• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Pemeriksaan Calon Terampu Sebelum Adanya Penetapan Pengampuan Oleh Pengadilan ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2221 K Pdt 2010)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Pemeriksaan Calon Terampu Sebelum Adanya Penetapan Pengampuan Oleh Pengadilan ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2221 K Pdt 2010)"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

Di Indonesia, pengadilan adalah suatu badan yang dapat dijadikan jalan keluar bagi permasalahan hukum tersebut. Pengadilan dapat memberikan kepastian hukum tentang masalah keluarga tersebut. Salah satu permasalahan keluarga yang membutuhkan pengadilan sebagai jalan keluar adalah soal penetapan pengampuan. Peraturan dan ketentuan mengenai Pengampuan (curatele) ini diatur dalam bab XVII pasal 433 yang kemudian diturunkan dalam pasal 434 sampai dengan 461. Pengampuan atau dikenal juga dengan curatele adalah keadaan dimana seseorang karena sifat pribadinya dianggap tidak cakap atau tidak di dalam segala hal cakap untuk bertindak di dalam lalu lintas hukum, sehingga kedudukan hukumnya diturunkan menjadi sama dengan orang yang belum dewasa. Oleh karena itu dibutuhkan seseorang yang mewakili segala tindakan hukumnya. Masalah yang sering timbul dalam penetapan pengampuan yaitu Pengadilan langsung menetapkan pengampuan kepada seseorang yang mengajukan pengampuan tersebut terlebih dahulu, tanpa adanya pemeriksaan terhadap orang yang akan diletakkan di bawah pengampuan (kurandus) dan terhadap keluarga atau semendanya.

Untuk membahas permasalahan tersebut jenis penelitian yang digunakan disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan Yuridis Normatif. Dengan memperhatikan proses pengampuan ini dilakukan dengan ketentuan perundang- undangan, membaca buku-buku, tulisan- tulisan ilmiah, media massadan internet yang ada relevansinya dengan tulisan ini. Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membaca, menganalisa kemudian mengambil intisarinya serta memindahkan dalam tulisan ini ditambah dengan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan.

Prosedur pemeriksaan calon terampu yaitu dengan melihat surat- surat bukti lainnya seperti akta nikah (jika yang diampu telah menikah), kartu keluarga, kartu tanda penduduk, dan yang paling penting yaitu surat dari rumah sakit yang menyatakan bahwa calon terampu memang tidak cakap melakukan perbuatan hukum, misalnya orang yang gila harus ada keterangan dari rumah sakit jiwa, pemberitahuan tentang permohonan pengampuan kepada calon kurandus, kemudian tanya jawab hakim yang ditunjuk dengan calon kurandus. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menghindari hak menjadi pengampu jatuh kepada orang yang salah, karena seorang pengampu mempunyai tugas untuk mewakili segala tindakan hukum si terampu dan juga mengurus harta kekayaan si terampu. Dalam putusan Mahkamah Agung nomor 2221 K/Pdt/2010, hakim tidak membatalkan penetapan pengampuannya dengan pertimbangan bahwa tidak ada bukti-bukti yang otentik yang menjelaskan pengampu berkelakuan buruk terhadap siterampu, dan menurut pertimbangan hakim pengakuan dari pengampu terhadap pernikahan sirinya adalah merupakan bukti yang sempurna terhadap siapa yang melakukannya, baik oleh dirinya sendiri maupun dengan perantaraan orang, hal ini sesuai dengan pasal 311 Rbg/174 HIR jo 1925 KUH Perdata. Dan dalam tuntutan penggugat yang menyatakan penetapan pengampuan

(2)

ii

nomor 2/Pdt.P/2009/PN.ME cacat yuridis karena tidak memenuhi ketentuan peraturan yang berlaku yaitu pasal 439 KUH Perdata, pengadilan tetap tidak melaksanakan pemeriksaan baik terhadap siterampu ataupun keluarga sedarah tersebut dengan alas an bukti- bukti tentang keadaan siterampu telah dijelaskan pada permohonan penetapan pengampuan.

Kata Kunci : Pemeriksaan, Penetapan Pengampuan

(3)

iii ABSTRACT

A Court in Indonesia constitutes an institution which can be used as a way out for any problem. It can give legal certainty for any household problem. One of the household problems which need a Court as a way out is curatele (subrogation). The provision about curatele is stipulated in Chapter XVII, Article 433 of the Civil Code (BW), issued to Article 434 until Article 461. Subrogation or curatele is a condition he is incapable of acting in any legal circumstances, his legal status is regarded as the same as a minor. Therefore, somebody is needed to represent him in any legal action. The problem which usually arises in stipulating the subrogation is that the court directly gives the subrogation to a person who bring the case before the court without any consideration to examine the under- subrogated person, to his kinship, or to his in law relatives.

The type of research was judicial normative. The data were gathered by examining legal provisions, reading scientific writings, mass media, and internet which were relevant to the subject matter of the research. The process was reading, analyzing, and transferring them into this research and interviewing the judges in Medan District Court.

The procedure of examining an under- subrogated person to- be was by looking at evidence of letters, such as marriage certificate, family card, resident’s identity card, certificate from hospital about the condition of the under- subrogated person ( if he is insane), a notice about the request of subrogation for the under subrogated person to- be, an interviews with the under- subrogated person to-be by the court in order to avoid the wrong curator. Actually, a curator is responsible for representing any legal action of the under- subrogated person and for taking care of the letter’s property. The Rulling of the Supreme Court no. 2221 k/Pdt/2010 states that a judge does not cancel the verdict on his subrogation by considering that there is no aunthentic evidence which explains that the curator has bad manners tward of under- subrogated person and by considering that the curator”s confession of his unregistered marriage is a hard fact on the person who does the action, either by himself or by an intermediary person. This is in accordance with Article 311 Rbg/174 HIR Jo 1925 of the Civil Code. Although the plaintiff claims that the Subrogation Stipulation No. 2/Pdt.P/2009/PN.ME is a judicial error because it does not fulfill the legal provisionas it is stipulated in Article 439 of the Civil Code, the court does not examine the under- subrogated person and his blood relatives, based on the evidence that the condition of the under- subrogated person has been explained in the request of the subrogation stipulation.

Keywords : Examining, Subrogation Stipulation

Referensi

Dokumen terkait

R Molina et al, 2003, Tumor Markers (CEA, CA 125, CYFRA 21-1,SCC and NSE) in patients with Non-Small Cell Lung Cancer as an Aid in Histological Diagnostic and Prognosis,

oleh orang lain karena pekerjaannya serabutan. Aku ingin suamiku bekerja yang layak misalnya perusahaan atau yang sejenis”. Kemudian konselor melanjutkan konfrontasi agar

Adapun saran dari hasil penelitian ini sebagai berikut: (1) Dalam menggunakan metode Scramble ini guru harus dapat memanajemen kelas dengan baik, karena jika

Faktor kompos TKKS pada dosis 75 g/polybag terhadap kedua media tanah menunjukkan pengaruh tidak nyata, sedangkan pada dosis 25 dan 50 g/polybag berpengaruh nyata

Pellet yang dihasilkan dari mesin pellet mill selanjutnya dibawa ke holding bin dengan screw conveyor untuk dilakukan proses pematangan lebih lanjut.. pematangan ini adalah

Penelitian ini menyatakan bahwa konseling kelompok behavior dengan menggunakan teknik pengondisian operan yakni dengan pemberian reward atau reinforcement kepada

BAB IV Hasil penelitian, berisi tentang gambaran umum objek penelitian meliputi sejarah, profil lembaga, struktur organisasi, dan pegawai- pegawai yang ada di UPT

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tidak terdapat interaksi antara varietas dan fase penjarangan pada parameter pertumbuhan dan perkembangan tanaman, produksi