• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PADA MATERI POKOKALJABAR KELAS VIII SMP YAPEKSI SAWIT SEBERANG T.A 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PADA MATERI POKOKALJABAR KELAS VIII SMP YAPEKSI SAWIT SEBERANG T.A 2012/2013."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK-PAIR-SHARE (TPS) PADA MATERI POKOK ALJABAR KELAS VIII SMP YAPEKSI SAWIT SEBERANG

T.A 2012/2013

Oleh :

Zippora K H Samosir NIM 408311061

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK_PAIR_SHARE (TPS) PADA MATERI POKOK ALJABAR KELAS VIII SMP YAPEKSI

SAWIT SEBERANG T.A 2012/2013 Zippora K H Samosir (408311061)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think_Pair_Share (TPS) di kelas VIII-1 SMP Swasta Yapeksi Sawit Seberang Tahun Ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(classroom action research).Subjek dalam penelitian ini adalah kelas VIII-1 dengan jumlah siswa 48 orang. Objek dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Yapeksi Sawit Seberang pada materi pokok Aljabar melaui model pembelajaran kooperatif tipe think_Pair_Share (TPS)

Berdasarkan hasil observasi, aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I banyaknya siswa memiliki persentase aktivitas ≥70% secara klasikal adalah 2 orang siswa (5,26%) dan di akhir siklus II meningkat hingga mencapai 29 orang siswa (76,91%). Peningkatan setiap aspek aktivitas secra klasikal dari siklus I ke siklus II adalah bertanya 44,7%, menjawab pertanyaan sebesar 30,2%, berdiskusi sebesar 17,57%, dan mengemukakan pendapat sebesar 39,38%. Dari hasil siklus II diperoleh bahwa persentase aktivitas

aktif siswa telah memenuhi yaitu : 70%≤ < 85%.

Hasil analisis tes hasil belajar yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think_Pair_Share (TPS), hasil belajar siswa minimal sedang (≥65%) secara klasikal belom tercapai karena hanya 50% siswa yang tuntas,engan nilai rata-rata kelas 70,05%. Setelah pelaksaan siklus II, hasil belajar siswa kategori minimal sedang (≥65%) secara klasikal telah tercapai yaitu 86,84%, dengan nilai rat-rata 84,06.

(4)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Lampiran ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 8

1.7. Definisi Operasional 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Pengertian Belajar 10

2.1.2. Belajar Matematika 12

2.1.3. Aktivitas Belajar 13

2.1.4. Pengertian Hasil Belajar 18

2.1.5. Model Pembelajaran 19

2.1.6. Pembelajaran Kooperatif 20

2.1.7. Teknik Think_Pair_Share 22

2.1.8. Kajian Tentang Materi Operasi Aljabar 23

2.1.9. Pembelajaran Materi Aljabar dengan Teknik TPS 34

2.1.10 Penelitian Tindakan kelas 35

2.2. Kerangka Konseptual 37

2.3. Hipotesis Tindakan 37

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 38

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 38

3.3. Jenis Penelitian 38

3.4. Prosedur Penelitian 39

3.5. Alat Pengumpulan Data 41

3.6. Teknik Analisis Data 42

3.6.1. Indikator Keberhasilan Tindakan 46

(5)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 47

4.1.1. Siklus I 47

4.1.1.1 Permasalahan I 47

4.1.1.2 Alternatif Pemecahan I (Perencanaan Tindakan I) 48

4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 49

4.1.1.4 Observasi 51

4.1.1.5 Analisis Data I 53

4.1.1.6 Refleksi I 56

4.1.2. Permasalahan II 58

4.1.2.1 Tahap Perencanaan Tindakan (Alternatif Pemecahan) 58 4.1.2.2 Alternatif Pemecahan II (Perencanaan Tindakan II) 59

4.1.2.3 Pelaksanan Tindakan II 60

4.1.2.4 Observasi II 61

4.1.2.5 Analisis Data II 62

4.1.2.6 R efleksi II 66

4.2. Temuan Peneliti 67

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 68

4.3.1. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 70

5.2 Saran 71

(6)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Sintaks guru dalam pembelajaran kooperatif 21 Tabel 3.1. Kisi-kisi lembar aktivitas belajar siswa 41

Tabel 3.2. Pedoman skala lima absolut 43

Tabel 3.3. Format Yang Dirancang Peneliti untuk mengukur Aktivitas

Siswa 43

Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Awal 48 Tabel 4.2. Gambaran Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes

Awal 48

Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Observasi Pengelolaan Pembelaran Siklus I 53 Tabel 4.4. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 54 Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55 Tabel 4.6. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Siklus I 56 Tabel 4.7. Gambaran Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes

Hasil Belajar I 56

Tabel 4.8. Deskripsi Hasil Observasi Pengelolaan Pembelaran Siklus II 62 Tabel 4.9. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 63 Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 64 Tabel 4.11 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Siklus II 65 Tabel 4.12 Gambaran Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes

(7)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (SIKLUS I) 74 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (SIKLUS I) 80 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (SIKLUS II) 87 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (SIKLUS II) 93

Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa (LAS I) 99

Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa (LAS II) 104

Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa (LAS III) 113

Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa (LAS IV) 116

Lampiran 9. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar I 122

Lampiran 10. Tes Awal 123

Lampiran 11. Pedoman Penskoran Tes Awal 124

Lampiran 12. Lembar Validasi Soal Tes Awal 127

Lampiran 13. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar I 130

Lampiran 14. Tes Hasil Belajar I 131

Lampiran 15. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar I 132

Lampiran 16. Lembar Validasi Hasil Belajar I 134

Lampiran 17. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar II 137

Lampiran 18. Tes Hasil Belajar II 138

Lampiran 19. Data Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar II 139

Lampiran 20. Lembar Validasi Hasil Belajar II 142

Lampiran 21. Lembar Observasi Belajar Aktivitas Siswa 145 Lampiran 22. Lembar Penilaian Aktivitas Belajar Matematika

Siswa Saat Pembelajaran Matematika 177

Lampiran 23. Pedoman Skala Penilaian Observasi Aktivitas Belajar

Siswa 180

Lampiran 24. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran 181

Lampiran 25. Analisis Hasil Evaluasi Tes Awal 193

Lampiran 26. Analisis Hasil Evaluasi Tes I 195

(8)

x

(9)

ii

RIWAYAT HIDUP

Zippora Kathrin Holly Samosir dilahirkan di Sawit Seberang, pada tanggal 30 November 1990. Ibu bernama Mr. Br Pasaribu dan ayah bernama Drs. T. Samosir, dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 1996, penulis masuk SD Negeri 050686 Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 melanjut sekolah ke SMP Nasrani 2 Medan dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 7 Medan dan lulus pada tahun 2008.

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Matematika sebagai ilmu dasar yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari merupakan ilmu yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Paling (Abdurrahman 2009: 252) :

”Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara yang menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan”.

Menurut Cornelius (dalam Abdurrahman 2003:253) mengemukakan bahwa:

“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.

Disamping itu matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi dan meningkatkan daya pikir manusia. Dengan belajar matematika dapat meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan. Karena dengan belajar matematika diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar, mengkomunikasikan gagasan serta dapat mengembangkan aktivitas kreatif dan pemecahan masalah. Oleh karena itu, matematika telah dipelajari mulai dari sekolah rendah (taman kanak-kanak) sampai perguruan tinggi.

(11)

2

pada aktivitas guru artinya kebanyakan dari siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran di dalam kelas yaitu dengan mendengarkan ceramah dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru tanpa adanya respon, kritik, dan pertanyaan dari siswa kepada guru sebagai umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar”.

Siswa dipandang sebagai individu yang hanya siap menerima informasi yang disampaikan oleh guru. Selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung aktivitas cenderung pada aktivitas pasif yaitu siswa hanya mendengaarkan penjelasan guru dan menulis penjelasan guru dari papan tulis. Aktivitas Membaca buku, berdiskusi pada teman, bertenya pada guru tidak ditemui dalam KBM dikarenakan selama proses KBM berlangsung , guru hanya menjelaskan pelajaran dan memberikan soal untuk dikerjakan oleh siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelajaran matematika masih berpusat pada guru.

Kegiatan pembelajaran matematika selama ini masih bersifat teacher ariented. Sekitar 70% kegiatan masih berpusat pada guru. Guru lebih banyak menjelaskan, dan member informasi tentang konsep-konsep yang akan dibahas. Menurut beliau, Hal itu dikarenakan kemampuan dasar matematika yang dimiliki anak masih rendah.

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas (Sardiman, 2009:95). Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di adalam interaksi belajar-mengajar.

