BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Deskripsi subyek penelitian
Subyek penelitian yang dilakukan di lakukan di tiga SMK Negeri 1
Salatiga, SMK Negeri 2 Salatiga, dan SMK Negeri 3 Salatiga yang berjumlah
tujuh puluh lima orang, baik guru PNS dan GTT. Ditinjau dari jenis kelamin,
jumlah responden laki-laki mempunyai prosentase sebesar 50,67% ( 37 guru ),
sedangkan perempuan 49,33 ( 38 guru ). Ditinjau dari jenis kelamin dapat
disimpulkan bahwa baik SMK Negeri 1 Salatiga, SMK Negeri 2 salatiga, SMK
Negeri 3 salatiga mempunyai guru yang hampir sama antara laki-laki dan
perempuan.
Deskripsi guru berdasarkan umur dilihat pada tebel 4.1 ( lampiran 3 ),
berdasarkan pada Tabel 4.1 diketahui bahwa prosentase tertinggi berada pada
kelompok umur 40-47 tahun yaitu sebesar 32%. Kelompok umur 24-31 tahun
berada pada prosentase 25,33% dengan frekuensi sebanyak 19 guru, kelompok
umur 32-39 tahun berada pada prosentase 29,33% dengan frekuensi sebanyak 22
guru. Kelompok umur 48-55 tahun berada pada prosentase 8% dengan frekuensi
guru sebanyak 6 guru dan kelompok umur 56-59 tahun berada pada prosentase
5,33% dengan frekuensi guru sebanyak 4 guru.
Berdasarkan Tabel 4.2 ( Lampiran 3 ) terlihat bahwa sebagian besar
responden memiliki masa kerja 8-15 tahun yaitu sebesar 41,33% dengan
prosentase 28% dengan frekuensi guru sebanyak 24 guru. Kelompok masa kerja
16-23 tahun dengan prosentase 20% dengan frekuensi guru sebanyak 15 orang.
Kelompok masa kerja 24-31 dengan prosentase sebesar 8% dengan frekuensi
sebanyak 6 guru. Kelompok masa kerja 32-35 dengan prosentase 2,67% dengan
frekuensi guru sebanyak 2 guru.
Berdasarkan Tabel 4.3 ( Lampiran 3 ) terlihat bahwa sebagian besar
responden adalah PNS yaitu sebesar 84% dengan frekuensi sebanyak 53 guru,
sedangkan GTT sebesar 16% dengan frekuensi sebanyak 12 guru.
1.2 Pengujian validitas dan reliabilitas
1.2.1 Uji validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sejauh mana ketepatan alat
pengukur dapat mengungkap konsep gejala atau kejadian yang diukur. Untuk
menentukan uji validitas digunakan acuan Sugiono, dinyatakan bahwa suatu item
dikatakan valid jika koefisien korelasi item totalnya lebih dari atau sama dengan
0,30. Jadi jika korelasi tersebut kurang dari 0,30 maka instrumen dinyatakan tidak
valid.
Tabel 4.1
Rekapitulasi 30 Item Uji Validitas Kinerja Guru dari 75 Guru SMK Negeri se-Kota Salatiga Tahun 2013
Variabel Corrected Item-Total Correlation
Keputusan
Variabel 1
Variabel 2
Variabel 3
Variabel 4
0.265
0.526
0.416
0.314
Tidak Valid
Valid
Valid
Variabel 5
Tabel 4.1 dapat dilihat dari 30 item intrumen variabel kinerja guru, 26 item
valid. Sesuai ketentuan uji validitas diatas, dijelaskan bahwa instrumen dapat
dinyatakan valid jika instrumen memiliki koefisien korelasi diatas 0,30,
sedangkan item instrumen yang memliki koefisien korelasi dibawah 0,30, maka
item dinyatakan tidak valid.
Tabel 4.2
Rekapitulasi 30 Item Uji Validitas Kompetensi Pedagogik Guru dari 75 Guru SMK Negeri se-Kota Salatiga Tahun 2013
Variabel 20
variabel kompetensi pedagogik, 28 item instrumen variabel kompetensi pedagogik
dinyatakan valid dan 2 item dinyatakan tidak valid. Sesuai ketentuan uji validitas
diatas, dijelaskan bahwa instrumen dapat dinyatakan valid jika memiliki koefisien
korelasi diatas 0,30, sedangkan item instrumen yang memliki koefisien korelasi
dibawah 0,30, maka item dinyatakan tidak valid.
Tabel 4.3
Variabel 6
Tabel 4.3 dapat dilihat dari 15 item intrumen motivasi kerja guru, 13 item
instrumen variabel motivasi kerja gurudinyatakan valid dan 2 item dinyatakan
tidak valid. Sesuai ketentuan uji validitas diatas, dijelaskan bahwa instrumen
dapat dinyatakan valid jika instrumen memiliki koefisien korelasi diatas 0,30,
sedangkan item instrumen yang memliki koefisien korelasi dibawah 0,30, maka
item dinyatakan tidak valid
1.2.2 Uji reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana keandalan suatu
alat dapat digunakan lagi dalam penelitian yang sama. Hasil uji reliabilitas dapat
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan 30 Item Uji Reliabilitas Kinerja Guru dari 75 Guru SMK Negeri se-Kota Salatiga Tahun 2013
Cronbach’s Alpha Cronbach Alpha Based on Standardized Items
n of Item
0.884 0.885 30
Sumber: Hasil olah data berdasarkan angket, 2013
Berdasarkan hasil perhitungan uji realibilitas pada Tabel 4.4 diatas menunjukkan
bahwa koefisien korelasi dari 26 instrumen variabel kinerja guru (Y) sebesar
0,884. Berdasarkan hasil uji reliabilitas diatas, dapat dinyatakan bahwa intrumen
variabel kinerja guru adalah reliabel. Berdasarkan interpretasi yang ditentukan
pada tabel 3.12 dapat diukur tingkat reliabilitasnya bahwa hasil uji variabel
kinerja guru ( Y ) berada pada kategori sangat kuat.. Hal ini telihat dari koefisien
korelasi sebesar 0,884 berada pada interval koefisien antara 0,8000-1,000 artinya
sangat kuat dan dapat digunakan untuk pengumpulan data penelitian.
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan 30 Item Uji Reliabilitas Kompetensi Pedagogik Guru SMK Negeri se-Kota Salatiga Tahun 2013
Cronbach’s Alpha
Cronbach Alpha Based on Standardized Items
n of Item
0.900 0.904 30
Sumber: Hasil olah data berdasarkan angket, 2013
Berdasarkan hasil perhitungan uji realibilitas pada Tabel 4.5 diatas
menunjukkan bahwa koefisien korelasi dari 28 instrumen kompetensi pedagogik
guru ( X1 ) sebesar 0,900. Berdasarkan hasil uji reliabilitas diatas, dapat
dinyatakan bahwa intrumen variabel kompetensi pedagogik guru adalah reliabel.
reliabilitasnya bahwa hasil uji variabel kompetensi pedagogik guru ( X1 ) berada
pada kategori sangat kuat. Hal ini telihat dari koefisien korelasi sebesar 0,900
berada pada interval koefisien antara 0,8000-1,000 artinya sangat kuat dan dapat
digunakan untuk pengumpulan data penelitian.
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan 15 Item Uji Reliabilitas Motivasi Kerja Guru dari 75 Guru SMK Negeri se-Kota Salatiga Tahun 2013
Cronbach’s Alpha
Cronbach Alpha Based on Standardized Items
n of Item
0.841 0.846 15
Sumber: Hasil olah data berdasarkan angket, 2013
Berdasarkan hasil perhitungan uji realibilitas pada Tabel 3.1.1 diatas
menunjukkan bahwa koefisien korelasi dari 13 instrumen variabel motivasi kerja
guru ( X2 ) sebesar 0,841. Berdasarkan hasil uji reliabilitas diatas, dapat
dinyatakan bahwa intrumen variabel motivasi kerja guru adalah reliabel.
Berdasarkan interpretasi yang ditentukan pada tabel 3.12 dapat diukur tingkat
reliabilitasnya bahwa hasil uji variabel motivasi kerja guru ( X2 ) berada pada
kategori sangat kuat.. Hal ini telihat dari koefisien korelasi sebesar 0,846 berada
pada interval koefisien antara 0,8000-1,000 artinya sangat kuat dan dapat
digunakan untuk pengumpulan data penelitian.
1.3 Analisis pendahuluan
Analisis pendahuluan berupa analisis deskriftif yang merupakan cara
menganalisa data dengan mendeskripsikan data yang telah terkumpul
generalisasi, dengan menggunakan statistik deskriptif. Alat analisis yang dipakai
pada penelitian ini adalah mean, median, standar deviasi, varians dan estimasi.
1.3.1 Kinerja guru ( Y )
Kinerja guru adalah suatu hasil kerja yang yang memiliki kuantitas dan
kualitas dengan beban mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik dalam kurun waktu tertentu agar tercipta
pembentukan manusia yang potensial. Dalam menentukan kinerja guru digunakan
lima indikator untuk mengetahui bagaimana kinerja guru SMK Negeri se-Kota
Salatiga. Penentuan indikator kinerja guru yaitu kualitas kerja guru, kecepatan
kerja, inisiatif, kemampuan guru, dan komunikasi. Jumlah variabel kinerja guru
yang valid sebanyak 26 item dengan 30 alternatif jawaban.
Dalam penelitian ini yang didasarkan pada distribusi kinerja guru SMK
Negeri se-Kota Salatiga, memusat pada kelas interval ke-5 dan ke 6 dengan
frekuensi masing – masing 19 guru, diikuti kelas interval ke-7 dengan frekuensi
14 guru, kelas interval ke-4 dengan frekuensi 9 guru, kelas interval ke-2 dengan
frekuensi 8 guru, kelas interval ke-1 dengan frekuensi 4 guru.
Perhitungan tendensi pusat menunjukkan skor rat-rata 106,15. Perhitungan
dispersi dalam hal ini standar deviasi sebesar 11,8. Nilai tertinggi sebesar 126 dan
terendah 76. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tingkat keragaman skor
kinerja guru berada dalam kategori tinggi.
Pendugaan variabel kinerja guru dengan estimasi interval pada tingkat
SMK Negeri se-Kota Salatiga bergerak dari 101,4878 ke 110,8122 dengan tingkat
kesalahan 5% ( Lampiran 5 ).
1.3.2 Kompetensi pedagogik ( X1)
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran
mulai dari merencanakan program belajar mengajar sampai dengan menilai hasil
pembelajaran. Dalam menentukan kompetensi pedagogik guru digunakan
sepeuluh indikator untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru SMK Negeri
se-Kota Salatiga Jumlah kompetensi pedagogik yang valid sebanyak 28 item dengan
30 alternatif jawaban.
Dalam penelitian ini yang didasarkan pada distribusi kompetensi
pedagogik guru SMK Negeri se-Kota Salatiga, memusat pada kelas interval ke-5
dengan frekuensi 21 guru, diikuti kelas interval ke-4 dengan frekuensi 16 guru,
kelas interval ke-3 dengan frekuensi 14 guru, kelas interval ke-6 dengan frekuensi
11 guru, kelas iterval 2 dengan frekuensi 5 guru dan kelas interval 1 dan
ke-7 dengan frekuensi masing-masing 4 guru.
Perhitungan tendensi pusat menunjukkan skor rat-rata 104,79. Perhitungan
dispersi dalam hal ini standar deviasi sebesar 13,687. Nilai tertinggi sebesar 133
dan terendah 70. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tingkat keragaman
skor kompetensi pedagogik guru berada dalam kategori tinggi.
Pendugaan variabel kompetensi pedagogik guru dengan estimasi interval
pada tingkat keyakinan 95%. Ini berarti pada umumnya nilai rata-rata kompetensi
pedagogik guru pada 299 guru SMK Negeri se-Kota Salatiga bergerak dari
1.3.3 Motivasi kerja ( X2 )
Motivasi kerja guru adalah suatu aktifitas yang mendorong seseorang
untuk meningkatkan upaya yang tinggi yang terlihat dari dimensi internal dan
eksternal untuk melakukan kegiatan fisik dan mental agar tercapai tujaun yang
diharapkan secara positif dan secara negatif. Dalam menentukan motivasi kerja
guru digunakan tiga indikator untuk mengetahui motivasi kerja guru SMK Negeri
se-Kota Salatiga. Ketiga indikator menggunakan acuan dari David Mc. Clelland
yaitu kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan afiliasi dan kebutuhan akan
kekuasaan. Jumlah motivasi kerja guru yang valid sebanyak 13 item dengan 15
alternatif jawaban.
Dalam Dalam penelitian ini yang didasarkan pada distribusi motivasi kerja
guru SMK Negeri se-Kota Salatiga, memusat pada kelas interval ke-5 dengan
frekuensi 24 guru, diikuti kelas interval ke-4 dengan frekuensi 23 guru, kelas
interval ke-6 dengan frekuensi 11 guru, kelas interval ke-3 dengan frekuensi 8
guru, kelas interval ke-7 dengan frekuensi 7 guru dan kelas interval ke-1 dan ke-2
dengan frekuensi masing-masing 1 guru.
Perhitungan tendensi pusat menunjukkan skor rat-rata 55,47. Perhitungan
dispersi dalam hal ini standar deviasi sebesar 6,935. Nilai tertinggi sebesar 69 dan
terendah 30. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tingkat keragaman skor
motivasi kerja guru berada dalam kategori tinggi.
Pendugaan variabel motivasi kerja guru dengan estimasi interval pada
pedagogik guru pada 299 guru SMK Negeri se-Kota Salatiga bergerak dari
52,7373 ke 58,2027 dengan tingkat kesalahan 5% ( Lampiran 5 ).
1.4 Analisis lanjut
Pada bagian ini akan disajikan hasil analisis korelasi sederhana dan
korelasi berganda antara variabel kompetensi pedagogik dengan kinerja guru (
X1-Y), variabel motivasi kerja dengan kinerja guru ( X2-Y), dan variabel
kompetensi pedagodik dan motivasi kerja guru dengan kinerja guru ( Y-X1,X2)
yang disajikan pada Tabel berikut:
Tabel 4.7
Hasil Analisis Korelasi antara Kompetensi P
e
dagogik dan Motivasi Kerja Gurudengan Kinerja Guru SMK Negeri se-Kota Salatiga Tahun 2013
No. Variabel N Koefisien
Sumber : Hasil Olah Data Berdasarkan Angket, 2013
1.4.1 Hasil uji korelasi antara kompetensi pedagogik dengan kinerja guru
Berdasarkan hasil uji korelasi pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa
koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dan kinerja mengajar guru sebesar
0,691 dengan signifikan 0,000. Berpedoman pada taraf signifikansi 5% maka
diperoleh signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1
diterima. Hal ini menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara
tingkat kompetensi pedagogik guru, maka akan semakin tinggi pula kinerja guru,
sebaliknya semakin semakin rendah tingkat penguasaan kompetensi pedagogik
guru, maka akan semakin rendah kinerja guru. Besarnya nilai koefiien korelasi
sebesar 0,722 menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tergolong kuat.
1.4.2 Hasil uji korelasi antara motivasi kerja dengan kinerja guru
Berdasarkan hasil uji korelasi pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa
koefisien korelasi antara motivasi dan kinerja mengajar guru sebesar 0,768 dengan
signifikan 0,000. Berpedoman pada taraf signifikansi 5% maka diperoleh
signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal
ini menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi kerja guru
dengan kinerja guru, semakin tinggi tingkat penguasaan tingkat motivasi kerja
guru, maka akan semakin tinggi pula kinerja guru, sebaliknya semakin semakin
rendah tingkat motivasi kerja guru, maka akan semakin rendah kinerja guru.
Besarnya nilai koefiien korelasi sebesar 0,757 menunjukkan bahwa hubungan
kedua variabel tergolong kuat.
1.4.3 Hasil uji korelasi berganda antara kompetensi pedagogik guru dan motivasi kerja guru dengan kinerja mengajar guru
Hasil uji korelasi berganda pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa koefisien
korelasi antara kompetensi pedagogik dan motivasi kerja dengan kinerja mengajar
guru diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,699 dengan signifikansi 0,000.
Berpedoman pada taraf signifkansi 5% maka diperoleh signifikansi 0,000 kurang
dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan secara
bersama-sama kedua variabel bebas yang digunakan memiliki hubungan positif dan
kategori kuat. Hasil ini menunjukkan bahwa bahwa jika penguasaan kompetensi
pedagogik dan motivasi kerja ada secara bersama-sama berdampak baik kepada
kinerja mengajar guru.
Nilai ρ menunjukkan koefisien korelasi, yaitu kemampuan variabel bebas
menjelaskan perubahan variabel terikat. Hasil uji tabel diatas menunjukkan
besarnya nilai ρ sebesar 0,699, hal ini berarti 69,9% perubahan kinerja guru
ditentukan oleh perubahan komptensi pedagogik dan motivasi kerja. Selebihnya
30,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
1.5 Uji hipotesis
Analisis uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui seberapa jauah hipotesis
penelitian yang telah disusun semula dapat diterima berdasarkan data yang telah
dikumpulkan untuk maksud itu.
1.5.1 Uji Hipotesis Kinerja Guru
Hipotesis Statistik
H0 : µ = 3
H1 : µ < 3
Setelah dilakukan perhitungan uji hipotesis dengan tekhnik satu mean,
diperoleh nilai Z sebesar 0,72 sedang Z0,05 : 1,96. Berdasarkan hasil
tersebut, maka diputuskan H0 ditolak dan H1 diterima. Perhitungan ini
mempunyai arti bahwa hipotesis yang menyatakan kinerja guru SMK
Negeri se-Kota Salatiga rendah ditolak pada tingkat signifikansi 0,05.
1.5.2 Uji hipotesis kompetensi pedagogik dengan kinerja guru
H0 : ρ = 0
H1 : ρ > 0
Setelah dilakukan uji hipotesis, didapat korelasi sebesar = 0,691. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara variabel
kompetensi pedagogik dengan kinerja guru dengan tingkat hubungan tinggi
karena angka korelasinya berkisar antara ( 0,600-0,699 ). Berdasarkan hasil
tersebut maka diputuskan untuk menolak H0 dan menerima H1. Perhitungan ini
bermakna bahwa ada hubungan positif signifikan antara kompetensi pedagogik
dengan kinerja guru dapat diterima pada tingkat signifikan ρ = 0,05.
1.5.3 Uji hipotesis motivasi kerja guru dengan kinerja guru
Hipotesis statistik
H0 : ρ = 0
H1 : ρ > 0
Setelah dilakukan uji hipotesis, didapat korelasi sebesar = 0,768. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara variabel
motivasi kerja guru dengan kinerja guru dengan tingkat hubungan tinggi karena
angka korelasinya berkisar antara ( 0,600-0,699 ). Berdasarkan hasil tersebut
maka diputuskan untuk menolak H0 dan menerima H1. Perhitungan ini bermakna
bahwa ada hubungan positif signifikan antara motivasi kerja guru dengan kinerja
guru dapat diterima pada tingkat signifikan ρ = 0,05.
1.5.4 Uji hipotesis kompetensi pedagogik dan motivasi kerja dengan kinerja
guru
H0 : ρ = 0
H1 : ρ > 0
Setelah dilakukan uji hipotesis, didapat korelasi sebesar = 0,699. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara variabel
kompetensi pedagogik dan motivasi kerja guru secara bersama-sama dengan
kinerja guru dengan tingkat hubungan tinggi karena angka korelasinya berkisar
antara ( 0,600-0,699 ). Berdasarkan hasil tersebut maka diputuskan untuk menolak
H0 dan menerima H1. Perhitungan ini bermakna bahwa ada hubungan positif
signifikan antara kompetensi pedagogik dan motivasi kerja guru secara
bersama-sama dengan kinerja guru dapat diterima pada tingkat signifikan ρ = 0,05.
1.6 Pembahasan
1.6.1 Kinerja guru SMK Negeri se-Kota Salatiga
Berdasarkan hasil analisis pendahuluan terhadap 90 sampel guru SMK
Negeri se-Kota Salatiga, ternyata didapatkan hasil analisa bahwa kinerja guru
tinggi. Hasil analisis pendahuluan juga diperkuat dengan uji hipotesis yang
menyatakan bahwa kinerja guru rendah ditolak dengan tingkat signifikansi 0,05.
Tingginya kinerja guru tersebut berkaitan dengan kemampuan guru dalam
proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar guru mampu
menguasai materi dan mampu menggunakan metode pembelajaran yang membuat
siswa mampu menerima materi yang disampaikan oleh guru. Tingginya kinerja
guru juga dipengaruhi karena guru mempunya inisiatif, guru selalu berfikir positif
selalu berusaha untuk membuat kreatifitas dalam kegiatan belajar mengajar, dan
berusaha mencapai target yang diberikan oleh kepala sekolah.
