• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI EFIKASI MINYAK ATSIRI BUAH PALA (Myristica fragans Houtt) SEBAGAI ATRAKTAN LALAT BUAH (Bactrocera dorsalis Complex).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI EFIKASI MINYAK ATSIRI BUAH PALA (Myristica fragans Houtt) SEBAGAI ATRAKTAN LALAT BUAH (Bactrocera dorsalis Complex)."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Bidang Unggulan : Ketahanan Pangan

Kode/Nama Bidang Ilmu : 153 Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman LAPORAN AKHIR

HIBAH PENELITIAN UNGGULAN UDAYANA

UJI EFIKASI MINYAK ATSIRI BUAH PALA (Myristica fragans Houtt) SEBAGAI ATRAKTAN LALAT BUAH (Bactrocera dorsalis Complex)

TIM PENELITI

Prof. Ir. I Wayan Susila, MS (0029015408) Prof. Dr. Ir. I Wayan Supartha MS (0030035703)

Ir. I Ketut Sumiartha, M.Agr (0013125602)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA Pebruari 2015

(2)

HALAMAN PENGESAHAN Judul : Uji Efikasi Minyak Atsiri Buah Pala (Myristica fragans Houtt) sebagai Atraktan Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Complex) Peneliti/Pelaksana :

Nama Lengkap : Prof. Ir. I Wayan Susila,MS

NIDN : 0029015408

Jabatan Fungsional : Guru Besar Program Studi : Agroekoteknologi

Nomor HP : 081339628447

Alamat Surel (e-mail) : w1sus@yahoo.com

Anggota (1) :

Nama Lengkap : Prof. Dr. Ir. I Wayan Supartha, MS.

NIDN : 0030035703

Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

Anggota (2) :

Nama Lengkap : Ir. I Ketut Sumiartha, M.Agr

NIDN : 0013125602

Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

Penanggung Jawab : Prof. Ir. I Wayan Susila,MS. Tahun Pelaksanaan : Tahun ke 2 dari rencana 3 tahun Biaya Tahun Berjalan :Rp 40.000.000,00

Biaya Keseluruhan :Rp 150.000.000,00

Denpasar, 20 Nopember 2015 Dekan/Ketua

(3)

Ringkasan

Lalat buah (Diptera: Tephritidae) merupakan salah satu hama penting yang dapat menurunkan produksi buah-buahan dan sayur–sayuran di Indonesia. Kerusakan buah-buahan dan sayur-sayuran bisa mencapai 90-100% tanpa usaha pengendalian. Hal tersebut disebabkan karena imago meletakkan telur pada buah dengan ovipositornya. Selanjutnya telur-telur tersebut menetas menjadi larva dan larva inilah memakan daging buah yang pada akhirnya buah menjadi busuk sebelum masak.

Penelitian ini merupakan penelitian tahun ke dua mengenai uji efikasi minyak atsiri buah pala (Myristica fragans Houtt) sebagai atraktan lalat buah (Bactrocera dorsalis Complex). Pada penelitian ini akan diuji beberapa konsentrasi (100%, 75%, 50%, dan 25%) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi minyak atsiri buah pala terhadap daya tarik lalat buah di lapang, waktu yang diperlukan untuk membunuh 100% (LT100) populasi lalat buah yang diujikan setelah kontak dengan masing-masing konsentrasi minyak atsiri buah pala, waktu yang diperlukan untuk membunuh 100% lalat buah yang diujikan setelah masuk perangkap, konsentrasi efektif minimum (MEC), Lethal Concentration (LC50), dan Lethal Time (LT50) masing-masing konsentrasi minyak atsiri buah pala.

Penelitian ini terdiri dari penelitian lapang dan laboratorium. Penelitian lapang yang bertujuan untuk mengetahui daya atraktansi dari masing-masing konsentrasi minyak atsiri buah pala terhadap lalat buah. Penelitian lapang dilakukan di wilayah Kota Denpasar yaitu Denpasar Tengah, Timur, Selatan, Barat, dan Utara dengan memasang perangkap yang didalamnya diisi atraktan minyak atsiri buah pala. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 10 ulangan. Penelitian laboratorium bertujuan untuk mengetahui daya racun kontak dan pernafasan minyak atsiri buah pala terhadap lalat buah dengan cara penyemprotan untuk menguji racun kontak dan membiarkan lalat buah bergerak bebas di dalam perangkap untuk menguji kombinasi racun kontak dan pernafasan. Peubah yang diamati adalah LT100, LT50, LC50, dan MEC dengan menggunakan Analasis Probit dan Analisis Varian yang dilanjutkan dengan uji BNT bila berpengaruh nyata terhadap peubah.

(4)

masuk perangkap. Makin tinggi konsentrasi minyak atsiri buah pala makin tinggi daya atraktansinya terhadap lalat buah jantan, makin cepat proses kematiannya setelah kontak dengan minyak atsiri buah pala, dan semakin cepat pula kematiannya setelah mencium bau minyak atsiri buah pala. Masa aktif masing-masing konsentrasi di lapang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) sampai 45 hari. Ada tiga jenis lalat buah yang tertarik terhadap minyak atsiri buah pala yaitu Bactrocera carambolae, B. papayae, dan B. umbrosa dan yang dominan adalah B.carambolae, dan B. papayae. Waktu yang diperlukan untuk membunuh 50% (LT50) lalat buah yang diujikan untuk konsentrasi 100% adalah 30,2 menit, LT50 untuk konsentrasi 75% adalah 50,12 menit, LT 50 untuk konsentrasi 50% adalah 98 menit, dan LT 50 untuk konsentrasi 25% adalah 141 menit. Sedangkan LC50 minyak atsiri buah pala adalah 71 menit. Konsentrasi efektif minimun (MEC) minyak atsiri buah pala adalah 15% dengan jumlah lalat buah terperangkap 262,12 ekor .

