• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Memotivasi Peserta Didik Menghafal Al-Qur'an di SMAN 1 Bulukumba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Memotivasi Peserta Didik Menghafal Al-Qur'an di SMAN 1 Bulukumba"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

CHUSNUL HATIMAH NIM: 20100119042

Dosen Pembimbing:

Dr. Muhammad Yahdi, M.Ag.

Dr. H. Munawir K., M.Ag.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2023

(2)

iii

NIM : 20100119042

Tempat Tanggal Lahir: Bulukumba, 8 Agustus 2001 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Perumahan Hertasning Madani Pao pao

Judul : “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Memotivasi Peserta Didik Menghafal Al-Qur‟an Di SMAN 1 Bulukumba”

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, baik sebagaian atau keseluruhannya maka skripsi beserta gelar yang didapatkan batal demi tegaknya hukum yang berlaku.

Samata, 12 Februari 2023

Penyusun,

Chusnul Hatimah NIM: 20100119042

(3)
(4)

iv

ُجَلاَّصنا َو ، ًٍََُِْناَعْنا ِّب َز ِللهِ ُد ًَْحْنَا ٍدًََّحُي اََِدَُِّس ٍَُِْهَس ْسًُْنا َو ِءاَُِثََْلأْا ِف َسْشَأ ًَهَع ُوَلاَّسنا َو

ُدْعَت اَّيَأ . ٍَُِْعًَْجَأ ِهِثَحْصَا َو ِهِنَا ًَهَع َو

Segala puji bagi Allah swt seru sekalian alam, shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw, para sahabat, keluarga serta pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.

Peneliti menyadari bahwa sejak persiapan dan proses penelitian ini terdapat banyak kesulitan dan tantangan yang dihadapi, namun berkat ridha dari Allah swt, dan bimbingan dari berbagai pihak maka segala kesulitan dan tantangan yang dihadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, lewat tulisan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang turut membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Peneliti mengucapkan permohonan maaf dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Ibunda saya yaitu Nurlina dan Ayahanda saya yaitu Andi Syamsu Alam yang telah membesarkan, mendidik, mendoakan, memberikan dukungan, motivasi, dan mencurahkan kasih sayang serta membiayai selama jenjang pendidikan peneliti. Semoga Allah swt senantiasa merahmati dan meridai setiap langkah kalian.

Begitu pula peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Hamdan, M.A., Ph.D., Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr.

H. Mardan, M.Ag., Wakil Rektor I, Prof. Dr. Wahyuddin, M.Hum., Wakil

(5)

v

memperoleh ilmu baik dari segi akademik maupun ekstrakurikuler.

2. Dr. H. A. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, Dr. M. Shabir U., M.Ag. Wakil Dekan I, Dr. H. M.

Rusdi, M.Ag., Wakil Dekan II, dan Dr. H. Ilyas, M.Pd., M.Si. Wakil Dekan III, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

3. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A. dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I Ketua dan sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan motivasi selama peneliti menempuh kuliah berupa ilmu, nasihat, sampai peneliti dapat menyelesaikan kuliah.

4. Dr. Muhammad Yahdi, M.Ag. dan Dr. H. Munawir K., M.Ag. Pembimbing I dan II yang telah bersedia dan sabar meluangkan waktu memberi arahan, koreksi, pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini serta membimbing peneliti sampai tahap penyelesaian.

5. Dr. H. Syamsul Qamar, M.Th.I. dan Dr. Idah Suaidah, M.H.I. Penguji I dan II yang telah memberi arahan, koreksi, masukan dan pengetahuan baru dalam perbaikan skripsi ini.

(6)

vi

7. Kepala Sekolah, Para Guru, dan Staf Pendidik serta adik-adik di Sman 1 Bulukumba yang telah membantu peneliti dalam memperoleh informasi.

8. Kepada Suami saya Ibnu Munzir Husain, S.Pd.I., M.Pd. yang selalu mendoakan, memberi dukungan, motivasi, dan memberi semangat serta ikut berperan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Kepada Saudari Fadliatun Mutmainnah, Saudara Nur Ihsan, dan Kakanda Rusdianto, S.Pd.I., M.Pd. yang berperan dalam penyusunan skripsi ini, saya ucapkan terima kasih atas dukungan, motivasi, dan semangat serta senantiasa mendoakan peneliti.

10. Kepada teman seperjuangan saya Saudari Emilina, Kamriah, dan Nurfadillah yang telah membantu, memberikan motivasi dan dorongan serta selalu memberikan semangat sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada semua teman-teman Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2019, terkhusus kepada kelas PAI A dan PAI B yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuan, nasihat, dan semangatnya sehingga peneliti bisa sampai dititik ini.

12. Kepada teman-teman alumni SD, SMP, SMA, peneliti ucapkan terima kasih telah memberikan motivasi, semangat, dan dorongan untuk terus menyusun skripsi ini hingga selesai.

(7)

vii

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, peneliti berharap akan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih sebanyak- banyaknya untuk semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua orang. Aamiin.

Penyusun,

Chusnul Hatimah NIM: 20100119042

(8)

viii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 10

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Kajian Pustaka ... 11

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN TEORETIS... 17

A. Strategi Guru PAI dalam Memotivai Peserta Didik Menghafal Al- Qur‟an ... 17

B. Pengertian Guru ... 19

C. Definisi Motivasi peserta didik Menghafal Al-Qur‟an ... 21

D. Menghafal Al-Qur‟an ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Lokasi Penelitian ... 34

C. Pendekatan Penelitian ... 34

D. Sumber Data ... 34

E. Metode Pengumpulan Data... 35

F. Instrumen Penelitian... 37

G. Teknik Pengelolaan Data dan Analisis Data ... 38

H. Pengujian Keabsahan Data ... 39

(9)

ix

A. Kesimpulan ... 67

B. Implikasi Penelitian ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 70

BIOGRAFI PENULIS ... 85

(10)

x

Tabel 4.2 Staf Tata Usaha SMAN 1 Bulukumba ... 50 Tabel 4.3 Pembina Ekstrakulikuler Program Tahfizh SMAN 1 Bulukumba .. 50 Tabel 4.4 Keadaan Sarana dan Prasarana SMAN 1 Bulukumba ... 51

(11)

xi

Didik Menghafal Al-Qur‟an di SMAN 1 Bulukumba.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mendeskripsikan strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam memotivasi peserta didik menghafal al-Qur‟an. 2) Mendeskripsikan motivasi peserta didik menghafal al-Qur‟an. 3) Mendeskripsikan faktor pendukuang dan penghambat yang dihadapi guru dalam memotivasi peserta didik menghafal al-Qur‟an. 4) Mendeskripsikan solusi terhadap masalah yang dihadapi guru dalam memotivasi peserta didik menghafal al-Qur‟an.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Setiap pembelajaran guru membiasakan peserta didik untuk selalu membaca al-Qur‟an dengan memberi contoh kepada peserta didik, memberikan apresiasi peserta didik dengan memberikan sebuah hadiah apabila peserta didik mampu menghafal dengan baik dan cepat, guru dan pembina selalu menyampaikan hadist tentang keutamaan menghafal al-Qur‟an kepada peserta didik. 2) Pada tahap memotivasi peserta didik menghafal al-Qur‟an adalah ingin menjadi orang yang mampu menjaga kitab Allah, agar dapat mendalami ilmu al-Qur‟an, ingin mendapatkan berkah dari al-Qur‟an, ingin menjadi hafidzah, dorongan dari orang tua, dorongan dari keluarga besar, dorongan dari teman atau sahabat, dorongan dari guru, dorongan dari lingkungan sekitar, agar bisa mengajarkan masyarakat yang belum bisa membaca al-Qur‟an. 3) Faktor pendukung dalam meningkatkan kemampuan menghafal al-Qur‟an peserta didik adalah, diperlukan adanya fasilitas yang memadai, dukungan dari pihak sekolah dan juga dukungan dari orang tua peserta didik. Faktor penghambat keterbatasan waktu penyetoran hafalan menjadi salah satu faktor penghambat karena program ini tidak memaksakan dan tetap di lakukan secara rileks, tidak menekan dan sesuai kemampuan peserta didik. 4) seorang guru dan pembina mampu memahami suatu keadaan seperti halnya peserta didik yang lebih sering membuka handphone dari pada belajar dan menghafal al-Qur‟an maka dari itu pembina memberikan pendekatan kepada peserta didik dengan cara tidak memberikan tekanan atau paksaan.

Implikasi dari penelitian ini adalah peneliti berharap peserta didik terus bersemangat dalam pembelajaran al-Qur‟an dan terus meningkatkan kemampuan dalam menghafal al-Qur‟an, baik berupa tajwid, makhorijul huruf, dan memahami isi kandungan di dalam al-Qur‟an. Diharapkan juga guru Pendidikan Agama Islam selalu memberikan motivasi kepada para peserta didik dengan cara memberikan hadiah sebagai betuk apresiasi dari guru dan pembina.

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an merupakan kitabullah yang diwahyukan Allah swt kepada Nabi Muhmmad saw dengan perantara Jibril as sebagai mukjizat dan merupakan petunjuk bagi mereka yang bertaqwa serta penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya. Hal ini termuat di dalam al-Qur‟an surah al-Baqarah/2 : 1-2:

ّۤىۤنا ۚ َكِنٰذ ١ ُةٰتِكْنا َةَْ َز َل

ِهُِْف يًدُه ٍَُِْقَّتًُْهِّن

٢

Terjemahnya :

Alf laam miim, kitab al-Qur‟an ini tidak ada keraguan padanya dan petunjuk bagi mereka yang bertakwa.1

M. Quraish Shihab mengartikan takwa dengan istilah berpaling atau menghindar orang yang bertaqwa merupakan orang yang mampu berpaling dan menghindardari menyekutukan Allah swt dengan jalan yang lurus yakni beribadah dan beriman hanya kepada Allah swt senantiasa menjalankan apa yang sudah ditetapkan Allah sesuai dengan batas kemampuannya diiringi dengan ikhtiar dan tawakkal dengan benar, serta menjauhi larangannya dan menghindar dari aktifitas yang dapat membuat lupa kepada Allah swt . Takwa yaitu menjauhkan diri dari perbuatan yang dapat mendatangkan murka Allah swt dengan menjalankan apa yang sudah dimuat di dalam al-Qur‟an dan apa yang sudah disampaikan oleh Nabi Muhammad saw dengan berpegang teguh kepada warisan yang ada untuk ummat islam sebagai petunjuk, pegangan, pedoman serta arahan untuk menjalanan semua

1 Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. I; Bandung: C o r d o b a , 2020), h.2.

(13)

perintah dan menjauhi semua yang dilarang Allah swt yaitu dengan berpegang teguh kepada al-Qur‟an dan as-Sunnah.

Salah satu bentuk melaksanakan perintahnya ialah kita dapat menjaga kesucian kitabullah yakni al-Qur‟an dengan cara mempelajari, mengkaji, memahami, menghafal dan mengamalkannya. Allah swt yang menurunkan kitab suci al-Qur‟an melalui Jibril as dan kemudian di wahyukan kepada Nabi Muhammad saw serta Allah swt pula yang menjaganya hingga akhir, sebagimana firman-Nya di dalam al-Qur‟an al-Hijr/15: 9:

اََّا ٍُْحََ

اَُْن َّزََ

َسْكِّرنا اََِّا َو هَن ٌَ ْىُظِف ٰحَن ٩

Terjemahnya :

Bahwasanya Kami- lah yang telah menurunkan kitabullah (al-qur‟an) kami juga yang memeliharnya (al-Qur‟an).2

Pada ayat di atas menunjukkan bahwa selamanya al-Qur‟an akan selalu terjaga kemurnian dan kesuciannya, melalui penjagaan Allah swt dan malaikat- malaikat ciptaan-Nya. Meskipun al-Qur‟an sudah dijaga Allah swt tetapi masih banyak dari kalangan umat islam baik itu anak kecil, maupun orang dewasa dan bahkan orang yang sudah lanjut usia menghafalkan al-Qur‟an dengan segala kemampuan yang mereka miliki untuk menjaga al-Qur‟an dengan cara meraka tersendiri.

Tahfidz al-Qur‟an mengandung unsur dua kata, yaitu tahfidz yang berasal dari kata hafadza artinya (menghafal/ menjaga) sedangkan dan quran atau al-Qur‟an berawal dari kata isim masdar qara’a yang maknanya atau artinya membaca kitab suci umat islam.3 Tahfidzul quran ialah menghafal al-Qur‟an sesuai dengan urutan

2 Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. I; Bandung: C o r d o b a , 2020), h. 262.

3 M. Quraish Shihab, MukJizat al- Qur’an (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007), h.45.

(14)

yang terdapat di dalam mushaf al-Qur‟an yang bisa dimulai menghafal dari surah Al-Fatihah hingga surah an-Nas dengan maksud untuk beribadah kepada Allah dan menjalankan sunnah Nabi Muhammad saw.

Syarat-syarat dalam menghafal al-Qur‟an: mampu membersihkan hatinya, harus membetulkan dan membenahi niat yakni harus ikhlas, memiliki keteguhan dan kesabaran, serta istiqamah, menjauhkan diri dari segala yang tercela, serta izin orang tua.4 Seseorang yang ingin menghafal al-Quran haruslah memiliki hati yang bersih dan terlebih dahulu harus meluruskan hati agar niat menghafal hanya semata- mata untuk menunjukkan bakti dan ibadah kita kepada Allah swt dan sebagai bentuk komitmen untuk melestarikan al-Quran.

Ada beberapa metode dalam menghafal al-Qur‟an, diantaranya5: Pertama metode wahdah yaitu metode menghafal ayat satu demi satu dari ayat-ayat al-Qur‟an yang ingin dihafal. Kedua metode kitabah yaitu seseorang yang ingin menghafal al- Qur‟an menuliskan terlebih dahulu surah atau ayat yang ingin dihafal kemudian menghafalkan sesuai dengan yang ditulis. Ketiga metode sima’i yaitu dengan cara mendengarkan bacaan al-Qur‟an baik dengan audio atau orang lain yang membacakan (mendengarkan kemudian mengucapkan). Keempat metode gabungan (gabungan wahdah dan kitabah). Kelima metode Jama’ yaitu seorang guu melafalkan ayat dan kemudian beberapa murid mengucapkan ayat- ayat yang sedang dibacakan oleh guru tersebut (menghafal bersama- sama).

Teknik muraja’ah atau mengulang hafalan: mengkhatamkan satu minggu sekali, satu bulan sekali. Banyak sekali metode muraja’ah yang berkembang saat ini, bisa dengan muraja’ah bersama teman sejawat, dengan guru dan bahkan kita

4 Ahmad Salim, Cara Mudah Bisa Menghafal al-Qur’an (Yogyakarta: Bening, 2010), h. 45.

5 Ahmad Salim, Cara Mudah Bisa Menghafal al-Qur’an, h. 63.

(15)

baca ketika sholat atau bahkan ketika berkendara, dan ada juga yang muraja‟ah dengan merekam suaranya sendiri, kemudian jika ia lupa maka tinggal mendengarkan kembali ayat yang ia lupa dan melafalkannya.

