i
ANALISIS PENGUKURAN ASET BIOLOGIS
DENGAN PENDEKATAN
MARKET APPROACH, COST
APPROACH
DAN
INCOME APPROACH
Oleh : SANI GUNTARA
Nim : 232009115
KERTAS KERJA
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan – persyaratan Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
Fakultas
: EKONOMIKA DAN BISNIS
Program Studi :AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
iv
Motto
Apapun yang dilakukan awali dengan
v
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Pengukuran Aset Biologis Dengan Pendekatan MarketApproach, Cost Approach, Dan Income Approach DalamMencerminkan Kinerja PerusahaanStudi Kasus Pada PT.Rumeksa Mekaring Sabda.
Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana Ekonomi Strata 1 pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran, kritik dan koreksi yang membangun sebagai perbaikan penulisan dimasa yang akan datang. Selain itu penulis mengharapkan karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.
vi
Abstract
Indonesian SFAS has adopted IFRS as its main concept is fair value. In
addition to the adoption of IAS 41 on the field of agricultural bussiness that
recognize plant and animal life as a corporate assets. This has resulted in the
treatment of assets historical cost initially withthe concept must be changed with
the fair value. The measurement of assets is a crucial thing that determine the
companies value. There are many technique that can be done but not all can be
applied in fields, espicially agricultural field. The research has purpose to
measure the biologycal assets on cattle field bussines use the return on assets with
the object of research is PT.Rumekso Mekaring Sabda. The measurement
biological assets are animal farm is used market approach, cost approach and
income approach. This reasearch also discusses about the measuring technique to
minimalize the distortions of accounting to cattle field bussiness especially in
PT.Rumekso Mekaring Sabda. The result of research shows that the cost
approach is the best approachon measuring the fair value assets to show the
return on assets value and market approach to minimalize accounting distortion.
Key word : Fair value, Biological assets,market approach, cost approach and
vii
Saripati
Standar Akuntansi Indonesia telah mengadopsi IFRS yang konsep utamanya adalah nilai wajar, selain itu adopsi IAS 41 tentang bidang usaha agrikultur mengakui tumbuhan dan hewan hidup sebagai aset perusahaan, hal ini mengakibatkan perlakuan terhadap aset yang awalnya dengan konsep biaya historisharus diubah dengan nilai wajar. Pengukuran aset merupakan hal yang sangat penting dan krusial dalam menentukan nilai perusahaan. Banyak sekali teknik yang dapat dilakukan untuk mengukur aset perusahaan tetapi tidak semua dapat diaplikasikan untuk bidang usaha kusus seperti bidang usaha agrikultur. Penelitian ini bertujuan mengukuraset biologis dalam bidang usaha peternakan menggunakan return on assets dengan objek penelitian adalah peternakan PT.Rumekso Mekaring Sabda. Pengukuran aset biologis berupa hewan ternak dilakukan menggunakan pendekatan market approach, cost approach dan income approach. Penelitian ini juga membahas mengenai teknik pengukuran yang dapat diaplikasikan dalam rangka meminimalkan distorsi akuntansi untuk bidang usaha peternakan khususnya pada Peternakan PT. Rumekso Mekaring Sabda. Hasil penelitian menunjukan cost approach merupakan pendekatan terbaik dalam mengukur nilai aset dalam memperlihatkan return on assets dan market approach dalam meminimalkan distorsi akuntansi.
viii
Ucapan Terimakasih
Dengan segenap hati penulis mengucap syukur kehadirat kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan baik berupa bimbingan informasi, dorongan, semangat dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis dengan segala hormat dan kerendahan hati ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Untuk kedua orang tua saya, Djoni Suwandana dan Endang Sri Hastuti, serta kedua kakak saya atas dukungan dan biaya dari merekalah saya dapat menempuh jenjang pendidikan hingga strata 1.
2. Untuk dosen pembimbing Ibu M.I Mitha Dwi Restuti, SE., M.Si atas kesabaran dan bimbingannya saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Untuk Wali Studi Bapak Marwata,SE,MSI.PhD mohon maaf apabila saya selama studi di UKSW tidak pernah perwalian ataupun bertemu dengan bapak kecuali saat jam kuliah.
4. Untuk PT.Rumekso Mekaring Sabda terimakasih informasi mengenai peternakan yang telah diberikan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. 5. Untuk Bapak Hari Sunarto, SE, MBA selaku dekan FEB UKSW.
ix 7. Untuk Teman-teman seperjuangan 2009 Great Gold Generation. Kalian
memang benar-benar Generasi emas.
8. Untuk para sahabat seperjuangan dari semester 1 hingga lulus angkatan 2009 diantaranya Fuad, Adiel (Dede), Andre(Tumbur), Brian (Bebek), Erwan, Tiar, Giras, Bofidan masih banyak lagi yang tidak sempat saya sebutkan satu per satu.
x
Daftar Isi
Halaman Judul...i
Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi.... ... ...ii
Halaman Persetujuan...iii
Halaman Motto...iv
Kata Pengantar...v
Abstract... ...vi
Saripati...vii
Ucapan Terima Kasih...viii
Daftar Isi...x
Daftar Tabel...xii
Daftar Gambar...xiv
Daftar Lampiran...xv
Daftar Rumus...xvi
Pendahuluan...1
Kajian Teoritis...3
Analisis Laporan Keuangan...3
Analisis Akuntansi...4
Distorsi Akuntansi...4
Fair Value...6
Aset Biologis...8
Pengukuran...10
Metode Pengukuran Aset...11
Return On Assets...14
xi
Model Penelitian...16
Jenis Sumber Data...16
Teknik Olah Data...17
Langkah-langkah Pengukuran Aset...18
Profil Perusahaan...23
Profil Peternakan...24
Operasi Peternakan...24
Data Pasar...25
Olah Data...27
Data Awal Peternakan...27
Pengukuran Melalui Market Approach...32
Pengukuran Melalui Cost Approach...35
Pengukuran Melalui Discounted Cash Flow...41
Pengukuran Melalui Kapitalisasi Pendapatan...43
Analisis Data...45
Kesimpulan...49
Implikasi...49
Keterbatasan Penelitian...50
xii
Daftar Tabel
Tabel 1.1.Rata-rata Harga Sapi di Pasar Hewan Sunggingan...26
Tabel 1.2.Rata-rata Harga Sapi di Pasar Hewan Ambarawa...26
Tabel 1.3.Rata-rata Harga Sapi Secara Keseluruhan...26
Tabel 2.1.Daftar Aset Operasi Peternakan PT.Rumekso Mekaring Sabda...27
Tabel 2.2.Posisi Nilai Buku Aset Dengan Depresiasi Garis Lurus Tahun 2012...28
Tabel 2.3.Posisi Nilai Buku Aset Dengan Depresiasi Saldo Menurun Tahun 2012...29
Tabeli 3.1.Posisi Aset , Laba dan ROA awal Perusahaan Tanpa Sapi Sebagai Aset...30
Tabel 4.1.Nilai Sapi Sesuai Keterangan Perusahaan...30
Tabel 4.2.Nilai Buku Sapi Metode Depresiasi Garis Lurus...31
Tabel 4.3.Nilai Buku Sapi Metode Depresiasi Saldo Menurun...31
Tabel 5.1.Posisi Aset, Laba dan Roa awal Perusahaan Dengan Sapi Sebagai Aset...32
Tabel 6.1.Daftar Harga Pasar Sapi Berdasakan Market Approach...32
Tabel 7.1.Posisi Aset Ketika Sapi Diukur Dengan Metode Market Approach Depresiasi Garis Lurus...33
Tabel 7.2.Posisi Aset Ketika Sapi Diukur Dengan Metode Market Approach Depresiasi Saldo Menurun...34
Tabel 8.1Posisi Aset, Laba dan ROA Perusahaan metode Market Approah...35
Tabel 9.1.Data Harga Sapi Cost Approach...36
Tabel 10.1.Daftar Usia Pemanfaatan Sapi...36
Tabel 11.1.Nilai Buku Sapi Cost Approach Tahun 2012Depresiasi Garis Lurus...37
Tabel 11.2.Nilai Buku Sapi Cost ApproachTahun 2012 Saldo Menurun...37
Table 11.3.Rincian Depresiasi Saldo Menurun Cost Approach...38
xiii
Tabel 12.2.Total Aset Cost Approach Depresiasi Saldo Menurun...40
Tabel 13.1.Posisi Aset dan Laba Perusahaan Saat Cost Approach...41
Tabel 14.1.Perhitungan Discounted Cash flow(Garis Lurus)......42
Tabel 14.2.Perhitungan Discounted Cash flow(Saldo Menurun)...42
Tabel 15.1.Posisi Nilai Aset, Laba dan ROA Metode Discounted Cash Flow...43
Tabel 16.1.Posisi Nilai Aset, Laba dan ROA Metode Kapitalisasi Pendapatan....44
xiv
Daftar Gambar
xv
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Rangkuman hasil wawancara...55
Lampiran 2 Data Produksi Peternakan...63
Lampiran 3 Biaya Operasi tahun 2012...75
Lampiran 4 Data Harga Sapi...78
Lampiran 5 Perhitungan Aset Metode Depresiasi Garis Lurus...84
Lampiran 6 Perhitungan Aset Metode Depresiasi Saldo Menurun...92
Lampiran 7 Perhitungan Aset Metode Discounted Cash Flow...103
xvi
Daftar Rumus
Rumus 1 Return Of Assets...14
Rumus 2 Present Value...22
Rumus 3 Tingkat Pengembalian Aset...23
Rumus 4 Tingkat Kapitalisasi...23
Rumus 5 Nilai Wajar Aset...23
1
Pendahuluan
Analisis laporan keuangan merupakan hal yang penting dan bagian tidak dapat terpisahkan dari analisis yang lebih luas yaitu analisis bisnis. Analisis laporan keuangan sendiri terbagi atas 3 bagian yaitu analisis akuntansi, analisis keuangan dan analisis prospektif. Analisis akuntansi merupakan langkah awal yang sering dilupakan oleh para analis keuangan. Masalah dari akuntansi yang tidak mungkin dihindari adalah distorsi akuntansi. Tujuan utama analisis akuntansi adalah untuk meminimalkan distorsi akuntansi.
2 aset pendekatan ini menghasilkan nilai pengukuran yang tidak jauh berbeda dari dua pendekatan yang lain.
PT.Rumekso Mekaring Sabda memiliki salah satu kegiatan usaha dibidang usaha peternakan yang memanfaatkan aset biologis, namun tidak mengakui sapi sebagai aset dan hanya mengakuinya sebagai persediaan. Sesuai Peraturan Menteri Keuangan No.126/ PMK.011/2012 bahwa hewan ternak dikategorikan sebagai harta berwujud. Sapi dapat dikategorikan sebagai aset dan dapat didepresiasikan. Ini menjadikan sebuah bias pada laporan keuangankarena sapi yang sebenarnya dapat diakui sebagai aset hanya diakui sebagai persediaan. Hal kedua yang menjadikan bias adalah karena pemasukan utama dari kegiatan peternakan merupakan hasil dari kegiatan operasi pemerahan sapi serta kegiatan lain seperti ternak anak sapi dan produksi pupuk. Secara jelas dapat diketahui bahwa sapi adalah aset bagi perusahaan dan bukan merupakan persediaan karena perusahaan mendapat manfaat ekonomis dari kegiatan peternakan.
3 Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui metode yang paling baik untuk pengukuran aset biologis dalam mencerminkan kinerja aset perusahaan. Tujuan pengukuran ulang aset biologis untuk mengetahui metode yang dapat mencerminkan kinerja perusahaan yang paling baik. Baik disini tidak hanya mengenai nilai aset perusahaan tetapi mengenai penerapan metode pengukuran agar dapat meminimalkan distorsi akuntansi dalam laporan keuangan PT.Rumekso Mekaring Sabda. Selain itu penelitian ini diharapkan untuk memberikan masukan untuk manajemen perusahaan agar dapat mengaplikasikan teknik pengukuran aset biologis dalam menyusun laporan keuangan selanjutnya dengan mengakui aset biologis sebagai aset dengan teknik pengukuran yang rendah distorsi.
Menurut peneliti topik ini adalah topik yang menarik sebab kebanyakan hanya berfokus pada analisis rasio keuangan tanpa menyinggung mengenai distorsi akuntansi. Sedangkan penelitian terdahulu mengenai pengukuran aset kebanyakan meneliti mengenai aset tetap dan properti. Dalam penelitian tentang aset biologis, kebanyakan penelitian hanya berfokus pada masalah regulasi, dan penanganan aset terutama untuk aset perkebunan. Belum ada penelitian mengenai analisis pengukuran aset biologis berupa hewan ternak sehingga hal ini perlu untuk diteliti lebih lanjut.
Kajian Teoritis
Analisis Laporan Keuangan
4
Analisis Akuntansi
Analisis laporan keuangan sendiri terbagi atas 3 bagian yaitu analisis akuntansi, analisis keuangan dan analisis prospektif. Analisis akuntansi adalah proses evaluasi sejauh mana akuntansi perusahaan mencerminkan realita ekonomi (Subramanyam dan Wild, 2010:13). Analisis akuntansi merupakan langkah awal yang sering dilupakan oleh para analis keuangan. Kebanyakan hanya melakukan analisa keuangan melalui rasio. Memperbandingan rasio-rasio yang diperoleh baik secara waktu, industry, dan juga melalui trend yang terjadi pada rasio tersebut. Padahal setiap entitas belum tentu memiliki teknik akuntansi yang sama walaupun berada dalam satu bidang usaha yang sama. Ini menunjukan bahwa analis laporan keuangan tidak boleh langsung membandingkan hasil analisa rasio keuangan tiap entitas dengan entitas yang laintanpa melakukan perhitungan ulang melalui teknik akuntansi yang sama. Terdapat beberapa keterbatasan akuntansi yang tidak dapat dicegah antara lain adalah masalah perbandingan (comparability problem), distorsi akuntansi dan risiko akuntansi.
Distorsi Akuntansi
5 keterbandingan dalam akuntansi tidak dapat dilakukan secara penuh walaupun beberapa entitas berada dalam satu industri yang bergerak di bidang yang sama.
Masalah ke dua adalah mengenai tarik-menarik antara kualitas informasi yang diinginkan oleh penggunanya. Kualitas pertama adalah Relevan yang menuntut informasi akuntansi disajikan tepat waktu. Kualitas kedua adalah Andal dimana informasi yang disajikan harus mencerminkan realita dan netral. Selain itu terdapat kualitas sekunder yaitu komparabilitas dan konsistensi (Subramanyam dan Wild 2010: 90). Komparabilitas pada paragraf sebelumnya sudah peneliti sampaikan bahwa komparabilitas tidak sepenuhnya dapat dilakukan walaupun 2 atau lebih entitas berada pada pada satu industri yang sama karena setiap entitas memiliki kebebasan pemilihan metode akuntansi. Oleh karena itu sebelum melakukan komparabilitas perlulah dilakukan perhitungan ulang (rechasting) laporan keuangan yang dihasilkan oleh setiap entitas. Konsistensi menghendaki bahwa laporan keuangan harus disajikan menggunakan metode yang diaplikasikan secara konsisten oleh entitas.
Masalah ketiga adalah mengenai prinsip akuntansi yang berfokus pada konsep biaya historis. Konsep ini menyebutkan bahwa akuntasi harus mengaplikasikan pengukuran dan pencatatan nilai aset sesuai biaya historis. Tentu ini akan mengakibatkan laporan keuangan tidak sesuai dengan realita dan pada akhirnya akan berakibat pada buruknya kualitas analisis bisnis. Konsep biaya historis kemudian beralih pada nilai wajar (fair value), yang menggunakan nilai ekonomis aset saat ini sebagai dasar nilai pengukuran dan pencatatan. Konsep nilai wajar dikeluarkan oleh IASB dengan mengeluarkan standart yang disebut sebagai IFRS. Indonesia sebagai negara yang mulai mengadopsi IFRS tentu akan menggunakan basis pengukuran menggunakan nilai wajar atau fair value. Nilai wajar adalah suatu basis pengukuran independen dan dianggap lebih tidak memihak.
6 diaudit. Ini akan menyebabkan sebuah informasi yang disampaikan terlambat dan informasi yang terlambat bisa dikatakan hanyalah sampah apabila sebuah perusahaan menuntut kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan keputusan.
Fair Value
Selain empat karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi dalam laporan keuangan sesuai PSAK. Peraturan terbaru PSAK menyebutkan bahwa laporan keuangan harus dilaporkan sebesar nilai wajar atau fair value . Definisi fair value
menurut IAS 41 “Fair value is the amount for which an asset could be exchanged, or a liability settled, between knowledgeable, willing parties in an arm’s length transaction” (IAS 41 , 2009:3) . Definisi menurut IAI dalam PSAK 10 menyatakan bahwa nilai wajar atau fair value adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arms's length transaction)(PSAK 10, 2009 : 4). Dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan berbasis IFRS telah diadopsi Indonesia, peraturan ini menghendaki nilai yang dilaporkan dalam laporan keuangan berdasarkan nilai saat ini, bukan nilai berdasarkan data biaya historis atau hystorical cost. Secara tidak langsung mewajibkan bahwa pengukuran terhadap komponen laporan keuangan harus dilakukannya secara rutin agar laporan keuangan yang dilaporkan kepada Stakeholders sesuai dengan nilai wajarnya. Setidaknya pengukuran harus dilakukan saat akan dilakukan pelaporan atas laporan keuangan tahunan. Pengukuran untuk mengetahui nilai wajar aset biologis secara andal dapat dilakukan dengan berbagai metode.
7 (pengganti aset) tidak dapat di identifikasi (Subramanyam dan Wild 2010: 122-123).
Hal serupa juga ditegaskan dalam PSAK 13 (2011). Disebutkan bahwa dalam PSAK 13 paragraf 46 mengenai definisi nilai wajar mengacu pada transaksi wajar. Transaksi wajar adalah transaksi antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan tertentu atau khusus, yang membuat harga transaksi tidak mencerminkan karateristik dari kondisi pasar. Transaksi tersebut dianggap terjadi di antara pihak-pihak yang tidak berelasi, yang masing-masing bertindak secara independen. Untuk hierarki penentuan nilai wajar tahap 1 terdapat pada PSAK 13 (2011) paragraf 47. Menyebutkan bahwa pedoman nilai wajar terbaik mengacu pada harga kini dalam pasar aktif untuk properti serupa dalam lokasi dan kondisi yang sama dan berdasarkan pada sewa dan kontrak lain yang serupa. Entitas harus memerhatikan adanya perbedaan dalam sifat, lokasi, atau kondisi properti, atau ketentuan yang disepakati dalam sewa dan kontrak lain yang berhubungan dengan properti (PSAK 13, 2011 : 15).
Apa bila tahap 1 tidak dapat dilakukan maka dapat diketahui nilai wajarnya melalui tahap 2. Pada PSAK 2013 paragraf 48 jika tidak tersedianya harga kini dalam pasar aktif yang sejenis diuraikan pada paragraf 47, suatu entitas harus mempertimbangkan informasi dari berbagai sumber, termasuk:
(a) harga kini dalam pasar aktif untuk properti yang memiliki sifat, kondisi dan lokasi berbeda (atau berdasarkan pada sewa atau kontrak lain yang berbeda), disesuaikan untuk mencerminkan perbedaan tersebut;
(b) harga terakhir properti serupa dalam pasar yang kurang aktif, dengan penyesuaian untuk mencerminkan adanya perubahan dalam kondisi ekonomi sejak tanggal transaksi terjadi pada harga tersebut, dan
8 ketidakpastian dalam jumlah atau waktu arus kas.
(PSAK 13, 2011:15)
Aset Biologis
Aset merupakan salah satu komponen utama dalam laporan keuangan sehingga harus diukur sesuai dengan nilai wajarnya.Aset atau aktiva didefinisikan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang tertuang dalam PSAK pada bagian kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan pada paragraf 49 poin (b) aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan diharapkan dapat digunakan untuk memperoleh manfaat ekonomi dimasa depan (PSAK 2007, kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan :9) . Pada PSAK 2012 aset beralih menjadi aktiva dan diartikan sama seperti pada PSAK 2007. Pada kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan PSAK 2012 paragraf 49 poin (a) aktiva adalah adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan diharapkan dapat digunakan untuk memperoleh manfaat ekonomi dimasa depan.
Perusahaan agrikultur memiliki aset unik yaitu aset biologis yang diatur tersendiri pada IAS 41. Aktivitas usaha perusahaan agrikultur adalah menggunakan aset biologis untuk memperoleh manfaat ekonomi dimasa yang akan datang. Dalam IAS 41 butir ke 5 menyatakan “Agricultural activity is the management by an entity of the biological transformation and harvest of
biological assets for sale or for conversion into agricultural produce or into
9 Pertama Peraturan Menteri Keuangan No.249/PMK.03/2008, peraturan kedua merupakan revisi peratutan pertama yaitu Peraturan Menteri Keuangan No.126/PMK.011/2012 dan ketiga adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000.
Dalam penelitian Ridwan (2011) aset biologis dapat dikategorikan berdasarkan ciri-ciri yang melekat dan juga berdasarkan jangka waktu manfaatnya atau transformasinya. Berdasarkan ciri yang melekat aset biologis dibagi menjadi dua. Pertama dikategorikan sebagai aset biologis bawaan. Aset biologis jenis ini menghasilkan produk agrikultur bawaan yang dapat dipanen, namun aset biologis ini dapat beregenerasi sendiri, contohnya produksi wol dari ternak domba, dan pohon yang buahnya dapat dipanen. Kedua adalah aset biologis bahan pokok. Aset agrikultur yang dipanen menghasilkan bahan pokok seperti ternak untuk diproduksi daging, padi menghasilkan bahan pangan beras, dan produksi kayu sebagai bahan kertas.
Aset biologis dibagi berdasarkan masa manfaat atau jangka waktu transformasi biologisnya, aset biologis dapat dikelompokkan menjadi dua jenis. Pertama aset biologis jangka pendek (short term biological assets). Aset biologis yang memiliki masa manfaat/masa transformasi biologis kurang dari atau sampai 1 (satu) tahun. Contoh dari aset biologis jangka pendek, yaitu tanaman/hewan yang dapat dipanen/dijual pada tahun pertama atau tahun kedua setelah pembibitan seperti ikan, ayam, padi, jagung, dan lain sebagainya. Kategori kedua adalah aset biologis jangka panjang (long term biological assets). Aset biologis yang memiliki masa manfaat/masa tranformasi biologis lebih dari 1 (satu) tahun. Contoh dari aset biologis jangka panjang, yaitu tanaman/hewan yang dapat dipanen/dijual lebih dari satu tahun atau aset biologis yang dapat menghasilkan produk agrikultur dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun, seperti tanaman penghasil buah (jeruk, apel, durian, dsb), hewan ternak yang berumur panjang (kuda, sapi, keledai, dsb.).
10 dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah dipelihara lebih dari 1 (satu) tahun. Selain itu pada pasal 1 ayat (3) huruf c mengatur bahwaharta berwujud yang dapat diakui dibidang usaha peternakan, termasuk ternak pejantan. Ini berarti aset biologis yang boleh diakui sebagai harta berwujud adalah aset biologis yang memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun dan digunakan untuk produksi berulang kali baik hewan ternak jantan atau betina, sehingga mengakui aset biologis berdasarkan klasifikasi aset biologis menurut Ridwan menyalahi aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Dapat dilihat jelas dari Peraturan Menteri Keuangan No.126/PMK.011/2012 bahwa Indonesia telah memiliki peraturan kusus mengenai aset biologis untuk mereka yang memiliki bidang usaha agrikultur. Hewan ternak dapat dilaporkan sebagai aset berwujud dalam laporan keuangan apabila perusahaan tersebut mengendalikan aktiva tersebut sebagai hasil peristiwa masa lalu. Diharapkan Hewan ternak hasil peristiwa masa lalu perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa akan datang. Nilai wajar aktiva tersebut dapat diukur dengan andal. Selain itu aset harus dapat berproduksi berkali-kali dan dipelihara sekurang-kurangnya satu tahun.
Pengukuran
Ruang lingkup akuntansi mencakup beberapa hal pokok antara lain identifikasi, pengukuran (measurement) dan mengkomunikasikan informasi financial melalui laporan keuangan suatu entitas untuk pihak yang berkepentingan (Stakeholders). Kieso yang menyatakan “The essential characteristics of accounting are : identification, measurement, and communication of financial
11 Laporan keuangan digunakan oleh pihak berkepentingan salah satunya adalah untuk membuat keputusan. Laporan keuangan haruslah memenuhi kualitas fundamental yaitu relevan dan keandalan agar dapat memberikan informasi yang tidak menyesatkan bagi penggunanya. Kualitas fundamental dijelaskan dalam PSAK 2007 pada kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraf ke dua puluh empat bahwa karakteristik kualitatif dalam laporan keuangan akan memberikan informasi yang berguna bagi penggunanya. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat diperbandingkan (PSAK 2007, kerangka dasar penyusunan dan penyusunan laporan keuangan: 5). Definisi pengukuran menurut Sudijono (2003) adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Oleh karena itu agar dapat memenuhi karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan perlu dilakukanya pengukuran dalam satuan ukuran tertentu. Jika melihat asumsi dasar dalam akuntansi yang dijelaskan Kieso bahwa terdapat empat asumsi dasar struktur laporan keuangan antara lain economic entity, going concern, monetary unit, and periodicity (Kieso,2009;36). Sesuai asumsi dasar tersebut maka pengukuran harus dinyatakan dalam (monetary unit) satuan moneter atau satuan uang.
Metode Pengukuran Aset
Pengukuran aset sesuai nilai wajar (fair value) dapat dilakukan melalui berbagai teknik. Tiga pendekatan penilaian (valuasi) yang dapat diambil antara lain pendekatan pasar, pendekatan laba, dan pendekatan biaya (Subramanyam dan Wild 2010: 123). Sama seperti halnya yang dikatakan oleh Supriyanto (2010) menyebutkan bahwa pengukuran aset sesuai nilai wajar dapat diketahui melalui tiga metode.
12 Metode Kedua melalui pendekatan biaya / cost approach yaitu pengukuran nilai aset berdasarkan pada besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva biologis seperti kondisi pada tanggal penilaian (cut off date), tentu dengan memperhatikan kondisi dari aktiva biologis termasuk faktor-faktor koreksi yang mempengaruhi kondisi aktiva biologis (Supriyanto, 2010: 30). Kondisi dari aktiva termasuk faktor-faktor koreksi seperti harga perolehan dan penyusutan. Tidak jauh berbeda dengan yang dijelaskan oleh Subramanyam dan Wild pendekatan biaya atau cost approach dilakukan dengan cara menentukan biaya penggantian aset pada periode berjalan, atau membentuk aset pengganti dengan utilitas yang sebanding dengan melakukan penyesuaian terhadap kerusakan dan pemakaian (Subramanyam dan Wild : 123).
13 Biaya perolehan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No.126/PMK.011/2012 pasal 2 ayat (1), menyatakan bahwa yang termasuk dalam pengeluaran atau biaya adalah biaya pembelian bibit, biaya untuk membesarkan bibit dan memelihara bibit. Pengecualian biaya dijelaskan pada pasal 2 ayat (2), bahwa biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja tidak termasuk ke dalam pengeluaran untuk memperoleh harta.
Usia aset dan penyusutan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No.126/PMK.011/2012 Pasal 2A ayat (1) huruf c, menyatakan bahwa bidang usaha peternakan dikelompokkan dalam kelompok II. Mengacu pada peraturan tersebut maka pengelompokan aset dapat dilihat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 11A ayat (2) Untuk aktiva kelompok II dapat disusutkan dengan masa manfaat 8 (delapan) tahun dapat didepresiasikan menggunakan metode garis lurus (straight line methode) atau metode saldo menurun (decline balance methode) tanpa nilai sisa .
14 memperlakukan aset non biologis sebagai aset yang disewa dari pihak lain tetapi semuanya tetap berbasis pasar (mark to market) dari aset. Dalam penelitian Nugroho (2010) Teknik kapitalisasi pendapatan dapat mencerminkan nilai aset secara keseluruhan untuk bidang usaha perhotelan yang memiliki masa manfaat 40 tahun. Namun belum diketahui secara hasil secara nyata apabila pendekatan ini diaplikasikan pada aset biologis yang hanya memiliki masa manfaat aset 8 tahun.
Return On Assets
Aset biologis merupakan salah satu dari bagian aset sebuah perusahaan agrikultur yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan. Aset merupakan komponen laporan keuangan yang dapat digunakan untuk menghitung Return on asset. ROA adalah salah satu rasio keuangan yang berfungsi untuk analisis kinerja perusahaan. Didefinisikan oleh sawir ROA adalah rasio antara Net Income After Tax terhadap aset secara keseluruhan menunjukan ukuran produktivitas aktiva dalam memberikan pengembalian pada penanaman modal (Sawir,2001). ROA dapat juga dinilai dengan laba sebelum pajak. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/ 11 /DPNP tanggal 31 Maret 2010 lampiran 14 mengenai pedoman perhitungan rasio keuangan. Pada lampiran 14 no. 7 menyebutkan bahwa ROA dihasilkan dengan rumus berikut:
ROA (Return on Assets) = Laba sebelum pajak...(1) Rata-rata total aset
Oleh karena itu ROA pada penelitian ini akan dihitung berdasarkan laba sebelum pajak sesuai dengan surat edaran Bank Indonesia. Dengan faktor pembaginya bukan rata-rata total aset tetapi menggunakan total nilai buku aset sebab tidak semua nilai aset akan diukur dengan menggunakan metode fair value.
Kaitan Antar Teori
15 dapat dihindarkan yaitu distorsi akuntansi. Tujuan utama dari analisis akuntansi adalah menghitung ulang laporan keuangan dengan berbagai teknik dan metode untuk meminimalkan distorsi akuntansi.
Aset adalah salah satu bagian utama dari kegiatan usaha sebuah entitas digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja, oleh karena itu aset harus diukur berdasarkan nilai wajarnya. Untuk aset tetap seperti bangunan, mesin, properti dan aset tetap lain telah diatur secara detail dalam PSAK. Aset berupa makhluk hidup belum diatur secara detail padahal Indonesia telah menerapkan IFRS sejak 2012. IAS 41 sebagai peraturan yang juga memiliki pendekatan nilai wajar telah secara detail mengatur mengenai aset biologis. Peraturan di Indonesia mengenai Aset biologis dan detail perlakuan aset biologis masih terpecah – pecah dalam berbagai peraturan dan belum secara fokus dalam satu peraturan. Ini tentu akan membingungkan bagi para pembuat ataupun pengguna laporan keuangan. Aset biologis juga tidak lepas dari distorsi akuntansi sebab banyak sekali teknik pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur nilai aset biologis sesuai nilai wajarnya.Selain teknik pengukuran, pengakuan terhadap biaya yang dapat dikategorikan sebagai biaya perolehan aset juga akan berpengaruh terhadap nilai aset. Macam-macam biaya yang dapat dikategorikan sebagai biaya perolehan dapat diakui tergantung dari keputusan manajemen perusahaan.
16 akuntansi dalam rangka menghasilkan informasi yang baik untuk tujuan analisis laporan keuangan dan analisis bisnis.
Fokus penelitian akan dilakukan untuk mengukur nilai wajar aset biologis berupa sapi. Meneliti dengan cara menghitung nilai wajar aset biologis saja dan mengasumsikan bahwa aset lain telah dilaporkan sesuai nilai wajarnya. Beberapa tahun ini bahkan hingga saat ini tedapat suatu hal yang mungkin aneh karena harga sapi dalam bentuk daging di Indonesia sangat mahal dibanding negara lain. Oleh karena itu peneliti ingin mengkombinasikan antara berbagai metode pengukuran aset, dan pilihan metode depresiasi. Selain itu juga mengidentifikasi secara teoritis mengenai hal-hal yang dapat meninimalkan distorsi akuntansi agar dapat diapolikasikan oleh peternakan.
Model Penelitian
Gambar 1 Model Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa informasi baik lisan maupun tulisan yang dibutuhkan dalam rangka penulisan. Data kualitatif antara lain adalah metode akuntansi harga perolehan aset biologis, metode depresiasi yang digunakan . Perlakuan terhadap aset biologis dan hal-hal yang dapat dimasukan sebagai komponen harga perolehan terhadap aset biologis hingga aset tersebut siap untuk berproduksi. Kinerja Produksi aset biologis dari waktu ke waktu dan hal- hal lain yang berkaitan dengan aset yang dapat mempengaruhi aset.
Aset Biologis
Fair Value___________ 1.Market Data Approach 2.Cost Approach
3.Income Approach
Return on Assets
17 Data kuantitatif berupa angka-angka antara lain neraca, laporan rugi-laba, laporan perubahan modal, laporan arus kas. Data-data angka lain yang dibutuhkan untuk pengolahan dataseperti data harga perolehan aset biologis , data biaya yang dikeluarkan untuk aset hingga siap berproduksi , data harga pasar aset biologis sejenis, data harga yang berkaitan dengan hal –hal yang berpengaruh dengan harga perolehan aset biologis hingga aset tersebut dapat berproduksi.Umur dan aset biologis yang akan dinilai ulang.
Terdapat 2 sumber data yang akan digunakan dalam penelitian yaitu primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan terhadap objek penelitian dan wawancara langsung dengan pihak perusahaan serta pedagang dipasar hewan. Data primer berupa Umur dan bobot aset biologis , harga aset biologis sejenis , dan hal-hal lain yang berkenaan dengan data kualitatif dan kuantitatif. Data Sekunder yang diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip perusahaan seperti laporan keuangan, catatan mengenai pengakuan dan pengukuran aset biologis, catatan mengenai biaya-biaya yang berhubungan dengan aset biologis oleh perusahaan.
Teknik olah data
Teknik untuk mendapatkan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan (library research) dilakukan melalui studi pustaka dengan membaca buku-buku dan literatur untuk mendapatkan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, keterkaitan teori dan masalah-masalah yang perlu diteliti mengenai aset biologis. Mengetahui peraturan dan metode pengukuran nilai aset biologis dan informasi lain yang dibutuhkan dalam rangka penelitian.
18 pada pasar hewan. Setelah data diperoleh maka akan diolah dengan berbagai teknik pengukuran.
Langkah – Langkah Pengukuran Aset
20 1. Menghitung Return On Assets
Aset biologis sebagai objek penelitian akan diukur dengan 4 metode yaitu.Pendekatan pertama adalah dengan data pasar (Market Data Approach). Cara kedua dengan menggunakan pendekatan biaya (Cost Approach). Cara ketiga dengan pendekatan discounted cast flow .Cara keempat adalah dengan pendekatan kapitalisasi pendapatan.
a. Pendekatan Data pasar (Market Approach)
Pendekatan pertama melalui data pasar (Market Approach) adalah membandingkan harga aset biologis peternakan dengan aset biologis sebanding yang dijual dipasar. Data harga pasar aset pembanding yang diperoleh dirata-rata dan hasilnya adalah sebagai harga pasar aset biologis yang dijadikan objek penelitian. Nilai aset yang didapat dari rata-rata harga pasar ditambah dengan biaya-biaya yang terjadi hingga aset tersebut siap untuk berproduksi. Dari hal tersebut akan diketahui harga perolehan aset biologis saat ini sesuai harga pasarnya. Harga tersebut akan ditambah dengan nilai aset lain dalam laporan keuangan namun yang sebelumnya disesuaikan terlebih dahulu menggunakan metode depresiasi garis lurus dan saldo menurun dengan total masa manfaat 8 tahun. Setelah disesuaikan maka akan didapat nilai aset total peternakan saat ini sesuai Market Approach. Beban depresiasi baru akan mempengaruhi laba sebelum pajak, oleh karena itu laporan keuangan juga akan disesuaikan dengan besarnya depresiasi dengan nilai yang diperoleh. Setelah disesuaikan maka akan diketahui total aset baru dan total laba Operasi baru yang kemudian dihitung dengan rumus mencari nilai ROA.
Rumus ROA :
Laba sebelum pajak setelah penyesuaian
X 100% = ROA Total aset setelah penyesuaian
b. Pendekatan Biaya (Cost Approach)
21 penilaian. Pendekatan ini sesuai digunakan untuk mengestimasi nilai aset yang memiliki karakteristik khusus sehingga jarang atau tidak ditransaksikan di pasar. Pendekatan Biaya dilakukan dengan menghitung besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset biologis sejenis seperti pada saat awal aset itu diperoleh dengan harga pasar saat ini. Pertama adalah mengetahui usia aset saat awal didapatkan, kemudian mencari harga aset biologis tersebut dengan menggunakan rata-rata harga pasar saat ini. Setelah itu menghitung besarnya seluruh biaya yang dapat dijadikan untuk menambah harga perolehan aset hingga aset siap berproduksi. Biaya perolehan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan No.126/ PMK.011/2012 pasal 2 ayat (1), menyatakan bahwa yang termasuk dalam pengeluaran atau biaya adalah biaya pembelian bibit, biaya untuk membesarkan bibit dan memelihara bibit. Pengecualian biaya dijelaskan pada pasal 2 ayat (2), bahwa biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja tidak termasuk ke dalam pengeluaran untuk memperoleh harta. Depresiasi dilakukan dengan usia manfaat 8 (delapan) tahun dengan metode saldo menurun (decline balance methode) dan juga metode garis lurus tanpa nilai sisa ini mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia No.17 tahun 2000 pasal 11 ayat 6.
Setelah didapat harga perolehan berdasarkan aset sejak pertama diperoleh dengan harga saat ini, maka ditambah biaya yang dikeluarkan hingga aset siap berproduksi. Hasilnya adalah sebagai harga perolehan aset biologis siap produksi saat ini. Kemudian disesuaikan dengan beban dan akumulasi depresiasi hingga usia aset saat ini. Maka hasilnya menjadi nilai wajar atas aset biologis. Penyesuaian juga akan dilakukan terhadap beban pada laporan keuangan, begitu juga nilai total aset dan juga laba sebelum pajak. Setelah keseluruhan disesuaikan maka akan diketahui nilai total aset baru dan juga nilai laba baru yang kemudian dihitung dengan rumus mencari nilai ROA.
Rumus ROA :
Laba sebelum pajak setelah penyesuaian
22 c. Pendekatan (Discounted Cash Flow)
Pendekatan discounted cash flow akan mencerminkan nilai ekonomis aset biologis sapi selama 8 tahun. Sebab sapi sebagai penggerak utama dalam menghasilkan pendapatan bagi peternakan. Metode ini akan menggunakan pendapatan bersih 1 tahun yang didiskontokan sebesar delapan tahun.Sesuai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan No.126/PMK.011/2012 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 mengenai aset berwujud, hewan ternak masuk dalam golongan II dengan masa manfaat 8 tahun. Discount rate yang digunakan adalah suku bunga Bank Indonesia terbaru saat waktu dilakukan pengukuran.
Karena Pendekatan discounted cash flow akan mencerminkan nilai aset ekonomis biologis selama 8 tahun. Maka nilai aset biologis akan dijumlahkan dengan besarnya nilai buku aset lain milik peternakan. Dari hal tersebut akan diperoleh total aset perternakan sesuai dengan nilai wajar atau nilai ekonomis peternakan. Adapun rumus discounted cash flow menggunakan rumus Present value sebagai berikut:
Present Value (t) years = 1/(1+r)t ...(2)(Subramanyam dan Wild, 2005:T2)
Setelah diketahui total aset melalui perhitungan ulang maka dapat diketahui nilai ROA dengan membagi laba sebelum pajak dengan Total aset discounted cash flow.
Laba sebelum pajak
X 100% = ROA Total aset discounted cash flow
d. Pendekatan kapitalisasi pendapatan
23 keseluruhan aset. Terutama untuk aset tetap properti dan bangunan. Nilai wajar aset didapat dengan rumus sebagai berikut :
Tingkat Pengembalian aset = (100% / umur ekonomis aset)...(3) Tingkat Kapitalisasi= Suku bunga Bank Indonesia + Tingkat Pengembalian aset...(4) Nilai wajar aset Biologis= Tingkat Kapitalisasi/ Laba Operasi...(5)
Suku bunga Bank Indonesia adalah suku bunga yang ditetapkan saat dilakukanya pengukuran aset. Umur ekonomis aset secara keseluruhan adalah delapan tahun dengan diasumsikan aset lain adalah aset yang disewa selama delapan tahun terhitung saat aset biologis hewan untuk kegiatan produksi untuk pertama kalinya
2. Setelah didapat ROA dari masing – masing pendekatan kemudian membandingkan besarnya return on assets yang telah didapat.
3. Menganalisis hasil dari perhitungan return on assets dan menganalisis data kualitatif hasil wawancara sesuai literatur dan peraturan untuk mengetahui metode manakah yang dapat meminimalkan distorsi akuntansi.
Profil Perusahaan
24
Profil Peternakan
Penelitian tidak diarahkan kepada seluruh kegiatan usaha perusahaan, namun hanya pada bagian peternakan saja. Adapun Peternakan telah berdiri sejak 1925 dengan jumlah pegawai saat ini adalah 10 orang. Penghasilan peternakan didapat dari susu sapi, pupuk kandang, urin, dan untuk tempat wisata bagi para tamu yang berkunjung.
Pembangunan peternakan secara total dilakukan pada 2006karena peternakan ditujukan sebagai salah satu tujuan berkunjung bagi para tamu. Adapun aset operasi yang digunakan untuk peternakan antara lain adalah tanah, bangunan kandang, kantor,gudang , tangki air, mobil,dan motor. Total aset yang dimiliki dan digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan adalah Rp. 3.284.600.000,- tidak termasuk sapi dan pengurangan akumulasi yang terjadi terhadap aset. Rincian secara jelas dapat dilihat pada lampiran.
Operasi peternakan
Operasi peternakan dilakukan setiap hari bahkan pada hari libur. Sapi milik peternakan adalah 20 ekor, terbagi atas 1 ekor pejantan afkir, 7 ekor betina afkir, 6 ekor betina dewasa dan 6 ekor betina dara (muda) .Pemerahan susu dilakukan 2x sehari, pada pagi hari dimulai pada pukul 02.00WIB dan akan didistribusikan pada jam 04.00WIB kepada warung susu dan langganan. Namun ada beberapa dari mereka yang mengambil langsung ke peternakan. Sedangkan pemerahan pada siang hari dimulai pada pukul 12.00WIB dan kemudian didistribusikan pada pukul 14.30 sore hari. Rata- rata 1 ekor sapi setiap pemerahan dapat menghasilkan 5L susu. Proses pemerahan harus dilakukan setiap hari, bahkan pada saat hari raya sebab apabila tidak diperah sapi akan sakit.
25 perkebunan perusaahaan sendiri.Pendapatan lain adalah penjualan urin sapi, tetapi sejak tahun 2010 tidak dilakukan penjualan lagi. Urin hasil peternakan digunakan untuk kegiatan perkebunan perusahaan sendiri.Pemasukan dari kunjungan tamu Agro Wisata Salib Putih, namun detail dan besarnya pemasukan tidak dapat diketahui sebab masuk dalam laporan keuangan agro wisata bukan ke dalam laporan operasi peternakan.Biaya-biaya operasi antara lain adalah Gaji pegawai ,air, listrik, bahan bakar, biaya pakan , obat-obatan, perlengkapan pengemasan dan sterilisasi. Rincian biaya dapat dilihat pada lampiran.
Data pasar
Data pasar diambil peneliti pada pasar Sunggingan Boyolali dan pasar Pon Ambarawa. Adapun data yang diperoleh telah dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, jenis sapi, bobot dan juga usia sapi. Pertimbangan memilih kedua pasar tersebut adalah pasar tersebut merupakan 2 pasar hewan terbesar di Jawa Tengah, dan dipasar tersebut terdapat timbangan hewan sehingga lebih memudahkan peneliti dalam memperoleh data akurat.
26 Tabel 1.1
Rata-rata Harga Sapi di Pasar Hewan Sunggingan (Hari pasaran : Wage), Lokasi: Kota Boyolali
Sumber : Olah data , 2013
Tabel 1.2
Rata-rata Harga Sapi di Pasar Hewan Ambarawa (Hari pasaran : Wage), Lokasi: Kota Ambarawa
Tanggal Jenis Sapi
Pejantan Bakalan Pejantan Dewasa & Afkir
Betina Dara Bunting
Betina Dewasa & Afkir
Rabu, 3 Juli 2013
Rp. 14.078.571 Rp. 22.619.231 Rp. 13.955.556 Rp. 15.903.846
Minggu, 28 Juli 2013
Rp. 12.782.000 Rp. 19.732.000 Rp. 11.876.923 Rp. 14.226.316
Selasa, 27 Agustus 2013
Rp. 13.785.294 Rp. 22.761.765 Rp. 13.479.167 Rp. 16.320.000
Sumber : Olah data , 2013
Rata-rata Harga sapi secara keseluruhan berdasarkan jenis sapi yang telah dibulatkan sebesar 50.000 sesuai dengan mekanisme yang ditemukan berdasarkan pasar, data di dapat sebagai berikut:Tabel 1.3
Rata-rata Harga Sapi Secara Keseluruhan Sumber: Olah data, 2013
Tanggal
Jenis Sapi
Pejantan Bakalan
Pejantan Dewasa & Afkir
Betina Dara Bunting
Betina Dewasa & Afkir Selasa, 2
Juli 2013 Rp. 12.807.500 Rp. 22.013.889 Rp.13.370.000 Rp.15.407.692 Sabtu, 27
Juli 2013 Rp. 11.478.000 Rp. 18.010.800 Rp. 11.320.000 Rp.13.490.625 Senin, 26
Agustus
2013 Rp.13.452.778,00 Rp. 22.623.684 Rp. 14.283.333 Rp.16.169.231
Total Rata-rata
Pejantan
Bakalan Pejantan Afkir Betina Dara Bunting
Betina Dewasa & Betina Afkir
27 Biaya angkut untuk sapi radius 60kilometer untuk mobil pick up sebesar Rp.150.000 dengan kapasitas minimum 1 ekor sapi dan maksimal 3 ekor sapi. Sedangkan untuk Truk dipatok harga Rp.300.000 dengan kapasitas minimal 4 ekor sapi dan maksimal 8 ekor sapi.Untuk rincian data dapat dilihat pada lampiran.
Olah data
Dari data yang diperoleh baik dari peternakan dan juga data pasar diolah dengan beberapa teknik pengukuran aset dan depresiasi aset. Adapun hasil dari olah data tersebut adalah sebagai berikut :
Data awal peternakan
Tabel 2.1
Daftar Aset Operasi Peternakan PT.Rumekso Mekaring Sabda
Sumber: Olah data,2013
Diketahui bahwa keseluruhan aset memiliki masa manfaat 20 tahun dan besaran itu belum disesuaikan dengan akumulasi dan depresiasi aset. Melihat bahwa masa manfaat sudah sesuai dengan UU. No 17 tahun 2000 . Oleh karena itu perlu dilakukan penyesuaian terhadap aset sesuai dengan informasi peternakan dengan masa manfaat 20 tahun. Untuk mengetahui posisi nilai aset saat ini dan
Aset Nilai Aset Awal
Tanah (sejak berdiri) Rp.3.000.000.000
Bangunan
Kantor (2006)
Rp. 170.000.000 Pengemasan (2006)
ruang peralatan (2006) Gudang Pakan (2006) Garasi (2006) kandang I (2006) kandang II (2006) Kandang III (2006)
Peralatan Tangki Air kubus (2006) Rp.25.600.000
Tangki Air Silinder (2006) Rp.9.500.000
Kendaraan Daihatsu Espass (2006) Rp.63.000.000
Motor Roda 3 (150cc) (2006) Rp.16.500.000
28 laba baik depresiasi garis lurus dan maka penyesuaian dilakukan terhadap aset, dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Posisi Nilai Buku Aset Dengan Depresiasi Garis Lurus Tahun 2012
Posisi Nilai Aset Peternakan (depresiasi garis lurus) Dalam Rp.(000)
Aset
Nilai Aset
Awal Depresiasi/thn Akumulasi
NB akhir 2012
Depresiasi 2012 Tanah 3.000.000 - - 3.000.000 -
Bangunan
Kantor
170.000 8.500 51.000 119.000 8.500 Pengemasan
ruang peralatan Gudang Pakan Garasi kandang I kandang II Kandang III
Peralatan
Tangki Air kubus 25.600 1.280 7.680 17.920
1.755 Tangki Air
Silinder 9.500 475000 2.850 6.650
Kendaraan
Daihatsu Espass 63.000 3.150 18.900 44.100
3.975 Motor Roda 3
(150cc) 16.500 825 4.950 11.550
Total 3.284.600 14.230 85.380 3.199.220 14.230
29 Tabel 2.3
Posisi Nilai Buku Aset Dengan Depresiasi Saldo Menurun Tahun 2012
Posisi Nilai Aset Peternakan (depresiasi saldo menurun) Dalam Rp.(000)
Aset
Nilai Aset Awal
Depresiasi
tiap tahun Akumulasi
NB akhir 2012
Depresiasi 2012 Tanah 3.000.000 - - 3.000.000 -
Bangunan
Kantor
170.000 Garis
lurus 20 th 51.000 119.000 8.500 Pengemasan
ruang peralatan Gudang Pakan Garasi kandang I kandang II Kandang III
Peralatan
Tangki Air
kubus 25.600
10% X
NB 11.995,110 13.604,886
2.072,6199 Tangki Air
Silinder 9.500
10% X
NB 4.451,3105 5.048,6895
Kendaraan
Daihatsu
Espass 63.000
10% X
NB 29.519,217 33.480,783
4.694,3955 Motor Roda 3
(150cc) 16.500
10% X
NB 7.731,2235 8.768,7765
Total 3.284.600 - 104.696,8614 3.179.903,139 15.267,0154
Sumber : Olah data ,2013
Data tersebut merupakan hasil penyesuaian aset dengan dua metode depresiasi. Perlu diketahui bahwa depresiasi untuk bangunan telah diatur dalam UU. No 17 tahun 2000 , menyatakan aset berupa bangunan tidak dapat didepresiasikan dengan menggunakan metode saldo menurun.
30 Tabel 3.1
Posisi Aset, Laba, dan ROA awal Perusahaan Tanpa Sapi Sebagai aset
Data Aset Peternakan
Nilai perusahaan saat sapi tidak diakui sebagai aset
Garis Lurus Saldo Menurun
NB. Aset Operasi Peternakan Rp.3.199.220.000 Rp.3.179.903.139
Nilai Buku Sapi Rp.266.000.000 Rp.266.000.000
Laba Operasi 2012 Rp.97.771.250 Rp.96.734.235
Return On Assets 3,05610% 3,04205%
Sumber: Olah data 2013
Karena Perusahaan belum mengakui sapi sebagai aset maka belum diketahui nilai total aset setelah penyesuaian ketika sapi diakui sebagai aset dan didepresiasikan. Oleh karena itu sapi akan dihitung berdasarkan nilai historical cost. Data rincian nilai sapi menurut perternakan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Nilai Sapi Sesuai Keterangan Peternakan
Sumber: Olah data, 2013
Diperoleh keterangan bahwa penjualan 6 ekor sapi betina afkir dan pembelian 6 ekor sapi dara untuk pengganti pada Agustus 2011. Sapi afkir Digantikan sapi dara yang dibeli bunting antara 2-3bln, dan mulai berproduksi antara Juni dan Juli 2012. Pada saat itu sapi dara dibeli dengan harga satuan Rp.15.000.000 , karena harga sapi sedang melambung dipasaran.
Keterangan Sapi Milik Peternakan Saat Ini
Kelamin Jenis Usi a
Bobot
Awal Bobot
Harga
Rp.(000) Jml Th.
Total Rp.(000)
Jantan
Afkir 9th 400kg 700kg 14.000 1 2006 14.000
Afkir 9th
300-400 Kg
450-550
Kg 12.000 7 2006 84.000
Betina
Dewasa 6th
300-400 Kg
450-550
Kg 13.000 6 2009 78.000
Dara 3th
300-400 Kg
350-450kg 15.000 6 2011 90.000
31 Berdasarkan keterangan tersebut makan dilakukan penyesuaian terhadap nilai sapi agar diketahui nilai buku sapi pada tahun 2012. Berikut adalah penyesuaian yang dilakukan terhadap sapi.
Tabel 4.2
Nilai Buku Sapi Metode Depresiasi Garis Lurus Beban Depresiasi Sapi Tahun 2012
Aset
Nilai Aset Awal
Depresiasi Per
Tahun Akumulasi
Depresiasi
2012 Penggunaan
Sapi
Jantan
Afkir Rp.14.000.000 Rp.1.750.000 Rp.10.500.000 Rp.1.750.000 6th Betina
afkir Rp.84.000.000 Rp.10.500.000 Rp.63.000.000 Rp.10.500.000 6th Betina
dewasa Rp.78.000.000 Rp.9.750.000 Rp.29.250.000 Rp. 9.750.000 3th Betina
dara Rp.90.000.000 Rp.11.250.000 Rp.5.625.000 Rp.5.625.000 6bulan
Total Rp.266.000.000 Rp.33.250.000 Rp.108.375.000 Rp.27.625.000
NB sapi Rp.157.625.000
Sumber : Olah data, 2013
Tabel 4.3
Nilai Buku Sapi Metode Saldo Menurun
Penyesuaian nilai sapi dengan metode saldo menurun
Aset
Nilai Aset Awal
Depresiasi
Per thn Akumulasi
Depresiasi
2012 Penggunan
Sapi
Jantan
Afkir Rp.14.000.000 25% X NB Rp.11.508.301 Rp.830.566 6th Betina
afkir Rp.84.000.000 25% X NB Rp.69.049.805 Rp.4.983.398 6th Betina
dewasa Rp.78.000.000 25% X NB Rp.45.093.750 Rp.10.968.750 3th Betina
dara Rp.90.000.000 25% X NB Rp.11.250.000 Rp.11.250.000 6bulan
Total Rp.266.000.000 - Rp.136.901.855 Rp.28.032.715 -
NB.Sapi Rp.129.098.145 Sumber: Olah data, 2013
32 Tabel 5.1
Posisi Aset, Laba dan Roa awal Perusahaan Dengan Sapi Sebagai aset
Data Aset Peternakan
Nilai perusahaan setelah penyesuaian saat sapi diakui sebagai aset
Garis Lurus Saldo Menurun
NB. Aset Operasi Peternakan
Rp
3.199.220.000 Rp 3.179.903.139 Nilai buku Sapi
Rp
157.625.000 Rp 129.098.145 Laba Operasi 2012
Rp
70.146.520 Rp 68.701.520
Return On Assets 2,08966% 2,07620%
Sumber : Olah data, 2013
Pengukuran MelaluiMarket Approach
Pendekatan (Market Approach) adalah membandingkan harga aset biologis peternakan dengan aset biologis sebanding yang dijual dipasar. Data harga pasar aset pembanding yang diperoleh dirata-rata dan hasilnya adalah sebagai nilai aset biologis perusahaan saat ini yaitu nilai sapi.
Diketahui harga pasar aset tersedia dalam pasar aktif dan aset tersebut identik dengan yang ada dipasar. Berikut adalah harga pasar aset berupa sapi yang telah didapat dipasar : Tabel 6.1
Daftar Harga Pasar Sapi Berdasakan Market Approach
Kelamin jenis Kg Harga rata2 Jml Total
Jantan Afkir 600kg+ Rp.20.950.000 1 Rp. 20.950.000
Betina
Afkir 450kg+ Rp.15.100.000 7 Rp. 105.700.000
dewasa 450kg+ Rp.15.100.000 6 Rp. 90.600.000
dara 400kg+ Rp.12.900.000 6 Rp. 77.400.000
Jumlah Rp.294.650.000
Sumber : Olah data , 2013
33 Tabel 7.1
Posisi Aset Kketika Sapi Diukur Dengan Metode Market Approach Depresiasi Garis Lurus
Posisi Nilai Aset Apabila Sapi diakui sebagai Aset (Market data Approach)
Aset Nilai Aset Awal Depresiasi/thn Akumulasi NB Akhir 2012 Depresiasi 2012
Tanah 3.000.000.000 - - 3.000.000.000 -
Bangunan
Kantor
170.000.000 8.500.000 51.000.000 119.000.000 8.500.000 Pengemasan
ruang peralatan Gudang Pakan Garasi kandang I kandang II Kandang III
Peralatan Tangki Air kubus 25.600.000 1.280.000 7.680.000 17.920.000 1.755.000 Tangki Air Silinder 9.500.000 475.000 2.850.000 6.650.000
Kendaraan Daihatsu Espass 63.000.000 3.150.000 18.900.000 44.100.000 3.975.000 Motor Roda 3 (150cc) 16.500.000 825.000 4.950.000 11.550.000
Sapi
Jantan Afkir 20.950.000 2.618.750 15.712.500 5.237.500
160.850.000 Betina afkir 105.700.000 13.212.500 79.275.000 26.425.000
Betina dewasa 90.600.000 11.325.000 33.975.000 56.625.000 Betina dara 77.400.000 9.675.000 4.837.500 72.562.500
total 3.579.250.000 51.061.250 219.180.000 3.360.070.000
34 Tabel 7.2
Posisi Aset Kketika Sapi Diukur Dengan Metode Market Approach Depresiasi Garis Lurus
Posisi Nilai Aset Apabila Sapi diakui sebagai Aset (Market data Approach)
Aset Nilai Aset Awal Depresiasi/thn Akumulasi NB akhir 2012 Depresiasi 2012
Tanah 3.000.000.000 - - 3.000.000.000 -
Bangunan
Kantor
170.000.000 Garis lurus 20 thn 51.000.000 119.000.000 8.500.000 Pengemasan
ruang peralatan Gudang Pakan Garasi kandang I kandang II Kandang III
Peralatan Tangki Air kubus 25.600.000 10% X NB 11.995.110 13.604.890
2.072.620 Tangki Air Silinder 9.500.000 10% X NB 4.451.311 5.048.690
Kendaraan Daihatsu Espass 63.000.000 10% X NB 29.519.217 33.480.783
4.694.396 Motor Roda 3 (150cc) 16.500.000 10% X NB 7.731.224 8.768.777
Sapi
Jantan Afkir 20.950.000 25% X NB 17.221.350 3.728.650
29.929.285 Betina afkir 105.700.000 25% X NB 86.887.671 18.812.329
Betina dewasa 90.600.000 25% X NB 52.378.125 38.221.875 Betina dara 77.400.000 25% X NB 9.675.000 67.725.000
35 Posisi aset operasi dengan menggunakan metode Market Approach baik depresiasi garis lurus dan saldo menurun telah diketahui. Dengan nilai buku aset operasi tersebut kemudian dijumlahkan dengan nilai sapi berdasarkan Market Approah. Tidak ada penyesuaian terhadap besar depresiasi sapi sebab sapi pembanding yang berada dipasar dengan sapi milik peternakan identik. Berikut adalah nilai peternakan ketika diukur dengan menggunakan metode Market
Approach: Tabel 8.1
Posisi Aset, Laba dan ROA Perusahaan metode Market Approah
Data Aset Peternakan
Nilai setelah penyesuaian Garis Lurus Saldo Menurun NB. Aset Operasi Peternakan
Rp.3.199.220.000 Rp.3.179.903.139
Nilai buku Sapi
Rp.160.850.000 Rp.128.487.854
Laba Operasi 2012
Rp.65.777.500 Rp.66.804.949
Return On Assets 1,95762% 2,01926%
Sumber: Olah data, 2013
Pengukuran MelaluiCost Approach
Pendekatan biaya / cost approach yaitu pengukuran nilai aset berdasarkan pada besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva biologis seperti kondisi pada tanggal penilaian (cut off date), tentu dengan memperhatikan kondisi dari aktiva biologis termasuk faktor-faktor koreksi yang mempengaruhi kondisi aktiva biologis (Supriyanto, 2010: 30). Kondisi dari aktiva termasuk faktor-faktor koreksi seperti harga perolehan dan penyusutan. Tidak jauh berbeda dengan yang dijelaskan oleh Subramanyam dan Wild pendekatan biaya atau cost approach dilakukan dengan cara menentukan biaya penggantian aset pada periode berjalan, atau membentuk aset pengganti dengan utilitas yang sebanding dengan melakukan penyesuaian terhadap kerusakan dan pemakaian (Subramanyam dan Wild : 123).
36 berproduksi. Dari informasi peternakan diketahui bahwa sapi awal dipelihara adalah ketika sapi berada pada kelompok bakalan untuk jantan dan untuk betina ketika masuk pada kelompok betina dara bunting. Jika dilihat dari usia awal berarti ketika memasuki usia kurang lebih 2 tahun. Sehingga data pasar yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 9.1
Data Harga Sapi Cost Approach
Sumber: Olah data 2013
Nilai tersebut harus disesuaikan terlebih dahulu terutama nilai
depresiasinya sebab nilai ekonomis sapi tidak lagi penuh selama 8 tahun. Maka perlulah koreksi terhadap nilai ekonomis sapi melalui depresiasi dan akumulasi. Sebelum menghitung besarnya depresiasi maka perlu diketahui rincian mengenai usia sapi dan lama pemanfaatan sapi milik perusahaan. Berikut adalah data usia sapi dan usia pemanfaatannya : Tabel 10.1
Daftar Usia Pemanfaatan Sapi
Sumber : Olah data, 2013
Perhitungan berdasarkan data pasar
Kelamin jenis Kg Harga rata2 Jml biaya angkut Total
Jantan Bakalan 300kg+ Rp 12.900.000 1 Rp..150.000 Rp. 13.050.000
Betina
Dara 300kg+ Rp 12.900.000 7 Rp.300.000 Rp.90.600.000 Dara 300kg+ Rp 12.900.000 6 Rp.300.000 Rp.77.700.000 Dara 300kg+ Rp 12.900.000 6 Rp.300.000 Rp. 77.700.000
Jumlah Rp.259.050.000
Keterangan Sapi Milik Peternakan
Kelamin Jenis usia Lama Pemanfaatan
Jantan afkir 9tahun 6tahun
Betina
afkir 9tahun 6tahun
37 Berdasarkan data usia sapi dan lama pemanfaatan sapi tersebut dapat diperoleh rincian mengenai nilai wajar (fair value) sapi peternakan sebagai acuan untuk depresiasi sapi, dan diperoleh data sebagai berikut berikut:
Tabel 11.1
Nilai Buku SapiCost Approach Tahun 2012 Depresiasi Garis Lurus
Nilai buku Sapi Tahun 2012 depresiasi garis lurus
Aset Nilai Aset Awal Depresiasi/thn Akumulasi Depresiasi 2012 Lama Manfaat
Sapi
Jantan
Afkir Rp.13.050.000 Rp.1.631.250 Rp. 9.787.500 Rp.1.631.250 6tahun Betina
afkir Rp.90.600.000 Rp.11.325.000 Rp. 67.950.000 Rp.11.325.000 6tahun Betina
dewasa Rp.77.700.000 Rp.9.712.500 Rp.29.137.500 Rp. 9.712.500 3tahun Betina
dara Rp.77.700.000 Rp.9.712.500 Rp.4.856.250 Rp.4.856.250 6bulan Total Rp.259.050.000 Rp.32.381.250 Rp.111.731.250 Rp.27.525.000
NB.Sapi Rp. 147.318.750
Sumber : Olah data , 2013
Nilai Buku Sapi dengan metode Cost Approach depresiasi saldo menurun adalah sebagai berikut :
Tabel 11.2
Nilai Buku Sapi Cost ApproachTahun 2012 Depresiasi Saldo Menurun
Beban Depresiasi Sapi Tahun 2012
Aset Nilai Aset Awal Depresiasi/thn Akumulasi Depresiasi 2012 Sapi Jantan Afkir Rp 13.050.000 25% X NB Rp.10.727.380 Rp. 774.207
Betina afkir Rp 90.600.000 25% X NB Rp.74.475.146 Rp.5.374.951 Betina dewasa Rp 77.700.000 25% X NB Rp.44.920.313 Rp.10.926.563 Betina dara Rp 77.700.000 25% X NB Rp.9.712.500 Rp.9.712.500 Total depresiasi Rp 259.050.000 Rp.139.835.339 Rp.26.788.220 NB.Sapi Rp.119.214.661
38 Tabel 11.3
Rincian Depresiasi Saldo Menurun Metode Cost Approach Rincian perhitungan beban depresiasi saldo menurun
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sapi Jantan
Afkir Rp.3.262.500 Rp.2.446.875 Rp.1.835.156 Rp.1.376.367 Rp.1.032.275 Rp 774.207
Betina
afkir Rp.22.650.000 Rp.16.987.500 Rp.12.740.625 Rp.9.555.469 Rp.7.166.602 Rp. 5.374.951
Betina
dewasa Rp. - Rp. - Rp .- Rp.19.425.000 Rp.14.568.750 Rp.10.926.563
Betina
dara Rp. - Rp.- Rp. - Rp . - Rp. - Rp.9.712.500
Jumlah Rp.25.912.500
Rp.19.434.375 Rp.14.575.781 Rp.30.356.836 Rp.22.767.627 Rp.26.788.220
Akumulasi Rp 139.835.339
Sumber : Olah data, 2013
39 Tabel 12.1
Total Aset Cost Approach Depresiasi Garis Lurus
Posisi Nilai Aset Apabila Sapi diakui sebagai Aset (Cost Approach) depresiasi garis lurus
Aset Jenis Nilai Aset Awal Depresiasi/thn Akumulasi NB Akhir 2012 Depresiasi 2012
Tanah Rp 3.000.000.000 - - Rp 3.000.000.000 -
Bangunan
Kantor
Rp 170.000.000 Rp 8.500.000 Rp 51.000.000 Rp 119.000.000 Rp 8.500.000 Pengemasan
ruang peralatan
Gudang Pakan
Garasi
kandang I
kandang II
Kandang III
Peralatan Tangki Air kubus Rp 25.600.000 Rp 1.280.000 Rp 7.680.000 Rp 17.920.000
Rp 1.755.000 Tangki Air Silinder Rp 9.500.000 Rp 475.000 Rp 2.850.000 Rp 6.650.000
Kendaraan Daihatsu Espass Rp 63.000.000 Rp 3.150.000 Rp 18.900.000 Rp 44.100.000
Rp 3.975.000 Motor Roda 3 (150cc) Rp 16.500.000 Rp 825.000 Rp 4.950.000 Rp 11.550.000
Sapi
Jantan Afkir Rp 13.050.000 Rp 1.631.250 Rp 9.787.500 Rp 3.262.500
Rp 27.525.000 Betina afkir Rp 90.600.000 Rp 11.325.000 Rp 67.950.000 Rp 22.650.000
Betina dewasa Rp 77.700.000 Rp 9.712.500 Rp 29.137.500 Rp 48.562.500
Betina dara Rp 77.700.000 Rp 9.712.500 Rp 4.856.250 Rp 72.843.750
total Rp 3.543.650.000 Rp 46.611.250 Rp 197.111.250 Rp 3.346.538.750 Rp 41.755.000
40 Tabel 12.2
Total Aset Cost Approach Depresiasi Saldo Menurun
Posisi Nilai Aset Apabila Sapi diakui sebagai Aset (Cost Approach)
Aset Nilai Aset Awal Depresiasi/thn Akumulasi NB akhir 2012 Depresiasi 2012
Tanah Rp 3.000.000.000 - - Rp 3.000.000.000 -
Bangunan
Kantor
Rp 170.000.000 Garis lurus 20 thn Rp 51.000.000 Rp 119.000.000 Rp 8.500.000 Pengemasan
ruang peralatan Gudang Pakan Garasi kandang I kandang II Kandang III
Peralatan Tangki Air kubus Rp 25.600.000 10% X NB Rp 11.995.110 Rp 13.604.890
Rp 2.072.620 Tangki Air Silinder Rp 9.500.000 10% X NB Rp 4.451.311 Rp 5.048.690
Kendaraan Daihatsu Espass Rp 63.000.000 10% X NB Rp 29.519.217 Rp 33.480.783
Rp 4.694.396 Motor Roda 3 (150cc) Rp 16.500.000 10% X NB Rp 7.731.224 Rp 8.768.777
Sapi
Jantan Afkir Rp 13.050.000 25% X NB Rp 10.727.380 Rp 2.322.620
Rp 26.788.220 Betina afkir Rp 90.600.000 25% X NB Rp 74.475.146 Rp 16.124.854
Betina dewasa Rp 77.700.000 25% X NB Rp 44.920.313 Rp 32.779.688 Betina dara Rp 77.700.000 25% X NB Rp 9.712.500 Rp 67.987.500
total Rp 3.543.650.000 - Rp 244.532.201 Rp 3.299.117.799 Rp 42.055.236
41 Laporan keuangan disesuaikan dengan menggunakan angka depresiasi dan juga besar akumulasi digunakan untuk menyesuaikan nilai buku aset milik peternakan. Berikut adalah nilai perusahaan setelah penyesuaian :
Tabel 13.1
Posisi Aset dan Laba Perusahaan Saat Cost Approach Data Aset Peternakan
Penyesuaian
Garis Lurus Saldo Menurun NB. Aset Operasi Peternakan Rp.3.199.220.000 Rp.3.179.903.139 Nilai buku Sapi Rp.147.318.750 Rp.119.214.661 Laba Operasi 2012 Rp.70.246.250 Rp.69.946.014
Return On Assets 2,09907% 2,12014%
Sumber : Olah data , 2013
Pengukuran melalui Discounted Cash Flow
Dengan metode discounted cast flow yaitu menentukan nilai wajar suatu aset biologis dengan metode arus kas yang didiskontokan. Yang harus dilakukan adalah mendiskontokan pendapatan operasi 1 tahun dan menguranginya dengan beban operasi 1 tahun yang didiskontokan. Hasil tersebut akan meperlihatkan nilai manfaat ekonomis sapi selama 8 tahun. Kemudian hasil diskonto dijumlahkandengan menggunakan nilai buku aset sebagai harga perolehan aset saat ini.
Diketahui bahwa:
Laba Operasi Tahun 2012 (Garis Lurus) : Rp. 70146250 Laba Operasi Tahun 2012 (Saldo Menurun) : Rp. 68701519 Tingkat suku bunga bank Indonesia 8 Oktober 2013 : 7,25%
(http://www.bi.go.id)
Umur manfaat sapi :8 tahun