semakin besar nilai absolut

(54)

commit to user

40 Hair et al. (1998) menyatakan bahwa suatu analisis faktor dinyatakan feasible (dapat dikerjakan) apabila memenuhi syarat : (1) Uji

KMO dan Bartlet’sTest di atas 0,5 dan signifikansi di bawah 0,05; (2) Koefisien Anti Image Matrices sebagai Measure of Sampling Adequacy (MSA) minimal 0,5.

3. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengukur apakah kuesioner benar-benar merupakan indikator yang mengkur suatu variabel. Reliabilitas dalam penelitian ini diuji dengan metode Cronbach’s Alpha. Menurut Hair et al. (1998) suatu instrumen dinyatakan reliabel jika hasil koefisien Cronbach’s Alpha menunjukkan nilai > 0,70 dan butir-butir pertanyaan yang ditanyakan reliabel mempunyai item-to-total correlation > 0,50. Meskipun begitu, koefisien Cronbach’s Alpha yang berada diantara range 0,6-0,7 masih dapat diterima dan item-to-total correlation > 0,30 sudah dapat diterima (Sekaran, 2003:311). Item-to-total correlation digunakan untuk memperbaiki pengukuran dan mengeliminasi item-item pertanyaan yang keberadaannya akan memperkecil koefisien

Cronbach’s Alpha.

Rumus formula Alpha Cronbach adalah sebagai berikut :

(55)

commit to user

41

2

t

s = variabel total.

å

s 2

b = jumlah varians butir.

k = banyaknya butir pertanyaan atau jumlah soal.

4. Uji Hipotesis

Untuk menguji pengaruh praktik manajerial pada persepsi karyawan tentang kualitas pelayanan dengan melibatkan variabel mediasi

kepuasan emosional, peneliti menggunakan analisis regresi sederhana dan regresi berganda dari Baron dan Kenny (1986). Data dapat diolah dengan

(56)

commit to user

42 BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Sejarah Solo Inn

Solo Inn Surakarta adalah hotel berbintang tiga yang terletak di

jalan Slamet Riyadi 366. Adapun hotel ini adalah suatu badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas bergerak dibidang jasa akomodasi dengan

nama PT. Mahkota Santana Indah. Solo Inn dibuka pada tanggal 4 April 1981. Adapun alasannya dipilih bidang usaha akomodasi ini sehubungan

dengan program pemerintah untuk meningkatkan industri pariwisata, mengingat kota Solo adalah merupakan kota budaya dengan potensi yang cukup besar untuk menarik para wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

(57)

commit to user

43 dari BKP MD Propinsi Dati I Jawa Tengah serta rekomendasi BKPMD, No. 570/29 tanggal 24 mei 1983.

Solo Inn mempunyai lokasi sangat strategis, mempunyai jangkauan pemasaran yang sangat luas. Sasaran yang ditempuh jangka dekat adalah

kota Solo. Sasaran yang ditempuh karena Solo Inn dekat dengan Gelora Manahan, Solo Grand Mall, Sriwedari, Kraton Surakarta, dan Pasar

Klewer. Jadi letaknya sangat strategis untuk tempat penginapan wisatawan yang berkun jung di kota Solo.

Dikarenakan kota Solo merupakan kota budayawan maka untuk menambah kelengkapan transportasi kemudian dibuka bandara Adi

Sumarmo sebagai bandara Internasional maka tamu yang menginap juga bervariasi seperti :

1. Wisatawan (domestic tourist and foreign tourist) 2. Orang yang sedang melakukan perjalanan

3. Pengusaha yang sedang mengadakan meeting

4. Pemain sepakbola yang akan bertanding di GOR Manahan

5. Orang-orang yang bertujuan wisata

2. Lokasi, Visi dan Misi Solo Inn

a. Lokasi

(58)

commit to user

44 terletak 20 Km dari Pusat Keramaian. Solo Inn terdiri dari 60 kamar yang terbagi dalam :

1) 1 Executive Suite Room

2) 2 Suite Room

3) 57 Deluxe Room

Fasilitas kamar yang disediakan oleh Solo Inn antara lain

Double Lock Key, Water Proofing Membrance,Bathroom dan shower, hot-cold water, central Ac with Individual control, minibar-refrigerator, IDD telephone, TV, Directory of Service, Water Boiler,

dan Guest Amenities.

b. Visi Solo Inn

Menjadi hotel and restaurant terkemuka di Jawa Tengah dengan posisi di harga menengah, yang menekankan pada pembangunan, kemampuan dan kecakapan melalui kegiatan yang

inovatif, struktur keuangan yang solid, pengembangan SDM, kepuasan pelanggan dan efisiensi.

c. Misi Solo Inn

Menerapkan cara yang tepat guna dalam operasional dan kepemimpinan yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan bagi karyawan, pemegang saham dan tamu dengan ketepatan

(59)

commit to user

45 mengedepankan kepuasan pelanggan melalui suatu garansi pelayanan yang baik.

3. Struktur Organisasi Dan Job Description Solo Inn

a. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Solo Inn disusun dengan memperhatikan manajemen Solo Inn. Masing-masing departemen yang ada di Solo Inn

(60)

commit to user

46

b. Job Description 1) General Manager

General Manager membawahi 9 bagian yaitu Secretary To GM,

Chief Engineer, FO Manager, House KeeperManager, Accounting Manager, PR Manager, HRD Manager, Restaurant Manager,

Sales Manager. General Manager bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan dan mengkoordinasikan segala keputusan selain itu juga bertanggung jawab terhadap keseluruhan kinerja hotel.

2) Secretary To GM

Bertugas dan bertanggung jawab dalam membantu kelancaran tugas-tugas General Manager dalam hal pembuatan, penyampaian dan penyimpanan dokumen.

3) Chief Engineer

(61)

commit to user

47 bawahannya yang berkaitan dengan perawatan maupun perbaikan mesin dan perlatan yang digunakan di Hotel.

a) Asst. Chief Engineer

Asst. Chief Engineer membawahi Civil,Mechanic,Electrician. Bertugas dan bertanggung jawab membantu Chief Engineer

dalam melaksanakan tugas dan mengkoordinasikan kepada

bawahan.

b) Civil,Mechanic Electrician Supervisor

Civil/Mechanic/Electrician Supervisor membawahi Electrician. Bertugas mengawasi kinerja pegawai di bagian Engineering.

c) Electrician

Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan yang berkaitan dengan perawatan maupun perbaikan mesindan peralatan Hotel.

4) House Keeper Manager

House Keeper Manager membawahi 2 bagian yaitu Asst House Keeper dan Chief Laundry. Bertugas dan bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan tugas kepada bawahannya yang berkaitan dengan usaha perawatan kebersihan, tatanan dan kebersihan area hotel maupun segala fasilitas dan perlengkapan yang disediakan

hotel.

Gambar

Tabel IV.23
Gambar IV.1 Struktur Organisasi Solo Inn Surakarta...................................
Gambar II.1
Tabel IV.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena semakin tinggi kadar liat atau pasir produksi meningkat dan menurun kembali semakin tinggi kadar liat atau pasir Dengan eara mensubtitusi sekat produksi

Perkiraan produksi TBS di Kabupaten Bengkalis sebesar 1.991.107 ton TBS/tahun (produksi optimum). Untuk mengolah TBS tersebut dibutuhkan PKS sebanyak 8 unit PKS dengan

Proses dimulai dengan pengumpulan data kebutuhan system yaitu sekumpulan Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Lunak (SKPL) Sistem Informasi Akademik Sekolah Benih Kasih

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa dalam ICBI ditemukan satu KD yang tidak dilengkapi wacana dan lima KD dengan wacana yang tidak utuh, tidak berstruktur lengkap;

Dalam definisi sepsis terbaru tahun 2016 syok sepsis diartikan sebagai kondisi lanjut dari sepsis dimana abnormalitas metabolisme seluler dan sirkulatorik yang

berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;.. • membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasionale. yang berpotensi mengurangi fungsi

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh resin epoksi dengan nilai sudut kontak yang tinggi, dapat dilakukan dengan penambahan pengisi (filler)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan minyak atsiri lengkuas merah ( Alpinia purpurata ) pada edible coating yang diaplikasikan pada fillet