• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa

Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS, 106 07' 50" BT, pelabuhan ini menempati lahan seluas 50,8 Ha. Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan cikal bakal kota Jakarta, kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa tersebut pada zaman dahulu merupakan kawasan pelabuhan dari Kerajaan Sunda Pajajaran pada abad 14. Pelabuhan Sunda Kelapa itu sendiri merupakan pelabuhan tertua di Jakarta yang didirikan oleh Fatahillah sekitar abad 18.

Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu dari pelabuhan yang terletak di Teluk Jakarta. Pelabuhan ini merupakan Pelabuhan yang disinggahi kapal-kapal antar pulau dan pelayaran rakyat dengan komoditas utama kayu, bahan kebutuhan pokok, barang kelontong, dan bahan bangunan.

Saat ini lokasi Pelabuhan Sunda Kelapa telah berkembang pesat menjadi pusat perkantoran, perdagangan, perindustrian, dan perhotelan. Sebagai pelabuhan tertua di wilayah DKI Jakarta yang masih mempertahankan ciri khas tradisional, menjadikan Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi suatu obyek wisata terkemuka. Fasilitas utama yang tersedia di Pelabuhan Sunda Kelapa saat ini terdiri dari fasilitas pelayanan kapal dan fasilitas pelayanan barang. Untuk fasilitas pelayanan kapal, pelabuhan ini memiliki panjang dermaga 3.005,5 m dengan kedalaman alur dan kedalaman kolam masing-masing 4 m lower meter surface (LWS). Untuk pelayanan barang, pelabuhan sunda kelapa menyediakan lokasi lapangan penumpukan barang seluas 37.512 m2 serta gudang penyimpanan barang berkapasitas 8.305,75 ton.

Pelabuhan Sunda Kelapa sampai saat ini dikelola oleh PT. Pelabuhan Indonesia II (PT. Pelindo II). Saat ini wilayah di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa telah berkembang pesat menjadi pusat perkantoran, perdagangan, perindustrian, dan perhotelan.

(2)

4.2. Karakteristik Pelabuhan Sunda Kelapa 4.2.1. Letak Geografis

Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan yang berada di kawasan Teluk Jakarta. Pelabuhan Sunda Kelapa secara georgafis terletak pada posisi 06 06' 30" LS, 106 07' 50" BT dan menempati lahan seluas 50,8 ha.

Secara administratif Pelabuhan Sunda Kelapa terletak di dua kelurahan yaitu di Kelurahan Penjaringan dan Kelurahan Ancol. Batas-batas wilayah Pelabuhan Sunda Kelapa adalah:

• Sebelah utara berbatasan dengan Pantai Laut Jawa

• Sebelah selatan berbatasan dengan Pasar Ikan dan Jalan Lodan, Kelurahan Penjaringan

• Sebelah barat berbatasan dengan Perkantoran Muara Baru, Kelurahan Penjaringan

• Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Ancol

4.2.2. Kondisi Hidro-Oseanografi

Keadaan pantai sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa landai dasar lumpur dan memiliki panjang alur 2000 m dan lebar alur 40 m dengan kedalaman alur 4 mLWS serta kedalaman kolam 4 mLWS. Pasang surut di Pelabuhan Sunda Kelapa bersifat diurnal yaitu mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari. Rata-rata permukaan air pada pasang purnama adalah 86 cm sedangkan pada saat pasang bulan mati sebesar 26 cm. Waktu tolak pasang pada GMT + 7 jam, dengan muka surutan 60 cm di bawah duduk tengah.

Posisi stasiun arus tower di Pelabuhan Sunda Kelapa berada pada 05º - 45’

– 34-45” LS dan 107º - 00’ – 4,11” BT dengan kecepatan maximum arus rata-rata mencapai 1 knot arah sekitar 050º terjadi pada waktu air surut. Arus pada saat bukan pasang surut mempunyai kecepatan sekitar 0.3 knot dengan arah 45º dengan kecepatan arus pasang surut mencapai 1,1 knot pada waktu spring tides pada arah sekitar 050º saat waktu air surut dan sekitar 230º saat waktu air pasang.

(3)

4.2.3. Kondisi Fisiografi dan Geomorfologi

Secara fisiografi daerah Jakarta terdiri dari 3 jalur fisiografi yaitu jalur daratan pantai, jalur Bogor dan Bandung. Jalur pantai Jakarta dibentuk dari endapan aluvium sungai, rawa, pantai dan aliran lahar dari gunung api di selatan.

