i
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PEMBELAJARAN QUICK ON THE DRAW
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Tangerang)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
PRAHESTI TIRTA SAFITRI 1101593
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
ii
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BANDUNG
iii
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PEMBELAJARAN QUICK ON THE DRAW
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Tangerang)
Oleh
Prahesti Tirta Safitri
S.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika
© Prahesti Tirta Safitri, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
iv
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Tesis Dengan Judul
PEMBELAJARAN QUICK ON THE DRAW
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Tangerang)
Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing:
Pembimbing I
Dr. Jarnawi Afgani Dahlan, M.Kes. NIP 19680511191011001
Pembimbing II
Dr. H. Tatang Mulyana, M.Pd. NIP. 195101061976031004
Mengetahui,
v
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Turmudi, M.Sc., M.Ed., Ph.D.
viii
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Prahesti Tirta Safitri (2013). Pembelajaran Quick on the Draw untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis dan Habits of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Tangerang).
Penelitian ini didasarkan pada permasalahan rendahnya kemampuan penalaran matematis dan keharusan mengembangkan habits of mind siswa. Kemampuan penalaran matematis dan habits of mind sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan penelitian dengan menggunakan pembelajaran quick on the draw. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran quick on the draw dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional serta mengkaji habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran quick on the draw. Desain penelitian ini adalah desain kelompok kontrol non-ekivalen sehingga diperoleh sampel siswa kelas VII di salah satu SMPN di Kota Tangerang sebanyak dua kelas yang menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian meliputi tes kemampuan penalaran matematis dan angket skala habits of mind. Berdasarkan hasil analisis didapat informasi bahwa (1) Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran quick on the draw lebih baik secara signifikan daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, (2) Habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran quick on the draw tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
xi
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
LEMBAR HAK CIPTA ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Definisi Operasional ... 10
1. Kemampuan Penalaran Matematis ... 10
2. Habits of Mind ... 10
3. Pembelajaran Quick on the Draw ... 11
BAB II KAJIAN TEORI ... 12
A. Kemampuan Penalaran Matematis ... 12
B. Habits of Mind ... 15
C. Pembelajaran Quick on the Draw ... 20
D. Kaitan antara Pembelajaran Quick on the Draw, Kemampuan Penalaran Matematis, dan Habits of Mind Siswa ... 25
E. Teori Belajar yang Mendukung ... 26
xii
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Hipotesis Penelitian ... 29
BAB III METODE PENELITIAN... 30
A. Desain Penelitian ... 30
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30
C. Variabel Penelitian ... 31
D. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 31
a. Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 31
b. Skala Habits of Mind ... 39
E. Pengembangan Bahan Ajar ... 40
F. Teknik Pengumpulan Data ... 40
G. Teknik Analisis Data ... 41
1. Analisis Data Kualitatif ... 41
2. Analisis Data Kuantitatif ... 41
H. Tahap Penelitian ... 44
I. Prosedur Penelitian ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Hasil Penelitian ... 46
1. Kemampuan Penalaran Matematis ... 46
a. Analisis Skor Pretes Kemampuan Penalaran Matematis ... 49
b. Analisis Skor N-gain Kemampuan Penalaran Matematis ... 51
2. Habits of Mind ... 55
a. Analisis Angket Habits of Mind Dilihat Dari Distribusi Jawaban . 56 b. Analisis Skor Postes Habits of Mind ... 69
B. Pembahasan ... 71
1. Model Pembelajaran ... 71
2. Kemampuan Penalaran Matematis ... 75
3. Habits of Mind ... 78
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 81
xiii
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Implikasi ... 81
C. Rekomendasi ... 82
xiv
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis ... 32
3.2 Hasil Uji Validitas Butir Soal Kemampuan Penalaran Matematis ... 35
3.3 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas... 35
3.4 Reliabilitas Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 36
3.5 Klasifikasi Interpretasi Indeks Kesukaran ... 37
3.6 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 37
3.7 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda ... 38
3.8 Daya Pembeda Soal Kemampuan Penalaran Matematis ... 38
3.9 Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 42
4.1 Statistik Deskriptif Kemampuan Penalaran Matematis ... 46
4.2 Deskripsi Rataan Pretes dan Postes Kemampuan Penalaran Matematis Setiap Aspek ... 48
4.3 Hasil Uji Normalitas Skor Pretes ... 49
4.4 Hasil Uji Kesamaan Rataan Skor Pretes ... 50
4.5 Rataan dan Klasifikasi N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis ... 51
4.6 Uji Normalitas Skor N-gain Kemampuan Penalaran Matematis ... 52
4.7 Uji Homogenitas Varians Skor N-gain Kemampuan Penalaran Matematis 53 4.8 Uji Perbedaan Rataan Skor N-gain Kemampuan Penalaran Matematis ... 54
4.9 Statistik Deskriptif Habits of Mind ... 55
4.10 Distribusi Skor Skala Habits of Mind ... 57
4.11 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Berteguh Hati ... 58
4.12 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Mengendalikan Impulsivitas... 58
4.13 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Mendengarkan dengan Pengertian dan Empati ... 59
xv
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fleksibel ... 60
4.15 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Berpiki tentang Berpikir.... 60
4.16 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Memeriksa Akurasi ... 61
4.17 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Mempertanyakan dan Menemukan Permasalahan ... 62
4.18 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Menerapkan Pengetahuan Masa Lalu di Situasi Baru... 63
4.19 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Berpikir dan Berkomunikasi dengan Jelas dan Cermat ... 64
4.20 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Mencari Data dengan Semua Indra ... 65
4.21 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Berkarya, Berimajinasi, Berinovasi ... 65
4.22 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Menanggapi dengan Kekaguman dan Keheranan ... 66
4.23 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Mengambil Resiko yang Bertanggung Jawab ... 67
4.24 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Melihat Humor ... 67
4.25 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Berpikir secara Interdependen ... 68
4.26 Distribusi Skala Habits of Mind pada Indikator Bersedia Terus Belajar ... 68
4.27 Uji Normalitas Skor Postes Habits of Mind ... 69
4.28 Uji Homogenitas Varians Skor Postes Habits of Mind ... 70
xvi
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Diagram Alur Penelitian ... 45
4.1 Perbandingan Rataan Skor Pretes dan Postes Kemampuan Penalaran Matematis ... 47
4.2 Perbandingan Rataan Skor N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis ... 51
4.3 Perbandingan Rataan Skor Postes Habits of Mind Siswa ... 56
4.4 Meja Kartu Soal untuk Setiap Kelompok ... 73
4.5 Kegiatan membimbing Kelompok Belajar dan Bekerja ... 74
4.6 Kegiatan Menyelesaikan Kartu Soal dengan Berdiskusi Kelompok ... 74
4.7 Alat Peraga Jaring-jaring Segitiga ... 76
4.8 Alat Peraga Bangun Datar Segitiga ... 77
xvii
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 87
A.2 Kartu Soal ... 113
A.3 Kisi-kisi Soal untuk Mengukur Kemampuan Penalaran Matematis ... 125
A.4 Tes untuk Mengukur Kemampuan Penalaran Matematis ... 128
A.5 Kunci Jawaban Tes untuk Mengukur Kemampuan Penalaran Matematis ... 131
A.6 Kisi-kisi Habits of Mind ... 133
A.7 Skala Habits of Mind ... 134
A.8 Lembar Observasi Siswa ... 136
B.1 Hasil Uji Validitas Teoritik Tes Kemampuan Penalaran Matematis... 146
B.2 Hasil Uji Coba tes Kemampuan Penalaran Matematis dengan Program Anates 4.0 ... 150
B.3 Hasil Uji Validitas Teoritik Skala Habits of Mind ... 155
B.4 Hasil Uji Coba Skala Habits of Mind ... 157
C.1 Data Pretes, Postes, dan Gain Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 159
C.2 Data Pretes, Postes, dan Gain Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 162
C.3 Pengolahan Data dan Uji Statistik Pretes, Postes, N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ... 165
D.1 Data Skala Habits of Mind Siswa ... 170
D.2 Transformasi Skala Habits of Mind Siswa ... 174
D.3 Data Skor Habits of Mind Siswa ... 177
D.4 Uji Statistik Skor Habits of Mind Siswa ... 181
1 Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Matematika merupakan bidang ilmu yang sangat penting untuk dikuasai
oleh setiap insan karena manfaatnya berdampak langsung dalam kehidupan
manusia sehari-hari. Matematika adalah bidang ilmu yang seringkali disebut-sebut
sebagai ratunya ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya. Karenanya matematika
berpengaruh besar dalam bidang ilmu lainnya seperti fisika, kimia, biologi,
bahkan dalam hukum islam sekalipun, salah satunya perhitungan pada ilmu waris.
Matematika juga membantu siswa agar mampu menyelesaikan pelbagai
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Hal di atas sejalan dengan pendapat Kline (Tim MKPBM, 2001) bahwa
matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena
dirinya sendiri. Tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia
dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Maka
dari itu, pembelajaran matematika sangatlah penting bagi kehidupan setiap
manusia.
Pembelajaran matematika dimulai dari tingkat sekolah dasar sampai
perguruan tinggi perlu untuk dipelajari dan dikuasai karena tidak dapat dipungkiri,
bahwa dalam hidupnya, seseorang akan senantiasa berjumpa dengan matematika.
Oleh karena itu matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan
agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,
2
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan data dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), mata
pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat
dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
NCTM (2000) juga merumuskan bahwa tujuan umum pembelajaran
matematika yaitu belajar untuk bernalar, belajar untuk memecahkan masalah,
belajar untuk mengaitkan ide, dan pembentukan sikap positif terhadap
matematika. Sejalan dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh NCTM
dan kelima tujuan pembelajaran matematika dari BSNP, jelas bahwa beberapa
dari tujuan pembelajaran matematika yang diberikan pada siswa sekolah
menengah pertama adalah agar siswa memiliki kemampuan penalaran matematis
dan kebiasaan berpikir (habits of mind) siswa dalam pembelajaran matematika.
Walle (2007) mengungkapkan bahwa matematika adalah ilmu tentang pola
dan urutan. Definisi ini menantang pandangan popular masyarakat terhadap
matematika sebagai ilmu yang didominasi oleh perhitungan dan tanpa
3
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
arti tentang sesuatu. Ilmu pengetahuan berawal dengan soal pada suatu situasi.
Meskipun mungkin anda tidak pernah memikirkannya, matematika adalah ilmu
tentang sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis.
Menemukan dan mengungkap keteraturan atau urutan ini dan kemudian
memberikan arti merupakan makna dari mengerjakan matematika.
Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di kelas diharapkan mampu
mengasah kemampuan penalaran mereka. Hal tersebut karena matematika dan
penalaran adalah dua hal yang saling terkait dan keduanya sulit terpisahkan. Pada
akhirnya matematika merupakan sebuah wadah bagi para peserta didik untuk
lebih mengeksplorasi kemampuan yang mereka miliki agar dapat mengintegrasi
berbagai hal yang mampu meningkatkan kemampuan penalaran matematis
mereka.
Pada dasarnya setiap individu harus melakukan penalaran untuk
menghasilkan keputusan yang akurat. Kesulitan mereka dalam memutuskan suatu
permasalahan adalah karena kemampuan penalaran mereka yang masih lemah.
Sementara Sawyer menyatakan bahwa pengetahuan yang diberikan atau
ditransformasikan langsung kepada para siswa kurang meningkatkan kemampuan
bernalar mereka. Sawyer menyebutnya hanya meningkatkan kemampuan untuk
mengingat saja (dalam Prabawa, 2009). Dari kutipan tersebut jelas bahwa
kemampuan penalaran matematis sangat dibutuhkan oleh setiap manusia
karenanya selalu menjadi kebutuhan dasar untuk menyelesaikan setiap masalah
yang sedang dijumpai dan kemampuan penalaran tersebut akan digunakan setiap
manusia untuk mencari kemungkinan solusi dari permasalahan yang mereka
hadapi.
Berdasarkan hasil Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) tahun 2011 dalam matematika menempatkan siswa Indonesia pada
peringkat 38 dari 63 negara dan 14 negara bagian yang disurvei (Kompas, 14
Desember 2012). Adapun aspek yang dinilai dalam matematika adalah tentang
4
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya pada tahun 2007 TIMSS mengungkap hanya 17% (dari sampel yang
diambil) anak Indonesia yang dapat menjawab soal penalaran matematis (Armiati,
2010). Kemudian berdasarkan hasil tes Programme for International Student
Assessment (PISA) 2009 tentang matematika menunjukkan bahwa Indonesia
berada pada peringkat 61 dari 65 negara (OECD, 2010). Adapun aspek yang
dinilai adalah kemampuan pemecahan masalah, kemampuan penalaran, dan
kemampuan komunikasi.
Dilihat dari hasil tersebut dapat dikemukakan bahwa kemampuan siswa
belum mencapai tingkat yang diharapkan. Artinya, siswa masih harus mendapat
perbekalan pembelajaran yang mampu mendorong bekerjanya kemampuan
penalaran mereka. Jika kemampuan penalaran mereka baik, maka siswa akan
lebih baik lagi untuk memecahkan persoalan-persoalan yang diberikan.
Hasil penelitian Wahyudin dalam Yuniati (2010) yang menyatakan bahwa
terdapat lima kelemahan siswa antara lain: (1) kurang memiliki pengetahuan
materi prasyarat yang baik; (2) kurang memiliki kemampuan untuk memahami
serta mengenali konsep-konsep dasar matematika (aksioma, definisi, kaidah, dan
teorema) yang berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dibicarakan; (3)
kurang memiliki kemampuan dan ketelitian dalam menyimak atau mengenali
sebuah persoalan atau soal-soal matematika yang berkaitan dengan pokok bahasan
tertentu; (4) kurang memiliki kemampuan menyimak kembali sebuah jawaban
yang diperoleh (apakah jawaban itu mungkin atau tidak); dan (5) kurang memiliki
kemampuan nalar yang logis dalam menyelesaikan persoalan atau soal-soal
matematika. Wahyudin juga menemukan bahwa guru matematika pada umumnya
mengajar dengan metode ceramah dan ekspositori.
Pembelajaran yang terjadi di berbagai kalangan sekolah juga belum bisa
mengangkat kemampuan siswa dalam bernalar. Pembelajaran di kelas yang masih
berpusat pada guru membuat siswa hanya menerima materi pelajaran secara
informatif, akibat dari pasifnya siswa dalam kelas membuat kemampuan
5
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang menunjukkan bahwa ceramah merupakan metode yang paling banyak
digunakan selama mengajar, dan guru lebih banyak berbicara dibandingkan
dengan siswa (Shadiq, 2007). Kurang optimalnya kemampuan bernalar siswa
dalam pembelajaran di kelas masih selalu menggunakan metode konvensional
yang cenderung tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran,
sehingga siswa tidak termotivasi untuk mengikuti aktivitas pembelajaran.
Kemampuan penalaran matematis sangat perlu untuk ditingkatkan oleh
para siswa, selain itu penting juga untuk memperhatikan kemampuan kebiasaan
berpikir (habits of mind) siswa. Costa dan Kallick (2012) menyebutkan bahwa
kebiasaan bukanlah perilaku yang kita gunakan atau letakkan secara seenaknya
atau semau kita. Kebiasaan ialah perilaku yang kita tunjukkan dengan baik di
saat-saat yang tepat dan bekerja begitu saja tanpa kita repot-repot berusaha. Pada
akhirnya pembiasaan pengaturan proses berpikir ialah sebuah cara untuk
membuka ruang pikiran sebagai tempat proses tersebut berlangsung.
Memandang pernyataan Costa dan Kallick sebelumnya, habits of mind
siswa benar-benar menjadi landasan siswa dalam berlangsungnya sebuah
pembelajaran. Siswa perlu memiliki kebiasaan berpikir yang baik agar mampu
merespon setiap masalah yang muncul dalam pembelajaran. Kebiasaan berpikir
peserta didik pada saat pembelajaran menjadi hal yang fundamental ketika mereka
mendapat sekelumit permasalahan dan mereka harus mencari solusi
penyelesaiannya seperti apa.
Seperti halnya kemampuan penalaran matematis, habits of mind juga
sangat mendukung penampilan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Kebiasaan berpikir (habits of mind) merupakan akar kekuatan siswa dalam
melatih kemampuan mereka dalam menentukan solusi penyelesaian dalam suatu
permasalahan. Kelas merupakan sebuah kondisi atau lingkungan yang mereka
tempati pada saat mereka belajar. Oleh karena itu, guru benar-benar harus bisa
melihat kebiasaan berpikir siswa tersebut ketika terjadi proses pembelajaran dan
6
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pentingnya kebiasaan berpikir, sehingga mereka terbantu dalam menyelesaikan
berbagai tugas.
Costa dan Kallick (2012) mengemukakan bahwa terdapat 16 karakteristik
habits of mind yaitu: (1) berteguh hati; (2) mengendalikan impulsivitas; (3)
mendengarkan dengan pengertian dan empati; (4) berpikir fleksibel; (5) berpikir
tentang berpikir (metakognitif); (6) memeriksa akurasi; (7) mempertanyakan dan
menemukan permasalahan; (8) menerapkan pengetahuan masa lalu di situasi baru;
(9) berpikir dan berkomunikasi dengan jelas dan cermat; (10) mencari data dengan
semua indra; (11) berkarya, berimajinasi, berinovasi; (12) menanggapi dengan
kekaguman dan keheranan; (13) mengambil resiko yang bertanggung jawab; (14)
melihat humor; (15) berpikir secara interdependen; dan (16) bersedia terus belajar.
Nurmaulita (2012) menyampaikan bahwa Habits of mind dapat juga
dikatakan sebagai suatu perilaku positif yang ditunjukkan oleh siswa yang
dilakukan secara berulang-ulang dari waktu ke waktu secara otomatis. Habits of
mind bukan merupakan bakat alamiah atau faktor bawaan melainkan suatu
kebiasaan perilaku yang dipelajari dengan secara sengaja dan sadar selama
beberapa waktu. Habits of mind dapat juga digunakan sebagai respon terhadap
pertanyaan dan jawaban sebuah masalah yang tidak segera diketahui sehingga
guru dapat mengamati bagaimana siswa menghasilkan sebuah pengetahuan dari
pada hanya mengingat pengetahuan tersebut.
Intel Education dalam Rustaman (2008) juga menyebutkan bahwa
kebiasaan berpikir penting untuk dikembangkan karena memberikan bekal belajar
sepanjang hayat atau long life. Rustaman menambahkan bahwa pembiasaan
bepikir perlu untuk ditekankan di berbagai level dan ditanamkan sejak dini serta
dapat dilaksanakan melalui pembelajaran bidang studi. Dengan begitu, sejalan
dengan yang diungkapkan oleh Rustaman, peneliti menilai kebiasaan berpikir
(Habits of mind) dapat dilaksanakan dalam pembelajaran matematika, selain itu
pembelajaran matematika yang menekankan pada aspek habits of mind juga
7
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebuah penelitian terhadap habits of mind siswa untuk pengembangan dalam
sebuah pendidikan.
Costa dan Kallick (2012) yang mengemukakan bahwa diskusi terarah selalu bermanfaat bagi guru untuk memberikan pemahaman tentang „kebiasaan berpikir‟. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saul (dalam Leager, 2005) bahwa kelas harus menjadi tempat dimana para guru dan siswa bekerja seperti layaknya
komunitas pemikir yang unik. Diskusi juga memberikan siswa kesempatan untuk
memproses materi pembelajarannyadengan begitu pembelajaran yang mampu
melibatkan siswa secara aktif dalam bernalar dan mampu merangsang kebiasaan
berpikir siswa adalah melalui pembelajaran quick on the draw. Pembelajaran
quick on the draw merupakan pembelajaran berkelompok yang dikemas secara
lebih bervariasi. Pembelajaran ini akan menitikberatkan pada diskusi terarah yang
dibimbing oleh guru agar kemampuan penalaran matematis dan habits of mind
siswa semakin berkembang.
Kemampuan penalaran matematis yang diasah dalam pembelajaran quick
on the draw merupakan kemampuan penalaran matematis yang dibentuk dalam
aktivitas pembelajaran berkelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat Herman
(2007) bahwa belajar kelompok merupakan strategi yang cocok untuk
meningkatkan penalaran siswa. Leager (2005) juga mengemukaan bahwa rasa
saling memiliki dari sebuah kelompok merupakan hal yang penting dalam
membangun perkembangan habits of mind siswa. Selain itu alasan memilih
pembelajaran berkelompok adalah untuk mengantisipasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, sehingga metode pembelajaran
matematika di kelas perlu dikembangkan, tidak lagi bersifat teacher-centered
tetapi sudah beralih ke student-centered.
Ginnis (2008) menyampaikan bahwa Quick on the draw merupakan
sebuah pembelajaran untuk kerja tim dan kecepatan. Pembelajaran ini juga tidak
rumit untuk diaplikasikan di kelas. Tujuannya adalah menjadi kelompok pertama
8
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelompok lain, melainkan sebagai acuan melawan waktu. Kegiatan pembelajaran
quick on the draw di dalamnya dapat membantu siswa untuk membiasakan diri
belajar pada sumber selain guru dan sesuai dengan siswa yang memiliki
karakteristik tidak dapat duduk dengan tenang pada saat belajar. Pembelajaran
quick on the draw akan memberikan pengalaman mengenai berbagai macam
keterampilan yang dimiliki oleh siswa.
Pembelajaran quick on the draw dapat membuat peserta didik terlibat
secara aktif dalam kelas karena mereka dituntut untuk menguasai konsep-konsep
materi yang sedang dipelajari baik secara individu maupun berdiskusi dengan
teman-teman dari kelompoknya. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
diamanatkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses yang menyebutkan bahwa
pelaksanaan proses pembelajaran harus dilaksanakan sebagai berikut: “Kegiatan
pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis perserta didik” (Permendiknas, 2007).
Pembelajaran quick on the draw yang ditempuh oleh peserta didik, juga
terkait dengan kemampuan penalaran mereka untuk memecahkan berbagai
permasalahan yang diberikan untuk membuat mereka betul-betul memahami
konsep, karena menurut hasil penelitian Wahyudin, kelemahan peserta didik juga
dalam kemampuan untuk memahami serta mengenali konsep-konsep dasar
matematika (aksioma, definisi, kaidah, dan teorema) yang berkaitan dengan pokok
bahasan yang sedang dibicarakan (Yuniati, 2010).
Pembelajaran quick on the draw memiliki beberapa tahap. Aktivitas
penalaran akan terlihat pada tahap kedua pada saat siswa bekerja bersama
kelompoknya untuk menyelesaikan beberapa permasalahan, masing-masing dari
9
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
segera teratasi secara bersama-sama. Guru juga membimbing agar siswa mampu
mengasah kemampuan penalaran mereka melalui diskusi dalam pembelajaran.
Ada keterkaitan antara kemampuan habits of mind dan pembelajaran quick
on the draw dalam penelitian ini. Dalam habits of mind Costa dan Kallick (2012)
menjelaskan bahwa penting untuk mempertimbangkan penggunaan pujian dan
imbalan di dalam kelas. Sementara dalam pembelajaran quick on the draw, pada
tahap kelima guru akan memberikan penghargaan yang berupa pujian dan
imbalan, baik bersifat individu maupun kelompok.
Penelitian ini dilaksanakan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (usia
11 tahun keatas) diharapkan siswa yang sudah masuk pada awal formal operation
ini mereka sudah berpikir secara abstrak dan kompleks sehingga mampu untuk
mengikuti instruksi yang disampaikan oleh guru mengenai proses pembelajaran
quick on the draw dan mereka tidak akan mengalami banyak kesulitan selama
proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan pemaparan mengenai pembelajaran quick on the draw yang
erat sekali dengan aktivitas penalaran matematis dan habits of mind siswa, peneliti
melakukan sebuah penelitian di sekolah mengenai pembelajaran quick on the
draw untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan habits of mind
siswa sekolah menengah pertama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum adalah “apakah pembelajaran
quick on the draw dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan
habits of mind siswa SMP”. Selanjutnya berdasarkan rumusan masalah tersebut
dijabarkan dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran quick on the draw lebih baik daripada siswa yang
10
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Apakah habits of mind siswa yang mendapatkan pembelajaran quick on the
draw lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran
konvensional?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Menelaah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran quick on the draw dan siswa yang mendapatkan
pembelajaran konvensional.
2. Mengkaji habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran quick on the
draw dan pembelajaran konvensional.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai
berikut.
1. Bagi guru, pembelajaran quick on the draw dapat menjadi salah satu
pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan
penalaran matematis dan habits of mind siswa.
2. Bagi siwa, belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran quick on
the draw diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan matematis
siswa.
3. Hasil penelitian ini akan dapat digunakan sebagai tambahan informasi untuk
pengembangan bahan ajar, model atau aktivitas pembelajaran tertentu yang
dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan dan habits of mind
siswa SMP.
11
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional sebagai
berikut:
1. Kemampuan Penalaran Matematis
Kemampuan penalaran matematis adalah kemampuan penarikan
kesimpulan berdasar pada beberapa pernyataan yang diketahui benar ataupun
yang dianggap benar. Kemampuan penalaran matematis yang diteliti adalah
penalaran induktif dan deduktif. Penalaran induktif yaitu proses penarikan
kesimpulan berdasarkan beberapa pernyataan khusus yang sudah diketahui
sebelumnya. Penalaran deduktif yaitu proses penarikan kesimpulan yang
berdasarkan teori, sifat, rumus dalam matematika yang sudah dibuktikan
kebenaran sebelumnya.
2. Habits of Mind
Habits of mind adalah kebiasaan berpikir sebagai kecenderungan
untuk berperilaku secara intelektual atau cerdas ketika menghadapi masalah,
khususnya masalah yang tidak dengan segera diketahui solusinya. Kebiasaan
berpikir tersebut meliputi: (1) berteguh hati; (2) mengendalikan impulsivitas;
(3) mendengarkan dengan pengertian dan empati; (4) berpikir fleksibel; (5)
berpikir tentang berpikir (metakognitif); (6) memeriksa akurasi; (7)
mempertanyakan dan menemukan permasalahan; (8) menerapkan
pengetahuan masa lalu di situasi baru; (9) berpikir dan berkomunikasi dengan
jelas dan cermat; (10) mencari data dengan semua indra; (11) berkarya,
berimajinasi, berinovasi; (12) menanggapi dengan kekaguman dan keheranan;
(13) mengambil resiko yang bertanggung jawab; (14) melihat humor; (15)
berpikir secara interdependen; dan (16) bersedia terus belajar.
3. Pembelajaran Quick on the Draw
Pembelajaran quick on the draw adalah sebuah kegiatan pembelajaran
yang menggunakan sistem pengelompokan (tim kecil), yaitu antara empat
12
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menjadi pemenang dalam waktu yang cepat. Tahap pembelajarannya yaitu:
tahap 1 (Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok); tahap 2 (menyajikan
masalah melalui kartu soal); tahap 3 (membimbing kelompok belajar dan
30
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen
semu yaitu penelitian yang tidak mengalami pengacakan murni melainkan
peneliti menerima keadaan subjek apa adanya. Penelitian ini terdiri dari dua
kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan) merupakan
kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran quick
on the draw dan kelompok kontrol (kelas pembanding) adalah kelompok
siswa yang pembelajarannya tidak menggunakan pembelajaran quick on the
draw (konvensional). Dengan demikian untuk mengetahui adanya
perbedaan kemampuan penalaran matematis dan habits of mind siswa
terhadap pembelajaran matematika dilakukan penelitian dengan desain
penelitian sebagai berikut:
Kelas Eksperimen : O X O
Kelas Kontrol : O O
Keterangan:
O : Pretes dan postes kemampuan penalaran matematis dan postes
habits of mind siswa
X : Pembelajaran quick on the draw
: Subjek tidak dikelompokkan secara acak
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
kelompok kontrol non-ekivalen (Ruseffendi, 2005: 53). Pada desain ini,
subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan
subjek seadanya.
31
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP
Negeri 5 Kota Tangerang Provinsi Banten tahun ajaran 2012/2013.
Sedangkan sampel penelitiannya adalah para siswa kelas VII SMP Negeri 5
Kota Tangerang sebanyak dua kelas.
Pengambilan sampel ini ditentukan berdasarkan sampling purposive.
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiono, 2011). Tujuan dilakukan pengambilan sampel seperti ini
adalah agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien terutama
dalam hal pengawasan, kondisi subjek penelitian, waktu penelitian yang
ditetapkan dan kondisi tempat penelitian serta prosedur perijinan.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu kondisi yang dimanipulasi,
dikendalikan atau diobservasi oleh peneliti. Penelitian ini melibatkan dua
jenis variabel yakni variabel bebas yaitu pembelajaran quick on the draw
dan pembelajaran konvensional. Sedangkan variabel terikat yaitu
kemampuan penalaran matematis dan habits of mind siswa.
D. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan dua jenis
instrumen, yaitu instrumen tes dan nontes. Instrumen dalam bentuk tes
terdiri dari seperangkat soal tes untuk mengukur kemampuan penalaran
matematis, sedangkan instrumen non tes untuk mengukur habits of mind
siswa.
a. Tes Kemampuan Penalaran Matematis
Tes kemampuan penalaran matematis pada penelitian ini berbentuk
uraian sebanyak 5 soal yang diberikan pada awal dan akhir pembelajaran
melalui pembelajaran quick on the draw. Dalam penyusunan tes penalaran
32
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dasar, indikator, aspek yang diukur beserta skor penilaian dan nomor butir
soal, dilanjutkan dengan menyusun soal serta alternatif kunci jawabannya
masing-masing soal. Tes yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan
penalaran matematis terdiri atas 5 butir soal uraian. Adapun kriteria
pemberian skornya berpedoman pada indikator dalam tabel berikut:
Tabel 3.1
Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis
Indikator Respon Skor
Penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan data
Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar
0
Hanya menjawab sebagian yang benar 1
Menjawab hampir semua benar dari pertanyaan
2
Menjawab dengan mengikuti keserupaan data, dan menarik kesimpulan serta dijawab dengan lengkap/jelas dan benar.
3
Penarikan kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data yang
teramati
Tidak menjawab/menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan/tidak ada yang benar
0
Hanya menjawab sebagian yang benar 1
Menjawab hampir semua benar dari pertanyaan
2
Menjawab dengan mengikuti argumen-argumen logis, dan menarik kesimpulan umum serta dijawab dengan lengkap/jelas dan benar.
3
Memberikan penjelasan berdasarkan fakta dan aturan
Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai
dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar 0
Hanya menjawab sebagian yang benar 1
Menjawab hampir semua benar dari pertanyaan
2
Memberikan penjelasan dengan mengikuti fakta dan aturan serta dijawab dengan lengkap/jelas dan benar.
3
Menyusun pembuktian langsung
Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar
0
Hanya menjawab sebagian yang benar 1
Menjawab hampir semua benar dari pertanyaan
2
Memberikan pembuktian langsung dengan lengkap/jelas dan benar.
3
Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar
0
33
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penarikan kesimpulan logis berdasarkan aturan
Menjawab hampir semua benar dari pertanyaan
2
Menjawab dengan mengikuti aturan dan menarik kesimpulan logis serta dijawab dengan lengkap/jelas dan benar.
3
Sebelum tes kemampuan penalaran matematis digunakan
dilakukan uji coba dengan tujuan untuk mengetahui apakah soal tersebut
sudah memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan
daya pembeda. Soal tes kemampuan penalaran matematis ini diujicobakan
pada siswa kelas VIII-D SMP Negeri 5 Tangerang yang telah menerima
materi bangun datar segitiga. Tahapan yang dilakukan pada uji coba tes
kemampuan penalaran matematis sebagai berikut:
1) Analisis Validitas Tes
Menurut Arikunto (2006: 168), validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukan tingkatan kevalidan atau kesahihan sesuatu
instrumen. Validitas instrumen diketahui dari hasil pemikiran dan
hasil pengamatan. dari hasil tersebut akan diperoleh validitas teoritik
dan validitas empirik.
a) Validitas Teoritik
Validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk
pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid
berdasarkan teori dan aturan yang ada. Pertimbangan terhadap soal tes
kemampuan penalaran yang berkenaan dengan validitas isi dan
validitas muka diberikan oleh ahli.
Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut
ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan (Suherman, 2001: 131).
Validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen
dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Apakah soal pada
34
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Validitas muka dilakukan dengan melihat tampilan dari soal itu
yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga
jelas pengertiannya dan tidak salah tafsir. Jadi suatu instrumen
dikatakan memiliki validitas muka yang baik apabila instrumen
tersebut mudah dipahami maksudnya sehingga testi tidak mengalami
kesulitan ketika menjawab soal.
b) Validitas Empirik
Valditas empiris yaitu validitas yang diperoleh dengan melalui
observasi atau pengalaman yang bersifat empiris. Untuk mengetahui
validitas empiris, akan dihitung koofisien korelasi (rxy) dengan
menggunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan
oleh Pearson. Kegunaannya untuk mengetahui derajat hubungan
antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat
(dependent) (Riduwan, 2010: 138). Rumus korelasi product moment
dengan angka kasar (Widoyoko, 2012: 147) sebagai berikut:
rxy ∑ ∑ ∑
√ ∑ –(∑ } ∑ ∑
Keterangan :
rxy : Koefisian korelasi antara variabel X dan variabel Y
: Skor tiap butir soal
: Skor total
: Jumlah subyek
Penafsiran harga koefisien korelasi dilakukan dengan
membandingkan harga kritik. Adapun harga kritik untuk validitas
butir instrumen adalah 0,3. Artinya apabila rxy lebih besar atau sama
dengan (rxy 0,3), nomor butir soal tersebut dapat dikatakan valid.
Sebaliknya apabila rxy lebih kecil dari 0,3 (rxy 0,3), nomor butir soal
35
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
instrument dianggap valid apabila memiliki korelasi 0,3 terhadap skor
total (Widoyoko, 2012: 149).
Setelah instrumen dinyatakan memenuhi validitas isi dan
validitas muka, kemudian soal tes kemampuan penalaran matematis
tersebut dujicobakan secara empiris kepada 40 orang siswa kelas
VIII-D SMP Negeri 5 Tangerang. Data hasil uji coba soal tes serta
validitas butir soal selengkapnya ada pada Lampiran B.2. Perhitungan
validitas butir soal menggunakan software Anates V.4 For Windows.
Hasil validitas butir soal kemampuan penalaran matematis disajikan
[image:31.595.118.517.119.748.2]pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Butir Soal Kemampuan Penalaran Matematis No Soal Koefisien (rxy) Kriteria
1 0,586 Valid
2 0,674 Valid
3 0,609 Valid
4 0,811 Valid
5 0,608 Valid
2) Analisis Reliabilitas
Menurut Suherman (2001: 153) suatu alat evaluasi disebut reliabel
jika alat evaluasi memberikan hasil yang relatif tetap jika digunakan untuk
subyek yang sama, dengan demikian reliabilitas disebut juga konsisten dan
ajeg. Untuk mengestimasi reliabilitas suatu tes evaluasi, ada beberapa cara.
Rumus reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
rumus Cronbach Alpha (Riduwan, 2010: 115) sebagai berikut.
[ ] [ ∑ ]
Keterangan :
r11 : nilai reliabilitas
36
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
k : jumlah item soal
Kriteria penafsiran mengenai tolok ukur untuk
menginterprestasikan derajat reliabilitas menurut Guilford adalah sebagai
[image:32.595.118.513.204.651.2]berikut.
Tabel 3.3
Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Validitas Interpretasi
0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi
0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup
0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah
rxy≤ 0,20 Sangat rendah
Untuk mengetahui instrumen yang digunakan reliabel atau tidak
maka dilakukan pengujian reliabilitas dengan rumus alpha-croncbach
dengan bantuan program Anates V.4 for Windows. Pengambilan keputusan
yang dilakukan adalah dengan membandingkan rhitung dan rtabel. Jika rhitung >
rtabel maka soal reliabel, sedangkan jika rhitung ≤ rtabel maka soal tidak
reliabel.
Maka untuk α = 5% dengan derajat kebebasan dk = 38 diperoleh
harga rtabel 0,320. Hasil perhitungan reliabilitas dari uji coba instrumen
diperoleh rhitung = 0,76. Artinya soal tersebut reliable karena 0,76 > 0,320
dan termasuk kedalam kategori tinggi. Hasil perhitungan selengkapnya ada
pada Lampiran B.2. Berikut ini merupakan rekapitulasi hasil perhitungan
reliabilitas.
Tabel 3.4 Reliabilitas Tes
Kemampuan Penalaran Matematis
rhitung rtabel Kriteria Kategori
0,76 0,320 Reliabel Tinggi
Hasil analisis menunjukkan bahwa soal kemampuan penalaran
matematis telah memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan
dalam penelitian.
37
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tingkat kesukaran menyatakan derajat atau tingkat kesukaran suatu
butir soal. Sebuah soal tidak boleh terlalu sulit untuk kemampuan siswa
ataupun tidak boleh terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah atau terlalu sulit
akan diganti setelah dilakukan pengujian. Adapun rumus yang digunakan
untuk menentukan indeks kesukaran ialah sebagai berikut:
̅
Keterangan:
= Indeks kesukaran
̅ = Rata- rata skor
= Skor maksimal butir soal
Klasifikasi indeks kesukaran menurut Suherman (2003: 170) sebagai
[image:33.595.119.510.213.665.2]berikut:
Tabel 3.5
Klasifikasi Interpretasi Indeks Kesukaran
Nilai IK Interpretasi
= 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < ≤ 0,30 Soal sukar
0,30 < ≤ 0,70 Soal sedang
0,70 < ≤ 1,00 Soal mudah
= 1,00 Soal terlalu mudah
Berikut ini merupakan hasil uji coba untuk tingkat kesukaran dengan
menggunakan bantuan software Anates V.4 For Windows.
Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran Matematis
No Soal IK Interpretasi
1 0,606 Sedang
2 0,545 Sedang
3 0,363 Sedang
4 0,272 Sukar
5 0,212 Sukar
Dari hasil uji coba instrumen di atas diperoleh 3 soal dengan kriteria
38
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa kelompok atas maupun bawah dapat menjawab benar butir-butir soal
tersebut. Untuk kriteria tingkat kesukaran sukar yaitu soal nomor 4 dan 5.
Ini berarti siswa dalam kelompok bawah dan sebagian kelompok atas
kesulitan dalam menjawab soal tersebut. Untuk perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran B.2.
4) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan
dan siswa yang belum menguasai materi yang ditanyakan (Safari, 2005: 25).
Untuk keperluan perhitungan daya pembeda diambil 27% kelompok atas
dan 27% kelompok bawah sedangkan 46% kelompok tengah dipisahkan,
selanjutnya untuk mencari indeks daya pembeda soal uraian, menggunakan
persamaan berikut (Surapranata, 2006: 32).
Keterangan:
D : indeks daya pembeda
: proporsi menjawab benar pada kelompok atas
[image:34.595.118.509.181.618.2]: proporsi menjawab benar pada kelompok atas
Tabel 3.7
Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Interpretasi
0,70 < D ≤ 1 Sangat baik
0,40 < D ≤ 0,70 Baik
0,20 < D ≤ 0,40 Cukup
0,00 < D ≤ 0,20 Jelek
D ≤ 0 Sangat jelek
Sumber: Suherman (2001: 176)
Untuk hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
B.2. Adapun hasil rangkuman yang diperoleh dari uji coba instrumen untuk
daya pembeda dengan menggunakan software Anates V.4 For Windows
dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut.
39
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Daya Pembeda Soal Kemampuan Penalaran Matematis
No Soal DP Interpretasi
1 0,364 Cukup
2 0,364 Cukup
3 0,424 Baik
4 0,546 Baik
5 0,364 Cukup
Dari tabel di atas, didapat daya pembeda dengan klasifikasi cukup
sebanyak 3 soal yaitu soal nomor 1, 2, dan 5 dan klasifikasi baik sebanyak 2
soal yaitu 3 dan 4. Hal tersebut menunjukkan bahwa soal-soal tersebut sudah
bisa membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah.
b. Skala Habits of Mind Siswa
Skala habits of mind siswa diberikan sebagai bahan evaluasi secara
kuantitatif mengenai kebiasaan berperilaku positif siswa terhadap
pembelajaran. Skala habits of mind ini memuat pernyataan-pernyataan
menyangkut kebiasaan berpikir positif siswa dan kemampuan siswa
beradaptasi dengan pembelajaran yang berlangsung.
Butir pernyataan habits of mind matematis terdiri dari 16 item dengan
empat pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju
(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) pada tiap item pertanyaan. Pilihan
jawaban netral (ragu-ragu) tidak digunakan untuk menghindari jawaban
aman dan mendorong siswa untuk melakukan keberpihakan jawaban. Skala
ini diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran.
Sebelum instrumen ini digunakan, dilakukan uji validitas teoritik
dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan uji coba terbatas pada dua orang
di bidang psikologi. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk memperoleh
gambaran apakah pernyataan-pernyataan dari skala habits of mind dapat
40
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
teoritik tersebut terdapat beberapa item yang kurang ringkas dan tepat dari
segi bahasa sehingga penguji menyarankan penulis untuk memperbaiki
item habits of mind sebelum diujicobakan kepada siswa agar layak untuk
digunakan pada uji tahap kedua.
Setelah instrumen skala habits of mind dinyatakan layak digunakan,
kemudian dilakukan uji coba tahap kedua pada 5 orang siswa kelas VII-D
SMPN 5 Tangerang di luar sampel penelitian. Tujuan dari uji coba ini
adalah untuk mengetahui tingkat keterbacaan bahasa dan sekaligus
memperoleh gambaran apakah pernyataan-pernyataan dari skala habits of
mind dapat dipahami oleh siswa. Dari hasil uji coba terbatas, ternyata
diperoleh gambaran bahwa semua pernyataan dapat dipahami dengan baik
oleh siswa.
E. Pengembangan Bahan Ajar
Penyusunan dan pengembangan bahan ajar merupakan bagian yang
sangat penting dari suatu proses pembelajaran. Bahan ajar dalam penelitian
ini adalah bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran matematika
dengan menggunakan kegiatan pembelajaran quick on the draw untuk
kelompok eksperimen. Bahan ajar disusun berdasarkan kurikulum yang
berlaku di lapangan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Isi bahan
ajar memuat materi-materi matematika untuk kelas VII semester II dengan
pokok bahasan dipilih berdasarkan alokasi waktu yang telah disusun oleh
guru peneliti. Setiap pertemuan memuat satu pokok bahasan yang dilengkapi
dengan Set Kartu Soal. Kartu soal tersebut memuat soal-soal menyangkut
materi-materi yang dipelajari pada tiap pertemuan.
41
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kegiatan penelitian mulai dilakukan setelah semua instrumen dan
perangkat pembelajaran selesai dibuat. Untuk melakukan penyesuaian
dengan sekolah tempat penelitian ini dilakukan penulis akan terlebih dahulu
melakukan tinjauan lapangan pada bulan Januari 2013. Penulis akan
berdiskusi dengan guru-guru matematika SMP Negeri 5 Tangerang untuk
memperoleh informasi apakah penelitian ini dapat dilakukan di sekolah
tersebut. Penulis mencatat beberapa hal yang perlu diketahui seperti keadaan
siswa, tingkat kehadiran siswa, kemungkinan waktu penelitian, dan lain-lain.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes kemampuan
penalaran matematis dan skala habits of mind. Data yang berkaitan dengan
kemampuan penalaran matematis siswa dikumpulkan melalui pretes dan
postes dan data yang berkaitan dengan habits of mind siswa dikumpulkan
melalui penyebaran skala habits of mind siswa.
G. Teknik Analisis Data
Data yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Untuk itu pengolahan terhadap data yang telah dikumpulkan,
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
1. Analisis Data Kualitatif
Data-data kualitatif diperoleh melalui observasi. Hasil observasi
diolah secara deskriptif dan hasilnya dianalisis melalui laporan penulisan
essay yang menyimpulkan kriteria, karakteristik serta proses yang terjadi
dalam pembelajaran.
2. Analisis Data Kuantitatif
Data-data kuantitatif diperoleh dalam bentuk hasil uji instrumen, data
42
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
instrumen diolah dengan software Anates Versi 4.1. Data hasil pretes, postes,
N-gain dan skala sikap habits of mind siswa diolah dengan bantuan program
Microsoft Excel dan software SPSS Versi 16.0 for Windows.
a. Data Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematis
Hasil tes kemampuan penalaran matematis digunakan untuk
menelaah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran quick on the draw dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional.
Data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan penalaran
matematis diolah melalui tahapan sebagai berikut:
1) Mengolah data pretes kelas eksperimen dan kontrol untuk
mengetahui kesamaan kemampuan penalaran matematis siswa
kedua kelas tersebut. Sebelumnya dilakukan uji normalitas
terlebih dahulu. Rumusan hipotesisnya yang diuji adalah:
H0: Data pretes berdistribusi normal
Ha: Data pretes tidak berdistribusi normal
Uji statistik yang dilakukan menggunakan Shapiro Wilk dengan
hasil uji nilai Sig. (p-value) < α (α =0,05), sehingga H0 ditolak.
Dengan begitu data tidak berdistribusi normal maka selanjutnya
dilakukan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann-Whitney U.
2) Menentukan skor peningkatan kemampuan penalaran matematis
dengan rumus N-gain ternormalisasi (Hake, 1999) yaitu:
Hasil perhitungan N-gain kemudian diinterpretasikan dengan
[image:38.595.117.513.186.684.2]menggunakan klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.9
Klasifikasi Gain Ternormalisasi
Besarnya N-gain (g) Klasifikasi
g ≥ 0,70 Tinggi
43
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Mengolah data N-gain kelas eksperimen dan kontrol untuk
mengetahui peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa
kedua kelas tersebut. Sebelumnya dilakukan uji normalitas
terlebih dahulu. Rumusan hipotesisnya yang diuji adalah:
H0: Data N-gain berdistribusi normal
Ha: Data N-gain tidak berdistribusi normal
Uji statistik yang dilakukan menggunakan Shapiro Wilk dengan
hasil uji nilai Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), sehingga H0
diterima. Dengan begitu data berdistribusi normal maka
dilanjutkan uji homogenitas. Rumusan hipotesisnya yang diuji
adalah:
H0: Kedua data bervariansi homogen
Ha: Kedua data tidak bervariansi homogen
Uji statistik yang dilakukan menggunakan uji Levene dengan
hasil uji nilai Sig. (p-value) < α (α =0,05), sehingga H0 ditolak.
Dengan begitu data tidak bervariansi homogen. Selanjutnya
dilakukan uji perbedaan skor postes kedua kelas menggunakan
uji independent samples t’-test.
b. Data Skala Habits of Mind
Penentuan skor skala habits of mind menggunakan MSI (Method of
Succesive Interval) untuk mengubah data ordinal menjadi data interval. Data
skor skala habits of mind yang diperoleh diolah melalui tahap-tahap berikut:
1) Hasil jawaban untuk setiap pertanyaan dihitung frekuensi setiap
pilihan jawaban.
2) Frekuensi yang diperoleh setiap pertanyaan dihitung proporsi
setiap pilihan jawaban.
44
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Berdasarkan proporsi untuk setiap pertanyaan tersebut, dihitung
proporsi kumulatif untuk setiap pertanyaan.
4) Kemudian ditentukan nilai batas untuk Z bagi setiap pilihan
jawaban dan setiap pertanyaan.
5) Berdasarkan nilai Z, tentukan nilai densitas (kepadatan). Nilai
densitas dapat dilihat pada tabel ordinat Y untuk lengkungan
normal standar.
6) Hitung nilai SV/value untuk setiap pilihan jawaban dengan
persamaan sebagai berikut:
7) Langkah selanjutnya yaitu tentukan nilai k, dengan rumus:
k= 1 +| |.
8) Langkah terakhir yaitu transformasikan masing-masing nilai pada
SV dengan rumus: SV + k.
9) Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor
postes habits of mind pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Rumusan hipotesisnya yang diuji adalah:
H0: Data berdistribusi normal
Ha: Data tidak berdistribusi normal
Adapun uji statistik yang dilakukan menggunakan Shapiro Wilk
dengan hasil uji nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), sehingga H0
diterima. Dengan begitu data berdistribusi normal maka dilanjutkan
uji homogenitas. Rumusan hipotesisnya yang diuji adalah:
H0: Kedua data bervariansi homogen
Ha: Kedua data tidak bervariansi homogen
Uji statistik yang dilakukan menggunakan uji Levene dengan
hasil uji nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), sehingga H0 diterima.
45
Prahesti Tirta Safitri, 2013
Pembelajaran quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Habits Of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan uji perbedaan skor postes habits of mind kelas eksperimen
dan kontrol menggunakan uji independent samples t-test.
H. Tahap Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Februari tahun ajaran
2012/2013. Penelitian dibagi ke dalam beberapa tahapan sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan penelitian meliputi tahap-tahap
penyusunan proposal, seminar proposal, studi pendahuluan,
penyusunan instrumen penelitian, pengujian instrumen dan perbaikan
instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian meliputi tahap implementasi
instrumen, implementasi pembelajaran dengan pembelajaran quick on
the draw, serta tahap pengumpulan data.
3. Tahap Penulisan Laporan
Tahap penulisan laporan meliputi