(12)

3

merupakan faktor penting dalam matematika. Menurut Slameto (2003:36) menyatakan bahwa:

“Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari pelajaran yang disajika oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik”.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa masalah pembelajaran matematika adalah rendahnya aktivitas belajar siswa khususnya pelajaran matematika. Siswa sekedar mengikuti pelajaran matematika yang diajarkan guru di dalam kelas, yaitu dengan hanya mendengarkan ceramah dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru tanpa adanya respon, kritik, dan pertanyaan dari siswa kepada guru sebagai umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar yaitu seperti :

 Siswa jarang untuk bertanya

 Jika guru bertanya secara lisan hanya beberapa siswa saja yang mau menjawab pertanyaan dari guru terssebut

 Siswa juga tidak aktif untuk berdiskusi

 Siswa juga tidak aktif untuk mengemukakan pendapat mereka

Seiring dengan hal tersebut, hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti tentang hasil belajar siswa dengan Ibu Rina, salah seorang guru matematika di kelas VIII SMP Yapeksi Sawit Seberang mengemukakan bahwa:

(13)

4

Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil nilai rapot dimana rata-rata hasil belajar matematika siswa di kelas VIII SMP Yapeksi Sawit Seberang, dari 40 orang siswa dalam satu kelas sekitar 15 orang atau 38% siswa mendapatkan rata-rata siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai 65 ke atas, selebihnya siswa yang harus mengikuti remedial dengan rata-rata nilai 60.

Seperti yang diungkapkan Soekisno (2009)

(http://kimfmipa.unnes.ac.id/home/61-membangun-keterampilan-komunikasi-matematika.html) :

“Hasil tes diagnostik yang dilakukan oleh Suryanto dan Somerset di 16 sekolah menengah beberapa provinsi di Indonesia menginformasikan bahwa hasil tes pada mata pelajaran matematika sangat rendah. Hasil dari TIMSS-Third International Mathematics and Science Study menunjukkan Indonesia pada mata pelajaran matematika berada di peringkat 34 dari 38 negara.”

Bahkan sampai saat ini, matematika masih menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar siswa, terutama ketika menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN). Kenyataan menerangkan banyak siswa yang tidak lulus UAN karena nilai matematika yang tidak memenuhi standar kelulusan. Suharyanto(2008) (http://smu-net.com ), mengatakan :

“Mata pelajaran matematika masih merupakan penyebab utama siswa tidak lulus UAN 2007. Dari semua peserta yang tidak lulus sebanyak 24,4% akibat jatuh dalam pelajaran matematika, sebanyak 7,695 akibat pelajaran bahasa inggris, dan 0,46% akibat mata pelajaran bahasa indonesia.”

Pada wawancara ini guru juga menyebutkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal Aljabar , mereka bingung jika operasi nya dicampurkan dan menggunakan beberapa jenis variabel. Hal ini sejalan dengan tes yang diberikan kepada siswa kelas VIII SMP Yapeksi Sawit Seberang.

Seperti contoh soal yang diberikan peneliti kepada siswa pada pokok bahasan Aljabar.

Contoh : Sederhanakan bentuk aljabar dibawah ini. 1. 2 −9 + 4 −5 + 6

(14)

5

Jawaban Siswa yang salah

Pada contoh soal di atas hanya 20% siswa yang dapat menjawab dengan benar dan 30% siswa mengarah kepada jawaban yang benar, sedangkan 50% siswa sama sekali tidak dapat menyelesaikan soal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Materi Aljabar merupakan salah satu materi pelajaran yang masih sulit dipahami oleh siswa.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar guna meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa di sekolah. Untuk itu model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran.

(15)

6

pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa. Slavin (dalam Isjoni, 2009:23) mengatakan :

“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya. Dalam melakukan proses belajar mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka”.

Selanjutnya Slavin (2008:4) menyatakan bahwa :

”Pembelajaran kooperatif dapat digunakan secara efektif pada setiap tingkatan kelas dan untuk mengajarkan berbagai macam mata pelajaran. Mulai dari matematika, membaca, menulis sampai pada ilmu pengetahuan ilmiah, mulai dari kemampuan dasar sampai pemecahan masalah-masalah yang kompleks. Lebih daripada itu, pembelajaran kooperatif juga dapat digunakan sebagai cara utama dalam mengatur kelas untuk pengajaran”.Untuk itu model pembelajaran yang tepat digunakan adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS).

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan aktifitas dan interaksi siswa sehingga tercipta pembelajaran dengan baik. Selanjutnya pembelajaran kooperatif juga cocok diterapkan pada mata pelajaran matematika terkhusus pada materi pokok Aljabar kelas VIII yang membutuhkan penalaran dan ketepatan dalam pemecahan masalahnya agar tercapai aktivitas dan hasil belajar siswa dengan baik.

Salah satu pembelajaran kooperatif yaitu tipe Think Pair Share (TPS). TPS merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstruktivisme yang merupakan perpaduan antara belajar secara mandiri dan berkelompok.

Pendapat ini juga didukung oleh Anshari (2009:10)

(16)

7

memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, serta merespon sebagai salah satu cara yang dapat membangkitkan bentuk partisipasi siswa”.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan suatu penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think_Pair_Share (TPS) Pada Materi Pokok Operasi Aljabar Kelas VIII SMP Yapeksi Sawit Seberang T.A 2012/2013”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Aktivitas belajar matematika siswa dalam proses belajar mengajar didalam kelas masih tergolong rendah karena pembelajaran matematika masih banyak bertumpu pada aktivitas guru.

2. Rendahnya hasil belajar matematika siswa di SMP Yapeksi Sawit Seberang 3. Model pembelajaran yang digunakan guru lebih sering menggunakan model

pembelajaran ceramah yang hanya berpusat pada murid.

4. Matematika masih menjadi momok bagi yang mengikuti ujian UAN.

5. Materi Aljabar merupakan salah satu materi pelajaran yang masih sulit dipahami oleh siswa di Kelas VIII SMP Yapeksi Sawit Seberang

1.3. Batasan Masalah

(17)

8

1.4. Rumusan Masalah

1. Apakah melalui melalui Model Pembelajaran Think_Pair_Share dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa pada materi pokok Aljabar di kelas VIII SMP Yapeksi Sawit Seberang T.A 2012/2013?

2. Apakah melaluiModel Pembelajaran Think_Pair_Share dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi pokok Aljabar di kelas VIII SMP SMP Sawit Seberang T.A 2012/2013?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share pada materi pokok Aljabar kelas VIII SMP Yapeksi Sawit Seberang.

2. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share pada materi pokok Aljabar kelas VIII SMP Yapeksi Sawit Seberang.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi guru

Sebagai bahan informasi guru untuk melakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai salah satu alternatif pembelajaran suatu materi pokok, khususnya pada materi pokok Aljabar.

2. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam perbaikan pengajaran matematika di SMP Yapeksi Sawit Seberang 3. Bagi penulis

(18)

9

1.7. Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa di Kelas VIII SMP Yapeksi Sawit Seberang.

Istilah-istilah yang memerlukan penjelasan adalah sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan berpikir secara pribadi, berdiskusikan apa yang dipikirkan secara berpasangan dan sharing kembali terhadap pasangan lain berdasarkan bahan atau data yang disediakan guru.

2. Aktivitas belajar adalah suatu keaktifan, kesibukan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang siswa dalam proses belajar mengajar yang berkaitan dengan keikutsertaan siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya seperti menanggapi, mengingat, memecahkan, menganalisa dan mengambil keputusan dari masalah atau soal-soal yang dihadapinya.

(19)

72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Peningkatan dapat kita lihat dari siklus I ke siklus II. Adapun kesimpulan dalam penelitian ini setelah dilakukan analisis data adalah sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran TPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Peningkatan juga dapat dilihat dari lembar aktivitas siswa. Pada siklus I banyaknya siswa yang memiliki persentase aktivitas ≥ 70% secara klasikal adalah 2 orang siswa (5,26%) dari 38 orang siswa dan di akhir

siklus II meningkat hingga mencapai 28 orang siswa (73,68%) yang memiliki persentase aktivitas ≥ 70%. Dari akhir siklus II diperoleh bahwa

persentase aktivitas siswa telah memenuhi kriteria keaktifan klasikal yaitu ≥ 75% siswa memiliki persentase aktivitas ≥ 70%. Peningkatan aktivitas secara klasikal dari siklus I ke siklus II sebesar 68,42%.

