Contoh Makalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Contoh Makalah Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan Metode BCCT (Beyond Centers & Circle)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usia dini atau usia prasekolah adalah masa dimana anak belum memasuki pendidikan formal. Rentang usia dini merupakan saat yang tepat dalam mengembangkan potensi dan kecerdasan anak. Dalam rentang usia dini ini juga anak berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang unik. Anak
memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), daya pikir, daya cipta, bahasa dan komunikasi sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.
▸ Baca selengkapnya: contoh narasi raport kurikulum merdeka paud usia 3 4 tahun
(2)dini. Maka anak membutuhkan suatu lingkungan yang cocok untuk
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu diantaranya adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD membahas tentang pendidikan untuk anak usia 0-6
tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia di atasnya sehingga pendidikannya dipandang perlu untuk dikhususkan.
Landasan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah upaya pembinaan dan
pengembangan segenap potensi secara optimal yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun yang dilakukan dengan memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Pemberian
rangsangan pendidikan tersebut meliputi aspek spiritual, emosional, sosial, bahasa, kognitif dan psikomotorik. Perkembangan aspek-aspek inilah yang akan berpengaruh besar pada proses tumbuh kembang anak di masa depannya.
Inilah peletak dasar pentingnya pendidikan anak usia dini, sejak dini anak harus dibekali berbagai ilmu (dalam bentuk berbagai stimulan atau rangsangan). Tetapi realita yang ada di lapangan belum menunjukkan bahwa penyelenggaraan
▸ Baca selengkapnya: contoh buku laporan perkembangan anak paud
(3)Sehingga dibutuhkan suatu pendekatan atau metode pembelajaran yang cocok
untuk mengoptimalkan proses pembelajaran anak usia dini, yaitu dengan menggunakan pendekatan BCCT (Beyond Center and Circle Time) dalam pembelajarannya. Kalau di Indonesia pendekatan ini lebih dikenal dengan lebih
jauh tentang sentra dan saat lingkaran.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai :
1) Bagaimana sejarah dari BCCT ? 2) Apa pengertian dari BCCT ?
3) Apa landasan utama teori dari BCCT ? 4) Apa keunggulan dari BCCT ?
5) Apa tujuan dari pendekatan BCCT ?
6) Bagaimana mengatur sentra dan lingkaran dalam kelas ? 7) Bagaimana langkah-langkah kegiatannya ?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui sejarah BCCT
2) Untuk mengetahui pengertian dari BCCT 3) Untuk mengetahui landasan dari teori BCCT 4) Untuk mengetahui keunggulan dari BCCT
5) Untuk mengetahui tujuan dari pendekatan BCCT
▸ Baca selengkapnya: contoh penilaian literasi dan steam paud
(4)BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah BCCT ( Beyond Centers And Circle Times )
Metode pembelajaran anak usia dini melalui pendektatan BCCT (beyond
▸ Baca selengkapnya: contoh catatan anekdot paud 2022
(5)yang dikembangkan melalui hasil kajian teoritik dan pengalaman empirik yang
merupakan pengembangan diri dari pendekatan mentossori, high scope, head star, dan Reggio Emilia yang dikembangkan oleh cretive for childhood research and trainging ( CCCRT) Florida, USA dan sudah dilaksanakan selama 35 tahun, baik
untuk anak normal maupun anak yang berkebutuhan khusus.
Pendekatan pembelajaran pendidikan anak usia dini (PAUD) dengan metode BCCT (beyond centers & circle) ini lahir di Florida, amerika Serikat, dan diyakini
mampu merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (multiple intelligent) melalui bermaian yang terarah. Seting pembelajaranya mampu merangsang anak untuk saling aktif, kereatif, dan terus berfikir dengan menggali pengalaman sendiri. Hal ini berbeda dengna paradigma pendidikan lama yang menghedaki murid
mengikuti perintah, meniru atau menghafal. Kegiatan pembelajaran bermain sambil belajara integrasi agama melalaui pendekatan BCCT yang dimaksud adalah pola pengajaran yang diterapkan dengan menggunakan kegiatan belajar yang
menyenangkan dengna pendekatan sentra dan saat lingkaran.
2.2 Pengertian BCCT
Pendekatan sentra dan lingkaran adalah pendekatan penyelenggaraan PAUD
▸ Baca selengkapnya: contoh kegiatan gugus paud
(6)main dan saat dalam lingkaran dengan menggunakan 4 jenis pijakan (scaffolding)
untuk mendukung perkembangna anak. Empat pijakan tersebut adalah :
1) Pijakan lingkungna main 2) Pijakan sebelum main 3) Pijakan selama main 4) Pijakan setelah main
Pijakan adalah dukungan yang berubah-ubah yang disesuaikan dengan
perkembangan yang dicapai anak yang diberikan sebagai pijakan untuk mencapai perkembangna yang lebih tinggi.
Sentra main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat main yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan
untuk mendukung perkembangan anak dalam 3 jefnis main yaitu : (1). Main sensorimotor atau fungsional, (2). Main peran, dan (3) main pembangunan
Saat lingkaran adalah dimana pendidik (Guru/Kader/Pamong) duduk bersama
anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main
2.3 Landasan Utama Teori BCCT
yang banyak berperan dari belajar dan mengeri individu yang di konstruksi oleh
individu itu sendiri (Graves & Graves, 1994). Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang pertama kali dikemukaan oleh sejarawan Italia yang bernama Giambatista Vico pada tahun 1710. Filsafat konstruktivisme beranggapan
bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia melalui interaksi dengan objek, fenomena dan lingkungan. Pengertian tersebut sesuai dengan pendapat Poedjiadi (2005:70) dalam Adisusilo (2006:1), bahwa konstruktivisme bertitik tolak
dari pembentukan pengetahuan dan rekonstruksi pengetahuan. Rekonstruksi pengetahuan adalah mengubah pengetahuan yang dimiliki sebelumnya setelah berinteraksi dengan lingkungannya.
Aliran konstruktivisme ini cocok diterapkan dalam dunia pendidikan terutama
dalam model pembelejaran BCCT karena tidak hanya menekankan pada hasil tetapi juga menitikberatkan pada proses pembelajaran siswa. Proses pembelajaran akan memberikan pengalaman belajar yang cukup sehingga siswa
mampu mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri. Interaksi dengan lingkungan belajar akan menambah kekayaan pengetahuan, pengalaman serta sosialnya.Beberapa Filsafat yang mendukung Filsafat Konstruktivisme yaitu
adalah pengembangan bakat anak secara maksimal melalui pembiasaan,
pelatihan, permainan, partisipasi dalam kehidupan sehari-hari serta penyediaan kesempatan belajar selaras dengan tahap-tahap perkembangan anak. Sedangkan menurut aliran filsafat Idealisme, manusia merupakan makhluk individu sekaligus
mahluk sosial. Maka pendidikan harus ditujukan pada pembentukan karakter, watak manusia yang berbudi luhur,berbakat insani dan kebajikan sosial.
Selain itu, model ini pun didukung oleh beberapa teori yaitu Maslow, Anna
Freud, Erick Ericson, Lev Vygotsky dan Jean Piaget.
Maslow : kebutuhan dasar harus terpenuhi sebelum meningkat pada kebutuhan yang lebih tinggi
Anna Freud : Mengemukakan garis perkembangan berisi urutan tahap
perkembangan anak dari ketergantungan menjadi mandiri, dari irrasional menjadi rasional, dari hubungan yang pasif menjadi aktif dalam realita. Salah satu dari enam garis perkembangan Anna Freud yang digunakan sebagai dasar teori BCCT
ini adalah garis perkembangan yang menunjukkan bahwa anak belajar mulai dengan badan, mainan, dan bermain.
Erick Erickson : Anak perlu dikembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan
Lev Vygotsky : Anak perlu mendapatkan bimbingan sesuai dengan kebutuhannya.
Vygotsky pun mencetuskan teori belajar Scaffolding yaitu Tingkat pengetahuan atau pengetahuan berjenjang
Jean Piaget : anak belajar menemukan dengan menggali segala sesuatu sesuia
tahap masing-masing anak untuk membangun pengetahuannya.
2.4 Keunggulan BCCT
Kurikulum BCCT diarahkan untuk membangun pengetahuan anak yang digali oleh anak itu sendiri. Anak didorong untuk bermain di sentra-sentra kegiatan. Sedangkan pendidik berperan sebagai perancang, pendukung dan penilai kegiatan
anak. Pembelajaran bersifat individual, sehingga rancangan, dukungan , dan penilaianyapun disesuaikan dengan tingkatan perkembangan di kebutuhan tiap anak.
pembelajaran tertata dalam urutan yang jelas. Dari penataan lingkungan main
sapai pada pemberian pijakan-pijakan.
Setiap anak memperoleh dukungan untuk aktif, kereatif, dan berani mengengambil keputusan sendiri tanpa mesti tahu membuat kesalahan. Setiap
tahap perkembangna bermain anak dirumuskan secara jelas, sehingga dapat menjadi acuan bagi pendidik melakukan penilaian perkembangan anak. Penerapan BCCT tidak bersifat kaku. Dapat dilakukan secara bertahap, sesuai
situas dan kondisi setempat.
2.5 Tujuan dari pendekatan BCCT
Tujuan dari pendekatan BCCT ini antara lain adalah sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan sisiwa bekeja mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke sisiwa. STRATEGI pembelajaran lebih dipentingkan dari pada HASIL
2) Siswa dapat mengerti apa makan belajar, apa manfaatnya, dan bagaiman mencapainya. Mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna
3) Memposisikan guru hanya sebagai pengarah dan pembibing atau inspirator,
bukan sebagai center, dan penceramah dalam strategi belajar.
4) Meletakkan pendidikan dasar keimanan, ketakwaan serta seluruh aspek
keperibadian (ESQ) yang diperlukan anak didik dalam menyesuikan diri dengan lingkungan untuk pertumbuh kembangan selanjutnya
5) Terjalin kerja sama, saling menunjuang antara siswa dengan sisiwa, dan siswa dengan guru, sehingga menyebabkan sisiwa kretis dan guru kreatif.
6) Membuat situasi belajar lebih menyenangkan dan tidak membosankan sehingga siswa dapat belajar sampai tingkatan “Joy Of Discovery”, tertantang untuk dapat memecahkan masalah dengan menerapkan pengetahuan yang diperolehnya.
2.6 Pengenalan sentra & lingkaran dalam kelas
Model pendekatan sentra menitik beratkan pada pandangan ahli pendidikan. Kegiatan pengajaran harus disesuaikan dengan sifat dan keadaan individu yang
mempunyai tempat dan irma perkembangan berbeda satu dengan yang lainya.
Menurut Helen Parkhust (1807) seorang ahli pendidikan di Amerika, mengemukakan bahwa kegiatan pengajaran haurs memberikan kemungkinan
mementingkan aspek individu, tetapi juga aspek sosial. Bentuk pengajarannya
memadukan model klasikal dan individual.
Pendekatan sentra berfokus pada anak. Pembelajaran berpusat di sentra main dan saat anak dalam lingkaran . sentra main yang berungsi sebagai Area
main yang dilengkapi seperangkat alat main yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak. Sedangkan saat lingkaran adalah saat pendidikan duduk bersama anak dengan posisi
melingkar untuk memberi pijakan pada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main.
Ruang kelas dapat dimodifikasikan menjadi kelas-kelas kecil, yang disebut ruangan atau sentra-sentra . tiap sentra terdiri dari satu bidang pengebangan. Ada
sentra Ibadah, sentra Bahan Alam, sentra main / sentra Seni dan sentra Main Peran Mikro, Sentra Balok, sentra Persiapan sentra Seni dan Kreatifitas, sentra Musik dan Oleh Tubuh, sentra Memasak. Seorang guru betanggung jawab pada
Untuk menerapkan metode ini, guru harus mengikuti pijakan-pijakan guna
membentuk keteraturan bermain dan belajar. Pijakan pijakan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pijakan lingkungan
Guru menata lingkungan yang disesuaikan dengan intersitas dan densitas
Pijakan sebelum bermain
Guru meminta sisiwa untuk membentuk lingkaran Guru ada diantara siswa sambil bernyayi
Guru meminta para siswa untuk duduk melingkar Guru meminta para sisiwa berdo’a bersama
Guru menanyakan sisiwa kesiapan mendengar cerita dan memasuki sentra Guru memulai bercerta menggunakan media yang sesuai tema
Guru mengimformasikan jensi maian yang ada dan menyeampaikan aturan bermaian
Guru meminta sisiwa untuk masuk kearena sentra
Pijakan saat bermain
Guru empersiapkan catatan perkembangan sisiwa
Guru mencatat perilaku, kemampuan dan celetukan sisiwa Guru membantu sisiwa jika dibutuhkan
Guru mengingatkan sisiwa bila ada yang lupa atau melanggar aturan
Guru meminta sisiwa untuk membereskan mainn dan alat yang dipakai Guru meminta siswa menceritakna pengalmaan bermaiannya sambil
menghitung jumlah kegiatan yang idlakukan Guru menutup kegiatan dengna berdo’a bersama Guru membagikan buku komunikasi sebelum pulang.
2.7 Langkah-Langkah Kegiatan
Penataan Lingkungan Bermain
Sebelum anak datang, guru menyiapkan bahan dan alat bermain yang digunakan sesuai rencana dan jadwal kegiatan yang telah disusun untuk kelompok yang dibimbingnya. Guru menempatkan alat dan bahan bermain yang akan
digunakan yang mencerminkan rencana pembelajaran yang telah dibuat sehingga tujuan anak selama bermain dengan alat tersebut dapat dicapai.
Kegiatan Sebelum Masuk kelas/Penyambutan Anak (10 menit)
Guru menyambut kedatangan anak dengan tegur sapa, senyum dan salam.
Anak-anak langsung diarahkan untuk bermain bebas bersama teman-teman sambil menunggu kegiatan dimulai. Kondisi awal yang harus diketahui oleh guru dan peserta didik saat datang adalah ekspresi emosi yang menunjukkan rasa
menunjukkan kesedihan/murung, maka guru perlu menetralisir emosi anak
terlebih dahulu dengan kegiatan transisi, seperti membaca buku cerita, puzzle, dan sebagainya.
Pembukaan/Pengalaman Gerakan Kasar (20 menit)
Guru menyiapkan seluruh anak dalam lingkaran, lalu menyebutkan kegiatan pembuka yang akan dilaksanakan. Kegiatan pembuka dapat berupa gerak musik, permainan, dan jurnal, dan sebagainya. Satu guru yang memimpin, guru lainnya
menjadi peserta bersama anak (mencontohkan).
Anak dikondisikan duduk melingkar (circle time). Dalam setiap kelompok melakukan kegiatan berdoa, diskusi tema, membacakan buku cerita yang berhubungan dengan tema pada hari itu.
Transisi (10 Menit)
Selesai pembukaan, anak-anak diberi waktu untuk "pendinginan" dengan cara bernyanyi dalam lingkaran, atau membuat permainan tebak-tebakan.
melatih kebersihan diri anak. Kegiatannya dapat berupa cuci tangan, cuci muka,
cuci kaki maupun buang air kecil.
Sambil menunggu anak minum atau ke kamar kecil, masing-masing guru siap di tempat bermain yang sudah disiapkan untuk kelompoknya masing-masing.
Kegiatan Inti (90 menit)
1) Pijakan pengalaman Sebelum Bermain (15 menit)
a. Guru dan anak duduk melingkar, guru memberi salam pada anak-anak, kabar anak-anak, dan dilanjutkan dengan kegiatan:
b. Guru meminta anak untuk memperhatikan siapa teman yang tidak hadir. Minta anak mengambil "nametag" dan menempelkan ke papan absen, membalik, atau menunjukkan.
c. Berdoa bersama, anak secara bergilir memimpin doa.
d. Guru menyampaikan tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan anak. e. Guru membacakan buku yang terkait dengan tema. Setelah selesai,
menyanyakan kembali isi cerita.
f. Guru mengatkan isi cerita dengan kegiatan bermain yang dilakukan anak. g. Guru mengenalkan semua tempat dan alat bermain yang suclah disiapkan. h. Dalam memberi pijakan, guru harus mengaitkan kemampuan apa yang
diharapkan muncul pada anak, sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun.
memulaii dan mengakhih bermain, serta merapikan kembali alat yang
sudah dimainkan.
j. Guru mengatur teman lain dengan memberi kesempatan kepada anak
untuk memilih teman mainnya. Apabila ada anak yang hanya memilih anak tertentu sebagai teman mainnya, maka guru agar menawarkan untuk menukar teman mainnya.
k. Setelah anak siap bermain, guru mempersilahkan anak untuk mulai bermain. Agar tidak berebut serta lebih tertib, guru dapat menggilir
kesempatan setiap anak untuk mulai bermain, misainya berclasarkan warna baju, usia anak, huruf depan nama anak, atau cara lainnya agar lebih teratur.
2) Pijakan Pengalaman Selama Bermain (60 menit)
a) Guru mengamati dan memastikan semua anak melakukan kegiatan
bermain.
b) Memberi contoh cara bermain pada anak yang belum bisa menggunakan
bahan alat.
c) Memberi dukungan berupa pernyataan positif tentang pekedaan yang
dilakukar anak.
d) Memancing dengan pertanyaan terbuka untuk memperluas cara bermain
anak Pertanyaan terbuka artinya pertanyaan yang ticlak cukup dengan dijawab ya ata tidak saja, tetapi banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan anak.
f) Mendorong anak untuk mencoba dengan cara lain, sehingga anak memilik
pengalaman bermain yang kaya.
g) Mencatat yang dilakukan anak jenis bermain, tahap perkembangan, tahap
sosial).
h) Mengumpulkan hasil kerja anak. Jangan lupa mencatat nama dan tanggal
lembar kerja anak.
i) Bila waktu tinggal 5 menit, guru memberitahukan pada anak-anak untuk
bersiap-siap menyelesaikan kegiatan mainnya. 3) Pijakan Pengalaman Setelah Bermain (15 menit)
a) Apabila waktu bermain selesai, guru memberitahukan saatnya membereskan alat dan bahan yang sudah digunakan melibatkan anak-anak. b) Bila anak belum terbiasa untuk membereskan, guru dapat membuat
permainan yang menarik agar anak ikut membereskan.
c) Saat membereskan, guru menyiapkan tempat yang berbeda untuk setiap jenis alat, sehingga anak dapat mengelompokkan alat bermain sesuai dengan tempatnya.
d) Bila bahan mainan sudah dirapikan kembali, satu guru membantu anak membereskan baju anak (menggantinya bila basah), sedangkan guru lainnya
dibantu orang tua membereskan semua mainan hingga semua rapi di tempatnya.
menanyakan kembali (recalling) melatih daya ingat anak mengemukakan
gagasan dan pengalaman mainnya (memperluas perbendaharaan kata anak).
f) Makan Bersama (10 menit)
Usahakan setiap pertemuan ada kegiatan makan bersama. Jenis makanan
berupa kue atau makanan lainnya yang disiapkan sekolah atau yang dibawa oleh masing-masing anak. Sekali dalam satu bulan diupayakan ada makanan yang disediakan untuk perbaikan gizi.
Kegiatan Penutup (10 menit)
a) Setelah semua anak berkumpul membentuk lingkaran, guru dapat mengajak anak menyanyi atau membaca puisi. Guru menyampaikan rencana kegiatan hari berikutnya, dan menganjurkan anak untuk bermain
yang sama di rumah masing-masing.
b) Guru memberi kesempatan kepada anak secara bergiliran untuk memimpin
doa penutup.
c) Untuk menghindari berebut saat pulang, digunakan urutan berdasarkan
warna baju, usia, atau cara lain untuk keluar dan bersalaman lebih dahulu.
Penilaian
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru hendaknya mencatat
perkembangan peserta didik. Segala catatan guru digunakan sebagai bahan
masukan bagi keperluan plenilaian. Setiap semester, hasil laporan perkembangan anak dilaporkan kepada orang tua secara lisan dan tertulis berupa rapor dalam bentuk narasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beyond Center and Circles Time (BCCT) atau di Indonesia lebih dikenal sebagai pendekatan sentra dan lingkaran (SELING) adalah suatu metode atau pendekatan dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman praktik atau
penyelenggaraan PAUD yang berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak dalam lingkaran dengan menggunakan 4 jenis pijakan (scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak
Tujuan dari pendekatan BCCT ini adalah proses pembelajaran diharapkan
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke sisiwa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil dengan kata lain agar siswa mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya. Siswa dapat mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna bagi hidupnya nanti. Memposisikan guru sebagai pembimbing.
Meletakkan dasar keimanan, kecerdasan spiritual dan emosionl (ESQ), serta membuat situasi belajar menjadi lebih menyenangkan.
Pendekatan BCCT dilandasi oleh filsafat konstruktivisme dari Giambatista Vico. Filsafat konstruktivisme ini didukung pula oleh filsafat naturalisme romantic
dan idealisme. Selain itu, pendekatan ini pun didukung oleh beberapa teori yaitu Maslow, Anna Freud, Erick Erickson, Lev Vygotsky, dan Jean Piaget.
Keunggulan metode BCCT beberapa diantaranya adalah (1) kurikulumnya
diarahkan untuk membangun pengetahuan anak (to construct knowledge) yang digali sendiri melalui berbagai pengalaman main di sentra-sentra kegiatan, sehingga mendorong kreativitas anak. (2) Pendidik lebih berperan sebagai
anak untuk berperan aktif. (3) Pembelajarannya bersifat individual, sehingga
rencana, dukungan, dan penilaiannya disesuaikan dengan tingkat perkembangan, dan kebutuhan setiap anak, dan sebagainya.
Kelemahan metode BCCT beberapa diantaranya adalah sedikit lebih sulit
apabila dibandingkan dengan penerapan metode konvensional yang cenderung klasikal seperti banyak kita jumpai di masyarakat, memerlukan banyak ruangan yang luas, dan membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai pula.
3.2 Saran
Ada banyak sekali model pembelajaran yang dapat digunakan oleh lembaga pendidikan. Dengan adanya makalah ini diharapkan para pendidik dapat lebih menggali dan mengkaji kembali model pembelajaran yang dapat lebih
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. Model Pembelajaran sentra dan lingkaran [online]. Tersedia di http://www.tamanbeliacandi.com/en/Model%20Pembelajaran%20Sentra%20dan
%20 Lingkaran.html
Anonim.2013. sejarah singkat beyond centre and circle times (BCCT) PAUD [online]. Tersedia
http://paud-
anakbermainbelajar.blogspot.com/2013/05/sejarah-singkat-beyond-centers-and.html
Basuki, Markus. 2010. Filsafat Konstruktivisme [online]. Tersedia http://cor- amorem.blogspot.com/2010/01/filsafat-konstruktivisme.html
Pendidikan Anak Usia Dini terpadu Kartina [online]. Tersedia di
Sriningsih, Nining (2010). Handout Mata kuliah Kelompok Belajar. Jurusan