1 1 1.1
1.1 Latar BelakangLatar Belakang
Menurut data badan
Menurut data badan World Health Organization (WHO)World Health Organization (WHO) angka kejadian angka kejadian hemoroid
hemoroid terjadi di seluruh negara, dengan presentasi 54% mengalamiterjadi di seluruh negara, dengan presentasi 54% mengalami gangguan
gangguan hemoroid.hemoroid. National National Center Center for for Health Health StatisticStatistic melaporkan bahwamelaporkan bahwa terdapat 10 juta orang di Amerika Serikat mengeluhkan
terdapat 10 juta orang di Amerika Serikat mengeluhkan hemoroid hemoroid . Prevelensi. Prevelensi hemoroid
hemoroid yang dilaporkan di Amerika Serikat adalah 4,4% dengan puncak yang dilaporkan di Amerika Serikat adalah 4,4% dengan puncak kejadian pada usia antara 45 - 65 tahun. Penyakit
kejadian pada usia antara 45 - 65 tahun. Penyakit hemoroid hemoroid jarang terjadi pada jarang terjadi pada usia dibawah 20 tahun. Prevalensi meningkat pada ras Kaukasian dan individu usia dibawah 20 tahun. Prevalensi meningkat pada ras Kaukasian dan individu dengan status ekonomi tinggi (person, 2007). Bersumber dari Riset Kesehatan dengan status ekonomi tinggi (person, 2007). Bersumber dari Riset Kesehatan Dasar (2007), data sekitar 12,5 juta jiwa penduduk Indonesia mengalami Dasar (2007), data sekitar 12,5 juta jiwa penduduk Indonesia mengalami hemoroid.
hemoroid. Menurut Departemen Kesehatan (2008), prevalensi Menurut Departemen Kesehatan (2008), prevalensi hemoroid hemoroid didi Indonesia adalah 5,7% namun hanya 1,5% saja yang terdiagnosa. Riset Indonesia adalah 5,7% namun hanya 1,5% saja yang terdiagnosa. Riset Kesehatan Dasar (2013), tentang gangguan sensori dan emosional pada Kesehatan Dasar (2013), tentang gangguan sensori dan emosional pada penderita
penderita hemoroid hemoroid , diperoleh data bahwa terjadinya penurunan prevelansi, diperoleh data bahwa terjadinya penurunan prevelansi gangguan sensori dan emosional dari
gangguan sensori dan emosional dari 11,6% (2007) menjadi 6% (2013).11,6% (2007) menjadi 6% (2013). Menurut Haryono (2012),
Menurut Haryono (2012), hemoroid hemoroid adalah pembengkakan jaringan adalah pembengkakan jaringan yang mengandung pembuluh balik (vena) dan terletak di dinding rektum dan yang mengandung pembuluh balik (vena) dan terletak di dinding rektum dan anus.
anus. Dan Dan menurut menurut Kristianasari & Kristianasari & Jitowiyono Jitowiyono (2012),(2012), hemoroid hemoroid adalah adalah pelebaran
pelebaran dan dan infalamasi infalamasi pembuluh pembuluh darah darah vena vena di di daerah daerah anus anus berasal berasal daridari plexus hemoroidalis
Tanda dan gejala dari hemoroid yaitu terjadi benjolan - benjolan disekitar dubur setiap kali buang air besar, rasa sakit atau perih, rasa sakit yang timbul karena prolaps hemoroid (benjolan tidak dapat kembali) dari anus terjepit karena adanya trombus, pedarahan segar disekitar anus di karenakan adanya ruptur varises, perasaan tidak nyaman (duduk terlalu lama dan berjalan tidak kuat lama), keluar lendir yang menyebabkan perasaan isi rektum belum keluar semua (Haryono, 2012). Sedangkan menurut Ratu & Adwan (2013), tanda dan gejala hemoroid adalah timbul rasa panas atau gatal di poros usus bagian bawah yang diakibatkan karena infeksi bakteri dan virus, muncul tonjolan atau benjolan di sekeliling liang dubur, sulit buang air besar, merasa ada tonjolan ketika buang air besar, merasakan sakit yang luar biasa saat buang air besar, kadang terjadi perdarahan saat buang air besar pada dubur
(warna merah muda, menetes atau mengalir lewat lubang dubur).
