• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP SE-DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TERHADAP KONSEP DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP SE-DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TERHADAP KONSEP DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

DI SMP SE-DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TERHADAP KONSEP DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Laurensia Pricilla Anggi Kartika NIM: 151124049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)

ii S K R I P S I

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

DI SMP SE-DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TERHADAP KONSEP DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI

Oleh:

Laurensia Pricilla Anggi Kartika NIM: 151124049

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

F.X. Dapiyanta., SFK., M.Pd tanggal 10 Juni 2019

(3)

iii

PENGESAHAN

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

DI SMP SE-DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TERHADAP KONSEP DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI

Dipersiapkan dan ditulis oleh Laurensia Pricilla Anggi Kartika

NIM: 151124049

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 04 Juli 2019

dan dinyatakan memenuhi syarat

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama Tanda Tangan

Ketua : Dr. B. A. Rukiyanto, SJ ………..

Sekretaris : Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd. ………..

Anggota : 1. F. X. Dapiyanta, SFK., M.Pd. ………..

2. Martinus Ariya Seta, S.Pd., M.Theo ………..

3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si ………..

Yogyakarta, 04 Juli 2019

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Dr. Yohanes Harsoyo,S.Pd., M.Si

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kedua orang tuaku yang menjadi penyemangat dalam menyelesaikan studi dengan penuh suka duka yang selalu menjadi penguat Saudara-saudariku kandung yaitu kakak Maria Fracelin Vita Angela, kakak Florensia Grafia Rani Swastika, kakak Ignatius Engga Cahyo Pamungkas, adik

Brigita Adventa Sukmarani, adik Laurentius Rakhas Bagaskara, adik Patricia Santa Puella Wangsa, adik Dionisia Nadya Dyah Santika, dan adik Veronika Ailsa Arundaya yang dengan setia telah memberikan doa, dukungan, cinta, dan

kepercayaan sehingga memotivasi aku dalam menyelesaikan skripsi dan studi Segenap keluarga besarku.

(5)

v MOTTO

“Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.”

(Ayub 23: 10)

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 04 Juli 2019 Penulis,

Laurensia Pricilla Anggi Kartika

(7)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:

Nama : Laurensia Pricilla Anggi Kartika Nomor Induk Mahasiswa : 151124049

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan wewenang kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul:

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP SE- DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TERHADAP KONSEP DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI beserta perangkat yang diperlukan.

Dengan demikian penulis memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di media internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 04 Juli 2019

Yang menyatakan,

Laurensia Pricilla Anggi Kartika

(8)

viii ABSTRAK

Judul skripsi “PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP SE-DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TERHADAP KONSEP DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI”. Judul skripsi ini dipilih berdasarkan keingintahuan penulis mengenai persepsi guru Pendidikan Agama Katolik terhadap konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dalam kurikulum 2013. Konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti merupakan pemikiran yang mendasari adanya Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dilaksanakan oleh sekolah meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

pengertian, kompetensi inti dan dasar, cakupan materi, pendekatan, dan evaluasi.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan desain penelitian ex post facto. Populasi pada penelitian ini adalah guru-guru Pendidikan Agama Katolik di SMP se-Daerah Istimewa Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah insidental sampling. Jumlah sampel yang telah diperoleh dalam penelitian adalah 60 responden. Berdasarkan hasil uji validitas instrumen diperoleh 34 butir yang valid. Hasil uji reliabilitas instrumen diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,968. Hasil analisis persepsi guru Pendidikan Agama Katolik di SMP se-Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti menunjukkan nilai mean sebesar 126,17 dalam rentang skor 35-175 masuk dalam kategori baik. Hasil ini mengungkapkan bahwa rata-rata guru Pendidikan Agama Katolik memiliki persepsi yang baik terhadap konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, sehingga mudah dipahami, relevan, sistematis, mudah dilaksanakan oleh para guru agama di SMP se-Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pelaksanaan pembelajaran.

Kata Kunci : persepsi,guru PAK, konsep dasar PAK & BP

(9)

ix ABSTRACT

This thesis is entitled “THE PERCEPTIONS OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION TEACHERS IN JUNIOR HIGH SCHOOLS IN THE PROVINCE OF YOGYAKARTA ON THE BASIC CONCEPTS OF CATHOLIC RELIGION AND CHARACTER EDUCATION”. This research is done based on writer’s interest and curiosity in the perception of Catholic Religious Education teachers toward the basic concepts of Catholic Religion and Character Education in the curriculum 2013. The basic concepts of Catholic Religion Education and Character Education are the ideas that underlie the existence of Catholic Religion Education and Character Education is held by the school covering the following aspects: understanding, core and basic competencies, scope of material, approach, and evaluation. This type of research is quantitative descriptive with ex post facto research design. The population in this study were Catholic Religious Education teachers in junior high schools in the Province of Yogyakarta. The sampling technique used was incidental sampling. The sample amount of respondents was 60. Based on the instrument validity test result is obtained 34 valid items. The instrument reliability test result is obtained the Cronbach’s Alpha value of 0,968. The analysis result of the perception of Catholic Religious Education teachers in junior high schools in the Province of Yogyakarta toward the basic concepts of Catholic Religion and Character Education showed a mean value of 126,17 in the score range at 35-175 in the good category. The result reveal that the average Catholic Religious Education teachers has a good perception of the basic concepts of Catholic Religion and Character Education, so that it is easy to understand, relevant, systematic, easy to impelement by Catholic Religious Education teachers in junior high schools in the Province of Yogyakarta in the implementation of learning.

Keywords: perceptions, Catholic Religious Education teachers, the basic concepts of Catholic Religion and Character Education

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP SE- DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TERHADAP KONSEP DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI.

Skripsi ini ditulis sebagai bentuk perhatian dan keikutsertaan penulis sebagai calon guru Pendidikan Agama Katolik akan konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Dalam skripsi ini juga diharapkan hasilnya dapat menjadi sumbangan pemikiran dan evaluasi Kurikulum 2013 bagi tim Kurikulum Komisi Kateketik Wali Gereja Indonesia. Dengan demikian, dapat dilakukan tindak lanjut untuk pembaharuan kurikulum yang lebih baik.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis dengan tulus hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. B. Agus Rukiyanto SJ, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah memberikan dukungan dan izin bagi penulis untuk mengadakan penelitian dan menyelesaikan tugas akhir ini.

2. F.x. Dapiyanta, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan setia penuh kesabaran, ketelitian dan memberikan motivasi penuh dalam mendampingi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(11)

xi

3. Martinus Ariya Seta, M.Theo selaku Dosen Pembimbingan Akademik dan Dosen penguji kedua yang senantiasa memberikan semangat dan bimbingan sehingga dapat terselesaikan pengerjaan skripsi ini.

4. Petrus Banyu Dewa, HS., S.Ag selaku Dosen penguji ketiga yang dengan tulus hati memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik yang setia membimbing dan memberikan pelayanan terbaik selama penulis menempuh studi hingga selesai menyusun skripsi ini.

6. Bapak Kristoforus Sinselius, S.S., selaku Pembimas dan Katolik, Ibu Florentina Suyatmi, S.Pd., selaku Pejabat Fungsinal Umum Bimas Kantor Wilayah Kementrian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta yang dengan terbuka memberikan informasi, membantu serta mengizinkan kami untuk mengadakan penelitian kepada guru-guru Pendidikan Agama Katolik DI smp Se-Daerah Istimewa Yogyakarta

7. Bapak Ignatius Suharyanta, selaku pengawas guru PAK kabupaten Bantul;

Bapak Paulus Misidi, selaku pengawas guru PAK kabupaten Sleman; Bapak Suhartopo, selaku pengawas guru PAK kota Yogyakarta; Bapak Antonius Hernawan, selaku pengawas guru PAK kabupaten Kulon Progo; dan Bapak Sunardi, selaku pengawas guru PAK kabupaten Gunungkidul, yang dengan terbuka bersedia menerima, membantu, dan mengizinkan kami untuk mengadakan penelitian terhadap guru-guru PAK SMP di masing-masing kabupaten.

(12)

xii

8. Bapak/Ibu guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Menengah Pertama se-Daerah Istimewa Yogyakarta yang dengan penuh keterbukaan bersedia membantu penulis dalam mengisi instrumen penelitian.

9. Kedua orang tua penulis, yang dengan menjadi motivasi dalam segala hal hingga penulis mampu menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

10. Kakak-kakak dan adik-adik yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan jenjang pendidikan S1

11. Seluruh anggota keluarga yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

12. Teman-teman seperjuangan, Angela Merici A, Stephani Pemberialitoti Onelan, Paulina Titis Rahmawati, Frisca Yuyun Padudung, dan Dwi Intan Febrianti yang selalu memberi semangat, motivasi, dorongan, dan bantuan kepada penulis selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.

13. Teman-teman angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang senantiasa mendukung penulis selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.

14. Sahabat-sahabat terkasih yang senantiasa menemani dan memberi dukungan kepada penulis dalam segala hal.

15. Mahasiswa-mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang senantiasa mendukung penulis selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selama ini dengan tulus memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.

(13)

xiii

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan ketidaksempurnaan. Maka dari itu dengan segala kerendahan hati, penulis membuka diri dan menantikan segala kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi informasi yang bermanfaat bagi pembaca dan seluruh pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 04 Juli 2019

Penulis

Laurensia Pricilla Anggi Kartika

(14)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR DIAGRAM ... xx

DAFTAR SINGKATAN ... xxi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Metode Penulisan ... 8

H. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Kajian Teori ... 11

1. Persepsi ... 11

a. Pengertian Persepsi ... 11

b. Proses Terjadinya Persepsi ... 12

(15)

xv

2. Guru Pendidikan Agama Katolik ... 12

3. Konsep Dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Menurut Kurikulum 2013 ... 15

a. Hakikat Pendidikan Agama Katolik ... 15

b. Tujuan Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ... 18

c. Ruang Lingkup Bahan Pendidikan Agama Katolik ... 19

d. Kurikulum 2013 ... 20

1) Pengertian Kurikulum ... 20

2) Prinsip Pengembangan Kurikulum ... 21

3) Kriteria untuk menyeleksi materi kurikulum ... 23

4) Prinsip Kurikulum 2013... 23

5) Tujuan Kurikulum 2013... 24

6) Prinsip pengembangan Kurikulum 2013 ... 26

B. Penelitian yang Relevan ... 27

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Desain Penelitian ... 29

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

1. Populasi Penelitian ... 30

2. Sampel Penelitian... 30

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 31

1. Identifikasi Variabel... 31

2. Definisi Konseptual ... 32

3. Definisi Operasional ... 32

4. Teknik Pengumpulan Data ... 32

5. Instrumen Penelitian ... 33

6. Pengembangan Instrumen ... 34

a. Kisi-kisi ... 34

b. Pengembangan Instrumen: Uji Coba Terpakai ... 37

1) Analisis Validitas Instrumen Penelitian ... 37

(16)

xvi

2) Analisis Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 39

F. Teknik Analisis Data: Analisis Deskriptif ... 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Identitas Responden ... 41

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 43

1. Deskripsi secara keseluruhan ... 43

2. Deskripsi Data ... 46

a. Kurikulum 2013 ... 47

b. Rasionale Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ... 49

c. Standar Kompetensi ... 52

d. Silabus ... 54

e. Kompetensi ... 56

f. Materi ... 58

g. Pendekatan ... 60

h. Penilaian... 63

i. Kepribadian Guru Pendidikan Agama Katolik ... 65

C. Pembahasan Penelitian ... 69

D. Keterbatasan Penelitian ... 79

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN ... 84

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Hlm.

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data dan

Penelitian Pembimas Katolik Kantor Wilayah Kemenag

Daerah Istimewa Yogyakarta ……… (1)

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data dan Penelitian Kepala Penyelenggara MGMP Kota Yogyakarta ……….... (2)

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data dan Penelitian Kepala Penyelenggara MGMP Kabupaten Sleman ………... (3)

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data dan Penelitian Kepala Penyelenggara MGMP Kabupaten Gunungkidul ……….. (4)

Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data dan Penelitian Kepala Penyelenggara MGMP Kabupaten Bantul ……….... (5)

Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data dan Penelitian Kepala Penyelenggara MGMP Kabupaten Kulon Progo ……….. (6)

Lampiran 7. Instrumen Penelitian Yang Belum Diisi ……….. (7)

Lampiran 8. Instrumen Penelitian Yang Sudah Diisi ……… (10)

Lampiran 9. Keseluruhan Data ……….. (13)

Lampiran 10. Hasil Reliabilitas ………... (16)

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Hlm

Tabel 1. Skor alternatif jawaban variabel ... 33

Tabel 2. Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Tertutup ………... 34

Tabel 3. Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Terbuka ………... 36

Tabel 4. Validitas kuesioner penelitian terhadap guru Pendidikan Agama Katolik di SMP se-DIY ... 38

Tabel 5. Ketentuan Penilaian Cronbach’s Alpha ... 39

Tabel 6. Hasil Analisis Reliabilitas Variabel... 39

Tabel 7. Identitas Responden Berdasarkan Usia ... 41

Tabel 8. Identitas Responden Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 42

Tabel 9. Identitas Responden Berdasarkan Kota/ Kabupaten ………... 42 Tabel 10. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru PAK terhadap Konsep Dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti …………. 44

Tabel 11. Rangkuman Deskripsi Statistik Persepsi Guru PAK terhadap Konsep Dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti … 46 Tabel 12. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru PAK terhadap Kurikulum 2013 ... 47

Tabel 13. Rangkuman Deskripsi Statistik Persepsi Guru PAK terhadap Kurikulum 2013 ... 48

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Pendidikan Agama Katolik terhadap Rasionale Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ... 49

Tabel 15. Rangkuman Deskripsi Statistik Persepsi Guru Pendidikan Agama Katolik terhadap Rasionale Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ... 51

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Pendidikan Agama Katolik terhadap Standar Kompetensi ... 52

Tabel 17. Rangkuman Deskripsi Statistik Persepsi Guru Pendidikan Agama Katolik terhadap Standar Kompetensi ... 53

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Pendidikan Agama Katolik terhadap Silabus ... 54 Tabel 19. Rangkuman Deskripsi Statistik Persepsi Guru Pendidikan

(19)

xix

Agama Katolik terhadap Silabus ... 56 Tabel 20. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Pendidikan Agama

Katolik terhadap Kompetensi ... 57 Tabel 21. Rangkuman Deskripsi Statistik Persepsi Guru Pendidikan

Agama Katolik terhadap Kompetensi ... 58 Tabel 22. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Pendidikan Agama

Katolik terhadap Materi ... 59 Tabel 23. Rangkuman Deskripsi Statistik Persepsi Guru Pendidikan

Agama Katolik terhadap Materi ... 60 Tabel 24. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Pendidikan Agama

Katolik terhadap Pendekatan ... 61 Tabel 25. Rangkuman Deskripsi Statistik Persepsi Guru Pendidikan

Agama Katolik terhadap Pendekatan ... 62 Tabel 26. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Pendidikan Agama

Katolik terhadap Penilaian ... 63 Tabel 27. Rangkuman Deskripsi Statistik Persepsi Guru Pendidikan

Agama Katolik terhadap Penilaian ... 64 Tabel 28. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Pendidikan Agama

Katolik terhadap Para Guru Pendidikan Agama Katolik secara umum ... 65 Tabel 29. Rangkuman Deskripsi Statistik Persepsi Guru Pendidikan

Agama Katolik terhadap terhadap Para Guru Pendidikan Agama Katolik secara umum ... 66 Tabel 30. Rangkuman jumlah guru yang memberi saran ... 67 Tabel 31. Rangkuman Aspek Saran dari Responden ... 67 Tabel 32. Rangkuman Hasil Mean dan Frekuensi Terbesar Aspek-aspek

Persepsi Guru Pendidikan Agama Katolik terhadap Konsep Dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ... 68

(20)

xx

DAFTAR DIAGRAM

Hlm Diagram 1. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru PAK Terhadap

Konsep Dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi

Pekerti ……… 45

Diagram 2. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru PAK terhadap

Kurikulum 2013 ……… 47

Diagram 3. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru PAK terhadap

Rasionale Pendidikan Agama Katolik dan

Budi Pekerti ….……….. 50

Diagram 4. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru PAK terhadap Standar

Kompetensi ……… 52

Diagram 5. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru PAK terhadap

Silabus ……… 55

Diagram 6. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru PAK terhadap Standar

Kompetensi ……… 57

Diagram 7. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru PAK terhadap Standar

Materi ………. 59

Diagram 8. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru PAK terhadap

Pendekatan ………. 61

Diagram 9. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru PAK terhadap

Penilaian ………. 63

Diagram 10. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru PAK terhadap Para Guru Pendidikan Agama Katolik secara umum …………. 65

(21)

xxi

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan dalam Penelitian

SPSS : Statistical Package for the Social Sciences

N : populasi

df : Degree of Freedom

B. Singkatan Lainnya

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas

SMK/MAK : Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan PWI : Panitia-Panitia Waligereja Indonesia

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se Indonesia PAK : Pendidikan Agama Katolik

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

Kemendikbud : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan MAWI : Majelis Agung Waligereja Indonesia IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Permendeikbud : Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan PAK & BP : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

(22)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Dalam proses perkuliahan terdapat mata kuliah yang membantu mahasiswa untuk terjun langsung di sekolah untuk pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti sebagai calon guru. Untuk kegiatan tersebut yaitu Magang Manajemen Sekolah (I), Magang Perencanaan Pembelajaran (II) dan Magang Pelaksanaan Pembelajaran di kelas (III). Mahasiswa-mahasiswi ditempatkan pada SD, SMP dan SMA disekitar Yogyakarta. Melalui kegiatan tersebut memberikan gambaran bagi mahasiswa-mahasiswi khususnya program studi Pendidikan Agama Katolik sebagai calon guru Agama memiliki pengalaman baik dalam sekolah dan kelas, dan memang melalui beberapa tahapan yaitu bagaimana mahasiswa-mahasiswi Pendidikan Agama Katolik mengenal semua perangkat yang ada di sekolah dan administrasi guru.

Magang II dan III lebih detail mencakup pembelajaran di kelas, seperti penyusunan silabus, kisi-kisi, RPP dan memilih model pembelajaran seperti apa yang dibutuhkan oleh peserta didik. Dengan kegiatan tersebut mahasiswa- mahasiswi yang praktek belajar untuk membuat silabus yang sudah tersusun tetapi apabila ada yang perlu ditambah maupun dikurangi sesuai kebutuhan peserta didik tidak masalah. Setelah melalui pengenalan pada perangkat pembelajaran, maka mahasiswa diajak untuk sekreatif mungkin dalam memberikan pembelajaran yang dilalui dengan persiapan yaitu menyusun RPP dengan beberapa materi yang ada, dan untuk sekolah tempat mahasiwa-mahasiswi praktek berbagai macam

(23)

kurikulum yang digunakan tetapi sebagian besar sudah menggunakan Kurikulum 2013.

Pengalaman berada di sekolah untuk Magang I sampai III ditemui berbagai persoalan mengenai pelaksanaan Kurikulum 2013 yang awalnya masih menjadi sulit bagi guru, peserta didik dan orang tua untuk dapat menerima ketentuan tersebut. Kurikulum 2013 peserta didik diajak untuk lebih aktif dalam pembelajaran sehingga tidak terpusat pada guru saja. Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dengan Kurikulum 2013 sudah dimulai dari kelas yang paling bawah misalnya mulai kelas VII. Dari sekolah yang sudah pernah ditempatkan untuk kelas IX masih menggunakan KTSP, sehingga tidak menjadi sulit untuk mengubah pembelajaran bagi peserta didik dan guru.

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti mengajak peserta didik untuk aktif dan kritis dengan bimbingan dari guru Pendidikan Agama Katolik. Guru harus memperhatikan kebutuhan para peserta didik agar pembelajaran dapat tersampaikan dan dimaknai dalam kehidupan sehari-hari. Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti disalah satu SMP melalui pengalaman dan pengamatan yang didapat bahwa sudah menyusun silabus sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dengan melakukan revisi (baik dikurangi, ditambah dan diubah) sesuai keadaan peserta yang dihadapi. Untuk materi yang diberikan juga sesuai ketentuan Pemerintah, jadi tidak mengubah materi namun hanya metode, model pembelajaran maupun materi dapat diberikan dalam berbagai macam bentuk. Karena dalam Mulyasa (2018:106) mengungkapkan silabus Kurikulum

(24)

2013 revisi memang dapat dimodifikasi, disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, situasi serta kondisi sekolah dan daerah.

Sharing pengalaman dari guru Pendidikan Agama Katolik yang pernah ditemui mengatakan bahwa untuk pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti tidak bisa hanya mengutamakan segi kognitif saja tetapi dari semua segi sangat penting. Apalagi dalam mengolah dan mengembangkan iman peserta didik untuk bisa diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut salah satu guru yang mengampu pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bahwa tidak semua guru Pendidikan Agama Katolik mau sungguh-sungguh mempersiapkan pembelajaran baik dari silabus maupun RPP dengan sungguh- sungguh. Karena kebetulan beliau mengoreksi setiap RPP, kisi-kisi untuk pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti cenderung masih hanya mengambil dari buku guru yang sudah sangat lengkap isinya. Melalui pengamatan langsung dari beberapa sekolah dan masuk ke dalam kelas pada pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, prinsip pembelajaran yang dikembangkan yaitu penguasaan pengetahuan yang diambil dari berbagai sumber belajar sehingga tidak terpaku pada satu sumber. Sikap guru serta adanya kultur sekolah yang mampu membantu peserta didik untuk mengembangkan pembelajaran sikap yang diwujudkan dalam tindakan. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti tidak hanya menjadi pembelajaran yang “verbalis”. Tetapi, menurut guru yang ada di sekolah belum semua guru menerapkan dengan sungguh-sungguh prinsip pembelajaran mata pelajaran tersebut.

(25)

Peserta didik yang masih di Sekolah Menengah Pertama terlihat bahwa umur berkisar antara 13-16 tahun disebut masa pubertas. Pada masa ini perlu adanya bimbingan untuk tidak kehilangan arah. Perlu guru di kelas menjadi peranan besar untuk membina anak dalam masa ini. Maka, tidak bercorak pada memberi pengetahuan tetapi guru agama hendaknya menjadi satu kelompok untuk bisa membina dan mengarahkan (PWI Kateketik,1981:195-196). Adapun usaha yang telah dilakukan oleh sekolah dan guru agama yaitu dengan memberikan perhatian secara intens bagi peserta didik. Selain itu melibatkan peserta didik untuk mensharingkan pengalamannya pada pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

PKKI IV yang bertema membina iman yang terlibat dalam masyarakat membawa suatu wawasan yang baru dan menantang untuk perubahan strategi dalam pelaksanaan katekese. Maka, dalam PKKI IV menyepakati untuk mengolah dan mengkaji bersama yaitu 4 bidang perhatian katekese seperti; Evaluasi Katekese Umat; Evaluasi Kurikulum; pola-pola pelajaran agama dan Katekese umat; Analisis sosial. Untuk dapur evaluasi kurikulum 84 dan mencari pola-pola Pendidikan Agama Katolik, yang menjadi orientasi kurikulum Pendidikan Agama Katolik terpusat pada diri peserta didik dengan lingkungan hidup dan masyarakatnya. Maka sangat penting pemahaman isi dan tujuan serta keterampilan penyajian bahan dalam berbagai cara dan pola. Sedangkan dalam dapur pola-pola PAK merupakan acuan untuk mendorong kreativitas seorang guru agama (KWI. 1989:9-18).

(26)

Silabus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti SMP revisi 2017 (2017:1), adanya Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti maka peserta didik dibantu dan dibimbing agar semakin mampu memperteguh iman terhadap Tuhan sesuai ajaran agama dan kepercayaan lain. Harapannya dapat menciptakan hubungan antar umat beragama yang harmonis dalam masyarakat Indonesia yang majemuk demi terwujudnya persatuan nasional. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan agar peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap membangun hidup yang semakin beriman. Untuk aspek pengetahuan aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan yaitu dengan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Aspek sikap dapat dibentuk melalui kemampuan:

menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan.

Pendidikan Agama Katolik menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah dengan memiliki tujuan yaitu membangun kompetensi anak didik sebagai pribadi beriman, memekarkan dan menumbuhkembangkan anak-anak menjadi pribadi kristiani yang berlandaskan pada hubungan dengan Yesus Kristus (KWI,2010:V).

Dokumen Konsili Vatikan II dalam Deklarasi tentang Pendidikan Kristiani yang bernama Gravissimum Educationis menyatakan bahwa ada dua tujuan dasar pendidikan membantu memperkembangkan pribadi manusia khususnya peserta didik di sekolah dan peserta didik diajak untuk memperjuangkan kesejahteraan umum. Tujuan tersebut saling berkaitan secara erat, sehingga apabila pribadi berkembang maka akan diwujudkan dalam kesejahteraan umum.

(27)

Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti diharapkan mampu menambah wawasan keagamaan, mengasah keterampilan beragama dan mewujudkan sikap beragama peserta didik yang utuh dan berimbang, yang mencakup hubungan manusia dengan Penciptanya, sesama manusia dan manusia dengan lingkungannya. Untuk memastikan keseimbangan ini, pelajaran agama perlu diberi penekanan khusus terkait dengan budi pekerti. Kemendikbud dalam buku siswa PAK & BP kelas VII (2017:iii), hakikat budi pekerti adalah sikap atau perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa, serta alam sekitar.

Mulyasa (2018:6), kurikulum 2013 revisi menekankan pada pembentukan karakter dan kompetensi peserta didik yang terutama agar dapat menghasilkan lulusan yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter. Sehingga adanya perubahan kurikulum perlu disambut dan disikapi secara positif karena

“kurikulum sebagai rancangan pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat strategis, dan menentukan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan baik terhadap proses maupun hasil.

Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui persepsi guru mengenai konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Penelitian ini diberi judul “PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP SE-DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TERHADAP KONSEP DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI”.

(28)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut ;

1. Pengembangan iman peserta didik

2. Keaktifan peran peserta didik dalam proses pembelajaran

3. Pembelajaran yang perlu memperhatikan keadaan peserta didik di sekolah

C. Pembatasan Masalah

Melihat dari latar belakang dan topik yang diambil cukup luas, maka penulis memberikan batasan ruang lingkup yang akan diteliti. Peneliti hanya membatasi permasalahan pada persepsi guru Pendidikan Agama Katolik di SMP se-Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi guru Pendidikan Agama Katolik terhadap konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi guru Pendidikan Agama Katolik di SMP se- Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?”

(29)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru Pendidikan Agama Katolik di SMP se-Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan dan pengembangan guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di kelas

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kualitas perencanaan guru dalam melaksanakan pembelajaran

G. Metode Penulisan

Penulisan ini menggunakan metode penelitian dekripsi analisis berdasarkan penelitian empirik dan kajian pustaka yang didukung dengan data penelitian kuantitatif. Data diperoleh dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada guru-guru mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di SMP se-Daerah Istimewa Yogyakarta. Melalui data yang diperoleh penulis akan menganalisis dan merumuskan persepsi guru Pendidikan Agama Katolik terhadap konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

(30)

H. Sistematika Penulisan

Tulisan ini mengambil judul “Persepsi Guru Pendidikan Agama Katolik di SMP se-Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap Konsep Dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti” dikembangkan dalam bab sebagai berikut:.

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORITIK

Berisi tentang landasan teori yang akan mendasari pembahasan-pembahasan selanjutnya. Bab II ini terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama akan membahas mengenai arti persepsi, guru Pendidikan Agama Katolik, teori pendidikan agama katolik dan budi pekerti, kurikulum 2013. Bagian kedua akan membahas penelitian yang relevan.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini disajikan tentang metode penelitian yang meliputi: jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini disajikan hasil penelitian dan analisis data Persepsi Guru Pendidikan Agama Katolik terhadap Konsep Dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang meliputi deskripsi penelitian, pembahasan penelitian dan diakhiri keterbatasan penelitian.

(31)

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis sekaligus menjawab permasalahan dari judul yang telah dipilih oleh penulis untuk mengakhiri kegiatan penulisan skripsi ini.

(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Menurut Robbins (2003:97), persepsi merupakan kesan yang diperoleh individu melalui panca indera kemudian dianalisa (diorganisir), diinterpretasi, dan kemudian dievaluasi sehingga individu memperoleh makna. Menurut Walgito (2010:99), persepsi merupakan tanggapan langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pengindraan yaitu alat indera pengecapan dan indra perabaan. Menurut Depdiknas (2001:259), persepsi adalah tanggapan atau temuan gambaran langsung dari suatu serapan seseorang dalam mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses perlakuan individu yaitu pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau penginterpretasian terhadap apa yang dilihat, didengar, maupun dirasakan oleh alat inderanya dalam bentuk sikap, pendapat dan tingkah laku (perilaku individu).

Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Perbedaan persepsi diakibatkan oleh banyak faktor karena banyak faktor pengalaman yang dialami dan dirasakan secara berbeda-beda, dan lain sebagainya.

Persepsi dapat bersifat negatif dan positif karena semua kembali pada pemikiran dan tanggapan setiap individu terhadap sesuatu yang dialami, dirasakan, diamati dan dilakukan pada individu.

(33)

b. Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Hamka (2002:81), terjadinya proses persepsi melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1) Kealaman / proses fisik yaitu adanya proses penangkapan suatu stimulus (objek) oleh panca indera.

2) Fisiologi yaitu adanya proses diteruskan stimulus yang ditangkapnya dari alat indera melalui syaraf-syaraf sensorik ke otak.

3) Psikologi yaitu adanya proses yang terjadi di dalam otak yang membuat individu dapat mengerti, menyadari, menafsirkan, dan menilai objek terebut.

4) Hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu tentunya berupa tanggapan, gambaran, dan kesan.

2. Guru Pendidikan Agama Katolik

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengungkapkan bahwa guru merupakan seorang pendidik yang profesional dengan tugas utama yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada usia dini pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sunarti dan Rahmawati (2014:11) menyatakan guru yang sudah berada di sekolah dan bertugas dalam pembelajaran harus mengetahui dan memahami prinsip-prinsip pelaksanaan penilaian sehingga dapat mengetahui kelemahan pelaksanaan pembelajaran kemudian melakukan perbaikan dengan mengadakan evaluasi.

Hamalik (2007:198), guru merupakan suatu pekerjaan profesional yang menuntut

(34)

keahlian dalam pendidikan dengan memberikan pengabdian diri yang sepenuh hati untuk kepentingan masyarakat. Dokumen Gereja yaitu Magisterium dalam Setyakarjana (1981:61), Gereja juga perlu dan memiliki hak untuk mempersiapkan para guru untuk sekolah katolik dengan pengetahuan dilengkapi kewenangan dan keterampilan pedagogik sesuai dengan situasi saat ini.

Lokakarya di Malino, Ujung Pandang pada tahun 1981 yang membahas

“Tempat dan Peranan Pelajaran Agama di Sekolah dalam Setyakarjana (1981:61),

“para guru sebaiknya bekerja sebagai kawan sekerja dengan para orang tua siswa dan bersama mereka dalam setiap tahap”. Guru Pendidikan Agama Katolik menjadi teman dan sahabat peserta didik dan memperhatikan perkembangan peserta didik dan alangkah lebih baik mengenali peserta didik satu per satu, sehingga peserta didik merasa nyaman, dikenal dan diperhatikan oleh para guru Pendidikan Agama Katolik. Untuk memiliki daya dorong mengenal peserta didik dan mencintai tentu setiap pribadi memiliki spirit. Heryatno (2008:89-91) mengatakan bahwa spiritualitas menunjuk sikap atau semangat dasar yang menggerakkan dan secara serius diwujudkan di dalam kehidupan, karena spiritualitas berkaitan erat dengan tindakan dan pengalaman. Yang menjadi sumber spiritualitas bagi orang Katolik adalah Yesus Kristus yang wafat di kayu salib demi menebus dosa manusia dan dibangkitkan lalu mengutus Roh-Nya.

Peran guru sangat penting dalam dunia pendidikan. Hal ini ditegaskan pula dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 4 bahwa “guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional”. Heryatno (2008:91), guru Pendidikan Agama Katolik

(35)

merupakan suatu panggilan dari Tuhan Yesus untuk mengambil bagian dalam tugas pengutusan Yesus untuk membangun kerajaan Allah. Profesi sebagai seorang guru Pendidikan Agama Katolik perlu dihayati sebagai anugerah secara utuh untuk menjadi murid-murid-Nya dan untuk mengaktualisasikan seluruh potensi hidup yang dimiliki demi melayani hidup peserta didik sehingga hidup guru mampu terus berkembang mencapai kepenuhan. Berdasarkan tuntunan rahmat Allah dan semangat karya Allah, guru Pendidikan Agama Katolik selalu mengusahakan kepenuhan dan kelimpahan hidup.

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, peserta didik merupakan pusat perhatian (memandang secara positif) yang artinya peserta didik diciptakan Allah baik adanya seturut citra dan gambar-Nya. Heryatno (2008:96), menyatakan bahwa menjadi seorang guru dalam hal mendidik dalam pelaksanaan tidak melulu menjadi acuan hanya suatu “pekerjaan” yang harus dilakukan begitu saja melainkan suatu kegiatan yang mendatangkan kebahagiaan, kegembiraan, dan perkembangan. Pada akhirnya, dengan pengabdian yang penuh dedikasi serta semangat cinta maka para guru Pendidikan Agama Katolik akan semakin menyadari bahwa Yesus sendiri yang menjadi guru dan pendidik utama dan pertama. Guru Pendidikan Agama Katolik memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk membantu, mendampingi, membimbing, menjadi teman/ sahabat bagi peserta didik sehingga peserta didik semakin beriman sesuai dengan ajaran Katolik dan mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, sekolah, Gereja dan masyarakat.

(36)

3. Konsep Dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Menurut Kurikulum 2013

Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang kerangka dasar struktur kurikulum Sekolah Menengah Pertama /Madrasah Tsanawiyah menyatakan

“pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui disiplin ilmu”. Kemendikbud (2013:9a) menyatakan adanya pendidikan dimaksudkan untuk “membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu”. Pendidikan menjadi penting bagi setiap individu untuk meningkatkan kemampuan dalam inteletual, berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan partisipasi dalam membangun kehidupan masyarakat. Suharyo dalam Heryatno (2008:14), “pendidikan dapat dipahami sebagai salah satu bentuk perwujudan iman yang saling berhubungan erat antara iman, pendidikan dan transformasi sosial” sehingga tidak hanya fokus pada intelektual saja tetapi perwujudan dalam kehidupan bermasyarakat.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 tahun 2014, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti adalah “usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Agama Katolik”.

a. Hakikat Pendidikan Agama Katolik

Lokakarya tahun 1981 di Malino, Ujung Pandang dalam Setyakarjana (1981:31&194), melalui Pendidikan Agama Katolik di kelas mengajak murid untuk belajar menggumuli segi-segi hidup yang tak dapat dihindari oleh manusia, mampu bergumul dengan segi-segi hidup dirinya secara mendalam yang muncul

(37)

dalam perkembangannya. Guru Agama Katolik mengajak muridnya untuk memungkinkan belajar menggumuli (pola penalaran) segi-segi hidup dari iman, dengan begitu secara berkembang mampu berpikir. Pelajaran agama berputar dalam proses mengembangkan iman anak dari dalam (menumbuhkan dari dalam, memekarkan imannya), dan di lain pihak mau memberi pengetahuan (Kitab Suci, sejarah kudus, liturgi, dan sebagainya).

Heryatno (2008:22), Pendidikan Agama Katolik “dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga, dan kelompok jemaat lainnya” yaitu membantu peserta didik untuk semakin beriman kepada Yesus dan mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam hidup peserta didik. Dapiyanta dalam Bunga Rampai (1995:70) juga mengungkapkan bahwa Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu bentuk katekese yang mempunyai fungsi khas melaksanakan pendidikan iman agar orang beriman Kristen mencapai kedewasaan iman. Dapiyanta (2008:7) menegaskan bahwa Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu bentuk komunikasi iman yang meliputi seluruh aspek yaitu pengetahuan, pergumulan, dan penghayatan iman.

Dapiyanta dalam Bunga Rampai (1995:68), “Pendidikan Agama Katolik di sekolah bukan kepentingan Gereja, tetapi kepentingan negara”. Maka Pendidikan Agama Katolik diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 pasal 39 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

Pendidikan agama merupakan usaha memperkuat iman ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh pesera didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan menghormati agama lain dalam hubungan dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

(38)

Pendidikan Agama Katolik bagian dari pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap dan kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 ditegaskan bahwa pendidikan agama bertujuan mengembangkan iman peserta didik agar mampu menghormati agama lainnya sehingga dapat saling menghormati dan menghargai guna menjaga kerukunan umat beragama.

Semakin ditegaskan pula bahwa bahwa tujuan pendidikan adalah perkembangan potensi peserta didik semakin beriman, taqwa, akhlak mulia, sehat hingga mampu bertanggungjawab.

Groome (2010:37), menyatakan Pendidikan Agama Kristen adalah

“kegiatan politis bersama para peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi perhatian pada kegiatan Allah di masa kini kita, pada cerita komunitas iman Kristen, dan visi Kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir di antara kita”. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Agama Katolik. Usaha tersebut dilakukan

(39)

dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain demi terciptanya kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dijalankan sebagai proses komunikasi Iman. Proses tersebut meliputi kemampuan memahami, menginternalisasi dan menghayati iman yang terwujud secara dalam kehidupan sehari-hari. Pada akhirnya Pendidikan Agama menurut Riberu (2004:27), dikatakan “berhasil apabila dapat membantu dan sanggup mengembangkan sikap-sikap hidup orang beriman, yang senantiasa dibimbing oleh hati nurani dengan kesadaran moral yang tinggi bukan dapat mengalihkan banyak pengetahuan tentang agama”.

b. Tujuan Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

Silabus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti SMP revisi (2017:1) menyatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti memiliki tujuan peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap membangun hidup yang semakin beriman. Untuk dapat memiliki pengetahuan maka dapat dilakukan melalui aktivitas-aktivitas seperti mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengeveluasi dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas seperti mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta. Sikap dibentuk melalui kemampuan: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati dan mengamalkan.

Menurut Gereja dalam buku Bunga Rampai (1995:69) yang ditulis oleh Dapiyanta, menyatakan fungsi Pendidikan Agama Katolik yaitu “sarana atau pelaksanaan pewartaan Kristus demi perubahan batin dan pembaharuan hidup

(40)

secara langsung bagi kaum muda baik di sekolah negeri maupun swasta Katolik”.

Heryatno (2008:23) menyatakan “tujuan Pendidikan Agama Katolik harus bersifat holistik, menyeluruh dalam arti mencakup seluruh aspek hidup beriman naradidik”. Artinya tujuan Pendidikan mencakup keseluruhan aspek sehingga tidak hanya fokus pada diri sendiri saja melainkan aktualisasi dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat luas.

c. Ruang Lingkup Bahan Pendidikan Agama Katolik

Silabus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti revisi (2017:3), ruang lingkup pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti mencakup empat aspek yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain.

Keempat aspek yang dibahas secara lebih mendalam sesuai tingkat kemampuan pemahaman peserta didik adalah:

Pribadi peserta didik

Membahas tentang diri sebagai laki-laki atau perempuan yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan kekurangan, yang dipanggil untuk membangun relasi dengan sesama serta lingkungannya sesuai dengan Tradisi Katolik.

Yesus Kristus

Membahas tentang pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah, seperti yang terungkap dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, agar peserta didik berelasi dengan Yesus Kristus dan meneladani-Nya.

(41)

Gereja

Membahas makna Gereja, agar peserta didik mampu mewujudkan kehidupan menggereja.

Masyarakat

Membahas tentang perwujudan iman dalam hidup bersama di tengah masyarakat sesuai dengan Tradisi Katolik.

d. Kurikulum 2013 1) Pengertian Kurikulum

Sanjaya dalam Yani (2014:6) mengungkapkan bahwa kurikulum merupakan

Sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan oleh siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.

Hamalik (2007:91-92) menyatakan bahwa kurikulum merupakan “rencana tertulis” yang disusun guna mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan faktor-faktor yang perlu diperhatikan seperti perhatian terhadap perkembangan peserta didik dan lingkungan, kebutuhan dalam pembangunan nasional, perkembangan IPTEK, serta sesuai dengan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengungkapkan bahwa kurikulum merupakan “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

(42)

Kurikulum merupakan suatu perencanaan yang dimaksudkan agar peserta mencapai tujuan pendidikannya, memiliki kehidupan yang lebih baik, bermartabat dan bermanfaat bagi orang lain dan kehidupan secara keseluruhan. Atau dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan suatu pedoman dalam pendidikan dalam proses pembelajaran. Dan kurikulum berperan sangat penting dalam program pendidikan dan bagi pendidikan peserta didik. Sehingga tidak hanya pada satu kepentingan saja, tetapi saling seimbang dan melengkapi.

Yani (2014:xiii) menyatakan bahwa “kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang bermaksud baik karena membentuk ekspresi dari semua keinginan yang baik untuk membentuk generasi terbaik bangsa Indonesia di masa yang akan datang”. Sunarti dan Rahmawati (2014:1) menyatakan “kurikulum 2013 memadukan tiga konsep yang menyeimbangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Hardskill dan softskill harus seimbang dimulai dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian dapat diwujudkan”. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang bertujuan agar pendidikan di sekolah dapat meningkatkan keseluruhan aspek dari peserta didik.

Pengetahuan, sikap dan keterampilan sangat ditekankan tetap seimbang sehingga tidak hanya meningkatkan aspek pengetahuan saja, melainkan juga aspek kreativitas ditengah kemajuan teknologi saat ini.

2) Prinsip Pengembangan Kurikulum

Zulfikri & Akhmad (2014:126-130) menyatakan prinsip pengembangan kurikulum sebagai berikut:

(43)

a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik : setiap siswa dibimbing dan diarahkan untuk mampu mengembangkan potensi masing-masing sehingga menjadi manusia yang kompeten dalam bidangnya. Pengembangan potensi dapat dilakukan secara optimal apabila setiap siswa dibekali dengan kompetensi dasar yang memadai. Proses ini dilakukan melalui penciptaan iklim belajar yang menyerupai kehidupan nyata dengan penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dimana pemanfaatan metode bervariasi tersebut bersifat fleksibel dan situasional, pengembangan alat proses evaluasi yang komprehensif mencakup semua aspek kemampuan dengan instrumen yang valid dan reliabel.

b) Beragam dan terpadu : Menyediakan layanan pembelajaran yang sesuai dengan keragaman karakteristik peserta didik dan potensi daerah.

Keterpaduan sumber dan bahan ajar diharapkan mampu membangun karakter peserta didik yang memiliki ilmu, akhlak, dan iman yang kuat.

c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni : Mengembangkan bahan ajar dan metode yang aplikatif untuk menjawab berbagai persoalan dan tantangan dalam kehidupan sehubungan dengan perkembangan IPTEK yang dinamis. Bahan ajar dan proses pembelajaran dikemas dalam berbagai persoalan yang menantang peserta didik untuk mengeksplor kemampuannya.

d) Relevan dengan kebutuhan kehidupan : menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang dekat dengan realita kehidupan.

(44)

e) Menyeluruh dan berkesinambungan : Semua perangakat pembelajaran seperti perencanaan, pemanfaatan saran belajar, evaluasi dan bahan ajar disusun dan dikembangkan secara komprehensif.

f) Belajar sepanjang hayat : menerapkan paradigma pendidikan yang dan tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Menciptakan strategi dan iklim budaya belajar yang berlangsung sepanjang hayat.

3) Kriteria untuk menyeleksi materi kurikulum

Zulfikri & Akhmad (2014:130-131) menyatakan bahwa kriteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan sebagai berikut: sahih (valid), tingkat kepentingan, kebermanfaatan, layak dipelajari, menarik minat.

4) Prinsip Kurikulum 2013

Berdasarkan Permendikbud Nomor 70 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK (2013:6-7), Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

a) Menyeimbangkan antara pengembangan sikap spiritual, dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.

b) Peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar sebab sekolah merupakan bagian dari masyarakat.

c) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya di sekolah dan masyarakat.

d) Memberi waktu yang cukup banyak untuk mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan.

(45)

e) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang kemudian dijabarkan dalam kompetensi dasar mata pelajaran.

f) Kompetensi inti kelas menjadi elemen (organizing elements) kompetensi dasar dan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.

5) Tujuan Kurikulum 2013

Mulyasa (2013:65) mengungkapkan bahwa tujuan diadakannya perubahan kurikulum adalah untuk “melanjutkan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu”. Permendikbud Nomor 70 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK (2013:7) menyebutkan “kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia”.

Kerangka Dasar Kurikulum 2013 Permendikbud Nomor 70 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK (2013: 7-9) menyebutkan ada 3 landasan dalam pengembangan Kurikulum 2013. Landasan tersebut antara lain:

a) Landasan filosofis

(1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang.

(2) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif.

(46)

(3) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.

(4) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik.

b) Landasan teoritis

(1) Teori pendidikan berdasarkan standar (standard-based education).

Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

(2) Teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum).

Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

c) Landasan yuridis

(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(3) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), serta semua ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

(47)

(4) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

6) Prinsip pengembangan Kurikulum 2013

Menurut Balitbang Kemendikbud dalam Mulyasa (2013:81-82), sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan perkembangan yang berlangsung dewasa ini, kurikulum 2013 memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar nasional pendidikan guna mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b) Pengembangan kurikulum diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

c) Mata pelajaran adalah wahana untuk mewujudkan pencapaian kompetensi.

d) Standar kompetensi lulusan dijabarkan mulai dari tujuan pendidikan nasional, kebutuhan masyarakat, negara, dan perkembangan zaman.

e) Standar isi dijabarkan dari standar kompetensi lulusan.

f) Standar proses dijabarkan dari standar isi.

g) Standar penilaian dijabarkan dari standar kompetensi lulusan, standar isi, dan standar proses.

h) Standar kompetensi lulusan dijabarkan ke dalam kompetensi inti.

i) Standar kompetensi lulusan dijabarkan ke dalam kompetensi inti.

(48)

j) Kompetensi inti dijabarkan ke dalam kompetensi dasar dikontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran.

k) Kurikulum satuan pendidikan dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah, dan satuan pendidikan.

l) Proses pembelajaran dibuat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif di kelas.

m) Penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk.

n) Proses belajar menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach).

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu skripsi yang berjudul “Persepsi Guru Sekolah Dasar Manchester terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013” oleh Oktaviani Chandra Dewi (2015). Penelitian ini dilatabelakangi oleh penerapan kurikulum 2013 yang menimbulkan pro kontra antara guru yang menerima kebijakan tersebut dengan guru yang masih belum siap untuk menerapkannya dalam pembelajaran. Yang menganggap penerapan kurikulum bagus tetapi perangkat tidak mendukung dan kesiapan dari sumber daya manusia juga tidak mendukung, sehingga terkesan dipaksakan. Selain itu, pola pikir guru yang menganggap pembelajaran harus dilakukan diluar sehingga tidak bisa dilaksanakan didalam kelas secara sering. Media yang digunakan perlu buku, komputer, tanaman serta alat peraga lain dapat digunakan sebagai media.

Peneliti memberikan saran kepada guru untuk memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis dan ilmiah. Dengan meningkatkan keterampilan

(49)

guru dalam melaksanakan pembelajaran dan pendekatan yang saintifik.sehingga guru juga perlu dalam meningkatkan kemampuan dalam administrasi.

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif.

Dengan metode penelitian kuantitatif deskriptif, maka peneliti melakukan pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, pengolahan data yang bersifat frekuentif serta statistik dan pemaparan data yang telah dianalisis (Sugiyono, 2015:14). Peneliti ini termasuk dalam penelitian pendidikan karena membahas tentang persepsi guru terhadap konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di sekolah.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian ex post facto. Desain penelitian ex post facto digunakan untuk mengamati hubungan dari suatu kejadian yang terjadi secara alami tanpa adanya intervensi dari peneliti. Perlakuan pada penelitian ex post facto telah terjadi sebelum peneliti melakukannya. Peneliti sama sekali tidak melakukan kontrol terhadap administrasi dan perlakuan tersebut dan hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel (Arikunto, 2013:234)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 5 kabupaten

(51)

yakni Kulon Progo, Sleman, Bantul, Gunungkidul dan kota Yogyakarta

Waktu : Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Sugiyono (2015:117) mengungkapkan bahwa “populasi adalah subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini meliputi guru-guru yang mengajar di Sekolah Menengah Pertama provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdiri dari 5 kabupaten yakni kota Yogyakarta, Sleman, Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul. Alasan dipilihnya guru-guru karena mereka secara langsung mengalami pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling insidental. Sampling insidental merupakan teknik penentuan data sampel berdasarkan kebetulan yakni siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dan dipandang sesuai sebagai sumber data maka dapat digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2013:124).

Dalam penelitian ini, anggota sampel yang digunakan merupakan guru- guru Pendidikan Agama Katolik yang ada di kota Yogyakarta, kabupaten Sleman,

(52)

kabupaten Bantul, kabupaten Kulon Progo, dan kabupaten Gunungkidul baik guru yang sudah diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun Guru Tidak Tetap (GTT). Dari keseluruhan jumlah guru Pendidikan Agama Katolik yang ada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang menjadi sampel penelitian ini adalah guru-guru yang kebetulan hadir pada saat pelaksanaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) masing-masing kabupaten dan bersedia mengisi kuesioner yang disebarkan oleh penulis. Berikut hasil pengambilan sampel dari masing-masing kabupaten: kota Yogyakarta dengan jumlah 15 guru, kabupaten Sleman dengan jumlah 15 guru, kabupaten Bantul dengan jumlah 7 guru, kabupaten Gunung Kidul dengan jumlah 9 guru, dan kabupaten Kulon Progo dengan jumlah 14 guru. Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 guru.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Identifikasi Variabel

Penelitian ini terdiri dari variabel tunggal, yakni persepsi guru Pendidikan Agama Katolik terhadap konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang diukur melalui persepsi para guru. Dengan kata lain, konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti menjadi stimulus yang menghasilkan persepsi dari guru Pendidikan Agama Katolik yang disebut sebagai respon.

(53)

2. Definisi Konseptual

Persepsi adalah pengintepretasian terhadap apa yang dilihat, didengar, maupun dirasakan oleh alat inderanya terhadap konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

3. Definisi Operasional

Persepsi merupakan kesan yang bersifat positif atau negatif terhadap konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang meliputi aspek- aspek sebagai berikut: rasionale Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, kompetensi inti dan dasar, cakupan materi, pendekatan, dan evaluasi.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran instrumen dalam bentuk kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara mendistribusikan kepada guru-guru pada saat pelaksanaan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran pada setiap kabupaten dan disebarkan secara personal ke sekolah-sekolah bagi guru yang tidak hadir saat Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Pengisian kuesioner tidak dilaksanakan pada hari pelaksanaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran namun dibawa oleh masing-masing guru.

Setelah kuesioner selesai diisi oleh responden, kemudian dikembalikan kepada peneliti pada hari yang sudah disepakati bersama.

Gambar

Tabel 1. Skor alternatif jawaban variabel persepsi guru Pendidikan Agama  Katolik terhadap konsep dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Tabel 2. Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Tertutup
Tabel 3. Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Terbuka
Tabel 4. Validitas kuesioner penelitian terhadap guru Pendidikan Agama  Katolik di SMP se-DIY
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif verifikatif dengan pendekatan ex post facto dan survey Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah

Data yang diperoleh dari hasil angket dengan jenis penelitian kuantitatif metode ex post facto diperoleh nilai Y = 53,321 + 0,592x yang artinya bahwa variabel (x) yaitu

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat mendeskripsikan data yang didapat untuk menemukan antara

Kurikulum 2013 berisi pengantar tentang alur pengembangan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap jenjang, diantaranya memuat: lingkup kompetensi dan

Karena tujuan pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sudah tertuang dalam Kompetensi Inti (KI) dan diturunkan dalam Kompetensi Dasar (KD) dari kurikulum 2013. Penjelasan

1) Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai acuan dalam membuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. Setelah menetapkan kriteria

Melihat hasil yang sudah sangat baik, guru maupun pihak sekolah hendaknya senantiasa mempertahankan persepsi yang telah sangat baik itu dan bisa saling bekerjasama untuk meningkatkan

Pada saat melakukan penelitian, peneliti akan lebih memfokuskan penelitian terhadap peran guru pendidikan agama Katolik dalam meningkatkan minat belajar peserta didik kelas VIII melalui