• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDA G A msampaikanoleh: MUSEUM Ridwan Sani, SH Anggota DPR-RI : No. 133

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDA G A msampaikanoleh: MUSEUM Ridwan Sani, SH Anggota DPR-RI : No. 133"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

....- '

PENDAPAT AKHIR

FRAKSI KA.RYA

PEl\'IBAl~GUNAN

DFR-RI TERHADAP

RANCAl~GAN UNDANG-UNDAJ.~G

REPUBLIK INDONESIA TENTA.NG

PENETAPANPERATURANPEMERINTAHPENGGANTI UNDANG-UNDANG NOI\iIOR 1 TAHUN 1998

TENTAi~G

PERUBAHAJ.~

ATAS

~'DANG-UNDANG

TE~'T,ANG

KEP AILITAN l\'IENJADI UNDANG-UNDANG

[]

[]

[]

[]

[]

[]

- - []

n []

[]

[]

[]

IDA G A msAMPAIKANOLEH: MUSEUM

Ridwan Sani, SH Anggota DPR-RI : No. 133

JAKARTA, 24 JULI 1998

(2)

PENDAPAT AKHIR FKP DPR-RI TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN MENJADI UNDANG-UNDANG Oisampaikan oleh : Ridwan Sani, SH

Anggota DPR-RI : No. 133 Assalamu'alaikum Vi./r. \Nb.

---

Yang terhormat Saudara Pimpinan Sidang,

Yang terhormat Saudara Menteri Kehakiman yang mewakili Pemerintah, Saudara Anggota DPR-RI yang terhormat,

Sidang Dewan yang kami muliakan.

Kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wata'ala yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan berkahnya, dalam keadaan sehat vval afiat kita dapat menghadiri sidang Devvan yang mulia ini dalam Pembicaraan Tingkat IV atas Rancangan Undang-undang Republik Indonesia tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Kepailitan menjadi Undang- undang, yang menyangkut kebutuhan masyarakat dalam situasi yang memprihatinkan ini, yang bertekad terus meningkatkan perjuangan dan pengabdian kita dalam pembangunan nasional, khususnya mengadakan reformasi di bidang Hukum.

Melalui kesempatan ini, pertama-tama, ijinkanlah kami Fraksi Karya Pembangunan mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pemerintah yang telah menyampaikan Keterangan Pemerintah tentang Rancangan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang tentang Kepailitan.

Saudara Ketua, Saudara Menteri dan Sidang yang terhormat,

Kita semua mengetahui, bahvva pembangunan nasional kita yang menitikberatkan pada pembangundn di bidang ekonomi dengan tetap memberikan perhatian pada bidang lainnya, merupakan suatu kebutuhan dalam mewujudkan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang makin maju, adil dan makmur serta mandiri sesuai dengan cita-cita kemerdekaan berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Oasar 1945.

/

Namun, untuk meraih cita-cita tersebut di atas tidaklah mudah, mengingat kerasnya tantangan dan kendala yang dihadapi bangsa Indonesia untuk mampu berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di era global abad ke-21 ini.

Kendala terbesar yang melanda negeri tercinta ini, adalah akibat dari krisis moneter dan ekonomi yang berlarut-larut dan berkepanjangan, telah mengakibatkan lumpuhnya berbagai usaha yang selama ini kita bangun dengan susah payah yang memperoleh kepercayaan dari berbagai pihak. Untuk dapat segera menghidupkan kembali roda perekonomian seperti sedia kala, harus dicari jalan keluar yang tepat, Ronseptual dan menyeluruh. Berbagai faktor penghambat harus segera diatasi, termasuk pula piranti hukum nasional yang selama ini dinilai tidak mendukung penyelesaian dunia perekonomian kita saat ini serta kebutuhan pembaharuan hukum sesuai tuntutan reformasi yang perlu disiapkan dengan sebaik-baiknya.