Menghafal al-Qur`an bukanlah tugas atau pekerjaan yang mudah melainkan tugas yang sangat sulit, tentunya ada hal-hal yang dapat menghambat proses tersebut, tidak jarang ada penghafal yang berhenti ditengah jalan dan tidak melanjutkan menghafal sampai dengan selesai (30 Juz), dalam belajar kita memerlukan motivasi begitu juga dengan menghafal al-Qur‟an tentunya motivasi di sini bukan hanya dalam diri seseorang tetapi juga motivasi dari luar, hal ini sangatlah berpengaruh terhadap bertambah atau berkurangnya hafalan seseorang.

Motivasi inilah salah satu pendekatan dalam belajar mengajar yang dapat meningkatkan pemahaman seseorang dalam proses belajar sehingga ia mampu untuk mengingat, menghafal serta mengamalkan ilmunya dengan baik.

Kata motivasi berasal dari kata motif yang menunjukkan makna usaha untuk mendorong seseorang melakukan sesuatu kegiatan, yang menjadikan daya gerak aktif, terutama ketika kebutuhan untuk menggapai tujuan sangat kuat dan mendesak.6 Motivasi merupakan energi atau kekuatan yang dapat membuat seseorang melakukan sesuatu atau aktifitas untuk mencapai tujuan yang di inginkan.7 Motivasi juga dapat dipandang sebagai aturan untuk tingkah laku individu dimana kebutuhan- kebutuhan dari dalam diri seseorang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai tujuannya.8 Jadi dapat kita tarik kesimpulan bahwa motivasi ialah dorongan atau perubahan kekuatan atau energi dalam diri seseorang yang

6 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Press, 2007), h. 73.

7 Tabrani Rusyan, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: CV. Remaja Rosda Karya, 1989), h. 95.

8 Wayan Ardhana, Pokok- Pokok Jiwa Umum (Surabaya: Usaha Nasional, 1985), h. 165.

(16)

distimulasi atau di rangsang oleh sesuatu di dalam dirinya yang di tandai dengan adanya perasaan yang kemudian menghasilkan respon terhadap tujuan yang menjadi target utama atau menajdi fokus utamanya.

Sebelum jauh membahas tentang motivasi kita lihat bagaimana para pakar memandang motivasi dalam belajar. Beberapa ahli menuturkan bahwa belajar ialah membawa perubahan yang mendapatkan kemampuan baru yang dilakukan dengan upaya atau usaha yang dilakukan dengan sengaja dan tidak sengaja.9 Belajar merupakan pola tingkah laku seseorang yang membawa perubahan dalam dirinya baik itu sengaja dan tidak sengaja yang memunculkan pengalaman dalam dirinya yang baru dan menjadi pengetahuan yang dapat membawa perubahan dalam aspek kehidupan melalui pengetahuan, pengetahuan yang mengarahkan pada perubahan- perubahan tersebut ialah pengalaman belajar dan usaha yang dilakukan.

Motivasi dalam diri seseorang itu bisa dengan ketekunan, tidak mudah putus asa, menunjukkan ketertarikan terhadap beberapa persoalan, lebih menyenangi bekerja dari pada berdiam diri, cepat merasa jenuh terhadap aktifitas rutin yang ia lakukan, dapat menjaga komitmen dalam perkataannya, senang mencari dan menemukan hal-hal baru.10 Motivasi disini bisa jadi apa yang ada dalam benak pribadi seseorang yang membuat ia bisa termotivasi atau malah membuat ia tidak mendapatkan respon terhadap dirinya sendiri yang diakibatkan kejenuhan yang muncul dalam diri pribadi seseorang, sehingga motivasi dari luar juga sangat dibutuhkan untuk mengembalikan semangat tersebut.

9 Suryadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 1984), h. 248.

10 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 74.

(17)

Nilai-nilai yang terkandung dalam motivasi yaitu11 adanya tingkat keberhasilan dan kegagalan, proses pengajaran yang dilakukan pendidik yang disesuaikan dengan kebutuhan serta sedikit sokongan, motif serta minat yang ada dalam diri peserta didik, kreatifitas dan imajinasi, merancang pembelajaran didalam kelas, dan penggunaan prosedur mengajar yang baik akan menghasilkan kelas yang efektif. Apabila motivasi itu dapat berjalan dengan baik dan dapat di kembangkan oleh seseorang tentunya nilai- nilai yang adapun akan menjadi positif begitu juga sebaliknya.

Macam-macam motivasi dalam belajar yaitu ada dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Pertama motivasi intrinsik, keadaan yang berasal dari dalam diri siswa seperti menyenangi materi dan kebutuhan terhadap materi.12 dorongan untuk mencapai tujuantujuan yang terletak didalam perbuatan belajar.13 Merupakan motivasi yang datang dari dalam diri sendiri dan bukan dari orang lain atau faktor apapun, yang bersifat alami dan berguna ketika dalam situasi fungsional.

Kedua motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan atau stimulan dari luar. orang tua, guru, teman atau sahabat, masyarakat.

Motivasi tidak hanya datang dari dalam diri seseorang, melainkan juga ada dari faktor luar, seperti halnya orang tua yang menjadi sekolah pertama anak, bagaimana orang tua mendidik maka akan berpengaruh terhadap perkembangan anak itu ketika dewasa, begitu juga dengan guru, seorang guru juga merupakan madrasah kedua bagi seorang anak, ia akan banyak belajar dari guru dengan bimbingan guru di

11 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 127.

12 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002), h. 136.

13 Rusyan, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, h. 120.

(18)

sekolah dan orang tua di rumah merupaka modal bagi seorang anak untuk bergaul dengan teman dan dapat bersosialisasi dengan teman-temannya dengan baik.

Fungsi motivasi diantaranya ialah untuk pemberi semangat terhadap perserta didik dalam belajarnya, memberi petunjuk pada tingkah laku, mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan, mengarahkan aktifitas belajar peserta didik, dan menggerakkan serta menentukan cepat dan lambatnya suatu kegiatan atau perbuatan.

Fungsi-fungsi motivasi ini dapat menambah semangat seorang peserta didik untuk terus menggali potensi yang ada di dalam dirinya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kematangan, usaha yang bertujuan, pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi, partisipasi, penghargaan dan hukuman. Ketika motivasi itu dipengaruhi oleh kematangan tentu motivasi itu akan berdampak baik bagi seseorang.

Teori-teori motivasi diantaranya ialah14 teori kebutuhan terkait fisiologi, rasa aman,kasih sayang, penghargaan,aktualisasi diri. Motivasi peserta didik dalam menghafal al-Qur‟an, ada beberapa alsan orang ingin menghafal al-Qur‟an diantaranya ialah al-Quran merupakan sumber belajar bagi umat islam, meghafal adala salah satu cara untuk menjaga al-Qur‟an, hukumnya Fardhu Kifayah, mengikuti Sunnah Nabi, merupakan ciri khas umat Islam.

Usaha pendidik dalam mengembangkan semangat belajar peserta didik ialah dengan cara mempertajam dan mengacu pada tujuan yang ingin dicapai, yakni menumbuhkan semangat motivasi dalam diri peserta didik atau pelajar, membuat kelas yang menyenangkan bagi peserta didik, menyajikan inovasi atau kreasi baru dalam belajar, memberikan ungkapan berupa kata-kata sanjungan atas kesuksesan

14 Suryabrata, Psikologi Pendidikan, h. 72.

(19)

yang diperoleh peserta didik, serta pemberian penialain dan menciptakan persaingan sehat dan kerjasama.

Kemudian ada penelitian yang menyatakan bahwa usaha guru atau pengajar Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.

Dalam penelitiannya strategi seorang pendidik dalam pelajaran pendidikan agama islam sangat penting dalam memberikan dorongan semangat belajar bagi peserta didik, ini terbukti dengan meningkatkan semangat siswa dan prestasi sekolah mereka.

Hal ini jelas menekankan bahwa lingkungan dan pendidikan sangatlah berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Perkembangan religion pada anak sangat ditentukan pada pendidikan dan pengalaman yang telah dilaluinya hingga sekarang. Yang utamanya, pada masa pertumbuhan yang pertama yaitu pada masa anak-anak yang dimulai dari umur 0-12 tahun.15

Menghafal al-Qur‟an bukanlah perkara yang mudah, sangat banyak godaan yang datang saat kita ingin menghafal al-Qur‟an atau bahkan sedang menghafalnya, seperti kurang bersemangat, tidak dapat mengatur waktu untuk mengulang hafalan al-Qur‟an sehingga hafalan yang sudah kita hafal menjadi lupa. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran dan motivasi dari diri kita sendiri maupun dari luar agar menghafal al-Qur‟an tidak menjadi beban yang berat.

Untuk memotivasi menghafal al-Qur‟an inilah yang akan menjadi perhatian khusus sebab hal itu bisa mendorong perkembangan dan kemajuan hafalan al- Qur‟an. Hasil dari menghafal al-Qur‟an tidak akan maksimal apabila tidak ada strategi untuk menumbuhkan motivasi menghafal al-Qur‟an. Untuk merealisasikan

15 Nafia Wafiqni and Asep Ediana, Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD (Jakarta: UIN Press, 2015), h. 242.

(20)

hal tersebut perlu adanya tempat dan sistem pembelajaran yang mudah serta mendukung agar mendapatkan hasil yang maksimal atau yang diinginkan.

Kegiatan belajar tersebut juga dimaknai sebagai interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan didalam hal ini merupakan obyek-obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi.16

Dalam kegiatan ekstrakulikuler yaitu proses menghafal al-Qur‟an terdapat beberapa kendala atau masalah yang dihadapi peserta didik. Apalagi di zaman sekarang ini kebanyakan peserta didik sudah dipengaruhi oleh gedget sehingga peserta didik lebih sering bermain gedget dibanding membuka atau menghafal al- Qur‟an. Disamping itu pengaruh lingkungan membuat anak jadi tidak termotivasi dalam belajar contohnya lingkungan yang kotor, tidak memadai serta teman temannya yang tidak mau belajar. kemudian kurangnya motivasi dari orang tua untuk menumbuhkan semangat anak dan memberikan dorongan kepada peserta didik agar menghafal al-Qur‟an.

Kuat lemahnya semangat peserta didik tergantung pada strategi yang dapat dilakukan oleh guru dalam menumbuhkan dan meningkatkan motivasi kepada para peserta didik untuk menghafal al-Qur‟an agar peserta didik tidak menyerah dalam menghafal al-Qur‟an.

16 Ainurrahman, Belajar Dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 36.

(21)

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Agar penelitian ini dapat terarah dan menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam memahami judul yang ada pada penelitian ini, maka penting menggunakan serta mengemukakan fokus penelitian. Penelitian ini memfokuskan pada stategi guru dalam menumbuhkan semangat peserta didik menghafal al-Qur‟an, penelitian ini menggunakan metode talaqqi yaitu saling berinteraksi antara guru dan peserta didik.

Adapun fokus penelitian dan deskripsi fokus sebagi berikut : Tabel 1.1 Fokus dan Deskripsi Penelitian

NO Fokus Penelitian Deskripsi Fokus

1 Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam memotivasi peserta didik menghafal al- Qur‟an.

1. Strategi

Strategi adalah suatu cara atau metode yang akan diterapkan dalam kelas oleh guru pendidikan agama islam dalam melakukan proses pembelajaran yaitu dengan cara memberikan motivasi. Adapun diantaranya sebagai berikut :

a. Seorang guru dan pembina pesantren menyampaikan tahapan-tahapan menghafal al- Qur`an kemudian menjelaskan keutamaan atau pahala yang akan didapatkan apabila menghafal al-Qur`an. Setiap masuk kegiatan pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam selalu mengulang ulang hadist tentang keutamaan menghafal al-Qur‟an agar peserta didik yakin bahwa syafaat ketika belajar dan mengafal al- Qur‟an itu benar adanya, guru dan pembina selalu memberikan motivasi dengan cara memberikan hadiah apabila hafalan peserta didik mencapai target sebagai bentuk menghargai kerja keras peserta didik. Pembina yang di dampingi oleh guru akan mengajarkan tajwid, memperbaiki bacaan, menghafal dengan waktu satu pekan, menyetor hafalan pada pertemuan setiap hari rabu, mengulang kembali hafalan apabila terjadi beberapa kesalahan dalam menghafal surah tersebut.

(22)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam memotivasi peserta didik menghafal al-Qur‟an di SMAN 1 Bulukumba?

2. Bagaimana motivasi peserta didik dalam menghafal al-Qur‟an di SMAN 1 Bulukumba?

3. Apakah faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi guru dalam memotivasi peserta didik menghafal al-Qur‟an di SMAN 1 Bulukumba?

4. Apakah solusi terhadap masalah yang dihadapi guru dalam memotivasi peserta didik menghafal al-Qur‟andi SMAN 1 Bulukumba?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah salah satu usaha yang dilakukan oleh seorang peneliti untuk menemukan data atau tulisan yang berkaitan dengan judul skripsi yang diajukan peneliti sebagai perbandingan agar data yang dikaji lebih jelas. Adapun beberapa judul skripsi yang hampir serupa dengan judul skripsi peneliti yaitu :

1. Ika Nikmah, Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Tahun 2007, dalam skripsinya yang berjudul “Perkembangan Aspek Afektif Anak dalam Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an (Studi Kasus di SD Islamic Center Bin Baz Situmulyo Piyungan Bantul Yogyakarta)” yang menyimpulkan bahwa perubahan yang terjadi pada sikap siswa dengan pengembangan aspek afektif setelah pembelajaran Tahfidzul Qur‟an. Hasilnya adalah bahwa kemauan anak untuk menerima materi hafalan semakin meningkat dan perasaan anak senang

(23)

ketika melaksanakan pembelajaran tahfidz, anak-anak juga semakin termotivasi untuk meningkatkan dan mempertahankan prestasi hafalan al-Qur‟an.17 Adapun persamaan pada penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang hafalan al- Qur‟an. Bedanya skripsi ini penulis lebih membahas tentang strategi guru dalam menumbuhkan semangat peserta didik menghafal al-Qur‟an sedangkan skripsi Ika Nikmah lebih fokus pada perkembangan aspek afektif siswa pada pembelajaran Tahfidzul al-Qur‟an.

