3.1 Letak dan Luas
Kawasan Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu secara administratif terletak di Desa Panjalu, Kecamatan Panjalu yang berada di bagian utara Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat. Secara astronomis kawasan ini terletak antara 7°9’ – 7°17’ LS dan 108°4’ – 108°21’ BT.
Kawasan Wisata Situ Lengkong Panjalu, Kabupaten Ciamis,
Jawa Barat
Gambar 2 Peta Letak Kawasan Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu.
Luas Situ Lengkong Panjalu adalah 57.95 ha dan Nusa Gede 9.25 ha sehingga luas keseluruhannya adalah 67.2 ha. Kedalaman air di Situ Lengkong Panjalu berkisar antara 2 – 6 m
3.2 Status Kawasan
Menurut Suganda (2003), pada masa penjajahan Belanda, perhatian sangat besar ditujukan terhadap keberadaan dan kelestarian Nusa Gede. Pada tanggal 16 November 1921 pulau tersebut diberi nama "Pulau Koorders". Nusa Gede berubah
nama menjadi Pulau Koorders. Sebagai bentuk penghargaan kepada Dr. Koorders, ketua pertama Nederlandsch Indische Vereeniging tot Natuurbescherming, sebuah perkumpulan perlindungan alam Hindia Belanda yang didirikan tahun 1863.
Pada tanggal 21 Pebruari 1919 area Situ Lengkong dengan Pulau Koorders yang sering disebut Nusa Gede atau Nusa Panjalu atau Nusa Larang dinyatakan sebagai kawasan cagar alam yang benar-benar dijaga kelestarian alam serta budaya yang ada di dalamnya. Ketetapannya terdapat dalam Keputusan : GB 6 stbl 90 Tanggal 21 Pebruari 1919 (Departemen Kehutanan, 2002). Pengelolaannya di bawah Balai Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat II (BKSDA Jabar II). Sedangkan areal Situ Lengkong Panjalu secara bersama, BKSDA Jabar II dan pemerintah daerah Panjalu mengelola kelestarian alamnya sekaligus memanfaatkannya untuk kegiatan wisata.
3.3 Keadaan Biotik
Tumbuhan yang dapat ditemukan di kawasan Situ Lengkong Panjalu, antara lain : rotan (Calamus sp), tepus (Zingiberaceae sp), dan langkap (Arenga sp). Pengunjung juga dapat melihat pohon kileho (Sauraula sp), kihaji (Dysoxylum sp) dan kikondang (Ficus variegata) serta berbagai jenis tumbuhan bawah (Suganda, 2003).
Selain jenis flora, di kawasan Situ Lengkong Panjalu atau di Nusa Gede dapat ditemui berbagai jenis fauna, antara lain tupai (Calosciurus nigrittatus), burung hantu (Otus scops), dan kalong (Pteropus vampyrus) serta berbagai jenis burung (Suganda, 2003).
3.4 Kondisi Fisik
Keadaan topografi kawasan Situ Lengkong Panjalu dengan bentang relief termasuk datar. Kawasan ini berada pada ketinggian tempat ± 731 meter di atas permukaan laut. Di sekitar pinggiran Situ Lengkong Panjalu terdapat areal persawahan, kolam ikan termasuk pemukiman milik penduduk sekitar.
Menurut klasifikasi iklim Schmidt Ferguson, kawasan Cagar Alam Panjalu termasuk type B dengan curah hujan rata-rata 3.195 mm per tahun. Kawasan ini memiliki suhu rata-rata antara19 - 32 0C.
Persentase penyinaran matahari yang datanya tercatat pada stasiun pengamat di Cilacap, Tasikmalaya dan Bandung ternyata menunjukkan angka yang cukup tinggi, yaitu sebesar 40 sampai dengan 60 persen per tahun.
Kelembaban rata-rata per tahun diperkirakan sebesar 82%, dengan data penunjang mengenai kelembaban pada kota-kota lain adalah sebagai berikut: Bandung (51% - 86%) dan Cilacap (78% - 91%).
Angin yang lebih kuat adalah yang berasal dari tenggara dan bervariasi dari barat ke selatan ke timur sepanjang bulan Januari hingga Maret, dengan kecepatan empat sampai dengan lima knots.
3.5 Batas-batas Administrasi
Situ Lengkong Panjalu terdapat di Panjalu. Panjalu ini merupakan sebuah desa yang terletak di bagian utara Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Desa Panjalu sekitar 862,185 Ha.
Situ Lengkong Panjalu
Gambar 3 Peta Desa Panjalu.
Batas Desa Panjalu adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Desa Bahara dan Desa Hujung Tiwu Sebelah Timur : Desa Ciomas dan Desa Maparah
Sebelah Selatan : Desa Kertamandala dan Desa Mandalare Sebelah Barat : Desa Banjarangsana dan Desa Pagerageung (Kecamatan Panumbangan).
3.6 Sejarah Kawasan
Kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu merupakan perpaduan antara objek wisata alam dan objek wisata budaya. Di objek wisata ini kita bisa menyaksikan indahnya danau (situ) yang berhawa sejuk dengan sebuah pulau terdapat di tengahnya yang disebut Nusa Larang. Di nusa ini terdapat Makam Hariang Kencana, putra dari Hariang Borosngora, Raja Panjalu yang membuat Situ Lengkong pada masa beliau menjadi raja kerajaan Panjalu. Untuk menghormati jasa para leluhur Panjalu, maka sampai saat ini warga keturunan Panjalu biasa melaksanakan semacam upacara adat yang disebut Nyangku. Acara ini dilaksanakan pada tiap-tiap bulan Maulud dengan jalan membersihkan benda-benda pusaka yang disimpan di sebuah tempat khusus (semacam museum) yang disebut Bumi Alit. Kegiatan wisata yang bisa dilaksanakan di sini antara lain: berperahu mengelilingi nusa, memancing, camping, dan sebagainya (SMKN 1 Ciamis, 2006).
Bagi masyarakat Panjalu, Situ Lengkong berdasarkan kisah-kisah lisan yang beredar selama ini tidaklah dengan sendirinya terbentuk. Situ tersebut terbentuk sebagai bagian dari proses pengislaman yang dirintis Prabu Borosngora, anak kedua dari Prabu Tjakradewa. Dalam Babad Panjalu, ia disebut sebagai buyut dari Sanghyang Ratu Permanadewi, Ratu Kerajaan Soko Galuh yang membawa ajaran karahayuan (kemakmuran). Karena dipimpin seorang wanita, kerajaan tersebut dinamakan Kerajaan Panjalu. Dalam bahasa Sunda, jalu berarti dari jenis kelamin laki-laki. Prabu Boros Ngora, dalam Babad Panjalu dan naskah-naskah lainnya, diceritakan pernah melakukan perjalanan ke Mekkah dalam usahanya meningkatkan kemampuan batiniahnya. Di sana ia bertemu Sayidina Ali. Dari pengalaman dan pertemuannya dengan khalifah keempat itu, Prabu Borosngora akhirnya memeluk agama Islam.Ketika akan pulang, ia dibekali sebilah pedang, baju haji, dan cis (tongkat). Untuk memenuhi permintaan ayahnya, ia membawa air zamzam yang disimpan di dalam gayung yang berlubang-lubang. Setibanya kembali di kerajaan, air zamzam itu kemudian dituangkan pada satu lembah yang disebut Legok Jambu dan Pasir Jambu, sampai akhirnya tercipta danau yang dinamakan Situ Lengkong. Setelah takhta kerajaan diserahkan kepadanya, Prabu Borosngora membangun pusat kerajaan
di daerah yang kini disebut Nusa Gede. Namun, beberapa tahun setelah naik tahta, ia menyerahkan kekuasaannya kepada anaknya, Prabu Haryang Kuning. Prabu Sanghyang Borosngora sendiri kemudian pindah ke Jampang Manggung dan menyebarkan Islam di sana.Kerajaan Panjalu pernah kuat dan besar.