(5)

PRAKATA

Puji syukur penulis haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Hyang Widdhi Wasa karena atas rahmat dan karuniaNya laporan penelitian dengan judul Uji Efekasi Minyak Atsiri Buah Pala (Myristica fragans Houtt) Sebagai Atraktan Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Complex) dapat kami selesaikan sesuai dengan rencana.

Laporan ini merupakan hasil penelitian yang penulis laksanakan dengan Tim peneliti yang berlangsung selama 4 bulan. Dalam melaksanakan penelitian ini berbagai sarana dan fasilitas telah penulis dapatkan utamanya dari Fakultas Pertanian, Loboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu, Laboratrorium Forensik Poltabes Denpasar, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana serta Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana,

2. Kepala Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Fakultas Pertanian Unud

3. Kepala Laboratorium Forensik Poltabes Denpasar

4. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 5. Rektor Universitas Udayana

6. Kemenristek Dikti Republik Indonesia

Atas bantuan pendanaan, fasilitas laboratorium, sarana dan dukungan moril sehingga penelitian dan laporan ini dapat penulis selesaikan tepat waktu.

Penulis sangat menyadari bahwa hasil penelitian dan laporan ini masih belum sempurna oleh karena itu sangat diperlukan perbaikan dan penelitian lanjutan. Untuk itu koreksi dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya laporan hasil penelitian ini.

Bukit-Jimbaran, Nopember 2015

(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman Tabel 1. Jumlah serangga terperangkap pada beberapa konsentrasi 15 minyak atsiri buah pala (15 kali pengamatan)

Tabel 2. Kematian lalat buah pada uji racun kontak 17

Tabel 3. Kematian lalat buah setelah masuk perangkap 18

Tabel 4. Waktu yang diperlukan untuk membunuh 50% (LT50) lalat buah yang diujikan

Tabel 5. Konsentrasi efektif minimum (MEC) minyak atsiri buah pala

(7)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman Gambar 1. Masa aktif minyak atsiri buah pala di lapang

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………...

HALAMAN PENGESAHAN..……… 1 2

RINGKASAN………...……….……… 3

PRAKATA…….……… 5

DAFTAR TABEL……….. DAFTAR GAMBAR………. BAB I. PENDAHULUAN ………..…….. 6 7 9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………...………….... 10

2.1.LALAT BUAH ……….……… 10

2.1.1. KLASIFIKASI ………..… 10

2.1.2. BIOEKOLOGI ………..……… 11

2.1.3. PENGENDALIAN DENGAN ATRAKTAN ………... 13

BAB III. TUJUAN DN MANFAAT PENELITIAN……….. 3.1. TUJUAN PENELITIAN………. 3.2. MANFAAT PENELITIAN……… BABA IV. BAHAN DAN METODE PENELITIA………..………….. 14 14 15 15 4.1. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN……….. 15

4.2. BAHAN DAN ALAT ………..…..… 15

4.3. PELAKSANAAN PENELITIAN……….………… 15

4.3.1. PERBANYAKAN LALAT BUAH……….…………. 15

4.3.2. PEMBUATAN MINYAK ATSIRI BUAH PALA ……….…… 16

4.3.3. UJI DAYA ATRAKTANSI KONSENTRASI MINYAK ATSIRI BUAH PALATERHADAP LALAT BUAH……….……….. 16 4.3.4. UJI EFEK DAYA RACUN KONTAK BERBAGAI KONSENTRASI MINYAK ATSIRI BUAH PALA….………. 4.3.5. UJI EFEK MINYAK ATSIRI BUAH PALA TERHADAP LALAT BUAH SETELAH MASUK PERANGKAP………... 16 17 4.3.6. ANALISIS DATA .……….………... 17

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..

5.1. UJI DAYA ATRAKTANSI KONSENTRASI MINYAK ATSIRI BUAH PALATERHADAP LALAT BUAH……….. 5.2. UJI EFEK DAYA RACUN KONTAK BERBAGAI

KONSENTRASI MINYAK ATSIRI BUAH PALA………. 5.3. WAKTU YANG DIPERLUKAN UNTUK MEMBUNUH 100% (LT 100) LALAT BUAH YANG DIUJIKAN SETELAH MASUK PERANGKAP…

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN………..

6.1. KESIMPULAN 6.2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA ..…………..………..……….

(9)

BAB I. PENDAHULUAN

Lalat buah (Diptera: Tephritidae) merupakan salah satu hama penting yang dapat menurunkan produksi buah-buahan dan sayur–sayuran di dunia termasuk Indonesia. Kerusakan buah disebabkan karena larva lalat buah memakan daging buah yang pada akhirnya buah menjadi busuk sebelum masak. Serangan lalat buah umumnya terjadi pada buah menjelang masak dan kehilangan hasil mencapai 90-100%, tergantung dari populasi lalat buah, lokasi, varietas dan musim (Asian Fruit Fly IPM Project, 2011). Menurut Sodiq (1994) kehilangan hasil panen akibat serangan lalat buah dapat mencapai 80%. Menurut Syahfari dan Mujiyanto (2013) persentase serangan lalat buah pada jambu air dapat mencapai 84%. Kurang lebih 75 % dari tanaman buah dapat diserang oleh lalat buah (Sutrisno,1991). Di India sekitar 50% tanaman Cucurbitaceae diserang oleh B. cucurbitae (Singh dan Singh, 1998). Menurut Siwi dkk. (2006) di Indonesia ada 16 spesies lalat buah yang dikatagorikan menjadi hama penting .

Sampai saat ini beberapa cara sudah dilakukan untuk mengendalikan lalat buah di Indonesia, namun penggunaan pestisida masih dominan. Penggunaan pestisida yang kurang bijaksana dapat merangsang timbulnya resistensi hama, terbunuhnya musuh alami dan pencemaran terhadap lingkungan ( Sosromarsono et al., 1988; Djojosumarto, 2008; Untung, 1993). Perlu dicarikan alternatif lain untuk menghindarkan semakin parahnya permasalahan yang ditimbulkan akibat penggunaan insektisida. Alternatif lain adalah pengendalian dengan pendekatan ekologi yakni pengendalian hama terpadu (Smith dan van den Bosch, 1967, Untung, 1993).