Jalur pantai Jakarta ini terletak di daerah pesisir utara jawa mulai dari Cirebon sampai Serang. Jalur Bogor terletak di sebelah selatan yang berupa perbukitan yang terdiri atas lapisan batuan sedimen tersier terlipat. Pada jalur Bogor ini terbentuk dari aktivitas vulkanis yang berupa terobosan batuan beku. Jalur Bandung terletak di sebelah jalur Bogor yang merupakan daerah perbukitan yang diselingi oleh cekungan-cekungan di antara deretan Gunung Api Poros Jawa (Van Bemmelen, 1945 dalam Wirdha, 2006).

Secara morfologi, lokasi penelitian merupakan perairan di sekitar bagian utara kipas aluvium sampai perairan Laut Jawa sekitar jarak kurang lebih 6 km.

Perairan ini merupakan lanjutan dari daerah sekitar garis pantai yang berada di wilayah Teluk Jakarta ke arah Laut Jawa yang merupakan hasil pengendapan material dari muara-muara sungai seperti Sungai Cisadane, Sungai Ciliwung dan Sungai Bekasi (Wirdha, 2006).

Karakteristik geologi wilayah penelitian terbentuk sebagian besar dari sedimentasi sungai yang merupakan kombinasi antara pasir dan lempung sedikit berkerikil. Kedua tipe sedimen tersebut terhampar memanjang dari barat ke timur pesisir utara Jakarta (Wirdha, 2006).

4.3. Sosial Ekonomi Wilayah Penelitian

Wilayah penelitian secara administrasi masuk dalam 2 kelurahan yaitu Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan dan Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan. Kondisi sosial ekonomi kedua kelurahan tersebut dipaparkan di bawah ini.

4.3.1. Kependudukan

Jumlah penduduk di Kelurahan Penjaringan dan Kelurahan Ancol dapat

(4)

Kepadatan Penduduk di Kelurahan Penjaringan lebih tinggi daripada di Kelurahan Ancol. Jumlah penduduk di Kelurahan Penjaringan pada tahun 2004 adalah sebanyak 55.668 jiwa dengan kepadatan 14.056 jiwa/km2, sedangkan di Kelurahan Ancol jumlah penduduk pada tahun 2004 sebanyak 17.449 jiwa dengan kepadatan 4.625 jiwa/km2. Ratio jenis kelamin di Kelurahan Penjaringan dan Kelurahan Ancol masing-masing sebesar 92 dan 123.

Tabel 5. Keadaan kependudukan di wilayah penelitian

Wilayah

Luas (km2)

Jumlah Penduduk

(Orang)

Kepadatan Jiwa/km2

Ratio Jenis Kelamin

Kelurahan Penjaringan 3,97 55.668 14.056 92

Kelurahan Ancol 3,77 17.449 4.625 123

Sumber: Kecamatan Penjaringan dan Kecamatan Pademangan Dalam Angka, 2004.

4.3.2. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk di kedua kelurahan sebagian besar sebagai pedagang/wiraswasta dan karyawan. Penduduk dengan mata pencaharian pedagang/wiraswasta pada umumnya berdagang di pusat-pusat perdagangan yang ada di Jakarta Utara, sedangkan yang berprofesi sebagai karyawan umumnya bekerja pada perusahaan-perusahaan swasta maupun sektor industri yang ada di Jakarta Utara dan sekitarnya. Jenis mata pencaharian penduduk di kedua kelurahan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 . Struktur mata pencaharian penduduk Kelurahan Penjaringan dan Kelurahan Ancol tahun 2004

Kelurahan Penjaringan Kelurahan Ancol Pekerjaan

Orang % Orang %

Pegawai Swasta 4.110 24,57 6.500 36.02

Pedagang/Wiraswasta 4.199 25,11 1.400 7.76

Buruh 3.970 23,77 734 4.07

Nelayan 269 1,61 543 3.01

PNS 174 1,04 1.500 8.31

TNI/POLRI 61 0,36 997 5.53

Pensiunan 452 2,70 1.211 6,71

Swasta lainnya 390 2,33 1.000 5,54

Lain-lain 3.100 18,54 4.159 23,05

Total 12.945 100 18.044 100

Sumber : Kecamatan Penjaringan dan Kecamatan Pademangan Dalam Angka, 2004.

(5)

4.3.3. Fasilitas Perekonomian

Fasilitas perekonomian di kedua kelurahan adalah sebagai berikut; di Kelurahan Penjaringan terdapat 3 pasar tradisional, 1 pasar swalayan, 2 warung serba ada (waserda), 3 lokasi pedagang kaki lima, 93 warung makan, 6 restoran, 2 losmen, 3 bank, 4 koperasi simpan pinjam dan 69 perusahaan industri, sedangkan di Kelurahan Ancol terdapat 1 pasar inpres, 1 pasar tradisional, 1 waserda, 4 lokasi pedagang kaki lima, 24 warung makan, 3 restoran, 2 losmen, 6 hotel, 27 bank, 6 koperasi simpan pinjam dan 53 perusahaan industri. Dalam uraian fasilitas perekonomian di kedua kelurahan terlihat bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah sektor swasta dan karyawan industri dan kegiatan perekonomian juga didukung oleh keberadaan jasa-jasa keuangan yaitu dengan adanya bank yang beroperasi di kedua kelurahan tersebut.

4.4. Aktivitas Pelabuhan Sunda Kelapa 4.4.1. Arus Kunjungan Kapal

Pelabuhan Sunda Kelapa banyak dikunjungi oleh kapal-kapal pelayaran rakyat, pelayaran dalam negeri, pelayaran penumpang domestik dan kapal-kapal tongkang. Perkembangan arus kunjungan kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa berdasarkan jenis pelayaran dalam kurun waktu tahun 1999 sampai 2004 dapat dilihat pada Gambar 4 .

0 500 1000 1500 2000

Jumlah Kapal (unit)

Sumber : PT. Pelindo II Cabang Sunda Kelapa, 2004

Pelayaran Rakyat 1394 1359 1127 1059 997 1173

Pelayaran Dalam Negeri 1408 1429 1509 1608 1601 1922

Pelayaran Penumpang 239 596 559 449 286 140

Kapal tongkang 0 0 40 45 50 38

1999 2000 2001 2002 2003 2004

Gambar 4. Arus kunjungan kapal berdasarkan jenis pelayaran dalam

(6)

Arus kunjungan kapal pelayaran rakyat dalam satuan unit selama kurun waktu 5 (lima) tahun rata-rata mencapai 1.185 unit pertahun dengan tonase rata- rata 281.209 Gross Tonase (GT), untuk jenis pelayaran dalam negeri, rata-rata kunjungan kapal selama kurun waktu 5 tahun (1999-2004) adalah 1.579 unit pertahun dengan tonase rata-rata 549.081 GT. Rata-rata kunjungan kapal untuk jenis pelayaran kapal penumpang dan kapal tongkang jumlahnya sangat kecil dibandingkan dengan kapal-kapal untuk jenis pelayaran lainnya yaitu masing- masing untuk jenis kapal penumpang sebesar 378 unit pertahun dengan tonase rata-rata 287.733 GT, sedangkan untuk kapal tongkang rata-rata sebesar 43 unit per tahun dengan tonase kapal rata-rata 16.585 GT. Data jumlah arus kunjungan kapal berdasarkan tonase kapalnya dapat dilihat pada Gambar 5.

- 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000

Jum lah Tonase (GT)

Sumber : PT. Pelindo II Cabang Sunda Kelapa, 2004

Pelayaran Rakyat 332,765 342,727 278,091 347,532 227,585 258,553 Pelayaran Dalam Negeri 449,719 451,479 485,915 533,364 612,274 761,738 Pelayaran Penumpang 143,782 480,231 449,831 341,888 79,963 80,727

Kapal tongkang 10,539 14,663 23,547 18,771

1999 2000 2001 2002 2003 2004

Gambar 5 . Arus kunjungan kapal berdasarkan jenis pelayaran di Pelabuhan Sunda Kelapa (dalam GT)

4.4.2. Arus Barang

Data arus barang berdasarkan perdagangan melalui Pelabuhan Sunda kelapa dalam kurun waktu 6 tahun terakhir (1999-2004) berdasarkan bongkar dan muat dapat dilihat pada Gambar 6. Arus barang yang dibongkar dan dimuat di pelabuhan dalam 6 tahun terakhir rata-rata mencapai 1.029.479 ton/m3 untuk bongkar dan 1.230.885 ton/m3 untuk muat barang.

(7)

- 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 1,800,000

Jumlah

Sumber : PT. Pelindo II Cabang Sunda Kelapa, 2004

Bongkar (ton/m3) 1,233,605 1,201,659 989,220 876,600 855,719 1,020,074 Muat (ton/m3) 959,762 1,036,357 1,160,446 1,290,472 1,311,815 1,626,454

1999 2000 2001 2002 2003 2004

Gambar 6. Arus barang di Pelabuhan Sunda kelapa berdasarkan perdagangan

Perkembangan arus barang berdasarkan distribusi melalui Pelabuhan Sunda kelapa dalam kurun waktu 6 tahun terakhir (1999-2004) menunjukkan bahwa distribusi barang melalui gudang rata-rata sebesar 212.832 ton/m3, melalui angkutan langsung rata-rata sebesar 1.675.934 ton/m3, sedangkan arus barang melalui lapangan rata-rata sebesar 371.596 ton/m3. Perkembangan arus distribusi barang selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 7.

- 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000

Jumlah

Sumber : PT. Pelindo II Cabang Sunda Kelapa, 2004

Angkut langsung (ton/m3) 1,618,941 1,656,891 1,638,670 1,612,474 1,568,899 1,960,734 Melalui gudang (ton/m3) 193,428 172,461 189,181 219,601 235,479 266,844 Melalui lapangan (ton/m3) 380,998 409,664 321,815 334,997 363,156 418,950

1999 2000 2001 2002 2003 2004

Gambar 7. Arus barang berdasarkan distribusi di Pelabuhan Sunda kelapa

(8)

Perkembangan arus barang berdasarkan kemasan melalui Pelabuhan Sunda kelapa dalam kurun waktu 6 tahun terakhir (1999 - 2004) menunjukkan bahwa rata-rata setiap tahun arus barang kemasan berupa general cargo mempunyai jumlah tertinggi yaitu rata-rata sebesar 878.119 ton/m3, sedangkan rata-rata jumlah barang untuk kemasan lainnya/kayu menduduki peringkat terkecil yaitu sebesar 651.727 ton/m3. Data arus barang berdasarkan kemasan secara rinci dapat dilihat pada Gambar 8.

- 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000

Jumlah

Sumber : PT. Pelindo II Cabang Sunda Kelapa, 2004

General Cargo (ton/m3) 693,457 740,042 745,988 932,424 966,866 1,189,937 Bag Cargo (ton/m3) 535,156 593,715 683,911 739,371 752,832 888,226 Curah Cair (ton/m3) 15,463 27,564 36,620 38,094 27,662 43,488 Barang lain/kayu (ton/m3) 948,291 876,695 683,147 457,183 420,174 524,877

1999 2000 2001 2002 2003 2004

Gambar 8. Arus barang berdasarkan kemasan di Pelabuhan Sunda

Kelapa.

Gambar

Gambar 4. Arus kunjungan kapal berdasarkan jenis pelayaran dalam
Gambar 5 . Arus kunjungan kapal berdasarkan jenis pelayaran di              Pelabuhan Sunda Kelapa (dalam GT)

Referensi

Dokumen terkait

Arus di pantai selatan Jawa dikenal dengan nama arus Khatulistiwa Selatan, yang sepanjang tahun bergerak menuju ke arah Barat, akan tetapi pada musim barat, terdapat arus yang

Kontribusi sektor pertanian dalam hal ini tanaman pangan beserta produksi ikutannya terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Mamasa selama kurun waktu lima tahun

Kabupaten Lampung Selatan masih mempunyai sebuah pelabuhan yang terletak di Kecamatan Penengahan, yaitu Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni, yang merupakan tempat transit penduduk

Secara umum seluruh kecamatan di Kota Bima memiliki tingkat kepadatan penduduk yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan kecamatan di Kabupaten Bima atau Kabupaten Dompu

Kecamatan dengan rata-rata kepadatan penduduk tinggi yaitu Kecamatan Padang Timur, Padang Barat, Padang Utara mempunyai topografi yang relatif landai, tidak terjal dan terdapat

Berdasarkan data dari Badan Meterologi dan Geofisika (BMKG) variasi temperatur udara rata-rata tahunan di Kabupaten Indramayu tercatat berkisar antara 37-39°Celcius

50 Gambar 4.5 Rata – Rata Curah Hujan di Kecamatan Bangkinang kota, Kabupaten Kampar Sumber : Weatherspark Gambar diatas merupakan curah hujan rata-rata garis tebal terakumulasi

92 Sumber : Hasil Analisa, 2017 Gambar 4.1 Persentase Luas Wilayah Kota Pekanbaru Menurut Kecamatan Tahun 2015 Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui kecamatan yang memiliki