• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 212011022 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 212011022 Full text"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ALOKASI PENDAPATAN,

CONSCIENTIOUSNESS

DAN

FAKTOR DEMOGRAFIS TERHADAP

IMPULSIVE BUYING

Sara Fransisca Setiawan

Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini banyak sorotan masyarakat yang ditujukan kepada guru. Sejak tahun 2008 terdapat peraturan bahwa guru yang sudah mendapatkan sertifikasi berhak menerima tambahan insentif satu kali gaji pokok setiap bulannya. Semula gaji guru pas-pasan sekarang menjadi lebih tinggi dibanding penghasilan pegawai negeri lainnya. Sebenarnya kenaikan insentif tersebut tidak melekat begitu saja kepada guru, akan tetapi lebih condong ke penghargaan pemerintah yang diberikan kepada guru (induksiguru.wordpress.com).

(2)

Menurut Anggasari (1997) perilaku konsumtif merupakan suatu tindakan membeli barang-barang yang kurang atau bahkan tidak diperlukan sehingga sifatnya menjadi berlebihan. Perilaku konsumtif erat kaitannya dengan perilaku impulsive buying yang saat ini kerap dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Perilaku impulsive buying merupakan pembelian barang - barang yang tidak direncanakan terlebih dahulu (Rook&Fisher,1995). Banyak orang meyakini bahwa pembelian impulsif pada dasarnya dapat dikategorikan sebagai perilaku yang salah, tetapi bukti dilapangan menunjukkan bahwa banyak pembelian atas serangkaian produk yang dibeli atas dasar pembelian impulsif (Gutierrez, 2004).

Berdasarkan pada beberapa fakta serta penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa memang benar jika terjadi kenaikan pendapatan pada seseorang maka akan menyebabkan orang tersebut menjadi lebih konsumtif yang kemudian mendorong kearah perilaku impulsive buying. Hal ini diduga dapat terjadi karena adanya ketidakmampuan seseorang dalam mengelola kondisi keuangannya saat terjadi kenaikan pendapatan secara tiba-tiba. Perilaku impulsive buying yang terjadi secara terus menerus akan membawa dampak buruk bagi kondisi keuangan si pelaku dan berakibat pada menumpuknya barang karena pembelian yang dilakukan tanpa rencana terjadi secara terus menerus.

(3)

lingkungan (Engel & Blackwell, 1995). Abdul Rafi (2004) menyatakan bahwa kepribadian adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain, integrasi karakteristik dari struktur-struktur pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang, segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain. Kepribadian individu akan mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan dalam membeli (Anwar, 2005). Maenpa dan Dittmar (dalam Buendicho, 2003), mengusulkan bahwa identitas kepribadian dapat dihubungkan dengan pembelian impulsif.

Setiap orang pasti memiliki kepribadian unik yang membedakannya dengan orang lain sehingga individu dapat digolongkan kedalam tipe kepribadian tertentu. Berbagai macam tipe kepribadian yang berbeda dapat berpengaruh dan berperan aktif dalam aktivitas sehari- harinya, termasuk pola pembelian oleh individu tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa kepribadian memainkan peran penting dalam perilaku pembelian.

(4)

bersertifikasi di wilayah Kabupaten Jepara yang rata-rata telah memiliki usia cukup tua, berdasarkan karakteristik – karakteristik yang ada ternyata tidak semua dimensi memiliki hubungan dengan perilaku impulsive buying. Hanya ada satu dimensi, yaitu dimensi conscientiousness yang dianggap memiliki karakteristik yang dapat memiliki hubungan dengan impulsive buying. Oleh karena itu, pada penelitian ini ingin mencoba menguji kembali bagaimana pengaruh kepribadian yang diukur berdasarkan big five personality, khususnya dimensi conscientiousness terhadap impulsive buying dengan menggunakan sampel yang berbeda.

(5)

Setelah seseorang menerima dana dari pendapatan pribadinya, hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara dalam melakukan pengalokasian dana dari pendapatan tersebut. Bagaimanapun pengalokasian pendapatan pribadi merupakan sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh tiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dalam melakukan alokasi pendapatan yang baik akan membuat seseorang mendapatkan manfaat maksimal dari pendapatan yang dimilikinya saat ini serta menjauhkan seseorang dari sifat konsumtif yang erat kaitannya dengan perilaku impulsive buying (Haning, 2012).

Penelitian ini akan mengambil obyek guru yang sudah bersertifikasi yang berada diwilayah Kabupaten Jepara. Hal ini dikarenakan adanya fenomena perubahan pola hidup para guru bersertifikasi di wilayah Kabupaten Jepara yang cenderung lebih memiliki perilaku impulsive buying (www.antarajateng.com). Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka persoalan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah dimensi conscientiousness berpengaruh terhadap impulsive buying ? 2. Apakah usia berpengaruh terhadap impulsive buying ?

3. Apakah pendapatan berpengaruh terhadap impulsive buying ?

(6)

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Keuangan Pribadi (Personal F inance)

Manajemen keuangan pribadi (Personal Finance) merupakan seni dan ilmu mengelola sumber daya (money) dari unit individual atau rumah tangga (Gitman, 2002). Proses pengelolaan bukanlah suatu hal yang mudah, terdapat beberapa langkah sistematis yang harus diikuti. Pengetahuan akan manajemen keuangan pribadi merupakan langkah awal untuk aplikasi yang tepat ketika kita mengelola uang pribadi.

Pengelolaan keuangan pribadi juga menuntut adanya pola hidup yang memiliki prioritas, karena kekuatan dari prioritas akan berpengaruh terhadap tingkat kedisiplinan seseorang dalam mengelola uangnya (Benson, 2004).

Menurut Warsono (2010) dalam pengelolaan keuangan pribadi terdapat empat bidang yang menjadi kajian pokok yaitu :

1. Penggunaan dana

Pada umumnya setelah bekerja selama satu bulan maka seseorang akan mendapatkan gaji atau upah. Yang menjadi masalah adalah bagaimana perlakuan alokasi dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan secara layak. Dalam beberapa literature disebutkan bahwa harus ada prioritas dalam alokasi dana.

(7)

Dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan hidup, pada kenyataannya tidak semua pengeluaran sekarang dapat dibelanjai dengan pendapatan ang diperolehnya sekarang. Untuk mengatasi pengeluaran yang besar tersebut maka sumber pembelanjaan yang berasal dari hutang dapat menjadi alternatif yang dapat dipertimbangkan, karena dalam kondisi tertentu sumber pembelanjaan yang berasal dari hutang cukup menguntungkan.

3. Manajemen resiko, jiwa, dan aset

Seseoarang hendaknya memiliki proteksi yang baik untuk tindakan preventif ketika kejadian – kejadian yang tidak terduga terjadi. Hal ini penting karena probabilitas terjadinya peristiwa baik dan buruk adalah sama. Oleh karena itu, dalam bentuk teknisnya maka seseorang diharapkan mengikuti program asuransi.

4. Perencanaan Pensiun

Terdapat empat langkah yang perlu diputuskan dalam perencanaan pensiun, yaitu : menganalisis aset dan kewajiban yang dimiliki, mengestimasi pengeluaran kebutuhan dan menyesuaikannya dengan inflasi, mengevaluasi pendapatan pensiun yang direncanakan, dan meningkatkan pendapatan dengan bekerja paruh waktu. Dengan perencanaan pensiun yang baik, diharapkan seseorang dapat menikmati hidup dalam jangka waktu yang lebih lama.

(8)

manajemen keuangan pribadi, yaitu bagaimana menggunakan dana (allocation of funds) serta bagaimana mencari pendanaan (raising of funds).

Impulsive Buying

Menurut Loudon&Bitta (1993) Pembelian impulsif merupakan pembelian yang tidak direncanakan secara khusus. Pembelian impulsif sering diidentikkan dengan pembelian yang dilakukan dengan tiba-tiba dan tidak direncanakan, dilakukan ditempat kejadian, dan disertai dengan timbulnya dorongan yang besar serta perasaan senang dan bergairah (Rook&Fisher, 1995). Perilaku pembelian ini dikaitkan dengan pembelian yang tidak memikirkan konsekuensi teradap barang yang telah dibeli, misalnya uang yang dihabiskan untuk pembelian barang yang sebenarnya tidak diperlukan.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa impulsive buying merupakan salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana perilaku pembelian ini berhubungan dengan adanya dorongan yang menyebabkan konsumen melakukan pembelian dengan tidak melakukan perencanaan sebelumnya, serta terjadi dengan cepat dan spontan.

Verplanken & Herabadi (2001) mengatakan bahwa terdapat dua elemen penting dalam impulsive buying, yaitu :

1. Kognitif

(9)

a. Tidak mempertimbangkan harga dan kegunaan suatu produk. b. Tidak melakukan evaluasi terhadap pembelian suatu produk.

c. Tidak melakukan perbandingan produk yang akan dibeli dengan produk lain yang mungkin lebih berguna.

2. Emosional

Elemen ini fokus kepada kondisi emosional individu yang meliputi : a. Timbulnya dorongan perasaan untuk segera melakukan pembelian. b. Timbul perasaan senang dan puas setelah melakukan pembelian.

Menurut Loudon dan Bitta (1993) ada empat tipe dari impulsive buying, yaitu :

1. Pure Impulsive Buying adalah pembelian impulsif yang benar-benar tidak direncanakan karena ada barang yang baru.

2. Reminder Impulsive Buying adalah pembelian yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya.

3. Suggestion Impulsive Buying adalah pembelian yang dilakukan ketika pertama kali melihat suatu produk dan mengevaluasi kegunaannya.

4. Planned Impulsive Buying adalah pembelian yang dilakukan karena faktor harga.

Conscientiousness

(10)

tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain, integrasi karakteristik dari struktur-struktur pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang, segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain. Sehingga kepribadian dapat didefinisikan sebagai sifat dan tingkah laku khas individu yang menghasilkan individual differences. Kepribadian individu akan mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan dalam membeli (Anwar, 2005). Dalam penelitian ini variabel kepribadian akan diukur menggunakan dimensi big five personality.

Big five personality merupakan salah satu teori yang menggambarkan kepribadian individu yang terdiri dari lima dimensi. Kelima dimensi ini mewakili karakteristik-karakteristik khas yang terdapat dalam diri individu. Big Five Personality oleh Costa & McRae dibuat berdasarkan pendekatang yang lebih sederhana. Dalam hal ini peneliti berusaha untuk menemukan unit dasar kepribadian seseorang dengan menganalisa bahasa yang digunakan sehari-hari, yang mudah untuk dimengerti baik oleh para psikolog maupun masyarakat awam (Pervin, 2005).

(11)

sifat-sifat interpersonal, yaitu mengenai apa yang dilakukan seseorang dengan dan kepada orang lain. Dimensi yang kelima sekaligus menjadi yang terakhir adalah Conscientiousness yang menjelaskan perilaku mengenai pencapaian tujuan serta kemampuan untuk mengendalikan dorongan yang diperlukan dalam kehidupan sosial.

Berdasarkan kelima dimensi yang terdapat didalam Big Five Personality tidak semua dimensi dapat dikatakan memiliki hubungan dengan impulsive buying. Dimensi yang dianggap paling memiliki hubungan dengan impulsive buying dan sekaligus akan digunakan untuk mengukur kepribadian dalam penelitian ini adalah dimensi Conscientiousness. Hal ini dikarenakan dimensi Conscientiousness menjelaskan tentang kemampuan seseorang dalam mengendalikan dirinya.

(12)

Costa & McRae (dalam Pervin, 2005) membagi dimensi Conscientiousness dalam enam faset atau subfaktor, yaitu terdiri dari :

1. Self-dicipline yaitu : memiliki disiplin diri 2. Dutifulness yaitu : patuh kepada peraturan 3. Competence yaitu : memiliki kompetensi 4. Order yaitu : hidup teratur

5. Deliberation yaitu : melakukan pertimbangan 6. Achievement striving yaitu : mencapai prestasi

Dalam konteks keuangan, Conscientiousness merupakan kepribadian dasar seseorang yang menunjukkan pertimbangan mendalam sebelum menggunakan uang yang dimilikinya atau dapat dikatakan cenderung untuk berpikir sebelum bertindak. Conscientiousness menunjukkan preferensi perilaku yang terencana daripada perilaku spontan.

(13)

Faktor Demografis

(14)

Alokasi Pendapatan

Pada dasarnya terdapat dua keputusan dalam manajemen keuangan, yang pertama yaitu berkaitan dengan bagaimana menggunakan dana (allocation of funds) dan yang kedua berkaitan dengan bagaimana mencari pendanaan (raising of funds).

Penelitian ini akan berfokus kepada bagaimana menggunakan dana (allocation of funds). Sumber dana sendiri terdiri dari dua macam, yaitu yang berasal dari hutang dan pendapatan pribadi (Griffin, 2004). Dana yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah dana yang berasal dari pendapatan pribadi. Alokasi pendapatan yang baik dilakukan dengan membiasakan membuat anggaran pengeluaran setiap bulan, menentukan dan menetapkan tujuan serta tugas masing-masing keuangan, melakukan kegiatan keuangan sesuai dengan besaran jumlah pendapatan, dan yang tak kalah penting adalah dapat memisahkan antara kebutuhan dan keinginan. Menurut Masassya (2006) pada umumnya alokasi pendapatan merupakan suatu kegiatan menentukan banyaknya pendapatan yang digunakan untuk tiga komponen, yaitu konsumsi, tabungan dan investasi.

Adapun penjelasan mengenai konsumsi, tabungan, dan investasi adalah sebagai berikut :

1. Konsumsi

(15)

lama (non durable goods), seperti makanan dan pakaian. Yang kedua adalah barang tahan lama (durable goods) atau barang yang memiliki usia panjang, seperti mobil, televisi, alat-alat elektronik, ponsel, dan lain sebagainya. Dan yang ketiga adalah jasa (services) seperti jasa potong rambut dan berobat ke dokter. Menurut pandangan klasik prioritas konsumsi seharusnya didasarkan pada skala kebutuhan, yaitu terdiri dari kebutuhan primer (pangan, sandang dan papan), kebutuhan sekunder (kendaraan, fasilitas komunikasi, hiburan dan lain sebagainya), lalu yang terakhir adalah kebutuhan tersier (kendaraan mewah, wisata ke luar negeri, dan lain sebagainya). Keputusan pembelian hendaknya didasarkan pada logika yang sehat, bukan pada emosi semata. Prinsip yang seharusnya digunakan dalam pembelian barang dan jasa adalah belilah barang dan jasa yang memang dibutuhkan (need), bukan yang diinginkan (want).

2. Tabungan

(16)

3. Investasi

Investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka aktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang (Sunariyah, 2003). Banyak instrument yang dapat dipilih oleh individu untuk kegiatan investasi baik dalam bentuk aset riel (tanah, property dan real estate serta emas) maupun dalam bentuk aset keuangan (saham, obligasi, sertifikat deposito dan reksa dana). Ada lima faktor yang mempengaruhi pilihan investasi, yaitu : keamanan dan resiko, komponen faktor resiko, pendapatan investasi, pertumbuhan investasi, dan likuiditas (Kapoor, 2001). Salah satu prinsip dari investasi adalah high risk high return. Sedangkan perilaku yang harus dihindari saat melakukan investasi adalah ketamakan dan ketakutan.

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Dimensi Conscientiousness terhadap Impulsive Buying

(17)

Rook (1995), mengatakan pembelian impulsif sebagai pembelian yang tidak terencana. Individu yang memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi akan melakukan pembelian dengan tidak terencana. Hal ini berhubungan negatif dengan dimensi conscientiousness, dimana orang-orang dengan dimensi ini memiliki perencanaan pada setiap tindakan yang akan dilakukan. Orang-orang dengan dimensi ini memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang rendah (Verplanken & Herabadi, 2001). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

H1: Dimensi conscientiousness berpengaruh negatif terhadap impulsive buying.

Pengaruh Usia terhadap Impulsive Buying

Seseorang dengan usia tua biasanya akan cenderung suka menabung dan menghindari perilaku boros sehingga mencerminkan bahwa mereka bukan pembeli impulsif. Sebagian besar orang tua memiliki perencanaan keuangan yang matang, mereka berhati – hati terhadap setiap transaksi yang dilakukannya (Mahastanti&Wiharjo, 2012). Penyataan ini sejalan dengan penelitian Kacen&Lee (2002) yang menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang, maka semakin kurang kecenderungan pembelian impulsifnya. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

(18)

Pengaruh Pendapatan tehadap Impulsive Buying

Dalam penelitian Babin (dalam Pattipeilohy & Rofiaty,2013) menyatakan bahwa pendapatan menjadi variabel penting yang dapat menciptakan pembelian impulsif. Penelitian ini didukung dengan pernyataan Mai,dkk (2003) yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki pendapatan lebih tinggi terbukti lebih impulsif dibandingkan dengan mereka yang memiliki pendapatan lebih rendah. Pernyataan ini sangatlah wajar, karena pembelian impulsif sangat erat kaitannya dengan uang yang dimiliki seseorang. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

H3 : Pendapatan berpengaruh positif terhadap impulsive buying.

Pengaruh Alokasi Pendapatan terhadap Impulsive Buying

(19)

tabungan dan investasi sehingga pendapatan tersebut tidak mudah digunakan untuk kepentingan-kepentingan lain yang sifatnya tidak penting.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Haning (2012) yang mengemukakan bahwa kemampuan dalam melakukan alokasi pendapatan yang baik akan membuat seseorang mendapatkan manfaat maksimal dari pendapatan yang dimilikinya saat ini serta menjauhkan seseorang dari sifat konsumtif yang erat kaitannya dengan perilaku impulsive buying. Semakin banyak pendapatan yang dialokasikan untuk kegiatan konsumsi, maka akan mendorong individu tersebut memiliki kecenderungan impulsive buying yang tinggi. Akan tetapi apabila pendapatan cenderung dialokasikan ke dalam kegiatan tabungan dan investasi, maka akan membuat individu tersebut memiliki perilaku impulsive buying yang rendah. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

H4a : Konsumsi berpengaruh positif terhadap impulsive buying.

H4b : Tabungan berpengaruh negatif terhadap impulsive buying.

H4c : Investasi berpengaruh negatif terhadap impulsive buying.

Model Penelitian

Alokasi Pendapatan

Usia Impulsive

Buying

Conscientiouness

(20)

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan elemen yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian (Supramono&Sugiarto, 1993). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru yang telah memperoleh tunjangan sertifikasi di wilayah Kabupaten Jepara yang berjumlah kurang lebih 3.212 orang (www.jaringnews.com). Hal ini dikarenakan adanya fenomena yang menarik, yaitu terdapat perubahan pola hidup para guru bersertifikasi di wilayah Kabupaten Jepara yang cenderung lebih memiliki perilaku impulsive buying (www.antarajateng.com). Akan tetapi, tidak semua anggota populasi diteliti, namun dengan menggunakan sampel.

Metode penetapan sampel yang akan digunakan peneliti adalah Purposive Sampling, yaitu penentuan sampel non-probabilitas yang didasarkan pada kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah guru di Kabupaten Jepara yang telah memperoleh sertifikasi dan berasal dari sekolah negeri maupun swasta terdekat. Sehingga berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka lokasi pengambilan sampel berada di Kecamatan Tahunan, Kecamatan Jepara, dan Kecamatan Pecangaan.

Ukuran sampel di tentukan dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu :

N n =

(21)

= 3.212 1+(3.212)(0,1)2 = 96,98 responden

Berdasarkan perhitungan rumus tersebut, dengan menggunakan toleransi tingkat kesalahan 10%, maka didapatkan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 96,98 responden atau dibulatkan menjadi 97 responden.

Pengukuran Konsep

Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini adalah dengan menyebarkan kuesioner kepada guru yang termasuk dalam kategori yang telah ditentukan.

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah impulsive buying. Sedangkan variabel independent dalam penelitian ini adalah kepribadian yang diukur dengan menggunakan salah satu dari dimensi big five personality yaitu dimensi conscientiousness, faktor demografis yang terdiri dari usia dan pendapatan, dan alokasi pendapatan yang tercermin dalam konsumsi, tabungan, dan investasi.

Untuk konsep impulsive buying dan conscientiousness akan diukur dengan menggunakan skala likert 5 skor, yaitu skor 1 untuk sangat tidak setuju, skor 2 untuk tidak setuju, skor 3 untuk netral, skor 4 untuk setuju, dan skor 5 untuk sangat setuju.

Keterangan : n = Ukuran Sampel N = Ukuran populasi

(22)

Kemudian untuk informasi mengenai variabel usia dan pendapatan diperoleh melalui identitas responden yang terdapat pada kuesioner. Pendapatan yang dimaksud disini adalah pendapatan setelah mendapatkan tunjangan sertifikasi.

Selanjutnya konsep yang terakhir adalah alokasi pendapatan. Konsep ini diukur berdasarkan nilai presentase seseorang dalam mengalokasikan pendapatannya untuk tiga kegiatan, yaitu konsumsi, investasi, dan tabungan. Warsono (2010) mengatakan bahwa proporsi pengalokasidan dana yang baik adalah 60% untuk kegiatan konsumsi, 10% tabungan, dan 30% untuk kegiatan investasi. Akan tetapi beliau menyarankan bahwa setidaknya konsumsi tidak melebihi dari 65%. Adapun definisi dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Tabel 1 Pengukuran Konsep

Konsep Definisi Konsep Indikator

(23)

Tabel 1 Pengukuran Konsep (Lanjutan)

Konsep Definisi Konsep Indikator

(24)

Tabel 1 Pengukuran Konsep (Lanjutan)

Konsep Definisi Konsep Indikator

Demografis

(25)

membuat statistik deskriptif dari masing – masing variabel. Untuk menentukan rentang skala likert kategori dari rata-rata jawaban responden maka dapat menggunakan rumus (Dwi Santosa&Ariany, 2012) :

Dari uraian diatas, maka dapat diperoleh kategori tingkat variabel sebagai berikut:

Tabel 2

Tingkat Kategori Variabel

Range Keterangan

4.20 – 5.00 Sangat Tinggi

3.40 – 4.19 Tinggi

2.60 – 3.39 Sedang

1.80 – 2.59 Rendah

1.00 – 1.79 Sangat Rendah

Setelah itu data diolah dengan menggunakan regresi linier sederhana untuk mengetahui hubungan antar variabel. Akan tetapi, sebelum dilakukan analisis regresi linier sederhana terlebih dahulu dilakukakan uji normalitas Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

IB = β0 + βiXi + ei ……….. (1)

Keterangan :

IB = Impulsive Buying β0 = Konstanta

β1 = Koefisien Regresi Conscientiousness β2 = Koefisien Regresi Usia

β3 = Koefisien Regresi Pendapatan β4 = Koefisien Regresi Konsumsi, Tabungan, dan Investasi

(26)

X3 = Pendapatan X4a = Konsumsi X4b = Tabungan X4c = Investasi ei = Error Term

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan menyebarkan kuesioner kepada responden, didapatkan hasil sebagai berikut :

Analisis

Karakteristik Responden

(27)

Tabel 3

Karakteristik Responden

Karakteristik Kategori Jumlah Persentase

Jenis Kelamin Pria 47 48.45%

Karakteristik Kategori Jumlah Persentase

Golongan atau

Status Pernikahan Sudah Menikah 93 95.88%

(28)

Tabel 3

Karakteristik Responden (Lanjutan)

Karakteristik Kategori Jumlah Persentase

Pendapatan

(29)
(30)

Kemudian selanjutnya akan diuraikan deskripsi dari masing – masing variabel yang meliputi impulsive buying, conscientiousness, alokasi pendapatan yang terdiri dari : konsumsi, tabungan, dan investasi.

Tabel 4

Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel Rata - Rata

Skor Keterangan

Impulsive Buying 1.88 Rendah

Conscientiousness 4.12 Tinggi

Konsumsi 63% Sangat Baik

Tabungan 21% Baik

Investasi 16% Cukup Baik

Sumber : Data Primer Diolah, 2014

Berdasarkan tabel 4 diatas, deskripsi kategori skor pada variabel impulsive buying adalah rendah, artinya secara keseluruhan guru yang telah bersertifikasi di Kabupaten Jepara memiliki kecenderungan impulsive yang rendah. Hal ini berarti meskipun mereka telah mengalami kenaikan pendapatan akan tetapi mereka tetap melakukan pembelian secara terencana dan melakukan pembelian sesuai dengan kebutuhan mereka.

(31)

Selanjutnya adalah kategori presentase rata – rata untuk kegiatan konsumsi, tabungan, dan investasi. Kategori untuk rata – rata presentase alokasi pendapatan yang digunakan dalam kegiatan konsumsi adalah sangat baik. Hal ini dikarenakan presentasenya tidak melebihi 65%, artinya sebagian besar dari mereka masih memiliki yingkat konsumsi dalam batas yang wajar. Kemudian pada tabel diatas dapat dilihat bahwa presentase rata – rata alokasi pendapatan untuk kegiatan menabung masih lebih besar dari pada kegiatan investasi. Selanjutnya akan diuraikan mengenai rata - rata skala prioritas responden untuk kegiatan konsumsi, tabungan, dan investasi.

Tabel 5

Daftar Skala Prioritas

No. Konsumsi Investasi

1 Makanan Pendidikan

2 Tempat Tinggal Tanah

3 Pakaian Emas

4 Kendaraan Property dan Real Estate

5 Barang Elektronik Saham

6 Hiburan Reksa Dana

7 Wisata Ke Luar Negeri Obligasi Sumber : Data Primer Diolah, 2014

(32)

Untuk kegiatan tabungan, sebagian besar para responden lebih memilih untuk menabung di bank. Alasan dari pilihan adala adanya pertimbangan keamanan. Para responden memiliki pendapat bahwa menabung di bank lebih aman, selain itu juga mendapatkan bunga serta muda untuk diambil sewaktu - waktu.

Kemudian untuk kegiatan investasi, sebagian responden memprioritaskan Pendidikan sebagai alternatif investasi utamanya. Mengingat sebagian besar dari responden dalam penelitian ini berprofesi sebagai guru, maka adanya kemungkinan bagi mereka untuk melanjutkan pendidikannya dijenjang yang lebih tinggi lagi, sehingga bagi mereka pengalokasian pendapatan untuk kegiatan pendidikan merupakan suatu hal yang penting. Kemudian jika dilihat dari status pernikahhannya, sebagian besar dari responden memiliki status sudah menikah dan rata – rata dari mereka memiliki jumlah anggota keluarga antara 3 sampai 4 orang, melalui hal ini dapat diduga bahwa rata – rata dari mereka memiliki paling tidak 2 orang anak, dan mereka mengganggap bahwa pendidikan sangatlah penting bagi anaknya. Oleh karena itu mereka akan mempriotitaskan untuk mengalokasikan pendapatannya untuk kegiatan pendidikan.

(33)

kemudahan dalam transaksi jual beli, sehingga emas merupakan salah satu alternatif investasi yang menjanjikan dan juga diminati oleh sebagian besar masyarakat

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel, sedangkan uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2011).

Pada pengujian validitas tahap pertama, terdapat 1 indikator pada variabel impulsive buying dan 4 indikator pada variabel conscientiousness yang dinyatakan tidak valid karaena memiliki nilai sig. (2-tailed) > 0,05. Sehingga pengujian validitas harus diulang kembali dengan tidak mengikut sertakan indikator yang tidak valid tersebut. Kemudian pada pengujian tahan kedua semua indikator pada variabel impulsive buying dan conscientiousness dinyatakan valid, karena seluruh indikator memiliki nilai sig. (2-tailed) < 0,05.

(34)

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji, apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Pengujian normalitas ini akan dilakukan dengan P –P Plot Test.

Hasil dari pengujian normalitas menggunakan P-P Plot Test menunjukkan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Uji Multikolinearitas

Suatu variabel menunjukkan gejala multikolinearitas bisa dilihat dari nilai VIF yang tinggi pada variabel bebas suatu model regresi dan nilai tolerance yang rendah. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 dan nilai tolerance dabawah 0,1 menunjukkan adanya gejala multikolinearitas dalam model regresi.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan sebagai prediktor model regresi menunjukkan nilai VIF dibawah 10 dan nilai tolerance diatas 0,1. Hal ini berarti bahwa variabel bebas yang digunakan dalam penelitian tidak menunjukkan adanya gejala multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas

(35)

Berdasarkan hasil pengujian yang ada menunjukkan bahwa tidak ada pola tertentu, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Hasil Uji Regresi

Tabel 6

Hasil Uji Regresi

No. Keterangan Variabel Constant Nilai

Koefisien Sig. 1 Coefficients Conscientiousness 4.895 -0.731 0.000

Konsumsi 0.883 1.595 0.008

Tabungan 2.230 -1.690 0.021

Investasi 2.023 -0.837 0.315

Pendapatan 1.069 0.182 0.019

Usia 2.068 -0.076 0.428

2 Model Summary Conscientiousness 0.506

R Square Konsumsi 0.072

Tabungan 0.055

Investasi 0.011

Pendapatan 0.057

Usia 0.007

3 Anova Conscientiousness 0.000

Regression Konsumsi 0.008

Tabungan 0.021

Investasi 0.315

Pendapatan 0.019

Usia 0.428

Sumber : Data Primer Diolah, 2014

(36)

Kemudian jika dilihat pada bagian anova diatas, dapat diketahui bahwa terdapat dua variabel yang memiliki nilai p-value > alpha(0,05), yaitu untuk variabel investasi dan usia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dua model regresi tersebut tidak dapat digunakan untuk memprediksi perilaku impulsive buying pada guru yang sudah bersertifikasi di Kabupaten Jepara.

Sehingga jika dilihat berdasarkan pada bagian coefficient pada tabel 6 diatas, maka dapat dijumpai bentuk persamaan regresi sebagai berikut :

IB = 4,895 - 0,731X1 + e IB = 0,883 + 1,595X2 + e

IB = 2,230 – 1,690X3 + e IB = 2,023 – 0,837X4a + e

IB = 1,069 + 0,182X4b + e IB = 2,068 – 0,076X4c + e

Dari hasil persamaan regresi diatas, ditunjukkan bahwa conscientiousness, tabungan, investasi dan usia memiliki hubungan yang negatif dengan impulsive buying. Sedangkan konsumsi dan pendapatan memiliki hubungan positif dengan impulsive buying.

(37)

Pembahasan

Hasil analisis membuktikan bahwa variabel konsumsi dan pendapatan memiliki arah hubungan yang positif terhadap perilaku impulsive buying. Pada umumnya jika semakin besar pendapatan yang dimiliki oleh seseorang maka biasanya mereka akan lebih cenderung untuk mengalokasikan pendapatan yang dimilikinya untuk kegiatan konsumsi, sehingga tingkat konsumsi mereka semakin tinggi. Semakin tingginya tingkat konsumsi ini akan mengindikasikan bahwa orang tersebut memiliki kecenderungan impulsive buying yang tinggi. Akan tetapi, presentase rata – rata pendapatan yang dialokasikan oleh responden untuk kegiatan konsumsi dalam penelitian ini masih dalam batasan yang wajar yaitu sebesar 63%, tidak melebihi 65%. Dan sebagian besar hal yang diprioritaskan dalam kegiatan konsumsi adalah makanan dan tempat tinggal. Hal ini dikarenakan mengingat makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, kemudian tempat tinggal juga termasuk hal yang penting bagi para responden dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini sebagian besar responden memiliki pendapatan diatas Rp 6.000.000,00. Angka ini tergolong tinggi untuk pendapatan yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Jepara dengan UMR sekitar Rp 1.000.000,00.

(38)

usia tua. Beberapa penelitian memperlihatkan fakta bahwa semakin tua usia seseorang (batasannya 35 tahun keatas pada dua penelitian), maka semakin berkurang kecenderungan pembelian impulsifnya (Kacen&Lee, 2002). Orang tua biasanya cenderung menggunakan uangnya untuk ditabung atau diinvestasikan. Sehingga hal tersebut akan membuat perilaku impulsive buying nya rendah. Berkaitran dengan tabungan, sebagian besar para responden mengaku bahwa mereka cenderung untuk menabung di bank dengan alasan keamanan dan memperoleh bunga. Kemudian untuk investasi, sebagian besar dari responden cenderung memprioritaskan pendidikan, tanah dan emas sebagai pilihan utama mereka. Para responden menganggap bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk masa depan, mengingat sebagian besar para responden berprofesi sebagai guru sehingga terdapat kemungkinan bahwa mereka akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Disamping itu, sebagian besar dari mereka juga mengutamakan pendidikan untuk anak-anaknya. Selanjutnya, untuk tanah dan emas, para responden ini berfikir bahwa adanya kemudahan dalam transaksi jual beli tanah dan emas. Kemudian harga tanah dan emas juga terus mengalami peningkatan, sehingga bagi mereka berinvestasi di dua hal tersebuat adalah yang paling menguntungkan.

(39)

1999). Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi conscientiousness memiliki pengaruh yang signifikan serta memiliki arah hubungan yang negatif terhadap perilaku impulsive buying para guru bersertiikasi di Kabupaten Jepara. Mengingat bahwa jika dilihat dari segi usia, sebagian besar dari responden dalam penelitian ini adalah orang yang sudah tua, maka wajarlah jika para responden memiliki kebiasaan berpikir sebelum bertindak dan memiliki perencanaan yang matang. Sebagian besar orang yang berusia tua berhati – hati terhadap pengelolaan uang dan memantau pengeluaran mereka dengan cermat. Sehingga dengan adanya kenaikan pendapatan yang diterimanya mereka tetap membuat perencanaan yang matang tentang keputusan keuangan mereka. Dengan adanya kenaikan pendapatan yang dimilikinya, mereka lebih banyak mengalokasikan pendapatan tersebut kedalam kegiatan konsumsi dan tabungan. Namun tingkat konsumsi mereka masih berada dalam batasan yang wajar, sehingga akan berpengaruh terhadap perilaku impulsive buying yang rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Verplanken & Herabadi (2001) yang menyatakan bahwa seseorang dengan dimensi conscientiousness cenderung memiliki perilaku impulsive buying yang rendah.

(40)

tetap dapat mengalokasikan pendapatannya tersebut dengan baik, sehingga mereka memiliki kecenderungan impulsive buying yang rendah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian hipotesis (H1, H2, H3, H4a, H4b, dan H4c) yang terdiri dari conscientiousness, usia, pendapatan, konsumsi, tabungan, dan investasi, hanya terdapat empat hipotesis yang dapat diterima yaitu H1, H3, H4a, dan H4b. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa hanya variabel conscientiousness, pendapatan, konsumsi, dan tabungan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku impulsive buying, karena memiliki nilai sig. 0,000 < 0,05. Sedangkan variabel lainnya hanya memiliki arah hubungan yang sesuai dengan pengembangan hipotesis yang telah dibuat, akan tetapi variabel-variabel tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku impulsive buying.

(41)

terbesar memang dialokasikan untuk konsumsi dari pada tabungan dan investasi. Sebagian besar responden memiliki anggapan bahwa makanan dan tempat tinggal merupakan hal utama yang harus dipenuhi dari segi konsumsi. Sedangkan jika dilihat dari segi investasi mereka lebih mempriotitaskan pendidikan, tanah dan emas sebagai pilihan alternatif investasi mereka. Mereka berpendapat bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk masa depan, kemudian tanah dan emas merupakan pilihan investasi yang aman serta pengembaliannya pun juga sudah pasti. Namun pengalokasian sebagian pendapatan untuk kegiatan konsumsi tersebut masih dalam batas yang wajar. Sehingga mereka tetap memiliki tingkat impulsive buying yang rendah.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini sebenarnya masih memiliki keterbatasan, untuk penelitian selanjutnya mungkin bisa dikembangkan dengan memasukkan variabel tertentu sebagai variabel intervening dalam model penelitian. Kemudian pengukuran pendapatan pada penelitian ini masih menggabungkan antara pendapatan perbulan dan pendapatan sertifikasi.

(42)

Saran

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rafi, Yoga. 2004. Kamus Ungkapan Psikologi. Restu Agung.

Anggasari, R.E. 1997. Hubungan Tingkat Religius dengan Perilaku Konsumtif.

Jurnal Psikologika. Volume 2 No.4.

Antara Jateng. 2014. Bersertifikasi, Guru Diminta Tidak Merubah Gaya

Hidup. Diunduh tanggal 27 September 2014, dari http://www.antarajateng.com/

Anwar, A.A. 2005. Perilaku Konsumen, Edisi revisi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Benson, D. 2004. 12 Kesalahan bodoh yang dilakukan orang terhadap uang

mereka dan bagaimana cara mengatasinya. Batam :Gospel Press.

Buendicho, Patricia. 2003. Impulse Purchasing: Trend Or Trait?. Diunduh tanggal 28 Januari 2014, dari

http://www.bus.ucf.edu/mdickie/Research%20Methods/Student%20Papers /Other/Buendicho%20Impulse%20Purchasing.pdf.

Chaplin, J. 2001. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Dr. Kartini Kartono. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Costa&McCrae. 1997. Big Five Personality. Diunduh tanggal 2 Maret 2014, dari http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/big-5-p.html.

Deliarnov, 1995. Pengantar ekonomi Makro. Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Dwi Santosa, Y., & Ariany Mahastanti, L. 2012. Pengaruh Personality Traits

Terhadap Penggunaan Kartu Kredit Dengan Locus Of Control Sebagai Variabel Intervening (Studi Terhadap Karyawan Pt. Kinocare Era Kosmetindo Jakarta). In Seminar Nasional Dan Call For

(44)

Engel, J., and Blackwell, R. 1995. Consumer Behaviour. Dryden Press, Chicago, IL.

Feist, Jess. Feist, Gregory.J. 2010. Teori Kepribadian “Theories Of

Personality”. Jakarta: Salemba Humanika.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB

SPSS 19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gitman, L. 2004. Principle of Finance, (11th ed).(2002). Prentice Hall, New Jersey.

Griffin, W.R. 2004. Manajemen Edisi 7 Jilid 1. Erlangga : Jakarta

Gutierrez, Ben PaulB. 2004. Determinants of Planned and Impulse Buying : the Case of the Philippines. Asia Pacific Management Review, 9(6), pp. 1061 - 1078.

Haning, Victoria. 2012. Perilaku Self-Control dalam Mengelola Keuangan

Pribadi : Berdasarkan Theory of Planned Behavior dan Conscientiousness. Tesis. Salatiga : Program Pascasarjana Universitas

Kristen Satya Wacana.

Induksi Guru. 2013. Guru. Diunduh tanggal 3 Maret 2014, dari http://induksiguru.wordpress.com/guru/.

John, O. P., & Srivastava, S. 1999. The Big Five trait taxonomy: History,

measurement, and theoretical perspectives. Handbook of personality:

Theory and research, 2(1999), 102-138.

Kacen, Jaqueline, and Julie Anne Lee. 2002. The Influence of Culture on Consumer Impulsive Buying Behavior. Journal of Consumer

Psychology, 12 (2), pp. 163-176.

Kapoor, J. R., L. R. Dlabay, dan R. J. Hughes. 2001. Personal Finance. Edisi Keenam. McGrawHill Book, Co., Singapore.

Loudon, D.L. & Bitta, A.J. 1993. Consumer Behavior Concept and Aplication

(45)

Mai, Nguyen Thi Tuyet, and Kwon Jung, and Garold Lantz, and Sandra G. Loeb. 2003. An Exploratory Investigation into Impulse Buying Behavior in a Transitional Economy : a Study of Urban Consumers in Vietnam. Journal

of International Marketing, Vol. 11, no. 2, Special Issue on Marketing in

Tranbsitional Economies, pp. 13-35.

Mahastanti, L. A., & Wiharjo, K. K. 2012. Mental Accounting dan Variabel Demografi: Sebuah Fenomena pada Penggunaan Kartu Kredit. Kinerja Volume 16 (2), 89-102.

Masassya, E. G. 2006. Arsitektur Keuangan Pekerja Profesi. Kompas, Edisi 7 Agustus.

Maymand, M. M., & Ahmadinejab, M. 2011. Impulse Buying: The Role of Store Environmental Stimulation and Situational Factors (An Empirical Investigation). African Journal of Business Management. Vol. 5.

Mowen, John C., Nancy Spears. 2000. Compulsive Buying Among Collage Student: A Hierarchical Model Approach. Jurnal Of Consumer

Psychologi, 8 (4): 407-430.

Mulyono, F. 2013. Faktor Demografis Dalam Perilaku Pembelian Impulsif.

Jurnal Administrasi Bisnis, 8(1).

Pattipeilohy & Rofiaty. 2013. The Influence of the availability of Money and Time, Fashion Involvement, Hedonic Consumption Tendency and Positive Emotions towards Impulse Buying Behavior in Ambon City (Study on Purchasing Products Fashion Apparel), International Journal

of Business and Behavioral Sciences. Vol. 3.

Pemuda Pembaharu. 2013. Fenomena Pendidikan Indonesia. Diunduh tanggal 2 Maret 2014, dari http://pemudapembaharu.wordpress.com/tag/fenomena-pendidikan-di-indonesia/.

Pervin, Cervone, John. 2005. Personality Theory and Research. 9th Ed. New York : John Willey&Sond, Inc.

Robb, Cliff: Deanna L Sharpe. 2009. Effect of Personal Financial Knowledge on

College Student’s Credit Card Behavior, Journal of Financial and

(46)

Rook, D dan Fisher, J.R. 1995. Normative influences on impulsive buying

behavior dalam Bearden, W. dan Netemeyer, G.R. (Eds), Handbook of

Marketing Scales, 2nd ed, pp.55-56.

Samuelson, Paul A, william D. Nordhaus. 1996. Makro Ekonomi. Edisi Keempat belas. Cetakan Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Shani, Rhobi. 2014. Di Jepara 4.053 Guru Swasta Belum Sertifikasi. Diunduh tanggal 6 Juli 2014 dari http://jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/57704/di-jepara-guru-swasta-belum-sertifikasi.

Sinarharapan. 2013. Tak Sekedar Kesejahteraan Guru. Diunduh tanggal 2 Maret 2014, dari http://sinarharapan.co/index.php/news/read/24976/tak-sekadar-kesejahteraan-guru.html.

Sunariyah. 2003. Dasar – Dasar Investasi. Jakarta: Indonesia.

Supramono, S., & Sugiarto, I. R. (1993). Statistika. Yogyakarta : Andi Offset. Verplanken & Herabadi, A. 2001. Individual differences in impulse buying

tendency: Feeling and No Thinking. European Journal of Consumer

Research.

Warsono, Hardi. 2010. Prinsip – Prinsip dan Praktik Keuangan Pribadi. Journal

(47)

LAMPIRAN 1

KUESIONER

Dengan hormat,

Berkenaan dengan penelitian skripsi Saya yang berjudul “ALOKASI DANA,

KEPRIBADIAN, DAN FAKTOR DEMOGRAFIS TERHADAP

IMPULSIVE BUYING”, Saya sangat membutuhkan informasi dari Anda untuk

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan hormat, Saya mengharapkan bantuan anda untuk mengisi kuesioner berikut. Informasi atau data yang diperoleh bersifat rahasia, dan hanya digunakan untuk penelitian ini.

Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Sara Fransisca Setiawan  Karakteristik Responden

Petunjuk :

Isilah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dan beri tanda centang () pada pilihan anda!

1. Nama :

2. Jenis Kelamin : Pria Wanita 3. Usia :

(48)

5. Pangkat atau golongan : 6. Jabatan :

7. Status Penikahan : Belum Menikah Sudah Menikah 8. Pendapatan bulanan:

Kurang dari Rp 1.500.000,00

Rp 1.500.000,00 hingga kurang dari Rp 3.000.000,00 Rp 3.000.000,00 hingga kurang dari Rp 4.500.000,00 Rp 4.500.000,00 hingga kurang dari Rp 6.000.000,00 Diatas Rp 6.000.000,00

9. Pendapatan jika ditambah dengan tunjangan sertifikasi, tunjangan hari raya dan gaji ke 13 :

Kurang dari Rp 1.500.000,00

Rp 1.500.000,00 hingga kurang dari Rp 3.000.000,00 Rp 3.000.000,00 hingga kurang dari Rp 4.500.000,00 Rp 4.500.000,00 hingga kurang dari Rp 6.000.000,00 Diatas Rp 6.000.000,00

10.Pendapatan Suami/Istri :

Kurang dari Rp 1.500.000,00

(49)

Diatas Rp 6.000.000,00

11. Jumlah Anggota Keluarga : Orang  Alokasi Dana

Isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dengan cara mengisi titik – titik dengan menuliskan persentasenya.

 Ketika saya mengalami kenaikan pendapatan dari tunjangan sertifikasi, tunjangan hari raya dan gaji ke 13, saya akan mengalokasikan untuk kegiatan :

1. Konsumsi = ... % 2. Tabungan = ….. % 3. Investasi = ….. %

Berdasarkan jawaban anda diatas, isilah tabel dibawah ini menurut skala prioritas anda sesuai dengan alokasi dananya.

Konsumsi Investasi

 Makanan = …..

 Pakaian = …..

 Tempat tinggal = …..

 Kendaraan = …..

 Hiburan = …..

 Barang elektronik = …..

 Wisata ke luar negeri = …..

 Pendidikan = …..

 Tanah = …..

 Property dan real estate = …..

 Emas = …..

 Saham = …..

 Obligasi = …..

(50)

Petunjuk pengisian kuesioner

 Bacalah dengan teliti sebelum menjawab.

 Berilah tanda check () pada jawaban yang tersedia.

 SS = Sangat Setuju S = Setuju N = Netral TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan STS TS N S SS

1. Saya sering membeli produk tanpa melakukan perencanaan terlebih dahulu.

2. Saya sering membeli produk tanpa berpikir terlebih dahulu.

3. Terkadang saya sedikit gegabah dalam melakukan suatu pembelian terhadap sebuah produk.

4. Saya tidak memikirkan kegunaan akan produk yang saya beli.

5. Saya akan melakukan pembelian saat itu juga ketika melihat suatu produk yang saya suka.

(51)

No. Pernyataan STS TS N S SS

7. Saya merasa sangat senang setelah membeli produk yang saya inginkan. 8. Saya memiliki perencanaan yang

matang dalam melakukan pembelian sebuah produk.

9. Saya memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri.

10. Saya selalu menjalankan setiap perencanaan yang telah saya buat. 11. Saya menyukai segala sesuatu yang

sifatnya terorganisir atau teratur. 12. Saya selalu seefisien mungkin ketika

melakukan pembelian akan suatu produk.

13. Saya mampu menunda keinginan untuk memberi produk yang dianggap kurang penting.

14. Saya selalu mempertimbangkan resiko dan keuntungan sebelum membeli sebuah produk.

(52)

LAMPIRAN 2

1 ANA MAGDALENA W 46 21 III B / PENATA MUDA TK I GURU SUDAH MENIKAH < RP 1.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 4 ORANG 2 MARTA MAGDALENA W 38 13 III B / PENATA MUDA TK I GURU SUDAH MENIKAH < RP 1.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 < RP 1.500.000,00 2 ORANG 3 DENY SETYA R W 34 10 III B / PENATA MUDA TK I KEPALA SEKOLAH SUDAH MENIKAH < RP 1.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 4 ORANG 4 RASMI SULISTYANI, SPd, Aud W 50 23 III B / PENATA MUDA TK I GURU SUDAH MENIKAH < RP 1.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 3 ORANG 5 S. TRI HATMANI, SPd, Aud W 59 29 IV A / PEMBINA KEPALA SEKOLAH SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 < RP 1.500.000,00 2 ORANG 6 UZIA HANDAYANI W 44 9 III B / PENATA MUDA TK I KEPALA SEKOLAH SUDAH MENIKAH < RP 1.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 5 ORANG 7 HARTANA P 51 23 III B / PENATA MUDA TK I GURU SUDAH MENIKAH < RP 1.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 < RP 1.500.000,00 2 ORANG 8 NAWANG S W 38 15 III D / PENATA TK I GURU SUDAH MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 4 ORANG 9 MULIYATRI, SPd W 33 8 III C / PENATA GURU SUDAH MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 5 ORANG 10 SUWONO, SPd P 43 10 III C / PENATA KEPALA SEKOLAH SUDAH MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 < RP 1.500.000,00 3 ORANG 11 DRS. BAMBANG SANTOSO P 54 28 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 3 ORANG 12 INDRA NURYANTI, SPd W 42 14 III C / PENATA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 4 ORANG 13 ANIK SALFIAH W 56 26 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH < RP 1.500.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 3 ORANG 14 ERNAWATI W 47 8 III B / PENATA MUDA TK I GURU SUDAH MENIKAH < RP 1.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 4 ORANG 15 WARSIYAH, SPd, MPd W 53 34 IV A / PEMBINA PENGAWAS SEKOLAH SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 5 ORANG 16 MUKINAH, Ama. Pd W 59 39 IV A / PEMBINA GURU BELUM MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 1 ORANG 17 HASYIM, SPd P 52 32 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 < RP 1.500.000,00 6 ORANG 18 MARDIYEM W 49 27 III A / PENATA MUDA GURU SUDAH MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 5 ORANG 19 SARI DEVI CAHYANTI W 30 9 III A / PENATA MUDA GURU SUDAH MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 4 ORANG 20 FARICHATUL WACHIDAH, SPd W 50 26 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 5 ORANG 21 NOOR KHOTIMAH W 51 30 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 2 ORANG 22 DEWI SUSILANINGSIH W 55 32 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 4 ORANG 23 SHOLIHATUN, SPd W 46 11 III A / PENATA MUDA GURU SUDAH MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 5 ORANG 24 SUPRAPTI W 53 32 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 3 ORANG 25 BAMBANG KRISTIONO P 55 28 IV A / PEMBINA KEPALA SEKOLAH SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 6 ORANG 26 NURUL WAKIDAH W 31 10 III A / PENATA MUDA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 < RP 1.500.000,00 3 ORANG 27 SUDARMI, SPd W 55 35 IV A / PEMBINA KEPALA SEKOLAH SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 < RP 1.500.000,00 3 ORANG 28 HANDINI W 58 37 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 2 ORANG 29 HADI SISWOJO P 57 37 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 > RP 6.000.000,00 < RP 1.500.000,00 2 ORANG 30 SITI PRIHATIN W 56 35 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 4 ORANG 31 HARININGSIH, SPd W 56 30 IV B / PEMBINA TK I KEPALA SEKOLAH SUDAH MENIKAH RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 4 ORANG 32 BASUKI P 52 29 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 4 ORANG 33 NOOR KHAYATUN W 55 27 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 < RP 1.500.000,00 2 ORANG

34 SUNARTO P 55 35 IV B / PEMBINA TK I GURU BELUM MENIKAH RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 > RP 6.000.000,00 4 ORANG

(53)

KARAKTERISTIK RESPONDEN (LANJUTAN)

41 GUNAWAN JUNAEDI P 48 28 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 3 ORANG

42 DARSIWI, SPd. SD W 58 39 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 > RP 6.000.000,00 3 ORANG

(54)

KARAKTERISTIK RESPONDEN (LANJUTAN)

NO NAMA JENIS KELAMINUSIA

LAMA KERJA (TAHUN)

PANGKAT/GOLONGAN JABATAN STATUS

PERNIKAHAN PENDAPATAN BULANAN

PENDAPATAN STLAH

TAMBAHAN PENDAPATAN SUAMI/ISTRI

JMLH ANGGOTA KEL

81 SIH PANGLIPURINGTYAS, S.Pd W 43 10 III D / PENATA TK I GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 4 ORANG 82 MOHADI, S.Pd P 47 14 III C / PENATA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 < RP 1.500.000,00 5 ORANG 83 EKO ZULIASTUTIK, S.Pd W 45 18 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 4 ORANG

84 SITI MUZAYAROH, S.Pd W 43 15 III C / PENATA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 1 ORANG

85 WARSIH, S.Pd W 44 16 III C / PENATA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 4 ORANG 86HERLINA RETNANINGTYAS, S.P W 38 14 III C / PENATA GURU SUDAH MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 > RP 6.000.000,00 < RP 1.500.000,00 3 ORANG 87 ABDUL GONI, S.Pd P 41 13 III C / PENATA GURU SUDAH MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 < RP 1.500.000,00 4 ORANG 88 MUSTOFIYAH, S.Pd W 32 9 III B / PENATA MUDA TK I GURU BELUM MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00

(55)
(56)
(57)
(58)

DAFTAR SKALA PRIORITAS KEGIATAN KONSUMSI

NO 1 2 3 4 5 6 7

1 TEMPAT TINGGAL KENDARAAN BARANG ELEKTRONIK MAKANAN PAKAIAN HIBURAN WISATA KE LUAR NEGERI

2 MAKANAN TEMPAT TINGGAL PAKAIAN KENDARAAN BARANG ELEKTRONIK HIBURAN WISATA KE LUAR NEGERI

3 MAKANAN TEMPAT TINGGAL KENDARAAN PAKAIAN BARANG ELEKTRONIK HIBURAN WISATA KE LUAR NEGERI

4 TEMPAT TINGGAL MAKANAN KENDARAAN PAKAIAN HIBURAN BARANG ELEKTRONIK WISATA KE LUAR NEGERI

5 TEMPAT TINGGAL MAKANAN PAKAIAN KENDARAAN BARANG ELEKTRONIK HIBURAN WISATA KE LUAR NEGERI

6 MAKANAN TEMPAT TINGGAL PAKAIAN KENDARAAN BARANG ELEKTRONIK HIBURAN WISATA KE LUAR NEGERI

7 MAKANAN TEMPAT TINGGAL PAKAIAN KENDARAAN BARANG ELEKTRONIK HIBURAN WISATA KE LUAR NEGERI

8 MAKANAN PAKAIAN TEMPAT TINGGAL KENDARAAN BARANG ELEKTRONIK HIBURAN WISATA KE LUAR NEGERI

9 TEMPAT TINGGAL PAKAIAN TEMPAT TINGGAL KENDARAAN HIBURAN BARANG ELEKTRONIK WISATA KE LUAR NEGERI

10 MAKANAN PAKAIAN KENDARAAN TEMPAT TINGGAL HIBURAN BARANG ELEKTRONIK WISATA KE LUAR NEGERI

11 TEMPAT TINGGAL MAKANAN PAKAIAN KENDARAAN HIBURAN BARANG ELEKTRONIK WISATA KE LUAR NEGERI

12 PAKAIAN TEMPAT TINGGAL MAKANAN KENDARAAN BARANG ELEKTRONIK HIBURAN WISATA KE LUAR NEGERI

13 PAKAIAN KENDARAAN MAKANAN TEMPAT TINGGAL BARANG ELEKTRONIK HIBURAN WISATA KE LUAR NEGERI

14 MAKANAN TEMPAT TINGGAL PAKAIAN KENDARAAN BARANG ELEKTRONIK HIBURAN WISATA KE LUAR NEGERI

15 MAKANAN TEMPAT TINGGAL PAKAIAN KENDARAAN BARANG ELEKTRONIK HIBURAN WISATA KE LUAR NEGERI

16 MAKANAN TEMPAT TINGGAL KENDARAAN PAKAIAN BARANG ELEKTRONIK HIBURAN WISATA KE LUAR NEGERI

17 MAKANAN PAKAIAN TEMPAT TINGGAL KENDARAAN BARANG ELEKTRONIK HIBURAN WISATA KE LUAR NEGERI

18 TEMPAT TINGGAL MAKANAN PAKAIAN KENDARAAN HIBURAN BARANG ELEKTRONIK WISATA KE LUAR NEGERI

19 MAKANAN PAKAIAN TEMPAT TINGGAL BARANG ELEKTRONIKKENDARAAN HIBURAN WISATA KE LUAR NEGERI

20 MAKANAN TEMPAT TINGGAL PAKAIAN KENDARAAN BARANG ELEKTRONIK HIBURAN WISATA KE LUAR NEGERI

21 MAKANAN TEMPAT TINGGAL PAKAIAN HIBURAN KENDARAAN BARANG ELEKTRONIK WISATA KE LUAR NEGERI

22 MAKANAN TEMPAT TINGGAL TEMPAT TINGGAL HIBURAN KENDARAAN BARANG ELEKTRONIK WISATA KE LUAR NEGERI

23 MAKANAN TEMPAT TINGGAL PAKAIAN KENDARAAN BARANG ELEKTRONIK HIBURAN WISATA KE LUAR NEGERI

24 MAKANAN TEMPAT TINGGAL PAKAIAN KENDARAAN BARANG ELEKTRONIK HIBURAN WISATA KE LUAR NEGERI

(59)

NO 1 2 3 4 5 6 7

(60)

NO 1 2 3 4 5 6 7

(61)

NO 1 2 3 4 5 6 7

(62)

NO 1 2 3 4 5 6 7

1 PENDIDIKAN TANAH EMAS SAHAM OBLIGASI REKSA DANA PROPERTY DAN REAL ESTATE

2 EMAS TANAH PENDIDIKAN PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

3 PENDIDIKAN PROPERTY DAN REAL ESTATE EMAS TANAH SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

4 PENDIDIKAN TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE EMAS OBLIGASI SAHAM REKSA DANA

5 PENDIDIKAN PROPERTY DAN REAL ESTATE TANAH REKSA DANA EMAS SAHAM OBLIGASI

6 PENDIDIKAN EMAS TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

7 TANAH PENDIDIKAN EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

8 EMAS PENDIDIKAN TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

9 PENDIDIKAN TANAH SAHAM OBLIGASI REKSA DANA EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE

10 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

11 PENDIDIKAN TANAH SAHAM PROPERTY DAN REAL ESTATE EMAS OBLIGASI REKSA DANA

12 PENDIDIKAN TANAH EMAS SAHAM OBLIGASI REKSA DANA PROPERTY DAN REAL ESTATE

13 EMAS PENDIDIKAN PROPERTY DAN REAL ESTATE TANAH SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

14 TANAH PENDIDIKAN EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

15 TANAH PENDIDIKAN EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

16 EMAS PENDIDIKAN TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE OBLIGASI SAHAM REKSA DANA

17 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

18 TANAH PENDIDIKAN EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE OBLIGASI SAHAM REKSA DANA

19 PENDIDIKAN EMAS TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE OBLIGASI SAHAM REKSA DANA

20 TANAH EMAS PENDIDIKAN PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

21 EMAS TANAH PENDIDIKAN PROPERTY DAN REAL ESTATE OBLIGASI SAHAM REKSA DANA

22 TANAH EMAS PENDIDIKAN PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

23 PENDIDIKAN EMAS TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

24 PENDIDIKAN EMAS TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

25 TANAH PENDIDIKAN EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

26 PENDIDIKAN EMAS TANAH SAHAM PROPERTY DAN REAL ESTATE OBLIGASI REKSA DANA

27 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

(63)

NO 1 2 3 4 5 6 7

29 EMAS PENDIDIKAN TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

30 TANAH PENDIDIKAN EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

31 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

32 EMAS TANAH PENDIDIKAN SAHAM PROPERTY DAN REAL ESTATE OBLIGASI REKSA DANA

33 EMAS TANAH PENDIDIKAN PROPERTY DAN REAL ESTATE OBLIGASI SAHAM REKSA DANA

34 PENDIDIKAN PROPERTY DAN REAL ESTATE TANAH EMAS SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

35 PENDIDIKAN EMAS TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

36 PENDIDIKAN EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE TANAH REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

37 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

38 PROPERTY DAN REAL ESTATE TANAH EMAS PENDIDIKAN REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

39 PENDIDIKAN EMAS TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

40 PROPERTY DAN REAL ESTATE PENDIDIKAN TANAH EMAS OBLIGASI SAHAM REKSA DANA

41 EMAS PENDIDIKAN TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

42 TANAH PENDIDIKAN EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE OBLIGASI REKSA DANA SAHAM

43 PENDIDIKAN EMAS TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

44 PENDIDIKAN TANAH EMAS SAHAM PROPERTY DAN REAL ESTATE OBLIGASI REKSA DANA

45 PENDIDIKAN EMAS TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

46 PENDIDIKAN EMAS TANAH SAHAM REKSA DANA PROPERTY DAN REAL ESTATE OBLIGASI

47 EMAS TANAH PENDIDIKAN PROPERTY DAN REAL ESTATE REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

48 EMAS TANAH PENDIDIKAN REKSA DANA SAHAM PROPERTY DAN REAL ESTATE OBLIGASI

49 PENDIDIKAN TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE EMAS REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

50 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

51 PENDIDIKAN TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE EMAS SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

52 PENDIDIKAN TANAH EMAS REKSA DANA SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

53 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

54 EMAS TANAH PENDIDIKAN PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

55 TANAH EMAS PENDIDIKAN PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

(64)

NO 1 2 3 4 5 6 7

57 PROPERTY DAN REAL ESTATE TANAH EMAS PENDIDIKAN SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

58 TANAH PENDIDIKAN PROPERTY DAN REAL ESTATE EMAS SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

59 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

60 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

61 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

62 PENDIDIKAN TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM EMAS OBLIGASI REKSA DANA

63 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM OBLIGASI REKSA DANA

64 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

65 EMAS TANAH PENDIDIKAN PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

66 PENDIDIKAN EMAS TANAH SAHAM PROPERTY DAN REAL ESTATE REKSA DANA OBLIGASI

67 TANAH PENDIDIKAN EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

68 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

69 PENDIDIKAN TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE EMAS REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

70 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

71 PENDIDIKAN EMAS TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

72 PENDIDIKAN TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE EMAS REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

73 PROPERTY DAN REAL ESTATE TANAH PENDIDIKAN EMAS REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

74 TANAH SAHAM PENDIDIKAN EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE OBLIGASI REKSA DANA

75 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

76 TANAH PENDIDIKAN EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

77 PENDIDIKAN TANAH EMAS SAHAM PROPERTY DAN REAL ESTATE REKSA DANA OBLIGASI

78 PENDIDIKAN EMAS TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

79 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

80 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

81 EMAS TANAH PENDIDIKAN PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

82 EMAS TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE PENDIDIKAN REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

83 PENDIDIKAN EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE TANAH REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

(65)

NO 1 2 3 4 5 6 7

85 PENDIDIKAN EMAS TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

86 EMAS PENDIDIKAN TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

87 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

88 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE SAHAM REKSA DANA OBLIGASI

89 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

90 EMAS PENDIDIKAN TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

91 TANAH PENDIDIKAN EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

92 PENDIDIKAN TANAH EMAS REKSA DANA SAHAM PROPERTY DAN REAL ESTATE OBLIGASI

93 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

94 PENDIDIKAN TANAH EMAS PROPERTY DAN REAL ESTATE REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

95 PENDIDIKAN EMAS TANAH PROPERTY DAN REAL ESTATE REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

96 EMAS PENDIDIKAN PROPERTY DAN REAL ESTATE TANAH OBLIGASI REKSA DANA SAHAM

97 TANAH PENDIDIKAN PROPERTY DAN REAL ESTATE EMAS REKSA DANA SAHAM OBLIGASI

LAMPIRAN 5

DESKRIPTIF STATISTIK

Descriptive Statistics

(66)

LAMPIRAN 6 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

UJI RELIABILITAS IMPULSIVE BUYING

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(67)

UJI VALIDITAS CONSCIENTIOUSNESS **. Correlation is significant at the 0.01 level

(2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

UJI RELIABILITAS CONSCIENTIOUSNESS

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(68)

UJI NORMALITAS

UJI MULTIKOLINEARITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B

Std.

Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant) 4.726 .457 10.341 .000

concientiousne

ss -.675 .076 -.657 -8.924 .000 .904 1.106

tabungan -1.299 .544 -.180 -2.389 .019 .866 1.155 investasi -1.026 .582 -.126 -1.762 .081 .954 1.049

pendapatan .095 .058 .125 1.636 .105 .840 1.190

usia -.020 .071 -.021 -.277 .783 .868 1.152

(69)
(70)

Konsumsi

Interval for B Collinearity Statistics

(71)
(72)

Pendapatan

Interval for B Collinearity Statistics

Gambar

Tabel 1  Pengukuran Konsep
Tabel 1  Pengukuran Konsep (Lanjutan)
Tabel 1  Pengukuran Konsep (Lanjutan)
Tabel 2 Tingkat Kategori Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Belum optimalnya pengelolaan aset daerah di Kota Salatiga diakibatkan oleh kurang disiplinnya pengguna aset sesuai dengan peraturan yang berlaku, kurangnya pengelola barang

1) Identifikasi jenis aset keuangan pada laporan keuangan perbankan. 2) Mengidentifikasi aset keuangan yang terkena impairment (penurunan nilai), baik dari jenis maupun

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi investasi dan penyajian laporan keuangan Dana Pensiun Salatiga telah sesuai dengan peraturan yang

Aset biologis juga tidak lepas dari distorsi akuntansi sebab banyak sekali teknik pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur nilai aset biologis sesuai nilai

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan pada calon investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi pada perusahaan yang melakukan stock

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa optimisme akademik merupakan kontrol keyakinan atau sikap positif individu dalam mengharapkan hasil positif

s elf-efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu terhadap kemampuannya dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas akademik yang dihadapi,

Persepsi pengembangan karier karyawan adalah bagaimana karyawan memberi penilaian individu yang bersifat pribadi dalam melakukan peningkatan kemampuan dan keahlian