Penggunaan zat penarik serangga yang disebut atraktan adalah salah satu komponen pengendalian hama terpadu. Cara ini merupakan cara pengendalian yang sangat efektif, efisien dan ramah lingkungan. Atraktan dari bahan sintetis disebut paraferomon karena respons yang diberikan sama dengan feromon yang diproduksi oleh serangga. Contoh paraferomon adalah trimedlure dan tert-butil 4 (dan 5)-kloro-2-metilsiklo-heksan-1-karboksilat (Alexander et al, 1962). Saat ini sudah diperjualbelikan atraktan sintetis lalat buah dengan nama dagang Petrogenol, Leilla dan Revo.

(10)

menyebabkan lalat buah tertarik. Contohnya adalah tanaman selasih (Ocidium), pala (Myristica fragans Houtt), dan lain-lain. Penggunaan atraktan alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

sedang dikembangkan untuk mengendalikan lalat buah. Hasil penelitian Effendi dkk. (2010) tanaman cengkeh cukup efektif sebagai sumber atraktan lalat buah. Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) diduga mengandung minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai atraktan lalat

buah. Sebagai tanaman rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak atsiri dan lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli (Departemen Pertanian Bagian Proyek Informasi Pertanian Irian Jaya, 1986). Minyak atsiri buah pala mengandung sekitar 20 jenis senyawa kimia

diantaranya yang dominan adalah 34,6% sabinene, 19,0% α –pinene: 11, 3% β-pinene; 5,6% terpinen-4-ol; 3,7% limonene; 3,3% merysticin, dan lain-lain (Lawrence, 1990). Buah pala mengandung zat-zat pembius yaitu miristin, pinen, kampen (Pelawi, 2010). Susila dkk. (2014) menyatakan bahwa minyak atsiri buah pala disamping bersifat sebagai atraktan juga bersifat sebagai racun kontak dan racun pernafasan terhadap lalat buah. Sebagai atraktan minyak atsiri buah pala mampu menarik imago jantan lalat buah 12,22 ekor perhari dengan masa aktif di lapang sampai 43 hari. Ada tiga spesies lalat buah yang tertarik yaitu Bactrocera carambolae, B. papayae, dan B. umbrosa. Sebagai atraktan lalat buah karena minyak atsiri buah pala

mengandung Methyl eugenol.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. LALAT BUAH

2.1.1. Klasifikasi

Lalat buah (fruit flies) termasuk ke dalam ordo Diptera, famili Tephritidae, subfamili Dacinae, tribe Dacini. Di dunia, kelompok Tephritidae berjumlah kurang lebih 4000 spesies dan dikelompokkan ke dalam 500 genera. Jumlah tersebut termasuk yang terbesar di antara jenis lalat Diptera yang secara ekonomi mempunyai arti penting. Secara morfologi tribe Dacini dibagi ke dalam tiga genera, yaitu genus Bactrocera, Dacus, dan Monacrostichus (White et al., 1992 dalam Siwi dkk., 2006). Famili Tephritidae mudah dikenal dari bentuk imago dengan ciri

(11)

Di Asia, terdapat 160 genus Tephritidae dan yang termasuk tribe Dacini kira-kira ada 180 spesies Bactrocera dan 30 spesies Dacus (Siwi dkk., 2006). Menurut Singh (2003) ada sekitar 400 spesies lalat buah dari genus Bactrocera menjadi hama penting pada tanaman buah dan sayuran tersebar di Asia Tropik, Cina, Jepang, Micranesian, Pasifik Selatan, Hawai, dan Australia. Menurut Hardy (1977) tribe Dacini kebanyakan dimasukan ke dalam subgenus: Bactrocera (Bactrocera), Bactrocera (Strumeta), Bactrocera (Zeugodacus), genus Dacus, Anastrepha, Ceralitis dan Rhagotetis. Genus Bactrocera merupakan spesies asli dari daerah tropika yang secara ekonomis merupakan jenis lalat buah penting yang berasosiasi dengan berbagai buah buahan tropika, kecuali untuk sub genus Bactrocera (Zeugodacus) inangnya berupa bunga hias dan buah dari family Cucurbitaceae. Genus Dacus yang sebelumnya dinyatakan terdapat di daerah tropika kemudian setelah diidentifikasi ulang ternyata merupakan spesies asli Afrika dan biasanya berasosiasi dengan bunga dan buah tumbuhan Cucurbitaceae dan polong kacang-kacangan. (White et al. 1992 dalam Siwi dkk.,2006).

Di Indonesia bagian barat terdapat 90 spesies lalat buah yang termasuk jenis lokal (indigenous), tetapi hanya delapan spesies termasuk hama penting yaitu Bactrocera (Bactrocera) albistrigata (de Meijere), B. (B.) carambolae Drew dan Hancock, B. (B.) umbrosa (Fabricius), B.

(Z.) cucurbitae (Coquillett), B. (Z.) tau (Walker), dan Dacus (Callantra) longicornis (Wiedermann) (Orr, 2002). Hasil penelitian Muryati et al. (2004) di Sumatra Barat dan Riau ditemukan 43 spesies Bactrocera yang telah teridentifikasi. Disumatera Selatan ditemukan 5 spesies sebagai hama penting yaitu B. dorsalis, B. cucurbitae, B. albistrigatus, B. umbrosus dan B. caudatus (Balai Karantina Bom Baru, 2003)

2.1.2. Bioekologi

(12)

tananam inang. B. dorsalis terdapat pada berbagai tanaman buah, misalnya di China dan Jepang pada Annona squamosa, apel (Malus pumila), Averrhoa carambola, pisang (Musa paradisiaca), Capsicum, klausena Lansium, jambu biji (Psidium guajava), mangga (Mangifera indica), jeruk (Citrus sinensis), pepaya (Carica papaya), persik (Prunus persica), plum (Prunus domestica), Pyrus spp. dan tomat (Lycopersicon esculentum) (Clausen et al, 1965;. Koyama, 1989).

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2003) lebih dari 100 jenis tanaman hortikultura diduga menjadi sasaran serangan lalat buah. Lalat buah dapat hidup didaerah tropis dan sub tropis (Hasyim et al, 2008). Menurut Singh (2003) ada sekitar 400 spesies lalat buah dari genus Bactrocera yang menjadi hama penting pada tanaman buah dan sayuran yang tersebar diseluruh Asia Tropik, Cina, dan jepang, Hawai, Pasifik Selatan, Australia, dan Micranesian. Di Indonesia ada 16 spesies lalat buah penting, lalat buah tersebut diantaranya: Bactrocera (Bactrocera) dorsalis (Hendel), Bactrocera (Zeugodacus) emittens (Walker), Bactrocera.(Bactrocera) albistrigata (de Meijere), Bactrocera {Zeugodacus) calumniata (Hardy), Bactrocera {Zeugodacus) tau (WaIker), Bactrocera (Bactrocera) carambolae (Drew dan Hancock), Bactrocera {Bactrocera) papayae (Drew dan Hancock), Bactrocera {Zeugodacus) caudate (Fabricius), Bactrocera (Zeugodacus) cucurbitae (Coquillet), Bactrocera (Bactrocera) curreyi Drew, Bactrocera (Bactrocera) curvifera (Walker), Bactrocera

(Buffadacus) megregori (Bezzi), Bactrocera {Bactrocera) papayae (Drew dan Hancock), Bactrocera {Zeugodacus) persignata (Hering), Bactrocera {Zeugodacus) synnephes (Hendel), Bactrocera {Zeugodacus) tau (WaIker), Bactrocera (Bactrocera) umbrosa (Fabricius), dan

Dacus (Callantra) longicornis (Wiedeman) (Siwi dkk., 2006).

Hasil Pemantauan Pusat Karantina Pertanian sejak tahun 1979/1980 menunjukkan saat ini terdapat 66 spsies lalat buah tetapi baru beberapa diketahui tanaman inangnya seperti: B. dorsalis menyerang berbagai jenis tanaman seperti belimbing, mangga, jeruk, jambu, pisang susu, pisang raja sere, cabai merah, B. cucurbitae menyerang tanaman mentimun, melon, dan beberapa tanaman dari famili Cucurbitaceae, B. umbrosus yang menyerang nangka dan beberapa tanaman dari family Moraceae, B. caudatus menyerang beberapa tanaman dari family Cucurbitaceae. Sasaran utama serangan lalat buah adalah belimbing manis, jambu air, jambu biji, mangga, nangka, semangka, melon, cabai, jeruk (Deptan, 2002).

(13)

daerah Kabupaten Karo dan menyebabkan penurunan produksi perhektarnya mencapai 20 ton dari sebelumnya 60 ton (Manik dan Bangun, 2004). Pada cabai merah persentase serangan mencapai 13.15 %/200 m2 (Herlinda dkk.,2007).

Di alam lalat buah dikendalikan oleh musuh alaminya berupa parasitoid yaitu Bioteres sp. Psyttalia fletcheri (Silvestri), P. fijiensis (Fullaway), dan Opius sp. (Warton, 1987). Herlinda dkk. (2007) melaporkan ada empat parasitoid yang ditemukan di pertanaman cabai yaitu Psyttalia fijiensis, P. incise, P. fletcheri, dan Opius sp. dengan tingkat parasitisasi berturut-turut

8,1%, 25,06%, 9,31%, dan 1,23%.

2.1.3. Pengendalian dengan Atraktan

Telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengatasi serangan lalat buah diantaranya membersihkan kebun dari buah yang terserang lalat buah, pembungkusan buah, teknik jantan mandul (Sterile Insect Technique), umpan protein (Bait Application Technique ), penggunaan parasitoid, penyemprotan dengan insektisida dan penggunaan atraktan.

Pengggunaan atraktan merupakan alternatif pengendalian yang mempunyai prospek untuk dikembangkan di Indonesia. Menurut hasil penelitian Samad et al., (2001) penggunaan perangkap metil eugenol pada tanaman cabai dapat menurunkan populasi lalat buah sampai 58% dan mengurangi kerusakan sampai 29%. Menurut Muryati et al. (2004) ada 17 spesies Bactrocera yang tertarik atraktan metil eugenol yaitu B. araceae, B. carambolae, B. dorsalis, B. exornata, B. indonesiae, B. latilineola, B. muiri, B. nigrita, B. occipitalis, B. papaya, B.

platamus, B. raiensis, B. sulawesiae, B. thailandica, B. unimaculata, B. verbascifoliae, dan

spesies Anonym 2. Bila menggunakan Cue lure sebagai atraktan maka ada 19 spesies lalat buah yang dominan tertangkap pada perangkap yaitu B. bifasciata, B. bogoriensis, B. calumniate, B. cibodasae, B. cilifera, B. dubiosa, B.heinrichi, B. lateritaenia, B. malayensis, B. merapiensis, B.

neocognata, B. nigrotibialis, B. penecognata, B. persignata, B. scutellata, B. sembaliensis, B.

trifasciata, B. usitata, dan spesies Anonim 1. Sedangkan 19 spesies yang tertarik pada kedua

jenis atraktan (metil eugenol dan Cue lure ) yaitu B. albistrigata, B. caudate, B. cucurbitae, B. fuscitibia, B. kinabalu, B. melastomatos, B. propinqua, B. tau dan B. umbrosa. Sedangkan

(14)

B. cucurbitae, B. fraunfeldi, B. trivialis, B. neohumerralis. Hasil penelitian Susila dkk. (2014) menemukan bahwa minyak atsiri buah pala dapat menarik lalat buah dari spesies Bactrocera carambolae, B. papayae, dan B. umbrosa.