Dalam kaitan tersebut di atas, Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang Kepailitan yang telah diundangkan pada tanggal 22 April 1998, guna penyempumaan atas Undang-undang Kepailitan (Faillessements Verordening) yang diundangkan dalam Staatsblad Tahun 1905: 217 junta Staatsblad Tahun

1

(3)

1906: 384 yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Nopember 1906, diharapkan dapat mengatasinya.

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 22 ayat (1) telah mengatur kewenangan bagi pemerintah, bah'v'\/a dalam "hal ihwal kegentingan yang memaksa" Presiden berhak untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-undang (PERPU), yang selanjutnya pada sidang berikutnya harus disampaikan kepada Dewan Pervvakilan Rakyat · untuk mendapatkan persetujuan, sesuai bunyi Pasal 22 ayat (2). Kemudian, Pasal 22 ayat (3) telah mengatur pula bahvva apabila Oevvan tidak menyetujuinya, maka Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang tersebut harus dicabut.

~

Hal tersebut di atas hendaknya membuat Pemerintah semakin yakin bahwa emerintah tidak akan terlepas dari pengawasan Dewan Pervvakilan Rakyat Republik donesia. Rancangan Undang-undang tentang Perubahan atas Undang-undang tentang epailitan yang disampaikan oleh Pemerintah perlu dipelajari oleh Dewan Pervvakilan Rakyat secara cermat dan teliti, agar Undang-undang yang dihasilkannya dapat dipertanggungja'v'\/abkan sebagai piranti hukum yang adil seperti yang didambakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, dan bukan keadilan yang dirasakan hanya oleh kelompok orang tertentu saja.

Saudara Ketua, Saudara Menteri dan Sidang yang terhormat.

Kondisi perekonomian l ndonesia yang masih bet um menentu sebagai akibat dart krisis moneter yang berkepanjangan hingga saat ini belum teratasi, bahkan telah menimbulkan berbagai permasalahan sosial yang baru. Kenaikan harga kebutuhan pokok yang membumbung tinggi semakin menambah jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Demikian pula dengan semakin banyaknya perusahaan yang tidak dapat melanjutkan usahanya di bumi tercinta ini telah mengakibatkan naiknya jumlah korban pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi para karyawannya.

Salah satu harapan yang dianggap mampu untuk memperbaiki sistem perekonomian Indonesia dengan bantuan keuangan intemasional, baik yang sifatnya bilateral maupun multilateral, yang tel ah disepakati, temyata tertunda dan berlarut-larut pelaksanaannya.

Tragedi nasional yang terjadi pada tanggal 13 dan 14 Mei 1998 lalu membuat beban yang dialami bangsa ini semakin berat. Jaminan keamanan dalam negeri masih merupakan hal yang dikhawatirkan oleh para calon investor, sehingga penanaman modal asing di Indonesia tidak dapat direalisasikan.

Ketidak mampuan para pengusaha S'N'clsta membayar hutangnya menjadi penyebab banyaknya dunia usaha swasta di Indonesia gulung tikar. Di samping itu suku bunga pinjaman yang semakin tinggi ditambah lagi dengan tingginya nilai tukar dollar terhadap rupiah menjadikan para pengusaha semakin tidak berdaya dengan meninggalkan kerugian kepada pihak kreditur.

Dalam situasi semacam inilah banyak pengusaha memilih dinyatakan pailit karena memang sudah tidak memiliki kesanggupan melakukan kewajibannya sebagai debitur. /

/ Fraksi Karya Pembangunan sangat menyadari akan kesulitan yang tengah dialami oleh para pelaku ekonomi di Indonesia saat ini. Oleh karena itu Fraksi Karya Pembangunan sependapat dengan Pemerintah, bahwa ~emberlakuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU) tentang Kepailitan ini dalam jangka waktu empat bulan sejak diundangkan pada tanggal 22 April 1998, merupakan jalan tengah yang sangat bijaksana dan bisa dipertanggungja'N'clbkan. PERPU yang merupakan penyempumaan dart Undang-Undang Kepailitan yang ada hingga saat ini, dianggap mendapatkan kepercayaan untuk mengakomodasikan berbagai kepentingan yang diperlukan saat ini.

(4)

Saudara Ketua, Saudara Menteri dan Sidang yang terhormat,

Pada kesempatan ini, Fraksi Karya Pembangunan ingin menegaskan kembali bahvva perkembangan ekonomi merupakan unsur sosial yang bergerak secara dinamis lebih cepat dari pada peraturan perundangan yang ada. Oleh sebab itu, PERPU Nomor 1 tahun 1998 yang pelaksanaannya baru akan dimulai pada tanggal diundangkan akan menghadapi perkembangan permasalahan yang lebih baru lagi yang belum terakomodasi dalam Perpu yang akan disahkan menjadi Undang-Undang.

Berdasarkan hal-hal yang dimaksud maka Fraksi Karya Pembangunan mengajukan pokok materi yang mendasar dalam Rancangan Undang-Undang tentang kepailitan yang diajukan ke Dewan ini untuk mendapat perhatian Pemerintah :

1. Debitur yang memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit (Pasal 1 ayat (1)).

Selama ini, permohonan pail it yang diatur dalam Undang-Undang tentang Kepailitan hanya dapat diajukan oleh debitur, kreditur dan kejaksaan demi kepentingan umum.

Dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini yang berhak untuk mengajukan permohonan pailit diperluas. Dari segi bank debitur, permohonan pailit hanya dapat diajukan oleh Bank Indonesia (Pasal 1 ayat (1). Sedangkan apabila debitur tersebut adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang surat berharga, maka Permohonan pemyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Sadan Pengawas Pasar Modal (Pasal 1 ayat (4). Untuk pelaksanaannya harus benar-benar obyektif jangan sampai adanya kreditur-kreditur yang dirugikan.

2. Dalam Pasal 6 ayat (4) disebutkan bahwa putusan atas permohonan pailit dalam PERPU ini ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal permohonan pailit didaftarkan di Pengadilan.

Upaya hukum terhadap putusan atas permohonan pailit yang dulu berupa upaya hukum banding dan kasasi, dalam Perpu ini dipersingkat, hanya kasasi ke Mahkamah Agung dengan ketentuan bahwa putusan atas permohonan kasasi ditetapkan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal permohonan kasasi didaftarkan (Pasal 10 ayat (3)). Kemudian, upaya untuk mengajukan kembali putusan pailit yang telah mempunyai kekuatan hukum dapat diajukan kembali ke Mahkamah Agung (Pasal 11 ).

Sedangkan pengadilan yang berwenang untuk memeriksa dan memutuskan perkara pailit juga ditetapkan oleh lembaga baru yaitu Pengadilan Niaga (Commercial Court) yang merupakan pengkhususan pengadilan di bidang pemiagaan yang dibentuk dalam lingkungan Peradilan Umum (Pasal 280 ayat (1)).Ketentuan-ketentuan hukum yang diuraikan dalam pasal-pasal tersebut haruslah dilaksanakan dengan berpedoman pada normatif hukum yang diakui keberadaannya. Bukan hanya sekedar untuk membantu dunia usaha supaya dapat mampu mengatasi persoalan yang sangat mendesak dan memerlukan pemecahan tapi kepastian hukum yang harus menjadi tujuan utama.

3. Sebelum adanya keputusan pailit. tindakan sementara dapat diambil oleh pihak-pihak yang bersangkutan, khususnya kreditur atas kekayaan debitur sebelum adanya putusan pemyataan pailit. Hal ini diatur dalam Pasal 7 ayat ( 1) huruf a yang berbunyi : setiap kreditur atau Kejaksaan, dapat memohon kepada pengadilan untuk meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan debitur. Tindakan sementara ini tentu dimaksudkan untuk mencegah segala kemungkinan yang bisa terjadi : antara lain, debitur melakukan tindakan terhadap kekayaannya, sehingga dapat merugikan kepentingan kreditur dalam rangka pelunasan hutangnya. Fraksi Karya Pembangunan juga sependapat bahvva tindakan sementara lainnya yang bisa diambil adalah atas permohonan kreditur atau kejaksaan sebelum adanya putusan pailit. Pengadilan dapat menunjuk kurator sementara untuk mengaVV"asi pengelolaan usaha debitur, mengaW"asi pembayaran kepada kreditur, dan pengalihan atau penggunaan kekayaafl debitur sehubungan dengan kepailitan yang memerlukan persetujuan kurator (Pasal 7 ayat (1) huruf b.

4. Perubahan yang dibuat pada Pasal 42 memberikan waktu yang semula 40 (empat puluh) hari diubah menjadi 1(satu) tahun dalam hal jangka waktu permintaan pembatalan atas perbuatan tidak wajib yang dilakukan oleh debitur yang merugikan kreditur. Mengenai rumusan norma hukum maupun persyaratannya haruslah dirumuskan lebih rinci dan lugas, sehingga memudahkan untuk memahami ketentuan dalam Pasal 42 tersebut.

3

(5)

5. Mengenai ketentuan hibah yang dilakukan debitur, Fraksi Karya Pembangunan melihat bahvva dalam Pasal 43 yang lama ditentukan bahwa yang harus membuktikan adalah Balai Harta Peninggalan. Namun, dalam Pasal 43 PERPU Nemer 1Tahun1998 ini yang menentukan adalah kurator. Sedangkan permintaan pembatalan hibah yang dilakukan oleh debitur dan merugikan kreditur yang tertera pada Pasal 44 yang lama ditentukan dalam waktu 40 (empat puluh) hari. Dalam PERPU Nemor 1 tahun 1998 disesuaikan dengan perubahan dalam Pasal 42 diubah menjadi 1 (satu) tahun sebelum putusan pemyataan pailit ditetapkan.

Untuk hal ini Fraksi Karya Pembangunan mengingatkan pihak pemerintah bahwa sarana hukum baru ini tidak dijadikan dan harus dicegah dengan pengawasan yustisial yang berkaitan atas kemungkinan terjadi kolusi pihak-pihak yang berkepentingan dan yang mempunyai kepentingan.

6. Dalam penentuan kurator, Fraksi Karya Pebangunan berpendapat bahwa dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang harus mengatur fungsi kurator dan fungsi Balai Harta Peninggalan serta mengatur syarat-syarat untuk melakukan kegiatan sebagai kurater beserta dengan kewajibannya.

Dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini, harus pula diatur, debitur dan kreditur diberikan kewenangan untuk mengajukan usul pengangkatan kurator lain yang dapat diusulkan debitur maupun kreditur. Kurator ini harus independen dan tidak mempunyai benturan kepentingan baik dengan debitur maupun kreditur. Kurater yang dimaksudkan di atas dapat berbentuk perorangan ataupun persekutuan perdata. Dia harus memiliki persyaratan tertentu, antara lain : berdomisili di vvilayah Negara Republik Indonesia, memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka menggurus dan atau membereskan harta pailit dan terdaftar pada Departemen Kehakiman.

7. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 · Tahun 1998 ini juga mengatur penggantian kurator dan tanggung javvab kurater (Pasal 67 B dan Pasal 67 C).

Kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan dan kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan dan pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit.

Fraksi Karya Pembangunan mengingatkan pemerintah supaya merinci kriteria-kriteria yang obyektif sehingga legitimasi seorang kurator dapat dipertanggung javvabkan dengan baik.

8. Dalam hal penanggguhan pelaksanaan hak eksekusi kreditur, fraksi Karya Pembangunan berpendapat bahwa untuk menyempumakan kelancaran proses kepailitan dan pengamanan berbagai kepentingan secara adil. per1u ditegaskan adanya mekanisme penangguhan pelaksanaan hak eksekusi kreditur yang memegang hak tanggungan, gadai atau agunan lain. Penangguhan tersebut ditentukan dalam jangka vvaktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal putusan pailit ditetapkan (Pasal 56 A).

Di samping itu perlu pula diatur mengenai status hukum atas perikatan-perikatan tertentu yang telah dibuat debitur sebelum adanya putusan pailit.

9. Dalam hal penundaan kewajiban pembayaran hutang, Fraksi Karya Pembangunan berpendapat bahwa : untuk melindungi kepentingan debitur dan kepentingan kreditur sebagaimana telah diatur dalam Bab Kedua Undang-Undang tentang Kepailitan, per1u dilakukan perubahan antara lain mengenai perdamaian, pengurus, panitia kreditur, penangguhan pelaksanaan hak kreditur, pengakhiran kewajiban pembayaran hutang dan upaya hukum.

10. Seperti telah kami sebutkan di atas, untuk menyelesaikan perkara kepailitan ini akan dibentuk suatu lembaga baru yaitu pembentukan Pengadilan Niaga. Dalam lembaga baru ini seharusnya ditugaskan para hakim yang bertugas secara khusus. Pengadilan Niaga ini dimungkinkan pembentukannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokek Kekuasaan Kehakiman. Lembaga pengadilan yang baru ini bertugas menangani permintaan kepailitan dan permintaan penundaan pembayaran hutang serta lingkup tugas dan kewewenangnya diluar masalah kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran hutang. Semua ini mewajibkan pemerintah mempertimbangkan kebutuhan, kemampuan serta mempersiapkan dengan baik sumber daya yang mendukungnya.

4

(6)

Saudara Ketua, Saudara Menteri dan Sidang yang terhormat,

lzinkanlah sekali lagi, Fraksi Karya Pembangunan mengingatkan kita semuanya bahwa pengaruh krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah menimbulkan kesulitan yang besar terhadap perekonomian nasional . Keadaan ini telah menimbulkan akibat berantai dan apabila tidak segera dicarikan jalan keluar yang tepat, konseptual dan menyeluruh maka berdampak lebih luas lagi.

Yang terhormat Ketua Sidang,

Yang terhormat Menteri Kehakiman selaku Wakil Pemerintah.

Saudara Anggota Dewan yang terhormat, Sidang Dewan yang kami muliakan.

Berdasarkan pendapat dan pertimbangan sebagaimana telah kami kemukakan maka Fraksi Karya Pembangunan dengan ini menyatakan:

1. Dapat meneri ma dan menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Kepailitan menjadi Undang-Undang, mulai berlaku pada saat diundangkan.

2. Namun demikian mengingat perlunya UU kepailitan yang komprehensif dan dapat memenuhi kepentingan pertumbuhan perekonomian Nasional di masa datang, kami telah mengusulkan pada pembicaraan Tingkat Ill supaya Pemerintah mengajukan RUU Kepailitan yang baru paling lama 6 (enam) bulan setelah RUU tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang tentang Kepailitan diundangkan.

Pada akhimya kami dapat mensepakati hasil pembicaraan fraksi-fraksi dan pemerintah yang memutuskan bahvva pihak pemerintah akan mengajukan RUU Kepailitan yang baru dan komprehensif selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) tahun setelah diundangkannya Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Kepailitan menjadi Undang- Undang.

Fraksi Karya Pembangunan meminta Pemerintah memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang di bidang perekonomian yang penu divvadahi dan disalurkan sehingga Undang-Undang tentang kepailitan yang baru nanti akan memberikan harapan rasa keadilan dan kepastian Hukum yang didambakan masyarakat dalam penerapannya.

Sebelum mengakhiri Pendapat Akhir Fraksi Karya Pembangunan atas Rancangan Undang-Undang tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang perobahan atas Undang-Undang tentang Kepailitan perkenankanlah Fraksi Karya Pembangunan menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Mengharapkan pihak Pemerintah untuk lebih mengintensifkan sosialisasi Undang-Undang Kepailitan yang akan diundangkan ini secara menyeluruh kepada Aparat pelaksana dan masyarakat luas khususnya masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi.

2. Untuk menghindari adanya penyimpangan dalam petaksanaan Undang-Undang Kepailitan yang akan diundangkan ini pengavvasan fungsional oleh pihak pemerintah dalam hal ini Menteri Kehakiman dan pengawasan Yudisial oleh lembaga Yudikatif harus dilakukan secara transparan.

3. Mengharapkan pihak pemerintah hendaknya segera mengeltrJarkan petunjuk pelaksanaan yang jelas dan terinci sehingga tidak mudah untuk mengadakan tafsiran-tafsiran yang menyimpang atas Undang-Undang Kepailitan yang akan diundangkan ini.

5

(7)

Yang terhormat Ketua Sidang,

Yang terhormat Sdr. Menteri Kehakiman yang mewakili Pemerintah, Yang terhormat Anggota Dewan,

Sidang Dewan yang kami muliakan.

Demikianlah Pendapat Akhir Fraksi Karya Pembangunan atas Rancangan Undang-Undang tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang tentang Kepailitan menjadi Undang-Undang.

Fraksi Karya Pembangunan ingin memanfaatkan kesempatan yang berbahagia ini untuk mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Fraksi ABRI, FPP, dan FPDI serta Pemerintah atas saling pengertian dan kerjasama selama pembahasan Rancangan Undang-Undang ini sebagai pef'M.Jjudan dari semangat saling asah, asih dan asuh.

Pernyataan ucapan terima kasih yang sama kami tujukan pula kepada wartawan cetak dan elektronika atas liputan berita yang menjadi titik awal sosialisasi Rancangan Undang-Undang ini. Selanjutnya perkenankanlah pula FKP mengajukan maaf jika ada sikap dan perbuatan yang tidak berkenan dalam kita bersama-sama membahas rancangan Undang-Undang ini.

Akhimya tiada lain harapan kita semua semoga Allah

swr.

selalu memberi taufik, ridho dan inayah-Nya serta bimbingan-Nya kepada kita semua, Amin.

Wabillahittaufik Walhidayah, Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 24 Juli 1998 FRAKSI KARYA PEMBANGUNAN DPR-RI

BIDA G ARSIP DAN MUSEU

6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan rate of discount yang lebih kecil berarti kita akan memperoleh nilai sekarang dari arus kas bersih yang lebih besar, sehingga jika nilai ini dikurangi dengan pengeluaran

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijelaskan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menge- tahui pengaruh “Penerapan Mana- jemen Strategik dan Etos Kerja Islam

Napsu badan jeung sagala panga- jakna teh ku jelema anu geus jadi kagungan Kristus Yesus mah geus Ka pan urang teh geus maot tina dosa, piraku bisa keneh hirup dina

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Hukum Perdata, Hukum Perusahaan, Hukum Perbankan dan Investasi, Hukum Perlindungan Konsumen, Hukum Perdagangan, Hukum Property, Hukum Pertanahan, Hukum

Menurut yang saya ketahui dan pahami, yang dimaksud pusat pemerintahan kabupaten adalah wilayah kecamatan dimana pemerintah kabupaten tersebut berkedudukan, sedangkan

- Guru memberikan contoh ekspresi untuk bertanya jawab dengan siswa yaitu contoh- contoh pertanyaan yang menanyakan like dan dislike.. - Siswa secara berpasangan

Rayap tergolong serangga yang suka dengan kondisi lembab, oleh karena itu atap merupakan sebagai payung sebuah bangunan yang sangat rentan terhadap kelembaban