PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PETA PIKIRAN PADA PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK-PAIR-SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR
KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON DI KELAS X SMA
Oleh
Evi Christiana Sinaga 409631002
Program Studi Pendidikan Kimia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Pengaruh Penggunaan Media Peta Pikiran Pada Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada
Pokok Bahasan Hidrokarbon Di Kelas X SMA Evi Christiana Sinaga (409631002)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kimia
siswa yang diajarkan dengan penggunaan media peta pikiran pada metode
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dan tanpa penggunaan media peta
pikiran pada metode pembelajaran yang sama di kelas X semester 2 SMA.
Sampel yang digunakan adalah siswa kelas X SMA negeri 6 Binjai tahun ajaran
2011/2012 yang terdiri dari 64 orang yang berada pada dua kelas. Kelas
eksperimen diajarkan dengan menggunakan media peta pikiran dengan metode
pembelajran bersifat kooperatif tipe think-pair-share dan kelas kontrol diajarkan
dengan metode pembelajran bersifat kooperatif tipe think-pair-share namun tanpa
penggunaan media peta pikiran. Untuk memperoleh data hasil belajar tersebut
digunakan objektif test sebanyak 20 butir soal dengan lima pilihan jawaban.
Hasil yang diperoleh: nilai rata-rata pretest = 22,1875 dan post-test=
68,125 pada kelas eksperimen; Sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-rata
pre-test = 24,5313 dan post-pre-test = 48,4375. Persentase efektivitas didapat sebesar 67,43%; dari hasil uji statistik t pada taraf signifikansi α= 0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar
dengan menggunakan media peta pikiran pada pembelajaran kooperatif tipe
think-pair-share dibandingkan dengan hasil bejarar siswa yang diajar tanpa
menggunakan media peta pikiran pada pembelajaran kooperatif tipe
think-pair-share;dan dari hasil perhitungan uji statisik chi kuadrat factorial 2x2 menujukkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dengan menggunakan
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Daftar Gambar vii
Daftar Tabel viii
Daftar Lampiran ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 5
1.3 Batasan Masalah 5
1.4 Rumusan Masalah 5
1.5 Tujuan Penelitian 6
1.6 Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Kerangka Teoritis 7
2.2 Media Pembelajaran 9
2.3 Cooperative Learning 14
2.4 Materi Pelajaran 17
2.5 Kerangka Konseptual 17
BAB III METODE PENELITIAN 20
3.1 Lokasi Penelitian 20
3.2 Populasi dan Sampel 20
3.3 Rancangan Penelitian 21
3.4 Instrumen Penelitian 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27
4.1 Hasil Penelitian 27
4.1.1 Analisis Instrumen 27
4.1.2 Analisis Data 27
4.1.2.1Uji Normalitas 28
4.1.2.2 Uji Homogenitas 29
4.3 Pembahasan 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 33
5.1 Kesimpulan 33
5.2 Saran 33
DAFTAR GAMBAR
[image:6.595.106.497.141.702.2]
Halaman
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian 21
Gambar 2.6.1 Pembagian Hidrokarbon 37
Gambar 22.1 Media Peta Pikiran 104
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Materi Hidrokarbon 36
Lampiran 2 Silabus 40
Lampiran 3 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran 47
Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen 65
Lampiran 5 Instumen Sebelum Analisis Validasi 66
Lampiran 6 Kunci Jawaban Test 74
Lampiran 7 Perhitungan Validitas 75
Lampiran 8 Perhitungan Reabilitas 78
Lampiran 9 Perhitungan Tingkat Kesukaran 81
Lampiran 10 Perhitungan Daya Pembeda Tes 84
Lampiran 11 Instrumen Setelah Analisis Validasi 87
Lampiran 12 Kunci Jawaban Tes 94
Lampiran 13 Hasil Pre-Test Kelas Eksperimen 95
Lampiran14 Kelompok Eksperimen dan Kontrol 97
Lampiran 15 Tabulasi Skor Kelas Eksperimen dan Kontrol 98
Lampiran 16 Uji Normalitas Data Eksperimen 100
Lampiran 17 Uji Normalitas Data Kontrol 101
Lampiran 18 Uji Homogenitas Data 102
Lampiran 19 Uji Hipotesis 104
Lampiran 20 Persentase Efektifitas 108
Lampiran 21 Tabel Nilai Produk r-moment 109
Lampiran 22 Tabel Distribusi Chi-Kuadrat 110
Lampiran 23 Tabel Distriusi F 111
Lampiran 24 Contoh Media Peta Pikiran 114
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah dan para praktisi
pendidikan untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia guna
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya inovasi dari
pemerintah untuk memperbaharui kurikulum, penataran guru dan dosen,
perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, penggunaan metode, dan pendekatan
mengajar serta melakukan penelitian dalam bidang pendidikan. Kesemuanya
dilakukan dengan harapan agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan
akhirnya akan dibuktikan dengan hasil belajar siswa yang meningkat. Salah satu
kelemahan yang dirasakan dalam sistem pendidikan di Indonesia saat ini adalah
proses pembelajaran yang kurang mendorong terjadinya pengembangan siswa
yang dinamis dan berbudaya kritis (Turnip, 2008).
Seperti halnya pengalaman yang dialami oleh penulis dalam pelaksanaan
kegiatan PPLT disekolah, dimana terlihat jelas bahwa hasil belajar siswa
khususnya pada pelajaran IPA masih rendah karena nilai rata-ratanya masih
berada di bawah nilai KKM (kriteria ketuntasan minimum) sekolah.Kemudian
peneliti juga melakukan wawancara dengan guru bidang studi pada sekolah yang
akan menjadi tempat penelitian, pada sekolah ini pun hasil belajar siswa
khususnya pada bidang studi kimia masih dikatakan rendah karena rata-rata kelas
masih berada dibawah nilai KKM (kriteria ketuntasan minimum) sekolah.
Rendahnya mutu hasil belajar siswa dalam bidang MIPA ini dapat diketahui dari
nilai UN dan US maupun keluhan dari lembaga pendidikan tinggi serta pemakai
lulusan SMA. Menurut Djaali, Guru besar Universitas Negeri Jakarta, penyebab
ketidaklulusan yang utama bagi siswa SMA jurusan IPA adalah pelajaran MIPA
(http://komitesekolahsman93.blogspot.com/2010/10).
Keseluruhan usaha yang telah dilakukan tidak lain tujuannya supaya
pendidikan yang dikeluarkan memperoleh hasil sebagaimana yang diharapkan.
Menurut Lembaga Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
2
banyak mengalami kendala misalnya (1) kurang kesadaran terhadap minat, (2)
kurang minat membaca, (3) kurang belajar kelompok, (4) kurang cara berfikir, (5)
umumnya mereka belajar untuk mengejar angka ijazah sehingga ini menjadi
benan yang cukup berat bagi para pendidik dalam menjelaskan pengaplikasian
ilmu yang diajarkan pada aktivitas kehidupannya (Simanjuntak, 2010).
Rendahnya minat belajar dan hasil belajar siswa dalam bidang ilmu
eksakta adalah karena proses belajar yang kurang mendukung pemahaman anak
didik yang terlalu banyak hafalan dan kurang dilengkapi dengan praktek
lapangan. Sehingga menyebabkan kebosanan siswa yang akhirnya menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu eksakta khususnya ilmu
Kimia.
Pada dasarnya semua pendidik ingin agar kompetensi dasar dari
pembelajaran dapat tercapai. Untuk hal inilah maka pendidik perlu memiliki
kemampuan dalam mengembangkan proses pembelajaran yang kondusif dan
dapat menimbulkan semangat sehingga para peserta didik dapat memberikan
seluruh perhatian dalam mengikuti proses pembelajaran dan mengoptimalkan
hasil belajar mereka. Dalam menciptakan interaksi edukatif guru dapat memilih
salah satu alternatif pengembangan model pembelajaran dimana salah satunya
adalah Cooperative Learning atau yang sering disebut juga dengan pembelajaran
kooperatif. Pada pembelajaran kooperatif ini guru dapat membangun kerjasama
yang baik antar siswa dalam kelompok. Sehingga proses pembelajaran tidak
hanya berpusat pada guru juga, melainkan siswa dapat berperan aktif dalam
pembelajaran. Pada pembelajaran ini juga, rasa toleransi dan kerjasama serta
komunikasi antar siswa dapat terjalin dengan baik.
Karakteristik dari pembelajaran kooperatif adalah para peserta didik harus
bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran, kelompok
belajar dapat dibentuk dari berbagai jenis pertimbangan seperti melalui gender,
tingkat kecerdasan, suku, ras, dan lain sebagainya. Namun akan lebih baik jika
pembentukan kelompok dapat mewakili setiap suku, gender, dan ras. Sistem
penilaian pada pembelajaran kooperatif diberikan secara kelompok maupun
3
Salah satu pembelajaran koopaertif adalah model pembelajaran Think-Pair
–Share (TPS) atau yang sering disebut juga dengan berfikir, berpasangan, dan berbagi. Aktivitas pembelajaran yang berorientas TPS menekankan pada
kesadaran siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah, belajar
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan serta saling berbagi pengetahuan,
konsep, dan keterampilan tersebut kepada siswa yang lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Nina Septriana dan Budi Handoyo (2009)
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
menunjukkan hasil analisis deskriptif bahwa pada siklus I dengan nilai rata-rata
siswa 71,76 dan persentase keberhasilannya 65,68%. Sedangkan pada siklus II
nilai rata-rata siswa naik menjadi 76,03 dan persentase keberhasilannya 85,29%.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Betty Marini Turnip (2007) mengatakan
bahwa terdapat kenaikan nilai dari pre test ke post test sebesar 27,23% dapat
dikatakan bahwa model pembelajan koopertif tipe TPS dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Pada penelitian yang sama yang dilakukan oleh Helen Ngozi Ibe
(2009) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif lebih meningkatkan
hasil belajar siswa ketimbang model konvensional.
Berdasarkan penelitian tersebut diatas maka dapat dilihat bahwa
pembelajaran cooperative learning tipe think-pair-share dapat dijadikan salah
satu solusi dalam pembelajaran, khususnya pada pembelajaran kimia sehingga
pembelajaran kimia yang selama ini dirasa belum dapat memberikan hasil belajar
sesuai dengan yang diinginkan akan dapat meberikan dampak ataupun perubahan
dalam hasil belajar yang lebih baik. Karena pada model pembelajaran ini, siswa
dituntut untuk berperan aktif selama pembelajaran dan saling bertukar pendapat
dengan teman sekelompoknya dan juga dengan kelompok lainnya.
Agar model pembelajaran tipe Think Pair Share ini dapat berjalan dengan
baik dan dapat menghasilkan peningatan hasil belajar yang signifikan maka perlu
digunaka media pembelajaran yang akan menunjang terlaksananya proses
pembelajaran dengan baik. Salah satu media yang dapat digunakan dan bersifat
sederhana adalah media peta pikiran atau Mind Mapping. Untuk pencapaian hasil
4
pembelajaran. Penerapan media pembelajaran harus dapat melatih cara-cara
memperoleh informasi baru, menyeleksinya dan kemudian mengolahnya,
sehingga terdapat jawaban terhadap suatu permasalahan. Salah satu media
pembelajaran yang dapat dibuat sendiri oleh siswa adalah peta pikiran (Widowati,
2010).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi Purnomo (2008) menyatakan
bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
menggunakan media peta pikiran dengan persentase peningkatan hasil pretes dan
post test siswa sebesar 35,7%. Hal senada juga diungkapkan oleh Melania
Sutarni (2011) menyatakan bahwa penggunaan media peta pikiran mampu
menciptakan kenaikan persentase sebesar 80% siswa yang mampu memahami
proses pembelajaran.
Salah satu pokok materi kimia yang dipelajari di SMA adalah
Hidrokarbon. Dimana materi tersebut merupakan materi abstrak yang
membutuhkan penalaran dan pemahaman atas konsep-konsep abstrak. Untuk
dapat memahami materi tersebut maka siswa dituntut untuk dapat berfikir kritis
dan dapat membayangakan pemahaman konsep abstrak tersebut. Kesulitan dalam
memahami konsep abstrak inilah yang akan dialami oleh siswa yang memiliki
prestasi rata-rata rendah, maka perlu digunakan pembelajaran kooperatif TPS
yang merupakan pendekatan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut dengan
menggunakan media peta pikiran.
5
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka masalah-masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah guru bidang studi kimia tidak mengimplementasikan cara penerapan
dari metode pembelajaran lain selain metode konvensional?
2. Apakah guru bidang studi kimia mengalami kesulitan dalam pembuatan
media?
3. Apakah waktu yang diberikan sekolah dirasa tidak cukup dalam mempelajari
materi sehingga hasil belajar menjadi rendah?
1.3. Batasan Masalah
Beberapa hal dalam masalah-masalah yang diidentifikasi tersebut di atas
dibatasi sebagai berikut :
1. Media yang dimaksudkan adalah media peta pikiran.
2. Penelitian ini hanya menerapkan proses pembelajaran Cooperative Learning
Tipe Think Pair Share.
3. Penelitian ini dilakukan pada pokok bahasan Hidrokarbon menurut
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas X Semester 2 SMA
Tahun Ajaran 2011/2012 pada kemampuan taksonomi Bloom C1,C2,dan
C3
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasi serta hal-hal yang telah
dibatasi di atas maka rumusan masalah yang diteliti adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan media peta pikiran
dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
terhadap peningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Hidrokarbon.
2. Apakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan media peta
pikiran lebih baik dari pada yang diajar tanpa menggunakan media peta
pikiran dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
6
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
menunjukkan:
1. Apakah ada pengaruh penggunaan media peta pikiran terhadap hasil belajar
siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
think-pair-share dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar tanpa
menggunakan media peta pikiran pada metode pembelajaran yang sama.
1.6.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Sebagai masukan kepada semua pihak yang terkait dengan kegiatan
pembelajaran, terutama guru kimia, dalam rangka meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Sebagai masukan kepada para peneliti yang ingin melakukan
penelitian-penelitian lebih lanjut dibidang pembelajaran terutama pembelajaran kimia.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada Bab IV dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh penggunaan media peta pikiran pada pembelajaran kooperatif
tipe think-pair-share terhadap hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan
hidrokarbon.
2. Besar pengaruh penggunaan media peta pikiran pada pembelajaran kooperatif
tipe think-pair-share adalah 13,33.
3. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar kimia siswa SMA Negeri 6
Binjai kelas X pada pokok bahasan Hidrokarbon meningkat dengan nilai
rata-rata peningkatan sebesar 67,43 %.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1. Para guru agar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
think-pair-share dengan menggunakan media peta pikiran sebagai salah satu inovasi
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas keberhasilan belajar siswa.
2. Para peneliti yang akan melaksanakan penelitan agar mengembangkan model
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dengan menggunakan media
peta pikiran dalam upaya mengaktifkan cara belajar siswa sehingga dapat