• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI I BANTUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEEFEKTIFAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI I BANTUL."

Copied!
253
0
0

Teks penuh

(1)

KEEFEKTIFAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK

TUNAGRAHITA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA

NEGERI I BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Priana Anis Safitri NIM 11103244050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

i

KEEFEKTIFAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK

TUNAGRAHITA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA

NEGERI I BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Priana Anis Safitri NIM 11103244050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(3)
(4)

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, Juli 2015 Yang Menyatakan

(5)
(6)

v MOTTO

“Belajar membaca bagaikan menyalakan api, setiap suku kata yang di eja akan menjadi percik yang menerangi.” (C. S. Lewis)

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan bahagia dan penuh rasa syukur kehadirat Allah Subhaanahu Wa Ta’ala, karya ini penulis persembahkan sebagai tanda pengabdian yang tulus dan cinta kasih untuk :

1. Kedua Orangtua saya yang selalu berharap kepada penulis untuk menempuh dan menyelesaikan hingga pendidikan tinggi: Bapak Supriyadi dan Ibu Nok Aniyah.

(8)

vii

KEEFEKTIFAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK

TUNAGRAHITA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA

NEGERI I BANTUL Oleh

Priana Anis Safitri NIM 11103244050

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan media flash card untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastik kelas III Sekolah Dasar di SLB Negeri 1 Bantul.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan Single Subject Research (SSR) dengan desain A-B-A’. Subjek penelitian merupakan anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastik kelas III, yakni FNP. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, tes dan observasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan ditampilkan dengan bentuk tabel dan grafik. Komponen yang dianalisis yaitu analisis dalam kondisi meliputi panjang kondisi, estimasi kecenderungan arah, kecenderungan stabilitas, jejak data, level stabilitas dan rentang, serta perubahan level.

Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan media flash card efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastik kelas III di SLB Negeri 1 Bantul. Keefektifan tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya persentase keberhasilan dan terjadi penurunan pada durasi waktu pengerjaan tes kemampuan membaca permulaan pada fase baseline-1 (A), intervensi (B), dan baseline-2 (A’). Peningkatan persentase keberhasilan dari baseline-1 hingga baseline-2 yaitu 36%. Pada baseline-1 stabil yaitu 46%, kemudian persentase keberhasilan meningkat pada intervensi dari pertemuan pertama sampai keenam yaitu 52%-79%, sedangkan pada baseline-2 persentase keberhasilan menjadi 82%.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan selama ini, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Keefektifan Media Flash Card Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Tunagrahita Cerebral Palsy Tipe Spastik Kelas III Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Bantul” dapat terselesaikan dengan baik.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan uluran tangan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dalam membantu terselesaikannya laporan ini, antara lain:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas bagi penulis untuk menimba ilmu dari masa awal studi sampai dengan terselesaikannya tugas akhir skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa yang telah memberikan ijin penelitian. 4. Ibu Dra. Purwandari, M. Si., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan masukan yang sangat membantu dalam pembuatan tugas akhir skripsi ini.

5. Drs. Heri Purwanto selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan, pembinaan dan bimbingan selama masa studi penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah bersedia memberikan bimbingan dan menularkan ilmunya kepada penulis.

(10)

ix

8. Kepala SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian, pengarahan, dan kemudahan agar penelitian dan penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar.

9. Ibu Sriwiji, S. Pd. selaku guru kelas III SD di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10.Seluruh Guru dan karyawan SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta atas dukungan dan semangatnya kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

11.Siswa kelas III SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta yang telah membantu penulis selama penelitian.

12.Kedua Orangtuaku, adikku tercinta Rezi Ahmad Zaeni dan Prahma Adi Harja, S. T. terimakasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan.

13.Sahabat-sahabat saya selama berada di Yogyakarta, Eny, Inike, Melina, Okta, Ratna, Nina dan Yunita yang selalu memberikan motivasi untuk tetap semangat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini, terima kasih segala waktunya selama bersama.

14.Teman-teman PLB 2011 yang selalu mendukung dan memberikan semangat serta doa yang telah diberikan.

15.Semua pihak yang telah menyumbangkan pemikiran dan motivasinya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan bagi penulis demi kemajuan dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua.

Yogyakarta, Juli 2015 Penulis,

(11)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL. ... xiii

DAFTAR GAMBAR. ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah. ... 7

C. Batasan Masalah. ... 7

D. Rumusan Masalah. ... 8

E. Tujuan Penelitian. ... 8

F. Manfaat Penelitian. ... 8

G. Definisi Operasional. ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Anak Tunagrahita ... 12

B. Kajian Tentang Anak Cerebral Palsy ... 14

1.Pengertian Anak Cerebral Palsy. ... 14

2.Pengertian Anak Cerebral Palsy tipe Spastik ... 16

3.Karakteristik Anak Cerebral Palsy. ... 17

(12)

xi

5.Dampak Cerebral Palsy. ... 25

C. Kajian Tentang Kemampuan Membaca Permulaan. ... 27

1.Pengertian Membaca Permulaan . ... 28

2.Tujuan Membaca Permulaan ... 29

3.Proses Membaca. ... 31

4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca... 32

D. Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Cerebral Palsy. ... 35

E. Kajian Tentang Media Pembelajaran. ... 36

1.Pengertian Media Pembelajaran. ... 36

2.Fungsi Media Pembelajaran. ... 37

3.Jenis Media Pembelajaran. ... 38

F. Kajian Tentang Media Flash Card. ... 39

1.Pengertian Media Flash Card. ... 39

2.Kelebihan dan Kekurangan Media Flash Card. ... 41

3.Manfaat Media Flash Card. ... 43

4.Cara Penggunaan Media Flash Card... ... 44

G. Hasil Penelitian yang Relevan. ... 46

H. Kerangka Pikir. ... 48

I. Hipotesis Tindakan. ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 51

B. Jenis Penelitian ... 51

C. Desain Penelitian. ... 52

D. Prosedur Penelitian. ... 55

E. Tempat dan Waktu Penelitian. ... 61

F. Subyek Penelitian. ... 62

G. Variabel Penelitian. ... 64

H. Setting Penelitian. ... 64

I. Teknik Pengumpulan Data. ... 65

J. Instrumen Penelitian. ... 67

(13)

xii

L. Analisis Data. ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 81

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 83

C. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 85

1. Deskripsi Baseline-1 (Kemampuan Awal Sebelum Dilakukan Intervensi) .... 85

2. Deskripsi Pelaksanaan Intervensi (Saat Pemberian Treatment) ... 92

3. Deskripsi baseline-2 (Kemampuan Akhir Tanpa Diberikan Intervensi) ... 104

4. Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan Intervensi ... 110

D. Analisis Data ... 112

1. Persentase Keberhasilan ... 112

2. Durasi Waktu ... 129

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 155

F. Keterbatasan Penelitian ... 139

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 141

B. Saran ... 142

DAFTAR PUSTAKA . ... 143

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Waktu Dan Kegiatan Penelitian ... 62

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ... 68

Tabel 3. Kisi-Kisi Pedoman Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 69

Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Observasi (checklist)... 73

Tabel 5. Data Hasil Tes Kemampuan Membaca Permulaan Subjek FNP Pada Baseline-1. ... 80

Tabel 6. Data Hasil Subjek FNP Dalam Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan Pada Intervensi Ke-1 ... 94

Tabel 7. Data Hasil Subjek FNP Dalam Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan Pada Intervensi Ke-2 ... 96

Tabel 8. Data Hasil Subjek FNP Dalam Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan Pada Intervensi Ke-3 ... 97

Tabel 9. Data Hasil Subjek FNP Dalam Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan Pada Intervensi Ke- ... 98

Tabel 10. Data Hasil Subjek FNP Dalam Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan Pada Intervensi Ke-5 ... 99

Tabel 11. Data Hasil Subjek FNP dalam Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan pada Intervensi ke-6... 100

Tabel 12. Data Hasil Persentase Keberhasilan Subjek FNP Dalam Tes Kemampuan Membaca Permulaan Pada Fase Intervensi ... 101

Tabel 13. Data Hasil Durasi Waktu Subjek FNP Mengenai Kemampuan Membaca Permulaan Pada Fase Intervensi ... 103

Tabel 14. Data Hasil Persentase Keberhasilan Subjek FNP Dalam Tes Kemampuan Membaca Permulaan Pada Fase Baseline II ... 106

Tabel 15. Data Akumulasi Persentase Keberhasilan Subjek Fnp Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 106

Tabel 16. Data Akumulasi Durasi Waktu Subjek PADA Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 109

Tabel 17. Data Hasil Persentase Keberhasilan Subjek FNP Dalam Tes Kemampuan Membaca Permulaan Pada Fase Baseline I- Intervensi - Baseline II. ... 113

(15)

xiv

Tabel 20. Analisis Dalam Kondisi Pada Komponen Kecenderungan

Stabilitas Grafik. ... 120 Tabel 21. Analisis Dalam Kondisi Pada Komponen Jejak Data Pada Grafik. .. 121 Tabel 22. Analisis Dalam Kondisi Pada Komponen Level Stabilitas Dan

Rentang Data Pada Grafik. ... 122 Tabel 23. Analisis Dalam Kondisi Pada Komponen Perubahan Level Data

Pada Grafik. ... 123 Tabel 24. Rangkuman Hasil Analisis Antarkondisi ... 125 Tabel 25. Perkembangan Durasi Waktu Dalam Mengerjakan Tes

Kemampuan Membaca Permulaan Subjek ... 129 Tabel 26. Data Akumulasi Hasil Analisis Dalam Kondisi Durasi Waktu

Mengerjakan Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 130 Tabel 27. Data Akumulasi Hasil Analisis Antarkondisi Durasi Waktu

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Grafik Desain A-B-A’ ... 53 Gambar 2. Grafik Persentase Keberhasilan Tes Kemampuan Membaca

Permulaan Pada Baseline-1 ... 90 Gambar 3. Display Durasi Waktu Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca

Permulaan Subjek FNP Pada Baseline-1 ... 91 Gambar 4. Display Data Persentase Keberhasilan Tes Kemampuan Membaca

Permulaan Subjek FNP Pada Fase Intervensi 1-6 ... 102 Gambar 5. Display Durasi Waktu Keberhasilan Tes Kemampuan Membaca

Permulaan Subjek Penelitian Pada Fase Intervensi 1-6 ... 103 Gambar 6. Grafik Perbandingan Persentase Keberhasilan Tes Kemampuan

Membaca Permulaan Pada Fase Baseline I (A) – Intervensi (B)

Baseline Ii (A’) ... 108 Gambar 7. Display Durasi Waktu Keberhasilan Tes Kemampuan Membaca

Permulaan Subjek Penelitian Pada Fase Baseline1-, Intervensi

Dan Baseline-2 ... 109 Gambar 8. Grafik Persentase Keberhasilan Tes Kemampuan Membaca

Permulaan Pada Fase Baseline I (A) – Intervensi (B) –

Baseline II (A’) ... 114 Gambar 9. Display Perkembangan Durasi Dalam Mengerjakan Tes

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Panduan Observasi Akademik Aspek Membaca Dan Menulis .... 147

Lampiran 2. Hasil Observasi Akademik Aspek Membaca Dan Menulis ... 152

Lampiran 3. Instrumen Wawancara ... 158

Lampiran 4. Hasil Wawancara ... 159

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 161

Lampiran 6. Surat Keterangan Uji Validitas ... 165

Lampiran 7. Panduan Observasi Pada Sesi Intervensi ... 167

Lampiran 8. Hasil Observasi Pada Sesi Intervensi ... 169

Lampiran 9. Instrumen Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 181

Lampiran 10. Kunci Jawaban dan Cara Pemberian Skor ... 184

Lampiran 11. Hasil Tes Lisan dan Tertulis Kemampuan Membaca Permulaan . 188 Lampiran 12. Pedoman Observasi Pencatatan Durasi Waktu Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 224

Lampiran 13. Rekapitulasi Hasil Observasi Pencatatan Durasi Waktu Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 225

Lampiran 14. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 228

Lampiran 15. Foto Kegiatan ... 233

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tunagrahita merupakan kata lain dari retardasi mental (mental

retardation). Arti tuna itu sendiri adalah merugi, sedangkan arti grahita

adalah pikiran. Anak tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya

jauh di bawah rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan

ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Seorang anak dikatakan menyandang

tunagrahita apabila perkembangan dan pertumbuhan mentalnya dibandingkan

anak normal yang sebaya memerlukan pendidikan khusus, latihan khusus,

bimbingan khusus supaya mentalnya dapat berkembang seoptimal mungkin

(Sutratinah Tirtonegoro,1995: 4). Salah satu bagian dari anak tunagrahita

yang masih dapat menerima suatu pembelajaran akademik sederhana yaitu

anak tunagrahita tingan.

Anak tunagrahita ringan memiliki tingkat kecerdasan (IQ) berkisar 50-70

( Mumpuniarti, 2007: 13). Identifikasi yang dapat dilakukan kepada anak

tunagrahita ringan bukan melalui ciri fisik yang ia miliki melainkan melalui

hambatan yang dimiliki ketika belajar akademik. Menurut Mumpuniarti

(2003: 23) karakteristik fisik yang dimiliki oleh anak tunagrahita ringan

umumnya tidak akan menampilkan perbedaan yang signifikan dengan anak

normal yang sebaya dengannya.Kemampuan berfikir sangat diperlukan dalam

(19)

2

intelektual yang dimiliki oleh anak tunagrahita ringan menyebabkan mereka

mengalami hambatan dalam kemampuan berfikirnya, sehingga anak

tunagrahita ringan memiliki prestasi belajar yang rendah di banding anak

normal sebayanya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru

kelas III jenjang sekolah dasar di SLB Negeri 1 Bantul, bahwa salah satu

siswa merupakan anak tunagrahita yang disertai dengan cerebral palsy tipe

spastik mengalami permasalahan pembelajaran dalam aspek membaca. selain

itu, siswa memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yaitu 70. Tingkat kecerdasan (IQ)

70 merupakan anak hambatan mental atau tunagrahita kategori ringan. siswa

tersebut selain mengalami tunagrahita juga mengalami cerebral palsy tipe

spastik. Anak cerebral palsy pada umumnya merupakan anak yang

mengalami kelainan pada anggota gerak. Cerebral palsy termasuk salah satu

klasifikasi dari tunadaksa. Cerebral palsy adalah gangguan-gangguan dari

fungsi motorik yang disebabkan kerusakan otak, sebelum, selama, dan

sesudah lahir. Gangguan tersebut memberi akibat pada bagian-bagian tubuh

baik keduanya, tunggal, atau kombinasi(Mumpuniarti, 2001:92). Dengan kata

lain Cerebral Palsy atau orang sering menyebut dengan singkatan CP, dapat

diartikan secara sederhana yaitu anak yang memiliki kelumpuhan otak.

Kelumpuhan atau kelayuhan otak memberi dampak yang beragam, dampak

tersebut berupa beberapa gejala yang menghambat mobilitas, koordinasi,

kecerdasan, persepsi, dan komunikasi. Penyebab pasti dari sebagian besar

(20)

3

cerebral palsydari masalah selama kehamilan di mana otak rusak atau tidak

berkembang secara normal.

Anak cerebral palsykelainannya terletak pada sistem syaraf pusat (otak

dan sumsum tulang belakang). Menurut Musjafak Assjari (1995: 66-68) Anak

cerebral palsy mempunyai karakteristik diantaranya : 1) mengalami

gangguan fungsi motorik, 2) anak cerebral palsy sering juga ditemui yang

menderita gngguan sensoris, seperti kelainan penglihatan, pendengaran, dan

kemampuan kesan gerak dan raba, 3) tingkat kecerdasan yang berentang,

mulai dari tingkat yang dasar, yaitu idiocy sampai gifted, 4) anak cerebral

palsy mengalami gangguan persepsi, 5) mengalami gangguan atau

keterbatasan dalam kemampuan kognisi, 6) otot bicara yang lumpuh atau

kaku mengakibatkan anak mengalami gangguan bicara, dan 7) penyesuaian

sosial anak cerebral palsy tidak menyenangkan.

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang mendukung

anak dalam kegiatan belajar terutama pada kemampuan membaca. Anak

tunagrahita cerebral palsy tipe spastik akan memperoleh informasi, ilmu

pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru dengan cara membaca.

Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut

mampu mempertinggi dayapikirannya, mempertajam pandangannya, dan

memperluas wawasannya. Dengan demikian maka kegiatan membaca

merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju

dan meningkatkan diri. Oleh sebab itu, peran guru mengajarkan membaca di

(21)

4

Kemampuan membaca dibutuhkan pula oleh penderita cerebral palsy,

karena menurut Glenn Doman (seorang peneliti dan ahli bedah otak), “sel

otak anak normal dengan anak yang memiliki cedera otak tidak ada bedanya”.

Dengan demikian semua anak yang mengalami cedera otak dapat diajari

membaca seperti halnya anak normal karena otak anak yang mengalami

cedera apabila diasah terus menerus akan menghasilkan seperti anak normal

pada umumnya

.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada anak

tunagrahita cerebral palsy tipe spastik kelas III di SLB N 1 Bantul saat

melakukan PPLdiperoleh hasil bahwa subjek mengalamihambatan

intelektual, spastik pada kedua kaki dan tangan kiri. Dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia khususnya aspek membaca, anak belum mampu membaca

kata sederhana atau kata yang berpola KVKV (

Konsonan-Vokal-Konsonan-Vokal).Anak membutuhkan waktu yang lama untuk membaca kata. Anak

mampu menghafal huruf abjad a-z, namun saat anak diminta untuk

menunjukkan huruf pada papan huruf a-z anak masih mengalami kesulitan.

Dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia anak hanya menulis yaitu

menyalin dan mendengarkan cerita untuk memahami karakteristik tokoh

dalam cerita, anak belum mampu untuk membaca. Dalam proses

pembelajaran anak kurang fokus atau konsentrasi saat pembelajaran. Anak

lebih suka mengobrol atau berbicara kepada teman sebelahnya. Selain itu,

anak juga kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, anak hanya mengikuti

(22)

5

diam dan tidak ada pertanyaan untuk guru. Dari hasil wawancara kepada

guru, anak mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi huruf, huruf a-z anak

belum mampu mengurutkan dengan baik. Media flash card yang belum

dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama dalam aspek membaca

permulaan.Dalam proses pembelajaran guru menggunakan media yang

konkrit, misalnya benda yang ada dalam kelas. Selain itu, buku paket

merupakan buku panduan guru saat memberikan materi kepada anak. Metode

yang digunakan dalam kegiatanbelajar mengajar yaitu metode ceramah. Anak

senang mendengarkan cerita dan anak melihat gambar-gambar yang ada

dalam cerita tersebut.

Berdasarkan masalah tersebut peneliti ingin membantu anak

tunagrahitacerbral palsy tipe spastik kelas III dalam meningkatkan

kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media flash card.

Dalam kegiatan belajar media sangatlah penting untuk membantu guru

menyampaikan materi dan mempermudah anak dalam memahami materi

yang disampaikan oleh guru.Menurut Abdorrakhman Ginting (2010:140)

Penggunaan media yang bervariasi merupakan salah satu upaya yang tepat

untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan belajar dan pembelajaran. Azhar

Arsyad (2011: 119-120) mengemukakan bahwa flash card adalah kartu kecil

yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan dan

menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu. Flash

cardbiasanya berukuran 8 x 12 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar

(23)

6

binatang, dan sebagainya yang dapat digunakan untuk melatih siswa mengeja

dan memperkaya kosakata.Flash card dapat diperoleh dengan cara membeli

ataupun membuat sendiri. Flash card disesuaikan dengan tahap pengajaran

membaca yang akan dilakukan. Proses penggunaan media flash card

disesuaikan dengan kemampuan anak.

Dari masalah yang dialami anak, kemampuan membaca anak sangatlah

rendah. Anak belum mampu mengidentifikasi huruf secara baik. Oleh karena

itu, peneliti hanya berfokus memberikan pengajaran membaca permulaan

pada anak sampai dengan tahap kemampuan kosakata yaitu pada pengajaran

kata yang terdiri dari dua suku kata. Pengajaran membaca pada anak harus

didasarkan pada kebutuhan dan mempertimbangkan kemampuan anak agar

pembelajaran dapat terlaksana dengan apa yang diharapkan.

Berdasarkan penjelasan di atas maka keefektifan media flash carduntuk

meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita cerebral

palsy tipe spastik perlu dibuktikan melalui sebuah penelitian. Oleh karena itu,

penulis berkeinginan mengadakan penelitian mengenai keefektifan media

flash card untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak

tunagrahita cerebral palsy tipe spastik kelas III di Sekolah Luar Biasa Negeri

(24)

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa

permasalahan sebagai beriku :

1. Rendahnya kemampuan siswa dalam mengidentifikasi huruf dan siswa

belum mampu membaca kata sederhana atau kata yang berpola KVKV (

Konsonan-Vokal-Konsonan-Vokal).

2. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran kurang bervariasi,

sehingga anak kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran Bahasa

Indonesia.

3. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membaca kata sederhana.

Waktu yang dibutuhkan untuk membaca satu kata ± 3 menit dengan cara

di eja.

4. Penggunaan media flash card yang belum dilakukan dalam kegiatan

belajar mengajar terutama dalam aspek membaca permulaan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis memberikan batasan

agar penelitian ini lebih spesifik. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah

“Rendahnya kemampuan siswa dalam mengidentifikasi huruf dan siswa

belum mampu membaca katasederhana atau kata yang berpola KVKV (

Konsonan-Vokal-Konsonan-Vokal), serta penggunaan media flash card yang

belum dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama dalam aspek

(25)

8

D. Rumusan Masalah

Beradasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah yang dapat

ditentukan adalah “Bagaimana keefektifan media flash card dalam

meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak

tunagrahitacerebral palsy tipe spastik kelas III di SLB Negeri 1 Bantul?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui keefektifan media flash card untuk meningkatkan kemampuan

membaca permulaan pada anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastik kelas

III di SLB Negeri 1 Bantul.

F. Manfaat Penelitian

Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini, yaitu

manfaat praktis dan manfaat teoritis :

1. Manfaat praktis

a. Bagi sekolah, memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha

perbaikan proses pembelajaran, sehingga berdampak pada

meningkatkan mutu sekolah.

b. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan bahwa media

flash card dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam

(26)

9

c. Bagi siswa, meningkatkan kemampuan siswa sehingga dapat

mengembangkan potensi diri secara optimal, terutama hal membaca

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia selanjutnya.

d. Bagi peneliti, peneliti ini memberikan berbagai pengetahuan mulai

dari mengidentifikasi kemampuan dan kebutuhan anak, menentukan

langkah yang tepat untuk dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut

dan memberikan perlakuan yang sesuai.

2. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam penggunaan media

flash card untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada

anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastik.

G. Definisi Operasional

1. Media Flash Card

Media Flash card dalam penelitian ini adalah kartu yang berisikan

kata atau gambar. Gambar yang digunakan yaitu gambar yang mudah

dipahami anak dan sesuai dengan aslinya. Media Flash cardterbuat dari

kertas ivory 230 gram dan berukuran 8 x 12 cm. Media ini terdiri dari

huruf baik vokal maupun konsonan, kata dengan pola KV (

konsonan-vokal), kata dengan pola VKV (vokal-konsonan-vokal) dan kata dengan

pola KVKV (konsonan-vokal-konsonan-vokal). Gambar hanya ada pada

(27)

10

vokal maupun konsonan dan kata dengan pola KV maupun VKV tidak

menggunakan gambar hanya tulisan berwarna.

Keefektifan media flash card di ukur dengan membandingkan

kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita cerebral palsy tipe

spastikkelas III baik sebelum maupun setelah diberikan intervensi, serta

kemampuan membaca saat diberikan intervensi.

2. Kemampuan membaca permulaan

Membaca permulaan adalah suatu aktivitas untuk mengenalkan

rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Membaca ada dua yaitu

membaca permulaan dan membaca pemahaman. Membaca permulaan ini

dipelajari mempunyai tujuan agar siswa memiliki kemampuan memahami

dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang tepat. Selain itu, membaca

permulaan sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut.Peneliti ini hanya

berfokus pada pengajaran kata yang terdiri dua suku kata dengan pola

KVKV (Konsonan-Vokal-Konsonan-Vokal).

3. Siswa Tunagrahita Cerebral palsytipe Spastik

Anak tunagrahita atau yang sering disebut sebagai anak hambatan

intelektual ialah anak yang mengalami hambatan dibidang mental,

hambatan itu ditunjukkan dengan gejala keterbelakangan atau

keterlambatan perkembangan di banding dengan usia kronologisnya, serta

dibanding dengan anak usia sebaya yang menunjukkan keterlambatan

(28)

11

Anakcerebral palsytipe spastik akan mengalami kesulitan dalam

menggunakan otot- otot untuk bergerak. Hal ini disebabkan adanya

kekejangan pada otot, akibatnya gerakan tubuh terbatas dan lambat. Otot-

otot persendian akan menjadi kaku (stiff, contractur) kalau kurang

digerakkan, sehingga dapat mengganggu fungsi mobilisasi. Kekakuan

pada otot-otot organ bicara, seperti lidah, pita suara, dan rahang bawah

dapat menyebabkan kelainan dalam berbicara. Maka dari itu, pada anak

spastik akan mengalami hambatan ketika mereka mengungkapkan kalimat

(29)

12

BAB II KAJIAN TEORI

A.Kajian Tentang Anak Tunagrahita

Tunagrahita merupakan kata lain dari retardasi mental (mental

retardation). Arti tuna itu sendiri adalah merugi, sedangkan arti grahita adalah

pikiran. Anak tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh

dibawah rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan

ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Seorang anak dikatakan menyandang

tunagrahita apabila perkembangan dan pertumbuhan mentalnya dibandingkan

anak normal yang sebaya memerlukan pendidikan khusus, latihan khusus,

bimbingan khusus supaya mentalnya dapat berkembang seoptimal mungkin

(Sutratinah Tirtonegoro,1995: 4).Anak tunagrahita adalah individu yang

secara signifikan memiliki intelegensi dibawah intelegensi normal. Biasanya

anak tunagrahita memiliki kemampuan intelegensi (IQ) dibawah rata-rata dan

akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian perilaku. Hal ini berarti anak

tunagrahita tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran

(standard) kemandirian dan tanggung jawab sosial anak normal yang lainnya.

Anak tunagrahita juga akan mengalami masalah dalam keterampilan akademik

dan berkomunikasi dengan kelompok usia sebaya. Kemampuan adaptif

seseorang tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Latihan, pengalaman,

(30)

13

adaptif seseorang. Anak tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal

yang bersifat abstrak.

Menurut Mumpuniarti (2007: 13) klasifikasi anak hambatan mental atau

tunagrahita sebagai berikut:

1. Hambatan mental ringan; tingkat kecerdasan (IQ) berkisar 50-70, dalam

penyesuaian sosial maupun bergaul, mampu menyesuaikan diri pada

lingkungan sosial yang lebih luas.

2. Hambatan mental sedang; tingkat kecerdasan (IQ) berkisar 30-50, mampu

melakukan keterampilan menugurus diri sendiri (self-helf); mampu

mengadakan adaptasi sosial di lingkungan terdekat; dan mampu

mengerjakan pekerjaan rutin yang perlu pengawasan atau bekerja di tempat

kerja terlindung (sheltered work-shop).

3. Hambatan mental berat dan sangat berat, mereka sepanjang kehidupannya

selalu tergantung bantuan dan perawatan orang lain. Tingkat kecerdasan

(IQ) kurang dari 30.

Sebagian cerebral palsy, sekitar 45% mengalami keterbelakangan mental dan

35% lagi mempunyai tingkat kecerdasan sedikit di bawah rata-rata (Musjafak

Assjari, 1995: 68). Kelumpuhan pada otak mengganggu fungsi kecerdasan, di

samping kemungkinan mengganggu pusat koordinasi gerak, sehingga kelainan

cerebral palsy terdiri tunagrahita dan gangguan koordinasi gerak. Anak kelas

III di SLB N 1 Bantul yang digunakan sebagai subjek peneliti merupakan anak

cerebral palsy tipe spastik yang disertai dengan hambatan intelektual. Dari

(31)

14

70. Tingkat kecerdasan (IQ) 70 merupakan anak hambatan mental atau

tunagrahita kategori ringan. Anak hambatan mental ringan usia

kecerdasan/mental (mental age/MA) berkembang tidak sejalan dengan

bertambahnya usia kronologis (chronologicalage/CA). Mereka mengalami

ketertinggalan 2 atau 5 tingkatan di bidang kognitif dibanding anak normal

yang usianya sebaya. Sehingga materi pembelajaran yang diberikan oleh guru

untuk anak cerebral palsy kelas III Di SLB N 1 Bantul menggunakan materi

kelas 1.

B.Kajian Tentang Anak Cerebral Palsy

1. Pengertian Anak Cerebral Palsy

Cerebral palsy adalah gangguan-gangguan dari fungsi motorik yang

disebabkan kerusakan otak, sebelum, selama, dan sesudah lahir. Gangguan

tersebut memberi akibat pada bagian-bagian tubuh baik keduanya, tunggal,

atau kombinasi” ( Mumpuniarti, 2001:92). Dengan kata lain cerebral palsy

atau orang sering menyebut dengan singkatan CP, dapat diartikan secara

sederhana yaitu anak yang memiliki kelumpuhan otak. Kelumpuhan atau

kelayuhan otak memberi dampak yang beragam, dimana dampak tersebut

berupa beberapa gejala yang menghambat mobilitas, koordinasi,

kecerdasan, persepsi, dan komunikasi. Penyebab pasti dari sebagian besar

kasus CP tidak diketahui, tetapi banyak adalah hasil dari masalah selama

(32)

15

Cerebral palsy disebabkan oleh kerusakan bagian otak yang relatif

kecil yang mengakibatkan masalah pada tonus otot dan gerakan otot

(Taylor; Ronald; at all, 2009: 327).Cerebral palsy dapat juga diartikan

sebagai gangguan fungsi gerak yang diakibatkan olehkecelakaan, luka, atau

penyakit susunan syaraf yang terdapat pada ronggatengkorak. Istilah

cerebral palsy dimaksudkan untuk menerangkan adanya kelainan gerak,

sikap ataupun bentuk tubuh, gangguan koordinasi yang disertai dengan

gangguan psikologis dan sensoris yang disebabkan oleh adanya kerusakan

atau kecacatan pada masa perkembangan otak.

Cerebral palsy bukanlah sebuah penyakit yang menular, tidak progersif

dan tidak adanya remisi, namun hanya berpengaruh pada gerakan tubuh dan

koordinasi otot yang terhalangi karena cedera pada otak, seperti yang

dikatakan oleh Smith, Deborah, Tyler (2010: 305)

Cerebral palsy is not disease but, rather, a nonprogressive and noninfectious condition that affects body movement and muscle coordination.

Pernyatan tersebut menjelaskan bahwa cerebral palsy bukanlah

penyakit, melainkan suatu kondisi nonprogressive dan tidak menular yang

mempengaruhi gerakan tubuh dan koordinasi otot. Berdasarkan pendapat

diatas dapat ditarik kesimpulan cerebral palsy adalah suatu kondisi

kerusakan otak sehingga tonus otot bermasalah dan mengakibatkan

kelumpuhan, kelemahan, kekakuan, kurang koordinasi bahkan disfungsi

(33)

16

2. Pengertian Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik

Menurut Sugiarmin (1996: 75-76) “Spastik menunjukkan gerakan

otot-otot yang mengalami kekejangan dapat terjadi baik pada sebagian gerakan

ataupun seluruhnya. Akibatnya gerakan terbatas dan lambat”. Penderita

cerebral palsy jenis ini terdapat kekakuan pada sebagian atau seluruh otot-

ototnya. Otot- otot persendian akan menjadi kaku (stiff, contractur) kalau

kurang digerakkan, sehingga dapat mengganggu fungsi mobilisasi.

Kekakuan pada otot- otot organ bicara, seperti lidah, pita suara, dan rahang

bawah dapat menyebabkan kelainan dalam berbicara. Maka dari itu, pada

anak spastik akan mengalami hambatan ketika mereka mengungkapkan

kalimat dan hal ini akan mengganggu proses pembelajaran. “Pada anak

cerebral palsytipe spastik kekejangan otot akan hilang atau berkurang pada

saat anak dalam keadaan tenang. Sebaliknya keadaan akan menguat apabila

keadaan anak terkejut, marah, takut dan sebagainya ( A. Salim Choiri,

1996: 23).

Anak cerebral palsy tipe spastik dapat dibedakan menjadi empat tipe,

yaitu : a) Spastik Hemiplegia yaitu kelumpuhan terjadi pada anggota gerak

di bagian yang sama (tangan dan kaki kanan atau tangan dan kaki kiri), b)

Spastik Paraplegia yaitu kelumpuhan terjai pada kedua kaki, c) Spastik

Diplegia yaitu kelumpuhan pada kedua tangan atau kedua kakinya, dan d)

SpastikQuadriplegia (tetraplegia) yaitu kelumpuhan pada keempat anggota

(34)

17

3. Karakteritik Anak Cerebral Palsy

Manusia adalah makhluk yang unik dengan ciri-ciri atau karakteristik

yang berbeda antara satu dengan yang lain. Begitu juga dengan

karakteristik anak cerebral palsy. Karakteristik anak cerebral palsy dapat

dilihat dari ciri-ciri yang tampak pada anak cerebral palsy.

a. Karakteristik Anak Cerebral Palsy Secara Umum

Karakteristik utama yang dapat dilihat pada anak cerebral

palsyadalah adanya gangguan pada anggota gerak tubuh. Otak

merupakan pusat dari semua fungsi tubuh, jika mengalami kerusakan

maka selain mengalami gangguan gerak, anak cerebral palsy juga sering

mengalami gangguan-gangguan lain seperti gangguan pendengaran,

penglihatan, kecerdasan, dan gangguan pada aspek taktil dan kinestetik.

Menurut Yulianto (dalam A. Salim Choiri, 2006: 178-182) karakteristik

anak cerebral palsy sesuai dengan derajat kemampuan fungsional.

Adapun karakteristik cerebral palsy sesuai dengan derajat kemampuan

fungsional yaitu:

1)Golongan Ringan

Cerebral palsy golongan ringan umumnya dapat hidup bersama anak sehat lainnya, kelainan yang dialami tidak mengganggu kegiatan sehari-hari, maupun dalam mengikuti pendidikan.

2)Golongan Sedang

Cerebral palsy yang termasuk sedang sudah kelihatan pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak atau bicara. Anak dapat memerlukan alat bantu khusus memperbaiki pola geraknya.

3)Golongan Berat

(35)

18

Dari pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan

bahwa secara umum maupun khusus anak cerebral palsy memiliki

karakteristik sebagai berikut: mengalami kekakuan otot atau ketegangan

otot, gerakan-gerakan tidak terkendali, gerakan tidak terkoordinasi,

keseimbangan yang buruk, dan terdapat gerakan-gerakan kecil yang

muncul tanpa terkendali.

Menurut Bakwin-bakwin (dalam Sutjihati Somantri, 2006: 122)

cerebral palsy mempunyai karakteristik yaitu mengalami kelainan pada

satu atau kedua tungkai dan juga tangan yang disebabkan kerusakan

kortex cerebellum yang menyebabkan hiperaktive dan stretch relex;

adanya gerakan-gerakan yang tidak terkendali dan terarah yang

diakibatkan kerusakan pada bangsal banglia; adanya gangguan

keseimbangan yang diakibatkan kerusakan otot pada cerebellum; terjadi

getaran-getaran berirama, baik yang bertujuan maupun yang tidak

bertujuan yang diakibatkan kerusakan pada bangsal banglia.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa secara umum anak cerebral palsy memiliki

karakteristik sebagai berikut: mengalami kekakuan otot atau ketegangan

otot, gerakan-gerakan tidak terkendali, gerakan-gerakan tidak

terkoordinasi, keseimbangan buruk, dan terdapat getaran-getaran kecil

(36)

19

demikian mengakibatkan anak membutuhkan bantuan dan layanan

khusus pada tingkatan tertentu.

b. Karakteristik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik

Menurut Sugiarmin (1996: 75) “cerebral palsytipe spastikmerupakan

jenis cerebral palsy yang besar jumlahnya diantara jenis cerebral lainnya.” Cerebral palsy tipe spastik terdapat kekejangan pada otot-otot,

atau sebagian otot-ototnya. Karakteristik anak cerebral palsy tipe

spastikantara lain:

1)Gangguan Motorik

Menurut A. Salim Choiri(1995: 66) Anak cerebral palsy yang

mengalami kerusakan pada pyramidal tract atau extrapyramidal akan

mengalami hambatan dalam sistem motorik karena kedua sistem

tersebut berfungsi untuk mengatur sistem motorik. Gangguan motorik

dapat berupa kekakuan, kelumpuhan.

2)Gangguan Sensoris

Menurut A. Salim Choiri (1995: 68) hilangnya kemampuan gerak dan

raba pada anak cerebral palsy khusus terjadi pada spastikhemiplegia

dan quadriplegia. Mereka tidak mampu membedakan dua titik pada

kulit dan juga tidak mampu mengidentifikasi objek dengan

menggunakan tangannya. Ketidakmampuan mereka dalam

mengidentifikasi objek erat kaitannya dengan kelainan fungsi syaraf

sensoris yaitu menerima rangsang dan mengirimkannya. Anak- anak

(37)

20

rehabilitasi sensori untuk melatih dan mengembangkan kemampuan

sensoris yang masih dimiliki.

3)Tingkat Kecerdasan

Menurut A. Salim Choiri(1995: 68) tingkat kecerdasan anak

berentang mulai dari tingkat yang paling dasar, yaitu idiocy sampai

gifted. Tidak ditemukannya secara langsung tingkat kelainan fisik

dengan kecerdasan anak. Artinya anak cerebral palsy yang kelainan

berat, tidak berarti kecerdasan rendah. Menurut Musjafak Assjari

(1995: 68) “sebagian cerebral palsy, sekitar 45% mengalami

keterbelakangan mental dan 35% lagi mempunyai tingkat kecerdasan

sedikit di bawah rata-rata”. Kelumpuhan pada otak mengganggu

fungsi kecerdasan, di samping kemungkinan mengganggu pusat

koordinasi gerak, sehingga kelainan cerebral palsy terdiri tunagrahita

dan gangguan koordinasi gerak.

4)Kemampuan Persepsi

Menurut A. Salim Choiri(1995: 69) syaraf penghubung dan jaringan

syaraf otak pada anak cerebral palsy mengalami gangguan maka

terjadi kesalahan proses persepsi. Akibatnya kemampuan persepsi

anak cerebral palsy mengalami gangguan.

Menurut M. Sugiarmin dan Ahmad T. Muslim ( 1996: 75-76)

“anakcerebral palsy jenis spastik akan mengalami kesulitan dalam

menggunakan otot- otot untuk bergerak”. Hal ini disebabkan adanya

(38)

21

dibengkokkan sendinya maka otot-ototnya yang berlawanan

berkontraksi. Sedangkan untuk jenis rigid otot akan tegang diseluruh

tubuh, cenderung menyerupai robot waktu berjalan, tertahan- tahan dan

kaku. Kondisi anak cerebral palsy yang demikian mengakibatkan anak

membutuhkan bantuan dan layanan khusus pada tingkatan tertentu.

Berdasarkan penjelasan karakteristik anak cerebral palsy baik secara

umum maupun khusus di atas, subyek penelitian ini memiliki

karakteristik yaitu kekauan (spastik) pada kedua kaki baik kiri maupun

kanan dan tangan sebelah kiri. Anak menggunakan kursi roda untuk

melakukan kegiatan sehari-hari. Mata anak normal tidak mengalami

juling ataupun kelainan lainnya, sehingga dalam penglihatan anak dapat

melihat dengan baik. Usia kecerdasan/mental (mental age/MA)

berkembang tidak sejalan dengan bertambahnya usia kronologis

(chronologicalage/CA). Subyek mengalami ketertinggalan 2 atau 5

tingkatan di bidang kognitif dibanding anak normal yang usianya

sebaya. Usia anak saat ini 12 tahun dan duduk di kelas III tingak dasar,

namun materi pembelajaran yang diberikan yaitu materi kelas I.

4. Faktor Penyebab Anak Cerebral Palsy

Menurut A. Salim Choiri (1996: 40-59) mengetahui faktor cerebral palsy yang dominan pengaruhnya memang sulit, sebab harus diteliti mulai

dari kondisi fisik kedua orangtuanya, kondisi kesehatan ibu waktu

(39)

22

yang pernah diberikan kepada ibu waktu melahirkan, lingkungan sosial dan

budaya dimana anak tinggal, keadaan pelayanan dan fasilitas kesehatan

yang memungkinkandapat dimanfaatkan, dsb”.

Adapun kelainan/kerusakan/kelukaan otak dapat disebabkan oleh faktor

prenatal, perinatal dan postnatal.

a. Faktor Pranatal

Faktor pranatal adalah faktor yang menyebabkan cerebral palsy sebelum

lahir atau masih dalam kandungan. Di dalam 9 bulan bayi yang ada

dalam kandungan dapat diserang penyakit-penyakit, sehingga di dalam

otaknya terdapat kerusakan-kerusakan. Dengan demikian jika anak lahir,

maka bayi tidak akan lahir dengan 100% sehat. Kerusakan dapat

disebabkan oleh:

1)Infeksi Intrauterin: TORCH dan Sifilis.

Adanya infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu

mengandung sehingga otak pada bayi terganggu atau terserang.

2)Radiasi.

Bayi dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung

mempengaruhi sistem syaraf pusat sehingga struktur maupun

fungsinya terganggu.

3)Asfiksia Intrauterin (abrupsio plasenta, plasenta previa, anoksia

maternal, kelainan umbilikus, perdarahan plasenta, ibu hipertensi, dan

lain-lain). Asfiksia intrauterin adalah keadaan kekurangan oksigen

(40)

23

menyebabkan asidosis intrauterin akibat gangguan pertukaran gas

melalui plasenta.

4)Toksemia Gravidarum.

Saat ibu hamil mengalami peningkatan tekanan darah, sehingga dapat

membuat plasenta tidak mendapatkan darah dalam jumlah yang

cukup. Bila plasenta tidak mendapatkan cukup darah, maka bayi tidak

akan mendapatkan cukup oksigen dan makanan. Ini dapat

mengakibatkan kelahiran dengan berat badan rendah.

5)Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) oleh karena kematian

pranatal pada salah satu bayi kembar.

6)Bayi kembar merupakan faktor penyebab tidak langsung cerebral

palsy. Plasenta secara alamiah dimaksudkan untuk mendukung hanya

satu janin saja, adanya janin lebih dari satu dapat menyebabkan

gangguan-gangguan pertumbuhan, adanya perbedaan ukuran janin,

dll. Akibatnya dapat terjadi gangguan pertumbuhan sistem syaraf

pusat dan cerebral palsy.

b. Faktor Perinatal

Faktor perinatal adalah faktor yang menyebabkan cerebral palsy saat

anak dilahirkan atau dalam proses kelahiran. Dalam hal ini akan lebih

banyak bahaya yang dapat menimbulkan kerusakan di dalam otak bayi.

Hal itu terjadi karena mudah atau sulitnya bayi saat dilahirkan.

Sebab-sebab yang terjadi pada faktor perinatal adalah:

(41)

24

Otak premature berada pada risiko perdarahan yang tinggi, dan ketika

cukup parah, ia dapat berakibat pada cerebral palsy. Anak-anak yang

dilahirkan prematur dapat juga mengembangkan keadaan pernapasan

menyusahkan yang serius yang disebabkan oleh paru-paru yang

belum dewasa dan berkembang dengan buruk. Ini dapat menjurus

pada periode-periode dari oksigen yang berkurang yang diantarkan ke

otak yang mungkin berakibat pada cerebral palsy. Proses otak yang

dimengeti dengan buruk yang diamati pada beberapa bayi-bayi

prematur.

2)Kelahiran yang sulit

Rusaknya jaringan syaraf otak bayi akibat kelahiran yang dipaksa

menggunakan tang (forcep). Tekanan yang cukup kuat pada kepala

bayi dapat mengakibatkan rusaknya jaringan syaraf menyebabkan

otak tidak dapat berfungsi sebagai mestinya. Selain itu, alat bantu

juga dapat menyebabkan perdarahan otak.

3)Hiperbilirubinemia.

Hiperblirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin

dalam darah bayi melebihi batas normal yang disertai ikterus

(kuning) yang tampak pada kulit, mukosa, sclera mata, dan urine.

4)Anoksia/hipoksia.

Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggul ibu kecil

sehingga bayi mengalami kekurangan zat asam (oksigen).

(42)

25

dalam otak bayi, akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami

kerusakan.

c. Faktor Postnatal

Faktor postnatal adalah faktor yang menyebabkan cerebral palsy setelah

anak dilahirkan atau dalam proses perkembangan. Sebab-sebab yang

terjadi pada faktor postnatal:

a. Trauma kepala.

Trauma pada kepala dapat mengakibatkan berkurangnya hematoma

(genangan darah setempat). Sehingga dapat menyebabkan kerusakan

pada otak.

b. Meningitis/ensefalitis yang terjadi 6 bulan pertama kehidupan.

Infeksi pada sistem syaraf pusat, seperti miningitis, kerusakan

jaringan pada rongga otak. Sehingga otak tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya dan dapat mengakibatkan terjadinya cerebral

palsy.

c. Racun: logam berat, CO.

Keracunan unsur-unsur kimia merupakan faktor penyebab utama pada

anak cerebral palsy. Keracunan dapat mengakibatkan kelainan fungsi

otak.

5. Dampak Dari Cerebral Palsy

Cerebral palsy dapat berdampak pada keadaan kejiwaan yang banyak

(43)

26

stabil, sehingga menyulitkan pendidik untuk mengikat (mengarahkan)

kepada suatu pelajaran atau latihan. Menurut Mumpuniarti (2001: 101)

“Anak cerebral palsy dapat juga bersikap depresif, seakan-akan melihat

sesuatu dengan putus asa atau sebaliknya agresif dengan bentuk pemarah,

ketidak sabaran atau jengkel, yang akhirnya sampai kejang”.

Kondisi fisik anak yang mengalami hambatan akan berpengaruh

terhadap pembelajaran. Misalnya saja bagi anak cerebral palsy yang

mengalami spastik pada tangan dan organ bicara. Anak akan mengalami

hambatan ketika menyampaikan pesan (informasi) atau menerima pesan

dari guru. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak.

Meskipun tingkat kecerdasan anak cerebral palsy terdiri dari dibawah rata-

rata, normal dan di atas rata- rata. Namun, bagi anak CP yang disertai

dengan hambatan intelektual tentu prestasi belajar mereka akan rendah.

Rendahnya prestasi belajar ini dikarenakan kemampuan persepsi dan

mengingat anak yang terlalu singkat. Selain itu, kemampuan simbolisasi

anak juga rendah. Hal ini mengakibatkan anak CP kurang memiliki

kemampuan abstrak, sehingga anak CP mengalami kesulitan dalam

mempelajari materi pelajaran yang abstrak.

Kerusakan otak pada anak cerebral palsy berdampak pada kelainan

fisik, kelainan psikologis, kelainan mobilitas, kelainan komunikasi,

kelainan mental dan intelegensi.Dalam mengikuti pembelajaran, dampak

(44)

27

konsentrasi anak pada saat mengikuti kegiatan belajar. Sehingga

kemampuan anak dalam membaca permulaan rendah.

C.Kajian Tentang Kemampuan Membaca Permulaan

1. Pengertian Membaca Permulaan

Keterampilan membaca berperan penting bagi perkembangan

pengetahuan dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia.

Seseorang akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan serta

pengalaman-pengalaman baru dengan cara membaca. selain itu, kegiatan

membaca dapat memperluas wawasan dan mempertinggi daya pikirannya.

Ada beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian

membaca.

Membaca didefinisikan oleh Blake, Williams, Aaron & Allen (dalam

Mumpuniarti, 2007: 83-84) membaca adalah proses mengerti pesan yang

disampaikan lewat symbol tulisan (comprehension following decoding),

menentukan makna pesan (interpretation following literal comprehension),

dan menentukan makna pesan bagi situasi secara faktual (aplication

following interpretation). Definisi yang spesifik bahwa tugas membaca

ialah mengerti informasi yang dihadirkan secara visual, serta

menginterpretasikan dan mengaplikasikan informasi tersebut. Tugas untuk

parallel dengan tugas mendengar (listening) dalam bahasa oral. Pada

listening berkaitan dengan materi oral, membaca dengan materi tertulis.

(45)

28

keterampilan itu berupa menangkap, menginterpretasikan, dan

mengaplikasikan informasi. Oleh karena itu, pesan/informasi yang

dipelajari selalu terkait dengan objek dan situasi sehari-hari yang dekat

dengan mereka. Pesan/informasi tertulis menunjang kegunaannya

(fungsional) bagi kehidupan mereka sehari-hari.

Menurut Klein, dkk (Farida Rahim, 2005: 3), membaca mencakup: (1)

membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3)

membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses

dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh

pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk

makna.Membaca adalah strategis diartikan bahwa pembaca yang efektif

menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan

konteks dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca. Strategi ini

bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Membaca

merupakan interaktif adalah keterlibatan pembaca dengan teks tergantung

pada konteks. Orang yang senang membaca teks yang bermanfaat akan

menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya. Teks yang dibaca

seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi

antara pembaca dan teks.

Menurut Hodgson (dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 7)membaca

adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media

(46)

29

yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan

sekilas dan agar makna katakata secara individual akan dapat diketahui.

Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan tersirat tidak

akan tertangkap atau dipahami dan proses membaca itu tidak terlaksana

dengan baik.

Glenn Doman (dalam Anna Yulia, 2005: 19) mengemukakan bahwa

membaca merupakan salah satu fungi yang paling penting dalam hidup dan

dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan

membaca.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan

adalah suatu aktivitas untuk mengenalkan rangkaian huruf dengan

bunyi-bunyi bahasa.

2. Tujuan Membaca Permulaan

Kegiatan membaca erat kaitannya dengan tujuan membaca, karena

seseorang yang membaca dengan suatu tujuan cenderung lebih memahami

dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Membaca bukan

hanya sekedar membaca, tetapi aktivitas ini mempunyai tujuan yaitu untuk

mendapatkan sejumlah informasi baru. Di balik aktivitas, terdapat tujuan

yang lebih spesifik, yakni sebagai kesenangan, meningkatkan pengetahuan,

dan untuk dapat melakukan suatu pekerjaan.Iskandarwassid dan Dadang

Sunendar (2008: 289) menyampaikan bahwa tujuan pembelajaran membaca

(47)

30

1.Mengenali lambang-lambang (simbol-simbol bahasa) 2.Mengenali kata dan kalimat,

3.Menemukan ide pokok dan katakata kunci, dan 4.Menceritakan kembali isi bacaan pendek.

MenurutSaleh Abbas (2006: 103), tujuan pembelajaran membaca

permulaan agar peserta didik mampu memahami dan menyuarakan kalimat

sederhana yang ditulis dengan intonasi yang wajar, peserta didik dapat

membaca katakata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat dalam

waktu yang relatif singkat.

Menurut Blankton dan Irwin (dalam Farida Rahim, 2008: 11) tujuan

membaca antara lain: Kesenangan, menyempurnakan membaca nyaring,

menggunakan strategi tertentu, memperbarui pengetahuannya tentang suatu

topik, mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah

diketahuinya, memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis,

mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, dan menampilkan suatu

eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks

dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks.

Berdasarkan uraian tentang tujuan membca di atas dapat disimpulkan

bahwa tujuan membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu membaca umum

dan membaca khusus. Dikatakan tujuan membaca umum, yaitu aktivitas

membaca tersebut untuk memperoleh kesenangan semata, sedangkan tujuan

membaca khusus yaitu aktivitas membaca untuk memperoleh informasi

(48)

31

3. Proses Membaca

Proses membaca dimulai dengan sensor visual yang diperoleh melalui

pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indera penglihatan (sukirno,

2009: 5). Dalam hal tersebut, pembaca memahami simbol-simbol grafis

yang berupa huruf, kata, suku kata, frasa, dan kalimat untuk

mempresentasikan bahasa lisan. Kegiatan berikutnya persepsi terhadap

makna simbol tadi berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Aspek urutan

proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang

tersusun pada halaman dari kiri ke kanan, kecuali tulisan Arab yang dimulai

dari kanan ke kiri.

Menurut Combs (dalam Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi,

1998: 48-49) kegiatan membaca terdiri dari tiga tahap, seperti berikut:

a. Tahap persiapan, siswa mulai menyadari tentang fungsi barang cetak,

konseptentang cara kerja barang cetak, konsep huruf, konsep tentang

kata.

b. Tahap perkembangan, siswa mulai memahami pola bahasa yang terdapat

dalam barang cetak. Siswa mulai belajar memasangkan satu kata dengan

kata yang lain.

c. Tahap transisi, siswa mulai mengubah kebiasaan membaca bersuara

menjadi membaca dalam hati. Siswa mulai dapat melakukan kegiatan

(49)

32

Pengenalan huruf merupakan salah satu langkah belajar membaca

permulaan dan pembelajaran membaca permulaan harus mengutamakan

huruf nonkapital (menurut Prana D. Iswara: 2001; 1-4). Urutan pengenalan

huruf dalam membelajaran membaca permulaan yaitu sebagai berikut: a)

Vokal (a, i, u, e, o), b) Konsonan I ( d, n, t, p, m), c) Konsonan II (c, g, j, y,

w), d) Konsonan III ( b, k, l), e) Konsonan IV (s, r), dan f) Konsonan V (f,

q, v, x, z). Setelah anak mampu mengenal huruf, anak dilanjutkan ke materi

selanjutnya yaitu membaca suku kata dan kata. Menurut Tadkiroatun

Musfiroh (2008: 48) berpendapat bahwa pada saat anak berusia 5 tahun

telah mampu menghimpun kurang lebih 3000 kata. Kata-kata yang dimiliki

anak usia prasekolah meliputi kata benda, kata kerja, kata sifat dan kata

keterangan. Menurut Tati Hernawati dan Permananian Somad (dalam

Mumpuniarti, 2007: 86) bahwa anak hambatan mental atau tunagrahita

ringan perlu mengetahui 250-500 kata dalam pembelajaran membaca.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang

datang dari diri si pembaca itu sendiri (intrinsik) maupun dari luar

(ekstrinsik). Menurut Farida Rahim (2007: 16), mengatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca adalah sebagai berikut.

a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologi meliputi kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan

(50)

33

cacat otak dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu

faktor yang dapat menyebabkan peserta didik tidak berhasil dalam

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka.

b. Faktor Intelektual

Terdapat hubungan positif antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ

dengan ratarata peningkatan remedial membaca tetapi tidak semua siswa

yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi menjadipembaca yang

baik.

c. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang meliputi latar belakang dan pengalaman peserta didik

mempengaruhi kemampuan membacanya. Peserta didik tidak akan

menemukan kendala yang berarti dalam membaca jika mereka tumbuh

dan berkembang di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang

penuh dengan cinta kasih, memahami anak-anaknya, dan

mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi.

d. Faktor sosial ekonomi siswa

Status sosial ekonomi siswa mempengaruhi kemampuan verbal siswa.

Hal ini dikarenakan jika peserta didik tinggal dengan keluarga yang

berada dalam taraf sosial ekonomi yang tinggi kemampuan verbal

mereka juga akan tinggi. Hal ini didukung dengan fasilitan yang

diberikan oleh orang tuanya yang berada pada taraf sosial ekonomi

(51)

34

ekonomi rendah. Orangtua mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan

anaknya dan anaknya cenderung kurang percaya diri.

e. Faktor Psikologis

Faktor psikologis meliputi motivasi, minat, dan kematangan

sosial,emosi, serta penyesuaian diri.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya kemampuan

membaca anak, diantaranya anak kesulitan untuk mengartikan

symbol-simbol dalam tulisan, kurangnya motivasi pribadi dan yang paling utama

adalah kurangnya motivasi dari keluarga. Jika sesorang anak tidak mau

belajar atau diajari membaca, hendaknya tidak langsung mengklaim bahwa

anak tersebut malas atau bodoh, tetapi terlebih dahulu mencari penyebab

utamanya. Bisa jadi, keengganan anak untuk membaca dikarenakan faktor

neurologis atau terlalu banyaknya tekanan dari luar.

Menurut Yulinda Erma Suryani (2015: 38-39) bahwa faktor neurologis

mencakup sensorik (penginderaan) yaitu kemampuan menangkap rangsang

dari luar melalui alat-alat indera (penglihatan, pendengaran, perabaan,

penciuman dan pengecap) dan perseptual (pengamatan atau apa yang

diinderai) kemamampuan mengolah dan memahami rangsang dari proses

penginderaan sehingga menjadi informasi yang bermakna. Perseptual

terdiri dari persepsi auditoris (memahami objek yang didengarkan),

persepsi visual (memahami objek yang dilihat), persepsi visual motorik

(52)

35

panjang dan pendek), pemahaman konsep, dan spasial (pemahaman konsep

ruang).

D.Kemampuan Membaca Pada Anak Cerebral Palsy

Anak cerebral palsy merupakan kelainan yang berupa kekakuan pada

anggota gerak yang disebabkan karena adanya gangguan yang terletak di dalam

otak. Kondisi cerebral palsy memiliki derajat tertentu dari yang ringan hingga

yang berat tergantung pada hebat tidaknya kerusakan yang terjadi pada otak. Jika

kerusakan pada otak itu cukup meluas sehinga menimbulkan kerusakan pada

bagaian lain yaitu pusat dan fungsi pancaindra, maka gangguan itu akan

menyertai pula pada gangguan yang menyebar luas pada fungsi sensoris seperti;

penglihatan, pendengaran, bicara bahkan masuk kepada wilayah kecerdasan, akan

tetapi dapat juga terjadi hanya menyangkut gangguan gerak dan tidak menyerang

fungsi yang lain.

Menurut Zainal Alimin (2014: 194)Cerebral palcy dengan gangguan spastic

menunjuk kepada suatu kondisi yang disebabkan oleh kegagalan otot dalam

melakukan releksasi sehingga gerakan-gerakan mereka menjadi kaku. Cara

berjalan yang menyilang (scissor gait) sehingga aktivitas berjalan dilakukan pada

ujung jari; kaki mengarah ketengah, kedua lutut tertekuk dan hampir beradu,

punggung , sikut dan pergelangan tangang tertekuk; lengan bawah terputar ke

kekanan. Anak yang mengalami CP pada umumnya juga mengalami masalah

dalam persepsi penglihatan (visuo-perceptual) yang berhubungan dengan

kerusakan neurologis. Masalah-masalah yang muncul misalnya seperti mirror

(53)

36

bentuk, kesulitan menghubungkan dua garis yang bertemu pada satu titik menjadi

sebuah sudut. Telah diuraiakan dalam kerakteristik anak cerebral palsy bahwa

kebanyakan anak dengan cerebral palsy memiliki kecerdasan di bawah rata-rata.

Hampir setengah dari semua anak CP yang disurvey antara tahun 1957

sampai 1966 ditemukan bahwa mereka tertinggal 2 tahun atau lebih dari

perkembangan usia mentalnya (MA) dalam keterampilan membaca. Kemampuan

membaca berhubungan dengan kemampuan dalam persepsi visual atau memori

visual dan tidak berkorelasi dengan memori auditori. Kesulitan belajar membaca

lebih bersifat visual yaitu terjadi apa yang disebut letter reversal dan mirror

image (zainal Alimin, 2014:209). Anak cerebral palsy memilki kemampuan

membaca dan aritmatika lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak

memiliki hambatan dalam gerak/motorik.

E.Kajian Tentang Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki beberapa pengertian dilihat dari sudut

pandang para ahli. Banyak para media pendidikan yang telah

mendefinisikan pengertian media pembelajaran. Dari berbagai pendapat

tersebut dapat dijelakn seperti berikut.

Menurut Oemar Hamalik (1994:12) “media pembelajaran adalah

metode dan teknik yang digunakan untuk mengefektifkan komunikasi dan

interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran.”

Gambar

Gambar 1. Grafik Desain A-B-A’
Tabel 1. Waktu dan kegiatan Penelitian
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Wawancara
Tabel 3. Kisi-kisi pedoman tes kemampuan membaca permulaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul:

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan ridho dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas menyusun skripsi ini berjudul

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian yang berjudul

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul:

Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridhonya sehingga peneliti dapat menyelesikan skripsi yang berjudul

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang