BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif dalam menentukan jumlah optimasi. Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil
wawancara mendalam dengan informan. Sedangkan data sekunder merupakan
hasil dari telaah dokumentasi untuk mendapatkan data biaya pemesanan,
penyimpanan dan jumlah persediaan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Usaha Ayam Potong Pak Waginodi Pasar
Nasional Jl. Williem Iskandar Medan Estate, Kecamatan Percut Sei Tuan dan
Gudang penyimpanan di Jl. Usman Siddik Gg. Makmur Pasar 4 Titi Sewa Medan
Tembung. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan
bahwa usaha ini merupakan salah satu usaha ayam potong yang memiliki
permintaan pasar yang cukup besar dan pelanggan yang cukup royal. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 - Februari 2017.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer maupun data sekunder. Data
primer didapatkan melalui suatu pengamatan langsung dan wawancara terhadap
pemilik usaha tersebut, yaitu Bapak H. Wagino sebagai informan kunci, para
konsumen sebagai informan utama dan para pekerja sebagai informan tambahan.
dokumen atau laporan tertulis serta informasi yang berhubungan dengan
penelitian ini.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:
1. Data penjualan
2. Sumber bahan baku
3. Waktu tunggu pembelian bahan baku
4. Harga bahan baku
5. Biaya pemesanan
6. Biaya – biaya persediaan
7. Sejarah berdirinya Usaha Ayam Potong Pak Wagino.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini, metode pengumpulan data yang penulis lakukan
adalah sebagai berikut:
1. Observasi.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan atau peninjauan
secara langsung pada objek penelitian yakni pada Usaha Ayam Potong Pak
Wagino, Pasar Nasional Jl. Williem Iskandar Medan Estate Kecamatan Percut
Sei Tuan dan gudang penyimpanan bahan baku yang terletak di Jl. Usman
Siddik Gg. Makmur Pasar 4 Titi Sewa Medan Tembung untuk mendapatkan
data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian ini.
2. Interview/ Wawancara
Interview ini merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi
dengan tanya jawab secara langsung pada orang yang mengetahui tentang
3. Dokumentasi
Dokumen yang dibutuhkan berupa bon faktur pembelian, bon tagihan listrik
dan lain-lain.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis yaitu metode yang digunakan untuk membuat gambaran
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai suatu obyek yang akan diteliti.
a. Menentukan EOQ (Economic Order Quantity)
Economic Order Quantity (EOQ) adalah metode yang digunakan untuk menekan tingkat pemesanan yang meminimasi biaya persediaan keseluruhan,
maka biaya yang digunakan hanya total biaya pemesanan dan total biaya
penyimpanan. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Ishak A,
2010:178).
Q
* =�
2��ℎ
Dimana:
Q* = Ukuran pesanan ekonomis
A = Biaya Pemesanan per unit per periode
D = Biaya permintaan per unit per periode
1. Biaya Pemesanan per periode, merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan baku. Biaya pemesanan
berubah sesuai dengan kebutuhan frekuensi pemesanan. Biaya pemesanan
per tahun dapat dihitung dengan rumus,
Biaya Pemesanan(A) = DS Q
2. Biaya penyimpanan per periode, merupakan biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan penyimpanan bahan baku yang dibeli. Besarnya biaya
penyimpanan tergantung pada jumlah bahan baku yang dipesan setiap kali
pemesanan. Biaya penyimpanan per tahun dapat dihitung dengan rumus,
Biaya Penyimpanan (h) =QH 2
3. Jumlah pesanan bahan baku optimal diperoleh saat biaya pemesanan per
tahun sama dengan biaya penyimpanan per tahun, yaitu:
Biaya Pemesanan (A) = Biaya Penyimpanan
DS
Q =
�� 2
4. Maka jumlah optimum Ayam hidup per pemesanan
DS Q =
�� 2
2Q
2=2DS HD S = Q2H
Keterangan:
Q = Jumlah ayam hidup setiap pemesanan (ekor)
Q*= Jumlah optimal ayam hidup per pemesanan (ekor)
D = Permintaan ayam hidup tahunan
S = Biaya pemesanan ayam hidup tiap kali pesan (ekor)
H= Biaya Penyimpanan per unit per tahun
b. Menentukan Safety Stock Rumus standar deviasi:
SD =
�
∑(�− x) �Keterangan :
SD : Standar deviasi
X : Pemakaian sesungguhnya
x : Perkiraan pemakaian N : Jumlah data
Dengan asumsi bahwa perusahaan menggunakan 5% penyimpangan sera
mengguankan satu sisi dari kurva normal (nilai dapat dilihat pada tabel standar
= 1.65), maka perhitungan safety stock adalah sebagai berikut : SS = SD x 1.65
Keterangan :
c. Menentukan EOQ dengan Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)
Titik pemesanan ulang dapat dihitung dengan menjumlahkan kebutuhan
bahan baku selama Lead Time ditambah dengan jumlah persediaan pengamanan (safety stock). Jadi, Reorder Point dapat dihitung dengan rumus (Heizer dan Render, 2010:100)
ROP = (dL) + SS Dimana:
ROP = Reorder Point
d = Tingkat Kebutuhan per periode
L = Lead Time SS = Safety Stock
3.5.1 Analisis Selisih Efisiensi Pemesanan yang Optimal dengan Pemesanan yang dilakukan dengan Kebijakan Usaha Ayam Potong Pak Wagino Analisis ini menggambarkan selisih besarnya biaya dan kuantitas pemesanan
bahan baku yang diperoleh menurut kebijakan Usaha Ayam Potong Pak Wagino
dengan besarnya biaya dan kuantitas pemesanan yang optimal dengan
menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). 3.6 Konsespsi Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Biaya pemesanan bahan baku (Rp/Kg), adalah biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan pemesanan bahan baku, antara lain:
a. Biaya telepon
2. Biaya penyimpanan (Rp), adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
penyimpanan bahan baku, antara lain:
a. Biaya listrik
b. Biaya sewa gudang
3. Waktu tunggu dalam satuan hari, adalah lamanya waktu antara mulai
dilakukannya pemesanan bahan baku sampai kedatangan bahan baku yang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Usaha
Usaha ayam potong Pak Wagino berdiri sejak tahun 2002 dan memiliki
perkembangan yang cukup pesat. Awal mula berdirinya usaha ini ketika pemilik
berinisiatif untuk keluar dari pekerjaanya dan membuka usaha ayam potong
secara mandiri dengan 2 orang anaknya menjadi pekerja untuk membantu
kelancaran penjualan dan perkembangan usaha ini. Berbekal kemampuan yang
telah ia miliki setelah 5 tahun bekerja pada usaha ayam potong tempat ia bekerja
sebelumnya, ia merasa mampu untuk menjalankan usaha ini secara mandiri.
Dengan memiliki loyalitas konsumen yang amat kuat dan lumayan banyak
sehingga ia kini dapat menjual 360-400 Kg/hari dengan keuntungan bersih Rp
500.000 - Rp 1.000.000/hari. Berbeda dengan hari-hari besar seperti menjelang
Hari Raya Idhul Fitri, ia mampu menerima omset sebesar Rp
15.000.000-25.000.000/hari. Penjualan dengan jumlah sebesar itu dilakukan dengan
pemesanan sebelumnya oleh para pelanggan yang dominan adalah penjual bakso.
Kini usaha ayam potong Pak Wagino memiliki 12 pekerja dan memiliki
sebuah kios serta gudang untuk menampung persediaan ayam hidup yang akan
dipotong dan kemudian dijual. Tidak hanya itu ia mengembangkan usahanya
dengan membuka usaha penggilingan daging ayam untuk kemudian menjadi
bakso. Setiap harinya pemilik berjualan pada pukul 04.00 hingga 10.00 pagi dan
setiap hari dalam seminggu. Jenis ayam yang dijual oleh Pak Wagino ini adalah
4.1.2 Lokasi Penjualan
Lokasi usaha sebelumnya terletak di Pasar Gambir Pasar 8 Tembung
kemudian pindah di Pasar Nasional Jl. Williem Iskandar Medan Estate,
Kecamatan Percut Sei Tuan. Pemindahan lokasi pasar tersebut diakibatkan karena
kurang strategis dan lokasi yang cukup jauh dari pembeli yang sudah menjadi
pelanggan setia.
4.2 Pemakaian Ayam
Selama ini kebutuhan bahan baku ayam potong Pak Wagino memperoleh
bahan baku berupa ayam hidup dari tangan pertama atau peternakan di Pantai
Labu, Kabupaten Deli Serdang. Kebijakan pengadaan bahan baku dilakukan
sesuai dengan permintaan pasar. Namun dalam menghadapi kebutuhan pada
hari-hari besar seperti bulan ramadhan, Idhul Fitri, Natal dan Tahun baru yang
biasanya terjadi peningkatan yang hingga 25% maka pada saat tersebut harus
memiliki pengendalian khusus. Jadi pengansumsian yang dipakai hanya
pemakaian pada bulan-bulan normal saja.
Tabel 4.1
Data Penjualan Ayam Potong tahun 2016
Bulan Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Jumlah
Januari 2877 2857 2868 2868 11.470
Februari 2762 2770 2763 2783 11.078
Maret 2845 2830 2850 2852 11.377
April 2844 2836 2847 2843 11.370
Mei 3060 2910 3045 2715 11.730
Juni 3370 2280 3210 3010 12.800
Agustus 3068 3090 2970 3117 12.245
September 2925 2965 2970 2960 11.820
Oktober 2867 2824 2878 3067 11,637
November 2849 2856 2881 2865 11,451
Total 116.642
Penelitian ini menggunakan data bahan baku berupa ayam hidup pada
bulan Januari-Desember 2016 karena pada periode ini terdapat kelengkapan
berupa data pembelian dan penjualan sehingga cukup objektif untuk menentukan
hasil maupun rekomendasi penelitian ini. Sebagaimana yang ditunjukkan pada
tabel di atas, pemakaian bahan baku pada usaha ini bervariasi setiap waktunya, hal
ini disebabkan karena adanya hari-hari besar nasional yang mengakibatkan jumlah
permintaan pasar bervariasi, misalnya Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha,
Natal dan sebagainya.
4.3 Pembelian Bahan Baku
Usaha ayam potong Pak Wagino memiliki permintaan pasar yang cukup
besar dan itu terjadi secara terus-menerus sejak berdirinya usaha ini. Pak Wagino
sebagai pemilik menentukan jumlah persediaan akhir dan pengadaan bahan baku
di gudang setiap hari. Besarnya pembelian bahan baku ayam hidup bervariasi
setiap waktunya, hal ini disebabkan karena jumlah permintaan konsumen yang
berbeda-beda setiap harinya dan didukung dengan harga ayam potong itu sendiri
yang bervariasi dengan mengalami kenaikan dan penurunan harga yang
disesuaikan dengan keadaan pasar. Pembelian bahan baku pada periode
Januari-Desember 2016 disajikan pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Data Pembelian Bahan Baku pada Tahun 2016
Total 11.064
Total Frekuensi 120 Kali Rata-Rata/bulan 11,663
Rata-Rata/hari 389
Rata-Rata/Pesanan
972
Pemilik usaha melakukan pemesanan bahan baku 12 kali setiap bulannya.
Ini diharapkan bahan baku yang dipesan akan tiba pada waktunya yaitu 1 hari
setelah pemesanan dilakukan. Kuantitas pemesanan dan tingkat persediaan
rata-rata berdasarkan kondisi permintaan pasar dan bergantung pada stok awal yang
tersedia di gudang. Pembelian paling sedikit terjadi pada bulan Febuari sebesar
11,064 Kg.
4.4 Waktu Tunggu (Lead Time) Pengadaan Bahan Baku
Waktu tunggu pengadaan bahan baku adalah waktu yang dibutuhkan sejak
bahan baku dipesan sampai dengan bahan baku tersebut sampai pada pemilik
usaha. Berdasarkan keterangan dari pemilik usaha, waktu tunggu untuk bahan
baku berupa ayam hidup adalah 1 hari. Pada penelitian ini, diasumsikan tidak
terjadi hal-hal diluar dugaan sehingga waktu tunggu bahan baku adalah konstan,
yaitu 1 hari.
4.5 Biaya Persediaan Bahan Baku
Secara umum, total biaya persediaan bahan baku pada usaha Pak Wagino
adalah jumlah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
1. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan merupakan biaya yang akan langsung terkait dengan
kegiatan pemesanan yang dilakukan oleh pemilik usaha. Biaya pemesanan
berfluktuasi bukan dari jumlah yang dipesan, melainkan dengan frekuensi
pemesanan. Total biaya pemesanan setahun diperoleh dengan mengalikan
biaya pemesanan setiap kali pemesanan dengan frekuensi pemesanan selama
setahun. Komponen biaya pemesanan bahan baku meliputi biaya telepon dan
menyurat karena pemesanan hanya dilakukan melalui telepon. Biaya telepon
dihitung dari jumlah menit yang digunakan pada saat melakukan panggilan dan
pemesanan dengan tarif percakapan telepon per menit. Pesanan via telepon
rata-rata menghabiskan waktu 3 menit dengan tarif Rp 1200 per menit.
Selanjutnya akan disajikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Data Komponen Biaya Pemesanan per Pesanan tahun 2016
No. Komponen Biaya Jumlah
1 Biaya Telepon Rp 3.600
2 Biaya Administrasi Rp 250
3 Biaya Pembongkaran Muatan Rp 50.000
Jumlah Rp 53.850
Sumber : Pemilik Usaha (Diolah, 2017)
Biaya telepon timbul pada saat terjadi pemesanan kepada
supplier/peternak. Biaya administrasi timbul ketika ada pencatatan dan
pembuatan faktur serta penerimaan bahan baku, sedangkan biaya
pembongkaran muatan timbul pada saat bahan baku dibawa dan dipindahkan
dari lokasi peternakan ke gudang. Komponen biaya pemesanan terbesar adalah
biaya bongkar muat, yaitu Rp 50.000 sekali bongkar muat sehingga dalam
hitungannya untuk pemakaian setahun sebesar Rp 9.000.000/tahun. Sedangkan
komponen biaya pemesanan terkecil adalah biaya administrasi, yaitu Rp
250/pesanan maka Rp 45.000/tahun dan total biaya pemesanan pada tahun
2. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik
usaha sehubungan dengan adanya bahan baku yang disimpan dalam gudang.
Komponen biaya penyimpanan terdiri dari biaya listrik dan biaya sewa gudang.
Fasilitas listrik sebagai penerangan yang dinyalakan 12 jam sehari. Gudang
menggunakan penerangan dari listrik sebesar 17 watt. Perhitungan biaya
penyimpanan bahan baku akan dijelaskan secara rinci pada tabel 4.4
Tabel 4.4
Data Komponen Biaya Penyimpanan Bahan Baku Pada Tahun 2016
No Komponen Biaya Jumlah Biaya/tahun
1 Biaya Listrik Rp 600.000
2 Biaya Sewa Gudang Rp 5.000.000
3 Biaya tenaga kerja Rp 6.000.000
4 Biaya Pakan Rp 500.000
Jumlah Rp 12.100.000
Sumber : Pemilik Usaha (Diolah, 2017)
4.6 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Aktual Perusahaan
Usaha Ayam Potong Pak Wagino memiliki permintaan konsumen yang cukup
besar sehingga penjualan terjadi terus menerus secara kontinu. Pemilik usaha
menentukan jumlah persediaan akhir dan keadaan bahan baku di gudang setiap
hari. Pencatatan terhadap bahan baku yang masuk setelah pemesanan disimpan
dalam bentuk bon faktur pembelian. Penentuan kebutuhan bahan baku disesuaikan
didasarkan pada permintaan konsumen setiap hari yang berbeda-beda dan
pengalaman pada waktu lalu. Walaupun demikian. Teknik yang digunakan
pemilik masih bersifat manual, yaitu dengan menerka-nerka tanpa acuan
Tabel 4.5
Data Kuantitas Pemesanan dan Tingkat Persediaan Rata-rata Usaha
Bulan Min
Tingkat persediaan rata-rata pada tahun 2016 sebesar 1518 Kg. Tingkat
persediaan rata-rata tersebut merupakan hasil rata-rata dari penjumlahan total
persediaan awal dengan total persediaan akhir kemudian dibagi dua. Data-data di
atas cukup untuk menentukan besar total biaya persediaan bahan baku aktual
usaha tersebut. Total biaya persediaan bahan baku per tahun adalah total biaya
pemesanan ditambah total biaya penyimpanan per tahunnya. Biaya pemesanan
diperoleh dari banyaknya pesanan dikali biaya setiap kali pesan. Biaya
penyimpanan diperoleh dengan mengalikan biaya penyimpanan per tahun dengan
tingkat persediaan bahan baku rata-rata per tahun yang disimpan. Jumlah
persediaan yang disimpan di gudang merupakan jumlah persediaan rata-rata.
Perhitungan total biaya persediaan berdasarkan kondisi aktual usaha selama tahun
2016 diuraikan pada Lampiran 1 dan jumlah total biaya persediaan disajikan
secara rinci pada tabel 4.6 dan 4.7.
Tabel 4.6
Komponen Total Biaya Persediaan
Tahun Sumber : Diolah oleh Peneliti (2017)
Berdasarkan tabel 4.6 biaya total persediaan bahan baku sebesar Rp
21.793.000. Besarnya total biaya persediaan bahan baku tersebut dikarenakan
frekuensi pemesanan yang terlalu sering dan biaya penyimpanan yang cukup
4.7 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantiy (EOQ)
Salah satu upaya untuk mengefesiensikan biaya persediaan bahan baku adalah
dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Penggunaan metode EOQ ini untuk mengetahui berapa besar kuantitas yang harus dipesan dan berapa kali harus melakukan pemesanan agar biaya persediaan bahan baku
optimum. Hal ini dapat dilakukan karena terpenuhinya karakteristik, asumsi
kondisi serta kebutuhan dalam menjalankan usaha ayam potong ini. Pemilik
memilki data pembelian dan permintaan yang diketahui tetap dan bebas. Selain itu
lead time konstan, penerimaan persediaan lengkap, tidak ada diskon, biaya variabel yang ada hanyalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, serta
kosongnya persediaan dapat dicegah sepenuhnya jika pesanan dilakukan pada
waktu yang tepat. Perhitungan kuantitas pemesanan optimal bahan baku ayam
potong yang optimal tahun 2016 dihitung secara rinci pada lampiran 3 dan
disajikan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Perhitungan Kuantitas Optimal Bahan Baku Tahun 2016
Bahan
Sumber : Diolah oleh Peneliti (2017)
Berdasarkan hasil perhitungan EOQ pada tabel 4.7, bahwa kuantitas
pesanan. Setelah mengetahui jumlah kuantitas optimal untuk setiap kali
pemesanan maka selanjutnya dapat menghitung frekuensi pemesanan bahan baku.
Frekuensi pemesanan bahan dihitung secara rinci pada lampiran 3 dan disajikan
pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Perhitungan Frekuensi Pemesanan Optimal Bahan Baku Tahun 2016 Bahan baku Permakaian (D) EOQ (Q*) Frekuensi (Kali)
Ayam Hidup 116.642 1264 92 kali
Sumber : Diolah oleh Peneliti (2017)
Frekuensi pemesanan bahan baku yang optimal berdasarkan metode EOQ
adalah sebanyak sembilan puluh dua kali. Semakin kecil frekuensi pemesanan,
semakin kecil pula biaya yang dikeluarkan pemilik untuk biaya pemesanan, tetapi
biaya penyimpanan akan semakin besar. Namun, biaya pemesanan saja tidak
cukup untuk dapat membandingkan dua metode persediaan yang paling efisien.
Hal ini disebabkan karena masih ada satu komponen biaya lagi yang
memengaruhi total biaya persediaan secara keseluruhan, yaitu biaya penyimpanan
yang mana dipengaruhi oleh jumlah rata-rata persediaan di gudang.
Total biaya persediaan merupakan jumlah dari total biaya pemesanan dan
total biaya penyimpanan. Perhitungan biaya persediaan bahan baku berdasarkan
metode EOQ tahun 2016 secara terinci terdapat pada lampiran 3, sedangkan total
Tabel 4.9
Total Biaya Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode EOQ Tahun 2016 Bahan Baku Biaya Pemesanan
(Rp/Tahun)
Ayam Hidup 4.954.200 4.963.096 9.917.296
Sumber : Diolah oleh Peneliti (2017)
4.8 Menentukan Safety Stock(Persediaan Pengaman)
Safety Stock merupakan persediaan tambahan yang diadakan untuk menjaga kelangsungan penjualan dari kemungkinan terjadinya kekurangan bahan
baku. Penentuan kuantitas persediaan pengaman dapat dihasilkan dengan cara
mengalikan antara standar deviasi dengan standar penyimpangan sebesar 1.65.
Perhitungan safety stock pada tahun 2016 dijelaskan secara rinci pada lampiran 4, sedangkan intisarinya disajikan pada tabel 4.10
Tabel 4.10
Jumlah Safety Stock Pada Tahun 2016 (per Kg)
Tahun Standar Deviasi Standar
Penyimpangan
Safety Stock
2016 14.44 Kg 1.65 24 Kg
Sumber : Diolah Oleh Peneliti (2017)
Jadi persediaan bahan baku yang harus disediakan pemilik usaha pada
tahun 2016 selama lead time atau sebagai persediaan pengaman adalah sebesar 23.76 Kg atau dibulatkan menjadi 24 Kg.
4.9 Menentukan Re Order Point (ROP)
Re Order Point merupakan batas dari jumlah persediaan yang ada di gudang saat pesanan harus diadakan kembali. Hal ini bertujuan agar pemilik usaha
dihitung dengan menjumlahkan kebutuhan bahan baku selama Lead Time ditambah dengan jumlah persediaan pengaman (Safety Stock). Waktu tunggu yang muncul akibat menunggu tibanya bahan baku di gudang adalah selama 1 hari.
ROP pada tahun 2016 akan disajikan pada tabel 4.11
Tabel 4.11
Re Order Point Pada Tahun 2016
Tahun
Waktu Tunggu
(Hari)
Rata-rata
pemakaian/hari/Kg dL SS
ROP (dL+SS)
2016 1 389 389 24 413
Sumber : Diolah Oleh Peneliti (2017)
Sesuai data di atas, maka penilik harus melakukan pesanan kembali pada
saat persediaan yang ada di gudang sebesar Kg. Hal ini berarti bahwa pada saat
persediaan bahan baku benar-benar habis, pesanan bahan baku yang telah dipesan
1 hari sebelumnya telah tiba di gudang. Pada saat inilah persediaan dengan bahan
yang tadinya telah habis akan segera terisi lagi dengan bahan baku yang telah
diterima sesuai dengan jumlah pesanan hingga jumlah kuantitas persediaan
optimal terpenuhi kembali. Hal ini berarti, kelancaran dalam penjualan ayam
potong tidak perlu terhenti karena kehabisan bahan baku.
4.10 Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku
Metode yang telah dilakukan oleh pemilik usaha dapat dibandingkan
dengan menggunakan metode EOQ. Dengan mengetahui hasil perbandingan,
maka pemilik akan mengetahui metode mana yang akan menghasilkan biaya yang
paling minimum, yang berarti merupakan metode persediaan yang lebih efektif
bagi pemilik usaha yang bila diterapkanakan menghasilkan keuntungan yang
Tabel 4.12
Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku Tahun 2016
Uraian Aktual EOQ Penghematan
1.Biaya Pemesanan Rp 9.693.000 Rp 4.954.200 Rp 4.738.800 2.Biaya Penyimpanan Rp 12.100.000 Rp 4.963.096 Rp 7.136.904 Total Biaya Persediaan Rp 21.793.000 Rp 9.917.296 Rp 11.875.704 Sumber : Diolah Oleh Peneliti
Data di atas menunjukkan bahwa pemilik usaha dapat menghemat biaya
sebesar Rp 11.875.704 per tahun secara keseluruhan, dimana menggunakan
metode EOQ biaya yang dikeluarkan lebih rendah dari biaya persediaan yang
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan hasil perhitungan yang telah diperoleh,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kuantitas pembelian bahan baku
yang optimal pada Usaha Ayam Potong Pak Wagino adalah sebesar 1264
Kg pada tahun 2016.
2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa total biaya persediaan bahan baku
yang dikeluarkan oleh pemilik Usaha Ayam Potong Pak Wagino jika
menerapkan metode EOQ adalah sebesar Rp Rp 9.917.296 pada tahun
2016.
3. Dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah persediaan pengaman
(safety stock) yang dibutuhkan oleh Usaha Ayam Potong Pak Wagino adalah sebesar 24 Kg pada tahun 2016.
4. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Pemilik Usaha harus melakukan
pemesanan kembali pada tingkat persediaan sebesar 413 Kg pada tahun
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis di atas, maka penulis mengajukan
saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam kebijakan persediaan
bahan baku, antara lain :
1. Pemilik usaha hendaknya mempertimbangkan penggunaan metode EOQ
dalam kebijakan persediaan bahan baku karena dengan menggunakan metode
EOQ pembelian bahan baku yang optimal dengan biaya yang lebih kecil
dibandingkan kebijakan pemilik yang selama ini dilakukan.
2. Pemilik usaha perlu mengadakan persediaan pengaman (safety stock) untuk mencegah kekurangan bahan baku pada saat proses penjualan langsung kepada
konsumen dan menentukan waktu ataupun jadwal yang tepat untuk melakukan
pemesanan kembali bahan baku guna menjamin kelancaran usaha.
3. Pemilik usaha juga harus memperhatikan dua komponen biaya, yaitu biaya
penyimpanan dan biaya pemesanan. Dua komponen biaya ini menjadi acuan
utama pemilik usaha dalam menentukan kebijakan persediaan bahan baku.
4. Pemilik usaha perlu melakukan perluasan gudang penyimpanan agar dapat
menampung kuantitas yang optimum dan mencegah ayam agar tidak mudah