2. Hasil belajar matematika siswa SMP Yapeksi kelas VIII-1 Sawit Seberang tahun ajaran 2012/2013 dapat meningkat dengan menerapkan model pembelajaran Think_Pair_Share (TPS). Peningkatan hasil belajar dapat kita lihat dari Tes yang berbentuk uraian. Pada siklus I persentase hasil belajar siswa secara klasikal 50% dengan nilai rata-rata kelas 70,05. Di akhir siklus II hasil belajar siswa secara klasikal 86,84% dengan nilai rata-rata 84,05. Peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I dan siklus II adalah 36,84%.

5.2. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah:

1. Kepada guru matematika yang ingin meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa hendaknya menerapkan model pembelajaran

(20)

73

(21)

74

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ansari, L, B, (2003), Komunikasi Matematika, Penerbit Pena, Bandung

Arends, R, (2008), Learning To Teach “Belajar Untuk Mengajar”, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi, dkk, (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.

Djamarah, S, (2002), Psikologi Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2007), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Pendidikan, FMIPA Unimed, Medan.

Hamalik, Oemar, (2009), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung. Herman Hudojo, Mengajar Belajar Matematika, (Jakarta : Rineka Cipta, 1988),

hlm,3. http://belajarmatematika.com/read/2012/06/23/20092036/ Mau. Dibawa.Kemana.Matematika.Kita.

Kunandar., (2010), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta

Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Belajar, Yogyakarta

L.Siantar, Roy., (2001), Penerapan Strategi TTW (Think Talk Write) dengan menggunakan LAS untuk meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat di Kelas X SMA Swasta HKBP Sidorame Nedan T.A 2010/2011.,Skripsi,FMIPA, Unimed, Medan

Mulyasa, (2003), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Remaja Rosdakarya, Bandung

Muhammad Faiq Dzaki,

(2009),http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/2003/03/aktivitas-belajar-pada model.html.(diundu Mei2012)

Nurkancana, Wayan., (1986), Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya

(22)

75

Bahasan Teorema Pythagoras Di Kelas VIII SMP Swasta Free Methodist II Medan Tahun Pelajaran 2010/2011, FMIPA Unimed, Medan.

Rohani, (2004), Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Riyanto, Yatim., (2009), Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, Kencana Prenada Media Group, Jakarta

Samsul Hadi, (2006), Aplikasi Matematika 2, Penerbit Yudhistira , Jakarta

Sanjaya, Wina, (2008), Strategi Pembelajaran, Penerbit Kencana, Jakarta

Situmorang, M., (2010), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Untuk Mata Pelajaran Kimia, Universitas Negeri Medan, Medan.

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka cipta, Jakarta.

Slavin, R.E. (2008), Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Penerbit Nusa Media, Bandung.

Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Soekisno (2009) (http://kimfmipa.unnes.ac.id/home/61-membangun-keterampilan-komunikasi-matematika.html) : (diundu Juni 2012)

Suharyanto(2008) (http://smu-net.com ) (diundu Juni 2012)

Sugijono, (2004), Seribu Pena Matematika SMP Kelas VIII, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Suprijono Agus, (2009), Cooperative Learning, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta

Wiriaatmadja, R., (2008), Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk

Referensi

Dokumen terkait

Dalam izin lingkungan, pada umumnya terdapat kewajiban hukum yang dibebankan kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk mematuhi RKL-RPL, ANDAL dan

Hal ini terjadi karena dengan metode diskusi, setiap kelompok diberi masalah yang harus diselesaikan .Namun hasilnya belum optimal karena pada siklus 1 belum

Pusat Pengembangan Minat dan Bakat pemuda Tanjung Morawa atau lebih sering kita kenal dengan nama Gelanggang Remaja, merupakan suatu wadah yang memungkinkan

jika diperhatikan pada tabel – tabel sebelumnya tentang perolehan dan pertumbuhan laba yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada bank – bank.

Kegiatan Rintisan Rumah Pintar dilakukan dalam bentuk penataan kelembagaan, peningkatan sarana dan prasarana, pembelajaran dan/atau pelatihan, serta pendampingan. Kegiatan yang

Pada persamaan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, terlihat bahwa variabel neraca perdagangan Indonesia Amerika Serikat periode sebelumnya

Tata letak tanaman baris ganda menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding dengan baris tunggal pada variabel pengamatan jumlah daun, bobot kering batang dan laju tumbuh

METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM 2013-2014: KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |