• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Ibu Yang Bersalin Secara Seksio Sesaria Terhadap Pemberian Air Susu Ibu (Colustrum) Di Rumah Sakit Fajar Medan 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Ibu Yang Bersalin Secara Seksio Sesaria Terhadap Pemberian Air Susu Ibu (Colustrum) Di Rumah Sakit Fajar Medan 2013"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persalinan seksio sesar ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus. Dewasa ini cara ini jauh lebih aman

daripada dahulu berhubung dengan adanya antibiotik, transfusi darah, teknik operasi

yang lebih sempurna, dan anestesi yang lebih baik. Menurut statistik tentang 3509

kasus seksio sesarea yang disusun oleh Peel dan Chamberlain (1968) indikasi untuk

seksio sesarea ialah : disproporsi janin-panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta

previa 11%, pernah seksio sesarea 11%, kelainan letak 10%, incoordinate uterine

action 9%, pre-eklampsia dan hipertensi 7% (Sarwowo, 2006). Angka kematian dan

perinatal merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan

dan keluarga berencana suatu negara. Angka kematian ibu di indonesia masih tinggi

yaitu 300/100.000 persalinan hidup. Jika perkiraan persalinan sampai 15.500

kematian ibu setiap tahunnya atau meninggal setiap 30 sampai 40 menit. Jumlah

kematian perinatal sekitar 40/1000 artinya jumlah absolut 200.000 orang atau terjadi

setiap 2-2,5 menit (Manuaba, dkk, 2010).

Karena tingginya angka kematian ibu dan perinatal di indonesia (tertinggi di

ASEAN), bidang pelayanan kebidanan masih memerlukan perhatian. Dapat

dikatakan bahwa angka kematian ibu perinatal yang tinggi, sebagian besar akibat

pertolongan persalinan dukun di seluruh indonesia.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tetap tinggi di kawasan

ASEAN walaupun sudah terjadi penurunan dari 307 per 100.000 KH (SDKI, 2002

-2003) menjadi 248 per 100.000 KH pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007).

Sangat diperhatikan angka kematian ibu 500.000 per tahun dan kematian

perinatal 10.000.000 per tahun di seluruh dunia, WHO dan UNICEF mengadakan

kongres di Alma Ata 1978, Uni Sovyet dan mencetuskan ide Primary Health Care

(pelayanan kesehatan utama) (manuaba, dkk, 2010).

Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia, terdapat kematian ibu sebesar

500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000

jiwa pertahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama dinegara

(2)

Menurut WHO memperkirakan jika ibu hanya melahirkan rata-rata 3 bayi,

maka kematian ibu dapat diturunkan menjadi 300.000 jiwa dan kematian bayi

sebesar 5.600.000 jiwa pertahun. Sebesar kematian ibu di Indonesia bervariasi antara

130 dan 780 dalam 100.000 persalinan hidup. Kendatipun telah dilakukan usaha

yang intensif dan dibarengi dengan makin menurunnya angka kematian ibu dan bayi

di setiap rumah sakit, kematian ibu di Indonesia masih berkisar 425/100.000

persalinan hidup. Sedangkan kematian bayi sekitar 56/10.000 persalinan hidup

(Manuaba, dkk, 2010).

WHO memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap harinya akibat

komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan aborsi yang tidak aman akibat kehamilan

yang tidak diinginkan. Hampir semua kasus kematian ini sebenarnya dapat dicegah.

WHO juga melaporkan, sekitar 80 % kematian maternal merupakan akibat

meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan setelah melahirkan,

tetapi dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih termasuk dibidang

kedokteran, persalinan ibu yang mengalami komplikasi dapat di bantu dengan

operasi sesar (BKKBN, 2007).

Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia), standar operasi sesar disebuah

negara adalah 5 – 15 persen. Di indonesia sendiri, persentase sesar sekitar 5%. Di

rumah sakit pemerintah rata-rata 11% sementara dirumah sakit Swasta rata-rata 30%

anga itu terus berkembang.

Di Indonesia angka persalinan sesar di 12 Rumah Sakit pendidikan antara 2,1

% – 11,8 %. Angka ini masih di atas angka yang diusul oleh Badan Kesehatan Dunia

(WHO) pada tahun 1985 yaitu 10 % dari seluruh persalinan Sesar nasional (Rahwan,

2004). Di Propinsi Sumatera Utara, khususnya di RS rujukan angka kejadian SC

pada tahun 2008 terdapat 35 % dan meningkat menjadi 38 % pada tahun 2009 (Profil

Dikes Propinsi, 2009).

Garis – Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999 – 2004 dan Program

Pembangunan Nasional (PROPENAS) mengamanatkan bahwa pembangunan

diarahkan pada meningkatnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Modal dasar

pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai

dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI

ekslusif yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi sejak lahir sampai berusia 4 bulan

(3)

Menurut WHO, UNICEF, dan Depertemen Kesehatan Republik Indonesia

melalui SK Menkes No.450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

menetapkan rekomendasi pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. Dalam

rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan,

perkembangan, dan kesehatan optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6

bulan pertama (Prasetyono, 2009).

Menurut Prof. Remmeltz melaporkan bahwa angka kematian ibu sebesar

1.600/100.000 persalinan hidup dan angka kematian bayi sekitar 30% dari kelahiran

sebelum mencapai usia 1 tahun.

National Health and Medical Research Council (Dewan Penelitian Kesehatan

dan Medis Nasional – NHMRC) Australia menganjurkan agar wanita harus

memberikan ASI saja kepada bayi selama sekitar enam bulan. NHMRC juga

menganjurkan agar tetap menyusui sampai usia 12 bulan, atau lebih lama lagi.

Manfaat yang dapat diperoleh dari menyusui mungkin berkelanjutan selama 2 tahun

dan selanjutnya (Arini, 2012).

ASI juga dapat mencengah kanker pada anak dan juga menurunkan angka

kejadian diabetes melitus dan sindrom metabolic, infeksi saluran pencernaan (diare)

infeksi saluran pernfasan dan infeksi telinga. ASI juga bisa menurunkan dan

mencengah terjainya penyakit noninfeksi, seperti penyakit alergi, obesitas, kurang

gizi dan asma (Prasetyono, 2009 dan Khamzahs, 2012).

Sebagian besar penatalaksanaan pemberian ASI didasarkan pada

pemahamanan atas perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi pada ibu yang

sedang dalam proses laktasi pada masa pascapartum. Untuk itu bidan dan perawat

yang bertugas diruang kebidanan perlu memahami anatomis dan fisiologis payudara

ini secara lebih mendalam. Adapun posisi menyusui ibu yang melahirkan melalui

persalinan seksio sesar diartikan sebagai football position artinya posisi menyusui

yang disarankan untuk ibu yang melahirkan melalui persalinan seksio sesar.

(Maryunani, 2009).

Masa-masa belajar menyusu dalam satu jam pertama hidup bayi diluar

kandungan disebut sebagai proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Inisiasi Menyusui

Dini telah menjadi tema Peringatan Pekan ASI sedunia 2007 yaitu “menyusu satu

jam pertama kehidupan di lanjutkan dengan menyusu eksklusif 6 bulan,

menyelamatkan lebih dari satu juta bayi”. Maka pada puncak Peringatan Pekan ASI

(4)

bayinya dalam satu jam pertama setelah melahirkan. Karena hal ini dapat

menghindari bayi dari serangan berbagai penyakit berbahaya dalam masa paling

rentan dalam kehidupannya. Maka tidaklah berlebihan apabila diktakan bahawa asi

di satu jam pertama adalah hal yang tak ternilai untuk bayi. Inilah hak pertama

seorang anak manusia setelah ia dilahirkan. Ibu bisa membiarkan bayinya belajar

menyusu sendiri begitu bayi dilahirkan. Keberhasilan IMD ini telah dibuktikan

dengan penilitain yang dilakukan terhadap 10.947 bayi baru lahir antara bulan juli

2003 dan juni 2004 di Ghana, ternyata bila bayi dapat menyusu 1 jam pertama dapat

menyelamatkan 22% bayi dari kematian saat bayi baru lahir (Maryunani, 2009).

Adapun kandungan fosfor dapat diabsorpsi secara efisien sebagai fosfor

bebas didalam usus sebagai dihidrolisis dan dilepas dari makanan. Bayi dapat

menyerap 85 – 90% fosfor berasal dari Air Susu Ibu (ASI). Sebanyak 65 – 70 %

fosfor berasal dari susu sapi dan 50 – 70% fosfor berasal dari susu makanan normal

dapat diabsorpsi oleh anak-anak dan orang dewasa. Bila konsumsi fosfor rendah,

taraf absorpsi dapat mencapai 90% dari konsumsi fosfor (Almatsier, 2009).

Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di RS MITRA SEJATI

melalui rekam medik, diperoleh data bahwa pada tahun 2012, dari jumlah persalinan

67 orang dengan resiko tinggi di sesar 7 orang (5%), dan pada bulan februari – april

ada 42 orang dari jumlah persalinan sesar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan permasalahan

penelitian yaitu “Bagaimana perilaku ibu bersalin dengan seksio sesar terhadap

Pemberian ASI (Colustrum) di RS MITRA SEJATI 2013”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku ibu yang bersalin secara seksio sesar terhadap

pemberian ASI (Colustrum).

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu bersalin dengan seksio sesar terhadap

pemberian Air Susu Ibu (Colustrum) di RSU MITRA SEJATI 2013.

2. Untuk mengetahui sikap ibu bersalin dengan seksio sesar terhadap

(5)

3. Untuk mengetahui tindakan ibu yang bersalin secara seksio sesar terhadap

pemberian Air Susu Ibu (Colustrum) di RSU MITRA SEJATI 2013.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

1. Sebagai prasyarat untuk menyelesaikan pendidikan D-IV Bidan Pendidik

Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai aplikasi ilmu yang didapat peneliti selama menempuh pendidikan

D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.

b. Bagi Institusi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka

meningkatkan pemberian ASI (Colustrum) di RS MITRA SEJATI 2013.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan referensi di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Studi

D-IV Bidan Pendidik serta dapat menambah pengetahuan mahasiswi tentang

perilaku ibu bersalin dengan seksio sesar terhadap pemberian ASI

Referensi

Dokumen terkait

Six such areas are: (1) ANN was not used to simulate concentration as a function of space and time, which provides important break- through data; (2) no effective strategy for

Jika terdapat indikasi tersebut atau pada saat pengujian tahunan atas penurunan nilai aset tertentu (yaitu aset takberwujud dengan umur manfaat tidak terbatas,

In order to illustrate that completely different results are possible for the same problem using Standard Galerkin, Petrov-Galerkin and Fully-Upwind Galerkin finite element

Ket ika suat u l iabil it as keuangan yang ada digant ikan ol eh l iabil it as keuangan l ain dari pemberi pinj aman yang sama dengan persyarat an yang berbeda secara subst ansial ,

1 Informas i keuangan per tanggal dan untuk periode yang berakhir 30 J uni 2016 dan 30 J uni 2015 tidak di audita. 2 Untuk informa s i ke ua nga n pe r ta ngga l da n untuk pe riode

Bourdieu and Passeron propose that members of the working class fail in school because of their own lack of cultural capital; that is, they are put at fault by the education

unit Kerja yang lain guna memastikan bahwa tindakan korektif telah dideskripsikan secara benar dan memadai serta menjelaskan kondisi yang memerlukan tindakan korektif tersebut..

• Elemen dasar dari plane truss adalah berbentuk sebuah segitiga yang terbentuk dari tiga batang rangka saling terkoneksi dengan sambungan pin disetiap ujungnya.. • Struktur