v MOTTO
Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka berkatalah
yang baik atau diam
(HR. Bukhori-Muslim)
Pengalaman bisa jadi melandasi semua pembelajaran tetapi ia tidak selalu
membuahkan pembelajaran. Kita harus terlibat dengan pengalaman dan
merenungkan apa yang terjadi, bagaimana, dan mengapa itu terjadi
vi
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Bapak dan ibu tercinta yang selalu mendoakan, memotivasi, memberikan
bantuan, serta kasih sayang yang tulus setiap waktu.
2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta yang telah banyak memberiku
vii
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE KARYAWISATAPADAANAK KELOMPOK A
DI TK KEMALA BHAYANGKARI 07 BANTUL
Oleh Chumaidah NIM 12111247002
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode karyawisata pada anak Kelompok A di TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul. Penelitian ini dilakukan karena terdapat permasalahan dalam pengembangan keterampilan berbicara di kelompok A.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian adalah anak Kelompok A yang berjumlah 20 anak terdiri dari 11 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Objek penelitian ini adalah keterampilan berbicara. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu jika minimal 80% dari 20 anak memiliki keterampilan berbicara dengan kriteria baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan berbicara anak kelompok A dapat ditingkatkan melalui metode karyawisata. Keterampilan berbicara yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi: ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada/durasi yang sesuai dan pilihan kata yang digunakan dalam membentuk struktur kalimat yang benar. Hal ini dibuktikan dari peningkatan keterampilan berbicara anak kelompok A yang ditunjukkan oleh pencapaian skor sebelum tindakan sebesar 101 (42,08%), kemudian terjadi peningkatan setelah tindakan dengan skor akhir yang dicapai sebesar 227 (94,58%). Stimulasi yang dilakukan guru dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara pada anak kelompok A, meliputi: (1) Mengajak anak untuk mengamati lingkungan sekitar area karyawisata, (2) Mengikutsertakanan partisipasi orang tua dalam pelaksanaan karyawisata yang akan dilaksanakan lebih jauh dari yang lalu dengan menggunakan transportasi/kendaraan, (3) Menyiapkan lembar observasi untuk mencatat peningkatan keterampilan berbicara anak kelompok A, (4) Mengatur tempat duduk anak menjadi tiga kelompok, masing-masing berjumlah enam sampai tujuh orang, (5) Mengelompokkan anak yang sudah aktif berbicara dengan anak yang masih pasif agar anak tersebut dapat termotivasi untuk berbicara.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt, karena
hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi berjudul
“PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE
KARYAWISATA PADA ANAK KELOMPOK A DI TK KEMALA
BHAYANGKARI 07 BANTUL” dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat penyusunan tugas
akhir guna meraih Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenan memberikan
kesempatan menyusun skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidik Anak Usia Dini yang telah
memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian serta motivasi pada penyusunan
skripsi ini.
4. Bapak Dr. Sugito, M.A. dan Ibu Muthmainah, M. Pd dosen pembimbing
skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu, memberikan bimbingan,
ix
5. Bapak dan ibu dosen PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya.
6. Ibu Sutari, S.Pd.AUD Kepala Sekolah TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul
yang telah memberikan izin, kesempatan, dan kemudahan dalam kegiatan
penelitian.
7. Ibu Mei Wahyu Purwani, S. Pd selaku guru kelompok A TK Kemala
Bhayangkari 07 Bantul.
8. Anak kelompok A TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul Tahun Ajaran
2014/2015 yang dengan senang hati mengikuti pembelajaran.
9. Bapak, ibu, suami dan seluruh keluargaku yang selalu mendo’akan dan
memberikan dukungan.
10.Teman-temanku yang selalu memberikan motivasi dan dukungan hingga
terselesaikannya skripsi ini.
11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak.
Semoga Allah swt memberikan balasan kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat digunakan
sebagaimana mestinya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama
dalam dunia pendidikan.
x
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah... 7
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Definisi Operasional... 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Bahasa ... 9
1. Pengertian Bahasa ... 9
2. Karakterisik Perkembangan Bahasa Anak Usia 4-5 tahun ... 10
3. Keterampilan dalam Bahasa ... 13
4. Fungsi Bahasa bagi Perkembangan Anak ... 14
xi
1. Pengertian Berbicara ... 15
2. Keterampilan Berbicara Anak TK ... 16
3. Hakikat Perkembangan Bicara Anak TK ... 18
4. Tujuan Pengembangan Bicara Anak TK... 20
5. Tahap Keterampilan Berbicara Anak TK ... 21
6. Faktor yang Menimbulkan Perbedaan dalam Berbicara ... 26
7. Cara-cara Merangsang Anak Berbicara ... 28
C. Metode Karyawisata... 30
1. Pengertian Metode Karyawisata ... 30
2. Manfaat Metode Karyawisata ... 33
3. Tujuan Metode Karyawisata ... 33
4. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Karyawisata ... 34
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Karyawisata ... 36
D. Penerapan Metode Karyawisata untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak TK ... 38
E. Penelitian yang Relevan ... 40
F. Kerangka Pikir ... 41
G. Hipotesis Tindakan... 42
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43
B. Subjek Penelitian ... 44
C. Objek Penelitian ... 44
D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44
E. Langkah-langkah Penelitian ... 44
F. Teknik Pengumpulan Data ... 46
G. Instrumen Pengumpulan Data ... 47
H. Analisis Data ... 50
I. Indikator Keberhasilan ... 52
xii
A. Hasil Penelitian ... 53
B. Sarana dan Prasarana TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul ... 55
C. Deskripsi Subjek Penelitian ... 56
D. Deskripsi Data ... 57
1. Data Awal Keterampilan Anak Sebelum Tindakan ... 57
2. Data Keterampilan Berbicara Anak pada Tindakan Siklus I ... 60
3. Data Keterampilan Berbicara Anak pada Tindakan Siklus II ... 66
E. Analisis Data Keterampilan Berbicara pada Anak Kelompok A ... 71
F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 79
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 82
xiii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Peningkatan Keterampilan Berbicara pada Anak Kelompok A ... 48
Tabel 2. Deskripsi Indikator Keterampilan Berbicara Anak Kelompok A ... 48
Tabel 3. Rubrik Penilaian Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak
Kelompok A ... 49
Tabel 4. Hasil Observasi Kemampuan Bicara Anak Sebelum Tindakan ... 58
xiv
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale ... 32
Gambar 2. Kerangka Berpikir ... 42
Gambar 3. Model Penelitian Tindakan Kelas ... 43
Gambar 4. Grafik Keterampilan Berbicara Anak sebelum tindakan ... 60
xv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Data TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul ...86
Lampiran 2. Rencana Kegiatan Harian (RKH) ...91
Lampiran 3. Rekapitulasi Data Penilaian Perkembangan Anak ...108
Lampiran 4. Deskripsi Data Perkembangan Anak ...118
Lampiran 5. Skenario Pembelajaran ...122
Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ...150
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab 1 Pasal 1 Butir 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Anak usia dini berada pada periode emas, yaitu berlangsung pada usia 0-6
tahun (Suyadi, 2012: 23). Periode ini merupakan masa terjadinya pematangan
fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi lingkungan dan
menginternalisasikan ke dalam pribadinya. Anak akan menyerap berbagai
informasi yang diterima selama berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Masa
usia dini juga merupakan masa awal pengembangan kemampuan fisik, kognitif,
bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan
nilai-nilai agama (Depdiknas, 2008: 2).
Pembelajaran di Taman Kanak-kanak pada hakikatnya merupakan
pembelajaran yang diselenggarakan untuk memfasilitasi dan menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak di berbagai aspek. Untuk itu, kegiatan
pembelajaran yang ada di Taman Kanak-kanak perlu dirancang dengan baik agar
2
Salah satu kemampuan anak usia dini yang perlu dikembangkan adalah
kemampuan bahasa. Bromley (Nurbiana Dhieni, 2005: 15) menyebutkan empat
macam keterampilan dalam berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Perkembangan bahasa terutama berbicara sangat perlu mendapatkan
stimulasi yang optimal, sehingga pada nantinya anak akan mudah bergaul dan
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar ketika berinteraksi dengan
orang lain. Melalui berbicara anak dapat memperoleh pengetahuan dan juga
mengungkapkan pikiran dan perasaan kepada orang lain sehingga anak akan
merasa senang dan nyaman dimanapun ia berada.
Anak-anak kadangkala memiliki gagasan yang sangat banyak, akan tetapi
anak belum mampu mengungkapkannya. Hal ini terjadi karena kemampuan
bicaranya masih sangat terbatas dan jumlah kosa kata yang dimiliki anak masih
sedikit. Keterbatasan jumlah kosa kata yang dimiliki anak dapat disebabkan oleh
kurangnya stimulasi yang diberikan guru, orang tua, maupun lingkungan. Jika
tidak segera dikembangkan atau diberi stimulasi maka akan berdampak pada
perkembangan aspek-aspek yang lainnya (Harun Rasyid, 2009: 130).
Berbicara merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia karena
dalam kesehariannya manusia lebih banyak menggunakan bahasa lisan (berbicara)
untuk berkomunikasi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Keterampilan
berbicara tidak akan dikuasai anak secara tiba-tiba, akan tetapi keterampilan
berbicara akan berkembang melalui interaksi yang berkelanjutan dan pengalaman
3
Berdasarkan hasil observasi di TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul pada
tanggal 2-3 Maret 2015, perkembangan bahasa anak di kelompok A belum
berkembang optimal. Hal tersebut terlihat ketika peneliti mengadakan observasi di
kelas A dari 20 anak terdapat 2 anak yang aktif menjawab pertanyaan ibu guru, 5
anak yang belum berani menceritakan pengalaman secara sederhana, 3 anak masih
tersendat-sendat dalam berbicara ketika ditanya, 4 anak belum mau
mengungkapkan ide tentang apa yang diinginkan dan hanya melihat temannya
bercakap-cakap dengan ibu guru, bahkan ada 2 anak yang seringkali melamun
atau kurang peduli dengan lingkungan sekitarnya. Kondisi beberapa anak yang
demikian menyebabkan perkembangan bahasa anak terutama dalam hal berbicara
menjadi belum berkembang sesuai harapan.
Beberapa metode pembelajaran sudah diterapkan di TK Kemala
Bhayangkari 07 Bantul dalam kegiatan pembelajaran, seperti metode
bercakap-cakap anak masih belum termotivasi untuk mengungkapkan pendapat atau
mengungkapkan hal yang diketahuinya. Dalam metode tanya jawab anak belum
berani menjawab pertanyaan dengan lancar, hal tersebut karena anak belum tahu
dan ada pula yang memang belum mau menjawab karena masih malu-malu.
Dalam metode bercerita sebagian anak belum dapat bercerita dengan lancar
karena anak belum terbiasa menceritakan sesuatu sehingga suaranya masih
tersendat-sendat dan bagi anak yang sudah lancar bercerita belum mendapat
kesempatan untuk menceritakan pengalamannya karena keterbatasan waktu dan
4
yang sudah lancar berbicara cenderung diabaikan karena dirasa sudah mampu dan
tidak perlu mendapat stimulasi lagi dalam hal berbicara.
Kegiatan pembelajaran di kelompok A masih didominasi dengan kegiatan
individual di dalam kelas. Hal tersebut terlihat dari pembelajaran yang dominan
menggunakan Lembar Kerja Anak (LKA), dan menekankan pada kemampuan
kognitif seperti baca tulis hitung (calistung) agar anak yang sudah lancar berbicara
dapat lebih fokus untuk mengerjakan tugas sehingga guru memiliki waktu lebih
banyak untuk menstimulasi anak-anak yang belum berani atau belum lancar
berbicara.
Pembelajaran di luar kelas jarang diterapkan sehingga pengetahuan anak
tentang lingkungan sekitar dan interaksi dengan teman masih terbatas. Oleh sebab
itu, keterampilan anak dalam berbicara perlu ditingkatkan yakni dengan
menstimulasi anak yang belum lancar berbicara dengan pemberian latihan secara
terus-menerus dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran yang tepat dengan tidak merugikan anak lain yang sudah lancar
berbicara. Slamet Suyanto (2005: 172) menyatakan bahwa untuk melatih anak
berkomunikasi secara lisan yaitu dengan melakukan kegiatan yang
memungkinkan anak berinteraksi dengan teman dan orang lain. Agar anak dapat
berinteraksi dengan teman atau lingkungan atau guru, maka guru dapat merancang
kegiatan menggunakan metode yang menarik minat anak, metode yang
mengandung interaksi antar keduanya, sehingga anak yang terlibat di dalamnya
merasa termotivasi untuk membicarakan segala sesuatu yang ingin diketahui
5
peristiwa yang dialaminya. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan anak
dalam berbicara adalah menggunakan metode karyawisata.
Moeslichatoen (2004: 68) menjelaskan bahwa metode karyawisata adalah
suatu metode dalam kegiatan pembelajaran dengan cara mengamati dunia sesuai
dengan kenyataan yang ada secara langsung meliputi manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda lainnya yang melibatkan panca indera. Pembelajaran
dengan menggunakan metode karyawisata memberikan pengalaman langsung
dalam proses belajar anak. Benda-benda konkret yang dilihat anak akan
menstimulasi rasa ingin tahu anak yang selanjutnya akan diungkapkan melalui
bahasa. Interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya akan melatih anak untuk
berpikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan
nyata yang diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan kemampuan
bahasa anak. Dalam metode karyawisata anak ditempatkan pada posisi yang
utama, yaitu sebagai pusat pembelajaran dengan memberi kebebasan pada anak
untuk mengamati apa yang menarik perhatiannya sehingga potensi yang dimiliki
anak dapat berkembang lebih optimal.
Metode karyawisata sudah pernah dilaksanakan di TK Kemala
Bhayangkari 07 Bantul, namun belum digunakan sebagai penunjang kegiatan
pembelajaran di kelas untuk menstimulasi perkembangan anak khususnya dalam
hal berbicara. Karyawisata yang dilaksanakan di TK Kemala Bhayangkari baru
sebatas kegiatan tutup tahun ajaran yang diadakan setahun sekali dan pertengahan
6
belum ada tindak lanjut dalam upaya menstimulasi aspek perkembangan anak
secara lebih optimal melalui kegiatan karyawisata tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil judul “Peningkatan
Keterampilan Berbicara Anak melalui Metode Karyawisata pada anak kelompok
A di TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul”.
B.Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang ada, maka dapat diidentifikasikan
masalah-masalah yang terjadi pada peserta didik TK Kemala Bhayangkari 07
Bantul di kelompok A antara lain:
1. Keterampilan berbicara anak kelompok A di TK Kemala Bhayangkari 07
Bantul masih belum optimal.
2. Anak masih belum lancar dalam menyampaikan pendapat dan masih ada anak
yang malu-malu atau tersendat-sendat ketika berbicara. Bagi anak yang sudah
lancar berbicara cenderung diabaikan karena dianggap sudah mampu dan
tidak perlu mendapat stimulasi dalam hal berbicara.
3. Kegiatan masih sering di dalam kelas dan menekankan kegiatan individu
seperti Lembar Kerja Anak (LKA) dan baca tulis hitung (calistung).
4. Metode pembelajaran karyawisata sudah pernah diterapkan di TK Kemala
Bhayangkari 07 Bantul, namun belum secara optimal digunakan untuk
7 C.Batasan Masalah
Dari luasnya permasalahan yang ada maka dalam penelitian tindakan kelas
ini masalah dibatasi hanya pada penerapan metode karyawisata sebagai upaya
guru untuk meningkatkan keterampilan anak dalam berbicara.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang ada, peneliti dapat merumuskan
permasalahan sebagai berikut ini: “Bagaimana meningkatkan keterampilan
berbicara dengan metode karyawisata di TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul?”.
E.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada anak
usia TK kelompok A di TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul melalui metode
karyawisata.
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru
Menambah wawasan dan pengalaman dalam menerapkan metode yang
menarik untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak, khususnya dengan
metode karyawisata.
2. Bagi Sekolah
Metode karyawisata sebagai masukan salah satu metode pembelajaran yang
dapat digunakan dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara anak
8 3. Bagi Peneliti
Memperoleh pengalaman langsung kegiatan pembelajaran menggunakan
metode karyawisata sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan
berbicara anak pada kelompok A di TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul.
G. Definisi Operasional
Menghindari agar tidak meluas dalam penafsiran terhadap permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka perlu peneliti sampaikan definisi
operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Anak kelompok A
Anak kelompok A adalah anak yang masih belajar di kelompok A TK
Kemala Bhayangkari 07 Bantul yang berada pada rentang usia 4-5 tahun.
2. Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara adalah kemampuan anak untuk mengucapkan kata
dengan tepat dan jelas dengan penempatan durasi yang sesuai (tidak
tersendat-sendat), dan memilih kata untuk membentuk struktur kalimat yang tepat sehingga
dapat dimengerti oleh orang lain.
3. Metode Karyawisata
Metode karyawisata merupakan salah satu metode yang melaksanakan
kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak dengan cara mengamati dunia
sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung yang meliputi manusia pada
saat membuat tahu, batik, gerabah, pasar hewan dan tumbuh-tumbuhan, dan
9 BAB II KAJIAN TEORI
A. Perkembangan Bahasa 1. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan bentuk komunikasi yang digunakan sesorang untuk
mengungkapkan ide, gagasan maupun perasaannya kepada orang lain (Conny R.
Semiawan, 2009: 112).Sabarti Akhadiah (1992: 2) mendefinisikan bahasa sebagai
suatu rangkaian bunyi yang melambangkan pikiran, perasaan, serta sikap. Lebih
lanjut Syamsu Yusuf (2004: 118) memaparkan bahwa bahasa merupakan
kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian tersebut,
tercakup semua cara untuk berkomunikasi dengan orang lain, dimana pikiran dan
perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan
sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan,
lukisan, dan mimik muka. Bahasa anak pada hakikatnya adalah bahasa yang
dipakai anak untuk menyampaikan keinginan, pikiran, harapan, permintaan, dan
lain-lain untuk kepentingan pribadinya (Suhartono, 2005: 8).
Bromley (Nurbiana Dhieni, 2005: 18) mendefinisikan bahasa sebagai
sistem simbol yang teratur untuk mentrasfer berbagai ide maupun informasi yang
terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal. Bahasa merupakan salah satu
fenomena pertumbuhan intelektual dan sarana berpikir, mengingat, dan berkreasi
(Syakir, 2002: 4). Moeslichatoen (2004: 18) menyatakan bahwa bahasa
merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan bila
10
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah
rangkaian bunyi membentuk beberapa kata menjadi sebuah kalimat yang
dijadikan sebagai alat untuk berpikir, mengeskpresikan diri, dan berkomunikasi
dengan orang lain. Keterampilan berbahasa sangat penting dalam rangka
pembentukan konsep, informasi, dan pemecahan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak usia 4-5 tahun
Anak usia dini mempunyai tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal
ini juga berlaku dalam perkembangan keterampilan berbicara yang dikuasai anak
pada tingkat usia tertentu.Harun Rasyid, Mansyur dan Suratno (2009: 134)
mendeskripsikan bahwa anak usia 4-5 tahun mempunyai potensi perkembangan
bahasa yang yang terdiri dari hal-hal berikut: (a) Membedakan berbagai macam
jenis suara, (b) Mengenal macam-macam bunyi huruf, (c) Merangkai kata
membentuk kalimat yang terdiri dari 6-10 kata, (d) Mengerti dan melaksanakan 3
perintah yang diberikan secara sederhana, (e) Menjawab dengan kalimat lengkap,
(f) Menyebutkan nama benda dan fungsi beserta sifatnya, dan (g) Belajar
membaca.
Nurgiantoro (1999: 9) menjelaskan tujuan pengembangan bahasa pada
anak usia dini adalah untuk mengarahkan agar anak mampu menggunakan,
mengekspresikan pemikirannya dengan menggunakan kata-kata. Dengan kata
lain, pengembangan bahasa lebih diarahkan agar anak dapat: (a) mengolah kata
11
bisa dipahami orang lain, (c) mengerti setiap kata, mengartikan dan
menyampaikan secara utuh kepada orang lain, dan (d) berargumentasi
meyakinkan orang melalui kata yang diucapkan. Sejalan dengan pendapat
tersebut, Rosmala Dewi (2005: 17) juga mengemukakan perkembangan bahasa
anak usia 4 sampai 5 tahun adalah sebagai berikut:
a. Anak mulai berbicara lancar dengan beberapa kata membentuk kalimat
sederhana.
b. Menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, tanaman yang
mempunyai warna, bentuk, atau menurut ciri-ciri tertentu.
c. Bercerita tentang kejadian di sekitarnya secara sederhana.
d. Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri (2-3 gambar).
e. Bercerita tentang gambar yang dibuat sendiri.
f. Mengikuti 1-2 perintah sekaligus.
g. Membuat sebanyak-banyaknya kata dari suku kata awal yang disediakan dalam
bentuk lisan.
Karakteristik perkembangan bahasa anak yang dikemukakan oleh Caroll
Seefelt dan Barbara A.Wasik (2008: 74) adalah sebagai berikut:
a. Anak pada usia 4 tahun:
1. Menguasai 4.000 – 6.000 kata.
2. Mampu berbicara dalam kalimat 5-6 kata.
3. Dapat berpartisipasi dalam percakapan, sudah mampu mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapinya.
12 b. Anak pada usia 5 tahun:
1. Perbendaharaan kosakata mencapai 5000 – 8.000 kata. 2. Stuktur kalimat menjadi lebih rumit.
3. Berbicara dengan lancar, benar dan jelas tata bahasa kecuali pada beberapa kesalahan pelafalan.
4. Dapat menggunakan kata ganti orang dengan benar. 5. Mampu mendengarkan orang yang sedang berbicara 6. Senang menggunakan bahasa untuk permainan dan cerita.
Perkembangan kemampuan berbahasa anak usia 4-5 tahun menurut
Depdiknas (2007: 3) ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut:
a. Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.
b. Memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan,
kata tanya, dan kata sambung.
c. Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
d. Mampu menggunakan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan
menggunakan kalimat sederhana.
e. Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar.
Karakteristik kemampuan bahasa anak usia 4-5 tahun juga dipaparkan oleh
Nurbiana Dhieni (2005: 9.5) sebagai berikut:
a. Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak.
b. Telah menguasai 90% dari fonem dan sintaks bahasa yang
digunakannya.
c. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan, yakni anak dapat
mendengarkan orang lain berbicara kemudian menanggapi
13
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan
bahasa pada anak usia 4-5 tahun merupakan perkembangan dalam
mengembangkan kosakata, berbicara dan mendengarkan, kemudian anak mampu
mengekspresikan kata-kata membentuk sebuah kalimat yang dapat dipahami oleh
orang lain. Taman Kanak-kanak merupakan wahana yang sangat penting dalam
mengembangkan bahasa pada anak usia dini. Dalam kegiatan pembelajaran
pengembangan bahasa pada anak usia dini dibutuhkan metode, media maupun
pendekatan yang tepat bagi anak agar seluruh aspek perkembangan anak usia dini
terutama dalam berbahasa dapat terstimulasi dengan baik dan berkembang secara
optimal. Penerapan metode karyawisata diharapkan dapat mengembangkan
keterampilan berbicara lancar menggunakan kalimat sederhana dengan bahasa
yang baik dan benar.
3. Keterampilan dalam Bahasa
Bromley (Nurbiana Dhieni, 2005: 1.15) menyebutkan ada empat macam
keterampilan dalam bahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Adapun penjelasan tentang macam-macam bentuk bahasa adalah sebagai berikut:
a. Menyimak
Menyimak merupakan kemampuan anak untuk mengahayati lingkungan
sekitarnya dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran.
b. Berbicara
Berbicara merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, atau
mengkomunikasikan pikiran, ide, maupunperasaan yang bertujuan agar
14 c. Membaca
Membaca merupakan suatu proses mengkonstruksi arti dimana terdapat
interaksi antara tulisan dengan pengalaman yang pernah dialami.
d. Menulis
Menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi, dimana anak dapat
menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui untaian kata-kata
yang bermakna melalui coretan berbentuk huruf yang dapat dimengerti oleh
orang lain.
4. Fungsi Bahasa bagi Perkembangan Anak
Bahasa digunakan untuk mengekspresikan setiap indivudu yang
mempunyai beragam karakter atau ciri khas tertentu. Bromley (Nurbiana Dhieni,
2005: 1.21) menyebutkan 5 macam fungsi bahasa sebagai berikut:
a. Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu. Anak-anak belajar
mengucapkan kata untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.
b. Bahasa dapat mengubah dan mengontrol perilaku. Anak-anak belajar
mempengaruhi lingkungan dan orang disekitarnya dengan bahasa.
c. Bahasa membantu perkembangan kognitif. Bahasa membantu mengingat
kembali suatu informasi kemudian membentuk sebuah kesimpulan tentang
pengetahuan yang diakumulasikan melalui pengalaman dan proses belajar
dan selanjutnya ketika membicarakan sebuah topik, kita dapat menjelaskan
ide-ide sekaligus menghasilkan pengetahuan baru.
d. Bahasa membantu mempererat interakasi dengan orang lain. Seseorang dapat
15
orang lain melalui bahasa dengan tujuan untuk agar dapat berpartisipasi
dalam masyarakat sehingga tercapailah sosialisasi individu.
e. Bahasa mengekspresikan keunikan individu. Anak-anak sering kali terlihat
mengkomunikasikan pengetahuan, pemahaman dan pendapat mereka dengan
cara yang berbeda-beda sebagai suatu refleksi perkembangan kepribadian
masing-masing anak.
B. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara
Berbicara menurut Hurlock (1978: 176) merupakan bentuk bahasa yang
menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan
maksud. Senada dengan pendapat Suhartono (2005: 20) yang menyatakan bahwa
berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian ide, pikiran, gagasan,
atau isi hati seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan
sehingga maksud tersebut dapat dipahamioleh orang lain.
Tarigan (2008: 16) mengungkapkan bahwa berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendapat
tersebut sejalan dengan Saleh Abbas (2006: 83) yang mengemukakan bahwa
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan. Di sisi lainHaryadi dan Zamzani (1997: 54) juga
mendefinisikanberbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi,
16
melalui berbicara anak dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya sehingga
anak dapat terhindar dari rasa cemas dan rasa takut.Anak belajar bagaimana
berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lainagar ia dapat
dengan mudah bergaul dengan teman sebayanya.
Keterampilan berbicara sangat diperlukan bagi kehidupan manusia.
Melalui berbicara manusia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang
dapat dijadikan bekal untuk hidup. Oleh karena itu keterampilan berbicara harus
diajarkan sejak usia dini. Masa keemasan pada anak usia dini, posisi anak berada
pada tahapan yang kritis, dengan anak dilatihkan keterampilan berbicara maka
anak akan dengan mudah mengungkapkan pikiran dan perasaan sebagai suatu
proses interaksi dengan orang lain agar keinginan dan kebutuhannya terpenuhi
sehingga anak akan merasa senang dan nyaman dimanapun dia berada.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
berbicara adalah kemampuan anak menggunakan kata-kata untuk menyampaikan
maksud, ide, perasaan dan menyebutkan benda-benda atau menjelaskan suatu
peristiwa yang akan membantu anak untuk membentuk gagasan yang kemudian
dikomunikasikan dan dapat dimengerti oleh orang lain.
2. Keterampilan Berbicara Anak TK
Keterampilan menurut Yudha dan Rudyanto (2005: 7) adalah kemampuan
anak dalam melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa,
sosial-emosional, kognitif dan afektif (nilai-nilai moral). Keterampilan yang dimaksud
dalam pendidikan anak usia dini adalah keterampilan anak untuk melakukan
17
rentang usainya. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
adalah kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas dalam berbagai aktivitas.
Keterampilan perlu dilatih secara terus menerus sejak dini agar anak
terbiasa sehingga anak tumbuh menjadi orang yang terampil dan cekatan dalam
melakukan berbagai macam kegiatan dan bermanfaat bagi masyarakat. Suhartono
(2005: 167) menjelaskan bahwa mengembangkan keterampilan berbicara anak
usia dini dapat diawali dengan pengenalan bunyi-bunyi bahasa yang dimulai dari
bunyi bahasa yang mudah diucapkan lalu dilanjutkan ke yang lebih sulit.
Nur Mustakim (2005: 130) mengungkapkan bahwa keterampilan
berbahasa ekspresif atau produktif usia taman kanak-kanak menunjukkan anak
suka bertanya terhadap hal-hal baru, menggunakan bahasa sesuai dengan situasi
dengan alasan yang tepat, dan aktif berbicara terhadap hal-hal yang baru karena
pada masa ini anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Berbicara merupakan salah satu keterampilan yang penting dalam
berbahasa. Hal tersebut karena dalam kehidupan sehari-hari manusia lebih banyak
menggunakan bahasa lisan untuk berkomunikasi dengan orang-orang
disekitarnya. Oleh karena itu, keterampilan berbicara perlu distimulasi sejak usia
dini agar kelak anak mudah berkomunikasi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pengertian keterampilan dan berbicara di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keterampilan berbicara adalah
kemampuan dalam menyampaikan maksud, ide, pikiran, gagasan, perasaan
kepada orang lain menggunakan bahasa lisan dengan lancar dan jelas sehingga
18 3. Hakikat Perkembangan Bicara AnakTK
Pada tahun-tahun awal masa prasekolah, anak seringkali masih berbicara
dengan dirinya sendiri atau dengan mainannya. Semakin bertambah usianya maka
akan semakin berkembang pula aspek-aspek pekembangan lainnya seperti
kognitif dan sosial. Anak mulai muncul rasa ingin bertukar pikiran dan perasaan
dengan orang lain. Anak mulai tertarik untuk menjadi bagian dari kelompok sosial
yang ada di lingkungannya. Dari situlah mulai terbentuk jalinan komunikasi
sebagai wujud nyata pentingnya bahasa bagi kehidupan manusia. Bahasa sebagai
alat komunikasi memudahkan manusia untuk bergaul dan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
Keterampilan berbicara tidak secara langsung berkembang pada anak,
akan tetapi perlu adanya latihan dan pembiasaan yang rutin untuk menstimulasi
perkembangan bicara anak usia dini. Santrock (2007: 355) menjelaskan bahwa
kemampuan bicara anak dipengaruhi oleh perkembangan bahasa anak yang
berhubungan dengan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik..
Adapun penjelasan tentang fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik
adalah sebagai berikut:
a. Fonologi
Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan bunyi-bunyi (fonem) bahasa. Bidang kajian fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata.
b. Morfologi
Sistem dari unit-unit bermakna yang terlibat dalam pembentukan kata. Morfologi merupakan unit terkecil yang masih memiliki makna yang berupa kata yang dapat dipecah lagi menjadi bagian kata yang lebih kecil.
c. Sintaksis
19 d. Semantik
Semantik adalah pembelajaran tentang makna, sistem yang melibatkan arti kata-kata dan kalimat.
e. Pragmatik
Pragmatik merupakan sistem yang menggunakan percakapan dan pengetahuan secara tepat terkait penggunaan bahasa sesuai konteks dan efektif.
Suhartono (2005: 29), menyatakan bahwa saat bayi memperoleh bahasa
kurang dari satu tahun, bayi memperhatikan muka orang dewasa dan meresponnya
dengan senyuman ataupun tangisan. Ketika berumur satu tahun, bayi mulai
mengoceh, bermain dengan bunyi seperti bermain dengan jari-jari tangan atau
jari-jari kakinya.
Anak mulai bisa mengucapkan kata-kata sederhanamemasuki usia 1-2
tahun, namun pada tahap ini anak baru mampu menggunakan kalimat yang terdiri
atas satu kata atau holofrase (Enny Zubaidah, 2007: 21). Perkembangan kosakata
anak akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya usia hingga pada waktu
mulai memasuki usia prasekolah. Saat anak mulai masuk Taman Kanak-kanak, ia
sudah memiliki banyak kosakata dan sudah mampu membentuk kalimat yang
lebih kompleks. Anak dapat berkomunikasi dengan teman-temannya, orang tua,
guru dan orang-orang dewasa yang mengajaknya berbicara, sehingga
keterampilan bicaranya akan terstimulasi secara terus menerus dan semakin
berkembang setiap waktunya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada hakikatnya perkembangan bicara
anak dimulai dari anak lahir dan berlangsung seumur hidup selama ia berinteraksi
dan beromunikasi dengan lingkungannya. Senada dengan pendapat Zuchdi dan
komponen-20
komponen utama bahasa ibu mereka dalam waktu yang relatif singkat. Ketika
mereka mulai bersekolah dan mempelajari bahasa secara formal, mereka sudah
mengetahui cara berbicara untuk berkomunikasi dengan orang lain. Namun,
perkembangan bahasa tidak berhenti ketika seorang anak sudah mulai bersekolah
atau ketika ia sudah dewasa. Proses perkembangan terus berlangsung sepanjang
hayat.
4. Tujuan Pengembangan Bicara Anak TK
Tujuan umum pengembangan bicara anak usia Taman Kanak-kanak
menurut Suhartono (2005: 123) yaitu agar anak mampu: (1) Melafalkan bunyi
bahasa yang digunakan secara tepat; (2) Mempunyai perbendaharaan kata yang
memadai untuk keperluan berkomunikasi; dan (3) Menggunakan kalimat secara
baik untuk berkomunikasi secara lisan. Di samping itu, Nurbiana Dhieni (2005:
35) juga menyebutkan tujuan berbicara adalah untuk melaporkan, menghibur,
membujuk dan meyakinkan seseorang.
Tadkiroatun Musfiroh (2005: 102) memaparkan beberapa hal yang
menjadi tujuan agar anak terampil dalam berbicara antara lain:
21 5. Tahap Keterampilan Berbicara AnakTK
Perkembangan bahasa anak dibagi atas fase prelinguistik dan fase
linguistik. Fase prelinguistik adalah perkembangan bahasa anak usia 0-1 tahun
yaitu mulai sejak tangisan pertama sampai anak selesai dengan fase mengoceh,
kemudian dilanjutkan fase linguistik dimulai sejak anak berusia 1-5 tahun yaitu
mulai dari mengucap kata-kata pertama sampai ia dapat berbicara dengan
lancar(Rosmala Dewi, 2005: 16).
Hurlock (1978: 185) memaparkan tentang proses berbicara anak usia dini
mencakup tiga hal penting yang terpisah namun saling berhubungan. Tiga proses
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Belajar mengucapkan kata
Tugas pertama dalam belajar berbicara adalah belajar mengucapkan
kata. Pengucapan dipelajari melalui meniru. Pengucapan anak akan
berkembang jika anak berada pada lingkungan yang orang-orangnya memiliki
perbendaharaan kata yang banyak. Semakin banyak pola bahasa yang
dipelajari anak maka akan semakin beragam pula bahasa yang akan ia kuasai.
b. Membangun kosakata
Tugas kedua dalam belajar berbicara adalah membangun kosa kata
atau mengembangkan jumlah kosa kata. Dalam mengembangkan kosa kata,
anak harus belajar mengaitkan arti dengan bunyi, karena banyak kata yang
tidak hanya memiliki satu arti tetapi pengucapannya sama, misalnya kata
“bisa”, dapat diartikan mampu dan dapat juga diartikan bisa sebagai racun
22 c. Membentuk kalimat
Tugas ketiga adalah membentuk kalimat atau menggabungkan kata ke
dalam kalimat yang tata bahasanya betul dan dapat dipahami oleh orang lain.
Tugas ini adalah tahapan yang tersulit dari tugas-tugas sebelumnya.
Syamsu Yusuf (2004: 119-121) juga menjelaskan bahwa dalam
perkembangan bahasa khususnya dalam hal berbicara, anak dituntut untuk
menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling
berkaitan. Keempat tugas-tugas perkembangan bicara pada anakusia dini adalah
sebagai berikut:
a. Pemahaman, yaitu kemampuan anak dalam memahami makna ucapan yang
dikatakan orang lain.
b. Pengembangan perbendaharaan kata. Perbendaharaan kata-kata yang dikuasai
anak mulaiberkembang secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian
mengalami tempo yang cepat pada usia pra-sekolah dan terus meningkat
setelah anak masuk sekolah.
c. Penyusunan kata-kata menjadi kalimat, yaitu kemampuan anak dalam
menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum
usia dua tahun.
d. Ucapan, yaitu kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar
melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang
23
Nurbiana Dhieni (2008: 3.6) menyebutkan dua tipe perkembangan
berbicara anak:
a. Egocentric speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara pada dirinya sendiri (monolog). Perkembangan berbicara anak dalam hal ni sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya.
b. Socialized speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya ataupun dengan lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan adaptasi kemampuan sosial anak. Berkenaan dengan hal tersebut terdapat 5 bentuk socialized speech yaitu: (1) saling bertukar informasi untuk tujuan bersama; (2) penilaian terhadap ucapan terhadap tingkah laku orang lain; (3) perintah, permintaan, ancaman; (4) pertanyaan; dan (5) jawaban.
Hal tersebut senada dengan pendapat Hurlock (1978: 189) yang
menyatakan bahwa pada waktu anak berusia 4 tahun, kalimat yang diucapkan
anak hampir lengkap, dan setahun kemudian kalimatnya sudah lengkap berisi
semua unsur kalimat. Hurlock (1978: 176) memaparkan dua kriteria untuk
mengukur tingkat kemampuan bicara anak apakah anak udah bisa berbicara benar
atau hanya sekedar ‘membeo’, yaitu anak harus mengetahui arti kata yang
digunakannya dan mengaitkannya dengan objek yang diwakilinya, selanjutnya
anak harus melafalkan kata-katanya sehingga orang lain memahaminya dengan
mudah. Kata-kata yang hanya dapat dipahami anak karena sudah sering
mendengarnya atau karena telah belajarmemahaminya dan menduga apa yang
sedang dikatakan tidaklah memenuhi kriteria tersebut.
Pateda (Suhartono, 2005: 49) menjelaskan tahapan perkembangan
awalujaran anak, yaitu tahap penamaan, tahap telegrafis, dan tahap
24 1. Tahap penamaan
Pada tahap ini anak mengasosiasikan bunyi-bunyi yang pernah
didengarnyadengan benda, peristiwa, situasi, kegiatan, dan sebagainya yang
pernah dikenalmelalui lingkungannya. Pada tahap ini anak baru mampu
menggunakan kalimatterdiri atas satu kata atau frase. Kata-kata yang
diujarkannya mengacu padabenda-benda yang ada di sekelilingnya.
2. Tahap telegrafis
Pada tahap ini anak mampu menyampaikan pesan yang
diinginkannyadalam bentuk urutan bunyi yang berwujud dua atau tiga kata. Anak
menggunakandua atau tiga kata untuk menyampaikan maksud tertentu. Ujaran
tersebut sangat singkat dan padat. Olehkarena itu, ujaran anak sejenis ini
disebut juga telegrafis. Steinbergh (Suhartono,2005: 50) mengatakan bahwa pada
tahap ini anak berumur sekitar dua tahun.
3. Tahap Transformasional
Pada tahap ini anak sudah mulai memberanikan diri untuk
bertanya,menyuruh, menyanggah, dan menginformasikan sesuatu. Anak sudah
mulai berani mentransformasikan idenya kepada orang lain dalam bentukkalimat
yang beragam. Berbagai kegiatan anak aktivitasnya dikomunikasikan
ataudiujarkan melalui kalimat-kalimat. Umumnya anak pada tahap ini berusia
25
Suhartono (2005: 41) juga menyebutkan ada lima tahap perkembangan
bicara anak yaitu: (a) mengucapkan satu kata, (b) mengucapkan dua kata, (c) anak
dapat mengucapkan satu kalimat, (d) dapat membuat kalimat-kalimat pendek dan
jenis berbeda-beda, dan (e) dapat membuat kalimat panjang dengan berbagai
formasi.
Nurbiana Dhieni (2008: 3.5) menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan berbicara seseorang yang terdiri dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi: (1) ketepatan ucapan, (2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, (3) pilihan kata, (4) ketepatan sasaran pembicaraan, dan aspek non kebahasaan meliputi: (1) sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh, dan mimik yang tepat, (2) kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain, (3) kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara, (4) relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik tertentu.
Sejalan dengan pendapat di atas, Sabarti Akhadiah, dkk (1992: 154- 160)
menyebutkan bahwa faktor penunjang dalam mengukur keterampilan anak dalam
berbicara, ialah: (a) aspek kebahasaan, dan (b) aspek non kebahasaan.
Aspek-aspek tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Aspek Kebahasaan
1) Ketepatan ucapan (pelafalan bunyi), anak harus dapat mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat dan jelas.
2) Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme.
Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme yang sesuai akan menjadi daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan merupakan salah satu faktor penentu dalam keefektifan berbicara. 3) Penggunaan kata dan kalimat. Penggunaan kata sebaiknya dipilih
yang memiliki makna dan sesuai dengan konteks kalimat. Anak juga perlu dilatih menggunakan struktur kalimat yang benar.
b. Aspek Non Kebahasaan
26
2) Pandangan yang diarahkan kepada lawan bicara. Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara agar lawan bicara memperhatikan topik yang sedang dibicarakan serta lawan bicara merasa dihargai.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
berbicara pada anak kelompok A sebagai indikator keterampilan berbicara yang
akan diukur dalam penelitian ini, yaitu ketepatan ucapan anak dalam berbicara,
penempatan tekanan atau nada atau ritme yang sesuai (intonasi) dalam berbicara,
pilihan kata yang digunakan anak dalam membentuk kalimat.
6. Faktor yang Menimbulkan Perbedaan dalam Belajar Berbicara
Hurlock (1978: 178) memaparkan bahwa ada beberapa faktoryang
menimbulkan perbedaan masing-masing anak dalam belajar berbicara, antara lain:
a. Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang
kurang sehat.
b. Kecerdasan
Anak yang mempunyai kecerdasan yang tinggi akan menunjukkan penguasaan
bahasa yang lebih unggul daripada anak yang tingkat kecerdasannya rendah.
c. Keadaan sosial ekonomi
Anak yang berasal dari keluarga dengan keadaan ekonominya lebih tinggi akan
lebih mudah belajar berbicara, mengungkapkan tentang dirinya dan
keinginannya karena lebih banyak dibimbing berbicara daripada anak yang
keadaan ekonomi keluarganya rendah.
27
Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki-laki lebih pendek dan kurang tepat
tata bahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya
kurang tepat daripada anak perempuan.
e. Keinginan berkomunikasi
Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain maka akan
semakin kuat pula motivasi anak untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia
menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan untuk belajar.
f. Dorongan
Semakin banyak anak diajak berbicara dan menanggapi setiap ucapannya,
maka akan lebih banyak kosa kata yang didapatkannya dan semakin baik
kualitas bicaranya.
g. Ukuran keluarga
Anak tunggal atau anak dengan urutan terakhir biasanya berbicara lebih awal
daripada anak dari keluarga besar.
h. Urutan kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul ketimbang anak yang
lahir selanjutnya, karena orang tua cenderung lebih banyak mempunyai waktu
untuk mengajar dan memotivasi anak pertama daripada anak yang lahir
kemudian.
i. Metode pelatihan anak
Anak yang dilatih secara otoriter akan terhambat dalam berbicara, sedangkan
28
karena ia merasa nyaman dan bebas untuk mengungkapkan apa yang
diinginkannya.
j. Kelahiran kembar
Anak yang lahir kembar umumnya terlambat dalam perkembangan bicaranya
karena mereka cenderung lebih banyak bergaul dengan saudara kembarnya dan
hanya memahami logat khusus yang mereka miliki. Ini melemahkan motivasi
mereka untuk belajar berbicara agar orang lain dapat memahami mereka.
k. Hubungan dengan teman sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya dan semakin besar
keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota kelompok sebaya, maka
akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar berbicara.
l. Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung memiliki
kemampuan bicara yang lebih baik pula karena akan lebih banyak bergaul dan
berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya.
7. Cara-cara Merangsang Anak Berbicara
Anak-anak memperoleh stimulasi yang berbeda-beda dari orang-orang di
sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan setiap anak mengalami perbedaan tahapan
perkembangan yang tidak sama, terutama dalam hal berbicara. Pada usia yang
malu-29
malu, ada pula yang tersendat-sendat. Untuk merangsang anak agar lancar
berbicara sesuai tahap perkembangannya, Suhartono (2005: 59) menjelaskan
beberapa kiat-kiat sebagai berikut:
a. Biasakan untuk berbicara dengan anak. Semakin sering kita bicara dengan
anak, maka akan semakin cepat perkembangan jalur auditoris yang ada di
dalam otak kanan.
b. Pandanglah mata anak. Berbicara dengan memandang mata anak akan
meningkatkan pemahaman terhadap bahasa yang kita pakai dan sekaligus akan
mempunyai pengaruh terhadap anak ketika berbicara. Melakukan kontak
langsung dengan cara memandang mata anak, berarti mengajarkan kepada
anak bahasa isyarat dan ekspresi muka yang akan dijadikan bekal untuk
meningkatkan keterampilan anak dalan berbicara.
c. Hindari kebiasaan bicara pada anak dengan pengejaan yang dibuat-buat.Anak
akan belajar lebih akurat dan efisien jika orangtua berusaha secara benar dan
jelas mengeja setiap kata yang kita ucapkan.
d. Bicarakan apa yang benar-benar dilakukan dan dialami anak.Dari hasil
analisis menyatakan bahwa banyaknya waktu yang dihabiskan oleh para ibu
untuk membicarakan benda-benda yang digunakan bermain oleh
anak-anaknya lebih banyak mempengaruhi perkembangan bahasa anak–anak
daripada kompleksitas ujaran ibu (Armstrong, 2003: 63).
e. Katakan lebih banyak daripada yang diminta.Jika anak meminta sesuatu
kepada orangtua, sebaiknya orangtua menjawab secara lebih panjang dan
30
f. Gunakan tata bahasa yang benar dalam berbicara. Pada periode kritis untuk
menguasai tata bahasa terjadi sebelum umur tiga tahun. Oleh karena itu,
gunakan ucapan yang secara tata bahasa benar.
g. Dengan lembut betulkan kesalahan anak. Jangan menunjuk dengan kasar
kesalahan ejaan dan tata bahasa seorang anak, benahi dengan lembut namun
efektif sebagai bagian dari percakapan.
h. Lakukan percakapan dengan anak. Kadang-kadang dalam percakapan ada
kalanya kita menggunakan bahasa isyarat/gerakan-gerakan anggota badan.
i. Jangan paksa anak menghafal kata. Kadang anak-anak membutuhkan waktu
beberapa saat untuk memikirkan kata-kata yang tepat untuk diucapkan ketika
mereka berusaha mengekspresikan gagasan-gagasannya.
j. Hati-hati dengan infeksi telinga. Anak-anak yang memiliki penyakit kronis
atau kambuhan sebelum berumur empat tahun akan mengalami kehilangan
pendengaran secara temporal yang dapat mengganggu perkembangan bahasa
anak.
C. Metode Karyawisata
1. Pengertian Metode Karyawisata
Pengertian metode menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 530)
yaitu cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk dapat memperlihatkan hal-hal
atau peristiwa yang ada hubungannya dengan pelajaran, sedangkan karyawisata
berarti bepergian atau mengunjungi suatu obyek dalam rangka memperluas
31
karyawisata berasal dari kata karya dan wisata, karya yang artinya kerja dan
wisata yang artinya pergi. Dengan demikian karyawisata berarti pergi bekerja.
Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata
ialah murid-murid akan mempelajari suatu objek ditempat mana objek itu
terdapat. Dengan demikian, apa yang disebut dengan bekerja yang dimaksud ialah
mempelajari sesuatu.
Metode karyawisata adalah metode pembelajaran yang melaksanakan
kegiatan pengajaran di taman kanak-kanak dengan cara mengamati dunia sesuai
dengan kenyataan secara langsung yang meliputi manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda lainnya(Moeslichatoen, 2004: 68).
John Dewey (Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 22) mengemukakan bahwa
anak selalu ingin mengeksploitasi lingkungannya dan memperoleh manfaat dari
lingkungan itu. Pada saat itulah anak menghadapi permasalahan pribadi dan sosial
yang mendorong anak mempergunakan kemampuannya untuk menyelesaikan
masalah dengan memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya secara aktif.
Sependapat dengan Yuliani Nurani Sujiono (2009: 58) yang percaya bahwa
anak-anak pada masa usia dini membangun pengetahuan melalui interaksi dengan
lingkungannya.
Seorang ahli pendidikan Edgar Dale (Nurbiana Dhieni, 2005: 10.10) juga
mengemukakan pentingnya pemerolehan pengalaman secara langsung dalam
proses belajar. Dia mengklasifikasikan pengalaman belajar menurut tingkat dari
yang paling konkret ke paling abstrak. Klasifikasi tersebut dikenal dengan The
32
Gambar 1. Kerucut pengalaman Edgar Dale
Kerucut pengalaman Edgar Dale diatas menunjukkan bahwa informasi
yang diperoleh melalui pengalaman langsung yang berada pada dasar kerucut
mampu menyajikan pengalaman belajar secara lebih konkret. Semakin
menuju ke puncak kerucut penggunaan media semakin memberikan
pengalaman belajar yang bersifat abstrak. simbol Verbal
simbol visual
visual, Gambar Tetap
Radio, Tape Recorder
Visual Gerak/
Gambar Hidup
Televisi dan Film
Pameran
Karyawisata
Demonstrasi
Dramatisasi
Pengalaman Tiruan
33 2. Manfaat Karyawisata
Beberapa manfaat karyawisata bagi anak usia taman kanak-kanak menurut
Hildebrand (Moeslichatoen, 2004: 71) antara lain:
a. Merangsang minat anak terhadap sesuatu
b. Memperluas informasi yang telah diperoleh di kelas
c. Memberikan pengalaman mengenai kenyataan yang ada
d. Menambah wawasan atau pengetahuan anak
Melalui karyawisata anak TK mendapat kesempatan untuk menumbuhkan
minat tentang sesuatu hal, misalnya untuk mengembangkan minat tentang dunia
hewan, anak dibawa ke kebun binatang.Karyawisata dapat pula menjadi batu
loncatan untuk melakukan kegiatan yang lain. Informasi-informasi yang diperoleh
anak di dunia nyata merupakan masukan dalam kegiatan kegiatan belajar
selanjutnya yang akan memperkaya isi kegiatan belajar di kelas. Misalnya dalam
kegiatan bermain membangun, menggambar, bercakap-cakap/bermain drama.
3. Tujuan Karyawisata
Metode karyawisata mempunyai serangkaian manfaat yang dapat
diperoleh anak TK dari kegiatan karyawisata, yakni menumbuhkan minat,
meningkatkan perbendaharaan kata, pengetahuan, memperluas wawasan,
meningkatkan kemampuan hidup masyarakat, penghargaan terhadap karya jasa,
maka tujuan karyawisata dapat diarahkan pada perkembangan anak TK yang
34
Ada beberapa pengembangan aspek perkembangan anak TK yang cocok
dengan program kegiatan belajar melalui karyawisata, antara lain: pengembangan
aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi, dan kehidupan bermasyarakat, serta
penghargaan pada karya dan jasa orang-orang tertentu. Tujuan karyawisata juga
perlu dikaitkan dengan tema-tema yang sudah ditetapkan pada program kegiatan
belajar anak TK agar pembelajaran yang diterima anak menjadi sebuah
pengetahuan yang utuh dan berkesinambungan (Moeslichatoen, 2004: 74).
Roestiyah (2001: 85) juga menjabarkan tujuan karyawisata sebagai
berikut:
a. Siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya.
b. Siswa dapat belajar menyelesaikan masalah dengan bertanya jawab
tentang apa yang mereka lihat.
c. Siswa memperoleh pengetahuan umum dengan dapat melihat, mendengar,
meneliti dan mencoba sesuatu hal dari apa yang mereka amati kemudian
mengambil kesimpulan.
d. Siswa dapat mempelajari beberapa materi pembelajaran sekaligus dalam
satu waktu.
4. Langkah-Langkah Pelaksanaan Karyawisata
Dalam membahas rancangan kegiatan karyawisata diperlukan perencanaan
yang matang agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. Maka perlu
adanya rancangan persiapan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan karyawisata
35 a. Persiapan
1)Menetapkan sasaran yang diprioritaskan sesuai dengan tema kegiatan
belajar yang dipilih.
2)Mengadakan hubungan dan pengenalan area sasaran karyawisata.
3)Merumuskan program kegiatan melalui karyawisata.
4)Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
5)Menetapkan tata tertib selama kegiatan karyawisata.
6)Permintaan ijin dan partisipasi orang tua siswa.
7)Persiapan guru di kelas.
b. Pelaksanaan
1)Pengecekan ulang alat dan bahan/peralatan yang akan dibawa saat
karyawisata.
2)Kendaraan yang akan digunakan.
3)Membagi anak-anak dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing
dibimbing guru atau orang tua yang ikut berpartisipasi.
4)Kelengkapan tanda pengenal bagi peserta karyawisata.
5)Mengemukakan tata tertib yang harus ditaati oleh peserta.
6)Berdoa sebelum berangkat sesuai dengan keyakinan masing-masing agar
kegiatan berjalan dengan lancar dan tertib.
7)Setelah sampai di tempat sasaran, anak-anak diarahkan ke kelompok dan
pembimbing masing-masing, kemudian diajak ke area yang akan diamati
36
8)Saat anak aktif mengamati lingkungan sekitarnya, guru atau pemandu
membimbing atau menunjukkan hal-hal yang penting atau informasi
tentang apa yang ada di hadapan mereka. Hal ini bertujuan untuk
menambah wawasan dan pengalaman anak agar lebih bervariasi.
c. Penilaian
Setelah karyawisata selesai dilaksanakan, perlu adanya penilaian atau
evaluasi sebagai tolak ukur apakah kegiatan karyawisata berhasil sesuai
harapan atau tidak. Penilaian merupakan tindak lanjut yakni penerapan hasil
belajar anak melalui metode karyawisata ke dalam kegiatan di kelas dalam
pengembangan keterampilan berbicara. Apabila dalam kegiatan di kelas anak
menunjukkan kemajuan, maka kegiatan pembelajaran melalui metode
karyawisata dikatakan berhasil.
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Karyawisata
Syaiful Bachri dan Aswan Zain (1997: 106) menjelaskan ada beberapa
kelebihan dan kekurangan metode karyawisata, antara lain:
a. Kelebihan Metode Karyawisata
1) Memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan
nyata dalam proses kegiatan pembelajaran.
2) Materi yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan
dan kebutuhan di masyarakat.
3) Merangsang kreativitas anak.
37 b. Kelemahan Metode karyawisata
1)Fasilitas dan biaya yang diperlukan terkadang sulit untuk disediakan oleh
siswa atau sekolah.
2)Memerlukan persiapan atau perencanaan yang matang.
3)Memerlukan koordinasi dengan guru atau bidang studi lain yang sesuai
dengan bidangnya agar tidak terjadi tumpang tindih waktu selama kegiatan
karyawisata.
4)Dalam karyawisata sering terjadi unsur rekreasi menjadi priotas utama,
sedangkan unsur studinya menjadi terabaikan.
5)Sulit mengatur siswa yang banyak dan mengarahkan mereka kepada tujuan
karyawisata.
Roestiyah (2001: 87) juga memaparkan beberapa keunggulan yang
diperoleh dengan karyawisata, antara lain:
a. Siswa dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dengan mengalami dan
menghayati secara langsung objek karyawisata.
b. Memperdalam dan memperluas pengalaman siswa.
c. Siswa dapat bertanya jawab, menemukan informasi langsung dari sumbernya
sehingga mereka dapat memecahkan persoalan yang dihadapi atau
menemukan bukti kebenaran sebuah teori, atau mencobakan teorinya ke
dalam praktek.
d. Siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman
38
Akan tetapi metode karyawisata memiliki keterbatasan yang perlu
diperhatikan agar dapat terlaksana dengan baik, yaitu sebagai berikut:
a. karyawisata biasanya dilakukan di luar sekolah yang kemungkinan ada
kalanya jarak tempuh jauh dari sekolah sehingga memerlukan transport yang
membutuhkan biaya.
b. Waktu relatif lama dapat mengganggu kelancaran rencana kegiatan belajar
mengajar lain.
c. Keamanan dan keadaan fisik harus benar-benar disesuaikan dengan kesehatan
siswa untuk menempuh jarak yang jauh.
D. Penerapan Metode Karyawisata untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak TK
Taman kanak-kanak sebagai jenjang pertama yang menstimulasi berbagai
aspek perkembangan anak seperti aspek kognisi, fisik/motorik, penanaman nilai
moral dan agama, sosial emosional, dan bahasa mempunyai peranan penting untuk
membentuk pengetahuan dan kepribadian anak untuk mempersiapkan mereka
mengenal lingkungan yang kelak akan mereka hadapi.
Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 1) mengungkapkan bahwa perkembangan
merupakan gerakan atau perubahan secara dinamis sepanjang siklus kehidupan
manusia yang terjadi akibat kematangan dan pengalaman. Anak usia dini belajar
lebih cepat apabila melibatkan seluruh panca indera mereka. Panca indera anak
akan bekerja optimal. Perbedaan pengetahuan tentang dunia nyata yang
39
akan mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Semakin banyak informasi yang
diperoleh anak, ia akan lebih banyak berkomunikasi dengan orang disekitarnya.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tarigan (2007: 165) yang berpendapat bahwa
berbicara distimulasi oleh pengalaman. Berbicara merupakan ekspresi diri, dimana
si pembicara akan lancar mengucapkan berbagai kalimat atau berpendapat jika
orang tersebut kaya akan pengetahuan dan pengalaman. Anak-anak yang memiliki
pengalaman yang banyak dan bervariasi akan mudah menampilkan dirinya melalui
berbicara dengan menguraikan pengetahuan dan pengalamannya itu. Semakin
banyak pengalaman yang dimiliki, anak akan semakin terdorong untuk berbicara.
Welton dan Mallon juga memaparkan karyawisata berarti membawa
anak-anak TK ke objek-objek tertentu sebagai pengayaan, pengajaran, pemberian
pengalaman belajar yang tidak mungkin diperoleh anak di dalam kelas
(Moeslichatoen, 2004: 25). Metode karyawisata dapat digunakan guru untuk
mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak seperti perkembangan bahasa
karena dilakukan di luar kelas, di alam terbuka dan digunakan untuk mengenal
lingkungan sekitarnya, yang dapat pula menjadi sumber belajar anak (Nurbiana
Dhieni, 2005: 8.14).
Pengalaman langsung dengan objek yang nyata akan membentuk
pengetahuan anak berkembang pesat, anak mendapat kesempatan yang luas untuk
melakukan kegiatan yang menarik perhatiannya, rasa ingin tahunya dan
mengadakan pengamatan serta kajian terhadap fakta yang dihadapinya secara
40
Kanak-kanak untuk menggunakan seluruh panca inderanya sekaligus anak dapat
melakukan generalisasi berdasarkan sudut pandang mereka.
Rasa ingin tahu anak yang besar akan mendorong mereka untuk bertanya
ataupun mengungkapkan pendapatnya tentang apa yang mereka lihat. Hal tersebut
akan menstimulasi perkembangan bahasa anak khususnya dalam berbicara.
E. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: Penelitian yang
dilakukan oleh Ari Prasasti (2012) dengan judul “Peningkatan Keterampilan
Berbicara melalui metode Show and Tell pada Anak TK Kelompok B di TK ABA
Kasihan”. Penelitian ini merupakan pnelitian tindakan kelas (classroom action
research. Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok B TK ABA Kasihan yang
berjumlah 24 anak, yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki.
Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan keterampilan berbicara melalui
metode Show and Tell. Data diperoleh melalui observasi dan dokumentasi.
Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa adanya peningkatan keterampilan berbicara dalam setiap siklus. Sebelum
adanya tindakan, keterampilan berbicara anak berada pada kriteria tidak baik, yaitu
29,1%. Pada Siklus I keterampilan berbicara anak meningkat pada kriteria cukup,
yaitu 66,7%. Pada Siklus II keterampilan berbicara anak mengalami peningkatan