• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG WAKAF UANG DIKUBURAN. (Studi Kasus di Durian Bangko Jorong Kampung Kajai Nagari Ladang Panjang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG WAKAF UANG DIKUBURAN. (Studi Kasus di Durian Bangko Jorong Kampung Kajai Nagari Ladang Panjang"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG WAKAF UANG DIKUBURAN (Studi Kasus di Durian Bangko Jorong Kampung Kajai Nagari Ladang Panjang

Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Pada Fakultas Syari’ah

Disusun Oleh : RODI SAPUTRA

NIM. 1115.044

FAKULTAS SYARIAH

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI 1441/2020

(2)

ABSTRAK

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang dilaksanakan di Durian BangkoJorong Kampuang KajaiNagariLadangPanjang dengan judul

“PersepsiMasyarakattentangWakafUang di Kuburan(Studi Kasus di Durian Bangko Jorong Kampung Kajai Nagari Ladang Panjang Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman)”.Islam mengenalWakafyaitumenyerahkanhartamilikdenganpenuhkeiklasandanpengabdian,

yaituberupapenyerahansesuatupadasatulembaga Islam, denganmenahanbendaitu. Kemudian yang diwakafkanitudisebutmauquf.Akan tetapi dalam prakteknya masyarakat Durian Bangko Jorong Kampuang Kajai melakukannya denganWakafUang di Kuburan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui PersepsiMasyarakattentangWakafUang di Kuburan yang dilaksanakanolehMasyarakat Durian Bangko Jorong Kampuang Kajai Nagari Ladang PanjangKecamatanTigoNagari Kabupaten Pasaman berkenaan dengan pelaksanaan WakafUang di Kuburan.

Penyusunanskripsiinimerupakan penelitian lapangan (field research) dan menggunakan data dalam bentuk kualitatif.Metodepengumpulan data yang digunakanadalahmetodewawancara, observasidandokumentasiuntukmenghasilkan data mengenaiPersepsiMasyarakattentangWakafUang di Kuburan yang di

lakukanolehmasyarakat Durian

BangkoJorongKampuangKajaiNagariLadangPanjangKabupatenPasamanberkenaandeng

anWakafUang di Kuburan.

Penelitianinimerupakanpenelitiandenganmenggunakanspesifikasideskriptifanalitis, yaitusuatupenelitian yang berusahamenggambarkanmasalahhukum, sistemhukum, danmengkajinyaataumenganalisanyasesuaidengankebutuhandaripenelitiantersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa;WakafUang di Kuburan yang dilakukanolehMasyarakat Durian Bangko sudah dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat Durian Bangko Jorong Kampuang KajaiNagariLadangPanjang. Hal ini terjadi karenakepercayaanmasyarakat Durian Bangkobahwadenganberwakaf di kuburanInyiak Muhammad Abdullah bisamengabulkankeinginan. Dari aspek sosiologis, WakafUang yang seperti ini terjadi secara turun temurun karena kurangnya pengetahuan agama masyarakat. Selain itu faktor pendidikan dan ekonomi juga mempengaruhi kebiasaan masyarakat yang seperti ini.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian ... 11

E. Penjelasan Judul... 12

F. Metode Penelitian ... 13

1. Jenis Penelitian ... 13

2. Sumber Data ... 13

3. Jenis Data ... 13

4. Teknik Pengumpulan Data ... 14

5. Teknik Analisa Data ... 14

G. Tinjauan Pustaka ... 15

H. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II

(4)

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Wakaf ... 17

1. Pengertian Wakaf Menurut Bahasa ... 17

2. Pengertian Menirut Istilah ... 19

B. Dasar Hukum Wakaf ... 24

1. Wakaf Berdasarkan Hukum Islam ... 24

2. Wakaf Berdasarkan Hukum Pemerintahan Republik Indonesia ... 27

C. Rukun Syarat Wakaf ... 28

1. Orang yang Berwakaf ... 29

2. Benda yang Diwakafkan ... 29

3. Tujuan Wakaf ... 31

4. Ikrar Wakaf ... 33

5. Nazhir (Pengelola Wakaf) ... 34

D. Macam-macam Wakf ... 36

1. Wakaf Langsun ... 36

2. Wakaf Produktif ... 43

E. Sistem Manajemen Pengelolaan Wakaf ... 49

BAB III HASIL PENELITIAN A. Design of Monografi Durian Bangko Jorong Kampuang Kajai Nagari Ladang Kecamatan Tigo Nagari Panjang Kabupaten Pasaman A. MonografiDurian Bangko Jorong Kampuang Kajai Nagari Ladang Panjang Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman ... 54

1. Letak Geografis dan Perekonomian ... 54

2. Sektor Pendidikan Sosial dan Keagamaan ... 56

B. Pelaksanaan Wakaf Uang di Kuburan di Durian Bangko Jorong Kampung Kajai Nagari Ladan Panjang... 61

C. Persepsi Masyarakat tentang Wakaf Uang di Kuburan ... 65

D. Analisis Penulis Tentan Wakaf Uan di Kuburan ... 69

(5)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(6)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Wakaf merupakan salah satu bentuk kegiatan ibadah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam karena pahala wakaf akan selalu mengalir meskipun sang wakif telah wafat.1Hal ini sebagaimana dinyatakan Rasulullah dalam sebuah hadist populer riwayat Ah-mad bin Hanbal dari Abu Hurairah, “Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah (termasuk wakaf), ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shaleh yang mendoakannya.2Dengan wakaf, pundi-pundi amal seorang mukmin akan senantiasa bertambah hingga akhir zaman.

Menapaki jejak sejarah, keberadaan wakaf terbukti telah banyak membantu pengembangan dakwah Islam di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia.

Sejumlah lembaga pendidikan, pondok pesantren maupun masjid di Indonesia banyak ditopang keberadaan dan kelangsungan hidupnya oleh wakaf. Hanya saja, jika wakaf pada masa lalu seringkali dikaitkan dengan benda benda wakaf tidak bergerak, seperti tanah maupun bangunan, kini mulai dipikirkan wakaf dalam bentuk lain, misalnya wakaf uang (cash waqaf) yang penggunaannya di samping untuk kepentingan tersebut, juga dapat dimanfaatkan secara fleksibel bagipengembangan usaha produktif kaum lemah.3

Potensi wakaf di Indonesia hingga kini masih cukup menggembirakan. Menurut data Direktorat Urusan Agama Islam, pada tahun 1999, jumlah tanah wakaf di seluruh

1 Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad, t.p. Vol :xix hal.10.

2 Hadis nomor 9079, Kitab al-Musnad, bab Musnad Abu Hurairah.

3 Didin Hafidhuddin, dalam Muhammad Abid Abdul-lah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, diterjemahkan oleh Ahrul Sani Fathurrohman (et.al.), Jakarta: IIMaN Press, 2004, ix

(7)

Indonesia tercatat 1.477.111.015 m2 yang terdiri atas 349.296 lokasi. Pada tahun 2004, jumlah tanah wakaf tersebut meningkat menjadi 1.538.198.586 m2 yang terdiri atas

362.471 lokasi. Dengan demikian, dapatdilihat laju perkembangan obyek wakaf dalam lima tahun, lokasi wakaf bertambah 13.175 titik dengan luas 61.087.571 m2.4Wakaf secara bahasa berasal dari kata waqafa-yaqifuyang artinya berhenti, lawan dari kata istamarra. Kata ini sering disamakan dengan al-tahbisatau al-tasbilyang bermakna al-habs ‘an tasarruf,yakni mencegah dari mengelola.5

Adapun secara istilah, wakaf menurut Abu Hanifah adalah menahan harta di bawah naungan pemiliknya disertai pemberian manfaat sebagai sedekah (habs al-‘aini

‘ala milk al-waqif wa tasadduq bi al-manfa‘ah).6

Kemudian, menurut Jumhur, wakaf adalah menahan harta yang memungkinkan untuk mengambil manfaat dengan tetapnya harta tersebut serta memutus pengelolaan dari wakif dan selainnya dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah.7Namun, menurut al-Kabisi, definisi yang lebih singkat namun padat (jami‘ mani‘) adalah definisi Ibnu Qudamahyang mengadopsi langsung dari potongan hadis Rasulullah, yang berbunyi ‘menahan asal dan mengalirkan hasilnya’ (in syi’ta habasta aslaha fa tasaddaq biha).8

Untuk terlaksananya sebuah wakaf, perlu dipahami terlebih dahulu seputar masalah rukun wakaf. Dalam kitab-kitab klasik, semisal Raudah at-Talibin, disebutkan bahwa rukun wakaf ada empat hal, yakni wakif(subyek wakaf), mauquf (obyek

4 Muchit A Karim, Pengelolaan Wakaf dan Pemberdayaan di Indonesia, Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan. 2006, vii.

5 Wahbah Az-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 1985)..., hal.7599.

6 Alauddin Muhammad bin Ali Al-Hafsaki, al-Dur al-Mukhtar, t.h. t.p. vol.iv, hal.532.

7Az-Zuhayli, op. cit., hal 7601

8 Al-Kabisi, Hukum Wakaf, diterjemahkan oleh Ahrul Sani Fathurrohman (et.al.),Jakarta: IIMaN Press, 2004, hal.61.

(8)

wakaf),mau quf alaih (pengelola wakaf),dan sigat(akad).9Wakaf uang merupakan salah satu obyek wakaf yang dalam pandangan an-Nawawi didefinisikan sebagai setiap harta tertentu yang dimiliki dan memungkinkan untuk dipindahkan dan diambil manfaatnya.10

Al-Khatib dalam kitab al-Iqna’mengartikan mauquf sebagai barang tertentu yang dapat diambil manfaatnya dengan tidak melenyapkan barang tersebut dan merupakan hak milik dari wakif.11Dengan demikian, obyek wakaf, termasuk wakaf uang, meliputi beberapa syarat sehingga layak menjadi barang yang diwakafkan.

Setidaknya, ada lima syarat yang harus di-miliki benda tersebut, seperti dilansir oleh al-Kabisi. Kelima syarat tersebut adalah bahwa harta wakaf memilikinilai (ada harganya), harta wakaf jelas bentuknya, harta wakaf merupakan hak milik dari wakif, harta wakaf dapat diserahterimakan, dan harta wakaf harus terpisah. Wakaf uang yang biasanya berupa uang kontan (cash waqf) dalam hal ini secara konsep telah memenuhi kelima syarat tersebut.12

Wakaf uang merupakan terjemahan lansung dari istilah Cash Waqf yang populer di Bangladesh, tempat A. Mannan menggagas idenya. Dalam beberapa literatur lain, Cash Waqfjuga dimaknai sebagai wakaf tunai. Hanya saja, makna tunai ini sering di salah artikan sebagai lawan kata dari kredit, sehingga pemaknaan cash waqfsebagai wakaf tunai menjadi kurang pas. Untuk itu, dalam tulisan ini, cash waqfakan diterjemahkan sebagai wakaf uang, kecuali jika sudah termasuk dalam hukum positif dan penamaan produk, seperti Sertifikat Wakaf Tunai.13

Wakaf uang dalam definisi Departemen Agama adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang.

9 An-Nawawi, Raudah al-Talibin wa ‘Umdah al-Muftin, t.p. t.h. II:252-256

10Ibid.

11Muhammad al-Syarbini al-Khatib, al-Iqna’ fi Hilli Al-Fadz Abi Syuja’, t.p. t.h. II:73.

12 Al-Kabisi,op. cit., hal. 247.

13Ibid.

(9)

Dengan demikian, wakaf uang merupakan salah satu bentuk wakaf yang diserahkan oleh seorang wakif kepada nadzir dalam bentuk uang kontan.14

Pengertian wakaf sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 UndangUndang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, diperluas lagi berkaitandengan Harta Benda Wakaf (obyek wakaf) yang diatur dalam Pasal 16 ayat(1) yang menyatakan Harta Benda Wakaf meliputi benda tidak bergerak dan benda bergerak belanjutnya yang dimaksud wakaf benda bergerak, salah satunya adalah uang. (Pasal 16 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor 41 Tahun2004 tentang Wakaf).Dengan demikian yang dimaksud wakaf uang adalah wakafyang dilakukan seseorang, kelompok orang dan lembaga atau badan hukumdalam bentuk uang. Juga termasuk kedalam pengertian uang adalah surat-surat berharga, seperti saham, cek dan lainnya.15

Dalam satu dekade terakhir terjadi perubahan yang sangat besar dalammasyarakat Muslim terhadap paradigma wakaf ini. Wacana dan kajianakademis ini kemudian merebak ke Indonesia enam tahun terakhir. Salahsatu pembahasan yang mengemuka adalah wakaf uang. Wakaf uangsebenarnya sudah menjadi pembahasan ulama terdahulu; salah satunyaImam az-Zuhri yang membolehkan wakaf uang (saat itu dinar dan dirham).Bahkan sebenarnya pendapat sebagian ulama mazhab al-Syafi’i jugamembolehkan wakaf uang. Mazhab Hanafi jugamembolehkan dana wakafuang untuk investasi mudharabah atau sistem bagi hasil lainnya.Keuntungan dari bagi hasil digunakan untuk kepentingan umum.16

14Achmad Djunaidi, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat Departemen Agama RI 2007). hal.3.

15Tim Dirjen Bimas Islam dan Penyelengaraan Haji Depag-RI. Pedoman Pengelolaan Wakaf Uang, Jakarta; Direktorat Jenderal Pengembangan Zakat dan Wakaf Direktorat Bimbingan

Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2005, hal.1

16Abdul Aziz Setiawan, Peneliti pada SEBI Research Center, STIE SEBI Jakarta.

(10)

Sebagai contoh apabila wakaf uang dapat diimplementasikan makaada dana potensial yang sangat besar yang bisa dimanfaatkan untukpemberdayaan dan kesejahteraan ummat. Jika saja terdapat 1 juta sajamasyarakat Muslim yang mewakafkan dananya sebesar Rp 100.000, makaakan diperoleh pengumpulan dana wakaf sebesar Rp 100 milyar setiapbulan (Rp 1,2 trilyun per tahun). Jika diinvestasikan dengan tingkat return10 % per tahun maka akan diperoleh penambahan dana wakaf sebesarRp 10 miliar setiap bulan (Rp 120 miliar per tahun). Apakah ini realistis?Model wakaf semacam ini akan memudahkan masyarakat kecil untuk ikutmenikmati pahala abadi wakaf. Mereka tidak harus menunggu menjadi‘tuan tanah’ untuk menjadi Muwaqif. Selain itu, tingkat kedermawananmasyarakat Indonesia cukup tinggi, sehingga kita dapat optimismengharapkan partisipasi masyarakat dalam gerakan wakaf uang.17

Dengan adanya lembaga layanan kesehatan ini, golonganmasyarakat yang dhuafa bisa memperoleh haknya tanpa perlu dibebankanoleh biaya-biaya seperti halnya rumah- rumah sakit konvensional. DirekturPengembangan Zakat dan Wakaf Departemen Agama RI tulus menyatakanbahwa wakaf uang produktif memang hendak dipopulerkan di Indonesiaseiring perkembangan zaman.

Munculnya pemikiran wakaf uang yang dipelopori olehProf.Dr.M.A. Mannan, seorang ekonom yang berasal dari Bangladesh padadekade ini merupakan momen yang sangat tepat untuk mengembangkaninstrumen wakaf untuk membangun kesejahteraan umat. Paling tidakdengan wakaf uang, minimal ada 4 (empat) manfaat utama yaitu :

17Ibid.

(11)

1. Wakaf uang jumlahnya bisa bervariasi, sehingga seseorang yang memiliki dana terbatas sudah bisa mulai memberikan dana wakafnyatanpa harus menunggu menjadi tuan tanah terlebih dahulu;

2. Melalui wakaf uang, aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosongbisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolahuntuk lahan pertanian;

3. Dana wakaf uang juga bisa membantu sebagian lembaga-lembagaPendidikan Islam yang cash flow-nya terkadang kembang-kempis danmenggaji Civitas Akademika alakadarnya;

4. Pada gilirannya, InsyaAllah Umat Islam dapat lebih mandiri dalammengembangkan dunia pendidikan tanpa harus tergantung padaanggaran pendidikan (APBN) yang memang semakin lama semakinterbatas.

Wakaf uang juga dapat menjadi instrumen ekonomi untukmenyelesaikan masalah perekonomian yang membelit. Paling tidak, wakafuang yang diperkenalkan oleh Prof Dr MA Mannan melalui pendirianSocial Investment Bank Limited (SIBL) di Bangladesh. SIBLmenancapkan tonggak sejarah dalam dunia perbankan denganmengenalkan Cash Wakaf Certificate atau sertifikat Wakaf Uang.18

Uniknya di Ladang Panjang Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman kususnya di Durian Bangko Jorong Kampung Kajai dimana wakaf uang yang biasanya diberikan ke Mesjid atau diberikan kepadaNazir(pengelola wakaf) agar bisa dikelola dan dikembangkan untuk kepentingan umat Islam tetapidalam pelaksanaan wakaf uang di Durian Bangko Jorong Kampung Kajai Nagari Ladang Panjang Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman tersebut harta wakaf (Uang) malah diserahkan dikuburan.

18Mannan, M.A., Sertifikasi Wakaf Tunai, Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam, (Jakarta : CIBER dan PKTTI-U, 2001) ,hal.36

(12)

Dimana kuburan tersebut dilengkapi dengan kotak yang bertulisankan

“Wakaf”.masyarakat memberikan wakaf uang kedalam kotak yang berada di Kuburan tersebut,tetapi semua kuburan yang dijadikan tempat kotak wakaf, dari banyaknya kuburan yang ada dipemakaman tersebut hanya ada satu kuburan yang diletakkan kotak wakaf, kuburan tersebut adalah kuburan dari Inyiak Muhammad Abdullah orang yang pertama kali datang dan membuat suatu kampung yang diberi nama Durian Bangko, orang Durian Bangko pada dahulu kalanya berasal dari Durian Tinggi Nagari Durian Tinggi Kecamatan Lubuk Sikaping kabupaten Pasaman.

Inyiak Muhammad Abdullah membawa istri dan anak-anaknya meninggalkan Durian Tinggi dan mencari tempat tinggal baru untuk bercocok tanam, lalu beliau menemukan tanah yang subur dan melakukan bercocok tanam serta membuat perkampungan yang diberi nama “Durian Bangko” kejadian itu diperkirakan tahun 1870 dan pada akhirnya Inyiak Muhammad Abdullah meninggal dunia pada tahun 1885.

Sejak tahun 1910 masyarakat Durian Bangko sudah banyak terdiri dari keturunan inyiak Muhammad Abdullah dan para pendatang. Sejak tahum 1910 itu mulai ada orang yang berdo’a dan meninggalkan uang di atas kuburan inyiak Muhammad Abdullah, kegiatan tersebut berlansung sampai tahun 1990 dimana pada tahun 1990 masyarakat baru merenovasi kuburan tersebut dengan membuatkan lantai, atap, tirai (kulambu) dan teras kuburan tetapi masyarakat yang mau berwakaf uang masih di letakkan di atas kuburan.

Melihat uang yang berserakan diatas kuburan salah satu masyarakat berinisiatif untuk membuatkan kotak wakaf dikuburan bahkan beliau mengusulkan kepada masyarakat untuk membuat pengurus atau pengelola harta wakaf di kuburan tersebut,

(13)

masyarakat menerima usulan tersebut dan dibuatlah pengurus atau pengelola harta warta wakaf kuburan, sampai sekarang masih berjalan.

Tugas dari penegelola atau pengurus wakaf tersebut adalah mengumpulkan uang- uang dari wakaf masyarakat dikuburan biasanya beliau mengambil uang wakaf kuburan tersebut satu kali dalam satu bulan atau kalau ada masyarakat yang melaporkan bahwa dia baru berwakaf dikuburan dengan jumlah yang besar maka pengelola atau pengurus wakaf kuburan akan lansung mengambil uang tersebut dan menyimpannya.

Uang hasil wakaf masyarakat di kuburan tersebut akan dibelikan peralatan kebutuhan masyarakat ketika berada dikuburan nantinya peralatan yang biasanya dibelikan dari uang wakaf masyarakat di kuburan adalah peralatan makan seperti : piring, gelas, sendok, wajan, ember,dan lain-lain, dan juga digunakan untuk renovasi kuburan nantinya seperti tirai (kulambu) diganti satu kali setahun pemasangan karmit, atau apa yang dirasa perlu untuk memperindah kuburan tersebut.

Peralatan makan yang dibeli dari harta wakaf dikuburan akan di letakkan dikuburan dan tidak boleh siapapun untuk membawanya pulang, peralatan tersebut hanya boleh digunakan ketika acara berdo’a bersama dikuburan atau acara melepaskan Nazar(malapeh kaua). Ketika ada keluarga yang mempunyai keinginan atau permintaan dan bernazar di kuburan dan keinginannya tersebut tercapai maka dia akan melepaskan Nazar dikuburan dan juga disertai dengan memberikan wakaf uang dikuburan tersebut.

Masyarakat yang yang berwakaf di kuburan dalam satu tahun bisa mencapai jumlah Rp.1.000.000 lebih sedangkan masyarakat yang berwakaf di Mushola dalam satu tahun cuman dibawah Rp.1.000.000 hal itu dikarenakan masyarakat hanya berwakaf di Mushola apabila ada kegiatan-kegiatan keagamaan, sedangkan di kuburan masyarakat sering berwakaf karena apabila mereka mempunyai suatu keinginan atau

(14)

permintaan mereka datang ke kuburan dan berwakaf di kuburan tersebut dengan harapan keinginan atau permintaan kereka itu bisa dikabulkan melalui wakaf di kuburan. Biasanya masyarakat berwakaf di bukuran dengan uang ±Rp.5.000, apabila keinginan atau permintaan mereka terwujut mereka akan menambah wakafnya seperti 2 karung semen dll.

Masyarakat biasanya memberikan wakaf uang dikuburan ketika ada permintaan atau keinginan seperti meminta tidak turun hujan ketika mereka panen padi, meminta perlindungan ketika ada anak yang pergi merantau, meminta keselamatan, meminta dimudahkan segala urusan

Melakukan wakaf dikuburan tidak hanya dilakukan oleh masyarakat biasa tetapi juga dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Durian Bangko seperti Datuak ( Malin Kade ), Alim Ulama ( Imam Katik ), Cadiak Pandai ( Rang Tuo Timalan ), Imam Masjid, Dan tokoh pemerintahan Nagari.

Dari uraian tersebut, merupakan alasan yang mendorong penulisuntuk menyusun Skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Wakaf Uang Di Kuburan ( Studi Kasus di Durian Bangko Nagari Ladang Panjang Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahanyang akan diajukan dalam penulisan Skripsi ini adalah:

1. Bagaimana Pelaksanaan Wakaf Uang di Kuburan di Durian Bangko Jorong Kampung Kajai Nagari Ladang Panjang.

2. Bagaimana Persepsi Masyarakat tentang Wakaf Uang diKuburan di Durian Bangko Jorong Kampung Kajai Nagari Ladang Panjang.

(15)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pembahasan ini ialah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Wakaf Uang di Kuburan di Durian Bangko Jorong Kampung Kajai Nagari Ladang Panjang.

2. Untuk mengetahui bagaimana Persepsi Masyarakat tentang Wakaf Uang di Kuburan di Durian Bangko Jorong Kampung Kajai Nagari Ladang Panjang.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari pembahasan ini adalah :

1. Sebagai tambahan Ilmu bagi penulis dalam penyelesaian masalah-masalah dalam masyarakat.

2. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap dunia Islam secara umum dan terhadap masyarakat Durian Bangko Jorong Kampung Kajai Nagari Ladang Panjang.

3. Memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syari’ah, Jurusan Hukum Keluarga Islam di IAIN Bukittinggi.

E. Penjelasan Judul

Agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap judul ini, maka penulis akan memberikan maksud dari judul ini:

Persepsi : Suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberi makna bagi lingkungan mereka.19

19Veithzal Rivai,Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2002) hal.231

(16)

Masyarakat : Sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.20 Wakaf Uang : Wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan

lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang.21

Durian Bangko : Nama suatu kampung di Jorong Kajai Nagari Ladang Panjang Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman.

Berdasarkan penjelasan judul di atas dapat di pahami bahwa maksud judul secara umum adalah: suatu proses pentafsiran oleh masyarakat Durian Bangko Jorong Kampung Kajai Nagari Ladang Panjang tentang pelaksanaanWakaf Uang di Kuburan.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian ( Penilitian Hukum Empiris )

Pada penelitian ini penulis menggunakan Penilitian Hukum Empiris yaitu penelitian yang bersifat Lapangan. Dimana pada metode penelitian ini penulis mengumpulkan data-data yang ada di Durian Bangko Nagari Ladang Panjang Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman.Dengan mengadakan wawancara langsung tentang masalah yang penulis teliti seperti wawancara langsung terhadap beberapa orang yang mengumpulkan Wakaf Uang, Ninik Mamak, Datuak, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Jorongdan Masyarakat setempat.

2. SumberData

sumber data dari penulisan skripsi ini adalah: orang-orang yang penulis wawancarai seperti Jorong, Datuak Malin Kade, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Imam Masjid dan beberapa orang yang melakukan wakaf uang di Durian

20https..//kbbi.web.id/masyarakat. html diakses 29 desember 2019 pukul 20.00 wib

21Sudirman, Total Guality Management untuk Wakaf,(Malang:UIN Maliki Press, 2012). hal.43

(17)

Bangko Nagari Ladang Panjang Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman tersebut.

3. JenisData

Jenis datadalam penelitian ini adalah data primer yaitu: data yang langsung penulis dapatkan di lapangan saat penulis melakukan penelitian tentang PersepsiMasyarakat tentang Wakaf Uang di Kuburan yang dilakukan oleh masyarakat Durian Bangko Jorong Kampung Kajai Nagari Ladang Panjang Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

penulis mengadakan pengamatan langsung bagaimana presepsi masyarakattentang pelaksanaan wakaf uang di kuburan di Durian Bangko Jorong Kampung KajaiNagari Ladang Panjang Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman.

b. Wawancara

Penulis sebagai penggali data untuk berkomunikasi langsung dengan informan. Penulis mengadakan pertemuan dengan beberapa informasimeliputi orang yang berwakaf, pengurus kuburan, niniak mamak yang terkait untuk mendapatkan data yang terjadi pada masa lalu, yang terjadi sekarang dan proyeksi masa depan, selain itu juga ditujukan untuk pengecekan dan pengembangan informasi. Penulis mengadakan wawancara tokoh masyarakat secara bebas menuju masalah penelitian sekaligus mencatat pernyataan atau pendapat yang penting dan sesuai dengan masalah penelitian, hasil wawancara

(18)

kemudian disusun sistematis dalam bentuk ringkasan data untuk keperluan analisis data.

5. Teknik Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kajian penelitian yaitu : Presepsi masyarakat tentang wakaf uang di kuburan yang akan dikaji menggunakan metode kualitatif. Maksudnya adalah karena prosedur penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau prilaku yang diamati tanpa menggunakan perhitungan angka- angka dan bertujuan menemukan teori atau kesimpulan dari data.

Metode berfikir dalam penulisan menggunakan metode berfikir induktif.Maksudnya yaitu mempelajari suatu gejala kusus untuk mengetahui fenomena yang diselidiki.

G. Tinjauan Pustaka

Berdasarakan hasil riset tidak dijumpai skripsi yang judul atau materi bahasanya hampir sama dengan penelitian yang hendak penulis susun.

Penelitian-penelitian terdahulu tidak membahas mengenai Wakaf di Kuburan.

Penelitian yang telah ada berikan tentang wakaf seperti:

1. Skripsi Habbibur Rahman 1111.078 tentang efektifitas PP. No. 42 tahun 2006 tentang pelaksanaan wakaf di jorong Babukik Kecamatan Kamang Magek, IAIN Bukittinggi fokus dari tulisan ini adalah bagaimana praktek wakaf dan penerapan PP no 42 tahun 2006 dalam masyarakat Kamang Magek.

2. Skripsi Harfandi, tentangPemberdayaan Harta Wakaf di Kabupaten Agam (penelitian tahun2008).

(19)

Sedangkan yang menjadi fokus penelitian penulis adalah pelaksanaan wakaf uang di kuburan di Durian Bangko Jorong Kampung Kajai Nagari Ladang Panjang Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. Permasalahan dalam hal ini masyarakat percaya dengan mewakafkan hartanya di kuburan maka apa yang mereka minta kepada Allah SWT akan dikabulkan. Dengan studi kasus pelaksanaan wakaf uang di kuburan di Durian Bangko Jorong Kampung Kajai Nagari Ladang Panjang Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman.

H. Sistematika Penulisan

BAB I: Pendahuluan,yang meliputi Latar Belakang,Rumusan Masalah,TinjauanPenelitian,Kegunaan Penelitian,Penjelasan Judul, Metode Penelitian,Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II: Bab ini berisikan tentang pengertian wakaf, rukun dan syarat wakaf serta bagaimana wakaftersebut berakhir.

BAB III: Hasil penelitian yang meliputi MonografiDurian Bangko Jorong Kajai Nagari Ladang Panjang Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman,bagaimana Presepsi Masyarakat tentang Wakaf Uang diKuburan dan bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap Presepsi Masyarakat tentang Wakaf Uang di Kuburan.

BAB IV:penutup,kesimpulan,saran-saran

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pengertian Wakaf

1. Pengertian Wakaf Menurut Bahasa

Perkataan wakaf yang menjadi bahasa Indonesia, berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar atau kata jadian dari kata kerja atau fi’il waqafa.Kata kerja atau fi’il waqafa ini adakalanya memerlukan objek (muta’addi) dan adakalanya pula tidak memerlukan objek (lazim).Dalam perpustakaan sering ditemui synonim wagf ialah habs waqafa dan habasa dalam bentuk kata kerja yang bermakna menghentikan dan menahan atau berhenti ditempat.22

Pendapat yang sama juga dijumpai pengertian wakaf dari segi etimologi ialah: “Wagf from Arabic team (plural awgf), refers to the act of dedicating property to a Muslim foundation and , by extention, also means the endowment thus created. The meaning of Arabic word is “stop”, that is, stop from being treated as ordinary property. The property is the said to be mauquf”.23

Wakaf berasal dari bahasa Arab, waqf (jamaknya,awqaf, menyerahkan harta milik dengan penuh keiklasan dan pengabdian, yaitu berupa penyerahan sesuatu pada satu lembaga Islam, dengan menahan benda itu. Kemudian yang diwakafkan itu disebut mauquf).24

22Abdul Halim,Hukum Perwakafan di Indonesia,(Ciputat:Ciputat Press,2005),hal.6

23Ibid.

24Ibid. hal.7

(21)

Pengertian menghentikan ini, jika dikaitkan dengan wakaf dalam istilah Tajwid, ialah tanda berhenti dalam bacaan Al-quran.Begitu pula bila dihubungkan dalam masalah ibadah haji, yaitu wuquf, berarti berdiam diri atau bertahan di Arafah pada tanggal Dzulhijjah.25

Namun maksud menghentikan, menahan atau wakaf di sini yang berkenaan dengan harta dalam pandangan hukum Islam, seiring ibadah wakaf atau habs.Khusus istilah habs di sini, atau ahbas biasanya dipergunakan kalangan masyarakat di Afrika Utara yang bermazhab Maliki.Sejalan dengan itu disebutkan bahwa. “In the law of Sunni Maliki school and hence in North dan West Africa, the terminologi is habis or hubs, meaning retention”.

Mazhab Maliki seperti yang terdapat di Afrika Utara dan Barat, pengertian wakaf disana adalah dengan memakai istilah habis atau hubs , berarti menahan.

Dalam kitab-kitab fikih, wakaf berarti menyerahkan suatu hak yang ditahan lama zatnya kepada seseorang atau nazdir (pemilihara atau pengurus wakaf) atau kepada suatu badan pengelola dengan ketentuan bahwa hasil atau mamfaatnya dipergunakan sesuai dengan ajaran Islam. Benda yang diwakafkan tidak lagi menjadi hak milik yang mewakafkan, dan bukan pula milik tempat menyerahkan (nadzir) tetapi menjadi milik Allah ( hak umat ).26

Defenisi wakaf menurut etimologis atau lughat yang bermakna menahan harta dan memanfaatkan hasilnya di jalan Allah atau ada juga yang bermaksud menghentikan seperti telah disebutkan di atas.Maknanya di sini, menghentikan mamfaat keuntungannya dan diganti untuk amal kebaikan sesuai dengan tujuan wakaf.Menghentikan segala aktivitas yang pada mulanya diperbolehkan

25Ibid. hal.7

26Ibid. hal.8

(22)

terhadap harta (‘ain benda itu), seperti menjual mewariskan menghibahkan mentransaksikannya, maka setelah di jadikan harta wakaf, hanya untuk keperluan agama semata, bukan untuk keperluan si wakif atau individual lainnya.27

2. Pengertian Menurut Istilah

Batasan mengenai wakaf, banyak sekali dijumpai dalam kitab-kitab fikih klasik.Sebagai pendekat pemahaman, dirasa perlu untuk meneliti masing-masing pendapat mereka.Sayyid Sabiq dalam kitabnya yang berjudul, Fiqh al-Sunnah menyatakan dengan menggunakan bahasa yang simple tapi padat.“Habasul ashlul maal wa tasy bilusshamarah fisabilillah”.Menahan asal (pokok) harta dan mendermakan hasilnya serta memamfaatkannya pada jalan Allah.

Sayyid Sabiq memakai kata habs dan tasbiil” dan tasbilus-samarah atau mendermakan hasilnya.Oleh sebab itu ulama di zaman Nabi disebut habs, Sadaqah dan Tasbiil.28

Muhammad Jawab Mughniyah dalam bukunya, al-Ahwalus-Syakhsiyah menyebutkan bahwa wakaf ialah: “ Suatu bentuk pemberian yang menghendaki penahanan asal harta dan mendermakan hasilnya pada jalan yang bermamfaat”.

Muhammad Musthafa Tsalaby dalam al-Ahkamul Wa-shaya wal awqaf mengemukakan dengan mengemukakan pendapat para Imam Mazhab.

Menurut Abu Hanifah, wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum, tetap milik si wakif dalam rangka mempergunakan mamfaatnya untuk kebajikan. Berdasarkan defenisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak lepas dari

27Ibid.hal.8

28Ibid.hal.8-9

(23)

wakif, bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan ia boleh menjualnya. Jika si wakif wafat, harta tersebut menjadi harta warisan buat ahli warisnya.Jadi yang timbul dari wakaf hanyalah “menyumbangkan mamfaat”. Karena itu mazhab Abu Hanifah mendefenisikan wakaf adalah : “tidak melaksanakan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus tetap sebagai hak milik, dengan menyedekahkan mamfaatnya kepada suatu pihak kebajikan (sosial) baik sekarang maupun yang akan datang”.29

Pendapat Abu hanifah, suatu harta yang telah diwakafkan tidak terlepas dari pemilikan si wakif bahkan ia boleh menariknya kembali dan ia boleh menjualnya. Karena wakaf itu hukumnya jaiz.Tidak wajib dan samalah halnya dengan pinjam meminjam. (‘ariyah).30

Mazhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah wakif melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan wakif berkewajiban menyedekahkan mamfaatnya serta tidak boleh menarik kembali wakafnya. Perbuatan si wakif menjadikan mamfaat hartanya untuk digunakan oleh mustahiq (penerima wakaf), walaupun yang dimilikinya itu berbentuk upah, atau menjadikan hasilnya untuk dapat digunakan seperti mewakafkan uang.Wakaf dilakukan dengan mengucapkan lafadz wakaf untuk masa tertentu sesuai dengan keinginan pemilik. Dengan kata lain, pemilik harta menahan benda itu dari penggunaan secara pemilikan, tetapi membolehkan pemamfaatan hasilnya untuk tujuan kebaikan, yaitu pemberian mamfaat benda secara wajar sedang benda itu tetap menjadi milik si wakif. Perwakafan itu

29Sumuran Harahap, FIQIH WAKAF,(Jakarta:Departemen RI : 2007), hal.2-3

30Abdul Halim,op. cit.,hal.9

(24)

berlaku untuk suatu masa tertentu, dan karenanya tidak boleh disyaratkan sebagai wakaf kekal (selamanya).31

“Penahanan suatu benda dari bertasarruf, (bertindak hukum, seperti memperjual-belikannya) terhadap benda yang dimiliki serta benda itu tetap dalam pemilikan si wakif, dan memproduktifkan hasilnya untuk keperluan kebaikan”.

Sementara Imam Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan. Wakif tidak boleh melakukan apa saja terhadap harta yang diwakafkan, seperti: perlakuan pemilik dengan cara kepemilikannya kepada yang lain, baik dengan tukaran atau tidak. Jika wakif wafat, harta yang diwakafkan tersebut tidak dapat diwarisi oleh ahli warisnya.Wakif menyalurkan mamfaat harta yang diwakafkannya kepada mauquf ‘alaih (yang diberi wakaf) sebagai sedekah yang mengikat, dimana wakif tidak dapat melarang penyaluran sumbangannya tersebut.

Apabila wakif melarangnya, maka Qadli berhak memaksanya agar memberikannya kepada mauquf ‘alaih. Karena itu mazhab Syafi’i mendefenisikan wakaf adalah :“Tidak melakukan sesuatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus sebagai milik Allah SWT, dengan menyedekahkan mamfaatnya kepada suatu kebajikan (sosial)”.32Wakaf itu berupa penahanan harta dari bertasarruf dan mensedekahkan hasilnya serta berpindahnya pemilikan dari orang yang berwakaf kepada orang yang menerima wakaf dan tidak boleh bertindak sekehendak hati mauquf alaih”.

31Ibid.

32Ibid.

(25)

Terhadap rumusan wakaf ini, menurut Imam Syafi’i sebagaimana dinukilkan Nazaruddin Rahmat.“Wakaf ialah suatu ibadah yang disyariatkan.Wakaf itu sah bila orang yang berwakaf itu (wakif) telah menyatakan lafaz, “saya wakafkan ini (waqaftu haza), sekalipun tanpa diputuskan Hakim. Bila harta itu telah dijadikan harta wakaf, maka orang yang berwakaf (wakif) tidak berhak lagi atas benda itu, walaupun harta itu tetap berada ditangannya (mungkin ia bertindak sekaligus sebagai nadzir wakaf).

Selain defenisi yang terdapat menurut fikih klasik, khusus di Negara kita Indonesia ini terdapat rumusan wakaf sebagaimana terdapat dalam Peraturan Pemerintah nomor 28 Tahun 1977:

“wakaf adalah perbuatan hukum seorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannnya yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk selam-lamanya untuk kepentingan pribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam”.

Sementaradalam perkembangan terakhir di Indonesia, selain seperti yang terdapat dalam PP No.28 Tahun 1977, persoalan wakaf telah diatur pula dalam Kompilasi Hukum Islam. Dalam Kompilasi Hukum Islam ( selanjutnya disingkat KHI ) defenisi wakaf tidak lagi dikhususkan pada tanah milik sebagaimana PP di atas. KHI menyebutkan dalam buku III tentang Hukum Perwakafan dinyatakan :“Wakaf adalah perbuatan hokum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selam-lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam”.

(26)

Kelihatannya antara batasan yang terdapat dalam PP No.28 Tahun 1977 dan KHI terdapat dua perbedaan yang penting, yaitu: pertama dalam PP. No.28 Tahun 1977 dikhususkan tanah milik sedangkan KHI umum sifatnya tidak mengkhususkan terhadap benda tertentu asal ia bersifat kekal, tahan lama dan melembagakannya selama-lamanya. Kedua perbedaan redaksionalnya saja.

Namun, bila dianalisa KHI merupakan hasil revisi terhadap apa yang telah dirumuskan oleh PP. No.28 Tahun 1977 pada waktu dahulu. Sedangkan menurut Undang-undang Wakaf Nomor 41 Tahun 2004 dijelaskan bahwa : “wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan sebagian benda miliknya, untuk dimamfaatkan selamanya atau dalam jangka waktu tertentu sesuai kepentingannya guna keperluan ibadah dan kesejahteraan umum menurut syariah”.

B. Dasar Hukum Wakaf

1. Wakaf Berdasarkan Hukum Islam

Dalil yang menjadi dasar disyariatkannya ibadah wakaf bersumber dari:

a. Ayat Al-Qur'an antara lain:

َن ْوُحِلْفُ ت ْمُكَّلَعَل َْيَْلخْا اْوُلَعْ فاَو

Artinya: "berbuatlah kamu kebajikan agar kamu mendapat kemenangan". (QS:

al-Hajj: 77)33

Taqiy al- Din Abi Bakr Ibnu Muhammad al Husaini al Dimasqi menafsirkan bahwa perintah untuk melakukan al- khayar berarti perintah untuk melaksanakan wakaf.34

33Al Quran dan Terjemahnya, hal. 342

34 Taqiy al- Din Abi Bakr Ibnu Muhammad al Husaini al Dimasqi, Kifayat al- Akhyar fi Hall Gayat al- ikhtishar juz 1, (Semarang: Toha Putra, tth), hal. 319

(27)

مْيِلَع ِهِب َ الله َّنِاَف ٍءْيَش ْنِم اْوُقِفْنُ ت اَمَو َنْوُّ بُِتُ اَِّمِ اْوُقِفْنُ ت َّتََّح َِّبِْلا اْوُلاَنَ ت ْنَل

Artinya: "kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelim kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Alloh mengetahui". (QS: Ali Imron: 92)35

Dalam ayat diatas terdapat kata

اْوُقِفْنُ ت َّتََّح

artinya “shadaqah” ,

َنْوُ بِحُتُاَِّمِ

artinya

“sebagian harta yang kamu cintai” maksudnya kata di atas adalah mewakafkan harta yang kamu cintai.36

ُ س ِحلُ ك ِْفِ َلِ ب اَنَ س َسْبَ س ْ َ ََ بْ َا ٍٍَّ بَح ِلَثَمَك ِ الله ِلْيِبَس ِْفِ ْمَُلَاَوْمَا َنْوُقِفْنُ ي َنْي ِذَّلا ُلَثَم ٍٍَلُ بْ ن

مْيِلَع سِساَو ُاللهَو ُءاَشَي ْنَمِل ُفِعاُضُي ِاللهَو ٍٍَّبَح ٍٍَئاِم

Artinya: "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir menumbuhkan seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki.Dan Allah Maha Kuasa (Karunianya) Lagi Maha Mengetahui". (QS: Al-Baqarah: 261)37 b. Sunnah Rasulullah SAW

َو ْوَا ِهِ ب ُسِ فََْ نَ ي ٍمْ لِعْوَا قٍٍَ يِْ اَ , ٍٍَ ر َََ ة قٍٍَ ةَ,َة ْنِ م َّنِا ُهُ لَمَع َسَ عَقْ ِا َ َمَا ُنْ بِا ََ اَ م اَذِا ٍََ ل

هَلْوُعََْي ٍحِل اَة

Artinya: "Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan orang tuanya". (HR.

Muslim)38

Dari hadist di atas, dapat diketahui bahwa terdapat tiga amal yang tidak akan terputus meskipun telah meninggal dunia yaitu:

35 Al Quran dan Terjemahannya. , hal. 63

36 Jalaludin Muhammad bin Ahmadal Mahalli dan Jalaludin Muhammad bin Abi Bakar Assyuyuti, Tafsir Jalalain Juz 1, (Semarang: Karya Thoha Putra, 2007), hal., 57

37Al Quran dan Terjemahannya., hal. 267

38 Imam Muslim, Shahih Muslim Juz 2, hal., 44

(28)

1) Shadaqah jariyah, shadaqah harta yang lama dapat diambil manfaatnya untuk tujuan kebaikan yang diridhai Allah seperti menyedekahkan tanah, mendirikan masjid, rumah sakit, sekolah, panti asuhan. Para ulama sepakat bahwa yang dimaksud dengan shadaqah jariyah oleh hadits diatas adalah amalan wakaf.

2) Ilmu yang bermanfaat adalah semua ilmu yang bermanfaat bagi kepentingan umat Islam dan kemanusiaan, seperti ilmu kedokteran, teknik, sosial, agama. Hal ini yang mendorong kaum muslim pada zaman dahulu untuk mengadakan penelitian, mencari pengetahuan baru dan menulis buku-buku yang dapat dimanfaatkan kemudian hari.

3) Anak yang shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya adalah anak sebagai hasil didikan yang baik dari kedua orang tuanya, sehingga anak itu menjadi seorang mukmin yang sejati. Hadits ini mengisyaratkan kepada semua orang tua yang mempunyai anak agar berusaha sekuat tenaga mendidik anaknya dengan baik sehingga ia menjadi seorang hamba yang taat.39

َ ع ِ َّ نلا عَتَ َ ف قََبِْ يَِا اَ ََْْ َْاَ ةََ ِْ َا عَْلخا ُنْ ب َََ مُع َّنََ اَ مُأْ نَع ُالله َعِ َْ َََ م ع ُنْ بِا ْن

اَ َْْا ُ ْبِةَُ ِحنِّإ قِالله َلْوُسَْ َيَ :َل اَقَ ف قاَأْ يِف ُهَُِمْ ََْسَي َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُ الله عَّلَة ْ ِ ةَُ َْمََبِْ يَِا

اَِ َ َََّ هَََ ف األ ةَ َ ْ سَبَح َ َْ ِ ش ِحنِإ :َلَ ر لِهِ ب ِنَُُّ مَْْ اَ مَف قُهْ نِم ىَِْنِع ُسَفْ ََ ٌّطَر َناَم َو ُثَْْوُ يَنَو ُ َ هْوُ يَنَو اَأَلْ ةِا ُعاَ بُ يَن ُهَّ َا َََمُعقُثَْْوُ ي َنَو ُ َهْوُ يَنَو ُعاَبُ يَن ُهَّ َا َََمُع َ َََّ هَت

َ أُّ يِلَو ْنَ م َع لَع َلاَ نُ, َن ِفْيَّ ضلاَو ِلْيِبَ سلا ِنْ باَو ِالله ِلْيِبَ س ِفىَو ِْاَرِحَْلا ِفىَو ِءآَََقُفْلا ِفى اَِ

ا

هْيِف ٍلِحوَمََُم اَقْ يََِةَْيَْغ َمِعْعُيْوَا ِفْوَُْعَمْلِبِ اَأْ نِم َلُكَيَ ْنَا .

Artinya: “Dari Ibnu Umar ra., Berkata bahwa, sahabat Umar ra. Memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian menghadap kepada Rosulullah untuk memohon petunjuk. Umar berkata: Ya Rosulullah, saya mendapat harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadaku? Rosululloh menjawab: Bila kamu suka, kamu tahan (pokoknya) tanah itu, dan kamu sedekahkan (hasilnya). Kemudian Umar melakukan shadaqah, tidak dijual, tidak diwariskan dan tidak juga dihibahkan. Berkata Ibnu Umar: Umar menyedekahkannya

39 Departemen Agama RI, Ilmu Fiqih 3, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama

Islam, 1986), hal. 211-212

(29)

kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, budak belian, ibnu sabil, sabilillah, dan tamu. Dan tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurus) makan dari hasilnya dengan cara baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak bermaksud menumpuk harta".

(HR. Muslim)40

Dari hadis diatas diketahui bahwa Umar bin Khattab menyedekahkan hasil tanah kepada fakir miskin dan kerabat, memerdekakan budak, ibnu sabil, sabilillah, orang terlantar dan tamu. Sehingga disini terlihat secara implisit bahwa Umar bin Khattab melakukan kegiatan investasi tanah yang diwakafkannya serta memberikan hasil investasi tersebut kepada kelompok- kelompok yang disebutkan di atas.41

2. Wakaf Berdasarkan Hukum Pemerintahan Republik Indonesia

Adapun beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah perwakafan di Indonesia adalah:42

a) Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf dalam pasal 42 menjelaskan bahwa dalam pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf secara produktif, nazhir dapat bekerja sama dengan pihak ketiga seperti Islamic Development Bank (IDB), investor, perbankan syariah, Lembaga Suwadaya Masyarakat (LSM), dan lain-lain.43 Agar terhindar dari kerugian, nazhir harus menjamin kepada asuransi syariah. Hal ini dilakukan agar seluruh kekayaan wakaf tidak hilang atau terkurangi sedikitpun.44 Upaya supporting (dukungan) pengelolaan dan pengembangan wakaf juga dapat dilakukan dengan memaksimalkan peran UU Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah yang mendukung pemberdayaan wakaf secara produktif.

40 Imam Muslim, Shahih Muslim Juz 2, hal., 44

41 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1994), hal., 169

42Departemen Agama RI, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Islam dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2007), hal. 20-34

43Undang Undang Nomor 42 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Pasal 42

44Ibid., pasal 43 Ayat 2

(30)

b) Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 masalah wakaf dapat kita ketahui pada pasal 5, pasal 14 ayat 1 dan pasal 49.

c) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Undang. Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf pasal 13 dan 14 berisi tentang tugas dan masa bakti nazhir, pasal 21 berisi tentang benda wakaf bergerak selain uang, pasal 39 berisi tentang pendaftaran sertifikat tanah wakaf.45

d) Inpres No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang merupakan pengembangan dan penyempurnaan terhadap materi perwakafan yang ada pada perundang-undangan sebelumnya mengenai obyek wakaf (KHI pasal 215 ayat 1), sumpah nazhir (KHI pasal 219 ayat 4), jumlah nazhir (KHI pasal 219 ayat 5), perubahan benda wakaf (KHI pasal 225), Peranan Majelis Ulama dan Camat (KHI pasal 219 ayat 3,4; pasal 220 ayat 2; pasal 221 ayat 2).46

e) Peraturan Pemerintah Nomer 28 Tahun 1977 Tentang perwakafan tanah milik dikeluarkan untuk memberi jaminan kepastian mengenai tanah wakaf serta pemanfaatannya sesuai dengan tujuan wakif.47

C. Rukun dan Syarat Wakaf

Rukun adalah sesuatu yang dianggap menentukan suatu disiplin tertentu atau dengan perkataan lain rukun adalah penyempurnaan sesuatu dimana ia merupakan bagian dari sesuatu itu. Oleh karena itu, sempurna atau tidak sempurna wakaf telah dipengaruhi oleh rukun yang ada dalam perbuatan wakaf itu sendiri.48

45Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

46Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam

47Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang perwakafan tanah milik

48Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), hal. 58

(31)

Adapun rukun wakaf menurut sebagian besar ulama dan fiqih Islam, telah dikenal ada 6 rukun wakaf yang akan diuraikan di bawah ini:

1. Orang yang berwakaf (Wakif)

Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.49Adapun syatat-syarat orang yang mewakafkan (wakif) adalah setiap wakif harus mempunyai kecakapan melakukan tabarru', yaitu melepaskan hak milik tanpa imbangan materiil, artinya mereka telah dewasa (baligh), berakal sehat, tidak di bawah pengampuan dan tidak karena terpaksa berbuat.50

Dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomer 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, wakif meliputi:51

a) Perorangan adalah apabila memenuhi persyaratan dewasa, berakal sehat, tidak terhalang melakukan perbuatan hukum dan pemilik sah harta benda wakaf.

b) Organisasi adalah apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi sesuai dengan anggaran dasar organisasi yang bersangkutan.

c) Badan hukum adalah apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik badan hukum sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang bersangkutan.

2. Benda yang diwakafkan (Mauquf).

Mauquf dipandang sah apabila merupakan harta bernilai, tahan lama dipergunakan, dan hak milik wakif murni. Benda yang diwakafkan dipandang sah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

49Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, hal. 21

50Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf., hal. 59

51Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004, Pasal 7

(32)

a. Benda harus memiliki nilai guna, tidak sah hukumnya mewakafkan benda yang tidak berharga menurut syara' yaitu benda yang tidak boleh diambil manfaatnya, seperti benda memabukkan dan benda-benda haram lainnya.

b. Benda tetap atau benda bergerak, secara garis umum yang dijadikan sandaran golongan syafi'iyah dalam mewakafkan hartanya dilihat dari kekekalan fungsi atau manfaat dari harta tersebut, baik berupa barang tak bergerak, barang bergerak maupun barang milik bersama.

c. Benda yang diwakafkan harus jelas (diketahui) ketika terjadi akad wakaf.Penentuan benda tersebut bisa ditetapkan dengan jumlah seperti seratus juta rupiah, atau bisa juga menyebutkan dengan nishab terhadap benda tertentu, misalnya separuh tanah yang dimiliki. Wakaf yang tidak menyebutkan secara jelas terhadap harta yang akan diwakafkan tidak sah hukumnya seperti mewakafkan sebagian tanah yang dimiliki, sejumlah buku, dan sebangainya.

d. Benda yang diwakafkan benar-benar telah menjadi milik tetap si wakif ketika terjadi akad wakaf.Jika seseorang mewakafkan benda yang bukan atau belum menjadi miliknya, walaupun nantinya akan menjadi miliknya maka hukumnya tidak sah, seperti mewakafkan tanah yang masih dalam sengketa atau jaminan jual beli dan sebagainya.

Dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004,52 harta benda wakaf terdiri dari:

a. Benda tidak bergerak, meliputi:

1) Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar

52Ibid., pasal 16 Ayat 2 dan 3

(33)

2) Bangunan atau bagian bangunan yang terdiri di atas sebagian dimaksud pada poin diatas

3) Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah

4) Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

5) Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Benda bergerak, Benda bergerak adalah harta yang tidak bisa habis karena di konsumsi, meliputi: Uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa, dan benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti mushaf, buku dan kitab.

3. Tujuan Wakaf (mauquf 'alaih)

Mauquf’alaih adalah pihak yang diberi wakaf atau peruntukan wakaf.53 Di dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, disebutkan dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda hanya dapat diperuntukkan bagi:

a. Sarana dan kegiatan ibadah

b. Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan

c. Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea siswa, d. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat lainnya, dan / atau

e. Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan perundang-undangan.

53 Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, hal., 21

(34)

Mauquf'alaih tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai ibadah, hal ini sesuai dengan amalan wakaf sebagai salah satu bagian dari ibadah. Dalam hal ini apabila wakif tidak menetapkan peruntukan harta benda wakaf, maka nazhir dapat menetapkan peruntukan harta benda wakaf yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan fungsi wakaf.

Wakaf berdasarkan bentuk hukumnya di bagi menjadi 2 yaitu:54 1. Wakaf berdasarkan cakupan tujuannya yaitu:

a. Wakaf umum adalah wakaf yang tujuannya mencakup semua orang yang berada dalam tujuan wakaf baik untuk seluruh manusia, kaum muslimin atau orang- orang yang berada di daerah setempat.

b. Wakaf khusus atau wakaf keluarga adalah wakaf yang manfaat dan hasilnya diberikan oleh wakif kepada seseorang atau sekelompok orang berdasarkan hubungan dan pertalian yang di maksud oleh wakif.

c. Wakaf gabungan adalah wakaf yang sebagian manfaat dan hasilnya diberikan khusus untuk anak dan keturunan wakif, dan selebihnya diberikan untuk kepentingan umum.

2. Wakaf berdasarkan kelanjutannya sepanjang zaman yaitu:

a. Wakaf abadi adalah wakaf yang di ikrarkan selamanya dan tetap berlanjut sepanjang zaman. Wakaf yang sebenarnya dalam Islam adalah wakaf abadi yang pahalanya berlipat ganda dan terus berjalan selama wakaf itu masih ada.

Keabadian wakaf biasanya berlangsung secara alami pada wakaf tanah, sedangkan bangunan dan benda lainnya tidak berlangsung kekal tanpa ada

54Munzir Wakaf, ManajemenWakaf Produktif, hal. 23-25

(35)

penambahan barang baru lainnya baik berupa perawatan dan rehabilitasi yang berlanjutan atau mengganti benda baru atas kebijaksanaan nazhir wakaf.

b. Wakaf sementara adalah wakaf yang sifatnya tidak abadi baik dikarenakan oleh bentuk barangnya maupun keinginan wakif sendiri.

4. Ikrar Wakaf

Siqhat adalahpernyataan atau ikrar wakif sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan sebagian harta bendanya.Siqhat (lafadz) atau pernyataan wakaf dapat dikemukaan dengan tulisan, lisan atau dengan suatu isyarat yang dapat dipahami maksudnya. Dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, suatu pernyataan wakaf/ ikrar wakaf dituangkan dalam akta ikrar wakaf, yang paling sedikit memuat: nama dan identitas wakif, nama dan identitas nazhir, data dan keterangan harta benda wakaf, peruntukan harta benda wakaf, dan jangka waktu wakaf.

Setiap pernyataan/ ikrar wakaf dilaksanakan oleh wakif kepada nazhir di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) dengan disaksikan oleh 2 orang saksi. Pejabat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1979 maka Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) ditunjuk sebagai PPAIW, untuk administrasi perwakafan diselenggarakan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan. Tugas PPAIW adalah:

a. Meneliti kehendak wakif dan mengesahkan nazhir atau anggota yang baru serta meneliti saksi ikrar wakaf,

b. Manyelesaikan pelaksanaan ikrar wakaf, membuat akta ikrar wakaf,

c. Menyampaikan akta ikrar wakaf dan salinannya selambat-lambatnya dalam satu bulan sejak dibuatnya,

(36)

d. Menyelenggarakan daftar akta ikrar wakaf, menyimpan dan memelihara akta, dan melakukan pendaftaran.

Adapun syarat menjadi saksi dalam ikrar wakif adalah dewasa, beragama Islam, berakal sehat, dan tidak berhalangan melakukan perbuatan hukum.

5. Nazhir (Pengelola Wakaf)

Nazhir wakaf adalah orang yang memegang amanat untuk memelihara dan menyelenggarakan harta wakaf sesuai dengan tujuan perwakafan.55Mengurus atau mengawasi harta wakaf pada dasarnya menjadi hak wakif, tetapi boleh juga wakif menyerahkan hak pengawasan wakafnya kepada orang lain, baik perorangan maupun organisasi.

Dalam Pasal 219 Kompilasi Hukum Islam, beberapa syarat yang harus di penuhi untuk menjadi nazhir adalah beragama Islam, dewasa, dapat dipercaya (amanah), serta mampu secara jasmani dan rohani untuk menyelenggarakan segala urusan yang berkaitan dengan harta wakaf serta tidak terhalang melakukan perbuatan hukum dan bertempat tinggal di kecamatan tempat letak benda yang diwakafkannya.56

Menurut Sudewo, syarat-syarat nazhir dapat dibedakan menjadi tiga:

a. Syarat-syarat moral bagi nazhir adalah paham hukum wakaf baik dalam tinjauan syariah maupun peraturan perundang-undangan, jujur, amanah, adil dan ihsan sehingga dapat dipercaya dalam proses pengelolaan dan pemberdayaan kepada sarana wakaf, tahan godaan, terutama menyangkut perkembangan usaha, sungguh-sungguh dan suka tantangan, cerdas, baik emosional (emosi) maupun spiritual.

55 Departemen AgamaRI,Fiqih Wakaf, hal., 21

56Kompilasi Hukum Islam, Pasal 219

(37)

b. Syarat-syarat menejemen bagi nazhir adalah mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam kepemimpinan, mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual, sosial, dan pemberdayaan, profesional dalam bidang pengelolaan harta.

c. Syarat-syarat bisnis bagi nazhir adalah mempunyai keinginan, pengalaman, mempunyai ketajaman melihat peluang usaha sebagaimana layaknya interpreneur (wirausahawan).57

Dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, tugas dari nazhir meliputi:58

a. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf

b. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya

c. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf

d. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia.

D. Macam-Macam Wakaf

Macam-macam wakaf dalam Islam apabila ditinjau dari segi substansi ekonomi dibagi menjadi dua yaitu wakaf langsung dan wakaf produktif.

1. Wakaf Langsung

Wakaf non-produktif atau wakaf langsung adalah proses pengelolaan wakaf untuk memberikan pelayanan langsung kepada orang-orang yang berhak seperti wakaf masjid, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain.59

Contoh harta wakaf yang tergolong wakaf langsung antara lain adalah:

a. Wakaf Pohon Untuk Diambil Buahnya .

57Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), hal. 161

58Undang-undang No. 41 Tahun 2004, pasal 11

59 Munzir Wakaf, Menejemen Wakaf, hal. 22-23

(38)

Gerakan wakaf pohon adalah salah satu inovasi wakaf karena tidak diatur efektif dalam peraturan perundang-undangan, tetapi dapat dipertanggungjawabkan dari segi syariah sebab pohon termasuk benda milik (harta) yang tidak habis sekali pakai. Wakaf pohon termasuk wakaf benda untuk diambil manfaatnya baik langsung ketika diwakafkan atau pada waktu yang akan datang.60

b. Wakaf Kendaraan

Benda bergerak yang dapat dijadikan sebagai obyek wakaf karena sifatnya adalah obyek wakaf berupa kendaraan yaitu kapal (kapal tongkang, perahu, dan kapal feri), pesawat terbang, kendaraan bermotor, dan obyek wakaf berupa mesin atau peralatan industri yang tidak tertancap pada bangunan.Obyek wakaf kendaraan tergolong dalam wakaf benda untuk diambil manfaatnya.Kendaraan tersebut dapat dijadikan pelengkap kegiatan utama, atau malah menjadi kegiatan utama seperti dijadikan alat angkut.Obyek wakaf berupa mesin atau peralatan industri yang tidak tertancap pada bangunan dapat dijadikan modal utama atau modal pelengkap dalam perusahaan.61

c. Wakaf Hewan

Wakaf hewan seperti kuda kepada mujahidin untuk berijtihat (apabila dianalogikan seperti sekarang adalah kendaraan yang bisa digunakan untuk kepentingan umum). Atau bisa juga wakaf hewan sapi yang diberikan kepada pelajar/ mahasiswa untuk keperluan pelajar.Atau wakaf ayam, bebek, burung dan sebagainya untuk diambil telurnya.Wakaf hewan

60 Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, hal. 42

61Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, hal.98

(39)

ini tergolong dalam wakaf benda untuk diambil manfaatnya. Manfaatnya tidak harus terwujud ketika diwakafkan, tetapi sah mewakafkan hewan yang manfaatnya diperoleh pada masa yang akan datang seperti hewan yang masih kecil.62

d. Wakaf Perlengkapan Rumah Ibadah

Seperti mewakafkan tikar (karpet), sajadah, kipas angin dan sebagainya ke masjid.63

e. Wakaf Senjata

Seperti wakaf perlengkapan perang yang dilakukan oleh Khalid bin Walid.64

f. Wakaf Buku

Sebagaimana dijelaskan Jalaludin Al Bulqini mewakafkan buku kepada para pelajar (mahasiswa) agar mereka dapat membacanya.Wakaf buku yang memiliki manfaat secara terus menerus sebaiknya diserahkan kepada pengelola perpustakaan sehingga manfaat buku itu bersifat abadi selama buku tersebut masih baik dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan.65

g. Wakaf Mushaf

Wakaf mushaf ini memiliki kesamaan manfaat sebagaimana wakaf buku yang bersifat abadi selama mushaf itu tidak rusak.66

h. Wakaf Pakaian

62Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, hal. 40

63Ibid., hal. 43

64Ibid., hal. 43

65Ibid., hal. 44

66Ibid., hal. 45

(40)

Pakaian adalah sesuatu yang dipakai di badan, berpakaian itu bertujuan untuk memelihara diri dari udara dingin, panas, gangguan dari orang lain.67Mewakafkan pakaian ini bisa diberikan kepada anak-anak yatim piatu seperti mewakafkan pakaian seragam sekolah untuk anak-anak yatim piatu.

i. Wakaf Tanah

Secara umum, tanah wakaf dikategorikan menjadi tiga yaitu tanah pedesaan, tanah perkotaan, tanah ditepi/pinggir pantai.68

1) Tanah Pedesaan, berdasarkan segi lokasinya, tanah wakaf di pedesaan dibedakan menjadi lima macam: Pertama, tanah persawahan. Kedua, tanah perkebunan. Ketiga, tanah ladang. Keempat, tanah rawa. Kelima, tanah perbukitan. Dari semua macam-macam tanah wakaf yang ada di pedesaan di atas masing-masing mempunyai potensi pemanfaatan yang berbeda-beda.

Potensi pemanfaatan tanah dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:69 Tabel 2.1 Potensi Pemanfaatan Tanah Wakaf di Pedesaan

No Jenis Lokasi

Tanah

Jenis Usaha

1 Tanah

persawahan

1). Pertanian 2). Tambak ikan

2 Tanah

perbukitan

1). Perkebunan 2). Home industry 3). Tempat wisata

67Helmi Karim, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1997), hal. 139

68Jaih Mubarok, Wakaf Produktif., hal. 76

69Ibid., hal. 77-78

Gambar

Tabel 2.3 Potensi Pemanfaatan Tanah Wakaf di Tepi Pantai  No  Jenis  Lokasi
Tabel II
Tabel IV

Referensi

Dokumen terkait

Simbol Perlawanan Komunitas Punk dalam penelitian ini adalah media yang biasa digunakan dan dilakukan oleh Komunitas Street Punk Gonzo sebagai bentuk simbol-simbol

Bullying Motivation Among High School and College Student in Three Big Cities in Indonesia) SKRIPSI ANDY HERLAMBANG 0804007011 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK

Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai bulan November 2020. Suksesnya kegiatan ini tidak terlepas dari Partisipasi mitra dalam

Berdasarkan data hasil penelitian, maka dapat didiskripsikan hubungan antara pengetahuan ibu balita usia 7-36 bulan tentang ASI Eksklusif dengan kegagalan ibu dalam

Perancangan interior TK Tarbiyathul Athfal 3 Bebengan menggunakan konsep playfull yang mana penerapan konfigurasi antara ruang dan manusia yang berbasis hukum

besar pengaruh brand equity pasta gigi Pepsodent terhadap loyalitas pelanggan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa brand equity yang terdiri dari brand. awareness,

Dari beberapa pengertian internet di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa internet adalah merupakan suatu jaringan komunikasi digital global yang dapat menembus

Berdasarkan hasil tambahan penelitian diperoleh bahwa aspek keadilan, dukungan yang diterima dari atasan, dan penghargaan organisasi dan kondisi pekerjaan