• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN QUICK ON THE DRAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA :Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Tangerang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN QUICK ON THE DRAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA :Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Tangerang."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

i

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PEMBELAJARAN QUICK ON THE DRAW

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Tangerang)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

PRAHESTI TIRTA SAFITRI 1101593

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

ii

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BANDUNG

(3)

iii

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PEMBELAJARAN QUICK ON THE DRAW

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Tangerang)

Oleh

Prahesti Tirta Safitri

S.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika

© Prahesti Tirta Safitri, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(4)

iv

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Tesis Dengan Judul

PEMBELAJARAN QUICK ON THE DRAW

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Tangerang)

Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Jarnawi Afgani Dahlan, M.Kes. NIP 19680511191011001

Pembimbing II

Dr. H. Tatang Mulyana, M.Pd. NIP. 195101061976031004

Mengetahui,

(5)

v

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Turmudi, M.Sc., M.Ed., Ph.D.

(6)

viii

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Prahesti Tirta Safitri (2013). Pembelajaran Quick on the Draw untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis dan Habits of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Tangerang).

Penelitian ini didasarkan pada permasalahan rendahnya kemampuan penalaran matematis dan keharusan mengembangkan habits of mind siswa. Kemampuan penalaran matematis dan habits of mind sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan penelitian dengan menggunakan pembelajaran quick on the draw. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran quick on the draw dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional serta mengkaji habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran quick on the draw. Desain penelitian ini adalah desain kelompok kontrol non-ekivalen sehingga diperoleh sampel siswa kelas VII di salah satu SMPN di Kota Tangerang sebanyak dua kelas yang menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian meliputi tes kemampuan penalaran matematis dan angket skala habits of mind. Berdasarkan hasil analisis didapat informasi bahwa (1) Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran quick on the draw lebih baik secara signifikan daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, (2) Habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran quick on the draw tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

(7)

xi

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR HAK CIPTA ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Operasional ... 10

1. Kemampuan Penalaran Matematis ... 10

2. Habits of Mind ... 10

3. Pembelajaran Quick on the Draw ... 11

BAB II KAJIAN TEORI ... 12

A. Kemampuan Penalaran Matematis ... 12

B. Habits of Mind ... 15

C. Pembelajaran Quick on the Draw ... 20

D. Kaitan antara Pembelajaran Quick on the Draw, Kemampuan Penalaran Matematis, dan Habits of Mind Siswa ... 25

E. Teori Belajar yang Mendukung ... 26

(8)

xii

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Desain Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

C. Variabel Penelitian ... 31

D. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 31

a. Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 31

b. Skala Habits of Mind ... 39

E. Pengembangan Bahan Ajar ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Teknik Analisis Data ... 41

1. Analisis Data Kualitatif ... 41

2. Analisis Data Kuantitatif ... 41

H. Tahap Penelitian ... 44

I. Prosedur Penelitian ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46

1. Kemampuan Penalaran Matematis ... 46

a. Analisis Skor Pretes Kemampuan Penalaran Matematis ... 49

b. Analisis Skor N-gain Kemampuan Penalaran Matematis ... 51

2. Habits of Mind ... 55

a. Analisis Angket Habits of Mind Dilihat Dari Distribusi Jawaban . 56 b. Analisis Skor Postes Habits of Mind ... 69

B. Pembahasan ... 71

1. Model Pembelajaran ... 71

2. Kemampuan Penalaran Matematis ... 75

3. Habits of Mind ... 78

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 81

(9)

xiii

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Implikasi ... 81

C. Rekomendasi ... 82

(10)

xiv

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis ... 32

3.2 Hasil Uji Validitas Butir Soal Kemampuan Penalaran Matematis ... 35

3.3 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas... 35

3.4 Reliabilitas Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 36

3.5 Klasifikasi Interpretasi Indeks Kesukaran ... 37

3.6 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 37

3.7 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda ... 38

3.8 Daya Pembeda Soal Kemampuan Penalaran Matematis ... 38

3.9 Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 42

4.1 Statistik Deskriptif Kemampuan Penalaran Matematis ... 46

4.2 Deskripsi Rataan Pretes dan Postes Kemampuan Penalaran Matematis Setiap Aspek ... 48

4.3 Hasil Uji Normalitas Skor Pretes ... 49

4.4 Hasil Uji Kesamaan Rataan Skor Pretes ... 50

4.5 Rataan dan Klasifikasi N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis ... 51

4.6 Uji Normalitas Skor N-gain Kemampuan Penalaran Matematis ... 52

4.7 Uji Homogenitas Varians Skor N-gain Kemampuan Penalaran Matematis 53 4.8 Uji Perbedaan Rataan Skor N-gain Kemampuan Penalaran Matematis ... 54

4.9 Statistik Deskriptif Habits of Mind ... 55

4.10 Distribusi Skor Skala Habits of Mind ... 57

4.11 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Berteguh Hati ... 58

4.12 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Mengendalikan Impulsivitas... 58

4.13 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Mendengarkan dengan Pengertian dan Empati ... 59

(11)

xv

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fleksibel ... 60

4.15 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Berpiki tentang Berpikir.... 60

4.16 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Memeriksa Akurasi ... 61

4.17 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Mempertanyakan dan Menemukan Permasalahan ... 62

4.18 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Menerapkan Pengetahuan Masa Lalu di Situasi Baru... 63

4.19 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Berpikir dan Berkomunikasi dengan Jelas dan Cermat ... 64

4.20 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Mencari Data dengan Semua Indra ... 65

4.21 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Berkarya, Berimajinasi, Berinovasi ... 65

4.22 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Menanggapi dengan Kekaguman dan Keheranan ... 66

4.23 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Mengambil Resiko yang Bertanggung Jawab ... 67

4.24 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Melihat Humor ... 67

4.25 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Berpikir secara Interdependen ... 68

4.26 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Bersedia Terus Belajar ... 68

4.27 Uji Normalitas Skor Postes Habits of Mind ... 69

4.28 Uji Homogenitas Varians Skor Postes Habits of Mind ... 70

(12)

xvi

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Diagram Alur Penelitian ... 45

