• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUSEUM DAN CAFE KOPI DI KINTAMANI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MUSEUM DAN CAFE KOPI DI KINTAMANI."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Periode Februari 2016

MUSEUM DAN CAFE KOPI

DI KINTAMANI

Oleh :

NI KOMANG NALATRI SUDAPRADNYANI

1204205064

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK

(2)

LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Periode Februari 2016

MUSEUM DAN CAFE KOPI

DI KINTAMANI

Oleh :

NI KOMANG NALATRI SUDAPRADNYANI

1204205064

Dosen Pembimbing:

1. Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP.

2. Ir. I Nyoman Surata, MT.

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK

(3)

TUGAS AKHIR MUSEUM DAN CAFÉ KOPI DI KINTAMANI

NI KOMANG NALATRI SUDAPRADNYANI

(4)

ABSTRAK

ABSTRACT

Museum is the place to show off a collection objects as a proof of human life, nature

and culture that used as materials research and education. Coffee is one of Indonesian natural products that are well known in the world. Indonesia is the 4’th largest coffee proucer in the world. Kintamani Coffee from Bali is one of many

types Arabica coffee with the best quality exported from Indonesia to various

countries in the world. Coffee is a legend drink in Indonesia since the Dutch

brought in 1696. In modern era like today, coffee has become part of the lifestyle

that enjoyed by teenagers to the elderly. This Coffee Museum and Café come with

the goal to become an alternative places that combine recreation and education

about coffee in one place. The theme in this Coffe Museum and Café is “Rastik Tempo Dulu” which includes coffee merchant atmosphere in the past, especially in Bali which is applied both in the building and interior concepts. The museum will

tell visitors about the process planting coffee plants until how to mix the coffee to

produce a variety of processed products and works of art of coffee through the

collections on display. The cafe will provide a variety of Indonesian coffee,

especially Kintamani Coffee in traisional and modern menu.

Keywords: museum, cafe, coffee, rastik

ABSTRAK

(5)

saat ini kopi telah menjadi bagian dari gaya hidup yang digemari oleh masyarakat dari golongan remaja hingga orang tua. Museum dan Cafe Kopi ini hadir dengan tujuan sebagai salah satu alternatif tempat wisata yang memadukan sarana rekreasi dan edukasi mengenai kopi dalam satu tempat. Museum dan cafe kopi ini

mengusung tema ”Rastik Tempo Dulu“ dimana menonjolkan suasana pedagang kopi tempo dulu khususnya di daerah Bali yang diterapkan baik pada bangunan dan konsep interiornya. Bagian museum akan membahas dan memberi edukasi mengenai proses penanaman tanaman kopi hingga cara meracik kopi serta berbagai prouk olahan dan karya seni dari kopi melalui koleksi-koleksi yang dipajang. Bagian cafe akan menyediakan berbagai olahan kopi Indonesia, khususnya Kopi Kintamani baik secara traisional maupun moden.

(6)

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Buku Landasan Konsepsual Perancangan Tugas Akhir dengan judul “Museum dan Cafe Kopi di Kintamani tepat pada waktunya. Adapun buku ini dibuat untuk melengkapi tugas-tugas dalam memenuhi persyaratan Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana.

Tersusunnya Landasan Konsepsual Perancangan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bimbingan, petunjuk, informasi dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, MT., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Udayana.

2. Bapak Dr. Ir. Anak Agung Ayu Oka Saraswati, MT., selaku Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana.

3. Ibu Gusti Ayu Made Suartika, ST., MEngSc., Ph.D., selaku Pembimbing Akademik, Fakultas Teknik, Universitas Udayana.

4. Bapak Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP., selaku dosen koordinator Seminar Tugas Akhir serta Dosen Pembimbing I, atas dorongan semangat, motivasi, saran dan waktu yang telah diberikan selama masa bimbingan. 5. Bapak Ir. I Nyoman Surata, MT., selaku Dosen Pembimbing II, atas

dorongan semangat, motivasi, saran dan waktu yang telah diberikan selama masa bimbingan.

6. Bapak Ir. I Gusti Bagus Budjana, MT., selaku Dosen Penguji I yang telah memberi kritik dan masukan yang membangun sehingga Tugas Akhir ini menjadi lebih baik lagi.

(7)

8. Bapak I Nyoman Widya Paramadhyaksa, ST., MT., PhD., selaku Dosen Penguji III yang telah memberi kritik dan masukan yang membangun sehingga Tugas Akhir ini menjadi lebih baik lagi.

9. Rekan-rekan mahasiswa Arsitektur angkatan 2012, terutama yang menempuh Studio Tugas Akhir periode Februari 2016 atas bantuan dan motivasinya.

10.Seluruh Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana yang telah memberikan pengetahuan dan arahan selama proses perkuliahan. 11.Seluruh keluarga, terutama bapak, ibu dan kakak (Ir. I Nyoman Labek Suyasdi Pura, MP., Ir. Ni Wayan Darmiathi., dr. Ni Wayan Rustika Nala Andaryani dan I Made Nala Sukma Ari Pamuria,S.Si.) atas segala dukungan, bantuan, motivasi dan doa yang diberikan.

12.Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ketua dari Museum Subak, Museum Bali dan Museum Purbakala atas izin observasi yang diberikan.

13.Dan semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tak langsung dalam penyusunan tugas ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa Perancangan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan selanjutnya.

Akhir kata, semoga Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat sesuai dengan tujuannya.

Denpasar, 22 April 2016

Penulis

Ni Komang Nalatri Sudapradnyani

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Surat Pengesahan ... ii

Surat Keterangan Revisi ... iii

Surat Pernyataan ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vii

Daftar isi ... ix

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Metode Penelitian ... 5

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP MUSEUM KOPI 2.1 Tinjauan Umum Museum ... 7

2.1.1 Pengertian Museum ... 8

2.1.2 Fungsi Museum ... 9

2.1.3 Peran Museum ... 9

2.1.6 Tugas Museum ... 10

2.1.7 Klasifikasi Museum ... 11

2.1.8 Persyaratan Berdirinya Sebuah Museum ... 12

2.1.9 Struktur Organisasi Umum Pengelolaan Museum ... 14

2.1.10 Koleksi Museum ... 15

(9)

2.1.12 Jenis Pengunjung Museum ... 20

2.2 Tinjauan Umum Cafe ... 21

2.2.1 Pengertian Café ... 21

2.2.2 Ciri-Ciri Café ... 22

2.2.3 Perencanaan Dasar Café ... 22

2.2.4 Studi Standar Kapasitas Café ... 24

2.3 Kaji Banding Objek Sejenis ... 28

2.3.1 UCC Coffee Museum, Jepang ... 26

2.3.2 Bramah Museum of Tea and Coffee, London ... 28

2.3.3 UPDT Museum Subak, Kediri, Tabanan ... 30

2.3.4 Anomali Coffee ... 33

2.3.5 Kopi Bali House ... 35

2.3.6 Simpulan Kajian Fasilitas dan Lokasi Objek Sejenis ... 36

2.4 Spesifikasi Umum ... 37

2.4.1 Pemahaman Museum dan Café Kopi ... 37

2.4.2 Fungsi Museum dan Café Kopi ... 38

2.4.3 Batasan Museum dan Café Kopi ... 38

2.4.4 Tujuan Museum dan Café Kopi ... 39

2.4.5 Pengelolaan Museum dan Café Kopi ... 39

2.4.6 Fasilitas Museum dan Café Kopi ... 39

BAB III STUDI PENGADAAN MUSEUM DAN CAFÉ KOPI DI KINTAMANI 3.1 Dasar Pertimbangan Pemilihan Kecamatan Kintamani ... 40

3.1.1 Kondisi Non Fisik Kecamatan Kintamani ... 42

(10)

3.2 Tinjauan Kondisi Museum-Museum di Bali ... 46

3.3 Potensi Kopi Nusantara ... 47

3.4 Studi Pengadaan Museum Kopi di Kintamani ... 50

3.4.1 Analisa SWOT ... 50

3.4.2 Kesimpulan Studi Kelayakan Proyek ... 53

3.5 Spesifikasi Khusus Museum Kopi di Kintamani ... 53

3.5.1 Pengertian ... 54

3.5.2 Fungsi dan Manfaat ... 54

3.5.3 Tujuan dan Sasaran ... 55

3.5.4 Lingkup Pelayanan ... 56

3.5.5 Batasan Museum ... 57

3.5.6 Karakteristik Civitas dan Kegiatan ... 58

3.5.7 Fasilitas Museum ... 58

3.5.8 Sistem Pengelolaan museum ... 62

3.5.9 Koleksi ... 62

3.5.10 Klasifikasi Museum ... 65

3.5.11 Lokasi ... 65

3.5.12 Asumsi ... 66

BAB IV TEMA DAN PEMROGRAMAN MUEUM DAN CAFÉ KOPI DI KINTAMANI 4.1 Tema ... 67

4.1.1 Pendektan Tema ... 68

4.1.2 Penentuan Tema ... 69

4.1.3 Penjabaran Tema ... 69

4.2 Program Fungsional ... 70

(11)

4.2.2 Analisa Civitas ... 71

4.2.3 Jenis dan Kelompok Kegiatan ... 73

4.2.4 Alur Kegiatan ... 74

4.2.5 Rekapitulasi Kegiatan dan Kebutuhan Ruang ... 76

4.2.6 Studi Kapasitas ... 78

4.3 Program Performansi ... 83

4.3.1 Tuntutan ruang Secara Keseluruhan ... 84

4.3.2 Tuntutan Ruang Secara Spesifik ... 84

4.4 Program Arsitektural ... 88

4.4.1 Dimensi fitrin ... 88

4.4.2 Besaran Ruang ... 89

4.4.3 Hubungan Ruang ... 93

4.4.4 Sirkulasi Ruang ... 95

4.4.5 Organisasi Ruang ... 96

4.5 Program tapak ... 97

4.5.1 Kebutuhan Luas Tapak ... 97

4.5.2 Analisis Pemilihan Tapak ... 97

4.5.3 Data dan Analisis Tapak ... 102

BAB V KONSEP PERANCANGAN MUSEUM DAN CAFÉ KOPI DI KINTAMANI 5.1 Konsep Perancangan Tapak ... 112

5.1.1 Konsep Entrance Tapak ... 112

5.1.2 Konsep Zoning Tapak ... 116

5.1.3 Konsep Pola Massa dan Sirkulasi Tapak ... 117

5.1.4 Konsep Bentuk Massa dan Orientasi Bangunan ... 119

(12)

5.1.6 Konsep Utilitas Tapak ... 124

5.2 Konsep Perancangan Bangunan ... 127

5.2.1 Konsep Entrance Bangunan ... 127

5.2.2 Konsep Zoning Bangunan ... 128

5.2.3 Konsep Pola Sirkulasi dalam Bangunan ... 129

5.2.4 Konsep Tampilan dan Material Bangunan ... 131

5.2.5 Konsep Ruang Dalam ... 132

5.2.6 Konsep Struktur Bangunan ... 134

5.2.7 Konsep Utilitas Bangunan ... 136

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tipe Museum Pemerintah Berdasarkan Jumlah Tenaga, Luas

Bangunan dan Luas Tanah ... 12

Tabel 2.2 Ukuran Standar Dimensi Meja dan Kursi ... 24

Tabel 2.3 Jumlah Kunjungan di Museum Subak Tahun 2015 ... 33

Tabel 2.4 Simpulan Kajian Fasilitas dan Lokasi Objek Sejenis ... 36

Tabel 3.1 Jumah Kedatangan Wisatawan di DTW Batur Kecamatan Kintamani ... 42

Tabel 3.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Museum Geopark ... 42

Tabel 3.3 Perkembangan Pengunjung Museum di Bali ... 47

Tabel 3.4 Detail Hasil Produksi Kopi di Bangli Berdasarkan Kecamatan .... 49

Tabel 3.5 Perkembangan Produksi Kopi Kabupaten Bangli ... 49

Tabel 3.6 Analisa SWOT Beserta Rekomendasi dan Strategi ... 50

Tabel 4.1 Rekapitulasi Kebutuhan Ruang ... 76

Tabel 4.2 Asumsi Kapasitas Pengelola ... 80

Tabel 4.3 Asumsi kapasitas Koleksi ... 81

Tabel 4.4 Tuntutan Kelompok Ruang Utama ... 84

Tabel 4.5 Tuntutan keompok Ruang Penunjang ... 85

Tabel 4.6 Tuntutan kelompok Ruang Pelayanan Umum ... 86

Tabel 4.7 Tuntutan Kelompok Ruang Pengelola ... 86

Tabel 4.8 Tuntutan Kelompok Ruang Servis ... 87

Tabel 4.9 Rekapitulasi Besaran Vitrin ... 88

Tabel 4.10 Besaran Ruang ... 89

Tabel 4.11 Rekapitulasi Besaran Ruang ... 92

Tabel 4.12 Pembobotan Kriteria pemilihan Site ... 101

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Eksternal Museum Swasta ... 14

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Eksternal Museum Negeri ... 14

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Internal Museum ... 14

Gambar 2.4 Sudut Pandang dan Jarak Pandang Sesuai Dimensi Objek ... 18

Gambar 2.5 Tata Pameran dengan Dinding Penutup ... 19

Gambar 2.6 Tata Cahaya Pada Museum ... 19

Gambar 2.7 Tata Cahaya Pada Benda Pameran ... 19

Gambar 2.8 Tata Cahaya Pada Pameran ... 20

Gambar 2.9 Standar Dimensi Service Area Cafe ... 24

Gambar 2.10 Standar Dimensi Counter ... 25

Gambar 2.11 Jenis Penataan Dapur ... 25

Gambar 2.12 Sirkulasi pada Dapur ... 26

Gambar 2.13 UCC Coffee Museum ... 26

Gambar 2.14 Ruang Display UCC Coffee Museum ... 27

Gambar 2.15 Fasilitas Kelas Meracik Kopi ... 27

Gambar 2.16 Bramah Museum of Tea and Coffee ... 28

Gambar 2.17 Koleksi Bramah Museum of Tea and Coffee ... 29

Gambar 2.18 Display Koleksi Bramah Museum of Tea and Coffee ... 29

Gambar 2.19 Peta Kawasan Mandala Mathika Subak ... 30

Gambar 2.20 Miniatur Irigasi ... 31

Gambar 2.21 Ruang Audio Visual ... 31

Gambar 2.22 Ruang Pameran Museum Subak ... 31

Gambar 2.23 Struktur Organisasi Museum Subak ... 32

Gambar 2.24 Pajangan Biji Kopi dan Dekorasi pada Anomali Coffee ... 34

(15)

Gambar 2.26 Suasana Anomali Café ... 35

Gambar 2.27 Suasana Kopi Bali House ... 36

Gambar 3.1 Peta Pulau Bali dan Kabupaten Bangli ... 41

Gambar 3.2 Batas Ketinggian Bangunan ... 44

Gambar 3.3 Skema Struktur Organisasi Museum dan Café Kopi ... 62

Gambar 3.4 Suasana yang akan Dijadikan Manikin Koleksi Besar ... 63

Gambar 3.5 Koleksi Benda-benda Besar ... 63

Gambar 3.6 Koleksi Benda-benda Kecil ... 64

Gambar 4.1 Alur Kegiatan Pengunjung Umum / Wisatawan ... 75

Gambar 4.2 Alur Kegiatan Pengunjung Khusus ... 75

Gambar 4.3 Alur Kegiatan Pengelola Museum dan Café ... 75

Gambar 4.4 Alur Kegiatan Komunitas Pecinta Kopi & Barista ... 76

Gambar 4.5 Alur Kedatangan & Perawatan Koleksi ... 76

Gambar 4.6 Grafik Perkiraan Jumlah Kunjungan ke Museum ... 79

Gambar 4.7 Matriks Hubungan Ruang Makro ... 93

Gambar 4.8 Matriks Hubungan Ruang Utama ... 94

Gambar 4.9 Matriks Hubungan Ruang Penunjang ... 94

Gambar 4.10 Matriks Hubungan Ruang Pelayanan Umum ... 94

Gambar 4.11 Matriks Hubungan Ruang Pengelola... 94

Gambar 4.12 Matriks Hubungan Ruang Servis ... 94

Gambar 4.13 Sirkulasi Ruang Museum dan Café Kopi ... 95

Gambar 4.14 Organisasi Ruang Museum dan Cafe Kopi ... 96

Gambar 4.15 Pilihan Alternatif Site ... 98

Gambar 4.16 Alternatif Site 1 ... 99

Gambar 4.17 Alternatif Site 2 ... 100

(16)

Gambar 4.19 Batas-batas Site ... 103

Gambar 4.20 Bentuk dan Ukuran Site ... 104

Gambar 4.21 Build Up Area... 105

Gambar 4.22 Jenis dan Letak Vegetasi ... 106

Gambar 4.23 Kemiringan Tanah Pot A-A ... 107

Gambar 4.24 Kemiringan Tanah Pot B-B ... 107

Gambar 4.25 Struktur Tanah Regosol ... 107

Gambar 4.26 Kondisi Estetika di Sekitar Tapak ... 108

Gambar 4.27 Kondisi Iklim Tapak... 109

Gambar 4.28Kondisi Utilitas Tapak ... 110

Gambar 4.29 Analisa Trafik dan Kebisingan ... 111

Gambar 5.1 Arah Kedatangan Pengunjung Terbanyak ... 113

Gambar 5.2 Alternatif 1 Entrance ... 114

Gambar 5.3 Alternatif 2 Entrance ... 114

Gambar 5.4 Konsep Peletakan dan Bentuk Entrance... 115

Gambar 5.5 Konsep Bentuk Façade Entrance ... 115

Gambar 5.6 Analisis Pengaruh Kebisingan Terhadap Penzoningan ... 116

Gambar 5.7 Konsep Zoning Tapak ... 117

Gambar 5.8 Alternatif 1 Pola Massa ... 118

Gambar 5.9 Alternatif 2 Pola Massa ... 118

Gambar 5.10 Konsep Pola Massa dan Sirkulasi ... 119

Gambar 5.11 Bentuk Geometris Persegi ... 120

Gambar 5.12 Konsep Bentuk dan Orientasi Massa ... 120

Gambar 5.13 Alternatif Parkir 90o ... 122

Gambar 5.14 Alternatif Parkir 90o ... 122

(17)

Gambar 5.16 Konsep Elemen Hardscape ... 123

Gambar 5.17 Konsep Elemen Softscape ... 123

Gambar 5.18 Konsep Ruang Luar pada Area Parkir ... 123

Gambar 5.19 Konsep Pola Parkir ... 124

Gambar 5.20 Konsep Penataan Parkir ... 124

Gambar 5.21 Analisa Utilitas Tapak ... 125

Gambar 5.22 Konsep Utilitas Tapak ... 125

Gambar 5.23 Skema Konsep Air Bersih ... 126

Gambar 5.24 Konsep Pembuangan Air Hujan dan Air Bekas ... 126

Gambar 5.25 Skema Konsep Jaringan Listrik ... 126

Gambar 5.26 Skema Konsep Pembuangan Sampah ... 126

Gambar 5.27 Konsep Entrance Bangunan ... 128

Gambar 5.28 Konsep Bentuk Entrance Bangunan ... 128

Gambar 5.29 Konsep Zoning Bangunan ... 129

Gambar 5.30 Konsep Pola Sirkulasi Didalam Bangunan ... 130

Gambar 5.31 Konsep Pola Sirkulasi Pada Ruang Pamer Koleksi ... 131

Gambar 5.32 Konsep Bentuk dan Tampilan Bangunan ... 132

Gambar 5.33 Material Bangunan dengan Kesan Rastik ... 132

Gambar 5.34Konsep Tampilan dan Penyajian Koleksi ... 133

Gambar 5.35 Konsep Tampilan Ruang Dalam Museum ... 134

Gambar 5.36 Konsep Tampilan Ruang Dalam Cafe ... 134

Gambar 5.37Konsep Sub Struktur ... 135

Gambar 5.38Konsep Super Struktur ... 136

Gambar 5.39 Konsep Upper Struktur ... 136

Gambar 5.40 Contoh Teknik Pencahayaan yang akan Diterapkan ... 137

(18)

Gambar 5.42 Konsep Keamanan dengan CCTV ... 139

Gambar 5.43 Konsep Komunikasi Telepon dengan PABX ... 140

Gambar 5.44 Konsep Alat-alat Sistem Pemadam Kebakaran ... 142

Gambar 5.45 Konsep Bahan Peredam Suara ... 142

(19)
(20)
(21)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN ARSITEKTUR

Jalan Kampus Bukit Jimbaran - Bali

(0361) 703384, 703320 Fax : 703384

www.ar.unud.ac.id

PERNYATAAN

Judul Tugas Akhir : Museum dan Café Kopi di Kintamani

Nama : Ni Komang Nalatri Sudapradnyani

NIM : 1204205064

Program Studi : Arsitektur

Periode : Pebruari 2016

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini tidak terdapat karya pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Denpasar, 22 April 2016

Ni Komang Nalatri Sudapradnyani

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini akan memaparkan mengenai latar belakang munculnya ide proyek Museum dan Café Kopi di Kintamani, permasalahan yang timbul dalam perencanaannya, tujuan penulisan landasan konsepsual, pembuatan Museum dan Café Kopi serta metode yang digunakan dalam memperoleh data-data yang diperlukan dalam menjawab semua permasalahan yang ada.

1.1 Latar Belakang

(23)

menjadi salah satu komuditi hasil perkebudan andalan Indonesia yang merambah dunia ekspor.

Hasil perkebunan kopi membawa Indonesia menduduki peringkat ke-4 terbesar sebagai Negara penghasil kopi, dengan angka produksi kopi sebesar kurang lebih 650.000 ton per tahun. Jumlah tersebut mendapat kontribusi terbesar dari perkebunan rakyat sebesar 96,2%, sisanya merupakan hasil dari sektor perkebunan swasta lebih kurang sebesar 10.000 ton atau 1,5% dan dari sektor perkebunan negara menghasilkan rata-rata 15.000 ton atau 2,3% per tahun (utama-karya.com). Indonesia memiliki beberapa jenis kopi yang kualitasnya telah dikenal hingga ke mancanegara diantaranya; Kopi Sumatera, Kopi Sulawesi, Kopi Aceh Gayo, Kopi Bali Kintamani, Kopi Papua Wamena, Kopi Flores Bajawa dan Kopi Jawa. Banyaknya jenis kopi yang tersebar di Indonesia dengan karakteristik yang berbeda-beda menyebabkan Indonesia menyandang predikat Negara nomer 1 di dunia dengan keanekaragaman biji kopi.

Bali merupakan salah satu provinsi penghasil kopi di Indonesia dengan daerah penghasil kopi di Kabupaten Tabanan, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Singaraja, Kabupaten Bangli dan Kabupaten Badung. Kecamatan Kintamani merupakan daerah di Kabupaten Bangli yang terkenal akan daya tarik wisata berupa Kaldera Gunung Batur dan anjing ras yang khas yaitu Anjing Kintamani, ternyata memiliki kualitas hasil kopi yang terkenal hingga ke mancanegara. Kopi Kintamani memiliki merk tersendiri yang memiliki pasar ekspor. Potensi dari Kopi Kintamani tersebut mendorong Pemerintah Daerah mengeluarkan kebijakan yang mendukung perkebunan kopi dan industri kopi di Kintamani, diantaranya:

Pada RTRW Bangli Pasal 13 huruf c yang menyebutkan: meningkatkan daya saing komoditas unggulan kopi arabika yang telah mendapatkan pengakuan sertifikat indikasi geografis, komoditas jeruk, budidaya perikanan, hasil perkebunan dan hortikultura lainnya.

(24)

internasional, meliputi komoditas kopi arabika di Kawasan Kintamani dan sebagian Kecamatan Bangli; dan komoditas jeruk di Kawasan Kintamani.

Pada RTRW Bangli Pasal 52 huruf b menyebutkan mengembangkan industri terkait pengolahan bahan makanan potensi sumber daya perkebunan yang ada seperti kopi, jeruk, buah-buahan lainnya.

Kopi Kintamani tumbuh subur dengan baik di udara Kintamani yang sejuk. Cita rasa Kopi Bali Kintamani berbeda dengan kopi lainnya di Indonesia dengan sedikit cita rasa buah-buahan yang asam dan segar. Rasa tersebut didapat dari cara penanaman tumpang tanaman kopi dengan aneka sayuran dan tanaman buah-buahan di satu lokasi yang membuat rasa buah meresap ke biji kopi. Masyarakat Bali sendiri belum banyak yang mengenal kulitas dari Kopi Kintamani dikarenakan pasar Kopi Kintamani yang banyak menyasar pasar ekspor dan menengah ke atas. Masyarakat di Kecamatan Kintamani sendiri belum banyak yang memanfaatkan kopi kintamani sebagai daya tarik wisata yang dikomersialkan.

(25)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan terkait dengan proyek perencanaan Museum dan Café Kopi di Kintamani, antara lain:

a. Bagaimana perencanaan untuk mewujudkan suatu Museum dan Café Kopi di Kintamani yang dapat memberi edukasi sekaligus rekreasi bagi pengunjungnya?

b. Bagaimana kriteria yang cocok untuk tempat dibangun proyek Museum dan Café Kopi di Kintamani dan dimana lokasi yang cocok untuk tempat dibangunnya proyek tersebut?

c. Apa saja benda-benda yang akan dipajang pada Museum Kopi ini dan bagaimana pentaannya agar tidak menimbulkan rasa bosan?

d. Bagaimana penataan dan peletakan ruang-ruang pada Museum dan Café Kopi di Kintamani ini agar kedua fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik dan pengunjung juga tertarik untuk mengunjungi museumnya? e. Apakah tema dan konsep yang cocok diterapkan dalam mendesain proyek

Museum dan Café Kopi di Kintamani ini agar tercipta desain yang inovatif?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan konsep perancangan dan perencanaan proyek museum dan café ini sebagai acuan desain proyek perencanaan Museum dan Café Kopi di Kintamani adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menyusun landasan secara konsepsual sebuah bangunan dengan fungsi Museum yang memajang segala informasi dan hal-hal yang berkaitan dengan kopi yang mengedukasi dan fungsi Café yang rekreatif, menyenangkan dan santai.

b. Tujuan Perencanaan

(26)

suatu rancangan bangunan dengan fungsi Museum dan Café Kopi. Rancangan nantinya diharapkan dapat mewadahi dan menggambarkan berbagai informasi mengenai dunia perkopian di Indonesia sehingga dapat memberi edukasi mengenai kopi kepada masyarakat luas hingga proses pengolahannya menjadi secangkir minuman. Keberadaan museum ini disandingkan dengan café untuk menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke museum dengan suasana yang santai dan menyenangkan.

1.4 Metode Penelitian

Teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan guna merancang dan menjawab berbagai permasalahan yang timbul dalam proses perencanaan Museum Kopi di Kintamani adalah:

1.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Ditinjau dari segi sumber data dan cara memperolehnya data dapat diagi menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.

a) Data Primer

Data primer adalah data yang secara langsung dikumpulkan oleh penulis dan didapat dari sumbernya (Suryabrata, 2003: 39). Data primer dapat diperoleh melalui proses sebagai berikut:

 Observasi

(27)

 Wawancara dan Diskusi

Wawancara adalah suatu proses yang mengharuskan penafsiran dan penyesuaian terus-menerus. Wawancara adalah salah satu cara untuk mencari fakta dengan mengingat dan merekonstruksi sebuah peristiwa, mengutip pendapat dan opini narasumber (Shandang: 2004). Wawancara merupakan teknik mengumpulkan data dengan menggali informasi langsung dari narasumber yang terkait dengan proyek Museum dan Café Kopi di Kintamani, dalam hal ini kepala dan staff pada objek sejenis. b) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah tersusun sebelumnya dan berentuk dokumen-dokumen (Suryabrata, 2003: 39). Dengan kata lain data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh pihak lain, dalam hal ini peneliti hanya bertindak sebagai pemakai data karena tidak langsung berhubungan untuk menggali data dengan narasumber. Data sekunder dapat berupa:

 Studi Kepustakaan

(28)

BAB II

PEMAHAMAN TERHADAP

MUSEUM DAN CAFÉ KOPI

Bab ini akan memaparkan teori-teori mengenai museum, pemahaman terhadap proyek museum kopi yang akan dirancang dan pemahaman terhadap objek-objek dengan fungsi sejenis yang telah ada sebagai acuan untuk merancang, serta spesifikasi umum mengenai museum kopi yang akan dirancang.

2.1 Tinjauan Umum Museum

(29)

2.1.1 Pengertian Museum

Dalam Wikipedia Indonesia disebutkan bahwa secara etimologis, “museum” berasal dari kata Yunani yaitu mouseion yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil tempat tinggal sembilan dewa-dewi yunani (Muses) yaitu dewa-dewi yang menguasai seni murni ilmu pengetahuan. berhubungan dengan kegiatan seni.

Berikut beberapa pengertian tentang museum yang telah dirumuskan dan dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain:

a. Dalam buku karya Sutaarga yang berjudul Museografi dan Museologi, dicantumkan bahwa Menurut ICOM (International Council of Museum),

dalam konferensi umumnya yang ke-10 pada tahun 1974 yang dimaksud dengan museum adalah sebagai berikut:

“Museum adalah suatu lembaga yang bersifat badan hukum yang tetap, tidak mencari keuntungan dalam pelayanannya, kepada masyarakat tetapi hadir untuk kemajuan masyarakat lingkungannya, serta terbuka untuk umum”.

b. Dalam sumber yang sama disebutkan menurut A.C. Parker, menyatakan bahwa “museum adalah tempat untuk memamerkan koleksi-koleksi pembuktian manusia, alam dan kebudayaan baik secara synchronis

maupun secara achronis, baik pencerminan historis daripada manusia, alam lingkungannya dan kebudayaannya”.

c. Dalam buku karya Putu Nantra yang berjudul Pemanfaatan Museum-museum di Bali sebagai Sumber Belajar oleh masyarakat Bali

dicantumkan Noeng Moehadjir mengemukakan bahwa “museum adalah suatu lembaga yang didirikan dengan tujuan untuk mengumpulkan, menyimpan, memamerkan koleksi-koleksi yang mempunyai keagamaan dan budaya”.

(30)

budaya manusia serta alam dan leingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Berdasarkan beberapa pengertian museum menurut para ahli di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa museum memiliki persamaan arti yaitu merupakan tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, melindungi, memelihara serta memamerkan benda-benda yang menggambarkan dan membuktikan peradaban kehidupan manusia beserta alam sekitarnya seperti peninggalan sejarah, seni dan kebudayaan, ilmu pengetahuan, barang-barang kuno dan barang lainnya. Museum merupakan lembaga yang bersifat tetap, terbuka untuk kepentingan umum dan merupakan sarana rekreasi yang dapat memberi edukasi namun tidak mencari keuntungan. Museum juga menjadi tempat untuk menerbitkan hasil-hasil penelitian mengenai benda-benda koleksi museum yang bersangkutan yang bermanfaat bagi kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

2.1.2 Fungsi Museum

Menurut Sutaarga (1983) disebutkan bahwa ICOM mengemukakan sembilann fungsi museum berdasarkan hasil musyawarah umum ke-11 pada tanggal 14 Juni 1974, diantaranya:

a. Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya. b. Dokumentasi dan penelitian ilmiah

c. Konservasi dan preservasi

d. Penyebaran dan penataan ilmu untuk umum e. Pengenalan dan penghayatan kesenian

f. Pengenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa g. Visualisasi warisan alam dan budaya

h. Cerminan pertumbuhan peradaban manusia

i. Pembangkitan rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa 2.1.3 Peran Museum

(31)

dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Masyarakat mengemukakan peranan museum sebagai berikut :

a. Museum dapat memperkaya dan memperdalam pengetahuan, pengertian dan pengalaman yang telah didapat dari buku atau ajaran-ajaran guru. b. Museum dapat memberikan pengalaman berharga kepada pengunjung

melalui apa yang mereka lihat.

c. Museum dapat memberikan suatu nilai rekreatif dan menghibur.

d. Museum dapat memberikan pembelajaran pada pengunjung mengenai arti dari pajangan.

e. Museum melalui susunan dan penataan koleksi yang tepat dapat membangkitkan minat dan mengajak orang untuk merenung.

2.1.4 Tugas Museum

Museum memiliki beberapa tugas untuk melayani kepentingan pengetahuan umum, sesuai dengan yang disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesai No. 079/0/1975/, dalam pasal 726 dan 757, tugas-tugas museum yaitu :

a. Tugas Pengumpulan, dimana benda yang dikumpulkan adalah benda yang memenuhi syarat sebagai koleksi museum.

b. Tugas Pemeliharaan, dilakukan dengan memberi keterangan tertulis pada setiap benda koleksi dan melakukan perawatan berkala.

c. Tugas Pengamanan, dengan bertanggung jawab menjaga benda-benda koleksi agar tidak rusak dengan perawatan preventative & represif. d. Tugas Pendidikan, museum harus dapat memberikan pengetahuan epada

pengunjung dengan penjelasan-penjelasan mengenai koleksi.

e. Tugas Penerangan, dilakukan dengan cara mengadakan penjelasan baik secara lisan atau tertulis mengenai koleksi.

f. Tugas Penyidikan, dimana museum mengumpulkan benda-benda koleksi baik untuk pameran maupun obyek studi dalam lingkup penelitian. g. Tugas Publikasi, dimana museum menyelenggarakan penerbitan dan

(32)

2.1.5 Klasifikasi Museum

Menurut Sutaarga dalam bukunya yang berjudul Museologi dan Museografi

disebutkan bahwa klasifikasi museum terbagi atas empat macam, yaitu:

1. Klasifikasi Museum menurut koleksinya :

a) Museum Umum adalah museum yang koleksinya berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.

b)Museum Khusus adalah museum yang koleksinya berkaitan dengan satu cabang ilmu dan satu cabang teknologi.

2. Klasifikasi Museum menurut kedudukannya :

a) Museum Nasional adalah museum yang koleksinya merupakan kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti materiil manusia dan lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia.

b)Museum Propinsi adalah museum yang koleksinya merupakan kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti materiil manusia dan lingkungannya dari wilayah propinsi tertentu.

c) Museum Lokal adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti materiil manusia dan lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kota tertentu.

3. Klasifikasi Museum menurut penyelenggarannya :

a) Museum Pemerintah yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah.

b)Museum swasta yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh perseorangan atau badan swasta.

4. Klasifikasi menurut tipe museum :

(33)

Berdasarkan ketiga tipe museum tersebut dapat diklasifikasikan lagi menurut jumlah tenaga, luas bangunan dan luas tanah seperti pada Tabel 2.1

Tipe Museum A B C

Sumber,Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

2.1.8 Persyaratan Berdirinya Sebuah Museum

Dalam buku yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang berjudul Pedoman Pendirian Museum, disebutkan persyaratan-persyaratan yang bersifat teknis dalam perencanaan pembangunan sebuah museum adalah:

A. Persyaratan Lokasi

1. Lokasi Harus Strategis, yaitu lokasi dengan aksesibilitas mudah yang dapat dicapai dengan berbagai jenis kendaraan oleh masyarakat umm. 2. Lokasi Harus Sehat, tidak berada di lokasi industri yang berpolusi, bukan

daerah yang berlumpur/tanah rawa.

3. Lokasi sebaiknya menghindari daerah dengan getaran yang keras seperti daerah lintas gempa dan dekat jalan raya yang dilalui kendaraan berat. 4. Lokasi berdirinya museum tidak berada di dekat pantai untuk menghindari

proses penggaraman yang dapat menimbulkan kerusakan pada koleksi. 5. Lokasi setidaknya memiliki kelembaban udara antara 55-56% (netral)

untuk melindungi pajangan museum agar tetap awet.

Berikut kriteria lokasi museum yang baik ditinjau dari sistem historis dan sistem kegiatan masyarakat:

(34)

1. Kriteria Menurut Sistem Historis

a. Lokasi bernilai historis yang secara planologis dapat dipertanggung jawabkan.

b. Lokasi yang bernilai historis yang relevan dan memiliki keterkaitan terhadap nilai koleksi.

c. Lokasi bernilai historis menurut sejarah bangunan, pelaku maupun peranannya.

2. Kriteria Menurut Sistem Kegiatan Masyarakat

a. Lokasi yang dihubungkan dengan nilai lingkungan yang bersifat Community Center.

b. Lokasi yang dihubungkan dengan kedekatannya terhadap pusat pendidikan (sekolah-sekolah, universitas, gelanggang remaja dll). c. Lokasi yang dihubungkan dengan daerah-daerah yang masih baru

berkembang. B. Persyaratan Bangunan

Bangunan museum minimal memiliki dua kelompok komponen bangunan yang menjadi ketentuan standar, yaitu bangunan utama dan bangunan penunjang. Adapun persyaratan umum untuk bangunan museum adalah sebagai berikut:

1. Bangunan dikelompokkan dan dipisahkan berdasarkan fungsi, aktivitas, ketenangan, keramaian serta keamanannya.

2. Mempunyai sistem keamanan yang baik terhadap kerusakan, kebakaran dan kriminalitas dari segi konstruksi maupun spesifikasi ruangannya. 3. Mampu memberikan perlindungan bagi koleksi dari kerusakan alam akibat

pengaruh iklim dan cuaca seperti panas matahari dan hujan.

4. Mempunyai pintu masuk utama untuk pengunjung dan pintu masuk khusus bagi pelayanan dan administrasi.

5. Mempertimbangkan pembagian area publik, semi publik dan privat sesuai dengan persyaratan dan spesifikasi masing-masing ruang.

C. Persyaratan Peralatan

(35)

1. Peralatan kantor yaitu setiap alat atau benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi perkantoran museum. 2. Peralatan teknis merupakan alat untuk kegiatan teknis museum, meliputi

peralatan untuk melestarikan dan merawat bidang koleksi. 2.1.9 Struktur Organisasi Umum Pengelolaan Museum

Struktur organisasi museum dibagi dua yaitu struktur organisasi internal dan external seperti pada Gambar 2.1 sampai 2.3 berikut.

1. Struktur Organisasi Eksternal Museum a) Struktur Organisasi Museum Swasta

b) Struktur Organisasi Museum Negeri

2. Struktur Organisasi Internal Museum

Badan Pendiri

Badan Penasehat Badan Pengawas

Badan Pengurus Museum

Badan Pemerintah Unit Pelaksana Teknis Museum

Museum Museum Museum

Kepala Museum

Sumber, Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 4 Th. 2002

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Eksternal Museum Negeri

Sumber, Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 4 Th. 2002

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Internal Museum

(36)

2.1.10 Koleksi Museum

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1999/2000 disebutkan bahwa koleksi museum adalah semua jenis bukti material hasil budaya manusia, alam dan lingkungan atau cabang ilmu pengetahuan yang memiliki nilai historis dan bermanfaat untuk pembinaan dan atau pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi kebudayaan yang bermanfaat bagi pengetahuan umum masyarakat luas. Koleksi museum merupakan komponen utama dari dari sebuah museum, berupa benda kuno yang berusia ratusan bahkan ribuan tahun atau benda baru atau modern yang memiliki nilai kultural atau nilai historis.

1. Persyaratan Benda Koleksi Museum

Dalam buku Museografika yang diterbitkan oleh Ditjen Kebudayaan Direktorat Permuseuman dan Isaq Daud dalam bukunya yang berjudul Kecil Tapi Indah, Pedoman Pendirian Museum disebutkan persyaratan untuk benda-benda koleksi museum diantaranya:

a. Memiliki nilai budaya, bersejarah serta nilai ilmiah dan estetika.

b. Dapat diidentifikasikan mengenai wujud (morfologi), tipe, gaya, fungsi, makna dan asalnya secara historis dan geografis, genusnya, generasi serta periodenya dalam benda-benda sejarah alam dan teknologi.

c. Dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti atas realita dan eksistensi kehadirannya bagi penelitian ilmiah.

d. Dapat dijadikan monumen atau akan menjadi monumen dalam sejarah alam dan budaya.

e. Benda asli, replika atau reproduksi yang sah menurut aturan persyaratan permuseuman.

2. Pengadaan Benda Koleksi Museum

Benda-benda koeksi museum bisa berasal dari berbagai daerah yang didapat dari berbagai pihak. Cara-cara untuk mendapatkan koleksi museum diantaranya:

(37)

b. Sumbangan, hibah dan wasiat dari pemilik sebelumnya. c. Melalui pembelian atau imbalan jasa.

d. Pengadaan koleksi dengan cara tukar menukar koleksi. e. Merupakan barang sitaan dari pengadilan.

f. Barang titipan dari pemiliknya tanpa konsekuensi pembiayaan untuk dirawat dan dilindungi.

3. Jenis Bahan Benda Koleksi Museum

Menurut Herman dalam bukunya yang berjudul Pedoman Konservasi Koleksi Museum jenis bahan benda koleksi museum dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Kelompok Bahan Organik

Merupakan benda pajangan yang berasal dari mahluk hidup (hewan dan tumbuhan), contih: tekstil, kayu, lontar, kertas, gading, tulang dan tanduk. b. Kelompok Bahan Anorganik

Merupakan benda pajangan yang tidak mengandung organ hidup, seperti batu, keramik/porselen, logam, benda-benda kaca dan tembikar.

c. Kelompok Benda Khusus

Yaitu benda yang dimaksud adalah lukisan dengan segala jenis bahan yang digunakan seperti cat minyak, cat air pada kanvas.

4. Perawatan Benda Koleksi Museum

Menurut Herman dalam bukunya yang berjudul Pedoman Konservasi Koleksi Museum disebutkan perawatan koleksi museum dilakukan dengan dua cara, yaitu:

A. Perawatan Peventif

Merupakan tindakan pencegahan tahap awal yang dilakukan oleh petugas museum untuk melindungi dan menghindari kerusakan koleksi museum yang lebih parah. Tindakan perawatan peventif, yaitu:

a. Perawatan dari Faktor Iklim

(38)

antara 55-65% dengan suhu udara 20-24oC yang dapat diatur dengan alat

humidifier atau memasang AC selama 24 jam. b. Perawatan dari Faktor Cahaya

Melindungi koleksi dari penyinaran atau pencahayaan langsung yang mengenai koleksi baik berupa cahaya matahari ataupun cahaya buatan dari lampu. Lampu TL minimal berjarak 40 cm dari benda yang peka terhadap cahaya seperti tekstil, lukisan, kertas, cat minyak pada kanvas atau pada kayu, serta lukisan cat air. Selain itu benda koeksi diletakkan jauh dari bukaan dan memberi filter untuk mengurangi radiasi sinar UV. Cahaya yang ideal untuk museum yaitu 50-200 lux

c. Perlindungan dari Faktor Serangga & Jamur

Diakukan dengan metode injeksi atau menyemprotkan zat-zat kimia pada koleksi. Contohnya fumisida yang berfungsi untuk membasmi jamur pada vitrin kedap udara.

d. Perlindungan dari Faktor Mikroorganisme

Dilakukan dengan menjaga tempratur dan kelembaban udara tetap dalam keadaan normal.

e. Perlindungan dari Faktor Polusi Udara

Mencegah terpaan angin secara langsung yang mengenai koleksi dengan memperkecil bukaan dan melakukan pengkondisian udara.

B. Perawatan Kuratif

Perawatan kuratif merupakan perawatan yang dilakukan pada benda-benda koleksi museum yang telah mengalami kerusakan, sehingga perawatan kuratif ini memerlukan keahlian khusus dan ketelitian yang ekstra.

2.1.11 Penyajian Koleksi Museum

(39)

A. Metode Penyajian Koleksi

1. Metode Pendekatan Estetis, penyajian benda-benda koleksi dengan mengutamakan segi keindahan dari benda-benda yang dipamerkan. 2. Metode Pendekatan Romantika, penyajian benda-benda koleksi yang

disusun untuk mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan.

3. Metode Pendekatan Intelektual, penyajian benda-benda koleksi yang disusun sehingga dapat membrikan informasi ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan benda yang dipamerkan.

B. Teknis Penyajian Koleksi

Teknis penyajian benda-benda koleksi museum harus memperhatikan beberapa persyaratan sebagai berkut:

1. Tata Letak

Barang koleksi diletakkan sesuai dengan proporsi, keseimbangan, kontras, kesatuan, harmonis, ritme dan klimaks dari objek. Jika objek berupa benda yang besar, maka tata letaknya harus jauh dari pengamat, begitu pula sebaliknya. Selain itu ukuran vitrin dan panil harus pas dengan tinggi rata-rata orang. Besar benda koleksi dan jarak pandangnya dapat dilihat pada gambar 2.4

Gambar 2.4 Sudut Pandang dan Jarak Pandang Sesuai Dimensi Objek

(40)

2. Tata Cahaya

Untuk benda-benda koleksi an-organik (batu, keramik, kaca, tembikar, besi dan baja) dan organik (kayu, bambu, tulang, tanduk dan gading) yang kurang peka terhadap cahaya, penerangan cahaya dapat mencapai 150 LUX. Sedangkan benda-benda koleksi yang peka terhadap cahaya, seperti lukisan, barang-barang cetakan dan tekstil penerangan cahaya maksimal 50 LUX. Lampu TL pada obyek yang peka terhadap cahaya dipasang maksimal pada jarak 40 cm dari benda koleksi.

Gambar 2.5 Tata Pameran dengan Dinding Penutup

Sumber, Data Arsitek Jilid 2 : 250

Gambar 2.7 Tata Cahaya Pada Benda Pameran

Sumber, Data Arsitek Jilid 3 : 144

Gambar 2.6 Tata Cahaya Pada Museum

(41)

3. Tata Warna

Pengaturan warna memberikan efek menunjang penampilan koleksi dipajang dan menarik perhatian bagi pengunjung. Untuk ruangan yang tetap sebaiknya menggunakan warna netral atau warna pastel, misalnya abu-abu, krem dan sebagainya.

4. Tata Pengamanan

Pengamanan benda koleksi menggunakan vitrin dengan kaca setebal 5 mm agar tahan terhadap benturan dan mencegah debu dan kotoran masuk. Adapun jenis peralatan pengaman yang dapat dipasang di ruang pameran antara lain, kamera CCTV.

5. Labeling/Penamaan

Label adalah sarana komunikasi untuk memberikan informasi yang dimiliki oleh museum mengenai objek pameran kepada pengunjung. 6. Foto-foto Penunjang

Foto-foto penunjang dibuat dengan dimensi yang mudah dilihat disesuaikan dengan jarak pandangnya. Tujuannya adalah agar benda-benda koleksi yang dipamerkan lebih informatif terhadap pengunjung. 2.1.9 Jenis Pengunjung Museum

Banyak orang dengan berbagai kepentingan berkunjung ke museum, seperti disebutkan dalam buku Pengantar Didaktik Museum yang diterjemahkan oleh Sutaarga disebutkan beberapa jenis pengunjung museum sesuai dengan kepentingannya, diantaranya:

Gambar 2.8 Tata Cahaya Pada Pameran

(42)

a. Pengunjung dengan Tujuan Studi, yaitu pengunjung yang datang ke museum untuk menambah pengetahuan dan penalarannya mengenai koleksi museum dan mengadakan observasi mengenai museum itu sendiri. b. Pengunjung dengan Posisi Dinas atau Bidang Bimbingan Edukatif, yaitu pengunjung yang datang secara khusus dan resmi atas nama lembaga tertentu untuk keperuan atau tujuan edukatif yang lebih mendalam. c. Pengunjung dengan Tujuan Tertentu atau Pengunjung Terarah, yaitu

pengunjung yang datang dengan membawa pertanyaan tertentu atau perhatian tertentu terhadap benda koleksi atau museum itu sendiri. d. Pengunjung dengan Tujuan Rekreasi, yaitu pengunjung museum dalam

berbagai tingkat, minat, dan perhatian tanpa tujuan yang terperinci.

2.2 Tinjauan Umum Cafe

Pada tinjauan umum café akan dibahas mengenai pengertian café, ciri-ciri

café, perencanaan dasar café dan studi standar kapasitas cafe.

2.2.1 Pengertian Café

Secara harfiah kata café berasal dari bahasa perancis yang berarti minuman (kopi), tetapi kemudian café dijadikan tempat dimana orang bisa memesan jenis minuman lainnya selain kopi. Berikut beberapa pengertian cafe menurut beberapa sumber iterator, diantaranya:

a. Menurut Soekresno (2000:16-17) disebutkan bahwa cafe, coffee shop dan

canteen termasuk dalam Informal Restaurant, yaitu industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan professional dengan lebih mengutamakan kecepatan pelayanan, kepraktian dan percepatan frekuensi yang silih berganti.

b. Menurut Marsum (2010:8) disebutkan bahwa dilihat dari klasifikasi

restaurant menurut pengelolaan dan sistem penyajiannya, cafetaria atau

(43)

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan café memiliki arti memiliki arti restoran dalam lingkup yang lebih kecil, dimana didalamnya menjual makanan dan minuman dengan menu yang disajikan secara cepat cenderung pada makanan ringan atau kudapan. Café juga dapat disebut sebagai warung kopi yang berevolusi menjadi lebih modern dan memiliki banyak inovasi pada menu yang disajikan. Café saat ini tidak hanya dijadikan sebagai tempat membeli makanan dan minuman tetapi berkembang menjadi tempat berkumpul, bertukar pikiran, tempat bersantai bahkan temat untuk mengerjakan tugas-tugas. Perkembangan tersebut membuat café semakin berinovasi menyediakan tempat yang nyaman dan dilengkapi berbagai fasiitas seperti free WiFi dan free charging untuk membuat pengunjungnya betah berlama-lama.

2.2.2 Ciri-Ciri Cafe

Adapun ciri-ciri dari restaurant informal (café) disebutkan dalam buku Soekresno yang berjudul Manajemen Food and Baverage antara lain:

a. Harga makanan dan minuman yang relative murah b. Penerimaan pelanggan tanpa sistem pemesanan tempat

c. Para pelanggan yang datang tak terikat untuk mengenakan pakaian formal d. Sistem penyajian yang dipakai yaitu American Service/ready plate

bahkan self serfice ataupun counter service. e. Tidak menyediakan hiburan musik langsung

f. Daftar menu langsung dipajang di counter atau di atas meja g. Menu yang disediakan terbatas dan relative cepat disajikan

h. Jumlah tenaga servis relative sedikit dengan standar kebutuhan 1 pramusaji melayani 12-16 pelanggan.

2.2.3 Perencanaan Dasar Café

Mendesain suatu café dibutuhkan sebuah perencanaan yang mengacu pada

(44)

a. Pelayanan dan Penyajian Makanan

Jasa pelayanan makanan memiliki proses yang saing berkaitan, dimana setiap roses memiliki persyaratan tertentu, diantaranya:

1) Produksi

-Pengirimn dan pemeriksaan bahan makanan dan minuman -Penyimpanan berupa pendingin

-Memasak yang dikelompokkan secara terpusat

-Makanan yang ipesan diletakkan dalam pendingin sehingga siap untuk disajikan

-Peralatan mencuci piring dan pembuangan dari sampah padat 2) Pelayanan

-Self-service, dengan menyediakan konter yang dapat diakses oleh pengunjung

-Para waiter dan waiters membawa makanan dari meja penyajian menuju ke meja pelanggan.

-Pengumpulan piring-piring kotor hingga dibawa ke dapur

-Side table dan penyimpanan yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan perlengkapan, peralatan dan furniture.

3) Fasilitas Pelanggan

-Lokasi, lingkungan, karakter, batas-batas site, dan parkir -Entrance, toilet, resepsionis dan bar jika diperlukan

-Seating area, dengan interior untuk mencerminan konsep dan profil pelanggan.

-Fasilitas pembayaran b. Dapur

Pada dapur terdapat dua tahap produksi yaitu persiapan dalam jumlah besar lalu didinginkan sebelum dimasak dan memasak dalam waktu yang singkat.

c. Fast Food Outlet

(45)

2.2.4 Studi Standar Kapasitas Café

Jumlah kapasitas pengunjung maksimal suatu café dilihat berdasarkan jumlah kursi pada café tersebut, sehingga standar ukuran dan kapasitas pengunjung serta sirkulasi pada serve area dan dapur harus diperhatikan.

a. Gambaran Ukuran Standard dan Sirkulasi Serve Area

Ukuran serve area pada cafe sangat bergantung pada jumlah kursi serta sirkulasi yang dibutuhkan. Area makan (serve area) memiliki standar ruang kursi per orang sebesar 1,08-1,26m2. Sedangkan dimensi kebutuhan meja yang disarankan sesuai jumlah kursinya dapat diliat pada Tabel 2.2 berikut, serta dimensi meja dan ruang geraknya dapat dilihat pada Gambar 2.9

Sumber,Littlefield 2008

No Jumlah Kursi Dimensi Meja

1 2 60cm x 75cm

2 4 75cm x 75cm

3 4 75cm x 120cm

4 6 75cm x 180cm

5 8 75cm x 240cm

6 10 75cm x 300cm

Tabel 2.2 Ukuran Standar Dimensi Meja dan Kursi

Gambar 2.9 Standar Dimensi Serve Area

(46)

b. Counter dan Dapur

Pada counter dan dapur makanan dan minuman yang dibuat, peralatan memasak, cara memasak dan penataan counter serta dapur sangat menentukan dimensi dari counter dan dapur itu sendiri. Dimensi standar counter dan dapur dapat dilihat pada Gambar 2.10 sampai 2.12

Gambar 2.10 Standar Dimensi Counter

Sumber, Littlefield 2008

Gambar 2.11 Jenis Penataan Dapur

(47)

2.3 Kaji Banding Objek Sejenis

Kaji banding objek sejenis bertujuan untuk mengetahui ruang-ruang yang dibutuhkan dan merasakan secara langsung suasana museum dan café. Kaji banding objek sejenis mengambil lima objek studi, yaitu UCC Coffee Museum di Jepang, Bramah Tea and Coffee Museum di London, Museum Subak, Museum Purbakala dan Museum Bali.

2.3.1 UCC Coffee Museum, Jepang

Ucc Cofee Museum merupakan sebuah museum kopi yang dikelola oleh pihak swasta, merupakan milik perusahaan kopi ternama di Jepang yaitu perusahaan UCC Coffee. Berikut tampilan UCC Coffee Museum pada Gambar 2.19

a. Lokasi

UCC Coffee Museum terletak di pusat Kota Kobe, tepatnya di 6-6-2, Minatojima-Nakamachi, Chuo-ku, Kobe, Prefektur Hyogo pinggiran. b. Koleksi museum

UCC Coffee Museum memajang berbagai macam koleksi mengenai kopi, diantaranya:

Gambar 2.13 UCC Coffee Museum

Sumber, https://lh5.googleusercontent.com/DSCN0201.JPG

Gambar 2.12 Sirkulasi pada Dapur

(48)

1.Sejarah mengenai perusahaan UCC Coffee mulai dari pertama didirikan hingga kini.

2.Berbagai produk UCC Coffee yang pernah dibuat dan dijual.

3.Mesin pembuat kopi dari sejak zaman dulu (tradisional), hingga kini (elektronik).

4.Alat-alat meracik kopi.

5.Manekin yang mengilustrasikan kegiatan di dalam perusahaan UCC Coffee.

6.Kegiatan tambahan yang dapat dilakukan pengunjung yaitu kelas meracik kopi sendiri.

Suasana UCC Coffee Museum dapat dilihat pada Gambar 2.20 dan 2.21

c. Fasilitas Museum

Fasiitas museum terdiri dari 5 ruangan, yaitu: 2. Ruang Pengelola

Gambar 2.14 Ruang Display UCC Coffee Museum

Sumber, http://www.feel-kobe.jp/upload/spot_images/95_main.jpg

Gambar 2.15 Fasilitas Kelas Meracik Kopi

(49)

3. Ruang Sejarah Perusahaan UCC 4. Ruang Pamer Mesin Pabrik

5. Ruang Koleksi Iklan dan Kemasan 6. Ruang Kelas Meracik Kopi

d. Tata Pamer Koleksi

Benda yang berbentuk 3D dan berukuran besar seperti mesin kopi dan peralatan barista dipajang dengan meletakkannya secara terbuka dengan pembatas railing untuk pengaman. Manikin digunakan untuk menggamarkan suasana di dalam pabrik UCC. Kemasan kopi dipajang dengan meletakkannya pada panel di dinding dengan suguhan iklan-iklan yang pernah dibuat oleh Perusahaan UCC.

e. Konsep

Konsep tampilan UCC Museum ini menggambarkan suasana di dalam pabrik kopi UCC dengan kemodernan dari segi arsitektur dan teknologi dari penataan koleksi.

2.3.2 Bramah Museum of Tea and Coffee, London

Merupakan museum pertama di dunia yang menceritakan sepenuhnya mengenai teh dan kopi. Museum ini menceritakan tentang sejarah 400 tahun komuditas teh dan kopi dari sejak kedatangannya dari afrika hingga sampai di Eropa. Museum ini dibuka oleh Edward Bramah pada tahun 1992, berikut tampian Bramah Museum dapat dilihat pada Gambar 2.22

a. Lokasi

Bramah Museum terletak di tenggara Kota London, sekitar dua menit dari London Bridge Station tepatnya di kilometer 40 jalan Southwark, E1.

Gambar 2.16 Bramah Museum of Tea and Coffee

(50)

b. Koleksi Museum

Bramah Museum of Coffee and Tea London memajang oleksi berupa artefak yang berkaitan dengan sejarah teh dan kopi di Eropa. Artefak-artefak tersebut berupa teko-teko yang biasa digunakan menyeduk teh dan kopi dari zaman dulu hingga modern. Selain tu berbagai peralatan meracik kopi dan teh dipajang di museum tersebut seperti pada Gambar 2.23 dan 2.24

c. Fasilitas

Fasilitas yang terdapat di Bramah Museum diantaranya 1. Ruang Pengelola

2. Ruang Pamer

3. Café yang menyuguhkan kopi dan teh d. Tata Pamer Koleksi

Tata pamer kolesi di Bramah Museum dengan cara membiarkan benda-benda koleksi dipajang dengan terbuka, ditata dan disusun sesuai dengan tema-tema dan kondisi tertentu.

Gambar 2.17 Koleksi Bramah Museum of Tea and Coffee

Sumber, http://www.cafe-badilatti.ch/typo3temp/pics/fe6325e9d3.jpg

Gambar 2.18 Display Koleksi Bramah Museum of Tea and Coffee

(51)

e. Konsep

Bramah Tea And Coffe Museum ini lebih menonjolkan suasana cafe yang dijadikan museum. dimana suasana di dalamnya sangat santai dengan alur pengamatan koleksi yang bebas dan memiliki kesan yang hangat.

2.3.3 UPDT Museum Subak, Kediri, Tabanan

Museum subak adalah museum yang menjelaskan dan memajang benda-benda mengenai kebudayaan masyarakat bali dalam bidang penanaman padi dan persawahan. Museum ini merupakan milik Pemerintah Daerah Tabanan dan dikeola dibawah Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan. Berikut gambaran Kawasan UPDT Museum Subak dapat dilihat pada Gambar 2.25

Gambar 2.19 Peta Kawasan Mandala Mathika Subak

(52)

a. Lokasi

Museum Subak terletak di tengah kota Kediri, Tabanan tepatnya di Jl. Gatot Subroto, Kediri, Tabanan. Museum berada di dalam kawasan Mandala Mathika Subak Kabupaten Tabanan.

b. Kapasitas dan Luas Bangunan

Luas Museum subak secara keseluruhan kurang lebih sebesar 6,28 ha.

c. Fasilitas

Fasilitas-fasiitas yang terdapat pada Museum Subak diantaranya:

 Museum terbuka berupa miniatur jaringan irigasi subak secara garis besar (danau, sungai, air terjun, bendungan) pada Gambar 2.26

 Ruang Audio Visual, dimana tempat memnonton film dokumentasi mengenai subak, Gambar 2.27

 Ruang Pamer, merupakan ruang tempat memajang kolesi museum berupa alat-alat pertanian hingga miniatur sistem subak di Bali seperti pada Gambar 2.28

Gambar 2.20 miniatur Irigasi

Sumber, Observasi 2015

Gambar 2.21 Ruang Audio Visual

Sumber, Observasi 2015

Gambar 2.22 Ruang Pameran Museum Subak

(53)

 Rung Rumah Petani Tradisional, merupakan ruangan temat memamerkan dan menyimpan miniature rumah petani tradisional Bali.  Kantor pengelola & Ruang Perpustakaan

 Gudang dan Preparasi  Ruang Serba Guna d. Tata Pamer Koleksi

Tata pamer koleksi di Museum Subak dengan cara menggunakan metode romantika dimana benda-benda yang dipajang dikelomokkan berdasarkan kegunaan dan waktu digunakannya. Benda dengan ukuran kecil diletakkan pada vitrin dan benda berukuran besar diletakkan terbuka dengan sirkulasi melingkar.

e. Struktur Organisasi Museum Subak

Adapun struktur Organisasi Museum Subak dapat dilihat pada Gambar 2.29 berikut

f. Perawatan Koleksi Museum Subak

Koleksi yang ada dirawat dengan cara:

1.Sebulan sekali pajangan rutin digosok dengan alcohol

2.Untuk perlindungan dari serangga dilakukan injeksi bahan kimia pada pajangan berbahan kayu dan pemberian spray kumbang untuk menghindarkan koleksi dari gangguan serangga.

g. Pengunjung

K.A UPDT

Kelompok Jabatan Fungsional

Staff Staff Staff

Ktua Tata Usaha

Gambar 2.23 Struktur Organisasi Museum Subak

(54)

Sebagian besar pengunjung yang datang merupakan siswa sekolah yang datang di setiap bulan Mei dan Juni sisanya pengunjung yang datang merupakan tamu asing. Jumlah pengunjung Museum Subak setiap bulannya dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut

Tabel 2.3 Jumlah Kunjungan di Museum Subak hingga Bulan Setember 2015

No Bulan Mancanegara Domestik Jumlah

1. Januari 69 77 146

2. Februari 117 15 132

3. Maret 65 249 314

4. April 42 60 102

5. Mei 81 490 571

6. Juni 156 2.483 2.639

7. Juli 122 9 131

8. Agustus 151 38 189

9. September 118 44 162

TOTAL 921 3.465 4386

Sumber,Pengeola Museum Subak

h. Konsep

Museum Subak menonjolkan suasana pertanian tradisional bali dengan penataan koleksi yang bercerita dari proses persiapan penanaman padi hingga pemanenannya.

2.3.4 Anomali Coffee

Anomali Coffee merupakan sebuah kafe sekaligus coffee store yang menawarkan kopi dari seuruh Indonesia.Menu-menu yang ditawarkan mulai dari kopi tradisional hingga menu modern hasil racikan dari Anomali Coffee. Selain berbentuk minuman, Anomali Coffee juga menawarkan biji kopi pilihan yang telah disangrai ataupun kopi bubuk yang siap diracik. Fasiitas pelatihan intensif kepada barista mengenai cara memperlakukan kopi secara profesional juga disediakan.

(55)

Anomali Coffee terletak di daerah kawasan pariwisata di Kabupaten Badung, tepatnya di Jalan Kayu Aya 7B, Seminyak, Badung, Bali.

b. Fasilitas

- Smoking area - Coffee Bar

- Dapur - Rak buku dan majalah

- Display kue dan roti - Display jenis-jenis kopi - Mesin penggiing kopi - Serve Area

- Parkir - Toilet

Dekorasi dan pajangan pada Anomali Café dapat dilihat pada Gambar 2.24

c. Peletakan Ruang-ruang

Adapun peletakan ruang-ruang pada Anomali Coffee dapat dilihat pada Gambar 2.25

Gambar 2.24 Pajangan Biji Kopi dan Dekorasi Karung Goni pada Anomali Coffee

Sumber, http://www.ultimatebali.com /Anomali.jpg

DAPUR TOILET WERE

HOUSE

COFFEE

BAR

PARKIR AREA SMOKING

AREA SERVE

AREA READING

AREA

Gambar 2.25 Peletakan Ruang-Ruang pada Anomali Coffee

(56)

d. Konsep

Anomali Coffee pada tampilannya lebih mengusung konsep yang menggunakan bahan-bahan perpaduan kayu dengan besi rastik yang tidak di-finishing sehingga menimbukan kesan unfinished. Didukung dengan dekorasi berupa peralatan menggiling kopi serta beberapa tumpukan karung goni yang berisi kopi dan hiasan graffiti erta tulisan-tulisan pada papan kapur pada dindingnya menambah kesan santai pada cefe tersebut. Suasana Anomali Coffee dapat dilihat pada Gambar 2.26

2.3.5 Kopi Bali House

Kopi Bali House merupakan sebuah café sekaligus restaurant yang menyajikan kopi beserta berbagai makanan indonesia hingga eropa. Menu kopi yang ditawarkan mulai dari kopi tradisional hingga menu kopi internasional seperti capucino, latte, moca dan sebagainya.

a. Lokasi

Kopi Bali House berlokasi di daerah pariwisata dan perdagangan Jl. Bypass Ngurah Rai 405B,Denpasar,Bali.

b. Fasilitas

Fasilita yang tersedia pada Kopi Bali House antara lain:

-Smoking Area - Serve Area

-Coffee Bar - Rak Bacaan

-Dapur - Meja kasir 2 buah

Gambar 2.26 Suasana Anomali Café

(57)

-Dispay kue dan roti - Parkir -Toilet

c. Konsep

Tampilan Kopi Bali House lebih terlihat seperti sebuah restaurant

dibandingkan café. Suasana lebih terlihat mewah dan formal dikarenakan penataan furniture dan pemilihan material furniture yang lebih elegan. Suasana ruang juga terlihat vintage didukung dengan pernak-pernik peralatan meracik kopi yang dipajang bersamaan dengan benda-benda antik seperti radio kuno. Selain itu karya seni berupa lukisan dari kopi juga menjadi daya tarik tersendiri di Kopi Bai House. Suasana ruang pada Kopi Bali House dapat dilihat pada Gambar 2.27

2.3.6 Simpulan Kajian Fasilitas dan Lokasi Objek Sejenis

Berikut merupakan kesimpulan dari lima objek sejenis yang telah dikaji dapat dilihat pada tabel 2.3

Tabel 2.4 Kesimpulan Kajian Fasilitas dan Lokasi Objek Sejenis

Objek Lokasi Konsep Fasilitas

UCC Cofee

Museum Terletak di pusat Kota Kobe, tepatnya 6-6-2, Minatojima-nakamachi,

of Tea & Coffee Terletak di dekat pusat kota London

- Seperti café Museum Subak Terletak di dekat pusat kota

(58)

Anomali Coffee Terletak di pinggiran kota

Badung di daerah - Toilet dan parkir area Kopi Bali House Terletak di pinggiran ota - Toilet dan parkir area

Berdasarkan tabel di atas, fasilitas sejenis yang digunakan sebagai objek kaji banding memiliki beberapa kesamaan, diantaranya: sebagian museum berada di dekat pusat kota, museum minimal memiliki ruang pamer dan ruang pengelola. Fasilitas lainnya yang menunjang museum diperlukan tergantung dari benda pajangan museum. Café dominan terletak di daerah pariwisata, dengan ruang-ruang yang harus ada yaitu dapur, counter atau café bar dan display makanan serta tetntu saja ruang saji dimana peanggan duduk bersantai.

2.4 Spesifikasi Umum

2.4.1 Pemahaman Museum dan Café Kopi

Museum dan Café Kopi di Kintamani merupakan sebuah tempat yang memadukan unsur edukasi dan rekreasi dalam satu tempat dimana pokok utama yang ditawarkan mengenai kopi. Museum Kopi merupakan wadah yang dirancang dan difungsikan sebagai tempat untuk menyimpan dan memamerkan hal-hal mengenai kopi dengan cara yang menyenangkan. Museum ini bersifat swasta sehingga ditunjang dengan keberadaan café sebagai area komersial yang bertujuan untuk mendatangkan laba dan minat pengunjung.

(59)

dijelaskan di museum ini. Peralatan-peralatan yang dipergunakan mulai dari menanam hingga mengolah, dari yang tradisional hingga yang modern akan dipajang di mueum ini. Pada museum juga akan memajang benda-benda hasil karya seni dengan bahan dasar kopi. Setelah menyaksikan proses, serta benda-bnda yang dipajang pada museum, pengunjung dapat menikmati kopi pada café yang telah disediakan.

Museum dan Café Kopi di Kintamani akan hadir sebagai objek wisata yang memberikan fasilitas edukasi mengenai kopi sekaligus wisata kuliner mengenai kopi Indonesia. Selain itu kehadiran museum kopi juga dijadikan sebagai tempat untuk berkumpul bagi para pecinta kopi dan barista yang ingin mengadakan acara atau event tertentu.

2.4.2 Fungsi Museum dan Café Kopi

Adapun fungsi dari Museum dan Café Kopi adalah:

a. Fungsi edukasi, dimana pada museum kopi pengunjung dapat menyerap ilmu mengenai proses penanaman hingga peracikan bubuk kopi dengan suasana yang santai dan menyenangkan. Pada area café pengunjung juga dapat belajar untuk menjadi barista, bagaimana membuat dan memperlaukan kopi secara professional.

b. Fungi Rekreasi, dimana Museum dan Café kopi akan dibuat menyenangkan hingga pengunjung tidak bosan untuk melihat-lihat koleksi. Kehhadiran Café membuat pengunjung dapat langsung menikmati racikan kopi yang dibuat oleh barista selepas mengelilingi museum.

2.4.3 Batasan Museum dan Café Kopi

Berikut merupakan batasan-batasan dalam merancang museum kopi:

1. Museum Kopi merupakan museum yang hanya akan memajang dan membahas benda-benda yang berkaitan dengan pertanian kopi, hingga proses peracikan kopi menjadi minuman.

(60)

kopi yang pernah beredar di Indonesia. Koleksi akan terbagi menjadi dua jenis yaitu koleksi indoor dan outdoor.

3. Café Kopi pada proyek ini akan menyajikan menu-menu minuman kopi dengan bahan dasar utama Kopi Kintamani.

4. Selain fungsi pameran dan penjualan, museum dan café juga diengkapi dengan fungsi tambahan berupa kelas meracik kopi yang dibuka untuk pengunjung museum ataupun cafe.

5. Museum dan Café Kopi akan dibangun di daerah tujuan wisata yang memiliki perkebunan kopi.

2.4.4 Tujuan Museum dan Café Kopi

Adapun tujuan direncanakannya Museum dan Cafe Kopi ini adalah untuk memberi sarana wisata yang membahas dan memberi manfaat edukasi mengenai kopi. Keberadaan Museum dan Café Kopi ini diharapkan dapat mengangkan nama Kopi Kintamani agar lebih dikenal lagi oleh masyarakat nusantara dan mancanegara.

2.4.5 Pengelolaan Museum dan Café Kopi

Museum kopi nantinya berada di bawah pengawasan Unit Pelaksana Teknis Museum sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 4 Th. 2002. Pengelolaan Museum dan Café Kopi secara internal dikelola oleh swasta.

2.4.6 Fasilitas Museum dan Café Kopi

Fasilitas yang akan terdapat di museum kopi yaitu sebagai berikut: 1. Ruang Penerimaan (lobby)

Gambar

Tabel 2.1 Tabel Tipe Museum Pemerintah Berdasarkan Jumlah Tenaga,               Luas Bangunan dan Luas Tanah
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Eksternal Museum Swasta
gambar 2.4
Gambar 2.5 Tata Pameran dengan Dinding Penutup                      Sumber, Data Arsitek Jilid 2 : 250
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut anda, seberapa penting Strategi Pengembangan Usahatani Kopi Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Komoditas Unggulan di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung dari

Wilayah Indikasi Geografis (IG) kopi Gayo yang sesuai dengan kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan budidaya di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Belantih Coffee Farm merupakan salah satu industri pengolahan Kopi Arabika Kintamani yang terletak di Dusun Tangguan, Desa Belantih, Kintamani, Bangli. Permasalahan yang

Analisis Daya Saing Komoditas Kopi Arabika Indonesia di Pasar Internasional.. Bogor: Institut

Meski sudah mendapat pengakuan sebagai penghasil kopi arabika terbaik di dunia, dan hamparan kebunnya sangat luas, namun produktivitas kopi arabika Gayo masih

Sistem informasi geografis (SIG) merupakan salah satu metoda yang dapat digunakan untuk perencanaan penataan kawasan, khususnya kawasan agroindustri kopi Arabika di

Nilai RM Komoditas Kopi Arabika Menurut Produksi di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2018 SIMPULAN Daerah basis komoditas kopi arabika di Kabupaten Tapanuli Utara adalah Kecamatan

Untuk memperkuat upaya peningkatan daya saing komoditas kopi, pada tahun 2012 fasilitasi terkait dialokasikan kegiatan pengembangan sertifikasi indikasi geografis akan dilaksanakan pada