• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pemantauan Daerah Kerja_Prak.pkr_Winahyu Saputri_011500430

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Pemantauan Daerah Kerja_Prak.pkr_Winahyu Saputri_011500430"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM PKR 

LAPORAN PRAKTIKUM PKR 

PEMANTAUAN RADIASI DAERAH KERJA

PEMANTAUAN RADIASI DAERAH KERJA

DAN LINGKUNGAN DI STTN

DAN LINGKUNGAN DI STTN

””

Disusun Oleh: Disusun Oleh:

 Nama

 Nama

: Winahyu Saputri

: Winahyu Saputri

 NIM

 NIM

: 011500430

: 011500430

Prodi

Prodi

:

: Teknokimia

Teknokimia Nuklir

Nuklir

Semester

Semester

:

: IV

IV

Asisten

Asisten

:

: Puji

Puji Astuti,

Astuti, S.ST

S.ST

Kelompok

Kelompok

:

: H

H

Tanggal

Tanggal Praktikum

Praktikum

:

: 23

23 Maret

Maret 2017

2017

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2017

2017

(2)

PEMANTAUAN RADIASI DAERAH KERJA

DAN LINGKUNGAN DI STTN

A. TUJUAN

1. Mahasiswa dapatkan menghitung tingkat paparan atau dosis radiasi pada daerah atau ruangan kerja dan lingkungan kerja.

2. Mahasiswa dapat mengevaluasi data tersebut serta membandingkan terhadap nilai batas dosis

B. DASAR TEORI

Pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi paparan radiasi yang dipancarkan dari semua aktivitas laboratorium aktif, laboratorium X-Ray, laboratorium radiografi dan lingkungan di STTN. Aktivitas yang ada di laboratorium dan keberadaan tempat penampungan limbah radiasi sementara akan menimbulkan radiasi terhadap daerah kerja dan lingkungan STTN.

Sesuai dengan Peraturan Kepala (Perka) BAPETEN No. 4 Tahun 2013, diperoleh informasi mengenai  pembagian daerah kerja.

1. Daerah pengendalian

Daerah Pengendalian adalah suatu daerah kerja yang memerlukan tindakan proteksi dan ketentuan keselamatan khusus untuk mengendalikan paparan normal atau mencegah penyebaran kontaminasi selama kondisi kerja normal dan untuk mencegah atau membatasi tingkat paparan  potensial.

Kriteria daerah pengendalian sesuai dengan ketentuan Perka BAPETEN No. 4 Tahun 2013 adalah  pekerja yang berpotensi menerima paparan radiasi melebihi 3/10 NBD pekerja radiasi (dosis efektif 6

mSv/tahun, dosis ekivalen lensa mata 6 mSv/tahun, dan dosis ekivalen untuk tangan, kaki dan kulit 150 mSv/tahun) dan/atau yang berpotensi kontaminasi.

Tindakan proteksi dan keselamatan radiasi yang diperlukan untuk bekerja di daerah pengendalian meliputi:

a. Menandai dan membatasi daerah pengendalian yang ditetapkan dengan tanda fisik yang jelas atau tanda lainnya;

(3)

 b. Memasang atau menempatkan tanda peringatan atau petunjuk pada titik akses dan lokasi lain yang dianggap perlu di dalam daerah pengendalian;

c. Memastikan akses ke daerah pengendalian: 1) Hanya untuk pekerja radiasi; dan

2)  pengunjung yang masuk ke daerah pengendalian didampingi oleh petugas proteksi radiasi;

d. Menyediakan peralatan pemantauan dan peralatan protektif radiasi; dan/atau

e. Untuk penggunaan sumber terbuka, harus tersedia sarana pada pintu keluar daerah  pengendalian, yang meliputi:

1)  peralatan pemantauan kontaminasi kulit, dan pakaian;

2)  peralatan pemantau kontaminasi terhadap benda atau zat yang dipindahkan dari daerah pengendalian;

3) fasilitas mencuci dan mandi untuk dekontaminasi; dan/atau

4) tempat penyimpanan untuk peralatan dan peralatan protektif radiasi yang terkontaminasi;

5) Pekerja yang bekerja di daerah pengendalian minimal berusia 18 tahun. Khusus untuk mahasiswa magang yang berusia 16 –   17 tahun harus sudah dibekali dengan  pelatihan keselamatan radiasi.

