DAFTAR PUSTAKA
Arie, R Athariq Jasin. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Bola Tangan. Skripsi Sarjana Pendidikan FPOK UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Bahagia, Y. dan Suherman, A. (2000). Prinsif-prinsif pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga Bandung: Depdiknas.
Chandra, Ricky. (2009). Badminton Sport.
[Online].Tersedia:http//www.badmintonsport.htm[02 November 2009]
Chiba. (1984). Teknik keterampilan bulutangkis.
[Online].Tersedia:http//Worldpress.com
Grace, Tony. (1996). Bulutangkis: Petunjuk Praktis untuk Pemula dan Lanjut. Jakarta: Grafindo Persada.
Gunawan, Sugih. (2012). Perbandingan Antara Model Pembelajaran Langsung dan Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Penguasaan Gerak Seni Tunggal Baku Pencak Silat Di kelas VII MTS Al-Inayah Kota Bandung. Skripsi Sarjana Pendidikan FPOK UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Hardjanti, Ratih. (2007). Perbandingan Pengaruh Latihan Permainan Badmini dengan Permainan Bulutangkis Standar Terhadap Keterampilan Bermain Bulutangkis Bagi Atlet Pemula. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPOK UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Hendriana.(2011). Pengaruh metode progresif terhadap peningkatan tembakan bebas pada cabang olahraga basket. Skripsi Sarjana Pendidikan FPOK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Hidayat, Y (2012). Proposal Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Hidayat, Y (2012). Intervensi Strategi Multiteknik Untuk Pelatihan Bulutangkis
Tingkat Dasar Bandung: FPOK UPI.
Lie, Ivana. (2005). Badminton Mini. Wikipedia [Online]. Tersedia: http://www.BADMINTONMINI.htm[31 Januari 2005]
Lutan, Rusli. (1988). Pengantar Belajar Keterampilan Motorik. Jakarta: Depdikbud.
Mala. (2012). Pengertian Aplikasi. [Online].tersedia:http://berbagi-ilmu-mifa309.blogspot.com/2012/05/pengertian-aplikasi.html.[29 Mei 2012] _______. (2012). Pengetian Keterampilan. Blogspot [Online]. Tersedia :
http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/09/pengetian-keterampilan.html [17 September 2012]
Meta. (2009). Sejahtera Badminton Club Bersama Membangun Bulutangkis Indonesia.Wordpress [Online]. Tersedia: http://www.badmini-indonesia.com[01 Februari 2009]
Nugraha, A. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Teaching games For Understanding Terhadap Hasil Belajar Permainan Bola Tangan SMP Negri 2 Karangtanjung Pandeglang. Skripsi Sarjana Pendidikan FPOK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Sagala, Syaiful (2010) Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Samsudin. (2004). Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.
Subardjah, H. (2000). Bulutangkis. Departemen Pendidikan Nasional.
Subardjah, H. dan Hidayat, Y. (2007). Permainan Bulutangkis. Bandung: FPOK UPI.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. (edisi keenam). Bandung: Tarsito.
Sudjana. dan Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suyanto, B dan Sutinah (2005). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana
Syaodih, Nana Sukmadinata (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tohar. (1991). Bulutangkis. Bandung: FPOK IKIP Bandung.
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Permainan bulutangkis merupakan olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat, mulai anak usia dini yang ikut serta dalam setiap kegiatan olahraga bulutangkis yang diselenggarakan dalam bentuk pertandingan baik tingkat RT, tingkat kabupaten, tingkat provinsi hingga dunia seperti Thomas Cup dan Uber Cup. Olahraga permainan bulutangkis dapat dimainkan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dan dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan. Pada tahun 1873 seorang bangsawan Inggris yang bernama Duke de beafort memainkan permainan ini pada sebuah taman di Gloucestershire yang
letaknya tidak jauh dari kota Bristol Inggris. Permianan bulutangkis pada zaman dahulu disebut poona. Taman miliknya bernama badminton, sehingga saat itu permainan poona kemudian lebih dikenal dengan nama badminton.
tahun 1941-1942 akan diselenggarakan kejuaraan badminton international beregu putra yang pertama, akan tetapi karena terjadi perang dunia ke II kejuaraan ini ditangguhkan, dan baru dapat dilaksanakan pada tahun 1948-1949. Piala bergilir yang diperebutkan untuk beregu putra ini sebenarnya bernama International Badminton Championship Challenger Cup, tetapi piala ini lebih dikenal dengan
nama Thomas Cup. Perkembangan permainan bulutangkis di dunia semakin lama semakin meningkat sehingga permainan ini mulai di ikuti pula oleh permainan bulutangkis puteri. Kejuaraan beregu puteri yang pertama diselenggarakan pada tahun 1956 dengan nama uber cup. Sejak itu Thomas Cup dan Uber Cup diadakan setiap 2 tahun sekali. Selain kejuaraan Thomas Cup dan Uber Cup BWF mengadakan kejuaraan beregu campuran Sudirman Cup, kejuaraan dunia perorangan World Badminton Championship, dan Kejuraan Dunia Junior.
Tujuan permainan bulutangkis adalah mengembalikan shuttlecock ke bidang lapangan permainan lawan dan tidak dapat dijangkau oleh lawan sehingga menghasilkan angka. Untuk itu, setiap pemain dituntut untuk menguasai teknik-teknik dasar permainan bulutangkis. Teknik dasar yang harus dikuasai adalah sebagai berikut: 1) teknik pegangan raket (grip), 2) teknik kerja kaki (footwork), 3) sikap dan posisi (stance and position), 4) teknik memukul bola (hitting position), dan 5) servis (service).
Permainan bulutangkis menurut Subarjah dan Hidayat (2007:1) hakekatnya adalah
lantai beton, kayu atau karpet ditandai dengan garis sebagai batas lapangan dan dibatasi oleh net pada tengah lapangan permainan. Permainan bulutangkis merupakan salah satu pembelajaran yang terdapat dalam pendidikan jasmani
Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum sekolah menengah pertama. Peran bermain untuk pendidikan merupakan proses untuk membantu individu yang tumbuh dan berkembang secara optimal. Seperti diungkap oleh Cholik dalam (Syamsudin, 2004:24) bahwa :
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan orang sebagai perorangan, atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai aktivitas jasmanai untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan perkembangan waktu serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia berkualitas berdasarkan pancasila.
Dari kutipan di atas bahwa penjas, dapat dikatakan bahwa hanya menekankan pada aspek gerak atau psikomotor saja, akan tetapi kognitif dan afektif juga menjadi tujuan pengembangan dari pendidikan jasmani itu sendiri. Dalam proses pembelajaran penjas, guru diharapkan dapat mengajar berbagai keterampilan gerak dasar dan nilai- nilai moral yang terkandung di dalamnya (sportivitas, kejujuran, kerja sama, disiplin, dan bertanggung jawab). Kurikulum permainan bulutangkis merupakan salah satu permainan yang termasuk permainan net, yang terdapat di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah akhir.
raket yang digunakan siswa adalah pegangan yang dipakai untuk pemain senior, yang diameter dan pegangan atau panjang raketnya tidak sesuai atau tidak sebanding dengan ukuran pemula, yang mana menjadikan penampilan permainan mereka kurang maksimal. Selain itu, ukuran lapangan permainan bulutangkis dan tinggi net yang sering digunakan para pemula adalah ukuran lapangan ataupun tinggi net yang standar dipakai dalam aturan permainan bulutangkis. Dengan ukuran lapangan yang terlalu luas bagi ukuran pemula, menjadikan pergerakan mereka menjadi terlihat dominan berlari pada saat mengejar shuttlecock dari satu posisi ke posisi lain yang menyebabkan mereka mudah kelelahan, sehingga baik dalam teknik kerja kaki (footwork) maupun koordinasi gerak mereka kurang optimal, apalagi dengan tinggi net yang cenderung di atas tinggi tubuhnya yang menyebabkan pukulan selalu ke arah atas atau melambung.
