• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KECEPATAN LARI JARAK PENDEK 40 METER MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN HITAM HIJAU DI KELAS V SD NEGERI 2 KERTASURA KEC. KAPETAKAN KAB. CIREBON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KECEPATAN LARI JARAK PENDEK 40 METER MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN HITAM HIJAU DI KELAS V SD NEGERI 2 KERTASURA KEC. KAPETAKAN KAB. CIREBON."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ADE MULYONO 0702922

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PRODI PENJAS S.1 KAMPUS SUMEDANG

(2)

Kecepatan Lari Jarak Pendek 40 Meter Melalui Pendekatan Permainan Hitam

Hijau di Kelas V SD Negeri 2 Kertasura Kecamatan Kapetakan Kabupaten

Cirebonbeserta isinya adalah benar-benar karya sendri. Saya tidak melakukan penjiplakan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung segala resiko / sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.

Cirebon, Juni 2011 Yang Membuat Pernyataan

(3)

i

B.Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 13

1. Perumusan Masalah... 13

A. Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar ... 18

1. Pengertian Pendidikan Jasmani... 18

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar ... 20

3. Ruang Lingkup Bahan Pembelajaran... 21

4. Sistematika Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 22

B. Atletik di Sekolah Dasar ... 25

1. Pengertian Atletik ... 25

2. Nomor-nomor Atletik ... 25

3. Metode Pengajaran Atletik ... 25

C. Kecepatan Lari Jarak Pendek ... 27

1. Pengertian Kecepatan... 27

(4)

ii

2. Pengertian Permainan ... 33

3. Metodik Mengajar Permainan... 34

(5)

iii

d. Analisis dan Refleksi Siklus II... 93

3. Paparan Data Tindakan Siklus III ... 96

a. Paparan Data Perencanaan Siklus III ... 96

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus III ... 99

c. Paparan Data Hasil Siklus III ... 100

d. Analisis dan Refleksi Siklus III ... 109

C. Pendapat Siswa dan Guru ... 111

D. Pembahasan ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 116

A. Kesimpulan ... 116

B. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 121

(6)

iv

4.1 : Data Awal Perencanaan ... 56

4.2 : Data Awal Kinerja Guru ... 59

4.3 : Data Awal Kinerja Siswa ... 62

4.4 : Data Awal hasil Observasi ... 64

4.5 : Hasil Observasi Perencanaan siklus I... 70

4.6 : Hasil Tes Lari Jarak Pendek 40 Meter Pada Siklus I ... 76

4.7 : Lembar Obsevasi Kinerja Guru Siklus I ... 71

4.8 : Lembar Observasi Kinerja Siswa Siklus I... 74

4.9 : Deskriptor Penilaian Kinerja Siswa ... 74

4.10 : Rangkuman Analisis Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 79

4.11 : Hasil Observasi Perencanaan siklus II ... 85

4.12 : Hasil Tes Lari Jarak Pendek 40 Meter Pada Siklus II ... 91

4.13 : Lembar Obsevasi Kinerja Guru Siklus II ... 87

4.14 : Lembar Observasi Kinerja Siswa Siklus II ... 89

4.15 : Deskriptor Penilaian Kinerja Siswa ... 90

4.16 : Rangkuman Analisis Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 94

4.17 : Hasil Observasi Perencanaan siklus III ... 100

4.18 : Hasil Tes Lari Jarak Pendek 40 Meter Pada Siklus III ... 107

4.19 : Lembar Obsevasi Kinerja Guru Siklus III... 102

4.20 : Lembar Observasi Kinerja Siswa Siklus III ... 104

4.21 : Deskriptor Penilaian Kinerja Siswa ... 105

(7)

v

1.1 : Gerakan Awalan ... 9

1.2 : Saat Melayang ... 10

1.3 : Finish ... 10

2.1 : Posisi Bersedia ... 32

2.2 : Posisi Siap ... 33

2.3 : Posisi Ya ... 34

3.1 : Riset Model John Elliot ... 44

3.2 : Model Kemis dan Taggart (4.bp.blogspot.com) ... 45

3.3 : Model Kemis dan Taggart (kasbolah, 1998: 111) ... 47

4.1 : Grafik Data Awal Hasil Observasi ... 64

4.2 : Grafik Hasil Tes Lari Jarak Pendek Data Awal dan Siklus I ... 73

4.3 : Grafik Hasil Tes Lari Jarak Pendek Pada Data Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 88

4.4 : Grafik Hasil Tes Lari Jarak Pendek Pada Data Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ... 103

(8)

vi

Lampiran Halaman

1 Data Awa l Hasil Observasi ... 121

2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 123

3 Hasil Observasi Perencanaan Siklus I ... 126

4 Hasil Tes Lari Jarak Pendek 40 Meter Siklus I ... 127

5 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 129

6 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 132

7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 134

8 Hasil Observasi Perencanaan Siklus II ... 137

9 Hasil Tes Lari Jarak Pendek 40 Meter Siklus II ... 138

10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 140

11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 142

12 Hasil Observasi Perencanaan Siklus III ... 145

13 Hasil Tes Lari Jarak Pendek 40 Meter Siklus III ... 146

14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 148

(9)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Namun perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikan jasmani, siswa disosialisasikan kedalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga.

Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila banyak yang meyakini dan mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan menyeluruh, dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik. amun perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikan jasmani, siswa disosialisasikan kedalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga. Pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk

mendapatkan hasil yang diinginkan. Namun demikian pelaksanaan pendidikan jasmani di Indonesia terasa masih

(10)

Menurut Barrow (dalam Freeman, 2001; 56) :

Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport), permainan, senam, dan latihan jasmani (exercise).

Hasil yang ingin dicapai adalah individu yang terdidik secara fisik. Nilai ini menjadi salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakna hanya ketika berhubungan dengan sisi kehidupan individu.

Dalam menetapkan batasan pendidikan jasmani, harus pula dipertimbangkan kaitannya dengan permainan dan olahraga. Meskipun banyak yang menganggap bahwa tiada perbedaan antara ketiganya, kajian secara khusus menunjukkan ciri masing-masing meskipun saling melingkupi. Permainan, jadi aktivitas bermain, terutama merupakan aktivitas kegembiraan. Bermain adalah jenis yang non-kompetitif, atau non-pertandingan dari kegembiraab gerak fisik. Meskipun bermain tidak selau harus fisikal. Bermain tidak perlu harus olahraga atu pendidikan jasmani, meskipun unsur-unsurnya dapat terlihat pada keduanya.

Freeman (2001:5) menyatakan pendidikan jasmani dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok bagian, yaitu:

1. Pendidikan jasmani dilaksanakan melalui media fisikal, yaitu: beberapa aktivitas fisikal atau beberapa tipe gerakan tubuh.

2. Aktivitas jasmani meskipun tidak selalu, tetapi secara umum mencakup berbagai aktivitas gross motorik dan keterampilan yang tidak selalu harus didapat perbedaan yang mencolok.

(11)

pun bisa diraih seperti: perkembangan intelektual, sosial, dan estetika, seperti juga perkembangan kognitif dan afektif.

Bermain adalah hak asasi bagi anak usia dini yang memiliki nilai utama dan hakiki pada masa pra sekolah dan masa sekolah. Kegiatan bermain bagi anak usia dini adalah hal yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Bermain bagi seorang anak tidak sekedar mengisi waktu, tetapi media bagi anak untuk belajar. Setiap bentuk kegiatan bermain pada anak mempunyai nilai positif terhadap perkembangan kepribadiannya.

Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain, sebenarnya anak sedang mempraktekkan keterampilan dan anak mendapatkan kepuasan dalam bermain, yang berarti mengembangkan dirinya sendiri. Dalam bermain anak dapat mengembangkan otot kasar dan otot halus, meningkatkan penalaran dan memahami kebenaran lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreatifitas.

Fungsi bermain bagi anak dapat dijadikan intervensi yang jika dilaksanakan dengan tepat, baik dilengkapi dengan alat maupun tanpa alat akan sangat membantu perkembangan dalam permasosial, emosional, kognitif, dan afektif pada umumnya, dan mengembangkan daya kreatifitas anak.

Matakupan (1987: 23) menjelaskan :

(12)

Siapa pun orangnya, yang pasti telah mengalami masa kecil tentu pernah terlibat dalam permainan anak-anak. Permainan anak-anak itu sendiri dilakukan baik di desa maupun di kota. Setiap anak tidak terlepas dari keinginan melakukan permainan dengan kawan-kawan sebayanya. Bahkan kadang-kadang mereka menghabiskan waktunya untuk melakukan permainan yang menang mengasikkan.

Berbicara tentang permainan anak-anak setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri. Permainan anak-anak di daerah Jawa Barat, tentu berbeda dengan permaian anak-anak di daerah jawa Tengah dan Jawa Timur. Permainan ank-anak Jawa Tengah dan Jawa Timur pun berbeda dengan permainan anak-anak dari bali, sasak, sumbawa, atau daerah lainnya. Hal iu sangat bergantung kepada lingkungan daerahnya dan kreativitas orang yang menciptakan permainan itu.

(13)

Power Ranger dan lain sebagainya. Jadi, jelas lingkungan sangat berpengaruh

terhadap lahirnya permainan anak-anak.

Pendidikan jasmani memiliki kedua elemen bermain dan olahraga, tapi tidak mesti harus selalu ada, baik salah satu atau dalam takaran yang berimbang antara keduanya. Olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan.

Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh relevansi kemenangan dan prestasi optimal. UNESCO mendefinisikan olahraga sebagai “setiap

aktivitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain, ataupun diri sendiri”.

Menurut Mutohir (1992: 4) :

Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.

(14)

Bermain, olahraga, dan pendidikan jasmani semuanya mengandung bentuk gerak fisik, dan ketiganya dapat cocok dalam konteks pendidikan jika dipakai untuk tujuan pendidikan tertentu. Bermain dapat dipakai sebagai rekreasi dan kegembiraan, tanpa tujuan pendidikan, sama seperti olahraga yang dapat hidup demi olahraga itu sendiri tanpa nilai pendidikan. Olahraga profesional tidak memiliki tujuan pendidikan, namun ia tetap olahraga karena pelakunya tidak selalu harus amatir.

Olahraga dan bermain dapat semata-mata untuk kesenangan, semata-mata untuk pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenagan atau kegembiraan tidak terpisahikan dari pendidikan, keduanya dapat dan harus disatukan.

Pembelajaran yang dilakukan dengan benar biasanya menuntut banyak waktu, pikiran dan tenaga siswa. Karena itu bukan mustahil pembelajaran yang intensif kadang-kadang biasa menimbulkan rasa bosan. Hal ini dapat menyebabkan gairah dan motivasinya bisa menurun atau bahkan hilang. Hal ini dapat juga menjadi penyebab penurunan hasil belajar, karena kebosanan merupakan musuh dari usaha peningkatan hasil belajar.

(15)

peserta berlari dengan kecepatan penuh yang menempuh jarak 100meter, 200meter, 400meter”.

Bangsa primitif mencari nafkah dengan jalan berburu dan menangkap ikan, serta membela dirinya dari serangan binatang buas atau melawan keadaan alam. Untuk kepentingan itu mereka harus memiliki kekuatan, kecepatan, daya tahan, dan keuletan. Kesemuanya itu dilakukan dengan berjalan, berlari, melompat, dan melempar agar tidak kehilangan sasarannya.

Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1992:59) :

Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang tertua yang dilakukan oleh manusia, sejak zaman purba sampai dewasa ini. Berjalan, berlari, melompat dan melempar adalah gerakan yang hampir dilakukan oleh setiap manusia didalam kehidupan sehari-hari.

Lari jarak pendek atau sering juga dikatakan dengan lari cepat (sprint), adalah suatu cara lari dimana si atlet harus menempuh seluruh jarak dengan kecepatan semaksimal mungkin. Artinya harus melakukan lari yang secepat-cepatnya dengan mengerahkan seluruh kekuatannya mulai awal (mulai dari start) sampai dengan melewati garis akhir (finis/finish).

Cara / teknik lari jarak pendek 40 meter adalah sebagai berikut : Menurut Irianto (2002; 80) :

(16)

Berdiri tegak, kedua kaki rapat, kedua lengan disamping badan. Pandangan kedepan.

Gerakannya :

Hitungan 1 : Langkahkan kaki kiri ke depan, ibu jari kaki lurus ke depan.

Hitungan 2 : Letakkan lutut kaki kanan disamping ibu jari kaki kiri jaraknya kira-kira satu kepal, badan tegak paha lurus (antara paha dan tungkai bawah kira-kira membentuk sudut 90°).

Hitungan 3 : Angkat kedua lengan ke atas ke depan lurus sejajar bahu dengan jari-jari tangan dirapatkan dan ibu jari-jari tangannya dibuka kedalam, hingga telunjuk dengan ibu jari tangan membentuk huruf V (terutama bagi pemula atau murid-murid SD untuk membiasakan sikap lengan dan jari-jari tangannya pada waktu akan meletakkannya di belakang garis start).

(17)

mudah untuk bergerak). Leher lemas dan pandangan kedepan kira-kira 1-1 ½ m.

Hitungan 5 : Angkat pinggul ke atas, hingga pantat lebih tinggi dari pada pundak. Lutut kaki yang depan kira-kira membentuk sudut 90° dan kaki belakang (kaki kanan) kira-kira membentuk sudut 120°. Kedua lengan tetap lurus, berat badan pada kedua tangan, leher tetap lemas, dan kepala mengikuti gerakan pinggul atau badan. Sikap ini dipertahankan sejenak.

Hitungan 6 : Lari secepat-cepatnya dengan menolakkan kaki pada balok start (start block) yaitu jika memakai balok start, kaki kanan dilangkahkan kedepan bersamaan dengan lengan atau tangan kiri diayun kedepan. Kemudian lari terus sampai jarak yang telah ditentukan.

Gambar 1.1 Gerakan Awalan

(18)

Gambar 1.2 Saat Melayang

http://www.superstock.com/stock-photos-images/4029R-425121

Gambar 1.3 Finish

http://www.superstock.com/stock-photos-images/4029R-233191

(19)

gurunya akan menghasilkan pembelajaran yang baik, apabila direncanakan dengan matang dan dijelaskan secara gamblang kepada anak yang akan melakukannya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negri 2 Kertasura Kec. Kapetakan Kab. Cirebon, pada saat pembelajaran lari jarak pendek siswa tidak begitu menguasai teknik lari, melalui variasi bermain ini, pembelajaran lari jarak pendek yang tidak dikemas dalam bentuk permainan membuat siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran tersebut, jika pembelajaran lari jarak pendek dengan tidak diikuti dengan teknik yang benar sehingga hasil pembelajaran pun tidak optimal.

Untuk mengetahui kemampuan awal dalam lari jarak pendek. Maka peneliti melakukan tes 40 meter lari jarak pendek.

Tabel 1.1

Data Awal hasil Observasi Pelaksanaan lari jarak pendek 40 meter

(20)

20 Lukman Hadi L 8.3 2 TL

Berdasarkan hsil tes lari 40 meter bisa dilihat hanya ada 9 orang yang lulus dari 27 siswa. Ditinjau dari permasalahan tersebut, peneliti memberikan tindakan untuk memodifikasi pembelajaran lari jarak pendek dalam bentuk permainan hitam hijau, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan lari siswa dalam melakukan lari jarak pendek. Salah satu bentuk pembelajarannya adalah melakukan permainan hitam hijau untuk meningkatkan kecepatan lari siswa.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam lari jarak pendek dan aktivitas anak dalam pembelajaran pendidikan jasmani, penulis mencoba membuat suatu model yang dilatar belakangi guru hanya menyampaikan dalam bentuk komando, hanya menyampaikan dari aspek-aspek motorik saja, dan aktivitas siswa pada saat pembelajaran yang belum optimal.

Dari paparan diatas, maka penulis mengambil judul “Meningkatkan

(21)

B. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1. Perumusan Masalah

Masalah menurut Arikunto (2002:51) adalah bagian pokok dari suatu kegiatan, langkahnya disebut perumusan masalah atau perumusan problematik. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perencanaan penerapan pendekatan permainan hitam hijau sebagai bentuk modifikasi dalam pembelajaran lari jarak pendek di kelas V ?

2. Bagaimana pelaksanaan penerapan pendekatan permainan hitam hijau terhadap keterampilan siswa dalam melakukan lari jarak pendek di kelas V ? 3. Bagaimana hasil pembelajaran pendekatan permainan hitam hijau terhadap

keterampilan siswa dalam melakukan lari jarak pendek di kelas V ? 2. Pemecahan Masalah

Masalah tentang tidak tercapainya hasil belajar siswa dalam lari jarak pendek sebagai dampak dari belum optimalnya guru penjas dalam menerapkan pendekatan mengajar di SDN 2 Kertasura. Untuk itulah, penulis memandang perlu melakukan pengkajian secara khusus dalam bentuk penelitian. Adapun penelitian yang akan diangkat dalam upaya pemecahan masalah ini adalah mengenai “ Upaya

Meningkatkan Kemampuan Lari Jarak Pendek 40 meter Melalui Pendekatan Permainan Hitam Hijau di Kelas V SD Negri 2 Kertasura”.

(22)

1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Pengamatan 4. Refleksi

Keempat komponen ini dimasukkan kedalam dua siklus penelitian atau lebih. Lama pelaksanakan tindakan penelitian pada setiap siklusnya sangat tergantung dari pencapaian target yang telah ditetapkan sebelumny. Sangat memungkinkan juga terjadinya perubahan rancangan sebagai hasil refleksi pada setiap kali tindakan dilaksanakan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diajukan, maka tujuan penelitian tindakan ini penulis bagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah ingin memperoleh data atau informasi yang aktual tentang bagaimana pengaruh pendekatan permaian hitam hijau terhadap peningkatan hasil belajar Lari Jarak Pendek di Kelas V SDN 2 Kertasura Kec. Kapetakan Kab. Cirebon.

2. Tujuan Khusus

(23)

1. Untuk mengetahui perencanaan penerapan pendekatan permainan hitam hijau sebagai bentuk modifikasi dalam pembelajaran lari jarak pendek di kelas V. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan penerapan pendekatan permainan hitam hijau

terhadap keterampilan siswa dalam melakukan lari jarak pendek di kelas V. 3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran pendekatan permainan hitam hijau

untuk meningkatkan hasil belajar dalam lari jarak pendek di kelas V.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru penjas, penulis dan pembaca.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Bagi Siswa :

a. Meningkatkan Kemampuan lari jarak pendek siswa SD dalam mengikuti pelajaran penjas, sebagai pengaruh melakukan permainan hitam hijau.

b. Dapat melakukan teknik lari jarak pendek yang benar sebagai pengaruh melakukan permainan hitam hijau.

2. Manfaat Bagi Guru :

a. Dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan penilaian tentang materi permainan.

(24)

3. Manfaat Bagi Penulis

a. Dapat memperoleh data dan informasi yang jelas tentang masalah didalam proses belajar siswa kelas V didalam mengikuti pelajaran penjas.

b. Dapat memperoleh pengetahuan, pengalaman dan pemahaman tentang tata cara menyusun karya ilmiah.

4. Manfaat Bagi Lembaga

a. Dapat diterapkannya permainan hitam hijau ini dalam pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pada pembelajaran atletik lari jarak pendek.

E. Batasan Istilah

1. Permainan adalah bagian mutlak dari kehidupan anak dan permainan merupakan bagian integral dari proses pembentukan kepribadian anak. Ismail (2009: 17)

2. Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani. Freeman (2001: 5)

(25)

dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. (http://radensomad.com/pengertian-sistem-pendidikan-jasmani.html) 4. Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis

besar dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar, dan lompat. . (http://id.wikipedia.org/wiki/Atletik)

5. Sprint atau Lari Cepat yaitu perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan penuh yang menempuh jarak 100m, 200m, dan 400m. Muhajir (2004: 5)

6. Teknik adalah cara yang paling efesien dan sederhana dalam memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dan dibenarkan dalam lingkup peraturan (lomba) olahraga. Peter (1993; 115)

7. Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Sudrajat (2009: 3)

(26)

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran (Susilo, 2007: 16). Penelitian dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Kertasura pada pembelajaran pendidikan jasmani semester II tahun pelajaran 2010/2011, dengan alasan bahwa prestasi belajar pendidikan jasmani khususnya atletik lari jarak pendek masih rendah dan di kelas tersebut memungkinkan untuk dilakukan penelitian tindakan kelas.

2. Waktu Penelitian

(27)

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SD Negri 2 Kertasura sebanyak 26 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas, disingkat PTK. Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk

mengetahui akibat tindakan yang dilakukan terhadap subyek penelitian di kelas tersebut.

(28)

Menurut Wiraatmadja (2006: 13) :

Penelitian tindak kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri, dimana mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

Dan menurut Suyanto (1997:4)

Penelitian tindak kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut;

1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.

2. Kegiatan penelitian, baik inferensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga. 4. Metodologi yang digunalkan harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah

(29)

5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu (Arikunto, Suharsimi, 2002:82).

Menurut Sukidin, dkk (2002:54), ada 4 (empat) macam bentuk penelitian tindakan kelas, yaitu : (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaborasi, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental. Keempat bentuk penelitian tindakan itu ada persamaan dan perbedaannya.

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian tindakan guru sebagai peneliti, dimana guru terlibat langsung secara penuh dalam proses pelaksanaan penelitian, mulai dari tahap menyusun perencanaan, melakukan tindakan, melakukan observasi dan tahap refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini, kalaupun ada, peranannya sangat kecil dan tidak dominan. Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan.

2. Desain Penelitian

Ada banyak model penelitian tindakan yang dikemukakan oleh para ahli, tetapi secara garis besar suatu penelitian tindakan lazimnya memiliki 4 (empat) tahapan yang harus dilalui, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

(30)

meliputi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan tahap refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika dirasa sudah cukup memenuhi kebutuhan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

Sesuai dengan jenis rancangan penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (Arikunto, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1

(31)

PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian,

oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5

aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah,

yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara

terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi

antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya,

dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan.

Gambar 3.2

Model Kemis dan Taggart

http://4.bp.blogspot.com/_6tsiCxfAJSM

(32)

proses inkuiri. Dalam diskusi dipikirkan cara untuk mendorong inkuiri siswa, apakah dengan mengubah kurikulum atau mengubah cara bertanya kepada siswa?

Lanjut pada tahap perencanaan, fokus permasalahan diputuskan untuk menyusun strategi bertanya untuk mendorong siswa untuk menjawab pertanyaan sendiri.

Pada kotak tindakan (action), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati.

Pada kotak pengamatan (observe), pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga membuat catatan dalam lembar-lembar observasi yang telah mereka sediakan.

Dalam kotak refleksi (reflect), ternyata kontrol kelas yang terlalu ketak menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki.

(33)

Gambar 3.3

Model Kemmis dan Taggart (Kasbolah,1998:111) Penjelasan alur diatas adalah:

1. Rancangan/rencana awal. Sebelum mengadakan penelitian, terlebih dahulu menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

(34)

3. Pengamatan atau observasi. Tahap ini pelaksanaannya bisa bersamaan dengan tahap sebelumnya, yakni pelaksanaan tindakan. Dan jika pelaksana tindakan (guru) sekaligus bertindak sebagai pengamat (dalam penelitian tindakan individual, di mana guru bertindak sekaligus sebagai peneliti tanpa kolaborasi dengan pihak lain), maka instrumen pengamatan sebaiknya telah disiapkan secara terstruktur dan sistematis.

4. Refleksi. Tahap ini merupakan kegiatan untuk merenungkan dan memikirkan kembali tindakan-tindakan yang sudah maupun yang belum dilakukan, keberhasilan dan kekurangannya, hambatan-hambatan yang dihadapi selama melakukan tindakan, dan lain sebagainya. Apabila guru pelaksana tindakan juga berstatus sebagai pengamat (peneliti), maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain, guru tersebut melihat dirinya kembali, melakukan ”dialog” dengan dirinya sendiri untuk

(35)

kegiatan evaluasi tindakan, analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan siklus penelitian berikutnya. Peneliti disini lebih memilih desain penelitian dengan model yang dimiliki oleh Kemmis dan Taggart karena ajuh lebih rinci dan setiap siklusnya terdapat beberapa tindakan sehingga peneliti lebih mudah mengolahnya.

D. Prosedur Penelitian

1. Tahapan Perencanaan Tindakan

1) Berdasarkan hasil observasi awal, maka peneliti merencanakan perbaikan terhadap kondisi awal yang dianggap kurang baik dan memuaskan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran olahraga Atletik lari jarak pendek melalui sebuah RPP perbaikan.

2) Membuat lembar observasi yang bertujuan untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa.

3) Membuat alat evaluasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman siswa dalam materi yang telah dipelajari yaitu lari jarak pendek.

2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan 1) Kegiatan awal

a) Siswa dibariskan menjadi tiga bersap b) berdo’a

(36)

d) Menegur siswa yang tidak mengenakan seragam olahraga e) Melakukan gerakan pemanasan

Senam stretching :

a) Gerakan merenggutkan kepala depan belakang

b) Gerakan menengokkan kepala samping kiri dan kanan c) Gerakan lengan membentuk huruf S

d) Gerakan kaki dilipat kebelakang kemudian kesamping e) Gerakan kombinasi

2) Kegiatan Inti

a) Siswa dibariskan berbanjar dilapangan sekolah.

b) Siswa melakukan gerakan lari jarak pendek dengan start jongkok. c) Setelah siswa melakukan permainan hitam hijau hingga selsai.

d) Kegiatan permainan hitam hijau ini dilakukan berulang-ulang, sampai siswa dapat melakukan lari yang maksimal.

3) Kegiatan Akhir

a) Siswa dikumpulkan sambil duduk dan kaki dilujurkan.

b) Siswa menyimak evaluasi dari guru dan melakukan tanya jawab. Setelah kegiata selesai, siswa diperintahkan untuk berganti pakaian dan mengikuti pelajaran selanjutnya.

c. Tahap Observasi

(37)

lari jarak pendek adalah kinerja guru dan aktivitas siswa. Pengamatan yang dilakukan berpedoman pada lembar observasi untuk kinerja guru dan lembar observasi untuk aktivitas siswa.

d. Tahap Refleksi

Kegiatan refleksi adalah melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan. Data yang sudah diperoleh dari hasil observasi, kemudian ditafsirkan dan dianalisi, sehingga dapat diketahui tindakan yang harus dilakukan. Tafsiran hasil observasi ini akan dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi, sehingga dapat disusun langkah-langkah pembelajaran lari jarak pendek menggunakan variasi bermain dalam tindakan selanjutnya, sehingga membentuk siklus-siklus.

E. Instrumen Penelitian a. Lembar observasi

Observasi dilakukan dalam upaya untuk mengamati hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran untuk memperoleh informasi proses pembelajaran lari jarak pendek melalui permainan hitam hijau. Lembar observasi digunakan untuk mencatat perencanaan, kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran lari jarak pendek.

b. Lembar Tes

(38)

c. Catatan lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang penting dilapangan ketika pembelajaran perlangsung dari setiap siklus sehingga akan tergambar peningkatan dari setiap siklus.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Data –data dalam penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari hasil observasi dan tes hasil pembelajaran yang dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 2 Kertasura Kec. Kapetakan Kab. Cirebon. Data pada penelitian ini terdiri dari data proses dan data hasil belajar.

1) Data proses

Teknik yang dilakukan dalam pengolahan data proses yaitu penilaian terhadap aspek-aspek yang terdapat dalam lembar observasi kinerja guru dan aktivias siswa. Masing-masing memiliki skor 3-2-1-0 dengan deskriptor penilaian.

2) Data hasil belajar

Teknik pengolahan data hasil-hasil pembelajan lari jarak pendek adalah :

Waktu tempuh yang terbaik dari dua kali percobaan Nilai untuk Putra :

(39)

3 = 7,9 – 6,9 detik

Proses analisis data dimulai dengan mempelajari seluruh data yang terkumpul dari hasil observasi, wawancara dan tes hasil belajar. Setelah itu data-data dirangkum menjadi poin yang terjaga keabsahannya.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan dan sesudah di lapangan. Menurut Sugiyono (2005: 89) :

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sistensi,menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

(40)

data disusun dalam satuan-satuan kemudian dikategorikan.Tahap akhir dari analisis data adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.

G. Validasi data

Validasi data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Wiraatmadja (2006: 168-171) yaitu:

a. Member Check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi atau wawancara dilakukan dengan cara mengonfirmasikan dengan guru dan siswa melalui diskusi pada setiap kali pertemuan.

b. Triangulasi, adalah memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti (observer/peneliti/penulis, bersama pendapat guru penjas) secara kolaboratif. c. Audit Trail, adalah mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan

data dengan cara mendiskusikandengan pembimbing.

d. Expert Opinion, yaitu pengecekan terakhir, dalam hal ini penulis mengkonfirmasikan temuan kepada para pembimbing dan pengawas.

Berdasarkan validasi data yang telah diuraikan di atas, maka validasi data yang akan digunakan oleh peneliti yaitu member check, triangulasi, audit trail, dan expert opinion. Untuk validasi member check dilakukan setelah melaksanakan

wawancara dengan guru dan siswa serta observasi terhadap kinerja guru dalam proses pembelajaran atletik lari jarak pendek. Peneliti memeriksa hasil observasi apakah data yang dicatat sesuai dengan indikator yang diharapkan atau belum.

(41)

Validasi audit trail yakni dilakukan setelah penelitian berlangsung diantaranya memeriksa kesalahan-kesalahan dari metode atau prosedur yang digunakan peneliti dalam mengambil kesimpulan dalam proses pembelajaran.

(42)

A. Kesimpulan

Penelitian tindakan kelas mengenai meningkatkan kecepatan dalam lari jarak pendek melului permainan hitam hijau di kelas V Sd Negeri 2 Kertasura Kec. Kapetakan Kab. Cirebon yang telah penulis laksanakan, penulis dapat mengambil kesimpulan dari data yang diperoleh sebagai berikut :

1) Perencanaan pembelajaran yang mengacu pada penerapan permainan hitam hijau untuk meningkatkan kecepatan dalam pembelajaran lari jarak pendek. Perencanaan pembelajaran dibuat berdasarkan hasil refleksi pembelajaran sebelumnya, yang kemudian dikembangkan disesuaikan dengan permasalahan yang akan di perbaiki.

2) Pelaksanaan proses pembelajaran dilaksanakan melalui penggunaan model permainan hitam hijau dengan tahapan-tahapan kinerja guru dan aktivitas siswa pada siklus I, II, III, kinerja guru dan aktivitas siswa pada siklus I, II, III dan kinerja guru dan aktivitas siswa pada siklus I, II, III.

(43)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan peneliti ini, maka perlu kiranya peneliti mengajukan beberapa saran untuk perbaikan proses pembelajaran atletik di Sekolah Dasar, khususnya dalam pembelajaran lari jarak pendek yaitu sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a. Menyesuaikan rankaian pembelajaran lari jaran pendek dengan permainan hitam hijau. Biasakan banyak bmelakukan blatihan, manfaatkan waktu senggang dengan aktivitas jasmani.

b. Memperhatikan dan mendengarkan guru pada saat menerangkan materi pelajaran.

2. Bagi Guru

a. Diharapkan mampu membangkitkan motivasi guru untuk mengembangkan pembelajaran yang inivatif sehingga pembelajaran penjas khususnya atletik lebih berkembang dan disenangi siswa.

b. Harus bisa lebih profesional lagi dalam mengajar, serta mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan inivasikurikulum.

(44)

d. Memperhatikan kemajuan yang dicapai dari ketiga siklus, bahwa pembelajaran melalui bentuk permainan memiliki kontribusi positif terhadap aktifitas pembelajaran lari jarak pendek.

3. Bagi Lembaga

Menjadi sumbangan pemikiran bahwa pengadaan media pembelajaran tidak harus dengan media yang mahal, tetapi dengan permainan hitam hijau pun dapat menjadi sisasat pembelajaran dan pembinaan di sekolah sehingga tujuan kurikulum dapat tercapai dengan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, praktis dan efisien.

Memperhatikan sarana pendidikan khususnya alat dan media pembelajaran yang sering dibutuhkan guru pendidikan jasmani.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

(45)

Cipta Depdikbud, (1986), Kurikulum Sekolah Dasar Kls I s/d VI, Garir-garis Besar Program Pengajaran Olahraga dan Kesehatan. (Jakarta; Dirjen PDM).

Depdikbud, (1986), Kurikulum Sekolah Dasar Kls I s/d VI, Garis-garis Besar Program Pengajaran Olahraga dan Kesehatan. (Jakarta : Dirjen PDM).

Dikdik Zafar Sidik, Komarudin, (2008) Pedoman Mengajar dan Melatih Atletik. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Kasbolah, Kasihani. (1998/1999). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: DEPDIKBUD

Nadisah, (1992). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Suherman, Adang, (1999), “ Rekavitalisasi Keterlantaran Pengajaran dalam

Pendidikan jasmani”, Diktat Kuliah Pedagogi Oahraga,

UPI-Press,FPOK-UPI bandung.

..., (1999/2000), Dasar-Dasar Penjaskes, Depdikbud, Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

(46)

Syarifuddin, Aip, (1992), “ Atletik “, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan,Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukintaka, ( 1992).Teori Bermain Untuk D2 PGSD Penjas, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan 1992.

Gambar

Tabel                                                                                                          Halaman
Gambar                                                                                                      Halaman  1.1
Gambar 1.1  Gerakan Awalan
Gambar 1.3  Finish
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada Penulisan Ilmiah ini, penulis akan mencoba membuat desain website yang interaktif serta beranimasi dengan tujuan untuk perkembangan dunia web di negeri ini. Dengan pembatas

1 Penegasan ini cukup berdasar mengingat dalam literatur sejarah Islam abad pertengahan dianggap sebagai masa gemilang dunia Islam dalam bidang pengetahuan yang

Sejalan dengan ahli tersebut, Spillane mengemukakan bahwa pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan secara perorangan

Teknik pengumpulan data primer yaitu teknik pengumpulan data yang langsung diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian, teknik ini dapat dilakukan dengan cara:.. Wawancara,

Pengaruh Latihan Overhead Throw Dengan Pullover Toss Menggunakan Medicine Ball Terhadap Peningkatan Power Lengan Pemain Tenis Lapangan. Universitas Pendidikan Indonesia |

[r]

Oleh karena itu, melalui edukasi dan konseling dari pihak rumah sakit dan pihak instalasi yang terkait kepada pendamping pasien stroke, serta upaya penyuluhan oleh

Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Magister Kedokteran Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang saya jalani,