Menurut Probosuseno (2009), menjelaskan bahwa semua orang dapat terkena wasir (hemoroid) namun yang paling sering adalah multipara (pernah melahirkan anak lebih dari sekali). Insidenya sekitar 5 sampai 35% dari masyarakat umum dan terutama berusia lebih dari 25 tahu dan jarang terjadi di bawah usia 20 tahun kecuali wanita hamil. Dalam beberapa kasus, wasir atau
ambeien disebabkan oleh kesalahan dalam melakukan gerakan pada olahraga tertentu misalnya pada olahraga angkat beban atau olahraga pernafasan, terlalu banyak duduk atau berdiri, faktor genetika (keturunan), mengejan terlalu keras saat buang air besar (biasanya akibat konstipasi) dan dapat terjadi juga pada wanita hamil. Tetapi umumnya, penyebabnya adalah karena mengejannya terlalu keras saat buang air besar dan terlalu banyak duduk atau berdiri, juga
lebih rawan terjadi pada wanita daripada pria. Itu disebabkan karena wanita lebih sering mengalami pelebaran pembuluh balik atau pembuluh vena (misalnya saat menstruasi atau saat hamil) dibanding pria (Utama, 2013).
Hemoroid dapat dicegah dengan minum air putih yang cukup makan sayuran yang banyak dan buah-buahan yang banyak, sehingga membuat feces tidak mengeras. Apabila banyak makan makanan mengandung serat dan banyak minum air putih yang banyak dapat memperlancar defekasi, selain itu ginjal menjadi sehat. Selain itu hemoroid dapat di cegah dengan olahragayang cukup dan tidak terlalu lama berdiri dan duduk (Suprijanto, 2009).
Hemoroid dapat memberikan rasa ketidak nyamanan pada penderitanya, seringkali rasa nyeri serta pedih serta gatal pada daerah dubur. Orang yang terkena hemoroid deajat III dan IV biasanya di lakukan tindakan Hemoroidectomy adalah operasi pengangkatan wasir atau hemoroid, pada tindakan Hemoroidectomy dilakukan tindakan sayatan dan jahitan sehingga dapat menimbulkan nyeri akut (Haryono, 2012).
Nyeri terjadi karena adanya rangsangan mekanik atau kimia pada daerah kulit di ujung - ujung syaraf bebas yang disebut nosiresseptor menurut Judha (2012). Sedangkan nyeri menurut (Andarmoyo, 2013) adalah bentuk rasa sensori ketidaknyamanan yang bersifat subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian - kejadian dimana terjadi kerusakan. Menurut Judha (2012) klasifikasi nyeri ada dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronik.
1.1.1 Penatalaksanaan nyeri menurut Andromoyo (2013) 1.1.1.1 Penatalaksanaan nyeri dengan non farmakologi.
Manajemen nyeri dengan non farmakologi merupakan tindakan menurunkan respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakologi. Dalam melakukan intervensi keperawatan, manajemen nyeri non farmakologi merupakan tindakan independen dari seorang perawat dalam mengatasi respon nyeri klien. Manajemen nyeri non farmakologi sangat beragam. Banyak literatur yang membicarakan mengenai teknik - teknik peredaan nyeri tersebut. Berikut ini beberapa tindakan
-tindakan mengenai teknik peredaan nyeri. a. Bimbingan antisipasi
Bimbingan antisipasi adalah memberikan pemahaman kepada klien mengenai nyeri yang dirasakan. Pemahaman yang diberikan oleh perawat bertujuan untuk memberikan informasi kepada klien, dan mencegah salah interpretasi tentang peristiwa nyeri. Informasi yang diberikan kepada klien meliputi aspek - aspek sebagai berikut:
1) Kejadian, awitan dan durasi nyeri yang dialami. 2) Kualitas, keparahan dan lokasi nyeri.
3) Informasi tentang cara keamanan pasien telah dipastikan. 4) Penyebab nyeri.
5) Metode mengatasi nyeri yang digunakan oleh perawat dan pasien.
6) Harapan klien selama menjalani prosedur. b. Terapi es dan panas atau kompres panas dan dingin
Penatalaksanaan kompres panas biasanya dilakukan hanya setempat saja pada bagian tubuh tertentu. Dengan pemberian panas, pembuluh-pembuluh darah akan melebar sehingga memperbaiki peredaran darah di dalam jaringa tersebut. Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subcutan lain pada tempat cidera dengan menghambat proses inflamasi. Sementara terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.
c. Distraksi
Diatraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri atau dapat diartikan lain distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal - hal diluar nyeri.
1) Jenis distraksi :
a) Diatraksi visual atau penglihatan
Diatraksi visual atau penglihatan adalah pengalihan perhatian melalui tindakan - tindakan visual atau melalui pengamatan. Misalnya melihat pertandingan
olahraga, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan atau gambar yang indah dll.
b) Distraksi audio atau pendengaran
Distraksi audio atau pendengaran adalah pengalihan perhatian melalui tindakan mendengarkan, misalnya dengan mendengarkan musik yang disukai atau kicauan burung serta gemericik air.
c) Distraksi intelektual
Pasien diarahkan misalnya dengan mengisi teka -teki silang, bermain kartu, melakukan kegiatan yang dusukai di tempat tidur seperti menulis cerita dll. d. Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Pasien dapat memejamkan matanya dan beranafas dengan perlahan dan nyaman.
e. Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam satu cara yang direncanakan secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.
f. Hipnosis
Hipnosis adalah sebuah teknik yang menghasilkan suatu keadaan tidak sadarkan diri, yang dicapai
melalui gagasan - gagasan yang disampaikan oleh orang yang menghipnosisnya.
g. Masase
Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot tendon, atau ligamentum tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan sendi untuk meredakan nyeri menghasilkan relaksasi dan memperbaiki sirkulasi. Tindakan utama masase dianggap “ menutup gerbang “ untuk menghambat perjalanan rangsang nyeri pada pusat yang lebih tinggi pada sistem saraf pusat.
1.1.2 Penatalaksanaan nyeri denngan cara farmakologi
Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri. Walaupun analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya analgesik dalam penangganan nyeri karena informasi obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran klien mengalami ketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan dalam menggunakan analgesik narkotik dan pemberian obat yang kurang dari yang diresepkan. Ada 3 jenis
analgesik yakni :
1.1.2.1 Non narkotik dan obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). NSAID non narkotika umumnya menghilangkan nyeri ringan
dan nyeri sedang, seperti nyeri yang terkait dengan artitis reumatoid , prosedur pengobatan gigi, dan prosedur bedah
minor, episiotomi, dan masalah pada punggung bagian bawah. Satu pengecualian yaitu ketorolak (Toradol), merupakan agens analgesik pertama yang dapat diinjeksikan yang kemanjurannya dapat dibandingkan dengan morfin.
Kebanyakan NAISD bekerja pada reseptor saraf perifer untuk menggurangi transmisi dan resepsi stimulus nyeri. Tidak seperti opiat, NSAID tidak menyebabkan sedasi atau depresi pernafasan juga tidak mengganggu fungsi berkemih atau
defekasi.
1.1.2.2 Analgesik narkotik atau opiat.
Analgesik narkotik atau opiat umumnya diresepkan dan digunakan untuk nyeri sedang sampai nyeri berat, seperti pasca operasi dan nyeri maligna. Analgesik ini bekerja pada sistem saraf pusat untuk menghasilkan kombinasi efek mendepresi dan menstimulasi.