Berdasarkan kondisi yang digambarkan di atas, maka menjadi sangat penting untuk menciptakan suatu bentuk pembelajaran bulutangkis yang sesuai untuk siswa sekolah dasar. Badmini merupakan alternatif modifikasi permainan bulutangkis yang diciptakan untuk mempermudah siswa dalam bermain bulutangkis. Badminton mini diciptakan agar para siswa yang berusia di bawah tiga belas tahun dapat bermain bulutangkis sama seperti orang dewasa tanpa mengalami kesulitan yang cukup berarti seperti ukuran lapangan yang terlalu luas dan raket yang hampir menyamai tinggi tubuh mereka.
pelatih bulutangkis yaitu Ivanna Lie. Badmini, yang resmi diperkenalkan oleh si penggagas, Ivana Lie, di arena kejuaraan nasional (kejurnas) tahun 2005. Ivana, ratu bulutangkis di era 1980-an, menciptakan olahraga itu terutama memang untuk khalayak anak- anak. Dia berharap badmini dapat menjadi sarana pertama dan jembatan untuk mengantarkan anak-anak Indonesia generasi abad ke-21 untuk kembali akrab dengan olahraga andalan Indonesia, bulutangkis.
Badmini merupakan modifikasi dari permainan bulutangkis yaitu dengan mengubah ukuran lapangan maupun peralatan bermainnya. Seperti halnya bulutangkis, badmini adalah jenis permainan yang menggunakan lapangan untuk bermain, raket sebagai alat pukul, shuttlecock sebagai objek pukul dan net sebagai pembatas antar daerah permainan. Perbedaan permainan badmini dengan permainan bulutangkis adalah pada ukuran lapangan yang lebih kecil, raket yang lebih kecil dan pendek serta tinggi net yang lebih rendah. Berkenaan dengan hal ini, Bahagia dan Suherman (2000:1) mengatakan bahwa:
Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para guru agar pembelajaran mencerminkan Developmentally Appropriate Practice (DAP). Yaitu tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan perubahan kemampuan anak yang dapat membantu mendorong perubahan tersebut.
efek yang ditimbulkan dari pembinaan yang justru nantinya beresiko akan mengubur dan mematikan potensi sebelum berkembang mencapai puncaknya.
Untuk dapat memainkan permainan bulutangkis seseorang harus menguasai teknik-teknik bermainnya. Teknik-teknik dasar dalam permainan bulitangkis meliputi: teknik dasar pegangan raket, teknik melangkah kaki, teknik memukul shuttlecock dan pemusatan pemikiran konsentrasi. Salah satu teknik pukulan dalam bulutangkis yaitu pukulan lob, seperti dikemukakan oleh Subardjah dan Hidayat (2007:67) teknik pukulan lob bertahan yaitu : ”Pukulan lob bertahan adalah pukulan lob yang melambung sangat tinggi dengan tujuan untuk mempersiapkan diri dengan memperbaiki posisi untuk selanjutnya memiliki cukup waktu untuk menerima serangan berikutnya.” Oleh karena itu penulis tertarik meneliti aplikasi badminton mini dalam pembelajaran keterampilan dasar lob bertahan dalam keterampilan bulutangkis.
B. Rumusan Masalah
siswa usia dini agar bisa menguasai gerak dasar dalam bermain bulutangkis. Demikian berdasarkan uraian di atas, maka penulis memfokuskan masalah dalam pertanyaan penelitian yaitu : “Apakah aplikasi badminton mini dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan?”
C. Tujuan Penelitian
Suatu kegiatan perlu adanya penetapan tujuan karena penting sebagai awal untuk kegiatan selanjutnya, artinya ada upaya untuk mencapai tujuan yang di gariskan tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi tujuan adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran permainan bulutangkis melalui aplikasi badminton mini, adanya perubahan performa siswa yang berupa keterampilan terhadap hasil keterampilan dasar lob beratahan dalam bermain bulutangkis.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun implementasi.
1. Secara Teoretis
2. Secara Implementasi
1. Sebagai bahan masukan bagi para guru agar proses penjas pada usia dini bisa berjalan dengan baik.
2. Bahan masukan bagi para peneliti cabang olahraga bulutangkis dalam memberikan materi yang variatif, efektif, dan efisien.
3. Pembatasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Populasi yang digunakan adalah siswa-siswi SDN Sindanglaya 2 Bandung.
2. Sampel penelitian ini kelas 4 dan 5 sebanyak 26 orang.
3. Instrumen penelitian ini adalah tes lob bertahan dalam keterampilan bulutangkis.
E. Batasan Istilah
Agar tidak terdapat kesalah pahaman dan menghindari penafsiran yang salah dalam penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan mengenai istilah-istilah yang penting. Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya :
2. Badminton mini, menurut Ivana Lie adalah permainan bulutangkis yang diciptakan untuk anak di bawah usia 13 tahun. Panjang lapangan untuk badmini adalah 11,88 meter dan lebar 5,18 meter, ukuran raket badmini ada dua jenis ukuran yaitu dengan panjang 25 inci dan 21 inci, kedua ukuran tersebut dapat dipakai sesuai dengan keinginan atau kebiasaan anak untuk menggunakan, tinggi net untuk badmini adalah 140 cm.