f. Sumber radiasi yang mengandung zat radioaktif harus diberi tanda. Tanda tersebut diharapkan dapat menunjukkan informasi penting dan tanda bahaya, seperti jenis radionuklida, aktivitas, laju dosis, bahaya kontaminasi, dll.

g. Harus diberi tanda bahasa radiasi pada ruang radiasi. Pada penggunaan radiasi untuk medik, tanda seperti “ruang pemeriksaan sinar -X”, “ruang rontgen”, ”ruang CT Scan”, “ruang sinar  -X”atau “ruang radioterapi” ditambah dengan tanda bahaya radiasi sudah dianggap cukup menandai sebagai daerah pengendalian.

h. Harus diberi tanda peringatan, lampu alarm, dan sinyal akustik yang menandakan secara jelas sumber radiasi yang digunakan.

i. Akses bagi personil yang tidak berkepentingan atau yang tidak sah harus dicegah oleh manajemen, sehingga harus diberi interlok atau akses control.

 j. Personil yang bekerja di daerah pengendalian harus disediakan instruksi keselamatan kerja dan keselamatan radiasi secara tertulis sesuai dengan jenis pekerjaannya, termasuk instruksi untuk tindakan segera jika ada keadaan abnormal. Daerah pengendalian, harus selalu di kendalikan secara teratur sesuai dengan prosedur yang ada.

(4)

k. Personil yang bekerja di daerah pengendalian harus menggunakan peralatan pelindung diri dan baju pelindung yang sesuai untuk pekerjaannya.

l. Personil yang bekerja di daerah pengendalian harus menggunakan peralatan pemantauan dosis personal yang dilengkapi dengan alarm. Sehingga jika ada keadaan abnormal dan menyebabkan paparan radiasi besar dapat terdeteksi secara langsung dengan alarm.

m. Jika yang digunakan adalah zat radioaktif dengan potensi kontaminasi, maka diperlukan  pengukuran yang tepat untuk mencegah kontaminasi, pengaturan terhadap peralatan dan  benda yang terkontaminasi, dan prosedur dekontaminasi. o. Dilakukan pemantauan paparan

radiasi secara rutin untuk personil yang bekerja di daerah pengendalian.

Jika ada orang (pengunjung) yang harus masuk ke dalam daerah pengendalian dan bukan merupakan personil yang terlatih dan yang berkerja di daerah itu, maka berlaku ketentuan sebagai berikut:

a) Kunjungan ke daerah pengendalian harus dengan alasan suatu hal yang penting untuk dilakukan.

 b) Kunjungan ke daerah pengendalian harus didampingi oleh personil yang terlatih c) Para pengunjung harus dibekali bimbingan dan instruksi yang tepat sebelum

masuk daerah pengendalian.

d) Paparan radiasi untuk pengunjung harus dimonitor dengan tepat, misalnya menggunakan dosimeter personil yang dapat dibaca langsung setelah digunakan. e) Dosis yang diterima oleh pengunjung harus di rekam oleh petugas proteksi

radiasi untuk dimonitor secara reguler. 2. Daerah supervisi

Daerah supervisi adalah daerah kerja di luar daerah pengendalian yang memerlukan peninjauan terhadap paparan kerja dan tidak memerlukan tindakan proteksi atau ketentuan keselamatan khusus.

Kriteria daerah supervisi adalah daerah dimana pekerja berpotensi menerima paparan radiasi melebihi 1 mSv/tahun dan kurang dari 3/10 NBD pekerja radiasi (dosis efektif 6 mSv/tahun, dosis ekivalen lensa mata 6 mSv/tahun, dan dosis ekivalen untuk tangan, kaki dan kulit 150 mSv/tahun) dan  bebas kontaminasi.

Tindakan proteksi dan keselamatan radiasi yang diperlukan untuk bekerja di daerah supervisi meliputi harus menandai dan membatasi daerah supervisi yang ditetapkan dengan tanda yang jelas; dan memasang tanda di titik akses masuk daerah supervisi.

(5)

Pembagian daerah kerja sangat tergantung dari jenis penggunaannya, ada yang harus memiliki daerah pengendalian dan supervisi sekaligus, ada juga yang hanya butuh daerah pengendalian atau daerah supervisi saja.

Pembagian daerah kerja juga dapat dibuat hanya sementara selama atau saat ada prosedur tindakan tertentu.

Tindakan proteksi dan keselamatan radiasi yang diperlukan harus dalam proporsi yang benar sesuai dengan potensi risiko pemanfaatan yang dilakukan.