4.1 Perbandingan Rataan Skor Pretes dan Postes Kemampuan Penalaran Matematis ... 47

4.2 Perbandingan Rataan Skor N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis ... 51

4.3 Perbandingan Rataan Skor Postes Habits of Mind Siswa ... 56

4.4 Meja Kartu Soal untuk Setiap Kelompok ... 73

4.5 Kegiatan membimbing Kelompok Belajar dan Bekerja ... 74

4.6 Kegiatan Menyelesaikan Kartu Soal dengan Berdiskusi Kelompok ... 74

4.7 Alat Peraga Jaring-jaring Segitiga ... 76

4.8 Alat Peraga Bangun Datar Segitiga ... 77

(13)

xvii

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 87

A.2 Kartu Soal ... 113

A.3 Kisi-kisi Soal untuk Mengukur Kemampuan Penalaran Matematis ... 125

A.4 Tes untuk Mengukur Kemampuan Penalaran Matematis ... 128

A.5 Kunci Jawaban Tes untuk Mengukur Kemampuan Penalaran Matematis ... 131

A.6 Kisi-kisi Habits of Mind ... 133

A.7 Skala Habits of Mind ... 134

A.8 Lembar Observasi Siswa ... 136

B.1 Hasil Uji Validitas Teoritik Tes Kemampuan Penalaran Matematis... 146

B.2 Hasil Uji Coba tes Kemampuan Penalaran Matematis dengan Program Anates 4.0 ... 150

B.3 Hasil Uji Validitas Teoritik Skala Habits of Mind ... 155

B.4 Hasil Uji Coba Skala Habits of Mind ... 157

C.1 Data Pretes, Postes, dan Gain Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 159

C.2 Data Pretes, Postes, dan Gain Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 162

C.3 Pengolahan Data dan Uji Statistik Pretes, Postes, N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ... 165

D.1 Data Skala Habits of Mind Siswa ... 170

D.2 Transformasi Skala Habits of Mind Siswa ... 174

D.3 Data Skor Habits of Mind Siswa ... 177

D.4 Uji Statistik Skor Habits of Mind Siswa ... 181

(14)

1 Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Matematika merupakan bidang ilmu yang sangat penting untuk dikuasai

oleh setiap insan karena manfaatnya berdampak langsung dalam kehidupan

manusia sehari-hari. Matematika adalah bidang ilmu yang seringkali disebut-sebut

sebagai ratunya ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya. Karenanya matematika

berpengaruh besar dalam bidang ilmu lainnya seperti fisika, kimia, biologi,

bahkan dalam hukum islam sekalipun, salah satunya perhitungan pada ilmu waris.

Matematika juga membantu siswa agar mampu menyelesaikan pelbagai

permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Hal di atas sejalan dengan pendapat Kline (Tim MKPBM, 2001) bahwa

matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena

dirinya sendiri. Tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia

dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Maka

dari itu, pembelajaran matematika sangatlah penting bagi kehidupan setiap

manusia.

Pembelajaran matematika dimulai dari tingkat sekolah dasar sampai

perguruan tinggi perlu untuk dipelajari dan dikuasai karena tidak dapat dipungkiri,

bahwa dalam hidupnya, seseorang akan senantiasa berjumpa dengan matematika.

Oleh karena itu matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik untuk

membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,

kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan

agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,

(15)

2

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan data dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), mata

pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat

dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

NCTM (2000) juga merumuskan bahwa tujuan umum pembelajaran

matematika yaitu belajar untuk bernalar, belajar untuk memecahkan masalah,

belajar untuk mengaitkan ide, dan pembentukan sikap positif terhadap

matematika. Sejalan dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh NCTM

dan kelima tujuan pembelajaran matematika dari BSNP, jelas bahwa beberapa

dari tujuan pembelajaran matematika yang diberikan pada siswa sekolah

menengah pertama adalah agar siswa memiliki kemampuan penalaran matematis

dan kebiasaan berpikir (habits of mind) siswa dalam pembelajaran matematika.

Walle (2007) mengungkapkan bahwa matematika adalah ilmu tentang pola

dan urutan. Definisi ini menantang pandangan popular masyarakat terhadap

matematika sebagai ilmu yang didominasi oleh perhitungan dan tanpa

(16)

3

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

arti tentang sesuatu. Ilmu pengetahuan berawal dengan soal pada suatu situasi.

Meskipun mungkin anda tidak pernah memikirkannya, matematika adalah ilmu

tentang sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis.

Menemukan dan mengungkap keteraturan atau urutan ini dan kemudian

memberikan arti merupakan makna dari mengerjakan matematika.

Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di kelas diharapkan mampu

mengasah kemampuan penalaran mereka. Hal tersebut karena matematika dan

penalaran adalah dua hal yang saling terkait dan keduanya sulit terpisahkan. Pada

akhirnya matematika merupakan sebuah wadah bagi para peserta didik untuk

lebih mengeksplorasi kemampuan yang mereka miliki agar dapat mengintegrasi

berbagai hal yang mampu meningkatkan kemampuan penalaran matematis

mereka.

Pada dasarnya setiap individu harus melakukan penalaran untuk

menghasilkan keputusan yang akurat. Kesulitan mereka dalam memutuskan suatu

permasalahan adalah karena kemampuan penalaran mereka yang masih lemah.

Sementara Sawyer menyatakan bahwa pengetahuan yang diberikan atau

ditransformasikan langsung kepada para siswa kurang meningkatkan kemampuan

bernalar mereka. Sawyer menyebutnya hanya meningkatkan kemampuan untuk

mengingat saja (dalam Prabawa, 2009). Dari kutipan tersebut jelas bahwa

kemampuan penalaran matematis sangat dibutuhkan oleh setiap manusia

karenanya selalu menjadi kebutuhan dasar untuk menyelesaikan setiap masalah

yang sedang dijumpai dan kemampuan penalaran tersebut akan digunakan setiap

manusia untuk mencari kemungkinan solusi dari permasalahan yang mereka

hadapi.

Berdasarkan hasil Trends in International Mathematics and Science Study

(TIMSS) tahun 2011 dalam matematika menempatkan siswa Indonesia pada

peringkat 38 dari 63 negara dan 14 negara bagian yang disurvei (Kompas, 14

Desember 2012). Adapun aspek yang dinilai dalam matematika adalah tentang

(17)

4

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya pada tahun 2007 TIMSS mengungkap hanya 17% (dari sampel yang

diambil) anak Indonesia yang dapat menjawab soal penalaran matematis (Armiati,

2010). Kemudian berdasarkan hasil tes Programme for International Student

Assessment (PISA) 2009 tentang matematika menunjukkan bahwa Indonesia

berada pada peringkat 61 dari 65 negara (OECD, 2010). Adapun aspek yang

dinilai adalah kemampuan pemecahan masalah, kemampuan penalaran, dan

kemampuan komunikasi.