Penggunaan atraktan alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sedang dikembangkan untuk mengendalikan lalat buah. Hasil penelitian Effendi dkk. (2010) tanaman cengkeh cukup efektif sebagai sumber atraktan lalat buah. Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) diduga mengandung minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai atraktan lalat buah. Sebagai tanaman rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak atsiri dan lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Biji pala menghasilkan 2 sampai 15% minyak atsiri dan 30 - 40 % lemak, sedangkan fuli menghasilkan 7 - 18 % minyak atsiri dan 20 - 30 % lemak (fuli adalah arie yang berwarna merah tua dan merupakan selaput jala yang membungkus biji) (Departemen Pertanian Bagian Proyek Informasi Pertanian Irian Jaya, 1986). Minyak atsiri buah pala mengandung sekitar 20 jenis senyawa kimia diantaranya yang dominan adalah 34,6% sabinene, 19,0% α –pinene: 11,

3% β-pinene; 5,6% terpinen-4-ol; 3,7% limonene; 3,3% merysticin, dan lain-lain (Lawrence, 1990). Buah pala mengandung zat-zat minyak terbang (miristin, pinen, kampen (zat pembius), dipenten, pinen, saprol, eugenol, iso-eugenol, alkohol), glicelida (asam miristinat, asam oleat, borneol, giraniol), protein, lemak, pati, gula, vitamin A, B1, dan C. Minyak tetap mengandung Trimyristin (Pelawi, 2010). Susila dkk. (2014) menyatakan bahwa minyak atsiri buah pala mengandung Methyleugenol (8.33%), senyawa kimia Camphene (0.895), Carene (3.33%), Camphogen (2.18%), Terpinolene (2.91%), 5-(1-propenyl)1,3-benzodioole (1.13%), α-cubebene (1.11%), Caryophyllene (0,62%), Methylisoeugenol (5.02%), Myristicine (6.58%) dan 1,2,3-trimethyl-5-(2-propenyl)benzene (3%).

BAB III. Tujuan dan Manfaat Penelitian

3.1. Tujuan Penelitian

(15)

atsiri buah pala, konsentrasi efektif minimum (MEC), Lethal Concentration (LC50), dan Lethal Time (LT50) masing-masing konsentrasi minyak atsiri buah pala.

3.2. Manfaat Penelitian

Mafaat penelitian dari segi keilmuan adalah dapat menambah kakhasanah ilmu pengetahuan dan dari segi apliatifnya dapat dirancang suatu teknologi pengendalian lalat buah yang efektif, mudah dilaksanakan dan ramah lingkungan.

BAB IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan September 2015 di Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Penelitian lapangan dilakukan di wilayah Kota Denpasar. .

3.2. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah pala, alkohol 90%, kapas, dan kertas label

Alat-alat yang digunakan adalah Mikroskop, botol plastik transparan yang panjangnya 32 cm dengan diameter 8 cm, kawat aluminium, spuite volume 3 cc, gelas ukur, kuas, kamera digital, alat destilasi, alat-alat tulis, botol koleksi, dan kurungan pemeliharaan lalat buah.

3.3. Pelaksanaan Penelitian 3.3.1. Perbanyakkan Lalat Buah

(16)

keluar dari buah terserang akan membentuk pupa didalam pasir. Selanjutnya ditunggu sampai muncul lalat dewasa yang cukup untuk pelaksanaan pengujian.

3.3.2. Pembuatan Minyak Atsiri Buah Pala Melalui Metode Destilasi Kukus.

Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium dengan menggunakan alat destilasi kukus. Ketel yang digunakan berkapasitas 50 kg. Buah pala yang terdiri dari biji, fuli dan daging buah dipotong seragam dan dikeringkan 5-7 hari. Setelah kering dimasukkan ke dalam ketel yang sudah berisi air setinggi 5 cm di bawah sarang. Selanjutnya ketel ditutup rapat-rapat kemudian dipanaskan. Proses ini berjalan kurang lebih 24 jam. Minyak atsiri dan air dipisahkan corong pemisah. Minyak atsiri hasil destilasi akan digunakan untuk pengujian-pungujian lebih lanjut. 3.3.3. Uji Daya Atraktansi Konsentrasi Minyak Atsiri Buah Pala terhadap lalat buah

Tujuannya adalah untuk mendapatkan konsentrasi yang terbaik untuk menarik lalat buah. Konsentrasi minyak atsiri yang diuji adalah 100% ,75%, 50%, dan 25% serta diulang 10 kali. Pengujian akan dilakukan di lapang di lima lokasi diwilayah Kodya Denpasar dengan empat perlakuan. Adapun caranya adalah menggunakan perangkap lalat buah yag terbuat dari botol plastik transparan dengan ukuran diameter 8 cm dan panjang 32 cm. Pada bagian ujungnya dipotong 7 cm dan diletakkan terbalik sebagai penutup. Ke dalam perangkap I (B1) dimasukkan kapas yang sudah ditetesi 1,5 cc minyak atsiri buah pala konsentrasi 75%, ke dalam perangkap II (B2) dimasukkan kapas yang sudah ditetesi 1,5 cc minyak atsiri buah pala konsentrasi 50%, dan ke dalam perangkap III (B3) dimasukkan kapas yang ditetesi 1,5 cc minyak atsiri buah pala konsentrasi 25% dan ke dalam perangkap IV (B4) dimasukkan kapas yang ditetesi 1,5 cc minyak atsiri buah pala murni (100%). Kapas-kapas yang sudah ditetesi minyak atsiri dari konsentrasi yang berbeda diletakkan menggantung pada bagian dalam perangkap. Selanjutnya keempat perangkap digantungkan pada tanaman dengan ketinggian kurang lebih 2 sampai 3 m diatas tanah. Jarak masing-masing perlakuan kurang lebih 40-50m dan jarak ulangan sekitar 4-5 km. Pengujian ini diulang 10 kali dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok .

3.3.4. UJI Efek Daya Racun Kontak Berbagai Konsentrasi Minyak Atsiri Buah Pala

(17)

(RAK) dengan empat perlakuan dan lima ulangan. Ke dalam masing-masing perangkap dengan ukuran diameter 8 cm dan panjang 32 cm yang diberi kode B1, B2, B3 dan B4 dimasukkan sepuluh ekor imago lalat buah. Selanjutnya dilakukan dua kali penyemprotan larutan minyak atsiri buah pala dengan konsentrasi 75% ke B1, konsentrasi 50% ke B2, dan konsentrasi 25% ke B3, dan konsentrasi 100% (minyak atsiri murni) ke B4. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu. Peubah yang diamati adalah persentase dan lama waktu kematian lalat buah.

3.3.5. Pengujian Efek Minyak Atsiri Buah Pala Setelah Lalat Buah Masuk Perangkap

Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk membunuh 100% lalat buah setelah masuk perangkap. Caranya adalah ke dalam perangkap yang sudah berisi 10 ekor lalat buah dimasukkan kapas yang sudah ditetesi 1,5 ml minyak atsiri buah pala konsentrasi 100%. Kapas yang sudah ditetesi minyak atsiri buah pala diletakkan menggantung pada bagian dalam perangkap. Hal yang sama dilakukan pada konsentrasi 75%, 50%, dan 25 %. Peubah yang diamati adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh 100% (LT100) lalat buah.

3.3.5. Analisis Data

Data akan dianalisis dengan menggunakan Analisis Probit dan analisis varian dan apabila perlakuaan memberikan pengaruh nyata terhadap peubah maka akan dilanjutkan dengan uji BNT

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Dayan Atraktansi Konsentrasi Minyak Atsiri Buah Pala terhadap Lalat Buah

Hasil penelitian daya tarik beberapa konsentrasi minyak atsiri buah pala terhadap lalat buah tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah serangga terperangkap pada beberapa konsentrasi minyak atsiri buah pala dalam 15 kali pengamatan

Konsentrasi (%)

Jumlah lalat buah terperangkap pada ulangan ke……. Jlh Rata-rata/hari

I II III IV V VI VII VIII IX X

(18)

50 151 151 320 280 210 189 86 95 236 227 1945 4,3 c 25 41 32 181 115 130 106 65 37 124 123 954 2,1 d Jumlah 851 1137 1458 1985 1601 951 551 584 1656 1238 12012 Keterangan : Pengambilan data dilakukan tiga hari sekali. Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji BNT 5% (P>0,05).

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah lalat buah yang terperangkap per hari tertinggi pada konsentrasi 100% yaitu 12,8 ekor, selanjutnya diikuti konsentrasi 75% yaitu 7,4 ekor, konsentrasi 50% adalah 4,3 ekor dan konsentrasi 25% adalah 2,1 ekor. Hasil analisis statistika menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan konsentrasi (P>0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa tinggi rendahnya kandungan bahan aktif penarik lalat buah yang disebut methyl eugenol, yang terkandung pada minyak atsiri buah pala sangat berpengaruh terhadap jumlah lalat buah yang tertarik atau terperangkap. Zat penarik yang mengandung komponen tunggal (penarik jantan) yang disebut pharapheromone hanya efektif untuk menarik lalat buah jantan. Senyawa methyl eugenol memiliki karakteristik yang sama dengan pharapheromone yang dapat menarik serangga jantan ( Iwahashi et al., 1996; Manrakhan dan Price, 1999). Menurut Susila dkk. (2014) minyak atsiri buah pala mengandung 8,33% methyl eugenol, yang mana methyl eugenol tersebut dapat menarik lalat buah jantan.

(19)

Gambar 1. Masa aktif minyak atsiri buah pala di lapang

Hasil identifikasi dari lalat buah yang terperangkap ditemukan tiga spesies lalat buah yaitu Bactrocera carambolae, B. papayae dan B. umbrosa. B. carambola dan B. papayae adalah lalat buah yang dominan terperangkap (Gambar 1). Hal ini memperkuat hasil penelitian Susila dkk. (2014)

Gambar 2. Komposisi spesies lalat buah yang terperangkap di lapang 4.2. UJI Efek Daya Racun Kontak berbagai Konsentrasi Minyak Atsiri Buah Pala

Hasil penelitian mengenai efek daya racun kontak pada beberapa konsentrasi minyak atsiri buah pala terhadap kematian lalat buah tersaji pada Tabel 2.

0 10 20 30 40 50 60 70

H3 H6 H9 H12 H15 H18 H21 H24 H27 H30 H33 H36 H39 H42 H45

Ju m lah ser an g g a te rp e ran g kap

Interval Waktu Pengamatan (hari)

K 100% K 75%

K 50% K 25%

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

(20)

Tabel 2. Kematian lalat buah pada uji racun kontak

Konsentrasi (%)

Waktu (detik) yang diperlukan untuk membunuh 100% lalat buah yang diujikan pada ulangan

ke……..

Jlh

Rata-rata

I II III IV V

K 100 90 75 90 75 80 410 82

K 75 150 120 135 135 140 680 136

K 50 165 165 180 135 150 795 159

K 25 240 225 180 300 235 1180 236

Keterangan : data dianalisis setelah ditransformasi ke √x+0,5. Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5% (P<0,05)

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata waktu yang diperlukan untuk membunuh 100% (LT100) lalat buah yang diujikan pada konsentrasi 100% adalah 82 detik, dan ini tidak berbeda nyata dengan hasil uji konsentrasi 75% yaitu 136 detik, namun berbeda nyata denganhasil uji konsentrasi 50% (159 detik) dan hasil uji 25% (236 detik). Susila dkk. (2014) menyatakan bahwa untuk membunuh lalat buah dengan metode penyemprotan atau kontak langsung dengan minyak atsiri buah pala (konsentrasi 100%) diperlukan waktu sekitar 2 menit.

4.3. Waktu yang Diperlukan untuk Membunuh 100% (LT 100) Lalat Buah yang Diujikan Setelah Masuk Perangkap

Keunikan Minyak atsiri buah pala adalah selain berisifat sebagai atraktan juga dapat bersifat sebagai insektisida kontak dan pernafasan (Susila dkk., 2014). Hasil penelitian laboratorium menunjukkan bahwa rata-rata waktu yang diperlukan dari masing-masing konsentrasi minyak atsiri buah pala untuk membunuh 100% (LT100) lalat buah yang diujikan tersaji pada Tabel 3. Pada konsentrasi 100% rata-rata waktu yang diperlukan adalah 43 menit dan perlakuan ini berbeda nyata (p>0,05) dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi yang lainnya. Hal ini mungkin disebabkan akibat adanya perbedaan konsentrasi bahan aktif insektisida yang terkandung pada masing-masing konsentrasi minyak atsiri buah pala yang diujikan.

Tabel 3. Kematian lalat buah setelah masuk perangkap Konsentrasi

minyak atsiri buah pala (%)

Waktu yang diperlukan untuk membunuh 100% (LT100) lalat buah yang diujikan

Total waktu (menit) Rata-rata waktu (menit

(21)

100 40 45 45 40 45 215 43 d

75 65 70 70 65 70 340 68 c

50 140 145 135 130 145 695 139 b

25 210 215 220 210 215 1070 214 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunujukkan perbedaan yang nyata pada tarat uji BNT 5% (p>0,05)

Hasil analisis Probit menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan oleh masing-masing konsentrasi untuk membunuh 50% (LT 50) lalat buah yang diujikan tersaji pada Tabel 4. Pada Tabel 4 terlihat bahwa waktu paling singkat yang diperlukan untuk membunuh 50% (LT50) lalat buah yang diujikan adalah pada konsentrasi 100% yaitu 30,2 menit. Hal ini diduga pada konsentrasi 100% kandungan bahan aktif insektisida lebih tinggi dibadingkan konsentrasi yang lain. Hasil penelitian Ghanin (2013) campuran Methyleugenol-fentrithion yang mana konsentrasi metil eugenol 100% menunjukkan bahwa jumlah rata-rata mingguan lalat buah jantan tertangkap pada 10 minggu berturut-turut sangat berbeda nyata (87,3 individu / blok) dengan perlakuan yang lebih rendah..

Tabel 4. Waktu yang diperlukan untuk membunuh 50% (LT50) lalat yang diujikan Konsentrasi minyak Atsiri buah pala (%) LT 50 (menit)

100 30,2

75 50,1

50 98,0

25 141,0

Hasil Analisis Probit menunjukan bahwa konsentrasi efektif minimum (Minimun Effektive Concentration) yang disingkat dengan MEC adalah 15% dengan jumlah lalat buah

terperangkap 262,12 ekor (Tabel 5).

Tabel 5. Konsentrasi Efektif Minimum minyak atsiri buah pala. Konsentrasi minyak atsiri

buah pala (%)

Konsentrasi efektif minimum (%)

Jumlah lalat buah terperangkap (ekor) 100

15 262,12

75 50 25

(22)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi minyak atsiri buah pala berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap rata-rata jumlah serangga terperangkap per hari, waktu kematian lalat buah setelah kontak atau terkena minyak atsiri buah pala, dan waktu kematian lalat buah setelah masuk perangkap. Makin tinggi konsentrasi minyak atsiri buah pala makin tinggi daya atraktansinya terhadap lalat buah jantan, makin cepat proses kematiannya setelah kontak dengan minyak atsiri buah pala, dan semakin cepat pula kematiannya setelah mencium bau minyak atsiri buah pala. Masa aktif masing-masing konsentrasi di lapang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) sampai 45 hari. Ada tiga jenis lalat buah yang tertarik terhadap minyak atsiri buah pala yaitu Bactrocera parambolae, B. papayae, dan B. umbrosa dan yang dominan adalah B. carambola, dan B papayae. Waku yang diperlukan untuk membunuh 50% (LT50) lalat buah yang diujikan untuk konsentrasi 100% adalah 30,2 menit, LT50 untuk konsentrasi 75% adalah 50,12 menit, LT 50 untuk konsentrasi 50% adalah 98 menit, dan LT 50 untuk konsentrasi 25% adalah 141 menit. Sedangkan LC50 minyak atsiri buah pala adalah 71 menit. Konsentrasi efektif minimun (MEC) minyak atsiri buah pala adalah 15% dengan jumlah lalat buah terperangkap 262,12 ekor.

6.2. Saran

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Asian Fruit Fly IPM Project. 2011. Field Exercise Guide on Fruit Flies Integrated Pest

Management for farmer’s field school and training of trainers courses on Fruit

flies Integrated Pest Management. Area-wide Integrated Pest Management of Fruit Flies in South and Southeast Asia. 58 hal

Alexander, B.H., Beroza, T.A. Oda, L.F. Steiner, D.H. Miyashita, and W.C. MitChell. 1962. The development of male melon fly attractants. J. Agric. and Food Chem. 10:270-276 Balai Karantina Boom Baru. 2003. Laporan Tahunan Pemantauan Lalat Buah di Sumatera

Selatan. Palembang. (Online)

Clausen, C.P.; Clancy, D.W.; Chock, Q.C. (1965) Biological control of the oriental fruit fly (Dacus dorsalis Hendel) and other fruit flies in Hawaii. United States Department of Agriculture, Technical Bulletin No. 1322, 102 pp

Djojosumarto, P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbi Kanisius, Yogyakarta. 211 hal.

Effendi, T.A., R. Rani, dan S. Samad. 2010. Pengujian beberapa jenis tanaman sebagai sumber atraktan lalat buah (Bactrocera spp.)(Diptera: Tephritidae) pada tanaman cabai (Capsicum annuum L.)

Ferrar, P. - Fruit Flies in Asia (especially Southeast Asia). Species, biology and management.

20 hal. (Online)

http://ipm.ait.asia/test/inception/IWS_DOCS/FRUIT%20FLIES%20IN%20ASI A%20paper-Paul-27%20Aug.%202010.pdf. Diakses 5 Pebruari 2014.

Ghanim, NM. 2013. Influence of Methyl Eugenol diluted with Paraffin Oil on Male Annihilation Technique of Peach Fruit Fly, Bactrocera zonata (Saunders)(Diptera: Tephritidae). Entomol Omithol Herpestol 2:114.

Herlinda, S., R. Mayasari, T. adam, Y. Pujiastuti, dan Y. Windusari. 2007. Populasi dan serangan lalat buah Bactrocera dorsalis (Hendel) (Diptera: Tephritidae) serta potensi parasitoidnya pada pertanaman cabai (Capsicum annuum L.). Kongres Ilmu Pengetahuan Wilayah Indonesia Bagian Barat.

Hardy, D.E. 1997. The Fruitflies (Diptera: Tephritidae) Bordering Countries. Pacific Insects Monograph. 31:1-353 (RAE 62:2962)

(24)

Koyama, J. (1989) Pest status; south-east Asia and Japan. In: World Crop Pests 3(A). Fruit flies; their biology, natural enemies and control (Ed. by Robinson, A.S.; Hooper, G.), pp. 63-66. Elsevier, Amsterdam, Netherlands

Lawrence, B.M., 1990. Comperative chemical composition of various nutmeg oils. Perfumer & Flavorist. 15:66

Muryati, A. Hasyim, dan W. Jan de Kogel. 2004. Distribusi Spesies Lalat Buah di Sumatera Barat dan Riau. Balai Penelitian Tanaman Buah Solok. Solok.

Samad, S., Arinafril, dan Abdi, N. Pengaruh methyl eugenol dalam pengendalian hama lalat buah Bactrocera dorsalis pada tanaman cabe di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

Singh, S. 2003. Efects of Aqueous Extract of Neem Seed Kernel and Azadiracthin on the Fecundity and Post-Embryonic Development of the Melon Fly, Bactrocera cucurbitae and the Oriental Fruit Fly, Bactrocera dorsalis Complex (Diptera: Tephritidae). Departemant of Zoology, University of Delhi, Delhi, India.

Singh,S. dan R.P. Singh. 1998. Neem (Azadirachta indica) seed kernel extracts and Azadirachtin as oviposition deterrents the Melon fly (Bactrocera dorsalis). Department of Entomology, India Agricultural Research Institute New Delhi. India.

Siwi, S.S, P. Hidyat, dan Suputa. 2006. Taxonomi dan bioekologi lalat buah penting di Indonesia (Diptera: Tephritidae). Kerjasama Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian dengan Departement of Agriculture, Fisheries and Forestry Australia.65 hal

Sodiq, M. 1994. Pengendalian lalat buah dengan tindakan agronomis. Makalah Acara Pertemuan Konsultasi Alih Teknologi Perlindungan Tanaman Hortikultura, Malang.

Sosromarsono, S., J. Soejitno, M. Amir, S. Sastrosiswojo, dan Suhardi. 1988. Peranan pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman pangan. Makalah Simposium Penggunaan Pestisida Secara Bijaksana. Himpunan Perlindungan Tumbuhan Indonesia, Jakarta. 51 hal.

.

Sutrisno, S. 1991. Current fruit fly problems in Indonesia. In Kawasaki, O., K. Iwahashi, and K.Y. Kaneshiko (Eds.) Procceding of international symposium on the biology and control of fruit flies. Okinawa-Japan 2-4 September. Hal.72-78

Susila, W., W. Supartha, dan Kt. Sumiartha. 2014. Uji efektivitas minyak atsiri buah pala sebagai atraktan dan insektisida nabati lalat buah (bactrocera dorsalis complex. Laporan Penelitian Unggulan Udayana. 31 hal.

(25)

Warton, R. 1987. An Identification manual for the North American Genera of the family Braconidae (Hymenoptera). The Entomological Society of Washington

Gambar

Gambar 2. Komposisi spesies lalat buah yang terperangkap di lapang
Tabel 3. Kematian lalat buah setelah masuk perangkap
Tabel 4 terlihat bahwa waktu paling singkat yang diperlukan untuk membunuh 50% (LT50) lalat

Referensi

Dokumen terkait

Maka penelitian ini dapat membuktikan bahwain formasi komponen OCI yang terdiri dari keuntungan (kerugian) bagian efektif instrument lindung nilai arus kas dan

Dari pengolahan data diketahui bahwa nilai CR pada hubungan antara variabel persepsi kualitas layanan dengan variabel kepuasan pelanggan, seperti tampak pada tabel 4.8 adalah

Berdasarkan Teorema 3.1.3 di atas, jelas bahwa setiap titik di graf pangkat

Pada cluster masalah yang telah diolah dan dianalisa, didapatkan nilai kesepakatan dari kelima responden secara keseluruhan dengan tingkat kesepakatan W=0.36 yang menyatakan

Artinya pengaruhnya sangat kuat, dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menyebutkan posisi dominan merupakan suatu keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai

Penulis dapat mengatakan bahwa pelaksanaan pengawasan tahunan yang dilakukan oleh Inspektorat Kota Baubau terhadap capaian kinerja Badan Kepegawaian Daerah Kota Baubau

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian tepung daging limbah ikan lele sepenuhnya dapat menggantikan tepung ikan tanpa mempengaruhi bobot potong, namun

Ahmad Iqbal, lahir di Medan 12 Agustus 1988 menyelesaikan Program D3 Ilmu Komputer di Universitas Sumatera Utara, dan melanjutkan pendidikan Sarjana di USU, hingga