3. Pembelajaran, menurut Sagala (2010:61) “pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.”
4. Dalam sebuah artikel on-line yang di akses pada tanggal 17 September 2012, tersedia [http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/09/pengertian-keterampilan.html]. Kata keterampilan sama artinya dengan kecekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar.
5. Pukulan lob bertahan, menurut Subarjah dan Hidayat (2007:67) merupakan pukulan lob yang melambung sangat tinggi dengan tujuan untuk mempersiapkan diri dengan memperbaiki posisi untuk selanjutnya memiliki cukup waktu untuk menerima serangan berikutnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode yang sesuai dan dapat membantu mengungkapkan suatu permasalahan yang akan dikaji kebenarannya, penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data. Adapun yang dimaksud metode penelitian menurut Sugiyono (2010:3) “secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mndapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu”.
Dari penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk mempermudah memecahkan suatu permasalahan dengan menggunakan teknik atau alat-alat tertentu sehingga dapat mempermudah memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ada beberapa metode yang biasa dipergunakan dalam suatu penelitian, diantaranya historis, deskriptif, dan eksperimen, berkaitan dengan masalah yang ingin dikaji maka metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Tentang metode eksperimen dijelaskan oleh Sugiyono (2010:72) sebagai berikut: “metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
Dari pendapat para ahli dia atas dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu penelitian dengan tujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan sebab akibat dari variabel-variabel yang akan di teliti.
Hal ini untuk memperoleh gambaran yang jelas sehingga tujuan penelitian tercapai seperti yang diharapkan. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Secara spesifik dapat dikemukakan bahwa penelitian ini ingin meneliti aplikasi badminton mini dalam pembelajaran keterampilan dasar lob bertahan dalam permainan bulutangkis.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Untuk memecahkan suatu masalah penelitian perlu adanya data atau informasi dari objek penelitian yang akan diteliti, dalam mendukung ketercapainya suatu tujuan penelitian yang penulis lakukan. Peran populasi dalam suatu penelitian sangat diperlukan untuk mendapatkan data dan informasi yang akan diteliti berdasarkan permasalahan dalam penelitian. Sugiyono (2010:80) menyebutkan bahwa : “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentuk yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian datarik kesimpulannya”.
penelitian ini siswa-siswi kelas 4 dan 5, SDN Sindanglaya 2 yang berjumlah 104 orang.
2. Sampel
Mengenai sampel Sugiyono (2010:81) menjelaskan bahwa : “sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Jadi sampel adalah bagian dari populasi ysng mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya. Dengan menggunakan teknik tertentu yang lazim disebut dengan teknik pengambilan sampel.
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampling ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dalam kaitan itu, ada dua teknik sampling yang penulis gunakan yaitu teknik sampel acak terpilih (Selected Random Sampling) dan penugasan secara random (assigment Random). Teknik sampel acak terpilih digunakan untuk menentukan jumlah sampel dari populasi yang tersedia, sedangkan penugasan secara random digunakan untuk menentukan anggota sampel pada kelompok eksperiment dan kontrol.
anggota populasi sebanyak 104 orang, penulis memilih dan menentukan 25 % (minimal 26 orang), sebagai sampel dengan teknik sampel acak sederhana, dengan menghubungkan komposisi jumlah siswa yang mewakili setiap kelas dan juga jenis kelamin pada setiap kelas. Penentuan 25% tersebut didasarkan pada pendapat Arikunto (2006:112) yang mengemukakan bahwa:
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
C. Langkah-langkah Pengambilan Sampel
Langkah-lamgkah pengambilan sampel oleh peneliti, dapat digambarkan sebagai berikut:
D. Desain Penelitian
Menurut Syaodih (2008:287) bahwa : “desain penelitian merupakan
rancangan bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan”. Dari pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menyimpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian.
Penggunaan desain penelitian ini disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang ingin diungkapkan. Penggunaan desain dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design, menurut Sugiyono (2010:76) dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
R1 = kelompok eksperimen
R2 = kelompok kontrol
x = treatment yang diberikan
O1 = pretest kelompok eksperimen
O2 = posttest kelompok eksperimen
O3 = pretest kelompok kontrol
O4 = posttest kelompok kontrol
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara
R
1O
1X O
2E. Langkah – langkah penelitian
Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.2 Langkah-langkah penelitian Sampel
Tes Tes Awal
Tes Awal
Eksperimen Kontrol
Perlakuan
Tes Akhir
Kesimpulan Pengumpulan dan
Analisis Data Pengumpulan Data
Hasil R2
Tes Akhir
F. Instrumen Penelitian
Agar penelitian ini menjadi lebih konkrit, maka perlu ada data. Data tersebut diperoleh pada awal eksperimen sebagai data awal dan pada akhir eksperimen sebagai data akhir. Tujuannya agar dapat mengetahui pengaruh hasil kemampuam motorik yang merupakan tujuan akhir dari eksperimen. Dalam pengumpulan data untuk mengetahui kemampuan awal dan kemampuan setelah diberikan perlakuan aplikasi badmini, ada dua tes lob bertahan yaitu dengan tes pada aplikasi badminton mini dan tes pada badminton normal, adapun bentuk tes lob bertahan dalam badminton normal model dari (Hidayat. Y 2004)
Tes Permainan Bulutangkis
1. Tes Lob dengan Badminton Normal dan Badminton Mini
a. Tujuan : mengukur dan menentukan tingkat keterampilan bulutangkis
b. Alat/fasilitas : raket, shuttlecock, lapangan, lakban, kapur tulis dan daftar isian.
c. Pelaksanaan : Badminton normal, penyaji berdiri di tengah lapangan (pada titik A yang berjarak 335 cm dari net). Peserta berdiri di area BCDE (minimal 335 cm dari net) arah pukulan penyaji (pukulan servis panjang) harus terarah ke arah BCDE. Shuttlecock yang diarahkan penyaji harus dipukul oleh peserta
dengan menggunakan 6 buah shuttlecock menyentuh tali setinggi 3m dan jatuhnya tidak sampai di area skor maka diadakan pukulan ulang. Badminton mini, dalam pelaksanaan tidak jauh berbeda dengan tes pada badminton normal, namun ada sedikit perbedaan dalam segi perlengkapan permainan bulutangkis yaitu dalam hal raket, lapangan dan net yang menyesuaikan dengan aplikasi badminton mini
d. Penyekoran : hasil yang dicatat adalah angka sasaran jatuhnya shuttlecock pada setiap pukulan. Angka sasaran dari 6 kali pukula
dijumlahkan kemudian dihitung rata-ratanya (dibagi 6). Rata-rata ini merupakan hasil tes lob.
Gambar 3.3
G. Pelaksanaan Pembelajaran Permainan Bulutangkis
Pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan sebagai berikut:
1. Tempat : Gor Rasamala Bandung
2. Waktu : 8 Agustus 2012 s.d 17 September 2012 3. Lama Pembelajaran : 16 kali pertemuan
Pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak 16 kali pertemuan. Dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu, yaitu hari Senin, Rabu dan Jumat. Penentuan 16 kali pertemuan tersebut didasari oleh pandangan Lumsden, 1987 dan kosasih, 1993 (dalam Hidayat, 117) menjelaskan bahwa : “Penentuan durasi latihan didasari pada pandangan bahwa suatu keterampilan yang efisien dapat dicapai melalui proses latihan berlangsung dengan frekuensi latihan 3 kali
dalam seminggu”. Hal senada dikemukakan oleh Mahendra:2007 (Hendriana,
2011:47) yang menjelaskan bahwa : „Untuk mengembangkan suatu keterampilan yang baik, maka diperlukan waktu selama satu bulan atau tiga sampai empat
minggu latihan‟.
Kemudian Sajoto:1990 (Nugraha, 2012:74) mengungkapkan bahwa :
„Latihan 3 kali dalam seminggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis‟.