2. Skripsi yang disusun oleh Roudlotul Jannah dari Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menghafal Surat-Surat Pendek Menggunakan Metode Talaqqi pada Siswa Kelas VI MI Miftahul Ulum Balongmacekan Tarik Sidoarjo”

menunjukkan bahwa penggunaan metode talaqqi pada mata pelajaran Al- Qur‟an Hadist dapat meningkatkan kemampuan menghafal surat-surat pendek siswa kelas VI MI Miftahul Ulum Balongmacekan Tarik Sidoarjo dengan efektif. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus I adalah 13 dari 21 siswa, pada siklus II menjadi 19 siswa dari 21 siswa. Tingkat ketuntasan belajar siswa dalam mata pelajaran al-Qur‟an Hadist tampak pada ketuntasan individual, klasikal, dan ideal. Pada ketuntasan individual, jumlah siswa yang tuntas pada siklus I, dan II adalah 13 dan 19 siswa. Pada ketuntasan belajar klasikal, persentase siswa yang tuntas pada siklus I, dan II adalah 61%, dan 88%. Target ketuntasan klasikal yang ditetapkan adalah 85%, sedangkan ketuntasan ideal adalah 100%. Penulis menyarankan agar ada perbaikan metode

17 Ika Nikmah, “Perkembangan Aspek Afektif Anak dalam Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an Studi Kasus di SD Islamic Center Bin Baz Situmulyo Piyungan Bantul Yogyakarta” (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007).

(24)

talaqqi agar dapat meningkatkan aktivitas membaca dan menghafal siswa yang masih tergolong cukup dan guru perlu meningkatkan komunikasi dan kerjasama dengan orang tua agar orang tua mau membimbing siswa belajar.18 Adapun persamaan pada penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang hafalan al- Qur‟an. Bedanya penelitian yang dilakukan oleh Roudlotul Jannah yaitu peningkatan kemampuan menghafal surat-surat pendek menggunakan metode talaqqi.

3. Jurnal yang disusun oleh Muhammad Sadli Mustafa dengan judul “Pelaksanaan Metode Pembelajaran tahfizh al-Qur'an di Madrasah Tahfizh al-Qur'an al-Imam Ashim Tidung Mariolo, Makassar” menunjukkan bahwa pelaksanaan metode pembelajaran tahfizh al-Qur‟an di Madrasah Tahfizh al-Qur‟an Al-lmam Ashim menggunakan metode talaqqi (suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran al-Qur‟an dengan tatap muka dan membaca langsung di hadapan guru) yang diterapkan melalui dua program pembelajaran yakni program membaca al-Qur‟an dengan melihat mushaf ketika menyetorkan bacaanya dan program bi al-gaib (membaca al-Qur‟an tanpa melihat mushaf ketika menyetorkan bacaanya). Pencapaian tersebut telah menghasilkan sejumlah penghafal al-Qur‟an yang pandai dan terampil melafalkan ayat suci al-Qur‟an dengan baik dan fasih.19 Adapun persamaan pada penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang hafalan al-Qur‟an. Bedanya penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Sadli Mustafa yaitu menunjukkan bahwa pelaksanaan metode

18 Roudlotul Jannah, “Peningkatan Kemampuan Menghafal Surat-Surat Pendek Menggunakan Metode Talaqqi Pada Siswa Kelas VI MI Miftahul Ulum Balongmacekan Tarik Sidoarjo” (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2014).

19 Muhammad Sadli Mustafa, “Pelaksanaan Metode Pembelajaran Tahfizh Al-Qur‟an Di Madrasah Tahfidz Al-Qur‟an Al-Imam ‟ashim Tidung Mariolo, Makassar,” Jurnal “Al-Qalam” 18 (2) (2012): 245–252, h. 245.

(25)

pembelajaran tahfizh al-Qur‟an di Madrasah Tahfizh al-Qur‟an Al-lmam Ashim menggunakan metode talaqqi.

4. Siti Halimah, skripsi, 2015, Upaya Guru al-Qur‟an Hadist Dalam Meningkatkan Hafalan Juz‟amma Siswa Di Mts Assyafiyah Gondang Tulungagung. Penelitian ini membahas tentang Upaya Guru Al-Qur‟an Hadist dalam Meningkatkan Hafalan Juz‟amma. Di dalam penelitian ini terdapat fokus penelitian bagaimana upaya guru al-Qur‟an Hadist dalam meningkatkan hafalan Juz‟amma, bagaimana solusi guru al-Qur‟an Hadist dalam meningkatkan hafalan Juz‟amma. Jenis penelitiannya menggunakan metode kualitatif. Hasilyang telah di dapat dari penelitian ini yaitu dalam meningkatkan hafalan Juz‟amma upaya yang dilakukan yaitu menarget hafalan bagi seluruh siswa terdapat faktor pendukung dari motivasi, manajemen waktu. Hal yang menghambat proses menghafal kurangnya waktu dan kesadaran siswa. Solusi dari guru al-Qur‟an Hadist membangkitkan semangat, menggunakan setiap kesempatan untuk setoran, dan memotivasi dariorang tua maupun guru atau hal yang lainnya.20 Adapun persamaan pada penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang hafalan al-Qur‟an. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Siti Halimah yaitu Upaya Guru al-Qur‟an Hadist Dalam Meningkatkan Hafalan Juz Amma.

5. Suparliati, skripsi, 2018, Upaya Guru al-Qur‟an Hadits dalam Meningkatkan Hafalan Bagi Siswa Kelas VII MTsN 2 Aceh Besar. Penelitian ini membahas tentang Upaya guru al-Qur‟an Hadist dalam meningkatkan hafalan bagi siswa.

Di dalam penelitian ini terdapat fokus penelitian bagaimana upaya guru dalam meningkatkan hafalan al-Qur‟an dan Hadist, faktor apa yang saja yang

20 Siti Halimah, “Upaya Guru al-Qur‟an Hadist Dalam Meningkatkan Hafalan Juz‟amma Siswa Di Mts Assyafiyah Gondang Tulungagung” (Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, 2015).

(26)

mendukung dan menghambat hafalan, bagaimana pencapaian hafalannya. hasil yang di dapat dalam penelitian ini yaitu upaya yang dilakukan guru adalah siswa ditegaskan guru ayat-ayat dan Hadist yang telah di ajarkan secara langsung, dibimbing secara khusus atau secara perorangan. Faktor pendukung ada kemauan dari siswa sendiri, motivasi yang diberikan guru, faktor hambatan siswabelum lancar membaca al-Qur‟an dan Hadist, ingatan yang masih lemah.21 Adapun persamaan pada penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang hafalan al-Qur‟an. Perbedaan penelitian yang dilakukan Suparliati membahas tentang upaya guru al-Qur`an Hadits dalam meningkatkan hafalan bagi siswa.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui serta mendeskripsikan realitas aktivitas dalam memotivasi peserta didik menghafal al-Qur‟an di SMAN 1 Bulukumba.

b. Untuk mengeahui serta mendeskripsikan peran guru dalam memotivasi peserta didik menghafal al-Qur‟an di SMAN 1 Bulukumba.

c. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi guru dalam memotivasi peserta didik menghafal al-Qur‟an di SMAN 1 Bulukumba.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan ilmiah, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur dan memberikan informasi dalam memilih strategi pembelajaran dan tuntunan untuk penelitian yang serupa dalam hal memotivasi dan dapat memperluas wawasan ilmiah mengenai motivasi peserta didik menghafal al-Qur‟an.

21 Suparliati, “Upaya Guru al-Qur‟an Hadits dalam Meningkatkan Hafalan Bagi Siswa Kelas VII MTsN 2 Aceh Besar” (Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, 2018).

(27)

b. Kegunaan praktis, penelitian ini dapat mendorong pesrta didik serta dapat digunakan sebagai bahan rujukan yang akan meneliti tentang strategi memotivasi peserta didik menghafal al-Qur‟an. Bagi masyarakat, dapat dijadikan sebagai penilaian dan pengetahuan bahwasanya al-Qur‟an itu tidak sulit untuk menghafalkannya apabila dilakukan dengan ikhlas dan niat yang tulus serta bersungguh-sungguh dalam menghafal.

(28)

17 BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Strategi Guru PAI dalam Memotivai Peserta Didik Menghafal Al-Qur’an 1. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani.

Sebagai kata benda, strategos adalah gabungan kata stratos (militer) dengan “ago”

(memimpin). Jadi sebagai kata kerja, strategos berarti merencanakan (to plan).1 Secara umum adalah strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.2

Kepala madrasah atau sekolah sebagai pemimpin sekaligus manager pendidikan yang berada disekolah memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan suatu madrasah yang dipimpinya memperoleh kualitas pembelajaran yang baik. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan baik, apabila kepala madrasah mampu menciptakan strategi yang relevan dengan kondisi dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Strategi adalah sejumlah keputusan serta aksi yang ditujukan agar mencapai tujuan dalam menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam lingkungan industrinya.3

Menurut para ahli yaitu Syafrizal yang di kutip dalam bukunya Faisal Afif, pengertian strategi, yaitu4 cara untuk mencapai sebuah tujuan berdasarkan analisa

1 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h.3.

2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:

Kencana Prenada, 2009), h. 126.

3 Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 12.

4 Afif Faisal, Strategi Menurut Para Ahli (Bandung: Angkasa, 1984), h. 9.

(29)

18

terhadap faktor eksternal dan internal. Strategi merupakan sekumpulan cara secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksaan gagasan, sebuah perencanaan dalam kisaran waktu tertentu. dengan demikian dapat disimpukan Bahwa strategi kepala madrasah adalah serangkaian keputusan atau rencana sebagai sasaran, kebijakan atau atau tujuan yang telah ditetapkan oleh seorang kepala madrasah dalam pembelajaran dalam kondisi yang ada, sehingga dapat mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.

2. Manfaat Strategi

Dengan adanya strategi, maka para manajer pada semua tingkat dalam suatu lembaga ataupun organisasi berintraksi dalam perencanaan dan implementasi.

Dengan menggunkan strategi sebagai instrument untuk mengantisipasi perubahan lingkungan serta sebagai kerangka kerja untuk menyeleseikan setiap permasalahan melalui pembinaan keputusan, maka dari itu paparan dari strategi dalam suatu lembaga atau organisasi menurut Greenly dalam bukunya David akan membawa manfaat-manfaat sebagai berikut ini :

a. Memungkinkan untuk identifikasi, penentuan priorita dan eksploitasi peluang b. Memberikan pandangan yang obyektif atas masalah manajemen

c. Mempresentasikan kerangka kerja untuk aktivitas control dan koordinasi yang baik

d. Meminimalkan efek dari kondisi perubahan yang jelek

e. Memungkinkan agar keputusan besar dapt mendukung dengan baik tujuan yang telah ditetapkan

f. Memungkinkan alokasi waktu dan sumberdaya yang lebih efektif untuk peluang yang telah teridentifikasi

(30)

19

g. Memungkinkan alokasi sumberdaya dan waktu yang lebih sedikit untuk mengoreksi keputusan yang salah atau tidak terncana

h. Menciptakan krangka kerja untuk komunikasi internal staf

i. Membantu mengintregaikan perilaku individu dalam usaha bersama j. Memberikan dasar untuk mengklarifikasi tanggung jawab individu k. Mendorong pemikiran kemasa depan atau lebih inovatif

l. Menyediakan pendekatan kooperatif, terintegrasi dan antusias untuk mengadapi masalah dan peluang

m. Mendorong terciptanya sikap positif terhadap perubahan5 B. Pengertian Guru

Seorang pendidik atau guru secara etimologi merupakan seseorang yang dapat melakukan bimbingan. Defenisi ini memberikan kesan bahwa pendidik atau guru adalah orang yang melakukan kegiatan dalam pendidikan.6

Sedangkan secara terminologi, arti guru menurut Syaiful Bahri Djamarah, Guru adalah figure seorang pemimpin atau sosok artitektur yang dapat membentuk karakter dan jiwa seorang anak yang bertujuan agar membangun kepribadian anak didik menjadi orang berguna bagi agama, bangsa dan negara.7 Sedangkan menurut Muhammad Nurdin, Guru dalam Islam adalah orang yang senantiasa bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif maupun potensi psikomotorik.8

5 freed R David, Manajemen Strategi (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 20.

6 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 49.

7 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rhineka Cipta, 2010), h. 36.

8 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 128.

(31)

20

Dari pengertian guru di atas sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa guru adalah seseorang yang bertanggung jawab untuk mendidik serta membimbing peserta didik terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensinya melalui proses belajar mengajar.

UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Cakupannya tentang guru dan dosen adalah sebagai berikut :

1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

2. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

3. Guru besar atau profesor yang selanjutnya disebut profesor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi.

4. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen.

5. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional.

6. Organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan profesionalitas guru.

7. Lembaga pendidikan tenaga kependidikan adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan

(32)

21

guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan nonkependidikan.

Cakupannya tentang fungsi atau peran guru adalah sebagai berikut :

a. merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran

b. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

c. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran

d. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika

e. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

C. Definisi Motivasi peserta didik Menghafal Al-Qur’an 1. Pengertian motivasi

Kata motivasi ini berasal dari bahasa latin “movere”, sesuatu yang berarti menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini, maka motivasi menjadi berkembang.9

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi diartikan sebagai usaha- usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tertentu tergerak

9 Eveline Siregar and Hartini Nara, Teori Belajar Dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), h. 49.

(33)

22

untuk melakukan sesuatu, karena ingin mencapai tujuan yang ingin dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.10

Menurut Makmun Khairani, motivasi adalah energi aktif serta positif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri seseorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga dapat mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan dalam dirinya.11

Sedangkan menurut Sardiman berpendapat bahwa motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.12

2. Jenis-Jenis Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul dari dalam maupun dari luar diri seseorang yang mengakibatkan respon untuk melakukan suatu perbuatan. Dalam hal ini para ilmuan psikologi mengklasifikasikan jenis-jenis motivasi belajar, diantaranya yaitu: Menurut Sardiman AM, motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik:

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif yang tidak perlu dirangsang dari luar, karena sudah ada dalam diri setiap individu (seseorang) serta dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang

10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 131.

11 Makmun Khairani, Psikologi Umum (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), h. 75.

12 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 89-90.

(34)

23

membaca, tidak perlu ada yang menyuruh atau melakukan hal tersebut, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh sebab adanya dorongan dari luar yang harus dilakukan seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik atau agar mendapat hadiah.13

3. Fungsi Motivasi

Motivasi memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses belajar siswa.

Karena motivasi akan menentukan suatu intensitas usaha belajar yang akan dilakukan oleh siswa. Seseorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak putus asa serta giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya dan memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah menyerah, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.14

Menurut Sardiman AM, fungsi motivasi adalah sebagai berikut:

a. Mendorong setiap manusia agar berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan suatu arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang akan dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arahan dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

13 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 89-90.

14 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar (Jakarta: Rhineka Cipta, 2013).

(35)

24

c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa saja yang harus dikerjakan dan serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.15

4. Tujuan Motivasi

Tujuan motivasi secara umum adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar menimbulkan keinginan dan kemauan dalam dirinya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau pencapaian tujuan tertentu.16 Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal serta memahami benar-benar karakteristik kepribadian, latar belakang kehidupannya, dan orang yang akan dimotivasi.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi belajar tidak akan mungkin tumbuh dengan sendirinya. Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya motivasi belajar tersebut. Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nata, ada enam faktor yang mempengaruhi terbentuknya motivasi belajar, yaitu:

a. Cita-cita, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar.

Hal ini telah diamati dari banyaknya kenyataan, bahwa motivasi seseorang menjadi begitu tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki keinginan atau cita - cita.

b. Kemampuan siswa, merupakan faktor penting dalam mempengaruhi motivasi.

Seperti halnya yang dapat dipahami, bahwa setiap manusia mempunyai

15 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 85.

16 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 73.

(36)

25

kemampuan yang berbeda-beda. Sehingga, seseorang yang memiliki kemampuan di bidang tertentu, belum tentu memiliki kemampuan di bidang lainnya.

c. Kondisi siswa, merupakan faktor penting dalam mempengaruhi motivasi. Hal ini dapat dilihat dari kondisi fisik mau kondisi psikis. Jika kondisi fisik sedang kelelahan, maka akan cenderung memiliki motivasi yang rendah dan mudah putus asa untuk belajar. Sedangkan, jika kondisi fisik sehat, maka akan cenderung memiliki motivasi yang tinggi dan bersemangat. Selain kondisi fisik, dapat juga diamati dari kondisi psikis. Hal ini dapat terlihat jika seseorang kondisi psikisnya sedang tidak bagus misalnya stress maka motivasi juga akan menurun tetapi sebaliknya jika kondisi psikologis seseorang dalam keadaan bagus maka kecenderungan motivasinya akan tinggi.

d. Faktor lingkungan, merupakan faktor yang bisa mempengaruhi motivasi, dapat diamati dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang mengitari siswa.

Misalnya lingkungan fisik yang tidak nyaman untuk belajar akan berdampak pada menurunnya motivasi belajar. Selain itu, lingkungan sosial juga berpengaruh, hal ini dapat dilihat dari lingkungan sosial yang ada di sekitar siswa seperti teman sepermainan, lingkungan keluarga, atau teman sekelasnya.

e. Faktor dinamisasi belajar, merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Factor dinamisasi ini dapat diamati pada sejauh mana upaya memotivasi tersebut dilakukan, bagaimana juga dengan bahan pelajaran, alat bantu belajar sampai suasana belajar yang dapat mendinamisasi proses pembelajaran.

Semakin dinamis suasana belajar, maka cenderung akan semakin memberi sebuah motivasi yang kuat dalam proses pembelajaran.

(37)

26

f. Upaya guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa, merupakan faktor penting dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Upaya guru terhadap siswa meliputi hal-hal mengenai, menyelenggarakan tata tertib belajar di sekolah, membina disiplin belajar dalam setiap kesempatan dan membina belajar tertib pergaulan.17

6. Motivasi dalam Perspektif Islam

Motivasi adalah landasan dasar terpenting dalam belajar. Umumnya manusia tidak akan belajar kecuali ia mendapatkan satu permasalahan yang memotivasinya agar mencari pemecahan masalah tersebut. Untuk memunculkan motivasi agar manusia ingin dan tergerak untuk belajar, maka bisa ditempuh hal-hal sebagai berikut:

B. Memuculkan motivasi dengan konsep pahala dan hukuman.

Islam telah memunculkan konsep pahala dan hukuman untuk memunculkan motivasi dalam diri manusia agar selalu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Serta konsisten dalam menjalankan semua ibadah yang telah diwajibkan dengan menjauhi segala bentuk kejahatan dan maksiat ataupun segala yang dilarang olehNya. Dengan adanya motivasi dalam konsep ini, maka seorang pun akan selalu konsisten dalam Agama Allah, bertakwa serta selalu mengerjakan semua perbuatan baik agar derajatnya terangkat di sisi Allah dan mendapatkan surga-Nya.18 Mengenai hal ini terdapat salah satu ayat dalam al-Qur`an surah an-Nahl /16: 97:

ٍَْي َمًَِع اًحِناَص ٍِّْي ٍسَكَذ ْوَا

ًٰثَُْا َىُه َو ٍ ِي ْؤُي هََُُُِّْحَُُهَف ًجىَُٰح

ًحَثَُِّط ْىُهَََُّ ِزْجََُن َو ْىُه َسْجَا

ٍَِسْحَاِت اَي

ا ْىَُاَك ٌَ ْىُهًَْعََ

17 Siregar and Nara, Teori Belajar Dan Pembelajaran, h. 54-55.

18 Musfir bin Said A-Zahrani, Konseling Terapi (Depok: Gema Insani, 2005).

(38)

27 Terjemahnya :

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.19

C. Memunculkan motivasi dengan kisah-kisah

Kisah yang memotivasi yaitu yang memiliki peranan dan sangat penting dalam pendidikan, sehingga banyak pendidik sejak zaman dahulu selalu menggunakan kisah sebagai salah satu cara yang baik dalam mendidik anak dan generasinya. Kisah dalam al-Qur‟an sangat banyak dan bervariatif. Semua itu dapat diceritakan kembali untuk menghibur Rasulullah SAW agar selalu termotivasi menjalankan dakwah islamnya. Dari kisahlah motivasi untuk belajar, berdakwah dan mengambil sebuah pelajaran. Dari kisah pulalah manusia dapat mengakui kenabian Nabi Muhammad saw dan mempercayai semua yang dibawa dari Tuhannya. Dalam kisah pula banyak diberikan peringatan akan kisah hidup yang buruk sebagaimana yang terjadi pada kaum kafir dan umat-umat terdahulu.20 Firman Allah swt surah Yusuf/ 12: 111:

ْدَقَن ٌَاَك ٍِْف ْىِه ِصَصَق ج َسْثِع

ًِنوُ ِّل ِباَثْنَ ْلا اَي

ٌَاَك اًثَِْدَح ي ٰسَتْفَُّ

ٍِْكٰن َو َقَِْدْصَت

ٌِْرَّنا ٍََُْت ِهََْدََ

َمُْ ِصْفَت َو ِّمُك

ٍءٍَْش يًدُه َّو ًحًَْح َز َّو ٍو ْىَقِّن

ٌَ ْىُُِيْؤَُّ

ࣖ ١١١

Terjemahnya :

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang- orang yang mempunyai akal.Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.21

19 Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. I; Bandung: C o r d o b a , 2020), h. 278.

20 A-Zahrani, Konseling Terapi.

21 Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. I; Bandung: Cordoba, 2020), h.

248.

(39)

28

D. Memunculkan motivasi dengan suatu kejadian penting

Metode ini mampu menyejukkan perasaan dan menarik perhatian untuk menyibukkan diri pada sesuatu yang lebih penting. Dengan demikian, manusia akan mempersiapkan dirinya dalam mempelajari suatu pelajaran yang terkandung dalam peristiwa tersebut, dan manusia pun akan bisa lebih menerima hikmah serta pelajaran yang yang ada didalamnya dan memahaminya secara menyeluruh. Hal ini tampak seperti peristiwa Hunain, yang dimana kaum muslimin sangat membangga- banggakan banyaknya kekuatan mereka dan juga yakin bahwa mereka pasti akan dapat mengalahkan kaum kafir. Mereka lupa bahwasanya kemenangan hanyalah ada atas kekuasaan Allah.22 Firman Allah swt surah at-Taubah/ 9: 25-26:

ْدَقَن ُىُك َسَصََ

ُٰاللّ

ٍِْف ٍَِطا َىَي ٍج َسُِْثَك َو ْىََ َّو ٍٍَُُُْح ْذِا ْىُكْتَثَجْعَا ْىُكُت َسْثَك

ْىَهَف ٍِْغُت ْىُكَُْع أًـَُْش ْتَقاَض َّو

ُىُكَُْهَع ُض ْزَ ْلا اًَِت

ْتَثُح َز َّىُث ْىُتَُّْن َو ٍََْ ِسِتْدُّي َّىُث ٢٢

َل َزََْا ُٰاللّ

هَتَُُِْكَس

ًٰهَع هِن ْىُس َز

ًَهَع َو ٍَُُِِْي ْؤًُْنا

َل َزََْا َو اًد ْىُُُج ْىَّن اَه ْو َسَت َبَّرَع َو ٍََِْرَّنا ا ْو ُسَفَك َكِنٰذ َو ُءۤا َزَج ٍََْ ِسِفٰكْنا ٢٢

Terjemahnya :

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai Para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang Luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.23

Ayat ini menerangkan tentang kaum mukminin yang mendapat banyak pertolongan dari Allah dalam peperangan menghadapi kaum musyrik yang

22 A-Zahrani, Konseling Terapi.

23 Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. I; Bandung: Cordoba, 2020), h. 190.

.

(40)

29

menghalang-halangi tersiarnya Agama Islam. Pertolongan tersebut yaitu seperti perang badar yang mendapat kemenangan besar. Di samping itu pada ayat selanjutnya menjelaskan sesudah kaum muslimin merasa sedih dan duka cita akibat dari kekalahannya dalam perang Hunain kemudian Allah turunkan pertolongan kepada mereka dengan kemantapan hati dan mendatangkan bala bantuan itu sendiri dari malaikat-malaikat.

D. Menghafal Al-Qur’an 1. Pengertian Menghafal

Menghafal berasal dari kata hafal yang berarti memelihara sesuatu, tidak lupa, menjaga. Dalam Bahasa Arab disebut “ظفحنا”. Secara etimologi kata “ظفح”

berasal dari kata “ظفح”yang berarti memelihara, menjaga dan menghafal.24

Hafal berarti telah masuk dalam ingatan, sedangkan menghafal merupakan suatu kata kerja yang berarti berusaha meresapkan atau mendalami kedalam pikiran agar mudah dan selalu ingat, berusaha merespon dalam pikiran agar selalu ingat dan dapat mengucapkan diluar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain).25

Adapun pengertian al-Qur‟an yaitu secara bahasa merupakan kata jadian (mashdar) dari kata al-Qira‟ah, yaitu: qara’a, yaqra’u, qira’atan wa qur’anan yang berarti menghimpun atau mengumpulkan.

Sedangkan secara istilah, terdapat beberapa pendapat tentang pengertian al- Qur‟an. Menurut para ulama Ushul Fiqh mendefinisikan al-Qur‟an tersebut sebagai

“kalam Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw secara bertahap melalui perantara Malaikat Jibril dan merupakan sebuah pahala dengan

24 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989), h. 142.

25 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 333.

(41)

30

membacanya, yang diawali dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an- Nas.”26

Menghafalkan al-Quran merupakan sebuah fenomena sangat menakjubkan di dunia Islam. Karena, jauh sebelum ditemukan alat tulis, umat islam sudah menemukan satu cara memelihara kitab suci mereka, yaitu menghafal. Dengan metode tahfidz inilah al-Quran dapat dilestarikan dari generasi ke generasi.”27

Mulai menghafal dari juz 30 merupakan anjuran untuk mengajarkan hafalan al-Quran kepada anak-anak bahkan orang dewasa yang sedikit sulit menghafal, karena surat dan ayatnya pendek-pendek sehingga mudah dan cepat untuk dihafal, sesuai dengan kemampuan mereka. Mempersembahkan kepada peserta didik yang tidak memiliki kemampuan lebih tapi ingin belajar, satu pokok pikiran dengan jumlah kata yang sedikit, mudah dihafal, tapi pengaruhnya cukup besar.

2. Keutamaan Menghafal al-Qur‟an

Menghafal al-Qur‟an merupakan suatu perbuatatan yang sangat terpuji dan mulia. Orang-orang yang senantiasa mempelajari, membaca dan menghafal al- Qur‟an merupakan orang-orang pilihan Allah yang memang dipilih oleh Allah untuk menerima warisan kitab suci al-Qur‟an.28 Adapun salah satu keutamaan menghafal al-Qur‟an yaitu kebahagiaan bagi kedua orang tua Sabda Rasulullah saw:

“Dari Buraidah Al Aslami ra, ia berkata bahawasanya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Pada hari kiamat nanti, al-Qur‟an akan menemui

26 Amirullah Syarbini and Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca Al-Qur’an (Bandung:

Ruang Kata, 2012), h. 3.

27 Muhaimin, Al-Quran 100% Asli Suni-Syiah Satu Kitab Suci (Jakarta: Nur Al-Huda, 2012), h. 84.

28 Ahsin Wijaya Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2009), h.

26.

(42)

31

penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. al-Qur‟an akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya: “Apakah anda mengenalku?”

Penghafal tadi menjawab; “saya tidak mengenal kamu.” al-Quran berkata;

“saya adalah kawanmu, al-Quran yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan.

Maka penghafal al-Qur‟an diberi kekuasaan di tangan kanannya dan diberi kekekalan di tangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa.

Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat dibayar oleh penghuni dunia keseluruhannya.

Kedua orang tua itu lalu bertanya: “kenapa kami di beri dengan pakaian begini?” Kemudian dia menjawab, “kerana anakmu hafal al-Qur‟an.”

Kemudian kepada penghafal al-Qur‟an tadi diperintahkan, “bacalah dan naiklah ketingkat-tingkat syurga dan kamar-kamarnya.” Maka ia pun terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil).

3. Metode Menghafal al-Qur‟an

Kata metode berasal dari bahasa yunani, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara.29 Metode bisa diartikan cara, desain, jalan, kaidah, langkah, modus operandi, organisasi, pendekatan, pola, program, prosedur, proses, saluran, siasat, sistem, struktur, tata cara, teknik, trik.30

29 Wiyani, Novan Ardy, and Barnawi., Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Ar-Ruz Media, 2012), h. 185.

30 Departemen Pendidikan Nasional, Teasaurus Alfabetis (Jakarta: Mizan, 2009), h. 383.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji F dan t dapat diketahui bahwa konflik yang terdiri dari konflik antar individu dengan konflik antar kelompok mempunyai pengaruh yang signifikan

UUD 1945 telah diatur ketentuan yang berkaitan dengan pemakzulan Presiden dan/atau Wakil Presiden, yaitu Presiden tidak lagi dapat diberhentikan dengan mekanisme politik, yang

konfigurasi X-bar (diagram pohon); Binding Theory memberikan interpretasi terhadap pronomina dan anafora dalam kalimat bebas-konteks; ECP menjelaskan keberadaan dan status

Judul Penelitian : Pemanfaatan air limbah cucian beras untuk  memproduksi energi listrik melalui microbial fuel 

[r]

Jika pendedahan dan peluang ini diberikan pada pelajar-pelajar berkeperluan khas pekak ini, pelajar ini bukan sahaja mahir manghasilkan rekabentuk perabot sebagaimana

Manusia yang baru di sini maksudnya adalah manusia yang sadar akan realitasnya, yang sadar bahwa ada yang Transenden yang melebihi kemampuannya di luar sana

Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana opini pelanggan tentang komunikasi nonverbal dalam peningkatan tingkat hunian kamar.. Penelitian ini mengambil Hotel Garuda