• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNGGULAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNGGULAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (ISPA)

PADA PETANI DENGAN METODE DPSEEA DALAM LINGKUP HEALTH IMPACT ASSESSMENT (HIA) DI DESA

CIPADANG KABUPATEN PESAWARAN

(DESA BINAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2021

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

PENGABDIAN DOSEN UNIVERSITAS LAMPUNG

Judul Pengabdian : Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pencegahan

Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) Pada Petani Dengan Metode Dpseea Dalam Lingkup Health Impact Assessment (HIA) Di Desa Cipadang Kabupaten Pesawaran (Desa Binaan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung) Ketua Pengabdian

a. Nama Lengkap : dr. Winda Trijayanthi Utama, S.Ked.,S.H, MKK

a. NIDN : 0001026706

b. SINTA ID : 6680607

c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

d. Program Studi : Pendidikan Kedokteran

e. Nomor HP : 085266558000

f. Alamat Surel (e-mail) : wtrijayanthi@gmail.com Anggota (1)

a. Nama Lengkap : Sutarto, SKM,M.Epid

b. NIDN : 0001087204

c. SINTA ID : 6135227

d. Program Studi : Pendidikan Kedokteran Anggota (2)

a. Nama Lengkap : dr. Ratna Dewi Puspita Sari, S. Ked., Sp.OG

b. NIDN : 0215048001

c. SINTA ID : 6148241

d. Program Studi : Pendidikan Kedokteran Jumlah mahasiswa yang terlibat : 5 orang

Jumlah alumni yang terlibat : - Jumlah staf yang terlibat : -

Lokasi kegiatan : Desa Cipadang Kabupaten Pesawaran

(Desa Binaan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung)

Lama kegiatan : ± 6 Bulan

Biaya penelitian : Rp. 20.000.000

Sumber dana : DIPA BLU Unila

Bandar Lampung, 02 November 2021 Mengetahui,

Dekan FK UNILA Ketua Pengabdian,

(DR. Dyah Wulan SRW, SKM, M.Kes) (dr. Winda TU, S.Ked.,S.H, MKK) NIP. 19720628 199702 2 001 NIP. 198701082014042002

Menyetujui,

Sekretaris LPPM UNILA

(Rudy, S.H., LL.M., LL.D) NIP. 198101042003121001

(3)

IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1. Judul Pengabdian : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (ISPA) PADA PETANI DENGAN METODE DPSEEA DALAM LINGKUP HEALTH IMPACT ASSESSMENT (HIA) DI DESA CIPADANG

KABUPATEN PESAWARAN 2. Tim Pengabdian

No Nama Jabatan Bidang Keahlian

Program Studi

Alokasi Waktu (jam/minggu) 1. dr. Winda

Trijayanthi Utama, S.Ked.,S.H

Ketua Ilmu Kedokteran Kerja

Pendidikan Kedokteran

6

2. Sutarto, SKM,M.Epid.

Anggota Epidemiologi Pendidikan Kedokteran

4 3 dr. Ratna

Dewi PS, S.Ked., Sp.OG

Anggota Obstetri dan Ginekologi

Pendidikan Kedokteran

4

3. Objek Pengabdian:

Objek pengabdian ini adalah Petani di Desa Cipadang Kabupaten Pesawaran (Desa Binaan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung)

Pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan petani dalam kegiatan mencegah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) pada petani dengan metode DPSEEA dalam lingkup health impact assessment (HIA)

4. Masa Pelaksanaan

Mulai : bulan April Tahun 2021 Berakhir : bulan September tahun 2021 5. Usulan Biaya : Rp. 20.000.000,-

6. Lokasi Pengabdian: Desa Cipadang Kabupaten Pesawaran (Desa Binaan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung)

(4)

7. Instansi lain yang terlibat (jika ada, dan uraikan apa kontributornya)

Instansi yang terlibat adalah instansi lokal yang berada di Desa Cipadang Kabupaten Pesawaran (Desa Binaan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung)

8. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu terhadap masyarakat (uraikan tidak lebih dari 50 kata.

Hasil pengabdian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan petani dalam mencegah ISPA dengan metode DPSEEA dalam lingkup HIA yang disebabkan oleh banyak factor seperti paparan pestisida, hazard biologi serta kebiasaan merokok. Adanya peningkatan kesadaran dan kewaspadaan akan bahaya ISPA tersebut, diharapkan akan meningkatkan partisipasi aktif petani dalam kesehatan lingkungan.

(5)

ABSTRAK

Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura.

ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari.

Dalam model DPSEEA (Driving force, Pressure, State, Exposure, Effect, Action) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang berkaitan dengan terjadinya infeksi pernapasan. Beberapa faktor tersebut adalah kondisi sosial ekonomi, kemiskinan, ketidakcukupan dalam pengendalian dan kebijakan lingkungan yang memberikan paparan terhadap faktor hazard pekerjaan, lalu lintas jalan, bahan buangan industri, perumahan yang kurang layak, ketidakcukupan tempat penampungan sampah, polusi udara dalam ruangan, kepadatan penghuni rumah yang tinggi, ketidakcukupan gizi, paparan polusi dari lingkungan, dan paparan patogen biologi yang akan mengakibatkan terjadinya ISPA. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian ini adalah: melakukan skrining pengetahuan petani tentang ISPA, melakukan percobaan model DPSEEA, mengaplikasikan simulasi model DPSEEA, melakukan monitoring dan evaluasi model DPSEEA pada petani untuk tentang mengurangi resiko kejadian ISPA akibat hazard pertanian. Diharapkan seluruh kegiatan yang direncanakan dapat meningkatkan pengetahuan pada petani untuk tentang mengurangi resiko kejadian ISPA akibat hazard pertanian dalam lingkup Health Impact Assessment (HIA).

Kata kunci: Driving force, Pressure, State, Exposure, Effect, Action; Hazard;

Health Impact Assessment; Infeksi Saluran Pernapasan Atas.

(6)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. ANALISIS SITUASI

Desa Cipadang adalah salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, Indonesia. Lokasi desa ini tidak jauh dengan Ibukota Kabupaten Pesawaran. Daerah ini kaya akan sumberdaya alam pertanian, perkebunan dan kehutanan. Secara umum memiliki iklim hujan tropis sebagaimana iklim Provinsi Lampung pada umumnya, curah hujan per tahun berkisar antara 2.264 mm sampai dengan 2.868 mm dan hari hujan antara 90 sampai dengan 176 hari/tahun. Dari luas keseluruhan desa Cipadang tersebut digunakan sebagai lahan sawah, sedangkan sisanya yaitu merupakan lahan bukan sawah dan lahan bukan pertanian. Jenis penggunaan lahan sawah yang terbanyak adalah irigasi tehnis dengan dua kali penanaman padi dalam setahun. Sedangkan jenis penggunaan lahan bukan sawah yang terbanyak adalah hutan negara.

Penduduk yang berdomisili di desa ini terdiri dari berbagai suku antara lain suku Lampung, Jawa, dan Sunda. Penduduk di desa Cipadang tersebar di beberapa titik.

Mayoritas penduduk di pulau ini berkerja sebagai petani serta beberapa penduduk ada yang memelihara ternak dan sebagian ada yang bekerja sebagai pedagang. Latar Belakang pekerjaan sebagai petani ini yang menjadi latar belakang dalam pengabdian ini.

Gambar 1. Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Desa Binaan antara FK Unila dengan Desa Cipadang

(7)

B. PERMASALAHAN MITRA

Mayoritas dari penduduk di desa Cipadang bermata pencaharian sebagai petani, lebih tepatnya adalah petani tradisional. Aktifitas pada petani masih menggunakan alat seadanya serta tanpa menghiraukan Alat Pelindung Diri (APD). Penggunaan APD yang tidak tepat dapat menyebabkan permasalahan kesehatan salah satunya adalah gangguan pernapasan hingga ISPA. Hal ini dikarenakan tanpa menggunakan APD, petani mudah terpapar pestisida yang digunakan petani pada saat bertani.

Selain itu dapat diperparah dengan kebiasaan merokok yang dimiliki oleh petani.

C. TUJUAN KEGIATAN

Pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat mengenai penyakit paru khususnya adalah ISPA. Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat, terutama petani, memiliki pengetahuan yang baik mengenai ISPA, sehingga dapat melakukan upaya pencegahan dengan cara model DPSEEA pada petani untuk tentang mengurangi resiko kejadian ISPA akibat hazard pertanian.

D. MANFAAT KEGIATAN

Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan dari petani di desa Cipadang, yaitu dengan cara menerapkan pola hidup yang lebih sehat. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh nelayan dalam menerapkan pola hidup sehat antara lain adalah menggunakan APD saat bertani serta menghindari kebiasaan merokok yang merupakan salah satu factor resiko dari ISPA serta upaya pencegahan dengan cara model DPSEEA pada petani untuk tentang mengurangi resiko kejadian ISPA akibat hazard pertanian.

(8)

BAB 2.

SOLUSI DAN TARGET LUARAN

A. SOLUSI

Permasalahan pada mitra lebih terkait pada kurangnya pengetahuan petani akan bahaya ISPA. Selain itu beberapa masalah yang terkait antara lain adalah :

1. Kesadaran nelayan terhadap penggunaan APD yang tepat 2. Pengetahuan kurang terhadap bahaya merokok

3. Upaya pencegahan dengan cara model DPSEEA pada petani untuk tentang mengurangi resiko kejadian ISPA akibat hazard pertanian.

Dari beberapa masalah di atas, intervensi yang tepat adalah dengan memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalam penggunaan APD yang tepat, menghilangkan kebiasaan merokok serta upaya pencegahan dengan cara model DPSEEA pada petani untuk tentang mengurangi resiko kejadian ISPA akibat hazard pertanian.

Solusi dilakukan secara bertahap yaitu dengan pendidikan atau edukasi, kerjasama dengan institusi lokal, serta memberikan salah satu solusi dalam menghilangkan kebiasaan merokok.

Media edukasi yang digunakan adalah leaflet, powerpoint serta membuat kalender berhenti merokok. Kegiatan dilakukan dengan memperhatikan protocol kesehatan dengan 3 M yaitu Menjaga Jarak, Memakai Masker, Mencuci tangan dengan Sabun/

Hand sanitizer.

Target yang diharapkan dari hasil pengabdian ini adalah masyarakat khususnya petani dapat memperhatikan APD (misalkan penggunaan masker) serta adanya upaya berhenti dalam perilaku merokok.

(9)

B. JENIS LUARAN

Luaran yang diharapakan dengan kegiatan ini adaah terkonsepnya suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat terkait upaya pencegahan dengan cara model DPSEEA pada petani untuk tentang mengurangi resiko kejadian ISPA akibat hazard pertanian.

DPSEEA memberikan model hierarki yang menggambarkan berbagai tindakan untuk mengatasi beberapa macam penyebab yang berperan terhadap kesehatan dari lingkungan atau perilaku yang berhubungan. DPSEEA menampilkan berbagai level tindakan yang dapat mengurangi dampak kesehatan tersebut. DPSEEA bisa dikembangkan bagi sebagian besar faktor risiko kesehatan dan bagi outcome yang berhubungan dengan kesehatan itu sendiri.

Gambar 2. Gambaran Konsep Evaluasi, Manajemen dan Penilaian Kesehatan Lingkungan

Indikator lingkungan hanya menggambarkan lingkungan tanpa melibatkan dampak terhadap kesehatan. Begitu pula dengan indikator kesehatan hanya status atau tren kesehatan tanpa ada kaitan langsung dengan lingkungan. Sedangkan indikator

(10)

kesehatan lingkungan menitikberatkan pada faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia. Dua tipe indikator kesehatan lingkungan bisa dibedakan menjadi hal – hal yang berkaitan dengan pajanan dan yang berkaitan dengan efek kesehatan. Indikator berdasarkan pajanan (misalnya kadar polusi udara) bisa digunakan untuk memprediksi risiko di masa yang akan datang dengan menggunakan pengetahuan terkini tentang hazard lingkungan. Sedangkan indikator berdasarkan efek (misalnya angka kejadian diare di populasi) bisa digunakan untuk menyimpulkan penyebab buruknya kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan berdasarkan pengetahuan epidemiologi. Dalam konteks kesehatan lingkungan, lingkungan berkaitan dengan semua faktor manusia itu sendiri termasuk fisik, biologi, sosial, budaya dan lain sebagainya yang dapat mempengaruhi status kesehatan populasi.

Framework DPSEEA paling cocok untuk mengembangkan indikator kesehatan lingkungan untuk menilai dan memonitor kerentanan kesehatan manusia, untuk membantu merancang dan menargetkan intervensi, dan mengukur efektivitas adaptasi suatu faktor risiko lingkungan dan aktivitas pencegahannya. Lebih jauh, indikator kesehatan lingkungan dengan framework DPSEEA yang menggabungkan antara monitoring dan integrasi dari data kesehatan manusia, hewan dan lingkungan (termasuk tumbuhan) memiliki potensi untuk melakukan triangulasi dan mengidentifikasi masalah ekologi yang dapat muncul. Sebagai kesimpulan, pendekatan holistic dapat bertindak sebagai system peringatan untuk gangguan ekosistem dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi intervensi untuk menjaga keberlangsungan kesehatan ekologi, manusia dan hewan. Jika mekanisme keterkaitan eksplisit dan terwakili secara memadai maka intervensi dapat diterapkan lebih tinggi dari rantai sebab akibat daripada yang mungkin dilakukan berdasarkan pemantauan lingkungan atau pengawasan kesehatan sendiri.

(11)

Tabel 2. Indikator Kesehatan dalam Framework DPSEEA:

Contoh menggunakankontaminasi toksikologi dalam pestisida.

Indikator Deskriptif Indikator Tindakan Driving Force

Pressure

State

Exposure

Effect

Tingkat kemiskinan dalam komunitas.

Persentase petani dengan hazard yang tak aman Toksikologi dalam pestisida

Persentase populasi yang terpajan dengan kontaminan berbahaya Kesakitan dan kematian akibat toksikologi pestisida

Perbaikan sanitasi dan lingkungan kerja

Menyediakan APD pada sejumlah petani

Surveilans toksikologi dan treatment terhadap toksikologi.

Program edukasi publik tentang hazard pada pertanian dan treatment di rumah.

Sejumlah kasus diobati di rumah sakit dan klinik

(12)

BAB 3.

METODE PELAKSANAAN

Kegiatan ini dilakukan beberapa tahapan. Kegiatan diawali dengan penyusunan rencana dan proposal kegiatan pengabdian, kemudian mengurus surat yang ditujukan kepada mitra dan perizinan. Setelah itu dilakukan penyuluhan diikuti demo. Kegiatan berikutnya adalah evaluasi program, evaluasi program, dan tahapan terakhir memberikan feed back serta penyusunan laporan.

Gambar 3. Alur Kegiatan Pengabdian

Penyusunan Proposal dan Rencana Kegiatan

Perijinan Mitra

Penyuluhan dan

Demo Evaluasi Kegiatan

Evaluasi Pengabdian

Penyusunan Laporan

(13)

BAB 4.

HASIL PENGABDIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Karakteristik

Data karakteristik yang diperoleh meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3. Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Frekuensi % (N=103) Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan 58

45

56.3 43.7 Usia

Dewasa (18-44) 19 18.4

Lansia awal (45-54) 36 35.0

Lansia akhir (55-64) 31 30.1

Manula (>64) 17 16.5

Pendidikan terakhir

SD 47 45.6

SMP 38 36.9

SMA/sederajat 15 14.6

Perguruan tinggi 3 2.9

Total 103 100.0

4.2 Sikap Terhadap Kesehatan

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Sikap terhadap Kesehatan ISPA Sikap terhadap

Kesehatan

Frekuensi % (N=103) Positif

Negatif

48 55

46.6 53.4

Total 103 100.0

Pada tabel 4. diketahui bahwa petani yang memiliki sikap terhadap kesehatan negatif lebih banyak, yaitu sebesar sedangkan petani yang memiliki sikap positif terhadap kesehatan sebesar 46,6%.

(14)

4.3 Sumber Pengobatan

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Sumber Pengobatan ISPA Sumber Pengobatan Frekuensi % (N=103) Campuran (medis dan CAM)

Medis CAM

31 55 17

30.1 53.4 16.5

Total 103 100.0

Pada tabel 5. diketahui bahwa petani yang menggunakan pengobatan medis lebih banyak yaitu sebesar 53,4%, sedangkan petani yang menggunakan pengobatan CAM sebesar 30,1% dan campuran (medis dan CAM) sebesar 16,5%

4.4 Upaya Pengobatan

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Upaya Pengobatan ISPA Upaya Pengobatan Frekuensi % (N=103) Preventif dan Kuratif

Kuratif

31 72

30.1 69.9

Total 103 100.0

Pada tabel 6. diketahui bahwa petani yang melakukan upaya pengobatan kuratif lebih banyak dibandingkan dengan preventif dan kuratif, yaitu sebanyak 72 orang (69,9%), sedangkan petani yang melakukan upaya preventif dan kuratif sebesar 30,1%.

4.5 Kualitas Hidup

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup

Kualitas Hidup Frekuensi % (N=103)

Baik 47 45.6

Buruk 56 54.4

Total 103 100.0

Pada tabel 7. diketahui bahwa responden yang memiliki kualitas hidup buruk lebih banyak dibandingkan kualitas hidup baik, yaitu sebanyak 56 orang (54,4%).

(15)

4.6 Pembahasan

Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura.

Dalam model DPSEEA (Driving force, Pressure, State, Exposure, Effect, Action) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang berkaitan dengan terjadinya infeksi pernapasan. Beberapa faktor tersebut adalah kondisi sosial ekonomi, kemiskinan, ketidakcukupan dalam pengendalian dan kebijakan lingkungan yang memberikan paparan terhadap faktor hazard pekerjaan yang akan mengakibatkan terjadinya ISPA. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian ini adalah: melakukan skrining pengetahuan petani tentang ISPA, melakukan percobaan model DPSEEA, mengaplikasikan simulasi model DPSEEA, melakukan monitoring dan evaluasi model DPSEEA pada petani untuk tentang mengurangi resiko kejadian ISPA akibat hazard pertanian. Diharapkan seluruh kegiatan yang direncanakan dapat meningkatkan pengetahuan pada petani untuk tentang mengurangi resiko kejadian ISPA akibat hazard pertanian dalam lingkup Health Impact Assessment (HIA).

(16)

BAB 5.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Petani disarankan untuk dapat lebih meningkatkan kesadaran terhadap penyakit ISPA dengan melakukan pengecekan setiap sebulan sekali, melakukan modifikasi gaya hidup agar terhindar dari risiko, dan pada penderita ISPA dapat mengonsumsi obat secara rutin.

5.2 Saran

Kegiatan ini diharapkan dapat:

 Meningkatkan derajat kesehatan dari petani di desa Cipadang, yaitu dengan cara menerapkan pola hidup yang lebih sehat. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh nelayan dalam menerapkan pola hidup sehat antara lain adalah menggunakan APD saat bertani serta menghindari kebiasaan merokok yang merupakan salah satu factor resiko dari ISPA serta upaya pencegahan dengan cara model DPSEEA pada petani untuk tentang mengurangi resiko kejadian ISPA akibat hazard pertanian.

 Terbentuknya POS UKK Desa Cipadang sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat terhadap penyakit akibat kerja.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

1. Health Impact Assesment. Practical Guide. 2007. University New South Wales, Australia.

2. Leonard, B Larrer. 1990. HIA. Dewan Penelitian Medis Afrika Selatan, Oxford University.

3. Corvalan Carlos F, Kjellstorm Tord, Smith Kirk R. Health, Environment and Sustainable Development. Identifying Risk and Indicator to Promote Action.

Epidemiology. 1999, vol. 10, No. 5.

4. WHO. Chapter 7: Framework for Linkages between Health, Environmental and Development.

5. WHO. Quantification of the diseases burden attributr to environmental risk factors. 2006.

6. Kay D, Pruss A, Corvalan C, Methodology for assessment of Environmental burden of disease. ISEE session on environmental burden of disease,

Buffalo, August 22nd, 2000, WHO, Geneva

7. Pruss-Ustun A, Mathers C, Corvalan C, Woodward A, Assessing the environmental burden of disease at national and local level – Introduction and Methods, Environmental Burden of Disease Series, No.1, WHO, Geneva, 2003.

8. Ezzati M, Comparative risk assessment in the global burden of disease study and the environmental health risks. Methodology for assessment of

environmental burden of disease, Annex 4.1. ISEE session on environmental burden of disease, Buffalo, August 22nd, 2000, WHO, Geneva

9. Briggs. 2003. Making a defference: indicators to improve children’s environmental health. Summary, Prepared on behalf of The World Health Organization. London: Departement of Epidemiology and Public Health.

Imperial College of Science Technology and Medicine.

10. Anne BK, Arthur CP et al, Dealing with uncertainties in environmental burden of disease assessment. Environmental health 2009, 8:21

(18)

11. Country profile of Environment burden of disease, Public health and the environment. Geneva. 2009.

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun Pedoman kita tidak bisa membahas hal spesifik dari setiap hukum yang berlaku bagi bisnis ADM, Anda dan masing-masing agen yang mewakili ADM harus mengetahui, memahami,

Strategi dalam mengatasi kemiskinan dan ketimpangan sosial dalam pembangunan inklusif pada sektor pariwisata sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembangunan yang

Dengan kondisi guru-guru yang belum banyak menguasai teknik analisis data menggunakan SPSS maka perlu diadakan Pelatihan Analisis Data dengan menggunakan aplikasi

Harapan pemberian penyuluhan kesehatan ini adalah meningkatnya kognitif (pengetahuan dan pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (tindakan) remaja tentang

Pemahaman tentang protokol kesehatan dalam pandemi COVID-19 merupakan salah satu cara untuk memulihkan kesehatan masyarakat dan kondisi ekonomi global. Pemahaman ini dapat

Sejak pandemi Covid 19, pembelajaran di sekolah-sekolah dilakukan secara online termasuk di sekolah dasar (SD). Guru-guru SD banyak menggunakan zoom meeting atau Whatsapp

Kekerasan fisik dalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNGGULAN UNIVERSITAS LAMPUNG SOSIALISASI DAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) DAMPAK DESTRUCTIVE FISHING TERHADAP KEBERLANJUTAN SEKTOR