Kinerja guru juga sangat dipengaruhi oleh guru dalam mengelola waktu.
Guru selalu berusaha untuk datang awal, dan berusaha untuk tidak telat ketika
akan memulai kegiatan belajar mengajar. Guru juga memanfaatkan waktu luang
sebaik mungkin untuk mengevaluasi kegiatan belajar mengajar. Tingginya kinerja
guru juga dipengaruhi oleh kualitas hasil kerja yang diperoleh guru dalam
kegiatan belajar mengajar. Hal ini dibuktikan dengan pemahaman siswa dalam
menerima materi yang diberikan oleh guru, dan pencapaian prestasi yang
diharapkan oleh guru. Komunikasi juga merupakan hal yang menentukan kinerja
guru. Dengan baiknya komunikasi yang dimiliki oleh guru, maka mutu
penyampaian matei yang diberikan dapat sampai kepada siswa, dan dengan
komunikasi yang baik maka guru dapat menguasai keadaan kelas.
Selain hal tersebut diatas, tingginya kinerja guru juga dapat dipengaruhi
oleh adanaya motivasi yang tinggi dari guru. Menurut Herzberg cara terbaik untuk
memotivasi seseorang adalah dengan cara memenuhi kebutuhan tingkat
tinnginya1. Guru di SMK Negeri merasa termotivasi ssehingga hasil kerja yang
didapat juga tinggi. Selain motivasi kerja guru mempengaruhi tingginya kinerja
guru, penguasaan kompetensi pedagogik guru jugan mempengaruhi kinerja guru.
Karena dengan mampu menguasai kompetensi pedagogik mulai dari
merencanakan pembelajaran sampai mengevaluasi pembelajaran maka guru dalam
melakukakn kegiatan belajar mengajar akan baik. Semakin baik penguasaan
kompetensi pedagogik guru maka akan semakin tinggi pula kinerja guru.
1.6.2 Hubungan kompetensi pedagogik dengan kinerja guru SMK Negeri se-Kota Salatiga
Dari hasil uji statistik yang ditunjukkan pada Tabel 4.7 dapat diketahui
bahwa koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dan kinerja guru sebesar
0.6912 pada signifikan 0,000. Hal ini mengandung arti bahwa ada hubungan
positif signifikan antara kompetensi pedagogik dengan kinerja guru. Hasil uji
juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang tinggi antara kompetensi pedagogik
guru dengan kinerja mengajar guru. Tingginya kompetensi pedagogik guru
ditentukan oleh guru mampu mengelola pembelajaran mulai dari merencakanan
program belajar mengajar sampai dengan menilai hasil pembelajaran dengan baik.
Kompetensi pedagogik memiliki hubungan yang tinggi terhadap kinerja
guru di SMK Negeri 1 Salatiga, SMK Negeri 2 Salatiga, SMK Negeri 3 Salatiga.
Hasil analisa ini sama dengan di lapangan bahwa guru telah melaksanakan
kompetensi pedagogik dengan baik, mulai dari merancang dan merencanakan
program pembelajaran, mengembangkan program pembelajaran, menilai proses
dan hasil pembelajaran. Guru selalu melakukan persiapan sebelum melakukan
kegiatan belajar sehingga guru mampu menguasai materi dan mampu
menyampaikan materi secara baik. Dari hasil pengamatan di lapangan pula untuk
mengembangkan kompetensi pedagogik guru, sebagian guru melakukan
penelitian dan mengikuti seminar-seminar pendidikan untuk mengembangkan
Berdasarkan deskripsi data, rata-rata guru memiliki skor kompetensi
pedagogik pada kategori sedang. Hal ini berarti sebagian guru telah mampu
menguasai kompetensi pedagogik guru, sehingga sebagian guru harus mampu
untuk mengembangkan kompetensi pedagogik yang dimilikinya. Jika kompetensi
pedagogik guru tinggi maka sejalan dengan Undang Undang No. 14 Tahun 2005
bahwa guru harus mampu menguasai empat kompetensi pedagogik guru salah
satunya kompetensi pedagogik agar dapat dikatakan sebagai guru profesioanal.
1.6.3 Hubungan motivasi kerja guru dengan kinerja guru SMK Negeri
se-Kota Salatiga
Dari hasil uji statistik sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.7 diketahui
koefisien korelasi antara motivasi kerja dan kinerja guru sebesar 0.768 pada
signifikan 0,000.. Hal ini mengandung arti bahwa ada hubungan positif signifikan
antara motivasi kerja dengan kinerja guru. Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin
tinggi motivasi kerja, maka meningkat pula kinerja guru. Meningkatnya motivasi
guru diakibatkan terpenuhinya kebutuhan guru akan kebutuhan prestasi, hal ini
dikarenakan adanya pengakuan dari kepala sekolah dan sesama guru akan prestasi
yang dimiliki guru, sehingga guru memiliki motivasi yang tinggi untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki, motivasi yang tinggi juga dikarenakan
adanya kemajuan untuk meningkatkan karir dan tanggung jawab guru untuk
melaksanakan bidang yang ditangani.
Berdasarkan deskripsi data, rata-rata motivasi kerja guru berada pada
kategori tinggi. Tingginya motivasi guru dikarenakan guru merasa terpenuhi
keyakinan yang kuat bahwa guru mampu melaksanakan tugasnya sebagai
pengajar. Guru mempunyai perasaan mampu untuk menyelesaikan tugas-tugas
dan berusaha mengatasi hambatan-hambatan tanpa harus menunggu perintah dari
atasan.
Sejalan dengan pendapat winardi bahwa motivasi kerja adalah suatu
kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia, yang dapat
dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar
imbalan moneter dan imbalan non moneter yang berpengaruh pada kinerjanya
secara positif atau negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang
dihadapi orang yang bersangkutan.2 Guru yang melakukan pekerjaan dengan
memiliki motivasi yang tinggi maka guru akan memberikan kinerja yang tinggi
pula. Guru akan termotivasi jika guru diberi kesempatan untuk selalu
mengembangkan prestasi yang di milikinya. Guru juga akan memiliki motivasi
yang tinggi apabila di dalam lingkungan kerja di akui oleh sesama rekannya. Hal
ini terjadi karena guru merasa diakui oleh guru lain dan selain itu guru merasa
pekerjaannya dihargai oleh orang lain.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh puspitasari
terhadap guru di SMK 1 Magelang, yang menyatakan adanya hubungan positif
dan signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja guru dengan koefisien korelasi
sebesar rxy= 0, 721 pada taraf signifikansi 1%.
1.6.4 Hubungan antara kompetensi pedagogik dan motivasi kerja dengan kinerja guru SMK Negeri se-Kota Salatiga
Dari hasil uji statistik sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.7 diketahui
koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dan motivasi kerja dengan kinerja
guru sebesar 0.699 pada probabilitas 0,000. Hal ini mengandung arti bahwa ada
hubungan positif signifikan antara kompetensi pedagogik dan motivasi secara
bersama – sama dengan kinerja guru. Kompetensi pedagogik dan motivasi kerja
dengan kinerja guru berada pada kategori tinggi. Hal ini ditunjukkan bahwa guru
mampu menguasai kompetensi pedagogik yang tinggi serta memiliki motivasi
yang tinggi pula untuk meningkatkan kinerjanya.
Sejalan dengan pendapat Silberman bahwa kinerja guru dapat diukur
dengan lima sub konsep yaitu tanggung jawab guru dalam mencapai tujuan
bersama, percaya diri yang menyangkut tumbuh dan berkembangnya motivasi
internal dalam melaksanakan pekerjaan, kompetensi dalam melaksanakan
tugasnya, kondisi yang menyangkut situasi dan kondisi di sekolah yang
memungkinkan guru dapat meningkatkan prestasi, dan komunikasi mengenai
adanya hubungan yang harmonis antara sesama warga di sekolah3. Pendapat lain
dikemukakan oleh Mitchell Terence bahwa kinerja guru mencakup lima aspek
dominan yaitu kualitas kerja, kecepatan kerja, inisiatif, kemampuan, dam
motivasi4.
Sesuai dengan pendapat diatas maka dapat dijelaskan banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja guru. Variabel kompetensi pedagogik dan motivasi kerja
guru merupakan bagian dari faktor yang mempengaruhi kinerja guru. Kedua
veriabel tersebut dapat menjelaskan bahwa 69,9% perubahan kinerja guru,
sedangkan hubungan lain masih dominan memmpengaruhi kinerja guru yaitu