• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RISIKO PADA MASA PEMELIHARAAN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG PERKANTORAN DI PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR TUGAS AKHIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS RISIKO PADA MASA PEMELIHARAAN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG PERKANTORAN DI PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR TUGAS AKHIR."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PADA MASA PEMELIHARAAN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG PERKANTORAN DI PEMERINTAH

KOTA PEMATANGSIANTAR

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Penyelesaiaan Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh :

SITI KARINA AMALIA SUKMA 14 0404 103

BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Bangunan gedung kantor merupakan bangunan yang termasuk dalam klasifikasi bangunan permanen yang karena fungsinya direncanakan mempunyai umur layan diatas 20 (dua puluh) tahun sehingga harus mendapatkan pemeliharaan yang baik. Untuk mendapatkan manfaat maksimal dan berkelanjutan dari dibangunnya bangunan gedung kantor ini, maka perlu dilakukan analisis terhadap berbagai risiko yang mungkin akan muncul dalam tahap pemeliharaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan risiko dominan pada tahap pemeliharaan serta dapat mengetahui tindakan yang tepat untuk menangani risiko tersebut dimana hal ini dilakukan untuk meminimalisir biaya pemeliharaan akibat kerusakan komponen gedung yang ada nantinya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Analisis dimulai dari identifikasi risiko melalui studi literatur, kemudian dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan gedung kantor Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Pematangsiantar. Selanjutnya analisa risiko dilakukan dengan cara mencari nilai yang mewakili terlebih dahulu yang berasal dari jawaban responden menggunakan metode Severity Index (SI). Kemudian analisa dilanjutkan dengan menggunakan matriks probabilitas dan dampak.

Terdapat sembilan risiko dominan yang didapatkan, yaitu kurangnya kontrol dan koordinasi, kebijaksanaan dan prosedur yang tidak sesuai, keretakan dan kebocoran, kerusakan komponen arsitektur gedung, kerusakan komponen mekanikal gedung, kerusakan komponen elektrikal gedung, kerusakan komponen luar bangunan gedung, kerusakan komponen tata graha gedung, dan tidak sesuainya metode pemeliharaan yang diterapkan. Setelah risiko tersebut diketahui, pemberian respon risiko dilakukan dengan wawancara kepada pihak responden untuk mengetahui penyebab kemungkinan terjadinya risiko dan mengetahui respon yang harus diberikan untuk mengatasi risiko-risiko tersebut.

Kata kunci: Manajemen Risiko, Pemeliharaan Gedung, Severity Index, Respon Risiko

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberi karunia kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil bidang studi Manajemen Rekayasa Konstruksipada program studi strata satu (S1) Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, dengan judul :

Analisis Rsiko Pada Masa Pemeliharaan Proyek Konstruksi Gedung Perkantoran Di Pemerintah Kota Pematangsiantar (Studi Kasus : Gedung Kantor Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Pematangsiantar)”

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang berperan penting yaitu:

1. Terutama kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Asep Sukmana, S.P.,M.Sc. dan Ibunda Ir. Kurnia Lismawatie, M.T. serta adik saya Kirana Rahmalia Sukma yang telah memberikan dukungan penuh serta mendoakan saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Andy Putra Rambe, M.B.A dan Bapak Ir. Indra Jaya Pandia, M.T.

selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan yang sangat bernilai, masukan, dukungan serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Ir. Syahrizal, M.T. dan Abangda Indra Jaya Pandia, S.T,.M.T. selaku Dosen Pembanding, atas saran dan masukan yang diberikan kepada penulis terhadap Tugas Akhir ini.

4. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, S.T,.M.T. sebagai Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ir. Syahrizal, M.T. selaku koordinator sub jurusan Manajemen Rekayasa Konstruksi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

(4)

6. Bapak dan Ibu staf pengajar dan seluruh pegawai Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

7. Ibu Kurnia dan Pak Olo yang bersedia memberikan data yang saya butuhkan dalam mengerjakan Tugas Akhir ini, serta mendukung saya dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

8. Abangda Muhammad Fathur Rahman, S.T. yang membantu saya dan mendukung penuh dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

9. Sahabat terbaik saya Lily, Dayah, Bella, Memey, dan Nabila yang selalu menghibur dan menyemangati saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

10. Seluruh teman-teman mahasiswa Teknik Sipil 2014 yang tidak mungkin saya tuliskan satu persatu atas dukungannya yang sangat baik.

11. Abang dan kakak senior angkatan 2011 terutama Bang Hilman, angkatan 2012 terutama Bang Puter, angkatan 2013 terutama Kak Nia, Bang Utama, Kak Indah dan Bang Rizky.

12. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut disini atas jasa-jasanya dalam mendukung dan membantu penulis dari segi apapun, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Desember 2018 Penulis

Siti Karina Amalia Sukma 14 0404 103

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

1.6 Metodologi Penelitian ... 3

1.7 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Risiko ... 6

2.1.1 Pengertian Risiko ... 6

2.1.2 Jenis Risiko ... 9

2.1.3 Risiko dan Ketidakpastian ... 12

2.2 Manajemen Risiko ... 12

2.2.1 Identifikasi Risiko ... 15

2.2.2 Analisis Risiko ... 18

2.2.3 Rencana Penanganan Risiko ... 18

2.3 Bangunan Gedung ... 20

2.3.1 Pengertian Bangunan Gedung ... 20

2.3.2 Klasifikasi Bangunan Gedung ... 20

2.4 Pemeliharaan Bangunan Gedung ... 21

2.4.1 Pengertian Pemeliharaan Bangunan Gedung ... 21

2.4.2 Jenis-jenis Pemeliharaan Bangunan Gedung ... 21

(6)

2.4.3 Komponen Pemeliharaan Gedung ... 22

2.4.4 Sifat Kegiatan Pemeliharaan Gedung ... 25

2.4.5 Jadwal Pelaksanaan Pemeliharaan ... 25

2.4.6 Kerusakan Bangunan Gedung ... 26

2.4.7 Sifat Kerusakan ... 27

2.5 Instrumen Penelitian ... 28

2.5.1 Kuesioner ... 28

2.5.2 Sampling ... 30

2.5.3 Wawancara ... 33

2.6 Analisis Data Penelitian ... 35

2.6.1 Analisis Kuantitatif dan Analisis Deskriptif ... 35

2.6.2 SPSS (Statistical Prouct and Service Solution) ... 35

2.6.3 Pengukuran Potensi Risiko ... 36

2.6.4 Metode Severity Index (SI) ... 39

2.7 Respon Risiko ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 42

3.2 Lokasi Penelitian ... 42

3.3 Populasi dan Sampel ... 43

3.4 Pengumpulan Data ... 44

3.5 Variabel Risiko ... 44

3.6 Skala Pengukuran Penelitian ... 45

3.7 Uji Validitas dan Reabilitas ... 47

3.8 Proses Pengolahan Data ... 47

3.9 Respon Risiko ... 50

3.10 Bagan Alir Penelitian ... 51

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1 Pendahuluan ... 52

4.2 Hasil Pengumpulan Data ... 52

4.2.1 Data Responden Penelitian ... 52

(7)

4.2.2 Hasil Identifikasi Risiko ... 55

4.3 Analisa Data ... 57

4.3.1 Pengujian Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 57

4.3.2 Penilaian Risiko ... 57

4.4 Hasil Penelitian ... 64

4.5 Respon Risiko ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel Judul Halaman

2.1 Skala Probabilitas dan Dampak Berdasarkan PMBOK

2004 37

2.2 Matriks Probabilitas dan Dampak Berdasarkan PMBOK

2004 37

2.3 Skala Penilaian Probabilitas Risiko 38

2.4 Skala Penilaian Dampak Risiko 38

3.1 Variabel-variabel Risiko Berdasarkan Referensi 44 3.2 Skala Nilai Probabilitas Risiko (Frekuensi) 46

3.3 Skala Nilai Dampak Terhadap Biaya 46

3.4 Level Risiko 46

3.5 Skala Penilaian Probabilitas Risiko (P) 48 3.6 Skala Penilaian Dampak Risiko Terhadap Biaya dan

Waktu (I) 48

3.7 Peringkat Risiko 49

4.1 Daftar Hasil Identifikasi Risiko 55

4.2 Hasil Penilaian Variabel Risiko dengan Kategori

Probabilitas dan Dampak 59

4.3 Hasil Kategori Risiko Berdasarkan Matriks Probabilitas

dan Dampak 62

4.4 Risiko yang Termasuk dalam Kategori Sedang (Medium) 65

4.5 Respon Terhadap Risiko 66

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Judul Halaman

2.1 Teknik Simple Random Sampling 31

2.2 Teknik Cluster Random Sampling 31

2.3 Cara Kerja SPSS (Statistical Prouct and Service Solution) 36

2.4 Matriks Probabilitas dan Dampak 39

3.1 Kantor Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota

Pematangsiantar 42

3.2 Matriks Probabilitas dan Dampak 49

3.3 Diagram Alir Penelitian 51

4.1 Diagram Tingkat Pendidikan Responden 53

4.2 Diagram Usia Responden 53

4.3 Diagram Pengalaman Kerja Responden 54

4.4 Diagram Jabatan Responden 54

4.5 Matriks Probabilitas dan Dampak 62

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Pematangsiantar merupakan kota terbesar kedua setelah Kota Medan di Provinsi Sumatera Utara, mempunyai luas 79.971 km2 dan berdasarkan data kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil jumlah penduduk Kota Pematangsiantar per 31 Desember 2017 sebanyak 293.813 jiwa. Jumlah penduduk di Kota Pematangsiantar mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Melihat jumlah penduduk yang semakin meningkat tentu kebutuhan akan sarana dan prasarana fisik semakin meningkat. Salah satunya adalah peningkatan prasarana gedung perkantoran yang sangat diperlukan sesuai dengan perkembangan kebutuhan akan pertambahan pelayanan ekonomi kepada masyarakat.

Bangunan gedung kantor merupakan bangunan yang termasuk dalam klasifikasi bangunan permanen yang karena fungsinya direncanakan mempunyai umur layan diatas 20 (dua puluh) tahun sehingga harus mendapatkan pemeliharaan yang baik. Menurut The Committee on Building Maintenance, pemeliharaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menjaga, memperbaharui, dan juga memperbaiki semua fasilitas yang ada sebagai bagian dari suatu bangunan, baik fasilitas layanan maupun lingkungan sekitar bangunan agar tetap berada pada kondisi sesuai standar yang berlaku dan mempertahankan kegunaan dari bangunan tersebut. Untuk mendapatkan manfaat maksimal dan berkelanjutan dari dibangunnya bangunan gedung kantor ini, maka perlu dilakukan analisis terhadap berbagai risiko yang mungkin akan muncul dalam tahap pemeliharaan. Menurut Alijoyo (2006), risiko adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan, sehingga terjadi konsekuensi yang tidak diinginkan. Untuk mengurangi dampak yang merugikan bagi pencapaian tujuan tersebut, diperlukan suatu manajemen risiko meliputi identifikasi, analisa, dan respon terhadap risiko. Maka dengan manajemen risiko yang baik dapat menghindarkan semaksimal mungkin kerugian yang mungkin terjadi.

(11)

Gedung Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Pematangsiantar merupakan salah satu gedung pemerintah yang memiliki fungsi cukup penting sebagai gedung administrasi daerah Kota Pematangsiantar. Karena gedung ini telah berdiri selama lebih dari 30 tahun, maka komponen-komponen gedung perlu diperhatikan dan dipelihara dengan baik, sehingga gedung tersebut tetap berada pada kondisi sesuai standar yang berlaku dan dapat mempertahankan kegunaannya. Walaupun pengelola gedung telah melakukan pemeliharaan secara rutin, namun masih ditemukan beberapa komponen yang rawan terjadi kerusakan akibat timbulnya beberapa risiko. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis risiko pada masa pemeliharaan gedung agar dapat mengetahui risiko-risiko apa saja yang sering muncul serta dapat mengetahui tindakan yang tepat untuk menangani risiko tersebut dimana hal ini dilakukan untuk meminimalisir biaya pemeliharaan akibat kerusakan komponen gedung yang ada nantinya.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja risiko-risiko yang teridentifikasi pada masa pemeliharaan proyek konstruksi gedung perkantoran di Pemerintah Kota Pematangsiantar?

2. Apa saja risiko-risiko yang sering muncul atau termasuk risiko dominan pada masa pemeliharaan proyek konstruksi gedung perkantoran di Pemerintah Kota Pematangsiantar?

3. Apa saja respons yang diberikan terhadap risiko-risiko dominan pada masa pemeliharaan proyek konstruksi gedung perkantoran di Pemerintah Kota Pematangsiantar?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui risiko-risiko apa saja yang teridentifikasi pada masa pemeliharaan proyek konstruksi gedung perkantoran di Pemerintah Kota Pematangsiantar.

2. Mengetahui dan menganalisa risiko-risiko dominan pada masa pemeliharaan proyek konstruksi gedung perkantoran di Pemerintah Kota Pematangsiantar.

(12)

3. Mengetahui respons yang diberikan terhadap risiko-risiko dominan pada masa pemeliharaan proyek konstruksi gedung perkantoran di Pemerintah Kota Pematangsiantar.

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini yang ditinjau adalah dari segi manajemen risiko berupa identifikasi, analisis, dan respon risiko.

2. Risiko yang diidentifikasi adalah risiko yang terjadi pada pemeliharaan proyek gedung perkantoran di Pemerintah Kota Pematangsiantar.

3. Penelitian dilakukan pada objek penelitian gedung perkantoran di Pemerintah Kota Pematangsiantar.

4. Objek penelitian adalah Gedung Kantor Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Pematangsiantar.

5. Objek penelitian berupa gedung bertingkat.

6. Objek penelitian telah dilakukan serah terima kedua pekerjaan.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis yang dapat diambil adalah untuk menambah wawasan dalam bidang manajemen proyek khususnya mengenai manajemen risiko.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini nantinya dapat memberi informasi pada pihak proyek tentang risiko-risiko yang terjadi pada masa pemeliharaan proyek untuk selanjutnya dapat diambil tindakan antisipasi.

1.6 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

(13)

a. Studi Literatur

Mengumpulkan bahan-bahan refrensi yang membahas tentang masalah risiko dan variabel-variabel risiko yang nantinya dijadikan sebagai identifikasi awal.

b. Metode Observasi

Melakukan pengamatan langsung di lokasi proyek untuk mengetahui variabel risiko.

c. Penemuan Variabel Penelitian

Variabel terangkum dari studi literatur dan survei.

d. Metode Kuesioner

Metode ini dilakukan dengan cara pengumpulan data dalam bentuk pembagian kuesioner yang berisikan variabel risiko kepada responden untuk mengetahui seberapa besar probabilitas dan dampak dari risiko-risiko yang ada. Pengolahan data kuesioner dilakukan dengan menggunakan metode Severity Index untuk mendapatkan data yang mewakili kuesioner tersebut.

e. Analisis Risiko

Penilaian tingkat risiko dilakukan dengan menggunakan metode skala likert untuk mengukur probabilitas dan impact dari masing-masing variabel risiko.

Kemudian hasil perkalian nilai probabilitas dan nilai dampak diplotkan dalam table matriks probabilitas dan dampak untuk mengetahui risiko dominan.

f. Respon Risiko

Untuk mengetahui bagaimana menentukan respon pada suatu risiko dilakukan wawancara/interview terhadap responden yang telah terpilih sebelumnya.

Variabel yang direspon hanya pada risiko kategori tinggi dan sedang berdasarkan tabel matriks probabilitas dan dampak.

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan ini disusun dalam 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I: Pendahuluan

Berisikan tentang latar belakang berdasarkan judul penelitian, permasalahan yang ada, tujuan penelitian, pembatasan masalah, manfaat yang ingin dicapai, metodologi penelitiannya dan sistematika penulisan pada penelitian ini.

(14)

Bab II: Tinjauan Pustaka

Berisikan uraian maupun landasan teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Studi pustaka dilakukan pada buku-buku referensi yang ada, jurnal dan bahan kuliah serta sumber lain yang mendukung penelitian ini.

Bab III: Metodologi Penelitian

Berisikan mengenai kerangka berpikir, hipotesis, metode penelitian, pembahasan mengenai langkah-langkah analisa yang akan dilakukan, serta metode atau rumusan yang dijadikan dalam perhitungan.

Bab IV: Pengolahan dan Analisa Data

Berisikan tentang deskripsi pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan mencakup pengumpulan data, pengolahan data, kemudian menjelaskan tentang temuan hasil dalam penelitian ini.

Bab V: Penutup

Berisikan tentang penyajian secara singkat kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan dan juga memuat saran-saran bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Risiko

2.1.1 Pengertian Risiko

Risiko merupakan akibat kerugian yang diitimbulkan oleh suatu kegiatan.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu tindakan atau kegiatan.

Risiko di dalam proyek adalah suatu kondisi atau peristiwa tidak pasti (uncertainty). Sebuah risiko mempunyai penyebab dan jika risiko itu terjadi, akan ada konsekuensi. Setiap kegiatan tidak terlepas dari adanya risiko, sehingga risiko yang telah dapat diidentifikasi harus dibuatkan suatu perencanaan yang baik bahkan bila perlu dibuat suatu system untuk dapat mengurangi menjadi seminimal mungkin sampai pada batas yang diterima (Asiyanto, 2009).

Emmaett J. Vaughan dan Curtis M. Elliott (1978) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut:

1) Risk is the chance of loss

Risiko adalah peluang terjadinya kerugian. Risiko seperti ini biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat keterbukaan terhadap peluang kerugian.

2) Risk is the possibility of loss

Risiko adalah kemungkinan kerugian, menunjukkan bahwa risiko menimbulkan kerugian jika tidak segera diatasi.

3) Risk is uncertainty

Risiko adalah ketidakpastian. Dalam hal ini ada pemahaman bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Adanya risiko disebabkan karena adanya ketidakpastian.

Secara umum, risiko dikelompokkan berdasarkan modal, sifat, perubahan waktu dan sumber.

(16)

a. Iman Soeharto (1997) mengemukakan risiko berdasarkan modal proyek dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Risiko Proyek Tunggal

Risiko yang diperhitungkan hanya risiko yang melekat pada proyek itu atau karakteristik hubungan antara risiko dan keuntungan dalam perusahaan.

2) Risiko Multiproyek

Risiko yang menangani beberapa proyek, dalam hal ini masing-masing proyek diperhitungkan berkombinasi.

b. Risiko berdasarkan sifat dibagi menjadi dua yaitu:

1) Risiko Spekulatif (Speculative Risk)

Risiko spekulatif mengandung dua keluaran yaitu kerugian (loss) dan keuntungan (gain). Risiko ini tidak dapat diasuransi.

2) Risiko Murni (Pure Risk)

Risiko murni dianggap sebagai suatu ketidak pastian yang dikaitkan dengan adanya suatu luaran (outcome) yaitu kerugian. Contoh risiko murni adalah kecelakaan kerja di proyek. Risiko ini dapat diasuransi.

c. Trieschman, Gustavon dan Hoyt (2001) mengemukakan risiko berdasarkan karena perubahan waktu dibagi atas dua, yaitu:

1) Risiko Statis

Risiko yang asalnya dari masyarakat yang tidak berubah yang berada dalam keseimbangan stabil. Risiko statis dapat bersifat murni ataupun spekulatif.

2) Risiko Dinamis

Risiko yang timbul karena terjadi perubahan dalam masyarakat. Risiko dinamis dapat bersifat murni atau spekulatif.

d. Sumber risiko dapat dikatakan sebagai faktor yang menimbulkan kejadian negatif. Sumber risiko dibagi menjadi sembilan, yaitu :

1) Fundamental Physical Risks

Risiko yang diakibatkan oleh fenomena alam, kesalahan manusia atau industri, misalnya kerusakan akibat badai, kebakaran dan sebagainya.

(17)

2) Legal Risks

Risiko yang berkaitan dengan bidang hukum yaitu kerugian terhadap manusia dan kerusakan pada bangunan atau lingkungan selama masa pelaksanaan dan pemeliharaan konstruksi.

3) Construction Related Risks

Risiko yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi yaitu kekurangan sumber daya (tenaga kerja, material, dan alat), keterlambatan mengelola site, tingkat kesulitan dan kerumitan konstruksi, ketidak sesuaian gambar atau volume dalam kontrak dengan kenyataan dilapangan, dan sebagainya.

4) Price Determinan Risks

Risiko yang berkaitan dengan biaya akibat kesalahan estimasi atau penaksiran yang kurang akurat, kesalahan meramalkan biaya dari sumber daya yang digunakan atau tidak tepatnya pengambilan keputusan.

5) Contractual Risk

Risiko yang meliputi keterlambatan pembayaran, kualitas kerja yang tidak sesuai kontrak, klaim, persengketaan dan sebagainya.

6) Performance Risks

Risiko yang diakibatkan oleh hasil produktivitas dari sumber daya yang digunakan misalnya akibat moral pekerja, pemogokan, jaminan keselamatan dan kesehatan, perencanaan tidak tepat.

7) Economic Risks

Risiko yang meliputi Inflasi, tingkat suku bunga yang tinggi, penundaan dana, pencairan dana, pembengkakan biaya, dan sebagainya.

8) Political Risks

Risiko yang diakibatkan oleh peristiwa dalam dunia politik seperti pergantian pemerintah, dan sebagainya.

9) Market Risks

Risiko pasar yang diakibatkan oleh resesi pasar akan permintaan konstruksi, persaingan kuat dalam harga terendah, dan sebagainya.

(18)

2.1.2 Jenis Risiko

Risiko memiliki berbagai jenis, seperti risiko kerugian, kecelakaan, perubahan tingkat bunga bank dan sebagainya. Jenis risko proyek menurut pendapat beberapa ahli sebagai berikut:

a. Risiko-risiko dalam proyek menurut Iman Soeharto

Pengelompokan risiko berdasarkan potensi sumber risikonya menurut Iman Soeharto (2001) adalah sebagai berikut:

1. Risiko yang berkaitan dengan bidang manajemen diantaranya sebagai berikut:

a) Kurang tepatnya perencanaan lingkup pekerjaan, biaya, jadwal dan mutu.

b) Ketepatan penentuan struktur organisasi.

c) Ketelitian pemilihan personil.

d) Kekaburan kebijakan dan prosedur.

e) Koordniasi pelaksanaan.

2. Risiko yang berkaitan dengan bidang teknis dan implementasi diantaranya sebagai berikut:

a) Ketepatan pekerjaan dan produk desain engineering.

b) Ketepatan pengadaan material dan peralatan (volume, jadwal, harga dan kualitas).

c) Ketepatan pekerjaan konstruksi (Jadwal dan kualitas).

d) Tersedianya tenaga ahli dan penyelia.

e) Tersedianya tenaga kerja lapangan.

f) Variasi dalam produktivitas kerja.

g) Kondisi lokasi dan site.

h) Teknologi baru (Peralatan dan metode kerja dalam proses kegiatan konstruksi).

3. Risiko yang berkaitan dengan bidang kontrak dan hukum diantaranya sebagai berikut:

a) Pasal-pasal yang kurang lengkap, kurang jelas dan menimbulkan perbedaan interpretasi.

b) Pengaturan pembayaran, change order dan klaim.

(19)

c) Masalah jaminan, guarantee dan warranty.

d) Lisensi dan hak paten.

e) Force majeure.

4. Risiko yang berkaitan dengan situasi ekonomi, sosial dan politik diantaranya sebagai berikut:

a. Peraturan perpajakan dan pungutan.

b. Perizinan.

c. Pelestarian lingkungan.

d. Situuasi pasar (persediaan dan penawaran material dan peralatan konstruksi).

e. Ketidakstabilan moneter (devaluasi).

f. Aliran kas.

b. Risiko-risiko dalam proyek (IRM,2002) antara lain:

1. Risiko Operasional

Kejadian risiko yang berhubungan dengan operasional organisasi mencakup risiko yang berhubungan dengan sistem organisasi, proses kerja, teknologi dan sumber daya manusia.

2. Risiko Finansial

Risiko yang berdampak pada kinerja keuangan organisasi seperti kejadian risiko akibat dari fluktuasi mata uang, tingkat suku bunga termasuk risiko pemberian kredit, likuiditas dan pasar.

3. Hazard Risk

Risiko yang berhubungan dengan kecelakaan fisik seperti kejadian atau kerusakan yang menimpa harta perusahaan dan adanya ancaman perusahaan.

4. Strategic Risk

Risiko yang berhubungan dengan strategi perusahaan, politik, ekonomi, peraturan dan perundangan. Risiko yang berkaitan dengan reputasi organisasi kepemimpinan dan termasuk perubahan keinginan pelanggan.

c. Risiko-risiko dalam proyek menurut Soemarno

Pengelompokan risiko dalam pembangunan proyek menurut Soemarno (2007) adalah sebagai berikut:

(20)

1. Risiko yang dapat diasuransikan (insurable) Beberapa risiko yang dapat diasuransikan, yaitu:

a) Kerusakan langsung pada peralatan dan perlengkapan

➢ Kebakaran.

➢ Kecelakaan.

➢ Kerusakan atau kehilangan material, peralatan dan perlengkapan proyek.

b) Kerugian tidak langsung (yang menyangkut aktivitas pihak ketiga)

➢ Penggantian peralatan.

➢ Pembuangan reruntuhan atau sampah (debris removal).

c) Tanggung jawab hukum

➢ Desain produk yang buruk.

➢ Kesalahan desain.

➢ Tanggung jawab terhadap hasil proyek.

➢ Kegagalan kegiatan proyek.

d) Sumber daya manusia, contohnya antara lain:

➢ Cedera badan pada tenaga kerja.

➢ Tidak berfungsinya tenaga kerja inti.

➢ Biaya penggantian tenaga kerja inti.

d. Risiko-risiko pada saat pemeliharaan gedung

Beberapa risiko yang terjadi pada saat pemeliharaan gedung diantaranya disebabkan oleh:

1. Kedatangan material pemeliharaan gedung terlambat.

2. Kemampuan SDM kurang baik.

3. Metode pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan gedung tidak tepat.

4. Jenis peralatan tidak tepat.

5. Cuaca kurang baik.

6. Komunikasi antar pihak kurang baik.

7. Kesalahan desain.

8. Spesifikasi pekerjaan sulit dimengerti.

9. Adanya perubahan desain.

10. Kesulitan dalam mendapatkan sumber daya.

(21)

11. Masalah keuangan pada saat pemeliharaan.

12. Tidak dilakukan pemeliharaan pada komponen gedung dengan baik.

2.1.3 Risiko dan Ketidakpastian (Uncertainty)

Walaupun risiko berkaitan erat dengan ketidakpastian (uncertainty), tetapi risiko dan ketidakpastian memiliki perbedaan. Ketidakpastian (uncertainty) adalah kondisi dimana terjadi kekurangan pengetahuan, informasi, atau pemahaman tentang suatu keputusan dan konsekuensinya (Ritchie dan Marshall, 1993).

Sedangkan risiko timbul karena adanya ketidakpastian yang menyebabkan keragua-raguan dalam meramalkan kemungkinan terhadap hasi-hasil yang akan terjadi dimasa mendatang (Djososoedarso, 1999). Semakin tinggi tingkat ketidakpastian maka semakin tinggi pula risikonya (Ritchie dan Marshall, 1993).

2.2 Manajemen Risiko

Manajemen risiko didefinisikan sebagai proses, mengidentifikasi, mengukur dan memastikan risiko dan mengembangkan strategi untuk mengelola risiko tersebut. Dalam hal ini manajemen risiko akan melibatkan proses-proses, metode dan teknik yang membantu manajer proyek memaksimumkan probabilitas dan konsekuensi dari event positif dan minimasi probabilitas dan konsekuensi event yang berlawanan (Santoso, 2009).

Manajemen risiko proyek yang baik akan menghasilkan keberhasilan proyek yang signifikan. Manajemen risiko dapat membawa pengaruh positif dalam hal pemilihan proyek, penentuan lingkup proyek, penjadwalan kegiatan proyek dan pengestimasian biaya proyek yang dibutuhkan. Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen risiko agar dapat berjalan dengan baik, yaitu:

1. Identifikasi risiko

Identifikasi risiko dilakukan pada saat awal proyek dengan cara analisis dan penilaian risiko yang dilakukan secara sistematis yang bertujuan untuk mendapatkan solusi penanganan risiko yang ada.

2. Alokasi tanggung jawab

Melakukan alokasi tanggung jawab atas risiko proyek kepada pihak yang paling sesuai untuk menanganinya.

(22)

3. Biaya risiko

Manajemen risiko yang dilakukan dapat berjalan dengan baik apabila biaya dari risiko proyek yang ada dinilai cukup kecil dari total keseluruhan biaya proyek.

Manajemen risiko juga berhubungan dengan alokasi resource secara tepat.

Inilah yang disebut opportunity cost. Resource yang dihabiskan untuk manajemen risiko bisa digunakan untuk aktivitas yang lebih profitable. Jadi, manajemen risiko yang ideal menghabiskan biaya paling rendah pada saat yang sama mengurangi sebesar mungkin efek negative karena suatu risiko (Santoso, 2009).

Adapun tujuan dari manajemen risiko diantaranya adalah sebagai berikut (Aisiyanto, 2009) :

1. Mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya risiko yang telah teridentifikasi, dari “sering terjadi” hingga “tidak terjadi”. Disini artinya adalah mengatasi penyebab dari risiko yang bersangkutan.

2. Mengurangi besar dampak yang mungkin ditimbulkan dari risiko yang telah teridentifikasi, dari kondisi “fatal” sampai kondisi “tidak berarti”.

Sedangkan C. Duffield & B. Trigunarsyah (1999) mengemukakan tujuan manajemen risiko sebagai berikut :

1. Membatasi kemungkinan-kemungkinan dari ketidakpastian.

2. Membuat langkah-langkah yang lebih mengarah pada tindakan proaktid dibandingkan reaktif dalam memandang kemungkinan ancaman dan kerugian yang besar.

3. Membatasi kerugian dan ketidakpastian pada stakeholder.

4. Menjaga kesinambungan program operasi, sehingga tidak terganggu dengan kejadian-kejadian yang belum terantisipasi sebelumnya.

5. Menjalankan program manajemen secara efektif sehingga mempunyai pengaruh yang menguntungkan dan bukan menimbulkan biaya baru.

Menurut PMBOK (2004), manajemen risiko pada dasarnya dilakukan berdasarkan proses sebagai berikut:

1. Rencana manajemen risiko (risk management planning)

(23)

2. Rencana manajemen risiko dilakukan untuk membuat perencanaan pengelolaan risiko dengan cara mendefinisikan manajemen risiko yang akan diterapkan pada suatu proyek.

3. Identifikasi risiko (risk identification)

Identifikasi risiko dilakukan dengan cara menentukan risiko-risiko yang ada dan dapat berpengaruh pada proyek konstruksi.

4. Analisa risiko secara kualitatif (qualitative risk analysis)

Analisis risiko kualitatif dilakukan dengan cara melakukan pembuatan prioritas risiko yang bertujuan untuk kepentingan analisis penilaian risiko proyek dan mengkombinasikan kemungkinan serta dampaknya.

5. Analisa risiko secara kuantitaif (quantitative risk analysis)

Analisis risiko kuantitatif dilakukan dengan cara melakukan analisis secara numerik yang berkaitan dengan dampak risiko proyek yang telah teridentifikasi.

6. Rencana respon risiko (risk response planning)

Membuat rencana untuk merespon risiko yang bertujuan untuk menghasilkan pilihan tindakan untuk memperbesar peluang dan mengurangi hambatan yang berkaitan dengan pencapaian tujuan proyek.

7. Pengawasan dan kontrol risiko (risk monitoring and control)

Melakukan pengawasan dan control risiko pada proses pelaksanaan rencana respon risiko yang teridentifikasi, pengidentifikasian risiko baru, dan pengevaluasian efektivitas respons risiko selama berlangsungnya proyek.

Menurut Flanagan dan Norman (1993), kerangka kerja proses manajemen risiko memiliki tahapan sebagai berikut:

1. Identifikasi risiko, yaitu melakukan pengidentifikasian terhadap sumber dan jenis risiko.

2. Klasifikasi risiko, yaitu mempertimbangkan jenis risiko dan efeknya terhadap perseorangan maupun organisasi.

3. Analisis risiko, yaitu mengevaluasi konsekuensi keterkaitan dengan jenis risiko atau kombinasi risiko dengan menggunakan teknik analisis untuk menilai dampak dari risiko.

(24)

4. Menyikapi risiko, yaitu berbagai keputusan mengenai risiko terkait dengan sikap perseorangan atau organisasi yang membuat kebijakan.

5. Tanggapan terhadap risiko, yaitu mempertimbangkan risiko yang harus dikelola dengan mentransfernya pada kelompok lain atau mengabaikannya.

Berdasarkan beberapa konsep diatas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen risiko memiliki tiga tahapan pokok, yaitu identifikasi risiko, analisis risiko dan penanganan rsiko. Tahapan pokok manajemen risiko tersebut dilaksanakan berdasarkan data-data yang akurat dan komunikasi yang baik sehingga manajemen risiko dapat berjalan dengan baik dan risiko proyek yang ada dapat diminimalisir.

2.2.1 Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko adalah tahapan awal yang dilakukan unuk memanajemen risiko yang ditujukan untuk menguraikan jenis-jenis risko yang mungkin tarjadi dari kegiatan proyek yang dilakukan. Hal-hal yang perlu diketahui pada saat identfikasi risiko seperti sumber risiko, kejadian yang terjadi dan akibat dari risiko yang ada. Sumber risiko merupakan titik awal risko yang terjadi dapat diperkirakan. Kejadian risiko yang terjadi adalah risiko yang terjadi pada saat proyek berlangsung atau telah selesai dikerjakan dan akbat dari risiko yang adalah akbiat yang ditimbulkan dari risiko yang terjadi yang berdampak merugikan pada proyek konstruksi.

Tahap identifikasi risiko merupakan tahapan yang tersuilit dan paling menentukan dalam manajemen risiko. Kesulian yang terjadi tersebut diakibatkan karena adanya ketidakpastian dari risiko yang dihadapi. Karena hal tessebut untuk menghadapi risiko tersebut terlebih dahulu diupayakan untuk menentukan sumber risiko dan efek risiko itu sendiri.

Identifikasi risiko dilakukan agar variabel risiko yang dinilai dan dievaluasi dapat diketahui dan diidentifik serta ditangani dengan metode sebagai berikut (Husen, 2009):

1. Check List, dilakukan atas dasar pengalaman yang digunakan untuk situasi proyek yang sama dengan kejadian berulang-ulang.

(25)

2. Thinking prompts, menggunakan data checklist kemudian diturunkan menjadi lebih spesfiik dengan risiko yang tidak dihilangkan.

3. HAZOP (Hazard and Operability), metode inidilakukan untuk mengidentifikasi bahaya dan masalah oprasional yang timbul.

4. Past data, metode ini dilakukan dengan mengidentifikasi kerugian yang sering terjadi dengan menggunakan data masa lalu.

5. Audits, bertujuan untuk memonitor sistem dengan mengidentifikasi dan menguji beberapa massalah bukan mengidentifikasi risiko yang terjadi.

6. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis), hampir sama seperti HAZOP tetapi metode ini mengidentifikasi bagaimana kerugian bisa terjadi bukannya kajdian yang terjadi jika ada kegagalan seperti metode HAZOP.

7. Critical Incident Analysis, dilakukan curah gagasan dalam tim lalu mengidentifikasi dan mencegah masalah agar tidak menjadi lebih rumit.

Identifikasi risiko dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu berdasarkan sumber dan dampaknya (Asiyanto, 2009). Adapun identifikasi risiko berdasarkan sumbernya antara lain :

a. Eksternal Terprediksi

Dampak ini berupa bencana alam seperti angin putting beliung, gempa bumi, area proyek dan sekitarnya terkena banjir maupun longsor.

b. Internal Terprediksi

Dampak ini berupa inflasi, lingkungan dan cuaca. Misalnya seperti kenikan harga yang melebihi estimasi awal.

c. Legal

Dampak ini berupa proyek melanggar aspek lingkungan dan aspek hukum.

d. Internal Teknis

Dampak ini berupa dampak yang berhubungan dengan metode pengerjaan, teknologi, tenaga kerja, material, subkontraktor dan supplier. Misalnya keterlambatan pengiriman material, material tidak sesuai spesifikasi dan lain- lain.

e. Internal Non Teknis

Dampak ini berupa dampak yang berhubungan dengan manajemen, penjadwalan, biaya dan cash flow. Misalnya seperti sistem pengendalian

(26)

biaya dan waktu yang lemah menyebabkan keterlambatan dan pembengkakan biaya.

Berikut ini adalah identifikasi risiko melalui pendekatan dampak, yaitu:

a. Dampak Terhadap Biaya

Dampak ini berupa pembengkakan biaya pelaksanaan terhadap anggaran yang telah direncanakan.

b. Dampak Terhadap Waktu

Dampak ini berupa keterlambatan penyelesaian pekerjaan, baik parsial maupun secara keseluruhan dari kurun waktu yang telah ditentukan.

c. Dampak Terhadap Mutu

Dampak ini berupa penyimpangan mutu pekerjaan terhadap persyaratan yang ada. Risiko ini sudah diatur dalam sistem mutu ISO 9001 : 2000

d. Dampak Terhadap Kecelakaan Kerja

Dampak ini telah diatur dalam OHSAS 18001

Secara umum berdasarkan kecendrungan peluang terjadinya risiko dan konsekuensi yang diakibatkan, risiko dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Godfrey, 1996):

1. Unacceptable, adalah risiko yang tidak dapat diterima dan harus dihilangkan atau bila mungkin ditransfer kepada pihak lain.

2. Undesirable, adalah risiko yang memerlukan penanganan atau mitigasi risiko sampai pada tingkat yang dapat diterima.

3. Acceptable, adalah risiko yang dapat diterima karena tidak mempunyai dampak yang besar dan masih dalam batas yang dapat diterima.

4. Negligible, adalah risiko yang dampaknya sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

Risiko-risiko yang termasuk unacceptable dan undesirable merupakan jenis risiko dengan kategori utama (major risk) yang memerlukan perhatian dan penanganan yang khusus karena mempunyai dampak besar bila tidak dikurangi atau bila perlu dihindari, sedangkan risiko yang termasuk dalam acceptable dan negligible merupakan risiko dengan kategori minor (minor risk) yang tidak mempunyai dampak berarti sehingga dapat diterima bahkan dapat diabaikan.

(27)

2.2.2 Analisis Risiko

Analisis risiko bertujuan untuk membantu menghindari kegagalan dan memberikan gambaran tentang apa yang terjadi bila proyek yang dijalankan tidak sesuai dengan yang direncanakan. Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan peringkat risiko sehingga dapat dilakukan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar, ringan atau dapat diabaikan.

Menurut Godfrey (1996) analisis risiko yang dilakukan secara sistematis dapat membantu untuk:

1. Mengidentifikasi, menilai dan meranking risiko secara jelas.

2. Memusatkan perhatian pada risiko utama.

3. Memperjelas keputusan tentang batas kerugian.

4. Meminimalkan potensi kerusakan apabila timbul keadaan yang paling buruk.

5. Mengontrol aspek ketidakpastian dalam proyek.

6. Memperjelas dan menegaskan peran setiap orang atau badan yang terlibat dalam manajemen risiko.

Secara umum terdapat dua metodologi analisa risiko (Santoso, 2009), yaitu:

1. Kuantitaif, analisa berdasarkan angka-angka nyata (nilai finansial) terhadap besarnya kerugian yang terjadi.

2. Kualitatif, sebuah analisa yang menentukan risiko tantangan organisasi dimana penilaian tersebut dilakukan berdasarkan instuisi, tingkat keahlian dalam menilai jumlah risiko yang mungkin terjadi dan potensi kerusakannya.

2.2.3 Rencana Penanganan Risiko

Rencana penanganan risiko merupakan proses pengembangan tahapan untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai pada batas yang diterima.

Menurut Husen (2009), penanganan risiko bertujuan agar jenis risiko yang telah diketahui dapat dikelola atau ditangani sehingga solusi serta penanggung jawab risikonya dapat ditentukan. Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi risiko yang muncul disebut tindakan mitigasi atau penanganan risiko (risk mitigation).

Risiko yang muncul kadang-kadang tidak dapat dihilangkan sama sekali tetapi hanya dapat dikurangi sehingga akan timbul residual risk (sisa risiko).

(28)

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi risiko (PMBOK, 2004), yaitu:

1. Menghindari Risiko (Risk Avoidance)

Penghindaran risiko melibatkan perubahan rencana manajemen untuk menghilangkan ancaman oleh risiko merugikan, mengisolasi tujuan proyek dari dampak risiko, atau mengendurkan tujuan dalam bahaya.

2. Memindahkan Risiko (Risk Transfer)

Memindahkan risiko dengan menggunakan syarat penggantian penerima dampak negative dari pemilik proyek ke manajemen untuk mengantisipsi menghadapi risiko yang dianggap sulit untuk diselesaikan.

3. Mengurangi Risiko (Risk Reducing)

Strategi ini dilakukan apabila risiko diketahui dimana biaya penanganan risiko masih lebih rendah dari risiko itu sendiri. Tindakan mitigasi lebih diarahkan untuk mengurangi dampak risiko. Caranya dengan pendekatan alternatif seperti mengusulkan perubahan lingkup pekerjaan, perubahan metode, mutu, atau schedulenya. Pada strategi ini, diyakini proyek mampu mengendalikan dengan suatu perencanaan yang matang.

4. Menerima Risiko (Risk Retaining)

Strategi ini dilakukan apabila risiko diketahui dimana biaya penanganan lebih besar dari pada risiko itu sendiri dan proyek dianggap mampu untuk menangani.

5. Membagi Risiko (Risk Shaing)

Strategi ini dilakukan apabila biaya penanganan risiko dan dampak risiko hampir sama besarnya. Pembagian risiko yang mendistribusikan risiko yang ada ke pihak yang dianggap lebih mampu akan membuat biaya penanganan risiko akan lebih kecil sehingga lebih layak untuk diterima.

6. Mengabaikan Risiko (Risk Ignoring)

Tindakan strategi ini apabila risiko diketahui dimana dampak dan frekuensi risiko kecil atau sangat kecil dimana organisasi dan prosedur yang ada diyakini akan dapat mengurangi risiko tersebut.

(29)

2.3 Bangunan Gedung

2.3.1 Pengertian Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

Gedung merupakan salah satu bangunan yang sangat penting karena memiliki fungsi untuk melindungi pengguna aktifitas yang berada didalamnya dari cuaca yang ada diluar. Gedung yang dibangun tentu memiliki umur rencana pemakaian yang telah ditentukan. Gedung kantor adalah termasuk bangunan permanen yang memiliki umur layanan diatas 20 tahun. Semakin bertambahnya umur pakai gedung maka gedung tersebut akan mengalami kerusakan, bahkan kerusakan tersebut ada yang menyebabkan tidak sampainya umur pakai gedung yang direncanakan dari awal. Hal tersebut dapat terjadi apabila tidak baiknya kegiatan pemeliharaan pada gedung. Apabila telah terjadi kerusakan pada gedung maka akan mengakibatkan kerugian dari berbagai pihak, baik dari pemilik ataupun pengguna gedung yang beraktivitas didalam gedung tersebut.

Berdasarkan hal itu dapat dilihat pentingnya untuk melakukan kegiatan pemeliharaan pada gedung untuk mencegah kerusakan yang cukup berarti agar gedung tersebut dapat difungsikan dengan baik.

2.3.2 Klasifikasi Bangunan Gedung

Berdasarkan tingkat permanensi gedung terbagi atas tiga yaitu:

1. Bangunan Permanen

Klasifikasi bangunan permanen adalah bangunan gedung yang karena fungsinya direncanakan mempunyai umur layanan diatas 20 (dua puluh) tahun.

(30)

2. Bangunan Semi-permanen

Klasifikasi bangunan semi-permanen adalah bangunan gedung yang karena fungsinya direncanakan mempunyai umur layanan diatas 5 (lima) sampai dengan 10 (sepuluh) tahun.

3. Bangunan Sementara atau Darurat

Klasifikasi bangunan sementara atau darurat adalah bangunan gedung yang karena fungsinya direncanakan mempunyai umur layanan sampai dengan 5 (lima) tahun.

2.4 Pemeliharaan Bangunan Gedung

2.4.1 Pengertian Pemeliharaan Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu layak fungsi.

Adapun tujuan utama dari pemeliharaan adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperpanjang usia bangunan.

2. Untuk menjaga fungsi bangunan.

3. Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan, seperti dalam menghadapi keadaan darurat atau bencana.

4. Untuk menjamin keselamatan manusia yang mempergunakan fasilitas tersebut.

5. Menghindari kerugian yang lebih besar dan gangguan kenyamanan pengguna akibat kerusakan bangunan.

2.4.2 Jenis-jenis Pemeliharaan Bangunan Gedung

Hestin Mulyandari dkk (2011) menyatakan jenis kegiatan pemeliharaan terdiri atas:

1. Pemeliharaan Terencana

Pemeliharaan gedung terencana adalah pemeliharaan gedung yang memiliki rencana pemeliharaan berdasarkan waktu tertentu, jenis kegiatan pemeliharaan gedung ini terbagi tiga, yaitu:

(31)

a. Preventive Maintenance

Preventive maintenance merupakan kegiatan pemeliharaan pada gedung yang dilakukan dengan tujuan untuk mencegah kerusakan secara tidak terduga pada gedung dan komponennya.

b. Predictive Maintenance

Predictive maintenance merupakan kagiatan pemeliharaan yang dilakukan berdasarkan informasi kerusakan yang didapat dari hasil inspteksi gedung, seperti perbaikan komponen gedung atau penggantian komponen gedung yang mengalami kerusakan.

c. Corrective Maintenance

Corective maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan gedung, kegiatan ini termasuk kegiatan perbaikan komponen gedung yang mengalami kerusakan.

2. Pemeliharaan Tidak Terencana

Pemeliharaan gedung tidak terencana atau Breakdown Maintenance merupakan kegiatan pemeliharaan gedung yang terjadi diluar prediksi dan terjadi secara tiba-tiba akibat kegagalan dari suatu sistem pada komponen gedung.

2.4.3 Komponen Pemeliharaan Gedung

Menurut Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, Komponen gedung yang dapat dilakukan kegiatan pemeliharaan terbagi atas enam, yaitu:

a. Komponen Arsitektur Bangunan Gedung

Komponen arsitektur bangunan gedung meliputi:

1. Sarana jalan keluar 2. Dinding kaca 3. Dinding Keramik 4. Dinding Lapis Marmer

5. Dinding dengan penutup Clading Alluminium composit.

6. Pemeliharaan Plafon Tipleks.

7. Pemeliharaan Plafon Akustik.

(32)

8. Pemeliharaan Plafon Gipsum.

9. Pemeliharaan Plafon Kayu.

10. Pemeliharaan Plafon Metal.

11. Pemeliharaan Kunci, Grendel dan Engsel.

12. Pemeliharaan sliding door, rolling door, falding door.

13. Pemeliharaan Kusen Aluminium.

14. Pemeliharaan Kusen Kayu.

15. Pemeliharaan Kusen Plastik dan Kusen Besi.

16. Pemeliharaan Door Closer.

b. Komponen Struktur Bangunan Gedung 1. Pemeliharaan Pondasi Bangunan.

2. Pondasi Tiang Pancang.

3. Pondasi Sumuran Batu Kali.

4. Pondasi Menerus Batu Kali.

5. Pondasi Menerus Bahan Beton.

6. Struktur Bangunan Baja.

7. Struktur Bangunan Beton.

8. Struktur Bangunan Komposit.

9. Dinding bata Merah atau Conblock.

10. Dinding Batu Kali.

11. Dinding Beton.

12. Dinding Kayu.

13. Pemeliharaan dan Perawatan Kebersihan Pekerjaan Sipil.

c. Komponen Mekanikal Bangunan Gedung 1. Pemeliharaan Saluran Air Kotor.

2. Pemeliharaan Saluran Air Bersih.

3. Pemeliharaan Peralatan Sanitair.

4. Pemeliharaan Pemanas A.ir.

5. Pemeliharaan Kran Air

6. Pemeliharaan Bak Cuci Piring.

7. Pemeliharaan dan Perawatan Sistem Tata Udara.

8. Pemeliharaan dan Perawatan Sistem Transportasi Vertikal.

(33)

9. Pemeliharaan dan Perawatan Sistem Proteksi Kebakaran.

10. Pemeliharaan dan Perawatan Sistem Plambing dan Pompa.

d. Komponen Elektrikal Bangunan Gedung

1. Pemeliharaan dan Perawatan Sistem Elektrikal.

2. Pemeliharaan dan Perawatan Sistem Elektronika.

e. Komponen Ruang Luar Bangunan Gedung 1. Pemeliharaan Tangki Septik.

2. Pemeliharaan Talang Tegak dan Datar.

3. Pemelihaaan Floor Drain.

4. Pengecatan Luar Bangunan.

5. Pemeliharaan Atap Seng dan Cement Fiber Gelombang.

6. Pemeliharaan Atap Genteng Metal.

7. Pemeliharaan Atap Sirap.

8. Pemeliharaan Atap Beton.

9. Pemeliharaan Atap Genteng Keramik.

10. Pemeliharaan Atap Fiberglass.

11. Pemeliharaan Listplang Kayu

12. Pemeliharaan List Glass Fiver Cement (GRC).

f. Komponen Tata Graha

1. Pemeliharaan Kebersihan Toilet.

2. Pemeliharaan Kebersihan Lantai Basement..

3. Pemeliharaan Kebersihan Pelat Atap Beton 4. Pemeliharaan Kebersihan Lobby dan Lif.

5. Pemeliharaan Kebersihan Partisi.

6. Pemeliharaan Kebersihan Perabot dan Peralatan Kantor.

7. Pemeliharaan Kebersihan Tangga Kebakaran.

8. Pemeliharaan Kebersihan Koridor 9. Pemeliharaan Kebersihan Lif.

10. Pemeliharaan Kebersihan Lantai Granit.

11. Pemeliharaan Kebersihan Lantai Marmer.

12. Pemeliharaan Kebersihan Lantai Vinil.

13. Pemeliharaan Kebersihan Lantai Kayu.

(34)

14. Pemeliharaan Kebersihan Lantai dengan Polisher.

15. Pemeliharaan Kebersihan Lantai Karpet.

16. Pemeliharaan Kebersihan Lantai Semen.

17. Pemeliharaan Kebersihan Lantai Karpet dengan Extactor.

18. Pemeliharaan Kebersihan Lantai Keramik.

19. Pemeliharaan Kebersihan Lantai Paving.

20. Pemeliharaan Kebersihan Tirai.

21. Pemeliharaan Kebersihan Dinding Granit Luar.

22. Pemeliharaan Kebersihan Dinding Marmer Luar.

23. Pemeliharaan Kebersihan Dinding Kaca Luar.

24. Pemeliharaan Kebersihan Dinding Kaca Dalam.

25. Pemeliharaan Kebersihan Dinding Cat.

26. Pemeliharaan Kebersihan Perlengkapan Alat Pemadam Kebakaran.

2.4.4 Sifat Kegiatan Pemeliharaan Gedung

1. Inspeksi (Inspection), yaitu kegiatan pengecekan atau pemeriksaan berkala dan usulan penggantian pada beberapa bagian.

2. Kegiatan Teknik (Engineering), yaitu kegiatan percobaan atas alat yang baru dibeli dan kegiatan pengembangan atau komponen peralatan yang perlu diganti serta penelitia kemungkinan pengembangannya.

3. Kegiatan Produksi (Production), yaitu kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya serta merupakan teknik pemeliharaan dan kegiatan yang disarankan inspeksi.

4. Kegiatan Administrasi (Clerical Work), yaitu kegiatan pencatatan mengenai biaya kegiatan pemeliharaan, biaya komponen (spare part) yang dibutuhkan, serta penyiapan jadwal pemeliharaan.

2.4.5 Jadwal Pelaksanaan Pemeliharaan 1. Rutin

a. Harian/mingguan

Jadwal harian dapat pula dikatakan jadwal mingguan. Kita memerlukan rencana pemeliharaan dalam rutinitas harian atau mingguan.

(35)

b. Bulanan

Pemeliharaan bulanan pada hakikatnya sudah diprediksikan sejak awal tahun anggaran untuk menjaga dan memperkuat bangunan agar selalu tampil optimal.

2. Periodik a. Tahunan

Dalam program jadwal tahunan ini memerlukan “check list” secara periodik dan terus menerus secara berkelanjutan untuk memperbaiki segala kekurangan yang ditemukan dilapangan. Dengan penyisiran secara periodik inilah kerusakan-kerusakan kecil dalam bangunan dapat segera teratasi dan tidak menunggu sampai berubah menjadi kerusakan besar yang fatal.

b. Lima Tahunan

Pemeliharaan demikian pada umumnya terdapat pada pemeriksaan atau penggantian peralatan perkantoran karena usia peralatan kantor maksimal 5 tahun.

3. Insidental

a. Keadaan Darurat

Pemeliharaan yang bersifat pemeriksaan dan evaluasi perbaikan terhadap bangunan pasca kebakaran, gempa bumi, badai, banjir, kerusuhan, serangan bom, atau musibah lainnya.

b. Opsi Khusus

Perintah khusus dari atasan di luar jadwal pemeliharaan rutin ataupun periodik.

2.4.6 Kerusakan Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 24/PRT/M/2007 intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkat kerusakan, yaitu:

(36)

1. Kerusakan Ringan

a. Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non- struktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai, dan dinding pengisi.

b. Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya adalah maksimum adalah sebesar 35% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.

2. Kerusakan Sedang

a. Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non- struktural, dan atau komponen structural seperti struktur atap, lantai dan lain-lain.

b. Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adalah sebesar 45% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.

3. Kerusakan Berat

a. Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik structural maupun non structural yang apabila diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.

b. Perawatan untuk tingkat kerusakan berat, biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.

2.4.7 Sifat Kerusakan

Sifat kerusakan dilihat dari pengaruh kerusakan terhadap pengguna gedung dan dampak negatif dari kerusakan itu terhadap komponen disekelilingnya.

Walaupun suatu kerusakan kecil seperti kebocoran atap, walaupun kebocoran kecil, air yang masuk kedalam gedung dapat merusak langit-langit, mengotori dinding dan sebagainya. Sifat kerusakan dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Emergency

Kerusakan yang mempunyai pengaruh sangat tinggi terhadap aktivitas penghuni dan kerusakan komponen lainnya pada gedung. Misalnya, kerusakan kran air, atap bocor, instalasi listrik dan lain-lain.

(37)

2. Urgent

Kerusakan yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap aktivitas penghuni dan kerusakan komponen lainnya pada gedung. Misalnya, kerusakan pada lantai yang sering dilalui, paving blok lepas dan lain-lain.

3. Normal

Kerusakan kecil yang menyebabkan fungsi kurang sempurna atau penurunan tampak pada kompponen bangunan yang mempunyai pengaruh kecil pada aktivitas penghuni. Misalnya, cat dinding kusam, retak rambut pada dinding dan lain-lain.

2.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu media yang berfungsi sebagai alat bagi seorang peneliti untuk mengumpulkan informasi dan data penelitian yang diinginkan untuk digunakan dalam penelitian tersebut. Ada beberapa contoh instrument penelitian yaitu, angket (quistionaire), daftar cocok (checklist), skala (scale), pedoman wawancara (interview guide) dan lainnya.

2.5.1 Kuesioner

Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data faktual atau opini yang berkaitan dengan diri responden, yang dianggap fakta atau kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh responden (Suryono, 2009).

Kuesioner adalah suatu teknik untuk mengumpulkan informasi atau data yang relevan yang akan digunakan untuk melakukan analisis pada suatu penelitian.

Kuesioner juga dikenal sebagai angket. Isi dari suatu kuesioner berupa daftar pertanyaan yang harus diisi atau dijawab oleh responder atau orang yang ditunjuk untuk menjawab kuesioner tersebut guna mendapatkan data real penelitian.

Responden yang ditunjuk seharusnya orang yang memiliki kompetensi dan terkait langsung oleh objek penelitian yang diteliti agar mendapatkan hasil kuisoner yang baik.

(38)

Jenis pertanyaan didalam kuesioner terbagi dua, yaitu:

1. Pertanyaan Tertutup

Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada responden dengan cara membatasi pilihan respon yang diberikan bagi responden. Responden tidak dapat memberikan jawaban secara bebas sesuai yang dikehendaki oleh yang bersangkutan. Penggunaan kuesioner dengan pertanyaan tertutup ini biasanya dilakukan apabila masalah yang ada telah jelas.

2. Pertanyaan Terbuka

Pertanyaan terbuka adalah jenis pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk menjawab seluas-luasnya untuk mengetahui secara langung jawaban atau tanggapan yang dikehendaki oleh responden. Peneliti yang ingin mendapatkan data secara opini dari responden biasanya menggunakan jenis kuesioner dengan pertanyaan terbuka seperti ini.

a. Kelebihan Metode Kuesioner

Berikut ini merupakan beberapa kelebihan metode kuesioner, yaitu:

1. Tidak membutuhkan kehadiran peneliti.

2. Mampu dibagikan secara bersama-sama kepada seluruh responden.

3. Waktunya fleksibel, tergantung waktu senggang responden.

4. Dapat dibuat anonym atau tanpa nama sehingga responden tidak malu dalam menjawab pertanyaan yang diajukan.

5. Pertanyaan dapat distandarkan.

b. Kekurangan Metode Kuesioner

Berikut ini merupakan kekurangan metode kuesioner, yaitu:

1. Responden sering tidak teliti, terkadang ada pertanyaan yang terlewatkan.

2. Responden sering tidak jujur meskipun anonym.

3. Kuesioner sering tidak kembali apabila dikirim lewat pos atau jasa pengiriman lainnya.

4. Responden dengan tingkat pendidikan tertentu kemungkinan sulit mengisi kuesioner.

(39)

2.5.2 Sampling

Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif (Margono, 2004). Setiap sampel yang digunakan mewakili suatu populasi yang dipilih dari suatu kelompok karena memiliki kesamaan karakter.

Pemilihan teknik sampling juga harus disesuaikan dengan tujuan dari suatu penelitian.

Hal yang perlu diperhatikan dalam sampling adalah seluruh hal yang berkaitan dengan penelitan. Adapun unsur-unsur khusus yang terdapat pada suatu sampel yang dapat menimbulkan bias pada distribusi data penelitian yang didapat juga perlu diperhatikan. Sampling secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Probability sampling

Probability sampling menuntut peneliti telah mengetahui besarnya suatu populasi yang akan dijadikan objek pengambilan data penelitian, besarnya sampel yang diinginkan telah ditentukan, setiap unsur sampel penelitian harus memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Adapun jenis-jenis probability sampling adalah sebagai berikut:

a. Simple Random Sampling

Menurut Sugiyono (2001) dinamakan simple random sampling karena pengambilan data sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel secara sederhana dengan cara acak dari suatu populasi tanpa memperhatikan hal-hal yang tidak menyangkut objek penelitian. Teknik sampling ini biasanya dilakukan apabila sampel yang akan diambil bersifat homogeny.

(40)

Gambar 2.1 Teknik Simpel Random Sampling b. Proportionate strafied random sampling

Menurut Sugiyono (2001) proportionate stratified random sampling biasa digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

c. Disproportionate strafied random sampling

Menurut Sugiyono (2001) mengungkapkan bahwa teknik disproportionate stratified random sampling digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional.

d. Cluster random Sampling

Menurut Margono (2004) menyatakan bahwa teknik ini digunakan apabila populasi tidak teridiri dari individu-individu melainkan terdiri dari kelompok- kelompok individu atau cluster. Teknik sampling ini juga digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang diteliti atau smber data sangat luas.

Gambar 2.2 Teknik Cluster Random Sampling

(41)

2. Nonprobability sampling

Nonprobability sampling adalah sebuah teknik sampling yang tdak memperhatikan banyak variabel dalam pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Sampel-sampel dari nonprobability sampling juga isebut sebagai subjek penelitian dimana hasil dari uji yang dilakukan pada sampling tidak memiliki hubungan dengan populasi. Tujuan penggunaan teknik sampling ini lebih banyak terdapat pada materi yang diujikan sedangkan pada random sampling atau probability sampling tujuan penelitian melekat pada nilai dari materi pada populasi yang diujikan. Ada beberapa teknik sampling dalam Nonprobability sampling, yaitu:

a. Sampling sistematis

Menurut Sugiyono (2001:60) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberikan nomor unit.

b. Quota sampling

Menurut Sugiyono (2001:60) quota sampling merupakan teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah sampel yang diinginkan.

c. Sampling Aksidental

Menurut Sugiyono (2001:60) sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel secara kebetulan, yaitu objek apa saja yang secara kebetulan ditemukan peneliti yang digunakan sebagai sampel, jika dipandang hal yang ditemui cocok sebagai sumber data.

d. Purposive Sampling

Menurut Margono (2001:128) purposive sampling merupakan teknik untuk menentukan sekelompok subjek sampel didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

e. Sampling Jenuh

(42)

Menurut Sugiyono (2001:60) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunak sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan apabila jumlah populasi berukuran kecil.

f. Snowball Sampling

Menurut Sugiyono (2001:61) snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang pada awalnya berjumlah sedikit, kemudiansampel tersebut diberikan pilihan untuk memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel menjadi banyak.

2.5.3 Wawancara

Menurut Nazir (1998), wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).

Beberapa macam-macam wawancara antara lain:

1. Wawancara Terstruktur

Digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam teknik ini peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya juga telah dipersiapkan. Dalam wawancara ini setiap responden diberikan pertanyaan yang sama.

2. Wawancara Semiterstruktur

Pelaksanaan wawancara ini lebih bebas jika dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk menentukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancarai diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara ini pendengar secara teliti mendengar dan mencatat apa yang dikemukakan oleh narasumber.

3. Wawancara Tak Terstruktur

Wawancara ini adalah wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data. Pedoman yang digunakan dalam wawancara jenis ini hanyalah berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam

(43)

wawancara tak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan responden.

Adapun fungsi wawancara pada penelitian menurut Hadi (1992), yaitu:

a. Sebagai metode primer

Wawancara berfungsi sebagai metode primer, yaitu data yang diperoleh dari wawancara merupakan data yang utama guna menjawab permasalahan penelitian.

b. Sebagai metode pelengkap

Wawancara berfungsi sebagai metode pelengkap, yaitu wawancara sebagai metode pelengkap metode lainnya yang digunakan untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian.

c. Sebagai kriterium

Wawancara berfungsi sebagai kriterium, yaitu wawancara digunakan untuk menguji kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh dengan metode lain.

Misalnya untuk memeriksa apakah para kolektor data memang telah memperoleh data dengan angket kepada subjek suatu penelitian, untuk itu dilakukan wawancara dengan jumlah sampel tertentu.

Lincoln and Guba sebagaimana dikutip dalan Faisal (Sugiyono, 2011:322), mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.

2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.

3. Mengawali atau membuka alur wawancara.

4. Menginformasikan iktisar hasil wawancara dan mengakhirinya.

5. Menulis hasil wawancara kedalam catatan lapangan.

6. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

Referensi

Dokumen terkait

Dari Kota medan, UMKM Binaan TDA dalam menjawab pertanyaan daerah pemasaran yang dipilih untuk melakukan bisnis adalah Dimana saja yang terpentinng dan dapat aspek

Aplikasi kuis digital dengan model sistem pengujian yang baik, karakteristik yang baik, kelayakan dengan hasil layak dan performa yang baik, dapat menjadi salah satu

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan metode recall 2 x 24 jam di Karangsong Indramayu bahwa sebagian besar masyarakat pesisir memiliki pola makan yang sama

Penilaian perbuatan adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk

Maka dari itu kesimpulan dari hasil penelitian Efektivitas Program Bantuan Sosial (PBS) Kabupaten Lombok Timur Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Tani Ternak

Dukungan keluarga selama perawatan 4360 7100 7130 7140 7150 5370 Kemampuan merawat : Modifikasi perilaku Peningkatan integritas keluarga Mempertahankan proses keluarga Dukungan

Kemudian, analisis mengenai konsep zero runoff dilakukan dengan cara penentuan arah aliran berdasarkan peta topografi, penentuan curah hujan harian rata-rata, volume andil

Karena dengan kita tidak mengampuni orang yang bersalah kepada kita, maka kita sudah menjadi hakim atas orang tersebut, maka Tuhan sebagai hakim atas segalanya dan