1.1.2.3 Obat tambahan (adjuvan).
Adjuvan seperti sedatif, anti cemas, dan relaksai otot meningkat kontrol nyeri atau menghilangkan gejala lain yang terkait dengan nyeri seperti mual dan muntah. Agens tersebut diberikan dalam bentuk tunggal atau disertai dengan analgesik . Sedatif sering kali diresepkan untuk penderita nyeri kronik. Obat - obatan ini dapat menimbulkan rasa kantuk dan kerusakan koordinasi, keputusasaan dan kewaspadaan mental.
Berdasasarkan hasil observasi di RSUD dr. Soeratno gemolong terdapat Bapak H pasien dengan post operasi hemoroid dan Bapak H yangn mengatakan nyeri seperti ditusuk - tusuk, nyeri di sekitar anus, skala nyeri 7 dan terasa sakit saat digunakan untuk bergerak. Bapak H juga mengatakan aktivitas di bantu orang lain. Nyeri pada pasien post operasi hemoroid harus di kelola agar tidak timbul nyeri akut lagi dengan terapi hindari konstipasi dengan makan makanan yang bersearat dan harus ditangani hati - hati.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penggelolaan kasus tentang penangganan nyeri akut pada pasien post operasi hemoroid dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan keperawatan Nyeri Akut pada Bapak H dengan Post operasi Hemoroid di Bangsal Sakura Rumah Sakit Daerah Gemolong.
1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujun umum
Mengambarkan kasus nyeri akut pada Bapak H dengan post operasi Hemoroid di bangsal sakura Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeratno Gemolong.
1.2.2 Tujuan khusus
1.2.2.1 Penulis mampu mengambarkan pengkajian terhadap kasus nyeri akut pada Bapak H dengan post operasi Hemoroid .
1.2.2.2 Penulis mampu mengambarkan diagnosa terhadap kasus nyeri akut pada Bapak H dengan postoperasi Hemoroid .
1.2.2.3 Penulis mampu mengambarkan rencana keperawatan terhadap kasus nyeri akut pada Bapak H dengan post operasi Hemoroid . 1.2.2.4 Penulis mampu mengambarkan tindakan keperawatan tehadap
kasus nyeri akut pada Bapak H dengan post operasi Hemoroid . 1.2.2.5 Penulis mampu mengambarkan evaluasi dari tindakan
keperawatan terhadap kasus nyeri akut pada Bapak H dengan postoperasi Hemoroid .
1.3 Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi dalam bidang perawatan khususnya pada kasusnyeri akut dengan postoperasihemoroid .
1.3.1 Bagi institusi pendidikan
Memberikan informasi dalam proses belajar mengajar supaya dapat mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya terhadap pemberian asuhan keperawatan pada kasus nyeri akut pada Bapak H dengan post operasihemoroid .
1.3.2 Bagi institusi pelayanan kesehatan
Memberikan informasi dalam memberikan pelayanan di rumah sakit terutama pada kasus nyeri akut pada Bapak H dengan post operasi hemoroid.
1.3.3 Bagi pembaca
Memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan nyeri akut pada Bapak H dengan postoperasihemoroid.
1.4 Metode Penulisan
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan karya tulis adalah dengan cara:
1.4.1 Wawancara
Metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung untuk mendapatkan sumber data yang subyektif, sehingga penulis dapat dengan mudah menerapkan masalah keperawatan dalam penyusunan karya tulis.
1.4.2 Observasi
Observasi dilakukan pada klien selama tiga hari dengan pengamatan langsung untuk mempoeroleh data obyektif, selanjutnya penulis mengkaji data dari klien untuk mengetahui keadaan dan perkembangan klien untuk mendapatkan kesimpulan dalam penerapan asuhan keperawatan.
1.4.3 Dokumentasi
Dokumentasi berhubungan dengan sumber data yang didapat dari berbagai sumber buku, status pemeriksaan pasien dan rekam medis. 1.4.4 Studi Kepustakaan
Mempelajari buku - buku (kepustakaan), internet searching yang berkaitan dengan postoperasi hemoroid .