Persyaratan minimum untuk daerah supervisi:

a) Dilakukan pemantauan paparan radiasi secara rutin atau sewaktu-waktu.

 b) Dilakukan pengukuran kontaminasi secara teratur jika menggunakan sumber terbuka. c) Harus dilengkapi dengan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa daerah tersebut

merupakan daerah supervisi.

d) Personil yang berkerja di daerah supervisi harus disediakan instruksi kerja mengenai  penggunaan sumber radiasi dan yang terkait dengan risikonya.

e) Harus diberi denah deliniasi dan upaya proteksi yang memadai serta adanya kepastian  pemeriksaan dan pengukuran rutin.

Selain tersebut di atas, daerah kerja yang terdiri dari daerah pengawasan dan supervisi, juga ada  pembagian daerah lainnya yaitu daerah untuk anggota masyarakat (uncontrolled area). Daerah untuk

anggota masyarakat adalah daerah yang didedikasikan untuk masyarakat di lingkungan rumah sakit atau klinik dan lingkungan sekitar seperti pasien, pengunjung, personil yang bekerja tidak rutin dengan atau disekitar sumber radiasi. Daerah disekitar sumber radiasi yang tidak menjadi bagian dari fasilitas pesawat sinar-X juga termasuk daerah untuk anggota masyarakat (uncontrolled area).

Ilustrasi penentuan daerah kerja untuk rumah sakit atau klinik :

1. radiologi diagnostic

daerah pengendalian: ruang radiasi atau ruangan yang ada pesawat sinar-X diagnostik.

daerah supervisi: ruang tunggu pasien, ruang kontrol yang menjadi satu dengan ruang radiasi dengan bagian atas atau samping terbuka.

Jika ruang kontrol terpisah dengan ruang radiasi, maka tidak termasuk daerah supervisi tetapi dapat dimasukkan ke dalam daerah anggota masyarakat (uncontrolled area).

(6)

Untuk pesawat sinar-X fluoroskopi dan CT Scan : ruang radiasi adalah termasuk daerah  pengendalian, termasuk ruang kontrol yang menjadi satu dengan ruang radiasi dengan bagian atas atau samping terbuka. Ruang control yang terpisah dengan ruang radiasi dapat diberlakukan sebagai daerah supervisi.

Pesawat sinar-X mobile dan gigi, daerah pengendalian berlaku selama penyinaran yaitu disekitar pasien yang disinar, yang diperkirakan terpapar radiasi primer dan radiasi hambur dari pasien.

2. Radioterapi

Pada fasilitas radioterapi, ruang penyinaran termasuk daerah pengendalian, dan ruang yang bersebelahan langsung dengan ruang penyinaran yang membutuhkan proteksi khusus. Ruang control merupakan daerah supervisi.

Pada penggunaan Linac, ruang linac merupakan daerah pengendalian. Ruang control dan ruang yang bersebelahan disekitar ruang linac dikelompokkan ke dalam daerah supervisi.

3. Kedokteran nuklir

Ruang yang digunakan untuk mengisolasi pasien yang telah disuntikkan radionuklida dimasukkan ke dalam daerah pengendalian.

4. Laboratorium radionuklida

Laboratorium tipe A dan B serta tempat penyimpanan radionuklida dan limbah radioaktif dikelompokkan ke dalam daerah pengendalian. Laboratorium tipe C yang mempunyai risiko kontaminasi tinggi termasuk daerah pengendalian, tetapi jika tidak masuk ke daerah supervisi.

Deskripsi pembagian daerah kerja harus dibuat oleh calon pemegang izin sebagai kelengkapan yang tidak terpisahkan dalam dokumen program proteksi dan keselamatan radiasi yang harus disampaikan ke BAPETEN dalam rangka pengajuan izin penggunaan.

Pemantauan daerah kerja menggunakan alat ion chamber Survey meter. Sumber-sumber radiasi yang diperkirakan dapat meningkatkan paparan maupun dosis radiasi pada daerah kerja adalah contoh batu-batuan yang mengandung uranium yang digunakan untuk pameran dan penelitian serta sumber-sumber yang digunakan untuk kalibrasi alat-alat yang terdapat pada laboratorium aktif, laboratorium X-Ray, laboratorium Radiogradi. Sedangkan yang terletak di luar ruangan kerja adalah tempat penyimpanan limbah dan gudang penyimpanan zat radioaktif. Sesuai dengan

(7)

Surat Keputusan Dirjen. BATAN No: P.N. 03/160/DJ/1989 tentang keselamatan kerja terhadap radiasi, perlu dilakukan pemantauan paparan radiasi di daerah kerja dan lingkungan instalasi nuklir. Tujuan pemantauan paparan radiasi daerah kerja dan lingkungan adalah :

1. Mendapatkan data tingkat paparan atau dosis radiasi pada daerah atau ruangan kerja dan lingkungan kerja.

2. Mengevaluasi data tersebut serta membandingkan terhadap nilai batas dosis yang diijinkan, sehingga dapat ditentukan daerah ainan untuk para pekerja, dosen, karyawan maupun mahasiswa dan yang tidak aman atau yang harus mendapat perhatian untuk ditindaklanjuti.

Menurut teori unsur radioaktif lingkungan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu unsur radioaktif alam dan unsur radioaktif buatan. Unsur radioaktif alam adalah unsur radioaktif yang sudah ada di alam sejak bumi ini terbentuk. Unsur radioaktif alam terbentuk dalam deret radioaktif seperti deret uranium, thorium dan aktinium. Sedang unsur-unsur yang lain adalah C-14, K-40. Unsur radioaktif buatan adalah hasil reaksi fisi dan fusi nuklir serta hasil aktivasi. Paparan radiasi pada daerah kerja dan lingkungan PPBGN tersebut berasal dari unsur radioaktif pemancar alpha  berumur panjang (U-238, Th-230, Ra-226). Unsur radioaktif pemancar alpha berumur pendek

(radon, thoron) dan paparan radiasi beta ( Th-234, Pa-234) serta gamma (Pb-214, Bi-214) sebagai hasil peluruhan dari deret-deret radioaktif tersebut di atas.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat :

Surveymeter Pendosimeter

(8)

-D. LANGKAH KERJA

1. Disiapkan surveymeter untuk pengukuran daerah kerja dan lingkungan serta dilakukan  pengecekan pada surveymeter (sertifikat kalibrasi, kondisi baterai, kondisi alat). Lebih baik

lagi jika juga menggunakan monitor kontaminasi, TLD, Gamma Area Monitor dsb.

2. Disiapkan pendosimeter untuk personal dan dilakukan pengecekan pada pendosimetri (sertifikat kalibrasi, kondisi jarum di nol kan )

3. Dipersiapkan APD lengkap dan jika perlu gunakan pelindung/shielding untuk pencegahan. 4. Ditentukan zona-zona yang akan dilakukan pengukuran.

5. Laju paparan atau laju dosis zona tersebut diukur menggunakan surveymeter dari skala yang terbesar. Jika belum terbaca baru mulai dikecilkan skala surveymeter tersebut.

6. Dilakukan pengulangan 5 kali pada satu zona tersebut. 7. Data yang diperoleh dicatat.

8. Diulangi langkah 5-7 di zona-zona berikutnya hingga zona yang dianggap sebagai zona  background.

E. DATA PENGAMATAN

(9)

KETERANGAN :

Titik zona pemantauan Jendela

Pintu

Pintu gudang

Tabung sinar X Sumber radiasi

Zona laju dosis (µSv/Jam) faktor kalibrasi

A 12 10 10 16 20 0.1 B 4 5 5 3 3 0.1 C 4 3 3 4 4 0.1 D 3 4 6 5 4 0.1 E 6 4 5 5 4 0.1 F 5 6 7 6 4 0.1 G 5 4 5 5 4 0.1 H 3 4 5 6 4 0.1 I 5 4 3 4 5 0.1 J 3 2 5 4 4 0.1 K 3 2 5 4 3 0.1 L 4 5 4 4 5 0.1 M 5 4 5 4 3 0.1  N 3 4 4 4 3 1.01 O 4 3 4 3 3 0.1 P 2 3 4 5 5 0.1 Q 5 4 6 5 7 0.1 Background 2 1 1 2 2 0.1

(10)

F. PERHITUNGAN

Area Laju dosis (µSv/jam) faktor kalibrasi Rata-rata (µSv/jam) laju dosis sesungguhnya (dikurangi  background) (µSv/jam) A 12 10 10 16 20 0.1 1.36 1.2 B 4 5 5 3 3 0.1 0.4 0.24 C 4 3 3 4 4 0.1 0.36 0.2 D 3 4 6 5 4 0.1 0.44 0.28 E 6 4 5 5 4 0.1 0.48 0.32 F 5 6 7 6 4 0.1 0.56 0.4 G 5 4 5 5 4 0.1 0.46 0.3 H 3 4 5 6 4 0.1 0.44 0.28 I 5 4 3 4 5 0.1 0.42 0.26 J 3 2 5 4 4 0.1 0.36 0.2 K 3 2 5 4 3 0.1 0.34 0.18 L 4 5 4 4 5 0.1 0.44 0.28 M 5 4 5 4 3 0.1 0.42 0.26  N 3 4 4 4 3 1.01 3.636 3.476 O 4 3 4 3 3 0.1 0.34 0.18 P 2 3 4 5 5 0.1 0.38 0.22 Q 5 4 6 5 7 0.1 0.54 0.38 Background 2 1 1 2 2 0.1 0.16 0

Kriteria daerah pengendalian sesuai dengan ketentuan Perka BAPETEN No. 4 Tahun 2013 adalah  pekerja yang berpotensi menerima paparan radiasi melebihi 3/10 NBD (NBD = 20 mSv/jam)  pekerja radiasi (dosis efektif 6 mSv/tahun, dosis ekivalen lensa mata 6 mSv/tahun, dan dosis ekivalen untuk tangan, kaki dan kulit 150 mSv/tahun) dan/atau yang berpotensi kontaminasi.. Sehingga :                          

(11)

Sedangkan untuk masyarakat NBD berdasarkan perka BAPETEN No. 4 tahun 2009 adalah 1 mSv/jam. Sehingga :                          G. PEMBAHASAN

Lingkup kegiatan pengendalian daerah kerja radiasi adalah, memberikan instruksi teknis dan adminstrasi kepada pekerja radiasi, mengambil tindakan untuk menjamin agar tingkat penyinaran radioaktif serendah mungkin, mencegah zat radioaktif jatuh ke tangan orang lain yang tidak berhak, melakukan pengelolahan limbah radioaktif, dan lain-lain.

Lingkup kegiatan pengendalian daerah kerja radiasi yang dilakukan di STTN khususnya di sekitar lab aktif adalah melakukan pemantauan radiasi, agar penerimaan dosis radiasi pekerja radiasi, dosen maupun mahasiswa yang melakukan kegiatan di dalam laboratorium aktif terhindar dari penerimaan dosis radiasi yang berlebih. Membuat pemetaan radiasi (mapping radiasi) dengan pemantauan radiasi di sekitaran lab aktif, serta lebih baiknya jika melakukan pengendalian dengan pemberian batasan radiasi (berpedoman pada peraturan perundangundangan) dengan pemasangan pagar kuning.

Dari hasil pemanatauan yang dilakukan, dapat dilihat bahwa laju dosis daerah kerja dan lingkungan STTN khususnya di area lab aktif adalah sekitar 0.18 µSv/jam hingga 3.476 µSv/jam. Peralatan yang digunakan untuk mengukur laju paparan pada pemantauan adalah surveymeter. Dari  perhitungan diperoleh laju dosis untuk mahasiwa, dosen, maupun pekerja radiasi adalah sebesar

 

  . Untuk area O (depan gudang lab radiologi) dan K (area di dalam lab aktif) laju dosis yang

terbaca paling kecil diantara seluruh pengukuran di area lainnya yaitu sebesar 0.18 

 . Sedangkan

untuk area lain seperti area A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,P dan Q laju dosis yang terukur berada dikisaran 0.2 

sampai 1.2 

  . Laju dosis ini masih dibawah batasan dari laju dosis yang

diijinkan untuk pekerja yaitu  

. Sedangkan jika dibandingkan dengan laju dosis untuk

masyarakat, nilai laju dosis di lingkungan A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,O,P dan Q melebihi nilai laju dosis yang diizinkan untuk masyarakat yaitu sebesar 0.15 

. Sehingga lingkungan ini baik untuk

 pekerja radiasi namun tidak baik atau tidak seharusnya dilalui oleh masyarakat. Biasanya untuk memberikan himbauan kepada masyarakat agar tidak melalui jalur ini dengan memberikan tanda  bahaya radiasi atau pemasangan pagar kuning.

(12)

Sedangkan untuk area N yaitu bagian dalam lab aktif, pengukuran laju dosis yang diperoleh sebesar 3.476 µSv/jam. Laju dosis yang terukur di area N merupakan laju dosis yang paling tinggi dari area-area lainnya. Dalan area N yaitu di dalam lab aktif terdapat sumber yang memiliki paparan yang cukup tinggi sehingga saat pembacaan nilai laju dosis yang terbaca cukup tinggi. Nilai laju dosis ini melebihi nilai laju dosis untuk pekerja radiasi yaitu 3 µSv/jam. Jika dibandingkan dengan laju dosis untuk masyarakat yang hanya 0.15 µSv/jam maka nilai laju dosis pada area N juga melebihi nilai batas laju dosis masyarakat. Khusus untuk masyarakat akan dihimbau untuk tidak melewati atau memasuki area tersebut dengan memberikan tanda bahaya radiasi atau pemasangan pagar kuning..  Namun untuk pekerja radiasi dapat melakukan penangan pada area tersebut bisa dilakukan

dekontaminasi, tindakan proteksi radiasi, penanggulanan mengunakan timbal maupun pensterilan area.

H. KESIMPULAN

1. Area yang memiliki laju dosis paling kecil adalah area O (depan gudang lab radiologi) dan K (area di dalam lab aktif) yaitu sebesar 0.18 µSv/jam.

2. Area yang memiliki laju dosis paling tinggi adalah area N (bagian dalam lab aktif) yaitu sebesar 3.476 µSv/jam yang terdapat sumber radioaktif.

3. Area A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,O,P dan Q laju dosis yang terukur dibawah dari nilai batas laju dosis pekerja radiasi yang diizinkan yaitu 3 µSv/jam

4. Area A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P dan Q laju dosis yang terukur melebihi dari nilai  batas laju dosis radiasi masyarakat yang diizinkan yaitu 0.15 µSv/jam.

5. Area N laju dosis yang terukur melebihi nilai batas laju dosis pekerja radiasi yang diizinkan yaitu 3 µSv/jam.

6. Penangan pada area yang melebihi nilai batas laju dosis bisa dilakukan dekontaminasi, tindakan proteksi radiasi, penanggulanan mengunakan timbal maupun pensterilan area.

I. DAFTAR PUSTAKA

Achmad Sorot Soediro dan Bambang Purwanto. 1996. “PEMANTAUAN RADIASI DAERAH KERJA

DAN LINGKUNGAN DI PPBGN”.BATAN : Banten

Anthony Simanjuntak.2007. “EVALUASI LEGALISASI KEGIATAN PENGENDALIAN DAERAH KERJA RADIASI DI LINGKUNGAN RSG-GAS”. BATAN: Banten

L. Kwin Pudjiastuti, M.Cecep CH, M. Romli, Adi Wijayanto, Arie Budianti, Mahmudin. 2012.

“PENGEMBANGAN PENGENDALIAN PROTEKSI RADIASI DAERAH KERJA, PERSONIL DAN

(13)

Yogyakarta, 31 Maret 2017

Pembimbing, Praktikan,

(14)

LAMPIRAN ZONA GAMBAR A B C D & E

(15)

F

G

H

(16)

J

K

L

(17)

 N

O

P

Referensi

Dokumen terkait

Tekanan kompaksi yang kurang menghasilkan kontak antar serbuk alumunium yang tidak maksimal dan tidak dapat memecah lapisan oksida yang terbentuk pada serbuk,

Tulisan ini akan membahas bagaimana melakukan evaluasi kelayakan investasi proyek TI menggunakan metode information economics dengan melakukan evaluasi dari sisi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen – komponen pembentuk yang perlu dipertimbangkan dalam pengendalian biaya makanan dan merumuskan pengendalian biaya

3,4 dan 5 Layanan pembelajaran Layanan informasi Layanan konseling perorangan Layanan konseling kelompok Layanan bimbingan Kelompok Himpunan data Konfrensi kasus Alihtangan

Jika pola erupsi insisif rahang atas asimetrik, persistensi gigi insisif sulung rahang atas, rotasi insisif sentral atau erupsi ektopik insisif permanen maksila ditemukan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) kecerdasan kinestetik dalam menata tari yang diberi penilaian kinerja proses, lebih tinggi daripada yang diberi penilaian kinerja

Litofasies Frb ditemukan secara setempat hampir disemua sampel intibor dari sumur Nu-2, Nu-3 dan Nu-4, berupa batulanau berwarna abu-abu gelap, kompak-getas di beberapa

Pada saat kita melakukan analisis data terhadap suatu model dengan AMOS, terkadang diperoleh nilai p-valunya terlalu kecil (<5%) atau nilai error (RMSEA) yang