Pelaksanaan pembelajran, dilakukan dalam tiga tahapan yaitu tahapan latihan pemanasan, inti, dan penutup. Durasi waktu 70 menit, didasarkan pada pertimbangan waktu pembelajaran penjas selama 2 jam pelajaran masing-masing 35 untuk setiap jam pelajaran. Berikut tahapan pembelajarannya:
1. Pendahuluan ( +10 menit)
Sebelum melakukan pembelajaran, siswa diinstrusikan untuk melakukan pemanasan dengan bimbingan dari penulis, yaitu melakukan peregangan statis, lari mengelilingi lapangan dan peregangan dinamis. Setelah semua itu dilakukan denyut nadi siswa dihitung untuk mengetahui kesiapan siswa untuk melakukan latihan inti.
2. Inti ( +50 menit)
Penyampaian materi pembelajaran sesuai dengan program pembelajaran yang ditetapkan yaitu berupa permainan bulutangkis yaitu dalam satu minggu dilaksanakan 3 kali pertemuan. Permainan tidak diberikan dengan skor yang terlampau tinggi agar menghindari rasa jenuh yang dialami siswa.
3. Penutup ( + 10 menit)
H. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya diolah dengan menggunakan cara-cara statistika, rumus-rumus yang digunakan untuk mengolah data tersebut langkah selanjutnya. Langkah-langkah pengolahan data tersebut, ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:
1. Menghitung skor rata-rata kelompok sampel dengan menggunakan rumus dari Sujana (2002:67) sebagai berikut:
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah:
Xi
X
=N
X = Skor rata-rata yang dicari Xi = Nilai data
 = Jumlah
n = Jumlah sampel
2. Menghitung simpangan baku dengan rumus dari Sudjana (2002:93) sebagai berikut:
S =
(�−� )2
�−1
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: S = Simpangan baku yang dicari
 (X-X)2 = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
3. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Lilliefors. Prosedur yang digunakan menurut Sujana (2002:99) adalah sebagai berikut:
a. Pengamatan X1, X2, … Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan
menggunakan rumus:
Z1= Xi – X
S
(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).
b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang F(Z1) = P(Z Z1).
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … ZnZi. Jika proporsi ini dinyatakan
S(Zi), maka:
S
=
d. Menghitung selisih F (Zi) - S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.
Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan Lo dengan nilai
kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata  yang dipilih. Kriterianya
adalah: tolak hipotesis nol jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan
melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.
4. Menguji homogenitas. Rumus yang digunakan enurut Sujana ( 2005 : 250) adalah
sebagai berikut :
Kriteria tolak Ho hanya F ≥ F1/2α (V1, V2) dengan F1/2α (V1, V2) didapat dari
distribusi F sesuai dengan dk pembilang V1 = (
n
1 – 1 ) dan penyebut V2 =(
n
1 – 1 ) kedua kelompok homogen jika Fhitung < Ftabel, atau derajatkebebasan = (V1, V2) dngan taraf nyata (α) = 0,05
5. Pengujian signifikansi peningkatan hasil latihan, menggunakan uji z dengan rumus:
t =
�
x2 d�
Md =
d
�
keterangan :
t = nilai t yang dcari ( t hitung )
n = Banyak anggota sampel
Md = nilai rata-rata perbedaan kelompok A dan kelompok B d = deviasi masing-masing subjek ( d – Md )
 x2 d = jumlah kuadrat deviasi n = banyaknya sampel
Untuk uji t kriteria pengujian adalah tolak hipotesis, jika t > t1 – α. Untuk
harga lainnya Ho ditolak, distribusi t dengan tingkat kepercayaan 0,975 dan
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Aplikasi badminton mini tidak dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan.
B. Saran
Adapun saran yang disampaikan oleh penulis berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa hasil pembelajaran dengan model aplikasi badminton mini tidak berpengaruh terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan.
2. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak agar hasil penelitian diperoleh dengan maksimal serta dengan faktor – faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil pembelajaran.
DAFTAR ISI
A. Keterampilan Dasar Lob Bertahan ... 11
B. Badminton Mini ... 20
C. Analisis Hubungan Antara Badminton Mini dengan Penguasaan Keterampilan Dasar Lob Bertahan ... 25
D. Hipotesis Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN... 28
A. Metode Penelitian ... 28
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
C. Langkah-langkah Pengambilan Sampel ... 32
D. Desain Penelitian ... 33
E. Langkah-langkah Penelitian ... 34
H. Teknis Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 42
A. Pengolahan dan Analisis Data ... 42
B. Diskusi Penemuan ... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN