• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Bunga Tumbuhan Mawar Merah (Rosa hybrida)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Bunga Tumbuhan Mawar Merah (Rosa hybrida)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Mawar Merah (Rosa hybrida)

Rosa hybridatermasuk dalam Famili Rosaceae, sering di juluki Prince of

flowerkarena keindahan bentuk dan warnanya, serta baunya yang harum dan

memikat (Widyawan, 1994). Di Indonesia dikenal dengan nama Bunga Mawar.

Famili Rosaceae meliputi berbagai macam Mawar dengan berbagai macam bentuk

dan warna bunga, serta bau wangi khas. Tanaman Mawar bisa berupa herba tegak,

merayap, atau memanjat. Mempunyai percabangan banyak, berduri tempel. Daun

majemuk, menyirip ganjil, anak daun 5 - 7 jarang 3, bentuk helaian anak daun

bulat telur - lonjong, ujung- meruncing, tepi daun bergerigi (Suryowinoto, 1997).

Berikut sistematika tumbuhan mawar merah.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledonae

Ordo : Rosanales

Famili : Rosaceae

Genus : Rosa

Spesies : Rosa hybrida.

Nama Lokal : Mawar Merah

Tanaman bunga Mawar adalah tanaman yang menghasilkan biji.

Pohonnya memiliki batang yang berkayu. Tanaman ini juga memiliki sistem akar

tunggang, kemudian batangnya memiliki kambium yang dapat menyebabkan

batang membesar (Manganti, 2015).Jumlah varietas mawar yang ada saat ini

diperkirakan mencapai 5.000 macam, namun hanya sekitar 300-400 varietas saja

(2)

Bunga Mawar dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi.

Tetapi untuk mawar tertentu seperti Mawar teh hibrida hanya menyukai dataran

tinggi sebab bunganya akan tumbuh dengan sempurna, baik bentuk, ukuran,

warna, maupun baunya (Soekartiwi, 1996).

2.1.1 Penggolongan bunga mawar

Tim Direktorat Bina Produksi Hortikultura (1998) mencatat bahwa ada sembilan

kelompok utama varietas mawar, yaitu:

1. Hybrid tea : Jenis bunga potong yang bertangkai panjang dengan bunga

tunggal di ujungnya sehingga tampak megah dan cantik.

2. Floribunda : Jenis bunga potong dan tanaman taman yang bunganya cukup

besar dengan warna bervariasi dan tangkai tegak panjang.

3. Grandiflora : Bunganya berukuran raksasa dengan diameter dapat mencapai

7,5-12,5 cm.

4. Climbing rose : Diameter bunga berkisar antara 5-15 cm dan tumbuh

merunduk karena beratnya cabang serta tersusun dalam tandan yang jarang.

Kelompok mawar ini pertumbuhannya sangat lamban dibandingkan kelompok

lain dan rata-rata baru dapat berbunga setelah umurnya lebih dari dua tahun.

5. Polyantha : Jenis mawar taman dengan warna bunga yang sangat beraneka

ragam, bunganya kecil dengan garis tengah sekitar 5 cm dan di dekat pucuk

cabangnya terdapat banyak ranting yang masing-masing memiliki sekuntum

bunga.

6. Hybrid perpetual : Jenis mawar yang diameter bunganya sangat lebar (15 cm)

(3)

7. Mawar tea : Merupakan nenek moyang mawar di Asia dengan ukuran bunga

kecil.

8. Mawar tua : Disebut juga mawar kuno, dan aromanya sangat wangi.

9. Special purpose : Mawar yang dibedakan atas tiga golongan, yaitu mawar

pohon, mawar perdu, dan mawar mini.

2.1.2 Manfaat Bunga Tumbuhan Mawar Merah (Rosa Hybrida)

Tidak hanya sebagai hiasan, bunga mawar juga ternyata bisa dimakan untuk

dijadikan obat. Aroma dan rendaman air bunga mawar mampu meredakan stres,

mengatasi nyeri saat haid, dan membantu menjaga kesehatan kulit. Karena air

mawar mengandung astringent yang bersifat menghilangkan racun (Khaerani,

2014). Bunga Mawar juga memiliki efek farmakologis diantaranya melancarkan

sirkulasi darah, menormalkan anti radang, menghilangkan bengkak dan menetralisir

racun. Bunga dan akar dalam kondisi segar dapat dimanfaatkan untuk mengobati

beberapa penyakit seperti batuk darah dan campak (Hariana, 2005). Dalam buku

Tanaman Obat Untuk Mengobati Jantung Koroner dan Menyembuhkan Stroke

bunga Mawar juga memiliki khasiat menghilangkan bau mulut dan mengobati

stroke.

2.2 Senyawa Flavonoida

Senyawa flavonoida diturunkan dari unit C6-C3 (fenil propana) yang bersumber

dari asam sikimat (via fenilalanin) dan unit C6 yang diturunkan dari jalur

poliketida. Fragmen poliketida ini disusun dari tiga molekul malonil-KoA yang

bergabung dengan unit C6-C3 (sebagai KoA tioester) untuk membentuk unit awal

triketida. Oleh karena itu, flavonoid yang berasal dari biosintesis gabungan terdiri

(4)

Struktur dan sistem penomoran untuk turunan senyawa flavonoid dapat dilihat

pada gambar 2.1 yang di bawah ini :

Gambar 2.1. Senyawa Flavonoida (Robinson, 1995).

Flavonoida umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai glikosida. Gugusan

gula bersenyawa pada satu atau lebih gugus hidroksil fenolik. Gugusan hidroksil

selalu terdapat pada karbon no. 5 dan no. 7 pada cinicin A. Pada cincin B gugusan

hidroksil atau alkoksil terdapat pada karbon no. 3 dan no. 4 ( Sirait, 2007).

Adapun struktur dari flavonoida adalah struktur yang mempunyai dua

cincin aromatik yang dihubungkan dengan tiga karbon yang membentuk suatu

cincin yang terdapat gugus eter (C-O-C) dan satu karbonil (C=O) yang

dinotasikan cincin C. Kedua cincin aromatik ini dinotasikan cincin A dan B. Pada

cincin A dan B ada dijumpai atau terdapat substituent hidroksil (OH) atau

metoksi, juga gugus gula yang bentuk C-glikosida atau O-glikosida. Tapi ada juga

senyawa flavonoida tanpa adanya gugus C=O yang disebut senyawa flavan

(Ikan, 1969).

Istilah flavonoida dikenakan pada suatu golongan besar senyawa yang

yang berasal dari kelompok senyawa yang paling umum yaitu flavon.Suatu

jembatan oksigen terdapat diantara cincinA dalam kedudukan orto dan atom

karbon benzil yang terletak di sebelah cincin B membentuk cincin darri tipe

4-piron. Senyawa heterosiklik ini pada tingkat oksidasi yang berbeda terdapat dalam

kebanyakan tumbuhan. Flavon adalah bentuk yang mempunyai cincin C dengan

tingkat oksidasi yang paling rendah dan dianggap sebagai struktur induk dalam

nomenklatur kelompok senyawa ini (Manito, 1992).

(5)

Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu

menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak.

Akhirnya flavonoida umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pad agula

sebagai glikosida dan aglikon flavonoida yang mana pun mungkin saja terdapat

dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida. Flavonoid

terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh, tetapi beberapa kelas lebih tersebar

daripada yang lainnya: flavor dan flavonol terdapat disemesta, sedangkan

isoflavon dan biflavon hanya terdapat pada beberapa suku tumbuhan (Harborne,

1996).

Tidak ada benda yang begitu menyolok seperti flavonoida yang

memberikan kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan

di alam. Flavin memberikan warna kuning atau jingga, antosianin memberikan

warna merah, ungu, atau biru. Secara biologis, flavonoida memainkan peranan

penting dalam kaitan penyerbukan pada tanaman oleh serangga. Sejumlah

flavonoida mempunyai rasa pahit hingga dapat bersifat menolak sejenis ulat

tertentu (Sastrohamidjojo, 1996). Flavonoida tertentu juga mempengaruhi rasa

makanan secara signifikan; misalnya beberapa tanaman memiliki rasa pahit dan

kesat seperti flavanon naringin, pada kulit grapefruit (C. paradisi).

Dalam tubuh manusia, flavonoida dapat berguna untuk mengobati

gangguan sirkulasi perifer, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan

aquaresis. Banyak juga obat-obat mengandung flavonoid yang dipasarkan

diberbagai negara sebagai obat anti-inflamasi, antispasmodik, antialergi dan

antivirus. (Heinrich et al, 2005). Manfaat lain lain flavonoida adalah melindungi

struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos

tulang dan sebagai anti bioktik (Muhammad, 2011). Senyawa flavonoid diduga

sangat bermanfaat dalam makanan karena, berupa senyawa fenolik, senyawa ini

yang bersifat antioksidan kuat. Oleh karena itu, makanan kaya flavonoid dianggap

penting untuk mengobati penyakit-penyakit, seperti kanker dan penyakit jantung

(yang dapat memburuk akibat oksidasi lipoprotein densitas-rendah) (Heinrich et

(6)

2.2.1. Klasifikasi Senyawa Flavonoida

Dalam tumbuhan, flavonoid terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Keragaman

struktur flavonoid ini disebabkan karena perbedaan tahap modifikasi lanjutan dari

struktur dasar flavonoid, antara lain:

1. Flavonoid O-glikosida.

Flavonoid biasanya terdapat sebagai flavonoid O-glikosida, pada senyawa

tersebut satu gugus hidroksi flavonoid (atau lebih) terikat pada satu gula

(atau lebih) dengan ikatan hemiasetal yang tak tahan asam. Pengaruh

glikosilasi meyebabkan flavonoid menjadi kurang reaktif dan lebih mudah

larut dalam air (cairan). Glukosa merupakan gula yang paling umum

terlibat, walaupun galaktosa, ramnosa, xilosa, dan arabinosa sering juga

terdapat. Salah satu kelompok senyawa flavonoida-o-glikosida

ditunjukkan pada gambar 2.2 di bawah ini:

O

O

OH

OH O

O

OH

ROH2C

HO HO

Gambar 2.2(R=H) Apigenin 7-O-β-D-glukopiranosida

(R=OCOCH3) Apigenin 7-O-β-D-(6”-O-asetil) glukopiranosida

2. Flavonoid C-glikosida.

Gula dapat juga terikat pada atom karbon flavonoid dan dalam hal ini gula

tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan

karbon-karbon. Glikosida yang demikian disebut C-glikosida. Sekarang gula yang

terikat pada atom C hanya ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam

inti flavonoid. Jenis gula yang terlibat ternyata jauh lebih sedikit

ketimbang jenis gula pada O-glikosida. Jenis aglikon flavonoid yang

terlibat pun sangat terbatas. Salah satu kelompok senyawa flavonoida

(7)

flavanon, dan flavonol kadang-kadang terdapat dalam bentuk C-glikosida,

hanya flavon C-glikosida yang paling lazim ditemukan.

O

Gambar 2.3Apigenin 8-C-β-D-glukopiranosida (Viteksin)

3. Flavonoid Sulfat

Gabungan flavonoid lain yang mudah larut dalam air yang mungkin

ditemukan hanya flavonoid sulfat. Senyawa ini mengandung satu ion

sulfat atau lebih, yang terikat pada hidroksil fenol atau gula.

4. Biflavonoid

Biflavonod adalah flavonoid dimer, walau pun prosianidin dimer (satuan

dasarnya katekin) biasanya tidak dimasukkan ke dalam golongan ini.

Flavonoid yang biasanya terlibat adalah flavon dan flavanon yang secara biosintesis mempunyai pola oksigenasi yang sederhana 5,7,4’ (atau kadang-kadang 5,7,3’,4’) dan ikatan antar-flavonoid berupa ikatan

karbon-karbon atau kadang-kadang ikatan eter. Biflavonoid jarang ditemukan

sebagai glikosida, dan penyebarannya terbatas, terdapat terutama pada

gimnospermae. Salah satu senyawa kelompok biflavonoid dapat dilihat

pada gambar 2.4 di bawah ini:

(8)

5. Aglikon flavonoid yang aktif-optik

Aglikon flavonoid mempunyai atom karbon asimetrik dan dengan

demikian menunjukkan keaktifan optik (yaitu memutar cahaya

terpolarisasi-datar). Yang termasuk dalam golongan flavonid ini ialah

flavanon, dihidroflavonol, katekin, pterokarpan, rotenoid, dan beberapa

biflavonoid (Markham, 1988).

Senyawa flavonoid dapat dikelompokkan berdasarkan tahanan oksidasi dan

keragaman lain pada rantai C3 :

1. Flavon

Flavon berbeda dengan flavonol karena pada flavon tak terdapat

penyulihan 3-hidroksi. Hal ini mempengaruhi serapan UV-nya, gerakan

kromatografinya, serta reaksi warnanya, dan karena itu flavon dapat

dibedakan dari flavonol. Flavon terdapat juga sebagai glikosida tetapi

lebih sedikit daripada jenis glikosida pada flavonol. Jenis yang paling

umum ialah 7-glukosida, contohnya luteolin 7-glukosida. Struktur

senyawa Flavon dapat dilihat pada gambar 2.5 di bawah ini:

O

O

A C

B

Gambar 2.5 Flavon (Robinson, 1995).

2. Flavonol

Flavonol sangat tersebar luas di dalam tumbuhan, baik sebagai kopigmen

antosianin dalam daun bunga maupun dalam daun tumbuhan tinggi. Dalam

tumbuhan terdapat banyak sekali glikosida flavonol. Sampai saat ini yang

(9)

Adapun struktur senyawa Flavonol dapat dilihat pada gambar 2.6 di bawah

ini :

Gambar 2.6 Flavonol (Robinson, 1995).

3. Isoflavon

Isoflavon merupakan senyawa yang tidak begitu mencolok, tetapi senyawa

ini penting sebagai fitoaleksin (senyawa pelindung) dalam tumbuhan

untuk pertahanan terhadap penyakit. Adapun struktur senyawa Isoflavon

ditunjukkan pada gambar 2.7. Isoflavon menunjukkan aktivitas sebagai

estrogenik, insektisida, dan antifungi

O

O

A C

B

Gambar 2.7 Isoflavon (Robinson, 1995).

4. Flavanon

Flavanon adalah senyawa tanwarna yang tak dapat dideteksi pada

pemeriksaan kromatografi kecuali bila menggunakan penyemprot

kromogen. Uji warna yang penting dalam larutan alkohol ialah reduksi

dengan serbuk Mg dan HCl pekat. Struktur senyawa Flavanon dapat

dilihat pada gambar di bawah ini :

O

O

A C

B

Gambar 2.8 Flavanon (Robinson, 1995).

O

O

OH

A C

(10)

5. Flavanonol

Flavanonol (atau dihidroflavonol) barangkali merupakan flavonoid yang

paling kurang dikenal, dan tidak dapat diketahui apakah senyawa ini

terdapat sebagai glikosida. Senyawa ini stabil dalam asam klorida panas

tetapi terurai oleh udara adapun struktur senyawa Flavanonol dapat dilihat

pada gambar 2.9 dibawah ini :

O

O

OH A C

B

Gambar 2.9 Flavanonol (Harborne, 1987).

6. Antosianin

Antosianin adalah pigmen daun bunga merah sampai biru yang biasa,

banyaknya sampai 30% bobot kering dalam beberapa bunga. Antosianin

terdapat juga dalam bagian lain tumbuhan tinggi kecuali fungus. Struktur

senyawa Antosianin dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

O

OH A C

B +

Gambar 2.10 Antosianin (Harborne, 1987).

7. Katekin

Katekin dan proantosianidin adalah dua golongan senyawa yang

mempunyai banyak kesamaan. Semuanya senyawa tanpa warna, terdapat

pada seluruh dunia tumbuhan tetapi terutama dalam tumbuhan berkayu

O

(11)

8. Leukoantosianidin

Merupakan monomer flavan 3,4-diol, leukoantosianidin jarang terdapat

sebagai glikosida, namun beberapa bentuk glikosida yang dikenal adalah

apiferol, dan peltoginol. Struktur senyawa Leukoantosianidin dapat dilihat

pada gambar 2.12 di bawah ini :

O

OH

HO OH

OH OH

A C

B HO

Gambar 2.12 Leukoantosianidin (Harborne, 1987).

9. Kalkon

Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat tua dengan

sinar UV bila dikromatografi kertas. Aglikon khalkon dapat dibedakan

dari glikosidanya karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat

bergerak pada kromatografi kertas dalam pengembang air, adapun struktur

senyawa Kalkon dapat dilihat pada gambar 2.13 di bawah ini :

A O

B

Gambar 2.13 Kalkon (Harborne, 1987).

10.Auron

Seperti kalkon, senyawa ini tampak pada kromatogram kertas berupa

bercak kuning. Dengan sinar UV akan tampak berbeda, warna auron

berubah menjadi merah jingga bila diuapi ammonia. Struktur senyawa

Auron dapat dilihat pada gambar 2.14 di bawah ini:

O

O

CH

A B

(12)

2.2.2 Sifat Kelarutan Senyawa Flavonoida

Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti

fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi bila

didiamkan dalam larutan basa dan disamping itu terdapat banyak oksigen maka

akan banyak yang terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak

tersulih atau suatu gula, flavonoida merupakan senyawa polar maka umumnya

flavonoida larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH),

butanol (BuOH), aseton, dimetilsulfoksida (DMSO), dimetilformamida (DMF),

air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada flavonoida cenderung

menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air(Markham, 1988).

2.2.3 Biosintesa Flavonoid

Kerangka C15 yang dihasilkan, telah mempunyai substituen oksigen tertentu,

kebanyakan sebagai gugus hidroksil pada kedudukan yang sesuai, sehubungan

dengan pembentukan cincin A (jalur poliketida) dan dengan cincin B yang berasal

dari sikimat (fenilalanina---asam sikimat). Setelah terjadi berbagai perubahan

enzimatik dari ketiga atom karbon sentral dari kerangka 1,3-diaril propana dapat

mempunyai berbagai gugus fungsional, misalnya hidroksil, ikatan rangkap,

karbonil dan sebagainya. Biosintesa hubungan antara jenis monomer flavonoida

dari alur asetat-malonat dan alur sikimat dapat dilihat pada gambar 2.15 di bawah

(13)

HOOC

Gambar 2.15 Biosintesa hubungan antara jenis monomer flavonoida dari alur

(14)

2.3 Teknik Pemisahan

Teknik pemisahan memiliki tujuan untuk memisahkan komponen yang akan

ditentukan berada dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan

komponen-komponen lainnya. Ada 2 jenis teknik pemisahan:

1. Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan yang berdasarkan adanya

perbedaan yang besar dari sifat-sifat fisika komponen dalam campuran

yang akan dipisahkan.

2. Pemisahan fisika adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada

perbedaan-perbedaan kecil dari sifat-sifat fisik antara senyawa-senyawa

yang termasuk dalam satu golongan. Diagram teknik pemisahan dapat

dilihat pada gambar 2,16 di bawah ini:

Biomassa (tanaman, mikroba, laut)

Ekstraksi

Skrining

Isolasi zat aktif berdasarkan uji hayati

Skrining silang

Elusidasi Struktur

Gambar 2.16 Diagram Teknik Pemisahan (Muldja, 1995).

2.3.1 Ekstraksi

Sampel yang berasal dari tanaman setelah diidentifikasi, kemudian digolongkan

menjadi spesies dan famili, sampel kemudian dikumpulkan dari bagian arialnya

(daun, batang, kulit kayu pada batang, kulit batang, dan akar). Sampel ini

kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan untuk menghindari

(15)

Jika telah dikeringkan, biomassa kemudian digiling menjadi

partikel-partikel kecil menggunakan blender atau penggilingan. Proses penggilingan ini

penting karena ektraksi efektif pada partikel kecil, dikarenakan memiliki luas

permukaan yang lebih besar.Pemilihan pelarut ekstraksi sangat penting. Jika

tanaman diteliti dari sudut pandang etnobotani, ektraksi harus mengikuti

pemakaiannya secara tradisional. Kegagalan mengekstraksi biomassa dapat

menyebabkan kehilangan akses untuk mendapatkan zat aktif.

Terdapat sejumlah metode ekstraksi, yang paling sederhana adalah

ekstraksi dingin (dalam labu besar berisi biomassa), dengan cara ini bahan kering

hasil gilingan diekstraksi pada suhu kamar secara berturut-turut dengan pelarut

yang kepolarannya makin tinggi. Keuntungan utama cara ini adalah merupakan

metode ekstraksi yang mudah karena ekstrak tidak dipanaskan sehingga

kemungkinan kecil bahan alam terurai.

Penggunaan pelarut dengan peningkatan kepolaran secara berurutan

memungkinkan pemisahan bahan alam berdasarkan kelarutannya (dan

polaritasnya) dalam ektraksi. Hal ini sangat mempermudah proses isolasi.

Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa terekstraksi, meskipun beberapa

senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut ekstraksi pada suhu kamar

(Heinrich et al, 2009).

Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif

terhadap senyawa yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan ekstrak pekat,

biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan menggunakan alat rotari evaporator

(Harborne, 1996).

2.3.2 Partisi

Metode pemisahan yang mungkin paling sederhana adalah partisi, yang banyak

digunakan sebagai tahap awal pemurnian ekstrak. Partisi menggunakan dua

pelarut tak bercampur yang ditambahkan kedalam ekstrak tersebut, hal ini dapat

dilakukan secara terus menerus dengan menggunakan dua pelarut yang tak

bercampur yang kepolarannya meningkat. Partisi biasanya dilakukan melalui dua

(16)

1. Air/petroleum eter ringan (heksana) untuk menghasilkan fraksi nonpolar di

lapisan organik

2. Air/diklorometan atau air/kloroform atau air/etil asetat untuk membuat

fraksi agak polar di lapisan organik. Ini merupakan metode pemisahan

yang mudah dan mengandalkan kelarutan bahan alam dan bukan interaksi

fisik dengan medium lain (Heinrich et al, 2009).

2.3.3 Hidrolisis

Prosedur yang digunakan untuk hidrolisis asam dari flavonoid glikosida adalah,

sebanyak 2 mg sampel flavonoid glikosida dicampur dengan asam klorida 6%

sebanyak 5 ml dengan jumlah metanol yang sangat sedikit pada sampel untuk

membuat proses hidrolisis menjadi sempurna. Larutan dipanaskan selama 45

menit lalu didinginkan, kemudian ekstrak sepenuhnya dilarutkan dengan eter.

Penguapan dari larutan akan mengendapkan ramnosa dan glukosa. Lapisan eter,

setelah dikeringkan dengan menggunakan natrium sulfat akan didapatkan aglikon

flavonoid setelah diuapkan (Mabry et al, 1970).

2.3.4 Kromatografi

Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael

Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman

dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi

kalsium karbonat (CaCO3). Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan

yang menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase).

Teknik kromatografi telah berkembang dan telah digunakan untuk memisahkan

dan mengkuantifikasi berbagai macam komponen yang kompleks, baik komponen

organik maupun komponen anorganik.

Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pada

pengelompokkannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi

dibedakan menjadi: kromatografi adsorbsi, kromatografi partisi, kromatografi

(17)

Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi atas:

kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis (disebut juga kromatografi planar),

kromatografi cair kinerja tinggi, dan kromatogtrafi gas. Bentuk kromatografi yang

paling awal adalah kromatografi kolom yang digunakan untuk pemisahan sampel

dalam jumlah yang besar.

Pemisahan pada kromatografi planar pada umumnya dihentikan sebelum

semua fase gerak melewati seluruh permukaan fase diam. Solut pada kedua

kromatografi ini dikarakterisasi dengan jarak migrasi solut terhadap jarak ujung

fase geraknya. Nilai faktor retardasi solut (Rf) dapat dihitung dengan

menggunakan perbandingan dalam persamaan:

Rf= arak yang ditempuh fase gerak arak yang ditempuh solut

Nilai maksimum Rf adalah 1 dan ini dicapai ketika solut mempunyai

perbandingan distribusi (D) dan faktor retensi sama dengan 0 yang berarti solut

bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan fase gerak. Nilai minimum Rf

adalah 0 dan ini teramati jika solut tertahan pada posisi titik awal di permukaan

fase diam.

Proses Sorpsi

Sorpsi merupakan proses pemindahan solut dari fase gerak ke fase diam,

sementara itu proses sebaliknya (pemindahan solut dari fase diam ke fase gerak)

disebut dengan desorpsi. Kedua proses ini (sorpsi dan desorpsi) terjadi secara

terus menerus selama pemisahan kromatografi karenanya sistem kromatografi

berada dalam keadaan kesetimbangan dinamis. Solut akan terdistribusi diantara

dua fase yang bersesuaian dengan perbandingan distribusinya (D) untuk menjaga

keadaan kesetimbangan ini. Ada 4 jenis mekanisme sorpsi dasar dan umumnya 2

atau lebih mekanisme ini terlibat dalam satu jenis kromatografi. Keempat jenis

(18)

Adsorben

Silika gel merupakan jenis adsorben (fase diam) yang penggunaannya paling luas.

Permukaan silika gel terdiri atas gugus Si-O-Si dan gugus silanol (Si-OH). Gugus

silanol bersifat sedikit asam dan polar karenanya gugus ini mampu membentuk

ikatan hidrogen dengan solut-solut yang agak polar sampai sangat polar.

Adanya air dari atmosfer yang diserap oleh permukaan silika gel mampu

mendeaktifkan permukaan silika gel karena air akan menutup sisi aktif silika gel.

Hal seperti ini dapat diatasi dengan memanaskan pada suhu 1050C, meskipun

demikian reprodusibilitasnya sulit dicapai kecuali jika suhu dan kelembapan

benar-benar dijaga secara hati-hati. Semakin polar solut maka akan semakin

tertahan kuat ke dalam adsorben silika gel ini. Berikut merupakan kepolaran dari

beberapa adsorben menurut Gandjar dkk (2007) yang disajikan pada tabel 2.1

berikut:

Tabel 2.1 Daftar Adsorben pada Kromatografi

No Nama Adsorben Sifat Adsorben

1 Alumina Paling polar

Paling non polar

2 Karbon aktif

3 Silika gel

4 Selulosa

5 Resin-resin polimerik (stiren/difenil benzen)

2.3.4.1 Kromatografi Lapis Tipis

Teknik kromatografi lapis tipis (KLT) sangat bermanfaat untuk analisis obat dan

bahan lain dalam laboratorium karena hanya memerlukan peralatan sederhana,

waktu cukup singkat (15-60 menit), dan jumlah zat yang diperiksa cukup kecil

(kira-kira 0,01 g senyawa murni atau 0,1 g simplisia) (Harmita, 2009).

KLT pada penelitian flavonoid ialah sebagai cara analisis cepat yang

memerlukan bahan yang sangat sedikit. Menurut pengalaman pengarang, KLT

(19)

a. Mencari pelarut untuk kromatografi kolom

b. Analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom

c. Isolasi flavonoid murni skala kecil

d. Identifikasi flavonoid secara ko-kromatografi (Markham, 1988)

Kromatografi lapis tipis merupakan metode fisikokimia yang didasarkan atas

penyerapan, partisi (pembagian), atau gabungannya. Lapisan pemisah tipis yang

terdiri atas butir penyerap atau penyangga dilapiskan pada lempeng kaca, logam

dan lain-lain. Untuk mendapatkan kondisi jenuh dalam bejana kromatografi,

dinding bejana dilapisi dengan lembaran kertas saring, fase gerak dituang kedalam

bejana sehingga kertas saring basah dan dalam bejana terdapat fase gerak setinggi

5-10 mm. Bejana ditutup dan dibiarkan selama satu jam pada suhu 20-25 oC.

(Harmita, 2009).

2.3.4.2 Kromatografi Kolom

Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi

(gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang

dilengkapi keran jenis tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur aliran

pelarut. Ukuran keseluruhan kolom sungguh beragam, tetapi biasanya panjangnya

sekurang-kurangnya 10 kali garis tengah dalamnya dan mungkin saja sampai 100

kalinya. Ukuran kolom dan banyaknya penjerap yang dipakai ditentukan oleh

bobot campuran sampel yang akan dipisahkan.

Untuk pemisahan normal, bobot sampel biasanya 30:1 ternyata memadai

jika pemisahan tidak terlalu sukar. Ukuran partikel penjerap pada kolom biasanya

lebih besar daripada untuk KLT. Walau pun banyak jenis penjerap telah dipakai

untuk kolom, alumina dan silika gel adalah penjerap yang paling berguna dan

mudah didapat.Fraksi kolom yang mengandung senyawa yang sama (diperiksa

dengan KLT) atau tampaknya berasal dari satu puncak (memakai pendeteksian

sinambung) digabungkan, dan pelarutnya diuapkan, lebih baik dengan tekanan

rendah. Jika pelarut dan penjerap murni. Maka fraksi-fraksi pun murni (Gritter et

(20)

2.3.4.3 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

Sebagian besar pemakaian kromatografi lapis tipis preparatif hanya dalam jumlah

miligram. Kromatografi lapis tipis preparatif bersama-sama dengan kromatografi

kolom terbuka, dijumpai sebagian besar dalam isolasi bahan alam. Penjerap yang

paling umum digunakan adalah silika gel dan dipakai untuk pemisahan campuran

senyawa lipofil maupun campuran senyawa hidrofil. Ukuran partikel dan porinya

kurang lebih sama dengan ukuran tingkat KLT.

Cuplikan sebanyak 10-100 mg dapat dipisahkan pada lapisan silika gel

atau aluminium oksida 20 x 20 cm yang tebalnya 1 mm. Pengembangan plat

KLTP biasanya dilakukan dalam bejana kaca yang dapat menampung beberapa

plat. Bejana dijaga tetap jenuh dengan pelarut pengembang dengan bantuan

sehelai kertas saring yang tercelup ke dalam pengembang.

Kebanyakan penjerap KLTP mengandung indikator fluorosensi yang

membantu mendeteksi kedudukan pita yang terpisah sepanjang senyawa yang

dipisahkan menyerap sinar UV. Pita yang kedudukannya telah diketahui dikerok

dari plat dengan spatula atau pengerok berbentuk tabung. Senyawa harus

diekstraksi dari penjerap dengan pelarut yang paling kurang polar yang mungkin

(sekitar 5 ml pelarut untuk 1 g penjerap). Harus diperhatikan bahwa semakin lama

senyawa berkontak dengan penjerap makin besar kemungkinan penguraian

(Hostettmann et al, 1995)

2.4.Teknik Spektroskopi

Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia-fisika yang

mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektomagnetik.

Ada dua macam instrumen pada teknik spektroskopi yaitu spektrometer dan

spektrofotometer. Instrumen yang memakai monokromator celah tetap pada

bidang fokus disebut sebagai spektrometer. Apabila spektrometer tersebut

dilengkapi dengan detektor yang bersifat fotoelektrik maka disebut

(21)

Interaksi atom atau molekul dapat memiliki berbagai jenis energi, antara

lain sebagai berikut.

1. Energi rotasi (energi putaran). Energi ini disebabkan oleh perputaran molekul

pada pusat gaya berat molekul tersebut.

2. Energi vibrasi (energi getaran). Energi ini disebabkan oleh perpindahan

periodik atom-atom molekul tersebut dari posisi keseimbangan.

3. Energi elektronik. Energi ini disebabkan elektron-elektron yang berhubungan

dengan masing-masing atom atau ikatan selalu dalam keadaan bergerak.

4. Energi Translasi. Energi translansi adalah energi kinetik atom atau molekul

yang dimiliki untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain

E

translansi

< E

rotasi

< E

vibrasi

< E

elektronik

(Harmita.2009)

2.4.1 Spektroskopi Ultraviolet (UV-Vis)

Serapan molekul di dalam daerah ultraviolet dan terlihat dari spektrum bergantung

pada struktur ultraelektronik dari molekul. Penyerapan sejumlah energi,

menghasilkan percepatan dari elektron dalam orbital tingkat dasar ke orbital

yangberenergi lebih tinggi di dalam keadaan tereksitasi (Silverstein,1986).

Senyawa polifenol memiliki dua karakteristik pita penyerapan Ultraviolet

dengan maksimal jarak 240 sampai 285 nm dan 300 sampai 550 nm. Berbagai

macam golongan flavonoid dapat dikenali dari spektrum UV mereka

masing-masing, karakteristik spektra UV dari masing-masing flavonoid yang

mengandung jumlah dari golongan hidroksil aglikon, pola substituen glikosida,

(22)

Spektrum flavonoid biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut

metanol (MeOH, AR atau yang setara) atau etanol (EtOH), meski perlu diingat

bahwa spektrum yang dihasilkan dalam etanol kurang memuaskan sehingga pada

umumnya pelarut metanol yang digunakan untuk menentukan serapan pita yang

dihasilkan. Perubahan penyulihan pada cincin A cenderung tercerminkan pada

serapan pita II, sedangkan perubahan penyulihan pada cincin B dan C cenderung

lebih jelas tercermin pada serapan pita I (Markham, 1988).

Ciri spektrum khas jenis flavonoid utama dengan pola oksigenasi yang setara

disajikan pada tabel 2.2 dibawah ini :

Tabel 2.2 Rentangan Serapan Spektrum UV-Visible golongan Flavonoida

No. Pita II (nm) Pita I (nm) Jenis Flavonoida

1. 250-280 310-350 Flavon

2. 250-280 330-360 Flavonol (3-OH tersubstitusi)

3. 250-280 350-385 Flavonol (3-OH bebas)

4. 245-274 310-330 bahu Isoflavon

5. 275-295 300-330 bahu Flavanon dan dihidroflavonol

6. 230-270

(kekuatan rendah) 340-390 Khalkon

7.

230-270

(kekuatan rendah)

380-430 Auron

8. 270-280 465-560 Antosianidin dan antosianin

2.4.2 Spektroskopi Inframerah (FT-IR)

Spektrum inframerah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi

getaran (vibrasi) yang berlainan. Inti-inti atom yang terikat oleh ikatan kovalen

mengalami getaran (vibrasi) atau osilasi (oscillation) dengan cara serupa dengan

(23)

Bila molekul menyerap radiasi inframerah, energi yang diserap

menyebabkan kenaikan dalam amplitudo getaran atom-atom yang terikat itu. Jadi

molekul ini berada dalam keadaan vibrasi tereksitasi , energi yang diserap ini akan

dibuang dalam bentuk panas bila molekul itu kembali ke keadaan dasar. Panjang

gelombang eksak dari absorpsi oleh suatu tipe ikatan, bergantung pada macam

getaran dari ikatan tersebut. Oleh karena itu, tipe ikatan yang berlainan (H,

C-C, C=O, C=C-C, O-H, dan sebagainya) menyerap radiasi inframerah pada panjang

gelombang yang berlainan. Dengan demikian spektrometri inframerah dapat

digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus fungsi dalam suatu molekul.

Banyaknya energi yang diserap juga beraneka ragam dari ikatan ke ikatan. Ini

disebabkan sebagian oleh perubahan dalam momen dipol (µ≠0) pada saat energi

diserap. Ikatan nonpolar (seperti C-H atau C-C) menyebabkan absorpsi lemah,

sedangkan ikatan polar (seperti misalnya O-H, N-H, dan C=O) menunjukkan

absorpsi yang lebih kuat.

Suatu ikatan dalam sebuah molekul dapat mengalami berbagai vibrasi

molekul. Secara umum terdapat dua tipe vibrasi molekul:

1. Streching (vibrasi regang/ulur): vibrasi sepanjang ikatan sehingga terjadi

perpanjangan atau pemendekan ikatan.

2. Bending (vibrasi lentur/tekuk): vibrasi yang disebabkan oleh sudut ikatan

sehingga terjadi pembesaran atau pengecilan sudut ikatan.

Oleh karena itu suatu ikatan tertentu dapat menyerap energi lebih dari satu

panjang gelombang. Contohnya, ikatan O-H menyerap energi pada frekuensi 3330

cm-1, energi pada panjang gelombang ini menyebabkan kenaikan vibrasi regang

ikatan O-H itu.

Suatu ikatan O-H itu juga menyerap pada kira-kira 1250 cm-1, energi pada

panjang gelombang ini menyebabkan kenaikan vibrasi lentur. Tipe vibrasi yang

(24)

2.4.3 Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)

Setelah spektroskopi inframerah, spektroskopi resonansi magnetik inti (NMR)

adalah yang metode yang paling penting digunakan dalam kimia organik. Dalam

spektroskopi inframerah mengandung infromasi mengenai adanya gugus fungsi

pada molekul, sedangkan spektroskopi NMR memberikan informasi mengenai

jumlah dari masing-masing hidrogen.

Kemampuan terhebat resonansi inti magnetik timbul karena tidak semua

proton dalam molekul memiliki resonansi yang identik pada frekuensi yang sama.

Hal ini sesuai dengan fakta bahwa berbagai macam proton dalam molekul

dikelilingi oleh elektron dan memiliki sedikit perbedaan dalam lingkungan

elektronik dari satu dan yang lainnya. Proton akan terlindungi oleh elektron yang

mengelilingi mereka. Dalam daerah magnetik, peredaran elektron valensi dari

daerah penghasil proton yang bertentangan dengan daerah magnetik yang berlaku. Pergeseran kimia dalam unit δ ditunjukkan dalam jumlah resonansi proton yang bergeser dari TMS dalam bagian per juta (ppm) dari frekuensi dasar spektroskopi

δ=frekuensi spektrometer dalam M pergeseran dalam

Unsur dasar dari spektrometer nmr adalah ilustrasi skematis. Sampel

dilarutkan dalam pelarut yang tidak memiliki proton (biasanya CCl4) dan dalam

jumlah yang kecil dari TMS yang ditambahkan sebagai pusat referensi internal.

Semua proton dalam molekul yang identik dalam lingkungan kimia akan

memiliki pergerseran kimia yang sama. Dengan demikian, semua proton dari

TMS atau semua proton dalam benzena, siklopentana, atau aseton memiliki nilai resonansi yang berdekatan pada nilai δ. Masing-masing komponen akan memiliki penyerapan yang tunggal dalam spektrum nmr. Proton ini dikatakan sama secara

kimia. Pada kenyataannya, spektrum tidak dapat hanya dibedakan dari berapa

banyak tipe proton yang berbeda pada molekul tersebut, tetapi dapat

memperlihatkan berapa banyak jenis perbedaan yang ada dalam molekul tersebut.

Dalam spektrum nmr, daerah dibawah masing-masing peak adalah proporsional

(25)

Tidak semua inti 1H membalikkan spinnya tepat sama dengan frekuensi

radio karena inti-inti tersebut mungkin berbeda dalam lingkungan kimianya atau

bahkan lingkungan elektroniknya. Kondisi ini menyebabkan adanya pergeseran

kimia. Kebanyakan senyawa organik memiliki puncak bawah medan (dimedan rendah) dari TMS/senyawa standar dan diberi δ positif. Nilai δ= 1,00 berarti bahwa puncak muncul 1 ppm dibawah medan dari puncak TMS. Cara umum

untuk menetapkan puncak ialah dengan membandingkan pergeseran kimia dengan

proton yang serupa dalam senyawa standar yang diketahui. Sebagai contoh,

Benzena memiliki enam hidrogen ekuivalen dan menunjukkan satu puncak pada

spektrumnya pada δ = 7,24. Senyawa aromatik lain juga menunjukkan puncak

didaerah ini. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan hidrogen cincin aromatik akan memiliki pergeseran kimia pada sekitar δ = 7. Demikian pula kebanyakan hidrogen CH3-Ar muncul pada δ = 2,2-2,5. Pergeseran kimia dari inti 1H pada

berbagai lingkungan kimia telah ditetapkan dengan mengukur spektrum NMR 1H

dari sejumlah besar senyawa dengan relatif sederhana yang diketahui

Gambar

Gambar 2.1. Senyawa Flavonoida (Robinson, 1995).
Gambar 2.4Amentoflavon
Gambar 2.8 Flavanon (Robinson, 1995).
Gambar 2.11 Katekin (Harborne, 1987).
+6

Referensi

Dokumen terkait

Fraksi etil asetat yang mengandung flavonoida dipekatkan, lalu dimasukkan ke dalam kolom kromatografi yang telah diisi dengan adsorben silika gel 60 G dan selanjutnya dielusi

Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, ilmu dan waktu kepada penulis selama penulis melakukan penelitian hingga penulisan skripsi ini

Telah dilakukan isolasi senyawa flavonoida pada 900 gram bunga tumbuhan mawar putih (Rosa hybrida L.) secara ekstraksi maserasi dengan pelarut metanol.. Filtratnya diekstraksi

Dalam penelitian ini, isolasi senyawa flavonoida dilakukan terhadap bunga mawar. putih (R.hybrida L.) segar sebanyak 900 g. Tahap awal dilakukan uji skrining.. Tahap isolasi

Analisis Struktur Senyawa Organik secara Spektroskopi.. Andalas

Kromatogram Lapisan Tipis ekstrak bunga mawar putih.. (R.hybrida L.)

(Hutauruk, 2016) terlihat perbedaan golongan flavonoida yang terkandung pada tumbuhan mawar dengan Family yang sama hanya berbeda spesies memperlihatkan keberagaman

Bentuk kromatografi yang paling awal adalah kromatografi kolom yang digunakan untuk pemisahan sampel dalam jumlah yang besar.. Pemisahan pada kromatografi planar pada