• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yennita Permata Sari, Dr. Emmy Indrayani. Undergraduate Program, Faculty of Economy, Gunadarma University

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Yennita Permata Sari, Dr. Emmy Indrayani. Undergraduate Program, Faculty of Economy, Gunadarma University"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALYSIS OF THE EFFECT OF EARNING PER SHARE (EPS), PRICE

EARNING RATIO (PER) AND RETURN ON EQUITY (ROE) TO LQ45 STOCK

PRICE IN INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2007-2008

Yennita Permata Sari, Dr. Emmy Indrayani Undergraduate Program, Faculty of Economy, 2009

Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id

Key words: salaries, employee, performance, job satisfaction and seniority. ABSTRACT:

One way that is widely used by investors or investors to invest is with the ownership of a company registered in the capital market. When compared with other investments, investing in stocks allows investors to obtain or return a greater profit in a relatively short time (high return) even if stocks also have a property that is a high risk when the stock price may also decline rapidly. The purpose of scientific writing is to know the effect of EPS, PER and ROE are partial and together to share price on the company go public that is included in LQ45, and to know at what ratio of EPS, PER and ROE of the most significant influence stock prices. In a study conducted the ratio of the most influence on stock prices of ROE which showed a positive influence and have a level of real change. PER, EPS and ROE jointly significantly affect the stock price. Rise and fall of PER, EPS and ROE can affect the rise and fall of stock prices. The result of regression analysis testing the variable coefficient partial PER produces no significant effect between the PER with the stock price. Thus, the higher the PER, the greater the investor confidence in the company's future. The result of regression coefficient test analysis of EPS produced by partial variable is not significant relationship between EPS with stock prices. The higher the company's ability to distribute earnings to shareholders, reflecting the greater success of the work done. The result of regression coefficient test analysis resulted in a partial ROE no real connection between the return on equity and stock price.

(2)

NPM : 21205326

Nama : Yennita Permata Sari Pembimbing : Dr. Emmy Indrayani Tahun Sidang : 2009

Subjek : saham, Judul

ANALISIS PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), PRICE EARNING RATIO (PER), DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP HARGA SAHAM LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2007-2008

Abstraksi

Salah satu cara yang banyak digunakan oleh pemodal atau investor untuk menanamkan modal adalah dengan kepemilikan saham suatu perusahaan yang terdaftar di pasar modal. Bila dibandingkan dengan investasi lainnya, investasi dalam saham memungkinkan investor untuk mendapatkan return atau keuntungan yang lebih besar dalam waktu relative singkat (high return) meskipun saham juga memiliki sifat high risk yaitu suatu ketika harga saham dapat juga menurun secara cepat. Tujuan penulisan lmiah ini adalah Untuk mengetahui pengaruh EPS, PER dan ROE secara partial dan bersama-sama terhadap harga saham pada perusahaan go public yang termasuk ke dalam LQ45, serta Untuk mengetahui pada rasio apa EPS, PER dan ROE yang paling signifikan memengaruhi harga saham. Dalam penelitian yang dilakukan, rasio yang paling berpengaruh terhadap harga saham yaitu ROE yang menunjukkan pengaruh positif serta memiliki tingkat perubahan yang nyata. PER, EPS dan ROE secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap harga saham. Naik turunnya PER, EPS dan ROE dapat memengaruhi naik turunnya harga saham. Hasil analisis pengujian koefisien regresi variabel PER secara parsial menghasilkan pengaruh secara tidak nyata antara PER dengan harga saham. Maka, semakin tinggi PER semakin besar pula kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan. Hasil analisis pengujian koefisien regresi variabel EPS menghasilkan secara parsial ada hubungan tidak nyata antara EPS dengan harga saham. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukan. Hasil analisis pengujian koefisien regresi variabel ROE menghasilkan secara parsial ada hubungan nyata antara ROE dengan harga saham.

(3)

ANALISIS PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), PRICE EARNING RATIO (PER), DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP HARGA SAHAM LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2007-2008

ABSTRAK

Tujuan penulisan ilmiah ini adalah Untuk mengetahui pengaruh EPS, PER

dan ROE secara partial dan bersama-sama terhadap harga saham pada perusahaan go public yang termasuk ke dalam LQ45, serta Untuk mengetahui pada rasio apa EPS, PER dan ROE yang paling signifikan memengaruhi harga saham.

Kata kunci : Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (ROE), dan harga saham

PENDAHULUAN Pasar Modal

Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrument derivative maupun instrument lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi.

Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrument jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrument derivative seperti option, futures, dan lain-lain.

Undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan Pasar Modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek”.

Investasi dalam saham

Menurut Graham, Dodd (1996 :2) “Investasi adalah suatu tindakan yang dilakukan setelah melalui proses analisis yang mendalam dan tindakan tersebut menjanjikan keamanan nilai pokok investasi dan hasil yang memuaskan”. Investasi dalam sekuritas (saham) adalah merupakan tanda keikutsertaan

kepemilikan suatu perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan dari

usaha pokoknya. Didalam investasi yang bersifat jangka panjang disamping bertujuan untuk memperoleh pendapatan, dapat juga dengan tujuan untuk

mengontrol atau menguasai perusahaan lain dengan cara membeli atau memiliki sebagian besar saham-saham perusahaan yang diawasi atau dikuasai tersebut. Apabila seorang investor membeli suatu saham biasa perusahaan lain, saham itu akan dicatat sesuai dengan harga perolehannya yaitu harga kurs saham ditambah biaya-biaya yang berhubungan dengan pembelian tersebut.

Saham biasa mempunyai nilai nominal tertentu dan adanya hak bagi pemegang saham (investor) untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan serta ikut menanggung resiko apabila mengalami kerugian. Akan tetapi apabila terjadi pembubaran perusahaa, pemilik saham bisa memiliki tuntutan (klaim) yang terakhir terhadap kekayaan perusahaan setelah seluruh kreditor dan pemilik saham istimewa mendapat bagian.

(4)

Resiko investasi di Pasar Modal pada prinsipnya semata-mata berkaitan

dengan kemungkinan terjadi fluktuasi harga. Resiko-resiko yang mungkin dapat dihadapi investor tersebut antara lain :

a. Resiko Daya Beli (Purchasing Power Risk)

Sifat investor dalam menangani faktor resiko di Pasar Modal ini terdiri dari dua yaitu, investor yang tidak menyukai resiko (risk averter) dan investor yang menyukai menantang resiko (risk averse). Bagi investor kategori pertama ini akan mencari atau memilih jenis investasi yang akan memberikan keuntungan sama dengan investasi yang dilakukan

sebelumnya.

b. Resiko Tingkat Bunga (Interest Risk)

Naiknya tingkat bunga biasanya menekan harga jenis surat-surat berharga yang berpendapatan tetap termasuk harga-harga saham. Biasanya,

kenaikan tingkat suku bunga berjalan tidak searah dengan harga-harga instrument pasar modal. Dengan naiknya tingkat bunga, jelas akan menurunkan harga-harga di pasar modal.

c. Resiko Pasar (Market Risk)

Apabila pasar bergairah umumnya hampir semua harga saham di Bursa Efek mengalami kenaikan. Sedangkan apabila pasar lesu saham-sham akan ikut pula mengalami penurunan. Perubahan psikologi pasar dapat

menyebabkan harga-harga surat berharga anjlok terlepas dari adanya perubahan fundamental atas kemampuan perolehan laba perusahaan. d. Resiko Likuiditas (Liquidity Risk)

Resiko ini berkaitan dengan kemampuan suatu surat berharga untuk dapat segera diperjualbelikan dengan tanpa mengalami kerugian yang berarti.

Pengertian Saham

Menurut Dyah Ratih (2005), Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi atas suatu perusahaan. Saham sebagai sekuritas yang bersifat ekuitas, memberikan implikasi bahwa kepemilikan saham mencerminkan kepemilikan atas suatu perusahaan. Berbeda dengan obligasi, saham tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo dan tidak memberikan pendapatan tetap.

Dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham : a. Deviden

Deviden merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Deviden diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan deviden, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan deviden.

Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa deviden tunai, artinya kepada pemegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa deviden saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan deviden sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian deviden saham tersebut.

(5)

b. Capital Gain

Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

Sebagai instrument investasi, saham memiliki resiko, antara lain : a. Capital Loss

Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli.

b. Resiko Likuidasi

Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari

pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proposional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut.

Kondisi ini merupakan resiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus

mengikuti perkembangan perusahaan.

Harga Saham

Menurut Sawidji Widoatmojo (1996) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a. Harga Nominal

Harga yang tercantum dalam sertifikat yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting bagi saham karena deviden biasanya ditetapkan berdasarkan harga nominal.

b. Harga Perdana

Harga ini menetapkan pada waktu harga saham tersebut dicatat di Bursa Efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.

c. Harga Pasar

Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di Bursa.

Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga pasar sekunder dan harga inilah yang benar- benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder kecil kemungkinan terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit.

Jenis Saham

a. Saham Biasa (Common Stock)

Pemegang saham biasa akan mendapatkan deviden pada akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan. Apabila perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan atau

(6)

dan mengenai ini ada ketentuan hukumnya, yaitu bahwa suatu perusahaan yang menderita kerugian selama kerugian tersebut belum dapat ditutup, maka selama ini perusahaan tidak diperbolehkan membayar deviden. Fungsi dari saham biasa :

1. Sebagai alat untuk membelanjai perusahaan dan terutama sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan akan modal permanen.

2. Sebagai alat untuk menentukan pembagian laba.

3. Sebagai alat untuk mengadakan fusi atau kombinasi dari perusahaan-perusahaan 4. Sebagai alat menguasai perusahaan.

b. Saham Preferen (Preferred Stock)

Pemegang saham preferen mempunyai beberapa preferensi tertentu di atas pemegang saham biasa, yaitu dalam hal :

1. Pembagian deviden dari saham preferen diambil lebih dahulu, kemudian sisanya barulah disediakan untuk saham biasa. Deviden saham preferen dinyatakan dalam persentase tertentu dari nilai nominalnya.

2. Pembagian kekayaan, apabila perusahaan dilikuidasi, maka dalam pembagian kekayaan saham preferen didahulukan dari pada saham biasa. Tetapi didalam RUPS pemegang saham preferen tidak mempunyai hak suara.

c. Saham Preferen Kumulatif (Cummulative Preferred Stock) Saham preferen kumulatif hampir sama dengan saham preferen, perbedaannya terletak pada adanya hak kumulatif. Besarnya deviden saham preferen kumulatif dinyatakan dalam presentasi tertentu dari nilai nominalnya.

Pengertian Earning Per Share (EPS)

Dalam penulisan yang dilakukan oleh Irma Diniarti (2007), Earning Per

Share (EPS) merupakan jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan, dengan cara membagi jumlah keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar.

Houston and Brigham (2001) berpendapat, laba per lembar saham atau EPS adalah kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan yang diperoleh kepada pemegang sahamnya. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukannya.

EPS dapat dirumuskan sebagai berikut :

Pengertian Return On Equity (ROE)

Menurut Houston and Brigham (2001), Return On Equity (ROE) dapat dikatakan sebagai kemampuan perusahaan dalam menyediakan laba bagi pemegang saham atas modal yang telah ditanam oleh investor. Sehingga ROE merupakan keuntungan bagi pemegang saham.

EPS = Laba bersih / ∑ lembar saham yang beredar “Rasio laba bersih sesudah pajak terhadap modal sendiri (Return On

(7)

saham.” (Weston and Copeland, 1999)

Untuk memperoleh ROE menurut Weston and Copeland (1999), maka dapat digunakan rumus :

Pengertian Price Earning Ratio (PER)

Menurut Dyah Ratih Sulistyastuti (2005) “Price Earning Ratio (PER) adalah ukuran kineja saham yang didasarkan atas perbandingan antara harga pasar saham terhadap pendapatan perlembar saham (Earning Per Share, EPS)”. Pertumbuhan laba dan deviden serta expected rate of return dari suatu

saham berubah-ubah nilainya, maka PER diharapkan juga akan berubah sepanjang waktu berjalan dan pada akhirnya menuju suatu tingkat nilai PER rata-rata dari saham-saham yang mempunyai tingkat resiko yang sama.

PER adalah mengukur jumlah uang yang akan dibayar oleh investor untuk setiap rupiah pendapatan perusahaan. Semakin tinggi PER maka semakin besar kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan.

METODE PENELITIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan dengan rincian sebagai berikut :

1. Harga Saham penutupan (closing price) tahun 2007-2008 2. Total Ekuitas Perusahaan tahun 2007-2008

3. Laba bersih tahun 2007-2008

4. Earning Per Share (EPS) tahun 2007-2008

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode untuk

menganalisis pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham.

ROE = Laba bersih / Modal sendiri * 100% PER = Harga Pasar Saham

Laba Bersih Per Saham (EPS)PEMBAHASAN LQ45

Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham likuiditas (liquid) tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau

perkembangan kinerja komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Dalam melakukan penelitian ini penulis memilih daftar perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia pada periode September 2008 – Januari 2009.

(8)

Berdasarkan rumus Earning Per Share (EPS) sebagai berikut :

Dalam hal ini, besar kecilnya Earning Per Share (EPS) telah diketahui

dalam laporan laba rugi perusahaan. Berikut ini terdapat rata-rata Earning Per Share (EPS) LQ45 tahun 2007-2008, yaitu sebesar :

Tabel 1

Rata-rata Earning Per Share (EPS)

dari 44 Perusahaan yang telah Go Public (LQ45) tahun 2007-2008

Rata-rata EPS Talli Frekuensi % 1 – 100 IIIII IIIII IIIII IIIII I 21 47,73% 101 – 500 IIIII IIIII IIIII I 16 36,36% 501 – 1000 IIII 4 9,1%

1001 – 2000 II 2 4,54% 2001 ≥ 4000 I 1 2,27% Jumlah 44 100%

Dari tabel 4.1 diatas dapat diketahui penyebaran rata-rata nilai EPS pada perusahaan LQ45 antara 1 – 100 serta jumlah frekuensi rata-rata Earning Per

EPS = Laba bersih / ∑ lembar saham yang beredar Share (EPS) sebesar 21 atau sebesar 47,73%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

ada 21 perusahaan yang mampu untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan baik, hal ini mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukan 21 perusahaan yang ada dalam LQ45.

Earning Per Share (EPS) merupakan keuntungan bagi pemegang saham

setelah dikurangi pajak pendapatan. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham, maka semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukan perusahaan tersebut.

Price Earning Ratio (PER)

Berdasarkan rumus Price Earning Ratio (PER) sebagai berikut :

Untuk mendapatkan PER, maka harus diketahui besarnya harga saham dan EPS. Tabel berikut ini menyajikan interval besarnya PER pada tiap perusahaan. Tabel 2

Rata-rata Price Earning Ratio (PER)

dari 44 Perusahaan yang telah Go Public (LQ45) tahun 2007-2008

Rata-rata PER Talli Frekuensi % 1 – 50 IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII III

38 86,36%

51 – 100 IIII 4 9,1% 101 ≥ 300 II 2 4,54% Jumlah 44 100%

(9)

Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui penyebaran rata-rata nilai PER pada perusahaan LQ45 antara 1 – 50 serta jumlah frekuensi rata-rata Price Earning PER = Harga Pasar Saham

Laba Bersih Per Saham (EPS) Ratio (PER) sebesar 38 perusahaan atau sebesar 86,36%. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa terdapat 38 perusahaan yang rata-rata

Price Earning Ratio (PER) adalah ukuran kineja saham yang didasarkan atas perbandingan antara harga pasar saham terhadap pendapatan perlembar saham (Earning Per Share, EPS). Price Earning Ratio menunjukkan berapa banyak uang yang harus dibayar oleh investor untuk memperoleh satu satuan moneter (misalnya dalam rupiah) laba periode berjalan.

Return On Equity (ROE)

Berdasarkan rumus Return On Equity (ROE) sebagai berikut :

Untuk menghitung ROE, maka harus diketahui besarnya laba bersih dan modal sendiri. ROE merupakan profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Tabel berikut menyajikan besarnya ROE pada tiap perusahaan :

Tabel 3

Rata-rata Return On Equity (ROE)

dari 44 Perusahaan yang telah Go Public (LQ45) tahun 2007-2008

Rata-rata ROE Talli Frekuensi % 1 – 10 IIIII IIIII I 11 25% 11 – 20 IIIII IIII 9 20,45% 21 – 30 IIIII II 7 15,9% 31 – 40 IIIII II 7 15,9% 41 – 50 IIII 4 9,1% 51 – 60 II 2 4,55% 61 – 70 II 2 4,55% 71 – 80 II 2 4,55% Jumlah 44 100%

ROE = Laba bersih * 100% Modal sendiri

Dari tabel 3 diatas dapat diketahui penyebaran rata-rata nilai EPS pada

perusahaan LQ45 antara 1 – 10 serta jumlah frekuensi rata-rata Return On Equity (ROE) sebesar 11 atau sebesar 25%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada 11 perusahaan pada rata-rata 1 – 10 nilai EPS yang mampu menyediakan laba yang baik bagi pemegang saham dalam LQ45.

Return On Equity (ROE) merupakan kemampuan perusahaan dalam

menyediakan laba bagi pemegang saham atas modal yang telah ditanam oleh investor.

Hasil perhitungan di atas menunjukkan ROE pada tahun 2007-2008 selalu mengalami perubahan. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

(10)

Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Salah satu cara untuk mengetahui data

berdistribusi normal atau tidak adalah dengan melihat grafik dibawah ini. Bila titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis, berarti model regresi telah memenuhi asumsi normalitas, sebaliknya jika titik-titik menjauhi garis diagonal maka model regresi belum memenuhi asumsi normalitas. Gambar 1

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa titik-titik mendekati garis

diagonal, berarti gambar diatas telah memenuhi asumsi normalitas serta dapat

disebut juga data tersebut berdistribusi normal. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala

heteroskedastisitas. Gambar 2

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa titik-titik tersebut menyebar, maka gambar diatas telah memenuhi asumsi uji heterokedastisitas yaitu tidak ada kejala heterokedastisitas.

Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas.

Tabel 4 Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) PER .826 1.211 EPS .607 1.647 ROE .530 1.885

(11)

a. Dependent Variable: HARGA SAHAM

Dari hasil diatas dapat diketahui nilai Variance Inflation Factor (FIV)

kedua variabel, yaitu PER sebesar 1,211, EPS sebesar 1,647 dan ROE sebesar 1,885 lebih kecil dari 5, sehingga dapat disimpulkan bahwa antar variabel independen tidak terjadi persoalan multikolinearitas.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin- Watson (uji DW). Tabel 5 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .797a .635 .608 .85712 1.493

a. Predictors: (Constant), ROE, PER, EPS Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .797a .635 .608 .85712 1.493

a. Predictors: (Constant), ROE, PER, EPS b. Dependent Variable: HRG SHM

Dari hasil output di atas didapat nilai DW yang dihasilkan dari model

regresi adalah 1,493 mendekati angka 2 dengan signifikansi 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa data pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi.

Analisis Regresi Linier Berganda Persamaan regresinya sebagai berikut :

Y = 6,264 + 0,09958X1 + 0,001X2 + 0,044X3

(12)

Keterangan : Y = harga saham a = konstanta X1 = PER X2 = EPS X3 = ROE

• Konstanta sebesar 6,264 artinya jika PER (X1), EPS (X2) dan ROE (X3) nilainya adalah 0, maka harga saham (Y) nilainya adalah Rp 6,264.

• Koefisien regresi variabel PER (X1) sebesar 0,09958 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan PER mengalami kenaikan 1%, maka harga saham (Y) akan mengalami kenaikan sebesar Rp 0,09958. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan yang positif antara PER dengan harga saham, semakin naik PER semakin meningkat harga saham. • Koefisien regresi variabel EPS (X2) sebesar 0,001 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan EPS mengalami kenaikan 1%, maka harga saham (Y) akan mengalami peningkatan sebesar Rp 0,001. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara EPS

dengan harga saham, semakin naik EPS maka semakin meningkat harga saham. • Koefisien regresi variabel ROE (X3) sebesar 0,044 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan ROE mengalami kenaikan 1%, maka harga saham (Y) akan mengalami peningkatan sebesar Rp 0,044. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara ROE dengan harga saham, semakin naik ROE maka semakin meningkat harga saham.

a. Analisis Korelasi Ganda (R) R = 0,797

N = 44

Dari tabel output yang tertera pada lampiran dapat diketahui bahwa dari 44 data yang digunakan didapat nilai korelasi (R) sebesar 0,797 menujukkan nilai korelasi semakin mendekati 1 berarti hubungan yang kuat antara PER, EPS dan ROE terhadap harga saham.

b. Analisis Determinasi (R2 )

R Square = 0,635

Adjusted R Square = 0,608

Std. Error of The Estimate = 0,85712

Berdasarkan output tabel SPSS Statistik 17.0 yang terdapat pada lampiran diperoleh angka R2

(R Square) sebesar 0,635 atau 63,5%. Hal ini menunjukkan

bahwa persentase pengaruh variabel independen (PER, EPS dan ROE) terhadap variabel dependen (harga saham) sebesar 63,5%. Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model (PER, EPS dan ROE) mampu menjelaskan sebesar 63,5% variasi dependen (harga saham). Sedangkan sisanya sebesar 36,5% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

Standarrd Error of The Estimate (SEE) adalah suatu ukuran banyaknya

(13)

nilai 0,85712 atau Rp 0,85712 (satuan harga saham), hal ini berarti banyaknya kesalahan dalam prediksi harga saham sebesar 0,85712.

c. Uji Koefisien regresi Secara Bersama-sama (Uji F) Signifikansi α = 0,05 Tingkat keyakinan = 95% df 1 = 3 df2 = n-k-1 = 44-3-1 = 40 F hitung = 23,206 F tabel = 2,839 Hipotesis :

Ho :Tidak ada pengaruh secara signifikan antara PER, EPS dan ROE secara bersama-sama terhadap harga saham

Ha :Ada pengaruh secara signifikan antara PER, EPS dan ROE secara bersama-sama terhadap harga saham.

Ho diterima bila F hitung < F tabel Ho ditolak bila F hitung > F tabel Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak F tabel= 2,839 F tabel= 2,839

Nilai F hitung > F table, 23,206 > 2,839, maka Ho ditolak artinya ada

pengaruh secara signifikan antara Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS) dan Reaturn On Equity (ROE) secara bersama-sama terhadap harga saham. Jadi PER, EPS dan ROE secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan LQ45.

d. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) 1. Pengujian Koefisien Regresi Variabel PER Signifikansi α = 0,05 T hitung = 0,032 α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) df = n-k-1 = 44-3-1 = 40 t table = 2,021

Hipotesis : Ho : Secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara PER dengan harga saham.

Ha : Secara parsial ada pengaruh signifikan antara PER dengan harga saham. Ho diterima jika –t tabel > t hitung > t tabel

Ho ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak t tabel = -2,021 t tabel = 2,021

(14)

Nilai t hitung < t tabel, 0,032 < 2,021 maka Ho diterima, artinya secara

parsial tidak ada pengaruh signifikan antara PER dengan harga saham. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara parsial PER tidak ada pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan LQ45. Karena PER menunjukkan berapa banyak uang yang harus dibayar oleh investor untuk memperoleh laba berjalan serta dapat mengetahui tingkat harga saham secara umum. Semakin tinggi PER maka semakin besar kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan.

2. Pengujian Koefisien Regresi Variabel EPS Signifikansi α = 0,05 T hitung = 1,939 α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) df = n-k-1 = 44-3-1 = 40 t table = 2,021 Hipotesis :

Ho : Secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara EPS dengan harga saham.

Ha : Secara parsial ada pengaruh signifikan antara EPS dengan harga saham.

Ho diterima jika –t tabel > t hitung > t tabel Ho ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak t tabel = -2,021 t tabel = 2,021

Nilai t hitung < t tabel, 1,939 < 2,021 maka Ho diterima, artinya secara

parsial tidak ada pengaruh signifikan antara EPS dengan harga saham. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara parsial EPS tidak ada pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan LQ45. Maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukan.

3. Pengujian Koefisien Regresi Variabel ROE Signifikansi α = 0,05 T hitung = 4,786 α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) df = n-k-1 = 44-3-1 = 40 t table = 2,021 Hipotesis :

Ho : Secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara ROE dengan harga saham.

Ha : Secara parsial ada pengaruh signifikan antara ROE dengan harga saham. Ho diterima jika –t tabel > t hitung > t tabel

Ho ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

Ho diterima

(15)

Ho ditolak Ho ditolak

t tabel= 1,989 t tabel= 1,989

Nilai t hitung > t tabel, 4,786 > 2,021 maka Ho ditolak, artinya secara parsial ada pengaruh signifikan antara ROE dengan harga saham. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara parsial ROE ada pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan LQ45. Maka kemampuan perusahaan dalam menyediakan laba bagi pemegang saham atas modal yang telah ditanam oleh investor memengaruhi harga saham perusahaan. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi para pemegang saham. Sehingga semakin besar ROE semakin besar pula harga saham karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut dan hal itu menyebabkan harga pasar saham cenderung meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, Ibrahim Abdullah. 1999. Dictionary Accounting. Jakarta : Maria Grafika. Baridwan, Zaki. 1995. Intermediate Accounting. Yogyakarta : BPFE.

Eugene F. Brigham. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta : Erlangga. Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga

H. Dominic. T. 2008. Berinvestasi di Bursa Saham. Jakarta : PT. Gramedia.

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi ketiga. Yogyakarta : YKPN

J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham. 1997. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 9. Jakarta : Erlangga.

J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland. 1999. Manajemen Keuangan. Edisi 8. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Mambuh, H. Hanafi dan Abdul, Halim. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : YKPN.

Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta : Mediakom.

Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 3. Yogyakarta : BPFE.

Sudarmanto, R. Gunawan. 2005. Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Referensi

Dokumen terkait

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN

Sesuai dengan kalender gerejawi, kita telah memasuki minggu-minggu passion bagian yang pertama, yaitu untuk mengarahkan pandang kita pada karya dan pengorbanan Tuhan Yesus

Pelemahan terlihat dari rendahnya penyaluran Kredit UMKM di Provinsi DKI Jakarta yang tercatat hanya tumbuh sebesar 1,39% atau sebesar Rp114,62 triliun, pertumbuhan

Apabila dibandingkan dengan ukuran matang gonad tuna mata besar adalah 100 cm, maka sebanyak 69,21% (4104 ekor) tuna mata besar telah layak tangkap yang diperoleh pada

Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang

Untuk mengetahui bauran promosi yang meliputi periklanan, promosi penjualan, penjualan pribadi, pemasaran langsung, dan publisitas secara simultan berpengaruh signifikan

Penulis skripsi dengan judul “Optimasi dan Validasi Metode Analisis Timbal (Pb) Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom dan Aplikasinya dalam Penetapan Kadar Timbal (Pb)

Berdasarkan hasil yang diperoleh terhadap pelaksanaan siklus II, terjadi peningkatan kemampuan guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, kemampuan guru dalam