Dilihat dari hasil tersebut dapat dikemukakan bahwa kemampuan siswa

belum mencapai tingkat yang diharapkan. Artinya, siswa masih harus mendapat

perbekalan pembelajaran yang mampu mendorong bekerjanya kemampuan

penalaran mereka. Jika kemampuan penalaran mereka baik, maka siswa akan

lebih baik lagi untuk memecahkan persoalan-persoalan yang diberikan.

Hasil penelitian Wahyudin dalam Yuniati (2010) yang menyatakan bahwa

terdapat lima kelemahan siswa antara lain: (1) kurang memiliki pengetahuan

materi prasyarat yang baik; (2) kurang memiliki kemampuan untuk memahami

serta mengenali konsep-konsep dasar matematika (aksioma, definisi, kaidah, dan

teorema) yang berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dibicarakan; (3)

kurang memiliki kemampuan dan ketelitian dalam menyimak atau mengenali

sebuah persoalan atau soal-soal matematika yang berkaitan dengan pokok bahasan

tertentu; (4) kurang memiliki kemampuan menyimak kembali sebuah jawaban

yang diperoleh (apakah jawaban itu mungkin atau tidak); dan (5) kurang memiliki

kemampuan nalar yang logis dalam menyelesaikan persoalan atau soal-soal

matematika. Wahyudin juga menemukan bahwa guru matematika pada umumnya

mengajar dengan metode ceramah dan ekspositori.

Pembelajaran yang terjadi di berbagai kalangan sekolah juga belum bisa

mengangkat kemampuan siswa dalam bernalar. Pembelajaran di kelas yang masih

berpusat pada guru membuat siswa hanya menerima materi pelajaran secara

informatif, akibat dari pasifnya siswa dalam kelas membuat kemampuan

(18)

5

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang menunjukkan bahwa ceramah merupakan metode yang paling banyak

digunakan selama mengajar, dan guru lebih banyak berbicara dibandingkan

dengan siswa (Shadiq, 2007). Kurang optimalnya kemampuan bernalar siswa

dalam pembelajaran di kelas masih selalu menggunakan metode konvensional

yang cenderung tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran,

sehingga siswa tidak termotivasi untuk mengikuti aktivitas pembelajaran.

Kemampuan penalaran matematis sangat perlu untuk ditingkatkan oleh

para siswa, selain itu penting juga untuk memperhatikan kemampuan kebiasaan

berpikir (habits of mind) siswa. Costa dan Kallick (2012) menyebutkan bahwa

kebiasaan bukanlah perilaku yang kita gunakan atau letakkan secara seenaknya

atau semau kita. Kebiasaan ialah perilaku yang kita tunjukkan dengan baik di

saat-saat yang tepat dan bekerja begitu saja tanpa kita repot-repot berusaha. Pada

akhirnya pembiasaan pengaturan proses berpikir ialah sebuah cara untuk

membuka ruang pikiran sebagai tempat proses tersebut berlangsung.

Memandang pernyataan Costa dan Kallick sebelumnya, habits of mind

siswa benar-benar menjadi landasan siswa dalam berlangsungnya sebuah

pembelajaran. Siswa perlu memiliki kebiasaan berpikir yang baik agar mampu

merespon setiap masalah yang muncul dalam pembelajaran. Kebiasaan berpikir

peserta didik pada saat pembelajaran menjadi hal yang fundamental ketika mereka

mendapat sekelumit permasalahan dan mereka harus mencari solusi

penyelesaiannya seperti apa.

Seperti halnya kemampuan penalaran matematis, habits of mind juga

sangat mendukung penampilan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Kebiasaan berpikir (habits of mind) merupakan akar kekuatan siswa dalam

melatih kemampuan mereka dalam menentukan solusi penyelesaian dalam suatu

permasalahan. Kelas merupakan sebuah kondisi atau lingkungan yang mereka

tempati pada saat mereka belajar. Oleh karena itu, guru benar-benar harus bisa

melihat kebiasaan berpikir siswa tersebut ketika terjadi proses pembelajaran dan

(19)

6

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pentingnya kebiasaan berpikir, sehingga mereka terbantu dalam menyelesaikan

berbagai tugas.

Costa dan Kallick (2012) mengemukakan bahwa terdapat 16 karakteristik

habits of mind yaitu: (1) berteguh hati; (2) mengendalikan impulsivitas; (3)

mendengarkan dengan pengertian dan empati; (4) berpikir fleksibel; (5) berpikir

tentang berpikir (metakognitif); (6) memeriksa akurasi; (7) mempertanyakan dan

menemukan permasalahan; (8) menerapkan pengetahuan masa lalu di situasi baru;

(9) berpikir dan berkomunikasi dengan jelas dan cermat; (10) mencari data dengan

semua indra; (11) berkarya, berimajinasi, berinovasi; (12) menanggapi dengan

kekaguman dan keheranan; (13) mengambil resiko yang bertanggung jawab; (14)

melihat humor; (15) berpikir secara interdependen; dan (16) bersedia terus belajar.

Nurmaulita (2012) menyampaikan bahwa Habits of mind dapat juga

dikatakan sebagai suatu perilaku positif yang ditunjukkan oleh siswa yang

dilakukan secara berulang-ulang dari waktu ke waktu secara otomatis. Habits of

mind bukan merupakan bakat alamiah atau faktor bawaan melainkan suatu

kebiasaan perilaku yang dipelajari dengan secara sengaja dan sadar selama

beberapa waktu. Habits of mind dapat juga digunakan sebagai respon terhadap

pertanyaan dan jawaban sebuah masalah yang tidak segera diketahui sehingga

guru dapat mengamati bagaimana siswa menghasilkan sebuah pengetahuan dari

pada hanya mengingat pengetahuan tersebut.

Intel Education dalam Rustaman (2008) juga menyebutkan bahwa

kebiasaan berpikir penting untuk dikembangkan karena memberikan bekal belajar

sepanjang hayat atau long life. Rustaman menambahkan bahwa pembiasaan

bepikir perlu untuk ditekankan di berbagai level dan ditanamkan sejak dini serta

dapat dilaksanakan melalui pembelajaran bidang studi. Dengan begitu, sejalan

dengan yang diungkapkan oleh Rustaman, peneliti menilai kebiasaan berpikir

(Habits of mind) dapat dilaksanakan dalam pembelajaran matematika, selain itu

pembelajaran matematika yang menekankan pada aspek habits of mind juga

(20)

7

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebuah penelitian terhadap habits of mind siswa untuk pengembangan dalam

sebuah pendidikan.

Costa dan Kallick (2012) yang mengemukakan bahwa diskusi terarah selalu bermanfaat bagi guru untuk memberikan pemahaman tentang „kebiasaan berpikir‟. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saul (dalam Leager, 2005) bahwa kelas harus menjadi tempat dimana para guru dan siswa bekerja seperti layaknya

komunitas pemikir yang unik. Diskusi juga memberikan siswa kesempatan untuk

memproses materi pembelajarannyadengan begitu pembelajaran yang mampu

melibatkan siswa secara aktif dalam bernalar dan mampu merangsang kebiasaan

berpikir siswa adalah melalui pembelajaran quick on the draw. Pembelajaran

quick on the draw merupakan pembelajaran berkelompok yang dikemas secara

lebih bervariasi. Pembelajaran ini akan menitikberatkan pada diskusi terarah yang

dibimbing oleh guru agar kemampuan penalaran matematis dan habits of mind

siswa semakin berkembang.

Kemampuan penalaran matematis yang diasah dalam pembelajaran quick

on the draw merupakan kemampuan penalaran matematis yang dibentuk dalam

aktivitas pembelajaran berkelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat Herman

(2007) bahwa belajar kelompok merupakan strategi yang cocok untuk

meningkatkan penalaran siswa. Leager (2005) juga mengemukaan bahwa rasa

saling memiliki dari sebuah kelompok merupakan hal yang penting dalam

membangun perkembangan habits of mind siswa. Selain itu alasan memilih

pembelajaran berkelompok adalah untuk mengantisipasi perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, sehingga metode pembelajaran

matematika di kelas perlu dikembangkan, tidak lagi bersifat teacher-centered

tetapi sudah beralih ke student-centered.

Ginnis (2008) menyampaikan bahwa Quick on the draw merupakan

sebuah pembelajaran untuk kerja tim dan kecepatan. Pembelajaran ini juga tidak

rumit untuk diaplikasikan di kelas. Tujuannya adalah menjadi kelompok pertama

(21)

8

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelompok lain, melainkan sebagai acuan melawan waktu. Kegiatan pembelajaran

quick on the draw di dalamnya dapat membantu siswa untuk membiasakan diri

belajar pada sumber selain guru dan sesuai dengan siswa yang memiliki

karakteristik tidak dapat duduk dengan tenang pada saat belajar. Pembelajaran

quick on the draw akan memberikan pengalaman mengenai berbagai macam

keterampilan yang dimiliki oleh siswa.

Pembelajaran quick on the draw dapat membuat peserta didik terlibat

secara aktif dalam kelas karena mereka dituntut untuk menguasai konsep-konsep

materi yang sedang dipelajari baik secara individu maupun berdiskusi dengan

teman-teman dari kelompoknya. Hal tersebut sesuai dengan apa yang

diamanatkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses yang menyebutkan bahwa

pelaksanaan proses pembelajaran harus dilaksanakan sebagai berikut: “Kegiatan

pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis perserta didik” (Permendiknas, 2007).

Pembelajaran quick on the draw yang ditempuh oleh peserta didik, juga

terkait dengan kemampuan penalaran mereka untuk memecahkan berbagai

permasalahan yang diberikan untuk membuat mereka betul-betul memahami

konsep, karena menurut hasil penelitian Wahyudin, kelemahan peserta didik juga

dalam kemampuan untuk memahami serta mengenali konsep-konsep dasar

matematika (aksioma, definisi, kaidah, dan teorema) yang berkaitan dengan pokok

bahasan yang sedang dibicarakan (Yuniati, 2010).

Pembelajaran quick on the draw memiliki beberapa tahap. Aktivitas

penalaran akan terlihat pada tahap kedua pada saat siswa bekerja bersama

kelompoknya untuk menyelesaikan beberapa permasalahan, masing-masing dari

(22)

9

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

segera teratasi secara bersama-sama. Guru juga membimbing agar siswa mampu

mengasah kemampuan penalaran mereka melalui diskusi dalam pembelajaran.

Ada keterkaitan antara kemampuan habits of mind dan pembelajaran quick

on the draw dalam penelitian ini. Dalam habits of mind Costa dan Kallick (2012)

menjelaskan bahwa penting untuk mempertimbangkan penggunaan pujian dan

imbalan di dalam kelas. Sementara dalam pembelajaran quick on the draw, pada

tahap kelima guru akan memberikan penghargaan yang berupa pujian dan

imbalan, baik bersifat individu maupun kelompok.

Penelitian ini dilaksanakan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (usia

11 tahun keatas) diharapkan siswa yang sudah masuk pada awal formal operation

ini mereka sudah berpikir secara abstrak dan kompleks sehingga mampu untuk

mengikuti instruksi yang disampaikan oleh guru mengenai proses pembelajaran

quick on the draw dan mereka tidak akan mengalami banyak kesulitan selama

proses pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan pemaparan mengenai pembelajaran quick on the draw yang

erat sekali dengan aktivitas penalaran matematis dan habits of mind siswa, peneliti

melakukan sebuah penelitian di sekolah mengenai pembelajaran quick on the

draw untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan habits of mind

siswa sekolah menengah pertama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum adalah “apakah pembelajaran

quick on the draw dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan

habits of mind siswa SMP”. Selanjutnya berdasarkan rumusan masalah tersebut

dijabarkan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran quick on the draw lebih baik daripada siswa yang

(23)

10

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Apakah habits of mind siswa yang mendapatkan pembelajaran quick on the

draw lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran

konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Menelaah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran quick on the draw dan siswa yang mendapatkan

pembelajaran konvensional.

2. Mengkaji habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran quick on the

draw dan pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai

berikut.

1. Bagi guru, pembelajaran quick on the draw dapat menjadi salah satu

pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan

penalaran matematis dan habits of mind siswa.

2. Bagi siwa, belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran quick on

the draw diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan matematis

siswa.

3. Hasil penelitian ini akan dapat digunakan sebagai tambahan informasi untuk

pengembangan bahan ajar, model atau aktivitas pembelajaran tertentu yang

dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan dan habits of mind

siswa SMP.

(24)

11

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional sebagai

berikut:

1. Kemampuan Penalaran Matematis

Kemampuan penalaran matematis adalah kemampuan penarikan

kesimpulan berdasar pada beberapa pernyataan yang diketahui benar ataupun

yang dianggap benar. Kemampuan penalaran matematis yang diteliti adalah

penalaran induktif dan deduktif. Penalaran induktif yaitu proses penarikan

kesimpulan berdasarkan beberapa pernyataan khusus yang sudah diketahui

sebelumnya. Penalaran deduktif yaitu proses penarikan kesimpulan yang

berdasarkan teori, sifat, rumus dalam matematika yang sudah dibuktikan

kebenaran sebelumnya.

2. Habits of Mind

Habits of mind adalah kebiasaan berpikir sebagai kecenderungan

untuk berperilaku secara intelektual atau cerdas ketika menghadapi masalah,

khususnya masalah yang tidak dengan segera diketahui solusinya. Kebiasaan

berpikir tersebut meliputi: (1) berteguh hati; (2) mengendalikan impulsivitas;

(3) mendengarkan dengan pengertian dan empati; (4) berpikir fleksibel; (5)

berpikir tentang berpikir (metakognitif); (6) memeriksa akurasi; (7)

mempertanyakan dan menemukan permasalahan; (8) menerapkan

pengetahuan masa lalu di situasi baru; (9) berpikir dan berkomunikasi dengan

jelas dan cermat; (10) mencari data dengan semua indra; (11) berkarya,

berimajinasi, berinovasi; (12) menanggapi dengan kekaguman dan keheranan;

(13) mengambil resiko yang bertanggung jawab; (14) melihat humor; (15)

berpikir secara interdependen; dan (16) bersedia terus belajar.

3. Pembelajaran Quick on the Draw

Pembelajaran quick on the draw adalah sebuah kegiatan pembelajaran

yang menggunakan sistem pengelompokan (tim kecil), yaitu antara empat

(25)

12

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjadi pemenang dalam waktu yang cepat. Tahap pembelajarannya yaitu:

tahap 1 (Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok); tahap 2 (menyajikan

masalah melalui kartu soal); tahap 3 (membimbing kelompok belajar dan

(26)

30

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen

semu yaitu penelitian yang tidak mengalami pengacakan murni melainkan

peneliti menerima keadaan subjek apa adanya. Penelitian ini terdiri dari dua

kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan) merupakan

kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran quick

on the draw dan kelompok kontrol (kelas pembanding) adalah kelompok

siswa yang pembelajarannya tidak menggunakan pembelajaran quick on the

draw (konvensional). Dengan demikian untuk mengetahui adanya

perbedaan kemampuan penalaran matematis dan habits of mind siswa

terhadap pembelajaran matematika dilakukan penelitian dengan desain

penelitian sebagai berikut:

Kelas Eksperimen : O X O

Kelas Kontrol : O O

Keterangan:

O : Pretes dan postes kemampuan penalaran matematis dan postes

habits of mind siswa

X : Pembelajaran quick on the draw

: Subjek tidak dikelompokkan secara acak

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

kelompok kontrol non-ekivalen (Ruseffendi, 2005: 53). Pada desain ini,

subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan

subjek seadanya.

(27)

31

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP

Negeri 5 Kota Tangerang Provinsi Banten tahun ajaran 2012/2013.

Sedangkan sampel penelitiannya adalah para siswa kelas VII SMP Negeri 5

Kota Tangerang sebanyak dua kelas.

Pengambilan sampel ini ditentukan berdasarkan sampling purposive.

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu (Sugiono, 2011). Tujuan dilakukan pengambilan sampel seperti ini

adalah agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien terutama

dalam hal pengawasan, kondisi subjek penelitian, waktu penelitian yang

ditetapkan dan kondisi tempat penelitian serta prosedur perijinan.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu kondisi yang dimanipulasi,

dikendalikan atau diobservasi oleh peneliti. Penelitian ini melibatkan dua

jenis variabel yakni variabel bebas yaitu pembelajaran quick on the draw

dan pembelajaran konvensional. Sedangkan variabel terikat yaitu

kemampuan penalaran matematis dan habits of mind siswa.

D. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan dua jenis

instrumen, yaitu instrumen tes dan nontes. Instrumen dalam bentuk tes

terdiri dari seperangkat soal tes untuk mengukur kemampuan penalaran

matematis, sedangkan instrumen non tes untuk mengukur habits of mind

siswa.

a. Tes Kemampuan Penalaran Matematis

Tes kemampuan penalaran matematis pada penelitian ini berbentuk

uraian sebanyak 5 soal yang diberikan pada awal dan akhir pembelajaran

melalui pembelajaran quick on the draw. Dalam penyusunan tes penalaran

(28)

32

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dasar, indikator, aspek yang diukur beserta skor penilaian dan nomor butir

soal, dilanjutkan dengan menyusun soal serta alternatif kunci jawabannya

masing-masing soal. Tes yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan

penalaran matematis terdiri atas 5 butir soal uraian. Adapun kriteria

pemberian skornya berpedoman pada indikator dalam tabel berikut:

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis

Indikator Respon Skor

Penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan data

Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar

0

Hanya menjawab sebagian yang benar 1

Menjawab hampir semua benar dari pertanyaan

2

Menjawab dengan mengikuti keserupaan data, dan menarik kesimpulan serta dijawab dengan lengkap/jelas dan benar.

3

Penarikan kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data yang

teramati

Tidak menjawab/menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan/tidak ada yang benar

0

Hanya menjawab sebagian yang benar 1

Menjawab hampir semua benar dari pertanyaan

2

Menjawab dengan mengikuti argumen-argumen logis, dan menarik kesimpulan umum serta dijawab dengan lengkap/jelas dan benar.

3

Memberikan penjelasan berdasarkan fakta dan aturan

Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai

dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar 0

Hanya menjawab sebagian yang benar 1

Menjawab hampir semua benar dari pertanyaan

2

Memberikan penjelasan dengan mengikuti fakta dan aturan serta dijawab dengan lengkap/jelas dan benar.

3

Menyusun pembuktian langsung

Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar

0

Hanya menjawab sebagian yang benar 1

Menjawab hampir semua benar dari pertanyaan

2

Memberikan pembuktian langsung dengan lengkap/jelas dan benar.

3

Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar

0

(29)

33

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penarikan kesimpulan logis berdasarkan aturan

Menjawab hampir semua benar dari pertanyaan

2

Menjawab dengan mengikuti aturan dan menarik kesimpulan logis serta dijawab dengan lengkap/jelas dan benar.

3

Sebelum tes kemampuan penalaran matematis digunakan

dilakukan uji coba dengan tujuan untuk mengetahui apakah soal tersebut

sudah memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan

daya pembeda. Soal tes kemampuan penalaran matematis ini diujicobakan

pada siswa kelas VIII-D SMP Negeri 5 Tangerang yang telah menerima

materi bangun datar segitiga. Tahapan yang dilakukan pada uji coba tes

kemampuan penalaran matematis sebagai berikut:

1) Analisis Validitas Tes

Menurut Arikunto (2006: 168), validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukan tingkatan kevalidan atau kesahihan sesuatu

instrumen. Validitas instrumen diketahui dari hasil pemikiran dan

hasil pengamatan. dari hasil tersebut akan diperoleh validitas teoritik

dan validitas empirik.

a) Validitas Teoritik

Validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk

pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid

berdasarkan teori dan aturan yang ada. Pertimbangan terhadap soal tes

kemampuan penalaran yang berkenaan dengan validitas isi dan

validitas muka diberikan oleh ahli.

Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut

ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan (Suherman, 2001: 131).

Validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen

dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Apakah soal pada

(30)

34

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Validitas muka dilakukan dengan melihat tampilan dari soal itu

yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga

jelas pengertiannya dan tidak salah tafsir. Jadi suatu instrumen

dikatakan memiliki validitas muka yang baik apabila instrumen

tersebut mudah dipahami maksudnya sehingga testi tidak mengalami

kesulitan ketika menjawab soal.

b) Validitas Empirik

Valditas empiris yaitu validitas yang diperoleh dengan melalui

observasi atau pengalaman yang bersifat empiris. Untuk mengetahui

validitas empiris, akan dihitung koofisien korelasi (rxy) dengan

menggunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan

oleh Pearson. Kegunaannya untuk mengetahui derajat hubungan

antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat

(dependent) (Riduwan, 2010: 138). Rumus korelasi product moment

dengan angka kasar (Widoyoko, 2012: 147) sebagai berikut:

rxy ∑ ∑ ∑

√ ∑ –(∑ } ∑ ∑

Keterangan :

rxy : Koefisian korelasi antara variabel X dan variabel Y

: Skor tiap butir soal

: Skor total

: Jumlah subyek

Penafsiran harga koefisien korelasi dilakukan dengan

membandingkan harga kritik. Adapun harga kritik untuk validitas

butir instrumen adalah 0,3. Artinya apabila rxy lebih besar atau sama

dengan (rxy 0,3), nomor butir soal tersebut dapat dikatakan valid.

Sebaliknya apabila rxy lebih kecil dari 0,3 (rxy 0,3), nomor butir soal

(31)

35

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

instrument dianggap valid apabila memiliki korelasi 0,3 terhadap skor

total (Widoyoko, 2012: 149).

Setelah instrumen dinyatakan memenuhi validitas isi dan

validitas muka, kemudian soal tes kemampuan penalaran matematis

tersebut dujicobakan secara empiris kepada 40 orang siswa kelas

VIII-D SMP Negeri 5 Tangerang. Data hasil uji coba soal tes serta

validitas butir soal selengkapnya ada pada Lampiran B.2. Perhitungan

validitas butir soal menggunakan software Anates V.4 For Windows.

Hasil validitas butir soal kemampuan penalaran matematis disajikan

[image:31.595.118.517.119.748.2]

pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2

Hasil Uji Validitas Butir Soal Kemampuan Penalaran Matematis No Soal Koefisien (rxy) Kriteria

1 0,586 Valid

2 0,674 Valid

3 0,609 Valid

4 0,811 Valid

5 0,608 Valid

2) Analisis Reliabilitas

Menurut Suherman (2001: 153) suatu alat evaluasi disebut reliabel

jika alat evaluasi memberikan hasil yang relatif tetap jika digunakan untuk

subyek yang sama, dengan demikian reliabilitas disebut juga konsisten dan

ajeg. Untuk mengestimasi reliabilitas suatu tes evaluasi, ada beberapa cara.

Rumus reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini menggunakan

rumus Cronbach Alpha (Riduwan, 2010: 115) sebagai berikut.

[ ] [ ]

Keterangan :

r11 : nilai reliabilitas

(32)

36

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

k : jumlah item soal

Kriteria penafsiran mengenai tolok ukur untuk

menginterprestasikan derajat reliabilitas menurut Guilford adalah sebagai

[image:32.595.118.513.204.651.2]

berikut.

Tabel 3.3

Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Validitas Interpretasi

0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi

0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup

0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah

rxy≤ 0,20 Sangat rendah

Untuk mengetahui instrumen yang digunakan reliabel atau tidak

maka dilakukan pengujian reliabilitas dengan rumus alpha-croncbach

dengan bantuan program Anates V.4 for Windows. Pengambilan keputusan

yang dilakukan adalah dengan membandingkan rhitung dan rtabel. Jika rhitung >

rtabel maka soal reliabel, sedangkan jika rhitung ≤ rtabel maka soal tidak

reliabel.

Maka untuk α = 5% dengan derajat kebebasan dk = 38 diperoleh

harga rtabel 0,320. Hasil perhitungan reliabilitas dari uji coba instrumen

diperoleh rhitung = 0,76. Artinya soal tersebut reliable karena 0,76 > 0,320

dan termasuk kedalam kategori tinggi. Hasil perhitungan selengkapnya ada

pada Lampiran B.2. Berikut ini merupakan rekapitulasi hasil perhitungan

reliabilitas.

Tabel 3.4 Reliabilitas Tes

Kemampuan Penalaran Matematis

rhitung rtabel Kriteria Kategori

0,76 0,320 Reliabel Tinggi

Hasil analisis menunjukkan bahwa soal kemampuan penalaran

matematis telah memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan

dalam penelitian.

(33)

37

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tingkat kesukaran menyatakan derajat atau tingkat kesukaran suatu

butir soal. Sebuah soal tidak boleh terlalu sulit untuk kemampuan siswa

ataupun tidak boleh terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah atau terlalu sulit

akan diganti setelah dilakukan pengujian. Adapun rumus yang digunakan

untuk menentukan indeks kesukaran ialah sebagai berikut:

̅

Keterangan:

= Indeks kesukaran

̅ = Rata- rata skor

= Skor maksimal butir soal

Klasifikasi indeks kesukaran menurut Suherman (2003: 170) sebagai

[image:33.595.119.510.213.665.2]

berikut:

Tabel 3.5

Klasifikasi Interpretasi Indeks Kesukaran

Nilai IK Interpretasi

= 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < ≤ 1,00 Soal mudah

= 1,00 Soal terlalu mudah

Berikut ini merupakan hasil uji coba untuk tingkat kesukaran dengan

menggunakan bantuan software Anates V.4 For Windows.

Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran Matematis

No Soal IK Interpretasi

1 0,606 Sedang

2 0,545 Sedang

3 0,363 Sedang

4 0,272 Sukar

5 0,212 Sukar

Dari hasil uji coba instrumen di atas diperoleh 3 soal dengan kriteria

(34)

38

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa kelompok atas maupun bawah dapat menjawab benar butir-butir soal

tersebut. Untuk kriteria tingkat kesukaran sukar yaitu soal nomor 4 dan 5.

Ini berarti siswa dalam kelompok bawah dan sebagian kelompok atas

kesulitan dalam menjawab soal tersebut. Untuk perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran B.2.

4) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan

dan siswa yang belum menguasai materi yang ditanyakan (Safari, 2005: 25).

Untuk keperluan perhitungan daya pembeda diambil 27% kelompok atas

dan 27% kelompok bawah sedangkan 46% kelompok tengah dipisahkan,

selanjutnya untuk mencari indeks daya pembeda soal uraian, menggunakan

persamaan berikut (Surapranata, 2006: 32).

Keterangan:

D : indeks daya pembeda

: proporsi menjawab benar pada kelompok atas

[image:34.595.118.509.181.618.2]

: proporsi menjawab benar pada kelompok atas

Tabel 3.7

Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi

0,70 < D ≤ 1 Sangat baik

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,00 < D ≤ 0,20 Jelek

D ≤ 0 Sangat jelek

Sumber: Suherman (2001: 176)

Untuk hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

B.2. Adapun hasil rangkuman yang diperoleh dari uji coba instrumen untuk

daya pembeda dengan menggunakan software Anates V.4 For Windows

dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut.

(35)

39

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daya Pembeda Soal Kemampuan Penalaran Matematis

No Soal DP Interpretasi

1 0,364 Cukup

2 0,364 Cukup

3 0,424 Baik

4 0,546 Baik

5 0,364 Cukup

Dari tabel di atas, didapat daya pembeda dengan klasifikasi cukup

sebanyak 3 soal yaitu soal nomor 1, 2, dan 5 dan klasifikasi baik sebanyak 2

soal yaitu 3 dan 4. Hal tersebut menunjukkan bahwa soal-soal tersebut sudah

bisa membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa

yang berkemampuan rendah.

b. Skala Habits of Mind Siswa

Skala habits of mind siswa diberikan sebagai bahan evaluasi secara

kuantitatif mengenai kebiasaan berperilaku positif siswa terhadap

pembelajaran. Skala habits of mind ini memuat pernyataan-pernyataan

menyangkut kebiasaan berpikir positif siswa dan kemampuan siswa

beradaptasi dengan pembelajaran yang berlangsung.

Butir pernyataan habits of mind matematis terdiri dari 16 item dengan

empat pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju

(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) pada tiap item pertanyaan. Pilihan

jawaban netral (ragu-ragu) tidak digunakan untuk menghindari jawaban

aman dan mendorong siswa untuk melakukan keberpihakan jawaban. Skala

ini diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran.

Sebelum instrumen ini digunakan, dilakukan uji validitas teoritik

dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan uji coba terbatas pada dua orang

di bidang psikologi. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk memperoleh

gambaran apakah pernyataan-pernyataan dari skala habits of mind dapat

(36)

40

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

teoritik tersebut terdapat beberapa item yang kurang ringkas dan tepat dari

segi bahasa sehingga penguji menyarankan penulis untuk memperbaiki

item habits of mind sebelum diujicobakan kepada siswa agar layak untuk

digunakan pada uji tahap kedua.

Setelah instrumen skala habits of mind dinyatakan layak digunakan,

kemudian dilakukan uji coba tahap kedua pada 5 orang siswa kelas VII-D

SMPN 5 Tangerang di luar sampel penelitian. Tujuan dari uji coba ini

adalah untuk mengetahui tingkat keterbacaan bahasa dan sekaligus

memperoleh gambaran apakah pernyataan-pernyataan dari skala habits of

mind dapat dipahami oleh siswa. Dari hasil uji coba terbatas, ternyata

diperoleh gambaran bahwa semua pernyataan dapat dipahami dengan baik

oleh siswa.

E. Pengembangan Bahan Ajar

Penyusunan dan pengembangan bahan ajar merupakan bagian yang

sangat penting dari suatu proses pembelajaran. Bahan ajar dalam penelitian

ini adalah bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran matematika

dengan menggunakan kegiatan pembelajaran quick on the draw untuk

kelompok eksperimen. Bahan ajar disusun berdasarkan kurikulum yang

berlaku di lapangan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Isi bahan

ajar memuat materi-materi matematika untuk kelas VII semester II dengan

pokok bahasan dipilih berdasarkan alokasi waktu yang telah disusun oleh

guru peneliti. Setiap pertemuan memuat satu pokok bahasan yang dilengkapi

dengan Set Kartu Soal. Kartu soal tersebut memuat soal-soal menyangkut

materi-materi yang dipelajari pada tiap pertemuan.

(37)

41

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kegiatan penelitian mulai dilakukan setelah semua instrumen dan

perangkat pembelajaran selesai dibuat. Untuk melakukan penyesuaian

dengan sekolah tempat penelitian ini dilakukan penulis akan terlebih dahulu

melakukan tinjauan lapangan pada bulan Januari 2013. Penulis akan

berdiskusi dengan guru-guru matematika SMP Negeri 5 Tangerang untuk

memperoleh informasi apakah penelitian ini dapat dilakukan di sekolah

tersebut. Penulis mencatat beberapa hal yang perlu diketahui seperti keadaan

siswa, tingkat kehadiran siswa, kemungkinan waktu penelitian, dan lain-lain.

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes kemampuan

penalaran matematis dan skala habits of mind. Data yang berkaitan dengan

kemampuan penalaran matematis siswa dikumpulkan melalui pretes dan

postes dan data yang berkaitan dengan habits of mind siswa dikumpulkan

melalui penyebaran skala habits of mind siswa.

G. Teknik Analisis Data

Data yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data

kualitatif. Untuk itu pengolahan terhadap data yang telah dikumpulkan,

dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Data Kualitatif

Data-data kualitatif diperoleh melalui observasi. Hasil observasi

diolah secara deskriptif dan hasilnya dianalisis melalui laporan penulisan

essay yang menyimpulkan kriteria, karakteristik serta proses yang terjadi

dalam pembelajaran.

2. Analisis Data Kuantitatif

Data-data kuantitatif diperoleh dalam bentuk hasil uji instrumen, data

(38)

42

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

instrumen diolah dengan software Anates Versi 4.1. Data hasil pretes, postes,

N-gain dan skala sikap habits of mind siswa diolah dengan bantuan program

Microsoft Excel dan software SPSS Versi 16.0 for Windows.

a. Data Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematis

Hasil tes kemampuan penalaran matematis digunakan untuk

menelaah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang

mendapatkan pembelajaran quick on the draw dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional.

Data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan penalaran

matematis diolah melalui tahapan sebagai berikut:

1) Mengolah data pretes kelas eksperimen dan kontrol untuk

mengetahui kesamaan kemampuan penalaran matematis siswa

kedua kelas tersebut. Sebelumnya dilakukan uji normalitas

terlebih dahulu. Rumusan hipotesisnya yang diuji adalah:

H0: Data pretes berdistribusi normal

Ha: Data pretes tidak berdistribusi normal

Uji statistik yang dilakukan menggunakan Shapiro Wilk dengan

hasil uji nilai Sig. (p-value) < α (α =0,05), sehingga H0 ditolak.

Dengan begitu data tidak berdistribusi normal maka selanjutnya

dilakukan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann-Whitney U.

2) Menentukan skor peningkatan kemampuan penalaran matematis

dengan rumus N-gain ternormalisasi (Hake, 1999) yaitu:

Hasil perhitungan N-gain kemudian diinterpretasikan dengan

[image:38.595.117.513.186.684.2]

menggunakan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.9

Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Besarnya N-gain (g) Klasifikasi

g ≥ 0,70 Tinggi

(39)

43

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Mengolah data N-gain kelas eksperimen dan kontrol untuk

mengetahui peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa

kedua kelas tersebut. Sebelumnya dilakukan uji normalitas

terlebih dahulu. Rumusan hipotesisnya yang diuji adalah:

H0: Data N-gain berdistribusi normal

Ha: Data N-gain tidak berdistribusi normal

Uji statistik yang dilakukan menggunakan Shapiro Wilk dengan

hasil uji nilai Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), sehingga H0

diterima. Dengan begitu data berdistribusi normal maka

dilanjutkan uji homogenitas. Rumusan hipotesisnya yang diuji

adalah:

H0: Kedua data bervariansi homogen

Ha: Kedua data tidak bervariansi homogen

Uji statistik yang dilakukan menggunakan uji Levene dengan

hasil uji nilai Sig. (p-value) < α (α =0,05), sehingga H0 ditolak.

Dengan begitu data tidak bervariansi homogen. Selanjutnya

dilakukan uji perbedaan skor postes kedua kelas menggunakan

uji independent samples t’-test.

b. Data Skala Habits of Mind

Penentuan skor skala habits of mind menggunakan MSI (Method of

Succesive Interval) untuk mengubah data ordinal menjadi data interval. Data

skor skala habits of mind yang diperoleh diolah melalui tahap-tahap berikut:

1) Hasil jawaban untuk setiap pertanyaan dihitung frekuensi setiap

pilihan jawaban.

2) Frekuensi yang diperoleh setiap pertanyaan dihitung proporsi

setiap pilihan jawaban.

(40)

44

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Berdasarkan proporsi untuk setiap pertanyaan tersebut, dihitung

proporsi kumulatif untuk setiap pertanyaan.

4) Kemudian ditentukan nilai batas untuk Z bagi setiap pilihan

jawaban dan setiap pertanyaan.

5) Berdasarkan nilai Z, tentukan nilai densitas (kepadatan). Nilai

densitas dapat dilihat pada tabel ordinat Y untuk lengkungan

normal standar.

6) Hitung nilai SV/value untuk setiap pilihan jawaban dengan

persamaan sebagai berikut:

7) Langkah selanjutnya yaitu tentukan nilai k, dengan rumus:

k= 1 +| |.

8) Langkah terakhir yaitu transformasikan masing-masing nilai pada

SV dengan rumus: SV + k.

9) Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor

postes habits of mind pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Rumusan hipotesisnya yang diuji adalah:

H0: Data berdistribusi normal

Ha: Data tidak berdistribusi normal

Adapun uji statistik yang dilakukan menggunakan Shapiro Wilk

dengan hasil uji nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), sehingga H0

diterima. Dengan begitu data berdistribusi normal maka dilanjutkan

uji homogenitas. Rumusan hipotesisnya yang diuji adalah:

H0: Kedua data bervariansi homogen

Ha: Kedua data tidak bervariansi homogen

Uji statistik yang dilakukan menggunakan uji Levene dengan

hasil uji nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), sehingga H0 diterima.

(41)

45

Prahesti Tirta Safitri, 2013

Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan uji perbedaan skor postes habits of mind kelas eksperimen

dan kontrol menggunakan uji independent samples t-test.

H. Tahap Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Februari tahun ajaran

2012/2013. Penelitian dibagi ke dalam beberapa tahapan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian meliputi tahap-tahap

penyusunan proposal, seminar proposal, studi pendahuluan,

penyusunan instrumen penelitian, pengujian instrumen dan perbaikan

instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi tahap implementasi

instrumen, implementasi pembelajaran dengan pembelajaran quick on

the draw, serta tahap pengumpulan data.

3. Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan meliputi

Gambar

Tabel
Gambar Halaman
Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Butir Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

9 Pelaksanaan proses pembelajaran: jumlah jam real yang digunakan untuk kegiatan praktikum, praktek, atau PKL (=J jam real ) dari

jenis jaring insang yang dioperasikan secara pasif umumnya dilakukan pada.. malam hari dengan atau tanpa alat

Budidaya Kenaf ( Hibiscus cannabinus L.) Masing –masing Ahli Penelitian Utama, Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat.. Biologi

aspal menjadi lebih encer) ketika suhu meningkat. Aspal mempunyai sifat visco-elestis dan tergantung dari waktu pembebanan. Pada proses pencampuran dan pemadatan sifat aspal

Kualitas hidup merupakan persepsi seseorang mengenai kehidupanya yang ditinjau dari empat domain yang meliputi domain fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial dan

Tujuan dari laporan kerja praktek ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan penyambungan dan konektor pada Fiber Optik, sedangkan metode yang dilakukan oleh penulis adalah

Radiografi bitewing adalah radiografi yang digunakan untuk melihat permukaan gigi yang meliputi mahkota gigi, interproksimal dan puncak alveolar pada maksila dan mandibula

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING SEBAGAI WAHANA EKSPRESI KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |