• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI BEBAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS ( WLA ) DI CV. MOGA JAYA ABADI - SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI BEBAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS ( WLA ) DI CV. MOGA JAYA ABADI - SIDOARJO."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI BEBAN KERJ A DI BAGIAN PRODUKSI

DENGAN METODE

WORK LOAD ANALYSIS

( WLA )

DI CV. MOGA J AYA ABADI - SIDOARJ O

D

D

I

I

S

S

U

U

S

S

U

U

N

N

O

O

L

L

E

E

H

H

:

:

P

P

U

U

S

S

P

P

I

I

T

T

A

A

S

S

A

A

R

R

I

I

0

0

8

8

3

3

2

2

0

0

1

1

0

0

0

0

1

1

2

2

J

J

U

U

R

R

U

U

S

S

A

A

N

N

T

T

E

E

K

K

N

N

I

I

K

K

I

I

N

N

D

D

U

U

S

S

T

T

R

R

I

I

F

F

A

A

K

K

U

U

L

L

T

T

A

A

S

S

T

T

E

E

K

K

N

N

O

O

L

L

O

O

G

G

I

I

I

I

N

N

D

D

U

U

S

S

T

T

R

R

I

I

U

U

N

N

I

I

V

V

E

E

R

R

S

S

I

I

T

T

A

A

S

S

P

P

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

G

G

U

U

N

N

A

A

N

N

N

N

A

A

S

S

I

I

O

O

N

N

A

A

L

L

V

V

E

E

T

T

E

E

R

R

A

A

N

N

J

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

penelitian dengan judul “EVALUASI BEBAN KERJ A DI BAGIAN

PRODUKSI DENGAN METODE WORK LOAD ANALY SIS (WLA) DI CV.

MOGA J AYA ABADI”.

Penelitian ini merupakan tugas wajib dan sebagai syarat untuk

menyelesaikan program sarjana strata satu (S-1) di Jurusan Teknik Industri

Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.

Dalam menyusun penelitian ini, penulis tidak lepas dari banyak pihak,

yang secara langsung maupun secara tidak langsung telah turut membimbing dan

mendukung penyelesaian tugas penelitian ini yang semuanya sangat besar artinya

bagi penulis. Oleh karena itu, tidak lupa penulis menyampaikan rasa hormat dan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. Selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MS. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM. Selaku Kepala Jurusan Teknik Industri

4. Bapak Drs. Pailan, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri, Universitas

Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

(3)

6. Bapak Dr. Ir. Sunardi, MT selaku dosen pembimbing II

7. Bapak Novan Herlambang selaku pembimbing lapangan.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri

yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

9. Kedua Orang Tua dan keluarga Penulis yang senantiasa dan selalu

memberikan dukungan baik materi maupun moriil.

10. Buncit’ku terima kasih buat support dan doanya.

11. Para kostmate “ Green Kost “ khususnya Ayu, Sissia, Hilda, Diana, Shelly,

Titris terima kasih buat waktu yang diberikan, semangat – semangat, dan

doa kalian. I Love u J

12. Seluruh angkatan 2008 TI dari paralel A sampai D, dan khususnya Asslab

Pemograman Komputer dan Simulasi Industri, terima kasih buat

kebersamaan kita.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan baik isi

maupun penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik

yang membangun.

Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang berkepentingan dan semoga Tuhan memberikan balasan kepada semua

pihak yang telah membantu penulis.

Surabaya, Juni 2012

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Asumsi – Asumsi ... 3

1.5 Tujuan Penelitian ... 3

1.6 Manfaat Penelitian ... 3

1.7 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Efisien, Efektif dan Produktivitas ... 6

2.2 Manajemen Sumber Daya Manusian (MSDM) ... 9

2.2.1 Pembagian Kerja dan Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia ... 11

2.2.2 Perencanaan Sumber Daya Manusia ... 13

2.3 Analisis Jabatan ... 14

(5)

2.3.2 Metode Analisis Jabatan ... 19

2.4 Pengukuran Waktu Kerja (Work Measurement) ... 21

2.4.1 Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti (Stop Watch Time Study) ... 23

2.4.2 Pengukuran Waktu Kerja Dengan Metode Sampling Kerja (Work Sampling) ... 25

2.4.2.1 Aplikasi Sampling Kerja Untuk Penetapan Waktu Baku .. 27

2.5 Metode Penelitian ... 28

2.4.1 Teknik Menentukan Sampel ... 28

2.6 Faktor Penyesuaian (Performance Rating) ... 29

2.7 Kelonggaran (Allowance) ... 33

2.8 Work Load Analysis (WLA) ... 34

2.9 Penelitian Terdahulu ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 40

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.4 Metode Pengolahan Data ... 42

3.5 Langkah Pemecahan Masalah ... 44

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 50

(6)

4.1.2 Jumlah Karyawan Tiap Stasiun Kerja ... 51

4.1.3 Identifikasi Elemen – elemen Kerja ... 52

4.2 Pengolahan Data ... 55

4.2.1 Perhitungan Presentase Produktif dan Non-Produktif ... ... 55

4.2.2 Pengukuran Jumlah Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menyelesaikan Aktivitas ... 59

4.2.3 Uji Keseragaman Data dan Uji Kecukupan Data ... 61

4.2.4 Penentuan Performance Rating dan Allowance Tiap Operator .... 67

4.2.5 Perhitungan Beban Kerja Tiap Jabatan ... 71

4.2.6 Penentuan Jumlah Karyawan Yang Optimal ... 72

4.3 Hasil dan Pembahasan ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor Penyesuaian Menurut Shumard ... 31

Tabel 2.2 Faktor Penyesuaian Menurut Westinghouse ... 31

Tabel 4.1 Jumlah Karyawan Tiap Stasiun Kerja ... 51

Tabel 4.2 Elemen Kerja Proses Penghancuran ... 52

Tabel 4.3 Elemen Kerja Proses Pengayakan ... 52

Tabel 4.4 Elemen Kerja Proses Pencampuran ... 53

Tabel 4.5 Elemen Kerja Proses Pencetakan ... 53

Tabel 4.6 Elemen Kerja Proses Pengeringan ... 53

Tabel 4.7 Elemen Kerja Proses Perendaman ... 54

Tabel 4.8 Elemen Kerja Proses Penataan ... 54

Tabel 4.9 Elemen Kerja Proses Pengecatan ... 54

Tabel 4.10 Aktivitas Elemen Kerja Proses Penghancuran ... 55

Tabel 4.11 Aktivitas Elemen Kerja Proses Pengayakan ... 55

Tabel 4.12 Aktivitas Elemen Kerja Proses Pencampuran ... 56

Tabel 4.13 Aktivitas Elemen Kerja Proses Pencetakan ... 56

Tabel 4.14 Aktivitas Elemen Kerja Proses Pengeringan ... 57

Tabel 4.15 Aktivitas Elemen Kerja Proses Perendaman ... 57

Tabel 4.16 Aktivitas Elemen Kerja Proses Penataan ... 58

Tabel 4.17 Aktivitas Elemen Kerja Proses Pengecatan ... 58

Tabel 4.18 Frekuensi Pengamatan Proses Penghancuran ... 61

Tabel 4.19 Frekuensi Pengamatan Proses Pengayakan ... 64

(8)

Tabel 4.21 Allowance Berdasarkan Faktor-faktor Yang Berpengaruh ... 69

Tabel 4.22 Perhitungan Beban Kerja ... 71

Tabel 4.23 Jumlah Karyawan Optimal dan Beban Kerja Untuk Masing –

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Langkah – langkah Pemecahan Masalah ... 45

Gambar 4.1 Stasiun Kerja Pada Proses Produksi ... 51

Gambar 4.2 Grafik Tingkat Produktif Kerja Proses Penghancuran Dikaitkan

Dengan Frekuensi Waktu Pengamatan ... 63

Gambar 4.3 Grafik Tingkat Produktif Kerja Proses Pengayakan Dikaitkan

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambaran Umum Perusahaan

Lampiran 2 Jumlah Karyawan Tiap Stasiun Kerja

Lampiran 3 Identifikasi Elemen-elemen Kerja

Lampiran 4 Data Kegiatan Produktif Dan Kegiatan Non Produktif

Lampiran 5 Pengukuran Jumlah Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menyelesaikan

Aktivitas

Lampiran 6 Uji Keseragaman Data Dan Uji Kecukupan Data

Lampiran 7 Waktu Pengamatan Secara Acak

Lampiran 8 Perhitungan Manual Penentuan Performance Rating, Allowance

(11)

EVALUASI BEBAN KERJ A DI BAGIAN PRODUKSI

DENGAN METODE

WORK LOAD ANALYSIS

(WLA)

DI CV. MOGA J AYA ABADI – SIDOARJ O

ABSTRAKSI

Saat ini beberapa perusahaan memberikan perhatian khusus pada efisiensi,

efektifitas dan produktivitas. Hal ini dapat dipenuhi apabila perusahaan melakukan

pengaturan terhadap jadwal penyelesaian permintaan dengan sebaik-baiknya. Salah

satu faktor yang berpengaruh agar pesanan dapat diselesaikan atau terpenuhi sesuai

dengan jadwal yang ditetapkan yaitu faktor waktu, pekerja atau tenaga kerja yang

terlibat langsung didalam bagian proses produksi.

Sebagai perusahan yang bergerak di bidang pembuatan genteng salah satu

factor yang mempengaruhi adalah beban kerja yang diberikan oleh perusahaan. Untuk

itu pihak perusahan harus memperhatikan beban kerja yang akan diberikan karyawan

agar tercapai produktifitas yang optimal.

Untuk mengatasi masalah pengukuran beban kerja pada CV. Moga Jaya

Abadi, maka dalam penelitian ini menggunakan metode

Work Load Analysis (WLA).

Metode ini akan memberikan informasi mengenai pengalokasian sumber daya

manusia karyawan untuk menyelesaikan beban kerja yang ada.

Berdasarkan hasil pengukuran beban kerja pada CV. Moga Jaya Abadi dengan

menggunakan metode

Work Load Analysis

(WLA) dapat disimpulkan bahwa beban

kerja karyawan pada bagian Penghancuran 110.05% dengan jumlah karyawan yang

optimal adalah 2 orang, pada bagian Pengayakan 103.7% dengan jumlah karyawan

yang optimal adalah 2 orang, pada bagian pencampuran 108.6% dengan jumlah

karyawan yang optimal adalah 2 orang, pada bagian pencetakan 102% dengan jumlah

karyawan yang optimal adalah 4 orang, pada bagian pengeringan 96.97% dengan

jumlah karyawan yang optimal adalah 6 orang, pada bagian perendaman 106.94%

dengan jumlah karyawan yang optimal adalah 6 orang, pada bagian penataan

100.38% dengan jumlah karyawan yang optimal adalah 5 orang, pada bagian

pengecatan 98.84% dengan jumlah karyawan yang optimal adalah 4 orang.

(12)

EVALUATION OF THE WORKLOAD ON THE PRODUCTION

BY THE METHOD OF

WORK LOAD ANALYSIS

(WLA)

IN CV. MOGA J AYA ABADI - SIDOARJ O

ABSTRACT

Currently, some companies give special attention to efficiency, effectiveness

and productivity. This can be met if companies make arrangements to schedule

completion of the demand with the best. One of the factors that effect for orders can

be completed or fulfilled in accordance with the schedule is time factor, the worker or

workers directly involved in the production process.

As a company engaged in the steel plate industry one of the factors that effect

the workload provided by the company. For that the company should consider the

workload that will be provided by the employee in order to achieve optimal

productivity.

To solve the problem of workload measurement in PT. Gunawan Dianjaya

Steel, so this research using Work Load Analysis (WLA). This method will provide

information on the allocation of human resources employees to complete the existing

workload.

Based on the result of workload measurement in CV. Moga Jaya Abadi by

using method Work Load Analysis (WLA) can be conclude that the workload of the

section destruction, had an average workload of 110.05% % with an optimal number

of employees was 2 people, in the sieving, had an average workload 103.7% with an

optimal number of employees was 2 people, in mixing, had an average workload of

108.6% with an optimal number of employees was 2 people, in the printing, had an

average workload of 102% with the optimal number of employees is 4 people, on the

drying had an average workload of 96.97% with an optimal number of employees is 6

people, in the soaking , had an average workload of 106.94% with an optimal

number of employees is 7 people, in the arrangement had an average workload of

100.38% with an optimal number of employees is 5 people, in the painting, had an

average workload of 98.84% with the optimal number of employees is 4.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belaka ng

Dalam era globalisasi, banyak perusahaan yang memberikan perhatian

khusus pada efisiensi, efektivitas, dan produktivitas. Dari ketiga hal tersebut,

perusahaan dapat melihat optimasi dari penggunaan sumber daya yang dimiliki

dan pencapaian target yang diinginkan oleh suatu perusahaan. Untuk mencapai

ketiga hal tersebut diperlukan adanya kebijakan dari perusahaan tentang

pengaturan jadwal penyelesaian permintaan. Beberapa hal yang membuat

permintaan dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan adalah

faktor waktu, pekerja atau tenaga kerja yang terlibat di dalam proses produksi.

CV. Moga Jaya Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang

pembuatan genteng. Pengamatan sekilas menunjukkan bahwa beban kerja di

setiap stasiun kerja belum merata, hal ini ditandai dengan adanya karyawan yang

menganggur saat karyawan lain sedang mengerjakan tugasnya dan informasi dari

Manager Produksi yang menyatakan diperlukannya perhitungan beban kerja untuk

meyakinkan kepastian tentang beban kerja karyawan. Karyawan dengan beban

kerja yang berlebihan akan cenderung lebih cepat bosan dan lelah dalam

menjalankan tugasnya, sehingga cenderung tidak produktif. Produktif atau tidak

produktif seorang karyawan tergantung dengan beban kerjanya, untuk itu pihak

perusahaan harus memperhatikan beban kerja yang akan diberikan kepada

(14)

Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan adanya pengukuran

terhadap beban kerja operator di masing-masing stasiun kerja, sehingga dapat

diketahui berapa operator yang diperlukan dalam setiap stasiun kerja. Metode

Work Load Analysis (WLA) adalah deskriptif dari beban kerja yang dibutuhkan

dalam suatu unit perusahaan, sehingga akan memberikan informasi mengenai

pengalokasian sumber daya karyawan untuk menyelesaikan beban kerja. Dengan

diterapkannya metode Work Load Analysis diharapkan dapat terjadi peningkatan

efisiensi kerja karyawan pada umumnya sehingga bisa memenuhi keinginan

konsumen, dan akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai.

1.2 Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

“Berapa beban kerja dan jumlah karyawan yang optimal pada bagian produksi di

CV. Moga Jaya Abadi?”

1.3 Batasan Masalah

Beberapa batasan masalah dalam pengukuran beban kerja dan tingkat

efisiensi kerja di CV. Moga Jaya Abadi, agar dalam pemecahan masalah nantinya

tidak menyimpang dan meluas dari lingkup yang ditentukan, antara lain :

1. Acuan dalam pengukuran beban kerja adalah deskripsi kerja (job description)

yang diberikan oleh pihak manajemen CV. Moga Jaya Abadi.

2. Biaya tenaga kerja tidak menjadi pembahasan dalam penentuan jumlah

(15)

3. Penelitian hanya dilakukan pada shift I (08.00 – 16.00)

4. Perhitungan beban kerja dilakukan pada bagian produksi.

1.4 Asumsi – asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Sarana dan prasarana baik mesin maupun peralatannya dianggap bekerja

dengan baik.

2. Tidak terjadi perubahan job description pada karyawan bagian produksi selama

penelitian.

3. Mutu barang yang dihasilkan dianggap baik kualitasnya dan telah memenuhi

standard customer.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai

berikut :

- Untuk mengetahui beban kerja karyawan dan jumlah karyawan yang

optimal pada bagian produksi.

1.6 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini manfaat yang ingin dicapai adalah :

1. Bagi Perusahaan

(16)

b. Mengetahui jumlah karyawan yang optimal di bagian produksi yang

dibutuhkan.

2. Bagi Mahasiswa

Dengan adanya penelitian ini penulis dapat belajar dan menerapkan metode

Work Load Analysis (WLA) dan mengimplementasikan pendidikan yang

dicapai di perguruan tinggi.