Dalam perjalanan selanjutnya, kerajaan tersebut pernah masuk menjadi bagian Kesultanan Cirebon sampai akhirnya menjadi kabupaten. Wilayahnya kemudian digabung dengan Kabupaten Imbanagara dan Divisi Kawali sehingga menjadi Kabupaten Ciamis sekarang (Retno, 2005).
3.7 Aspek Tata Guna Lahan
Pola penggunaan lahan di Kecamatan Panjalu secara umum masih didominasi oleh lahan terbuka (pertanian) yang terdiri dari lahan basah dan lahan kering. Lahan basah yang ditemui di wilayah perencanaan terdiri dari sawah, danau, situ, empang dan kolam. Sedangkan lahan kering dapat dibedakan menjadi kawasan terbangun, ladang, padang penggembalaan, perkebunan dan hutan.
Luas lahan di Kecamatan Panjalu yaitu 9.826.613 ha yang terdiri dari 13 Desa, sedangkan untuk luas lahan di Kota Panjalu tercatat 6.840.651 ha.
1. Sebelah Utara
Penggunaan tanah yang dominan di sebelah utara daerah perencanaan Situ Lengkong dengan Pulau Nusa Gede dianggap sebagai pusat orientasi adalah daerah pesawahan, kebun campuran yang terdiri dari bambu, albasia dan ketela pohon, sisanya merupakan daerah perkampungan penduduk.
2. Sebelah Utara ke Arah Timur Laut
Penggunaan tanah yang dominan pada daerah ini adalah kebun campuran yang terdiri dari albasia, bambu dan ketela pohon dan sisanya merupakan perkampungan penduduk.
3. Sebelah Barat
Penggunaan tanah pada daerah ini sama dengan daerah sebelah utara. 4. Sebelah Timur
Penggunaan tanah pada daerah ini sama dengan daerah sebelah Barat, hanya untuk perkampungan penduduk lokasinya sedikit terpencar, kemudian sisanya merupakan tanah pekuburan.
5. Sebelah Selatan
Merupakan kebun campuran yang terdiri dari tanaman cengkeh, pisang, bambu, albasia dan ketela pohon. Sisanya merupakan sedikit perkampungan penduduk. 6. Pulau Nusa Gede
Penggunaan tanah terbesar adalah hutan lebat, pohon-pohonnya terdiri dari rasamala, puspa, saninten dan jamuju, sedang sisanya merupakan tanah pekuburan yaitu tempat bupati/leluhur Panjalu.
7. Air Situ Lengkong Panjalu
Penggunaan utama air Situ Lengkong saat ini adalah sebagai berikut: sepanjang barat laut terus ke utara digunakan sebagai tempat memancing ikan, sedang di tepi timur dan juga barat daya terdapat beberapa tempat mandi penduduk. Situ Lengkong sebelah barat (Situ Kubang) digunakan sebagai kolam ikan resmi kepunyaan jawatan perikanan bersama dengan pemerintah daerah setempat (dalam hal ini Kecamatan Panjalu). Adapun kedalaman rata-rata dari perairan Situ Lengkong Panjalu adalah antara 2,5 meter sampai 3 meter, meskipun pada ujung sebelah Timur mencapai tujuh meter.
8. Lain-lain
Selain penggunaan tanah yang telah disebutkan di atas juga terdapat jaringan jalan yang dapat dilalui mobil yang membentang dari selatan ke arah barat, dan kemudian ke arah utara (arah Cikijing) dengan kondisi jalan perkerasan aspal (cukup untuk dua mobil). Kemudian terdapat pula jaringan jalan dengan kondisi perkerasan aspal pula yang dapat dilalui kendaraan yang membentag dari arah selatan kemudian ke timur, selanjutnya mengarah ke utara dan bertemu pada jalan yang mengarah ke Cikijing tadi. Selain itu khusus untuk mengelilingi area Situ Lengkong Panjalu dengan berjalan kaki, tersedia jalan setapak dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi sekitar tiga jam.
3.8 Demografi Desa Panjalu
Desa Panjalu dengan luas 862,185 ha terbagi ke dalam 10 Dusun. Secara keseluruhan tedapat 67 Rukun Tetangga (RT) dan 29 Rukun Warga (RW). Penduduk Desa Panjalu berjumlah 10.322 orang. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Demografi Desa Panjalu Tahun 2006
Sumber : Kantor Desa Panjalu,2007
Jumlah Penduduk
No. Nama Dusun
Jumlah RT
Jumlah
RW Laki-laki Perempuan Jumlah
Luas Wilayah (Ha) 1. Pabuaran 6 3 509 527 1.036 56.035 2. Cukang Padung 4 2 298 305 603 45.145 3. Cimendong 9 3 529 554 1.083 154.070 4. Paricariang 7 3 373 358 731 73.975 5. Garahang 5 2 550 447 997 88.795 6. Ciater 4 2 384 344 728 27.360 7. Dukuh 6 3 576 589 1.165 44.225 8. Banjarwaru 8 4 671 660 1.331 99.985 9. Sriwinangun 7 3 462 517 979 50.880 10. Simpar 11 4 764 804 1.568 221.715 Jumlah 67 29 5.116 5.206 10.322 862.185
3.9 Aksesibilitas Menuju Kawasan
Keadaan prasarana jalan menuju Situ Lengkong Panjalu cukup baik. Untuk sampai ke lokasi wisata ini kita dapat naik kendaraan mobil, motor maupun sepeda, karena didukung oleh kondisi jalan yang cukup baik dan beraspal. Bagi yang memerlukan kendaran umum dapat naik dari terminal Ciamis jurusan Panjalu, atau langsung dari Bandung jurusan Ciamis melalui Panjalu. Untuk mencapai Kawasan Situ lengkong Panjalu, dapat ditempuh melalui:
1. Bandung – Ciawi – Panjalu, berjarak ± 95 Km.
2. Tasikmalaya – Rajapolah – Cihaurbeuti - Panjalu, berjarak ± 40 Km. 3. Ciamis – Cihaurbeuti – Panjalu, berjarak ± 40 Km.
4. Cirebon – Kuningan – Cikijing – Panawangan - Panjalu atau dari Kuningan – (Arah ke Kawali) Winduraja– Panjalu.
5. Yogyakarta – Banjar – Ciamis – Panjalu.
3.10 Informasi Pengunjung Wisata
Pengunjung wisata yang datang ke Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu tidak hanya dari daerah Panjalu, tetapi banyak juga terdapat dari luar Panjalu seperti dari daerah Ciamis, Tasikmalaya bahkan dari luar Jawa Barat. Pengunjung yang datang selain untuk menikmati keindahan alam Situ Lengkong Panjalu, kegiatan berziarah ke Nusa Gede sangat banyak. Biasanya pengunjung yang datang tidak hanya sendiri, tetapi terdapat pula dalam bentuk kelompok dengan jumlah yang tidak
sedikit. Dengan tarif masuk ke Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu sangat terjangkau bagi pengunjung yang datang,yaitu sebesar Rp. 2.500,00. Grafik kunjungan wistawan ke Obyek Situ Lengkong Panjalu pada tahun 2005 mengalami kenaikkan, tetapi pada tahun 2006 mengalami penurunan. Grafik kunjungan wisatawan ke Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu dapat dilihat pada Gambar 5.
252938 301935 223189201332 278718 338148 219396 0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun Ju m lah W isat awan Jumlah Kunjungan Wisatawan
Sumber: Kantor Desa Panjalu, 2007