BAB II
TINJUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1Tinjauan Pustaka
Menurut Samsudin (1982), yang disebut petani adalah mereka yang untuk
sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian, menguasai suatu
cabang atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri, baik dengan
tenaga sendiri maupun tenaga bayaran. Menguasai sebidang tanah dapat diartikan
pula menyewa, sebagai hasil atau beruapa memiliki tanah sendiri.Disamping
menggunakan tenaga sendiri ia dapat menggunakan tenaga kerja yang bersifat
tidak tetap.
Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau
seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi
usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil laut.Peranan
petani sebagai pengelola usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam
mengorganisir faktor-faktor produksi yang diketahui (Hernanto, 1993).
Departemen Pertanian (2007) mendefenisikan Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) sebagai kumpulan dari beberapa kelompok tani yang bergabung dan
bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efesiensi usaha.Kelompok
tani yang ada dalam satu wilayah administrasi desa atau yang berada dalam satu
wilayah aliran imigrasi petak pengairan tersier.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan organisasi petani di pedesaan
yang dibentuk secara musyawarah dan mufakat untuk meningkatkan skala
sama di antar para anggota; (2) berada pada kawasan usaha tani yang menjadi
tanggung jawab bersama di antaraa para anggota; (3) mempunyai kader pengelola
yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani; (4) memiliki kader atau
pemimpin yang diterima oleh petani lainnya; (5) mempunyai kegiatan yang dapat
dirasakan mafaatnya oleh sebagian besar anggotanya, dan (6) adanya dorongan
atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat (Deptan, 2007).
2.2Landasan Teori 2.2.1Persepsi
Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran peran. Setiap orang
memiliki pengalaman yang berbeda-beda, maka persepsinya pun berbeda-beda
pula terhadap stimulus yang diterimanya, meskipun dengan objek yang sama
(Rakhmat,1992).
Menurut Asngari (1984), persepsi orang dipengaruhi oleh pandangan seseorang
pada suatu keadaan, fakta, atau tindakan. Terdapat tiga mekanisme pembentukan
persepsi, yaitu selectivity, closure, interpretation.Informasi yang sampai kepada
seseorang yang menyebabkan individu yang bersangkutan membentuk persepsi,
dimulai dengan pemilihan atau menyaringnya, kemudian informasi yang masuk
tersebut disusun menjadi kesatuan yang bermakna, dan akhirnya terjadilah
interpretasi mengenai fakta keseluruhan informasi.
Menurut Sormin (2006), mendefinisikan bahwa persepsi merupakan sebagai
proses dimana seseorang menjadi sadar segala sesuatu dalam lingkungannya
melalui indera yang dimiliki, pengetahuan lingkungan diperoleh melalui
perencanaan informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut
adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan
sebagainya).Sebaliknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.
Menurut Siagian (1995), persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam
memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan
sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang
dipersepsi). Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :
1. Karakter individu yang bersangkutan (The Perceiver), yang dipengaruhi oleh
sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan harapan.
2. Karakteristik dari objek setelah diteliti dapat mempengaruhi apa yang dirasakan
(The Target).
3. Situasi yang mempengaruhi (The Situation).
Persepsi adalah proses menangkap arti objek-objek social dan kejadian-kejadian
yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga
penilaian terhadap mereka mengandung resiko.Pola-pola perilaku manusia
berdasarkan persepsi mereka mengenai realitas (sosial) yang telah
dipelajari.Persepsi manusia terhadap seseorang, objek, atau kejadian dan reaksi
mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman masa lalu mereka berkaitan
dengan orang, objek atau kejadian serupa (Mulyana, 2005).
Menurut Saptorini(1989) Persepsi adalah suatu proses mental yang rumit dan
melibatkan berbagai kegiatan untuk menggolongkan stimulus yang masuk
sehingga menghasilkan tanggapan untuk memahami stimulus tersebut.Persepsi
(penginderaan), fisiologis (pengiriman hasil penginderaan ke otak melalui saraf
sensoris) dan psikologis (ingatan,perhatian,pemprosesan informasi di otak).
Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi : 1.Perilaku persepsi,bila seorang
individu memandang pada suatu target dan mencoba untuk menafsirkan apa yang
dilihatnya,penafsiranitu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku
persepsi antara lain sikap,motif/kebutuhan individu,suasana hati,pengalaman masa
lalu,prestasi belajar sebelumnya dan pengharapan; 2.Target yang akan diamati
,karakteristiknya dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan; 3.Situasi,yaitu
unsur-unsur dalam lingkungan sekitar dapat mempengaruhi persepsi
(Robins,1996).
2.2.2Kemitraan
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis, maka keberhasilan kemitraan sangat
ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjaankan etika
bisnis.Dalam konteks ini pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan
tersebut harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami bersama dan
dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan.Hal ini erat
kaitannya dengan peletakan dasar-dasar moral berbisnis bagi pelaku-pelaku
kemitraan.Penerapan dasar-dasar etika bisnis dalam kemitraan yang diwujudkan
dengan tindakan nyata identik dengan membangun suatu fondasi untuk sebuah
rumah atau bangunan. Konsistensi dalam penerapan etika bisnis akan berbanding
lurus dengan kemantapan atau kekokohan dalam menopang pilar-pilar di atasnya
(Hafsah, 2000).
Kemitraan adalah kerjasama yang sinergis antar dua atau lebih pihak untuk
pertukaran sosial yang saling memberi (sosial rewards), bersifat timbal balik
(dyadic) dan saling menerima (reinforcement). Kemitraan mempunyai beberapa
prinsip dasar yang harus dilakukan agar proses kemitraan tersebut dapat berjalan
baik serta tujuan dapat tercapai. Prinsip-prinsip kemitraan adalah saling
membutuhkan, saling ketergantungan, saling percaya, saling menguntungkan,
keeling mendukung, saling membangun dan saling melindungi( Mardikanto,
1993).
Konsep kemitraan agribisnis yang berkembang di Indonesia memiliki berbagai
tipe.Adapun tipe yang umum dilakukan sebagaimana dikemukakan Soemardjo,
dkk.(2004) , sebagai berikut.
1. Tipe dispersal
Dispersal berasal dari kata asal dispersi yang artinya tersebar. Dalam hal ini tipe
dispersal dapat diartikan sebagai pola hubungan antar pelaku uaha yang satu sama
lain tidak memiliki ikatan formal yang kuat. Tipe dispersal dicirikan tidak adanya
hubungan organisasi fungsional di antara setiap tingkatan usaha pertanian hulu
dan hilir.Jaringan agribisnis hanya terikat pada mekanisme pasar, sedangkan antar
pelakunya bersifat tidak langsung dan impersonal sehingga setiap pelaku
agribisnis hanya mementingkan diri sendiri.Dalam kondisi tersebut, pelaku tidak
menyadari bahwa sebenarnya mereka saling membutuhkan.
Pada kemitraan tipe dispersal, pihak pengusaha lebih kuat dibandingkan
produsen.Pihak pengusaha ini sangat berperan dalam berhubungan dengan
produsen yang lemah.Akan tetapi hubungan yang terjadi antara kedua belah pihak
tidak sinergis dan tidak berkesinambungan karena tidak bersifat
dan hilir.Kesenjangan yang terjadi berupa informasi tentang mutu, harga,
teknologi dan akses permodalan.Dengan demikian, pemodal kuat yang umumnya
berwawasan luas, lebih berpendidikan dan telah berperan di subsistam hilir
menjadi diuntungkan oleh berbagai kelamahan pengusaha kecil sebagai produsen.
2. Tipe sinergis dan saling menguntungkan
Tipe ini berbasis pada kesadaran saling membutuhkan dan saling mendukung
pada masing-masing pihak yang bermitra. System kemitraan seperti ini sudah
mulai banyak ditemukan di daerah pedalaman kota-kota besar dan kota menengah
konsep kemitraan agribisnis menjadi salah satu pilihan yang prospektif bagi
perkembangan iklim bisnis yang sehat di Indonesia pada masa Yang akan datang.
Hal tersebut dapat terjadi jika konsep kemitraan yang dijalankan benar-benar
dapat menjembatani kesenjangan antar-subsistem dalam sistem bisnis hulu-hilir
(produsen-industri pengolahan-pemasaran) maupun hulu-hulu (sesama produsen).
Pengembangan kelembagaan kemitraan dalam sistem agribisnis telah memberikan
dampak positif bagi keberhasilan pengembangan sistem agribisnis. Dampak
positif tersebut (Sumardjo dan Darmono, 2004) adalah :
1. Keterpaduan dalam sistem pembinan yang saling mengisi antara materi
pembinaan dengan kebutuhan riil petani, meliputi permodalan sarana,
teknologi, bentuk usaha bersama atau koperasi dan pemasaran.
2. Kejelasan aturan atau kesepakatan, sehingga menumbuhkan kepercayaan
dalam hubungan kemitraan bisnis yang ada. Kesepakatan tentang aturan,
perubahan harga, dan pembagian hasil harus dibuat secara adil oleh
kesinambungan bisnis dari kedua pihak dapat terlaksana dan saling
menguntungkan.
3. Keterkaitan antarpelaku dalam sistem agribisnis (hulu-hilir) yang mempunyai
komitmen terhadap kesinambungan bisnis. Komitmen ini menyangkut mutu
dan kuantitas, serta keinginan saling melestarikan hubungan dengan menjalin
kerjasama saling menguntungkan secara adil.
4. Terjadinya penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dan
berkesinambungan di sektor pertanian.
Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu
kemitraan oleh masing-masing anggota kemitraan yaitu:
1. Prinsip kesetaraan (Equity), individu, organisasi atau institusi yang telah
bersedia menjalin kemitraan harus merasa sama atau sejajar kedudukannya
dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang disepakati.
2. Prinsip keterbukaan, keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan
masing-masing anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu
harus diketahui oleh anggota lain. Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya
kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan saling keterbukaan ini akan
menimbulkan saling melengkapi dan saling membantu diantara golongan
(mitra).
3. Prinsip azas manfaat bersama (mutual benefit), Individu, organisasi atau
institusi yang telah menjalin kemitraan memperoleh manfaat dari kemitraan
yang terjalin sesuai dengan kontribusi masing-masing. Kegiatan atau pekerjaan
2.2.3 Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.Dalam penelitian, fenomena
social ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut
sebagai variabel penelitian. (Suryabrata, 2002 ).
Skala likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap
sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan baik-tidak baik.
Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator
indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item
instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab responden
(Kuncoro dan Riduwan, 2007).
Skala likert merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju
atau ketidaksetujuannya terhadap subjek, objek, atau kejadian tertentu. Metode
pengukuran yang paling sering digunakan ini dikembangkan oleh Rensis Likert
sehingga dikenal dengan nama skala likert. Nama lain dari skala ini adalah
summated ratings method. Skala likert umumnya menggunakan lima angka
penilaian, yaitu: 1. sangat setuju, 2. setuju, 3. netral, 4. Tidak setuju, 5. sangat
tidak setuju. Urutan setuju atau tidak setuju dapat juga dibalik mulai dari sangat
tidak setuju sampai dengan sangat setuju.Alternatif angka penilaian dalam skala
ini dapat bervariasi dari 3 sampai dengan 9 (Indriantoro dan Supomo, 2002).
Untuk mengetahui tingkat persepsi,maka digunakan skala likert.Skala likert
menilaisikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh peneliti dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden.Kemudian responden
memberi pilihan respon atau jawaban dalam bentuk skala ukur yang telah
disediakan,yakni: mengikuti semua teknologi anjuran (3),melakukan salah satu
teknologi anjuran(2),melakukan teknologi tetapi tidak sesuai anjuran(1),tidak
melakukan semua teknologi baik anjuran maupun bukan anjuran(0) (Nazir,2003)
2.3. Penelitian Terdahulu
BerdasarkanTanjung (2014)dengan judul“Persepsi Petani terhadap Kinerja
Kemitraan Kelompok Tani dengan Perusahaan Eksportir PD Rama Putra(Kasus
:Kelompok Tani Lau Lengit, Desa Samura,Kecamatan Kabanjahe,Kabupaten
Karo ) menyimpulkan persepsi petani terhadap kinerja kemitraan antara kelompok
tani Lau Lengit dengan PD Rama Putra adalah positif .hal ini dapat dilihat dari
sebanyak 16 orang petani (61,54%) memberikan respon positif.
2.4Kerangka Pemikiran
Gapoktan Tani Majumerupakan salah satugapoktan yang berada di Kabupaten
Karo yang memproduksi tanaman hortikultura.Dan PD Rama Putra merupakan
perusahaan eksportir yang melakukan ekspor tanaman hortikultura ke berbagai
negara seperti ke Taiwan, Singapura, Malaysia dan Korea Selatan.Antara
GapoktanTani Majutelah menjalin kemitraan dengan PD Rama Putra.Maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi petani terhadap
kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan perusahaan eksportir PD Rama
Skema Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: Menyatakan Hubungan
: Menyatakan Mitra
: Menyatakan dievaluasi dengan
2.4 Hipotesis Penelitian
1. Persepsi petani terhadap kinerja kemitraan Gapoktan Tani Maju dengan
perusahaan eksportir PD Rama Putra adalah positif.
Kemitraan PD Rama Putra
Gapoktan Tani Maju
Persepsi
Petani Skala Likert