3. Bagi Universitas

Hasil analisa ini dapat digunakan sebagai pembendaharaan perpustakaan, agar

dapat berguna bagi mahasiswa dan menambah ilmu pengetahuan.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini

adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan menguraikan tentang berbagai hal yang melatar

belakangi dari penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian,

batasan masalah, asumsi-asumsi yang digunakan, manfaat

penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II : TINJ AUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan menguraikan mengenai landasan-landasan teori

atau literatur yang digunakan untuk menyelesaikan laporan

penelitian ini. Teori-teori yang digunakan dalam bab ini akan

(17)

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang waktu lokasi dan penelitian,

menguraikan tentang metode pengumpulan data yang digunakan,

pemaparan data-data yang telah dikumpulkan selama penelitian

serta langkah-langkah yang digunakan untuk pemecahan masalah

dan pencapaian tujuan.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan tentang aktifitas pengumpulan dan

pengolahan data. Aktifitas pengumpulan data meliputi aktifitas dari

posisi/jabatan dan waktu penyelesaian aktifitas.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan memberikan kesimpulan atas analisa terhadap

hasil pengolahan data. Kesimpulan tersebut harus dapat menjawab

tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Selain itu

juga berisi tentang saran penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(18)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Efisien, Efektif dan Pr oduktivitas

Pengertian efisiensi adalah perbandingan atau rasio dari keluaran (output)

dengan masukkan (input). Efisiensi mengacu pada bagaimana baiknya sumber

daya digunakan untuk menghasilkan output. Sedangkan efektivitas adalah derajat

pencapaian tujuan dari sistem yang diukur dengan perbandingan atau rasio dari

keluaran (output aktual) yang dicapai dengan keluaran (output) standart yang

diharapkan.

Efisiensi merupakan penghematan penggunaan sumber daya dalam kegiatan

organisasi, dimana efisiensi pada “daya guna”. Efisiensi dimaksudkan pemakaian

sumber daya yang lebih sedikit untuk mencapai hasil yang sama. Efisiensi

merupakan “ukuran” yang membandingkan rencana penggunaan masukan (input)

dengan realisasi penggunaannya. Efisiensi 100% sangat sulit dicapai, tetapi

efisiensi yang mendekati 100% sangat diharapkan. Konsep ini lebih berorientasi

pada input daripada output.

Efektivitas merupakan ukuran yang menyatakan seberapa baik atau

seberapa jauh sasaran (kualitas, kwantitas dan waktu) telah tercapai. Nilai

efektivitas dicerminkan oleh perbandingan nilai output akhir dengan output yang

direncanakan. Makin besar sasaran yang dicapai, makin tinggi tingkat efektivitas.

Konsep efektivitas yang tinggi belum tentu menunjukkan efisien yang tinggi pula.

(19)

diperoleh keluaran (output) yang lebih besar, hasil yang lebih baik atau dalam

waktu lebih singkat.

Sedangkan produktivitas adalah rasio antara output dengan input. Dengan

diketahui nilai indeks produktivitas, maka akan diketahui pula seberapa efektif

proses produksi yang telah digunakan untuk meningkatkan output dan seberapa

efisien pula sumber-sumber input yang telah berhasil dihemat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha peningkatan produktivitas kerja

ditentukan oleh dua faktor utama :

1. Faktor Teknis

Yaitu faktor yang berhubungan dengan pemakaian dan penerapan fasilitas

produksi secara lebih baik, penetapan metode kerja yang lebih efektif dan

efisien, dan atau penggunaan bahan baku yang lebih ekonomis.

2. Faktor Manusia

Yaitu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap usaha-usaha yang dilakukan

manusia di dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung

jawabnya. Disini ada dua hal pokok yang menentukan, yaitu kemampuan

kerja (ability) dari pekerja tersebut dan yang lain adalah motivasi kerja yang

merupakan pendorong ke arah kemajuan dan peningkatan prestasi kerja

seseorang.

Secara umum terdapat tiga tipe dasar dari produktivitas yang akan

didefinisikan berikut ini, antara lain :

1. Produktivitas Parsial (Partial Productivity)

Produktivitas Parsial merupakan rasio dari output terhadap satu jenis input

(20)

terhadap input tenaga kerja), produktivitas material (rasio dari output

terhadap input material) ataupun produktivitas modal (Total Factor

Productivity).

2. Produktivitas Total Faktor (Total Factor Productivity)

Produktivitas total faktor merupakan rasio dari “net output” terhadap jumlah

faktor input langsung. Net output disini adalah total output dikurangi barang

setengah jadi maupun servis yang diberikan.

3. Produktivitas Total (Total Productivity)

Produktivitas total merupakan rasio dari total output terhadap jumlah dari

seluruh faktor input yang ada.

Jadi, suatu produktivitas total merefleksikan dampak gabungan dari semua

input dalam memproduksi output.

Produktivitas dan efisiensi adalah dua konsep penting dalam mengukur

performance. Produktivitas seperti yang sudah dijelaskan diatas dapat

didefinisikan sebagai rasio output dengan input. Definisi ini mudah dan dapat

diterangkan dengan jelas oleh suatu kondisi produksi dimana ada satu output dan

satu input, tetapi pada umumnya produksi memiliki multiple output dan input.

Efisiensi dapat didefinisikan sebagai tingkat penggunaan sumber daya yang

sebesar-besarnya (berhubungan dengan utilitas sumber daya).

Menurut Gaspersz (1998) untuk mencari produktivitas dapat dihitung dengan

rumus :

Produktivitas =

Produktivitas =

Output yang diperoleh Input yang digunakan

(21)

Produktivitas =

2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Tenaga kerja atau sumber daya manusia (SDM) merupakan satu-satunya

asset perusahaan yang bernapas atau hidup di samping asset-asset lain yang tidak

bernapas atau bersifat kebendaan seperti modal, bangunan gedung, mesin,

peralatan kantor, persediaan barang, dsb. Keunikan asset SDM ini mensyaratkan

pengelolaan yang berbeda dengan asset lain, sebab asset ini memiliki pikiran,

perasaan, dan perilaku, sehingga dikelola dengan baik mampu memberi

sumbangan bagi kemajuan perusahaan secara aktif.

Untuk itu, perusahaan perlu lebih mengenal karyawannya. Pengetahuan

tentang sifat karyawan bisa didapat jika perusahaan memiliki informasi tentang

karyawannya, bukan tentang identitas, melainkan lebih dalam lagi, misalnya

tentang sikap kerja karyawan, motivasi kerja karyawan, komunikasi antar

karyawan, tingkat stress karyawan, kepuasan kerja, dsb.

Informasi tentang faktor-faktor yang melandasi kerja karyawan sangat

dibutuhkan perusahaan, tidak hanya untuk menghindari kesalahan membuat

keputusan SDM yang tidak efektif, namun juga sebagai sarana mendayagunakan

tenaga kerja, sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Jika

karyawan memiliki produktivitas yang tinggi, kinerja perusahaan secara

keseluruhan menjadi lebih baik. (Istijanto, 2003)

Menurut Flippo (1995), manajemen personalia adalah perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan, pengadaan,

pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian pemeliharaan dan efektivitas

(22)

pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi

dan masyarakat.

Sedangkan menurut French (1991), mendefinisikan manajemen personalia

sebagai penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan sumber

daya manusia oleh organisasi. Berdasarkan dua definisi tersebut dapat digunakan

definisi, yaitu: Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi,

pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk

mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi.

Manajemen sumber daya manusia sangat diperlukan guna meningkatkan

produktivitas kerja serta efektivitas dan efisiensi didalam penggunaan sumber

daya manusia. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari organisasi akan dapat

tercapai sebagaimana mestinya.

Hal yang penting untuk diperhatikan oleh organisasi adalah bagaimana

memperoleh tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan dan posisi yang akan diduduki,

bagaimana mengembangkannya dan memelihara tenaga kerja, menggunakan serta

mengevaluasi hasil kerjanya.

Ada empat hal yang penting dalam batasan manajemen yang perlu diketahui,

yaitu :

1. Adanya suatu organisasi atau lembaga atau perusahaan.

2. Organisasi tersebut mempunyai tujuan tertentu yang sudah ditetapkan terlebih

dahulu.

3. Dalam organisasi tersebut bekerja sekelompok orang sebagai tenaga kerja.

4. Pelunya peraturan orang-orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan

(23)

Tujuan manajemen sumber daya manusia pada prinsipnya ada dua jenis ,

yaitu :

1. Production Mainded, merupakan usaha-usaha pihak organisasi atau

perusahaan agar para tenaga kerja bersedia memberikan prestasi yang

sebesar-besarnya (mencapai produktivitas yang maksimum) ini dapat dicapai dengan

melalui fungsi-fungsi manajemen yang ada dalam organisasi atau perusahaan.

2. People Mainded, mempunyai pengertian hanya dengan perhatian yang

sungguh-sungguh dari pihak perusahaan kepada tenaga kerja antara lain

dengan pelayanan yang sebaik mungkin, sistem birokrasi yang pendek,

kondisi pekerjaan dan lingkungan kerja yang layak, jaminan-jaminan sosial

yang layak dan sebagainya.(Mukhyi, 1993)

2.2.1 Pembagian Ker ja dan Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya

Manusia

Fungsi manajemen sumber daya manusia adalah penarikan tenaga kerja,

seleksi tenaga kerja sampai ditempatkan, latihan dan pengembangan,

mempromosikan kejenjang yang lebih tinggi, kompensasi, koordinasi dan

pemensiunan dan pemutusan hubungan kerja. Bahwa tugas sumber daya

manusia merupakan tanggung jawab seluruh manajer yang ada di dalam suatu

organisasi atau perusahaan menurut hirarki kewenangannya.

Dalam perusahaan kecil, semua fungsi personalia dilakukan dan

ditangani langsung oleh manajer puncak, lain dengan perusahaan besar fungsi

personalia didelegasikan kepada masing-masing manajer termasuk manajer

(24)

tanggung jawab dibidang personalia di departemennya masing-masing sesuai

dengan wewenangnya. Manajer personalia berfungsi memberikan layanan

dibidang personalia kepada manajer-manajer yang ada dalam perusahaan,

sehingga tidak dualisme fungsi personalia.

Ruang lingkup manajemen sumber daya manusia terdiri atas penarikan

tenaga kerja baru agar memperoleh pelamar yang mempunyai kualifikasi sesuai

dengan kebutuhan organisasi atau persahaan yang didapat melalui proses seleksi.

Pemberian kompensasi yang adil dan layak sesuai dengan prestasi yang

telah diberikan. Bentuk kompensasi ini mencakup pengupahan atau penggajian

dan tunjangan-tunjangan lainnya.(Mukhyi dkk, 1993)

Ada empat macam pendekatan manajemen sumber daya manusia guna

menekan manajemen personalia dan sumber daya manusia, yaitu :

1. Pendekatan Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia adalah pengelolahan dan pendayagunaan

sumber daya manusia. Martabat dan kepentingan hidup manusia hendaknya

tidak diabaikan agar kehidupan mereka layak dan sejahtera.

2. Pendekatan manajerial.

Analisis prestasi dan kehidupan kerja setiap karyawan tergantung pada

atasannya langsung dimana karyawan berada.

3. Pendekatan Sistem

Bagian personalia merupakan sub sistem dari sistem organisasi atau

perusahaan, maka perlu mengevaluasikan dengan kriteria besarnya

kontribusi yang dibuat organisasi. Manajemen sumber daya manusia adalah

(25)

4. Pendekatan Proaktif

Manajemen sumber daya manusia dapat meningkatkan kontribusinya

kepada karyawan, manajer dan organisasi melalui antisipasinya terhadap

masalah-masalah yang timbul.

2.2.2 Per encanaan Sumber Daya Manusia

Perencanaan sumber daya manusia adalah proses mengantisipasi dan

membuat ketentuan (persyaratan) untuk mengatur arus gerakan tenaga kerja

kedalam dan keluar organisasi yang bertujuan untuk mempergunakan SDM

seefektif mungkin dan agar memiliki pekerja yang memenuhi

persyaratan/kualifikasi dan mengisi posisi yang mengalami kekosongan.(Nawawi,

2005)

Menurut Torrington dan Tan Chwee Huat (2002), perencanaan sumber

daya manusia merupakan kegiatan khusus yang berkaitan dengan penentuan

kebutuhan sumber daya manusia perusahaan, baik kebutuhan jangka pendek

maupun kebutuhan jangka panjang. Dalam bentuk yang lebih operasional adalah

kegiatan yang berkaitan dengan memprediksi atau memperkirakan seberapa

banyak orang atau pegawai yang dibutuhkan untuk melakukan tugas-tugas, baik

jumlahnya maupun jenisnya, berapa yang akan tersedia, dan apa yang dilakukan

untuk memastikan bahwa penawaran sama dengan permintaan pada waktu yang

bersamaan.

Menurut William B. Wether dan Keith David dalam buku Manajemen

Sumber Daya Manusia karangan Efendi (2002), perencanaan sumber daya

(26)

(demand) dan ketersediaan (supply) pada masa yang akan datang, baik jumlah

maupun jenisnya, sehingga departemen sumber daya manusia dapat

merencanakan pelaksanaan rekrutmen, seleksi, pelatihan, dan aktivitas yang lain

dengan lebih baik.

Berdasarkan kedua definisi diatas dapat dikatakan bahwa perencanaan

sumber daya manusia merupakan proses penentuan kebutuhan pegawai pada masa

yang akan datang berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi dan persediaan

tenaga kerja yang ada.

Manfaat dari perencanaan sumber daya manusia adalah:

1. Meningkatkan sistem informasi sumber daya manusia.

2. Untuk mempermudah pelaksanaan koordinasi sumber daya manusia oleh

manajer sumber daya manusia.

3. Untuk jangka panjang bermanfaat bagi organisasi/perusahaan untuk

memperkirakan kondisi dan kebutuhan pengelolaan sumber daya manusia

dimasa yang akan datang.

4. Untuk jangka pendek bermanfaat untuk mengetahui posisi/jabatan atau

pekerjaan yang lowong pada tahun mendatang.

2.3 Analisis J abatan

Fungsi atau kegiatan pertama dalam manajemen kepegawaian adalah

mendapatkan orang-orang untuk mengisi organisasi. Dalam organisasi yang besar

fungsi mendapatkan orang-orang itu pada umumnya disertakan kepada para ahli,

(27)

pemimpin dapat melakukan sendiri penarikan tenaga kerja (Recruitment), seleksi

dan penempatan, tanpa bantuan para ahli.

Dalam kedua hal ada langkah penting yang perlu dilakukan sebelum

penarikan tenaga kerja, yakni menentukan jenis atau kualitas pegawai yang

diinginkan untuk masing-masing jabatan dan rincian mengenai jumlahnya yang

nanti akan diserahi masing-masing jabatan itu. Jadi langkah pertama dalam

manajemen kepegawaian adalah mendapatkan orang-orang yang tepat, baik

mengenai kualitas maupun mengenai kuantitasnya.

Metode yang lazim dipergunakan untuk menentukan jenis atau kualitas

tenaga kerja yang diperlukan disebut analisis jabatan, sedangkan metode yang

lazim dipergunakan untuk menentukan jumlah atau kuantitas tenaga kerja yang

diperlukan disebut work load analysis (analisis beban kerja).

Analisis jabatan itu sendiri adalah suatu prosedur, melalui mana

fakta-fakta yang berhubungan dengan masing-masing jabatan diperoleh atau

dikumpulkan dan dicatat secara sistematis. Analisis jabatan menyelidiki

tugas-tugas, proses-proses, tanggung jawab, kondisi-kondisi kerja dan syarat-syarat

mengenai orangnya untuk melakukan jabatan itu dengan sebaik-baiknya.

(Moekijat, 1989)

Dalam lingkungan organisasi pemerintahan, ada 2 jenis jabatan yaitu :

1. Jabatan Struktural

2. Jabatan Fungsional

Apabila diperhatikan dalam pelaksanaan tugas di lingkungan

pemerintahan, belum semua tugas pekerjaan terbagi habis dalam jabatan struktural

(28)

bukan jabatan struktural tetapi juga bukan jabatan fungsional. Secara rinci jabatan

dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Jabatan Struktural, yaitu semua jabatan yang tampak dalam struktur

organisasi dan berfungsi sebagai penyuluh. Dalam jabatan ini uraian tugasnya

mencerminkan pelaksanaan kebijaksanaan dengan pertimbangan sendiri.

Dalam struktur kepegawaian di instansi pemerintah, jabatan ini setingkat

dengan eselon III dan IV, contoh : Kepala Biro Umum, Kepala Dinas

Pendapatan Daerah, dan sebagainya.

2. Jabatan Non Struktural, yaitu jabatan yang tidak tampak dalam struktur

organisasi dan berfungsi sebagai pembuat kebijaksanaan. Uraian tugas

jabatan ini mencerminkan pelaksanaan fungsi menajerial tinggi. Jabatan Non

Struktural ini terdiri dari :

• Jabatan Non Struktural Umum, yaitu jabatan yang sifatnya selalu ada

dalam pelaksanaan tugas organisasi, contoh : Jabatan dibidang Tata Usaha

Keuangan, Tata Usaha Kepegawaian, dan sebagainya.

• Jabatan Non Struktural Teknis, yaitu yang melaksanakan pekerjaan

sebagai unsusr pelaksana yang keberadaannya sesuai dengan fungsi teknis

dan tujuan organisasi, contoh : Analis Kimia, Teknisi Konservasi Air

Tanah, dan sebagainya.

3. Jabatan Fungsional, yaitu jabatan yang sifatnya melaksanakan fungsi tertentu

dengan persyaratan jabatan dan pendidikan tertentu.

(Rais dkk, 1997)

Dalam menganalisis jabatan ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan

(29)

1. Analisis jabatan harus memberikan semua fakta yang penting yang ada

hubungannya dengan jabatan. Fakta-fakta mana yang penting tergantung

kepada tujuan untuk apa hasilnya akan dipergunakan.

2. Analisis jabatan tunggal harus dapat memberikan fakta-fakta yang diperlukan

untuk bermacam-macam tujuan. Apabila untuk masing-masing tujuan dibuat

analisis jabatan tersendiri, maka hal ini akan memakan biaya yang besar.

3. Analisis jabatan harus sering ditinjau kembali dan apabila perlu diperbaiki.

Dalam organisasi-organisasi yang besar jabatan-jabatan itu tidak statis, sering

mengalami perubahan, perubahan dalam produksi, bahan-bahan,

proses-proses, metode-metode atau alat-alat yang dipergunakan. Dalam

organisasi-organisasi yang besar demikian itu analisis jabatan dapat merupakan suatu

program yang terus-menerus.

4. Analisis jabatan harus dapat menunjukkan unsur-unsur jabatan dalam tiap

jabatan. Kadang-kadang jabatan itu mengandung beberapa unsur jabatan yang

penting.

5. Analisis jabatan harus dapat memberikan informasi yang teliti dan dapat

dipercaya. Untuk menentukan data yang demikian itu memerlukan pelayanan

para ahli dalam analisis jabatan (Job Analyst). (Moekijat, 1989)

2.3.1 Tujuan Analisis J abatan

Analisis jabatan diadakan untuk memberikan pengertian tentang

unsur-unsur jabatan yang terkandung dalam tiap jabatan, tetapi pengertian ini bukan

merupakan satu-satunya tujuan. Pengetahuan tentang isi dan syarat-syarat jabatan

(30)

Analisis jabatan merupakan dasar program manajemen kepegawaian,

karena hasil-hasilnya dapat dipergunakan untuk hampir semua program

kepegawaian.

Dengan demikian informasi jabatan yang dihasilkan oleh analisis jabatan

dapat dipergunakan untuk :

1. Mengorganisasikan dan mengintegrasikan seluruh tenaga kerja berdasarkan

kewajiban dan tanggung jawab jabatan.

2. Menerima, memilih, dan menempatkannpegawai berdasarkan syarat-syarat

perseorangan : sifat-sifat, kepandaian, kecakapan, dan sebagainya.

3. Mengadakan program pelatihan, guna memberikan pengetahuan dan

kecakapan yang diperlukan (menurut analisis jabatan) untuk menyelesaikan

jabatan dengan sebaik-baiknya.

4. Administrasi upah dan gaji, yang berusaha memberikan kompensasi

berdasarkan kecakapan yang diperlukan, sukarnya tugas, beratnya tanggung

jawab kondisi kerja dan syarat-syarat perseorangan yang diperlukan.

5. Mengadakan pemindahan dan kenaikan jabatan pegawai berdasarkan

syarat-syarat pengetahua, kecakapan dan pengalaman untuk tiap-tiap jabatan.

Analisis jabatan menunjukkan jabatan-jabatan mana yang mempunyai

syarat-syarat yang sama, yang dengan demikian mempermudah production transfer

(pemindahan atas inisiatif menajemen untuk mempercepat produksi). Analisis

jabatan juga menunjukkan bagaimana pentingnya pengalaman dari suatu

jabatan untuk jabatan atau jabatan-jabatan yang lain. Dengan demikian

analisis jabatan memberikan dasar yang baik untuk kenaikan jabatan. Dengan

(31)

analisis jabatan semua sistem promosi dari jabatan-jabatan yang tidak begitu

penting ke jabatan-jabatan yang lebih penting dapat direncanakan.

6. Mengatasi rasa tidak puas pegawai dengan memberikan tanggung jawab,

tugas dan perbandingan tingkat pembayaran yang seadil-adilnya.

7. Memperbaiki kondisi kerja yang menurut analisis jabatan berbahaya, tidak

menyenangkan atau tidak sehat.

8. Menentukan standar produksi melalui studi gerak dan waktu.

9. Meningkatkan produktivitas pegawai melalui penyederhanaan kerja dan

perbaikan metode berdasarkan analisis jabatan.

10. Mempermudah perencanaan organisasi, dengan memberikan perumusan yang

jelas dari tiap-tiap jabatan dan menunjukan hubungan jabatan-jabatan itu satu

sama lain. (Moekijat, 1989)

2.3.2 Metode Analisis J abatan

Analisis jabatan biasanya mengumpulkan informasi jabatan melalui :

1. Daftar pertanyaan mengenai jabatan (job questionaires) yang diberikan

kepada pegawai-pegawai pelaksana atau kepala mereka.

Keuntungan metode ini ialah :

a. Ada kemungkinan untuk menyelidiki semua jabatan lebih cepat dari pada

dengan metode wawancara.

b. Memberikan kepercayaan kepada pemegang jabatan dan kemampuannya

(32)

2. Buku catatan harian (logs).

Pegawai mencatat apa yang ia lakukan setiap hari, berapa waktu yang

dipergunakan, kapan dimulai dan bila berakhir tiap tugas diselesaikan.

Keuntungan metode ini ialah :

a. Pegawai mungkin akan bekerja lebih baik.

b. Metode ini dapat mengurangi waktu analisis jabatan dalam mengadakan

observasi dan wawancara.

Kelemahannya :

a. Pada umumnya informasi yang diperoleh tidak lengkap, karena tidak

memuaskan data-data lain yang diinginkan, seperti hubungan antar

pengawas, alat-alat yang dipergunakan, kondisi kerja, dan sebagainya.

b. Metode ini memakan waktu yang lama.

3. Pengamatan (observation).

Mengadakan observasi atau pemeriksaan (auditing) tiap jabatan dan

mengadakan pembicaraan dengan pegawai-pegawai pelaksana dan kepala

mereka. Metode ini dilakukan oleh analisis jabatan (job analyst) yang telah

memperoleh pelatihan secara khusus.

Keuntungan metode ini ialah :

a. Adanya keseragaman, baik dalam informasi yang dikumpulkan maupun

dalam standar yang dipergunakan untuk menilai kecakapan, pengetahuan,

pendidikan, tanggung jawab, dan kondisi kerja.

(33)

Kelemahannya :

a. Apabila pengamatan itu dilakukan hanya dalam waktu-waktu tertentu,

misalnya sekali seminggu atau sekali sebulan, maka analisis jabatan tidak

memperoleh informasi yang lengkap. (Moekijat, 1989)

2.4 Pengukuran Waktu Ker ja (Work Measurement)

Menurut Sritomo Wignjosoebroto (2003), work measurement (Pengukuran

Waktu Kerja) berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku

yang dibutuhkan guna menyelesaikan pekerjaan. Secara singkat pengukuran

waktu kerja adalah metode penerapan keseimbangan antara kegiatan manusia

yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Waktu baku ini

digunakan untuk :

1. Man power planning (Perencanaan Kebutuhan Karyawan)

2. Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan

3. Penjualan produk dan penganggaran

4. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan / pekerja

yang berprestasi

5. Indikasi keluaran (Output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja

Tujuan dari work measurement adalah untuk menentukan waktu baku

yang seharusnya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku merupakan

waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan

rata-rata untuk menyelesaikan waktu pekerjaan, termasuk didalamnya

kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi

(34)

untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama suatu

kegiatan itu harus berlangsung dan berapa output yang akan dihasilkan serta

berapa pula jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan

tersebut. Selain itu waktu baku juga digunakan untuk menentukan upah ataupun

insentife yang harus di bayar sesuai dengan performance yang ditunjukan oleh

pekerja tersebut.

Secara garis besar teknik pengukuran kerja dibagi menjadi dua bagian

yaitu : pengukuran kerja secara langsung dan pengukuran kerja secara tidak

langsung. Pengukuran kerja secara langsung merupakan pengukuran yang

dilaksanakan secara langsung pada tempat dimana pekerja tersebut diukur. Ada

dua cara pengukuran kerja secara langsung, yaitu : Menggunakan Jam Henti (Stop

WatchTime Study) dan Sampling Kerja (Work Sampling). Sebaliknya pengukuran

kerja secara tidak langsung adalah perhitungan waktu kerja dimana pengamatan

tidak berada ditempat pekerjaan diukur. Aktivitas pengukuran dilakukan melalui

perhitungan waktu kerja melalui tabel-tabel waktu yang tersedia tetapi harus

mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen pekerjaan atau

elemen-elemen gerakan. Cara ini dilakukan dalam aktivitas dari waktu baku (Standart

Detik) dan data waktu gerakan (Predermined Time System).

Kegiatan dari Work Measurement adalah :

1. Menentukan insetif gaji

2. Menentukan jadwal kerja yang efektif dan dapat berjalan dengan baik

3. Menjadi salah satu input bagi penentuan anggaran biaya

4. Menjadi salah satu input untuk melakukan estimasi harga produk

(35)

6. Mengetahui efektivitas mesin

7. Dasar pembentukan keseimbangan aktivitas pada tiap work station

8. Sebagai studi mengenai down time

9. Sebagai studi dalam masalah produk

Tujuan dari work measurement adalah untuk menentukan waktu baku

yang seharusnya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku merupakan

waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan

rata-rata untuk yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi

pekerjaan yang harus diselesaikan, sehingga waktu baku tersebut dibutuhkan

dalam suatu unit organisasi. Maka waktu baku dapat digunakan untuk membuat

rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama suatu kegiatan itu harus

berlangsung dan berapa output yang akan dihasilkan serta berapa pula jumlah

karyawan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Selain itu

waktu baku juga digunakan untuk menentukan upah ataupun insentife yang harus

di bayar sesuai dengan performance yang ditujukan oleh pekerja tersebut. Metode

ini akan memberikan informasi mengenai pengalokasian sumber daya, prioritas

dalam berkomunikasi dan identifikasi kemampuan dan pelatihan yang dibutuhkan

oleh karyawan untuk menyelesaikan beban kerja. (National Institutes of Health,

2001)

2.4.1 Pengukuran Waktu Ker ja Dengan J am Henti (Stop Watch Time

Study)

Pengukuran waktu kerja dengan Jam Henti (Stop Watch Time Study)

(36)

Aktivitas pengukuran waktu kerja degan jam henti umumnya diaplikasikan pada

industri manufakturing yang memiliki karateristik kerja yang berulang-ulang,

terspesifikasi jelas dan menghasilkan output yang relative sama. Meskipun

demikian aktivitas ini biasanya pula diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan non

manufakturing seperti yang biasa dijumpai dalam aktivitas kantor gudang atau

jasa pelayanan lainnya asalkan kriteria-kriteria dibawah ini biasanya terpenuhi,

yaitu :

1. Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan uniform

2. Isi / macam pekerjaan itu harus homogen

3. Hasil kerja (Output) harus dapat dihitungkan secara nyata (kuantitatif) baik

secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang langsung

4. Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga

akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya (Wignjosoebroto,

2003)

Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas Stop Witch Time Study dapat

dilaksanakan untuk berbagai macam / jenis pekerjaan baik yang bisa

diklasifikasikan sebagai manufakturing job / service job. Aktivitas pengukuran

waktu kerja sendiri tidak mungkin bisa dilaksanakan apabila dijumpai

pekerjaan-pekerjaan yang tidak memperdulikan volume atau jumlah output yang ingin

dihasilkan atau pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan output yang tidak

mungkin untuk di standarkan seperti halnya dengan pekerjaan-pekerjaan yang

bersifat creative works (hasil seni,research,dll).

Untuk melakukan pengukuaran dengan jam henti yang perlu diketahui

(37)

1. Waktu Baku

Waktu baku adalah waktu yang diperoleh seorang operator yang berkualitas

baik untuk menyelesaikan pekerjaannya, dimana sudah terdapat pengaruh dari

kelonggaran.

Waktu baku = Waktu Normal x

allowance %

% 100

% 100

Dimana : Wb = Waktu Baku/ Waktu Standard

Wn = Waktu Normal

2. Output Standard

Perhitungan output standart merupakan langkah berikutnya setelah dilakukan

pengukuran waktu kerja dan dilakukan uji keseragaman dan kecukupan data.

(Sumber : Sutalaksana, 2006)

Menghitung output standart (OS), dengan cara :

OS = Wb

1

Dimana, 1 adalah waktu satu periode dan OS adalah Output Standard.

2.4.2 Pengukuran Waktu Ker ja Dengan Metode Sampling Ker ja (Work

Sampling)

Pengukuran waktu kerja dengan metode sampling kerja yaitu teknik untuk

mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin,

proses atau pekerja. Pengukuran waktu kerja dengan metode sampling pekerjaan

lebih efektif dan efisien dalam mengumpulkan informasi mengenai kerja mesin

(38)

didapatkan dalam waktu relatif lebih singkat dan dengan biaya yang tidak terlalu

besar.

Secara garis besar metode sampling kerja ini akan dapat digunakan untuk :

1. Mengukur “ratio dealy” dari sejumlah mesin, karyawan/ operator atau

fasilitas kerja lainnya. Sebagai contoh ialah untuk menentukan prosentase

dari jam/ hari dimana mesin/ orang benar-benar terlibat dalam aktivitas kerja

yang dilakukan (menganggur/ idle).

2. Menetapkan performance level dari seseorang selama waktu kerjanya

berdasarkan waktu-waktu dimana orang-orang ini bekerja/ tidak bekerja

terutama sekali untuk pekerjaan-pekerjaan manual.

3. Menentukan waktu baku untuk suatu proses/ operasi kerja seperti halnya yang

bisa dilaksanakan oleh pengukuran kerja lainnya.

Metode sampling kerja ini dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas

(The Law of Probability) karena itulah maka pengamatan suatu obyek tidak perlu

dilaksanakan secara menyeluruh (populasi) melainkan cukup dilakukan dengan

mengambil contoh (sampel) yang diambil secara acak/ random. Suatu sampel/

contoh yang diambil secara acak dari suatu group populasi yang besar akan

cenderung memiliki pola distribusi yang sama seperti yang dimiliki oleh group

populasi tersebut. Apabila sampel yang diambil cukup besar, maka karakteristik

yang dimiliki oleh sampel tidak akan jauh berbeda dengan karakteristik yang

dimiliki dari group populasinya. (Wignjosoebroto, 2003)

Pada dasarnya prosedur pelaksanaannya cukup sederhana, yaitu

melakukan pengamatan aktivitas kerja untuk selang waktu yang diamati secara

(39)

keadaan bekerja/ menganggur. Jika dalam pengamatan ini terlihat karyawan

sedang bekerja, maka tanda tally akan diberikan untuk kondisi menganggur.

(Wignjosoebroto, 2003)

Untuk melakukan sampling kerja maka langkah-langkah yang harus

dilakukan adalah :

1. Menentukan tujuan pengukuran

2. Melakukan penelitian pendahulu

3. Memilih karyawan

4. Melatih karyawan

5. Menguraikan pekerjaan atas elemen-elemen pekerjaan

6. Menyiapkan peralatan yang diperlukan, yaitu :

a. Papan pengamatan

b. Lembaran-lembaran pengamatan

c. Pena atau pensil

d. Lembaran output untuk karyawan

2.4.2.1 Aplikasi Sampling Ker ja Untuk Penetapan Waktu Baku

Seperti telah diketahui bahwa studi sampling kerja akan dapat menjawab

beberap hal antara lain :

a. Prosentase / proporsi antara aktivitas dan idle

b. Penetapan waktu baku kegiatan

Sama halnya dalam Stopwatch Time Study maka disini juga harus

(40)

waktu longgar yang ada, sehingga waktu baku penyelesaian suatu produk dapat

dinyatakan dalam rumus :

Standart time per unit produk =

x

(Wignjosoebroto, 2003)

2.5 Metode Penelitian

Populasi adalah keseluruhan jumlah sumber data yang hendak dipelajari atau

diteliti. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.

Adapun cara penarikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut bahwa

“untuk sekedar menjadi patokkan maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih

baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi,

selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%

atau lebih’. (Arikunto)

2.5.1 Teknik Menentukan Sampel

Beberapa teknik pengambilan sampel yang biasa dikenal antara lain

adalah:

1. Sampling acak, digunakan oleh peneliti apabila populasi dari mana sampel

diambil merupakan populasi homogen yang hanya mengandung satu ciri.

2. Sampling kelompok, digunakan oleh peneliti apabiladidalam populasi terdapat

kelompok-kelompok yang mempunyai ciri sendiri-sendiri. Total Time (jam) x Working Time (%) x Performance Rating (%)

Total number pf pieces produced

100%

(41)

3. Sampling bertingkat, digunakan oleh peneliti apabila di dalam populasiterdapat

kelompok-kelompok subjek dan antara satu kelompok dengan kelompok yang

lain tampak adanya strata atau tingkatan.

4. Sampling bertujuan, teknik sampling yang digunakan oleh peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pegambilan sampel.

5. Sampling kembar, pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti dengan

jumlah sebanyak dua kali ukuran sampel yang dikehendaki

6. Sampling berimbang, sudah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa

sampling berimbang selalu dikombinasikan dengan teknik lain yang

berhubungan dengan populasi yang tidak homogen.

2.6 Faktor Penyesuaian (Performance Rating)

Dalam melakukan penyesuaiaan (Performance Rating) berusaha

menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja karyawan pada

saat diamati akibat kecepatan kerja karyawan, tingkat keterampilan, lingkungan

dan lain-lain yang berubah-ubah. Faktor penyesuaian dianalisis berdasarkan

pengamatan sebelum penelitian berlangsung dan bersifat subyektif tergantung

pada penelitian, tetapi paling tidak diusahakan untuk mendekati kenyataan.

(Sutalaksana, 2006)

Dengan melakukan performance rating ini diharapkan waktu kerja yang

diukur bisa “dinormalkan” kembali. Ketidak normalan dari waktu kerja ini

diakibatkan oleh operator yang bekerja secara kurang wajar yaitu bekerja dalam

(42)

Biasanya penyesuaian dilakukan mengalikan waktu siklus rata-rata atau

waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian.

Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang

diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Dalam waktu

yang tidak terlampau lama kita dapat menyatakan, misalnya orang tersebut

kerjanya lambat atau sangat cepat. Ini tidak lain berarti kita telah membandingkan

sesuatu dengan sesuatu yang lain yang wajar, walaupun tidak selalu mudah untuk

dinyatakan.

Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan,

maka hal ini dilakukan dengan mengadakan penyesuaian yaitu dengan mengalikan

waktu pengamatan rata-rata dengan faktor penyesuaian (p). Guna melaksanakan

pekerjaan secara normal maka dianggap operator tersebut cukup berpengalaman

pada saat bekerja melaksanakannya tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang

hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan, dan menunjukkan kesungguhan

dalam menjalankan pekerjaannya.

Sehubungan dengan faktor penyesuaian dikembangkanlah dengan cara

untuk mendapatkan harga p termasuk cara-cara yang berusaha se-obyektif

mungkin. Diantaranya yaitu :

a. Cara pertama adalah cara persentase merupakan cara yang paling awal

digunakan dalam melakukan penyesuaian.

b. Cara Shumard memberikan patokan-patokan penelitian melalui kelas

(43)

Tabel 2.1 Faktor Penyesuaian Menurut Shumard

Kelas Penyesuaian

Superfast 100

Fair+ 95

Fair 90

Fair - 85

Excellent 80

Good + 75

Good 70

Good - 65

Normal 60

Fair + 55

Fair 50

Fair - 45

Poor 40

c. Cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap

menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu

Keterampilan, Usaha, Kondisi kerja, dan Konsistensi. Dengan pembagian 4

faktor ini pengukur akan lebih terarah dalam menilai kewajaran pekerja

dilihat dari berbagai segi. Karenanya faktor penyesuaian yang nantinya

diperoleh dapat lebih obyektif.

Tabel 2.2 Faktor Penyesuaian Menurut Westinghouse

Faktor Kelas Lambang Penyusutan

Skill/ Ketrampilan

Superskill A1 + 0,15

A2 + 0,13

Excellent B1 + 0,11

B2 + 0,08

Good C1 + 0,06

C2 + 0,03

Average D 0,00

Fair E1 - 0,05

(44)

F2 - 0,22

Effort/ Usaha

Excessive A1 + 0,13

A2 + 0,12

Excellent B1 + 0,10

B2 + 0,08

Good C1 + 0,05

C2 + 0,02

Average D 0,00

Fair E1 - 0,04

E2 - 0,08

Poor F1 - 0,12

F2 - 0,17

Kondisi Kerja

Ideal A + 0,06

Excellent B + 0,04

Good C + 0,02

Average D 0,00

Fair E - 0,03

Poor F - 0,07

Consistency/ Konsistensi

Perfect A + 0,04

Excellent B + 0,03

Good C + 0,01

Average D 0,00

Fair E - 0,02

Poor F - 0,04

d. Cara obyektif memperhatikan dua faktor yaitu kecepatan kerja dan tingkat

kesulitan pekerja. Kecepatan kerja adalah dalam melakukan pekerjaan dalam

pengertian biasa. Disini pengukur harus melakukan penilaian tentang

kewajaran kecepatan kerja yang ditujukan oleh operator. Untuk kesulitan

kerja menunjukkan berbagai keadaan kesulitan kerja seperti apakah pekerjaan

tersebut memerlukan banyak anggota badan, apakah penggunaan tangan, dan

lain-lain.

Pada penelitian tugas akhir ini menggunakan cara Westinghouse karena

cara ini dianggap lebih lengkap dibandingkan cara-cara yang telah disebutkan

(45)

2.7 Kelonggar an (Allowance)

Kelonggaran ini adalah waktu dimana karyawan melakukan interupsi dari

proses berlangsung karena hal-hal tertentu tidak dapat dihindarkan (Sutalaksana,

2006). Waktu yang dibutuhkan dalam menginterupsi proses yang sedang

berlangsung ini dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Kelonggaran untuk membutuhkan pribadi (Personal Allowance)

Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal seperti minum

sekedar menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, sholat, Bercakap-cakap

dengan teman kerja untuk menghilangkan ketegangan ataupun dalam bekerja.

Kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak, misalnya : seseorang

diharuskan terus bekerja dengan rasa haus atau melarang pekerja untuk sama

sekali tidak bercakap-cakap sepanjang jam-jam kerja. Larangan demikian tidak

saja merugikan pekerja (karena merupakan tuntutan psikologis dan fisologis

yang wajar) tetapi juga merugikan perusahaan karena dengan kondisi demikian

pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan hampir dapat dipastikan

produktivitasnya menurun.

2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah (Fatique Allowance)

3. Rasa lelah atau fatique tercermin antara lain dari menurunnya produktivitas,

salah satu ciri-cirinya adalah sering terlambat datang, kurang serius dalam

melaksanakan tugasnya, dll.

4. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan

Dalam melaksanakan pekerjaannya, karyawan tidak akan lepas dari

berbagai hambatan. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol

(46)

dapat terhindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerjaan untuk

mengendalikannya, antara lain :

a. Menerima/ meminta petunjuk kepada kepala bagian

b. Menunggu akibat komputer tidak dapat dioperasikan

c. Mengganti tinta printer yang sudah habis

2.8 Work Load Analysis (WLA)

Work Load Analysis adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja

orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan

dalam waktu tertentu, atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk

menentukan berapa jumlah personalia dan berapa jumlah tanggung jawab atau

beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang petugas.

Langkah-langkah dalam menentukan beban kerja adalah sebagai berikut :

1. Menentukan jumlah pengamatan

2. Menentukan elemen kerja yang dilakukan setiap karyawan

3. Menentukan rata-rata presentase produktif dari karyawan

k Pi P= ∑

P= rata-rata presentase produktif

Pi

∑ = jumlah presentase produktif dari keseluruhan hari pengamatan

k= jumlah hari pengamatan

Kemudian dihitung rata-rata presentase produktif dengan menggunakan

rumus :

k Pi P= ∑

(47)

4. Melakukan Uji Keseragaman Data

BKA =

( )

n P P P+3 1−

BKB =

( )

n P P P−3 1−

BKA = Batas Kontrol Atas

BKB = Batas Kontrol Bawah

P = rata-rata presentase produktif

k ni

n= ∑ , dimana n = rata-rata jumlah pengamatan

ni= penjumlahan dari seluruh jumlah pengamatan

k= jumlah hari pengamatan

5. Melakukan Uji Kecukupan Data

( )

P P s k

N

−       = 1 2 '

N’ = jumlah pengamatan teoritis yang seharusnya dilakukan

s = tingkat ketelitian

k = koefisien distribusi normal sesuai dengan tingkat keyakinan

a. Untuk tingkat keyakinan 0 – 68% harga k adalah 1

b. Untuk tingkat keyakinan 69 – 95% harga k adalah 2

c. Untuk tingkat keyakinan 96 – 99% harga k adalah 3

Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil

pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan

(48)

pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Inipun

dinyatakan dalam persen. Jadi tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95%

memberi arti bahwa pengukuran membolehkan rata-rata hasil pengukurannya

menyimpang sejauh 10% dari rata-rata sebenarnya dengan tingkat ketelitian 95%.

Dengan kata lain jika pengukuran sampai memperoleh rata-rata pengukuran yang

menyimpang lebih dari 10% seharusnya hai ini dibolehkan terjadi hanya dengan

kemungkinan 5%. (Sutalaksana, 2006)

6. Menentukan Performance Rating

7. Menentukan Allowance

8. Menentukan Beban Kerja

Untuk menghitung beban kerja dari masing-masing karyawan menurut

National Institute of Health dapat dihitung dengan rumus di bawah ini :

Beban Kerja = (%Produktif)(Performance Rating)(1+Allowance)

9. Menentukan Jumlah Karyawan yang Sebenarnya

Untuk menentukan jumlah karyawan yang sebenarnya, terlebih dulu harus

ditentukan jumlah beban kerja dari stasiun kerja kemudian dibagi dengan

jumlah tenaga kerja. Dapat dilihat pada rumus di bawah ini :

Rata-rata beban kerja sekarang =

Jumlah Karyawan Usulan =

Karena dalam setiap stasiun kerja diharapkan rata-rata beban kerjanya

adalah sesuai dengan standard yaitu sebesar 100%, maka rumus diatas

ditulis :

Jumlah Karyawan Usulan =

Jumlah beban kerja disetiap stasiun kerja Jumlsh karyawan sekarang

Jumlah beban kerja disetiap stasiun kerja Rata-rata beban kerja usulan

(49)

Menurut National institutes of Health (2001) Work Load Analysis

merupakan gambaran deskriptif dari kebutuhan beban kerja yang dibutuhkan

dalam suatu unit organisasi. Metode ini akan memberikan informasi mengenai

pengalokasian sumber daya, prioritas dalam berkomunikasi dan identifikasi

kemampuan dan pelatihan yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menyelesaikan

beban kerja.

Kegunaan dari Work Load Analysis adalah :

1. Alat Manajemen dalam mengambil keputusan.

2. Menganalisa beban kerja berdasarkan kegiatan, disiplin yang dibutuhkan

pengalokasian tenaga ahli, penempatan staf pada posisi yang mendesak.

3. Menganalisa proses-proses kerja yang ada dan mencari jalan yang potensial

untuk meningkatkan efisien dan efektifitas.

4. Menyediakan data pendukung dalam meningkatkan dana progam-progam

sosial, ekonomi dan penelitian.

5. Memfasilitasi diskusi dan pengkajian ulang yang berhubungan dengan produk

hasil.

6. Proyek yang timbul dari program-program baru/tambahan serta tugas-tugas

yang berdasarkan pada beban kerja maupun kekuatan kerja (work force) saat

ini dan mendatang.

7. Menyediakan data untuk mengkorelasikan beban kerja dengan kebutuhan

personal dengan tujuan pengalokasian sumber daya yang lebih komprehensif.

8. Membantu manajer menentukan bagaimana mengurangi kelebihan atau

ketidak seimbangan beban kerja.

(50)

10. Menyediakan data sumber daya manusia ketika organisasi mengalami

perubahan.

11. Merancang disiplin ilmu apa yang dibutuhkan oleh pekerja dimasa yang akan

datang.

12. Membantu pengembangan dan evaluasi dari pengukuran performasi.

13. Menyediakan data pendukung dalam keputusan alokasi sumber daya.

14. Menghasilkan data base dari proses kerja untuk referensi pada masa yang

akan datang.

Work Load Analysis terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah

menentukan jumlah aktivitas kerja yang dibutuhkan dan hal yang akan

diselesaikan pada satu tahun yang mendatang pada setiap unit organisasi. Setiap

aktifitas kerja, unit pengukuran, sumber data yang digunakan dan pertimbangan

lainnya harus jelas, konsisten dan akurat. Bagian kedua adalah menentukan

jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktifias-aktifitas kerja

berdasarkan disiplinnya. Setiap hasil kerja, sebuah analisa waktu harus dilakukan.

Analisa waktu terdiri atas dokumen waktu yang dibututuhkan oleh jabatan yang

berbeda untuk menyelesaikan tugasnya. (National institutes of Health, 2001)

2.9 Penelitian Terdahulu

Yang dijadikan landasan pada penelitian ini adalah

1. “Evaluasi Jumlah Karyawan Pada Sekretaris Jurusan TI-ITS Dengan

Menggunakan Work Load Analysis” oleh : Airlangga Prima S, ITS, 2005. Pada

penelitian tersebut pengukuran beban kerja pada 21 karyawan yang ada dan

(51)

sehingga dapat memberikan saran dengan jumlah karyawan optimal

Gambar

Tabel 2.1 Faktor Penyesuaian Menurut Shumard
Gambar 3.1 Langkah-langkah Pemecahan masalah
Gambar 4.1 Stasiun Kerja Pada Proses Produksi
Tabel 4.2 Elemen Kerja Proses Penghancuran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah: (a) merancang dan membuat water heater , (b) memperoleh hubungan antara debit air yang mengalir dengan suhu air keluar water heater yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pengambilan keputusan memilih agama pada remaja akhir yang dibesarkan oleh orangtua beda agama melalui

Penelitian ini akan membahas mengenai hubungan konsep diri positif dan konsep diri negatif dalam kaitannya ini adalah konsep diri positif yang dimiliki waria tidak

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur kepemilikan manajerial, risiko keuangan, nilai perusahaan, dividend payout ratio, sedangkan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aktiva,

Bagi koperasi modal sendiri merupakan sumber modal yang utama, karena beberapa alasan diantaranya yaitu: 1) alasan kepemilikan, modal yang berasal dari anggota merupakan

Dalam muatan majalah top hongkong andy lau masuk daftar “15 artis terbaik sepanjang masa” karena Andy Lau adalah seorang aktor dan penyanyi yang tidak hanya berbakat, namun

[r]