• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH penalaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH penalaran"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik kita harus berfikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya. Setiap saat selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak tidur), kita selalu berfikir. Menulis merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berfikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran, misalnya melamun. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berfikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Dapatlah dicatat bahwa proses bernalar atau singkatnya penalaran merupakan proses berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif.

Berdasarkan uraian diatas mengenai penalaran maka dapat kita katakan penalaran merupakan proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Sementara dalam karangan penalaran berarti penggunaan pikiran untuk suatu kesimpulan yang tuangkan dalam bentuk tulisan atau tertulis. Dengan penalaran yang tepat, hal-hal yang akan dituangkan dalam karangan menjadi kuat. Penyajian materi karangan akan sesuai dengan jalan pikiran yang tepat. Oleh karena itu, setiap pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar hal-hal yang tidak tepat tidak masuk dalam karangan.

B. Rumusan Masalah

(2)

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan penalaran didalam karangan ? 2.Apakah yang dimaksud dengan penalaran induktif dan deduktif ?

3. Bagaimana mengaplikasikan penalaran dalam mengorganisasi karangan ? 4. Bagaimana menyimpulkan karangan secara tepat dan logis ?

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya adalah: 1. Untuk mengetahui hakikat penalaran karangan.

2. Untuk mengetahui maksud penalaran induktif dan deduktif.

3.Agar bisa mengaplikasikan penalaran dalam mengorganisasi karangan. 4.Agar bisa menyimpulkan karangan secara tepat dan logis.

D. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memperdalam teori keilmuan tentang tata Bahasa Indonesia khususnya tentang proses penalaran. Dan setelah membaca makalah ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca khususnya bagi yang ingin membuat karangan ilmiah dan sebagainya.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Penalaran

Penalaran mempunyai beberapa pengertian, yaitu:

1. Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang paling berhubungan sampai simpulan.

2. Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan.

3. Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian bare.

4. Dalam karangan terdiri dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan suatu simpulan.

5. Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.

Jadi, Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif.

B. Unsur Penalaran

Berikut ialah merupakan unsur penalaran karangan ilmiah, yaitu:

1. Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang-kurangnya dua variabel.

(4)

2. Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.

3. Proposisi mempunyai beberapa jenis, antara lain:

a. Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta, misalnya: Anak cerdas dapat memanfaatkan potensinya.

b. Proposisi mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk melakukan benar atau salahnya. Misalnya: Gadis yaitu wanita muda yang belum pernah menikah.

c. Proposisi hipotetik yaitu persyaratan hubungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi. Misalnya: Jika dijemput, X akan ke rumah.

d. Proposisi kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat. Misalnya: X akan menikahi Y.

e. Proposisi positif universal yaitu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak. Misalnya: Semua hewan akan mati.

f. Proposisi positif persial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut bersifat positif. Misalnya: Sebagian orang ingin hidup kaya.

g. Proposisi negatif universal yaitu kebalikan dari proposisi positif universal. Misalnya: Tidak ada gajah tidak berbelalai.

h. Proposisi negatif persial yaitu kebalikan dari proposisi positif persial. Misalnya: Sebagian orang hidup menderita.

4. Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju suatu kesimpulan.

5. Logika yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan (alasan), argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justufikasi (pembenaran).

6. Sistematika yaitu seperangkat proses atas bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.

7. Permasalahan yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.

(5)

9. Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain. 10. Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu

terbukti kebenarannya atau kesalahannya.

11. Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif dan deduktif.

12. Kesimpulan (simpulan) yaitu penafsiran atau hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau inferensi.

C. Penalaran Induktif

Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan umum. Kesimpulan ini dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atas fakta yang bersifat khusus. Penalaran induktif pada dasarnya terdiri atas tiga macam, yaitu: generalisasi, analogi, dan sebab akibat.

Contoh:

Seorang polisi lalu lintas mengamati proses peristiwa di tempat kejadian perkara suatu kecelakaan lalu lintas di perempatan Rawamangun Muka, persimpangan Rawamangun Muka-Utan Kayu dan Cililitan-Tanjung Priuk yang terjadi tanggal 10 juli 2000 pukul 12.30. Sebuah sepeda motor dari arah Tanjung Priuk menabrak mobil sehingga pintu di bagian kiri rusak, penyok sedalam 10 cm, dan sepeda motor tergeletak di dekat mobil yang ditabraknya. Seorang saksi mata menuturkan bahwa pengendara sepeda motor terkapar jatuh 1,5 meter di sebelah kiri sepeda motornya. Dalam pengamatannya, melalui proses perhitungan waktu polisi menyatakan bahwa pada saat mobil melintas dari arah Cililitan ke Rawamangun Muka lampu Makalah Penalaran dalam Karangan 5

(6)

hijau menyala dan dibenarkan oleh para saksi. Polisi menyatakan bahwa, dalam keadaan lampu merah sepeda motor berkecepatan tinggi dari arah Tanjung Priuk menabrak mobil yang sedang berbelok dari arah selatan ke arah Rawamangun Muka. Hasil pengamatan, pengendara sepeda motor terbukti bersalah.

Kesimpulan:

1. Pengendara sepeda motor harus membiayai perbaikan mobil yang ditabraknya.

2. Membayar denda atas pelanggarannya.

Karangan ilmiah kualitatif induktif dilandasi penalaran (1) observasi data, (2) menyusun estimasi (perkiraan data), (3) verifikasi analisis pembuktian, (4) pembenaran / komparasi konstan (terus-menerus dan berkelanjutan sampai suatu simpulan), (5) konfirmasi (penegasan dan pengesahan) melalui pengujian hipotesis, (6) hash generalisasi / induksi, (7) konklusi (simpulan: penafsiran atas hasil berupa implikasi atau inferensi).

D. Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri dengan simpulan khusus yang berupa prinsip. Karangan deduktif mempunyai bermacam-macam jenis berdasarkan teknik pengembangannya maupun uraian isinya.

Karangan kualitatif sering digunakan dalam pembahasan masalah-masalah humaniora (sastra, kemanusiaan, cinta kasih, penderitaan, dan lain-lain). Namun, kualifikasi produk yang bernilai ekonomi, seperti: keindahan

(7)

pakaian, kecantikan, keserasian, dan lain-lain dapat pula menggunakan jenis karangan ini.

Dalam karangan (laporan penelitian) deduktif kuantitatif ditandai dengan penggunaan angka kuantitatif yang bersifat rasional. Secara rinci proses tersebut menguraikan:

1. Bidang observasi: berdasarkan bidang studi kajian, 2. Rumusan masalah: pertanyaan yang akan dibahas, 3. Kerangka teori: berisi pada pembahasan variabel, 4. Tujuan: tahap kegiatan yang hendak dicapai, 5. Rumusan hipotesis dan penjelasannya,

6. Deskripsi data: diperlukan untuk pengujian hipotesis,

7. Desain penelitian (metode penelitiana): proses pengumpulan data, pengolahan, hasil analisis data, sampai dengan simpulan,

8. Analisis data, 9. Hasil analisis, dan

10. Simpulan deduktif: interpretasi atas hasil

Bahasan topik karangan berdasarkan penelitian tersebut relatif rumit dan sulit. Namun, sebuah karangan dapat ditulis dalam bentuk yang sederhana dan mudah. Pengembangan topik dapat dilakukan berdasarkan urutan peristiwa, waktu, ruang, penalaran sederhana, sebab-akibat, deduksi sederhana, induksi sederhana, dan sebagainya.

Karangan disusun berdasarkan satu kesatuan konsep, dikembangan dalam urutan logis, sistematik, jelas, dan akurat. Urutan dapat disususn berdasarkan urutan peristiwa, waktu, ruang, penalaran (induksi, deduksi, sebab-akibat), proses, kepentingan, dan sebagainya.

a.Urutan Peristiwa (Kronologis)

Karangan dengan urutan peristiwa secara kronologis ialah menyajikan bahasan berdasarkan urutan kejadian. Peristiwa ini terjadi kemudian Makalah Penalaran dalam Karangan 7

(8)

diuraikan lebih dulu, peristiwa yang terjadi kemudian diuraikan kemudian. Urutan dapat disajikan dengan pola sebagai berikut:

Cara pertama: urutan kronologis secara alami. Peristiwa 1,

Peristiwa 2,

Peristiwa 3, dan seterusnya

Cara kedua: urutan peristiwa dengan sorot barik flashback. 1. Peristiwa terakhir,

(2) Peristiwa pertama s.d ketiga dalam bentuk sorot balik atau flashback, kembali ke peristiwa terakhir dan melanjutkan cerira.

Peristiwa terakhir

2. Peristiwa pertama Peristiwa kedua Peristiwa ketiga

Untuk menyusun kronologi peristiwa, perhatikan kata-kata dan frasa berikut ini:

dalam peristiwa itu,

peristiwa itu diawali dengan, dewasa ini,

sekarang ini, pada waktu itu, ketika itu,

bila, sebelum, sementara,

(9)

dalam peristiwa itu, mula-mula, akhirnya, peristiwa, kejadian,

pertama, kedua, ketiga, selanjutnya, akhirnya, setelah itu, diawali, lalu, kemudian, akhirnya, pada hari itu,

selama itu,

akan, sudah, sedang,

proses itu diawali, dilanjutkan dan diakhiri, peristiwa itu diakhiri dengan,

sejak itu, lalu,

selanjutnya,

b.Urutan Ruang

Urutan ruang dipergunakan untuk menyatakan hubungan tempat atau ruang. Untuk menyatakan urutan ruang itu antara lain kita dapat mengguanakan ungkapan-ungkapan:

di sana, di sini, di situ, di, pada,

di bawah, di atas, di tengah,

di utara, di selatan, di depan, di muka,

(10)

di belakang, di kiri, di kanan, di luar, di dalam, berhadapan,

bertolak belakang dengan, berseberangan,

melalui, belok kanan, belok kiri, ke depan, ke atas, ke samping, di sisi, di seberang, di hadapan,

(11)

c.Urutan Alur Penalaran

Berdasarkan alur penalarannya, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam urutan umum-khusus dan khusus-umum. Urutan ini menghasilkan paragraf deduktif dan induktif. Dalam karangan yang panjang terdiri beberapa bab akan menghasilkan bab simpulan.

Urutan umum-khusus banyak dipergunakan dalam karya ilmiah. Tulisan yang paragraf-paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini secara menyeluruh lebih mudah dipahami isinya.

d.Urutan Kepentingan

Suatu karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan kepentingan gagasan yang dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan ialah dari yang paling penting sampai kepada yang paling tidak penting atau sebaliknya.

E. Salah Nalar

Salah nalar adalah kekeliruan atau kesalahan pada gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan. Pada salah nalar ini disebabkan oleh ketidaktepatan orang mengikuti tata cara pikirannya. Salah nalar dapat disebabkan oleh beberapa macam, yaitu:

(12)

1.Deduksi Yang Salah

Deduksi yang salah terjadi karena orang salah mengambil simpulan dari suatu silogisme dengan diawali oleh premis yang salah atau tidak memenuhi syarat.

Contoh: Pak ruslan tidak dapat dipilih sebagai lurah di sini karena dia miskin. 2. Generalisasi Terlalu Luas

Generalisasi terlalu luas disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasinya tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.

Contoh: Orang Makasar pandai berdayung. 3. Pemilihan Terbatas Pada Dua Alternatif

Dilandasi penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan “itu” atau “ini”.

Contoh: Engkau harus memilih antara hidup di Jakarta dengan serba kekurangan dan hidup di kampong dengan menanggung malu.

4. Penyebab Yang Salah Nalar

Disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadi pergeseran maksud.

(13)

5. Analogi Yang Salah

Apabila orang menganologikan sesuatu denagn yang lain dan beranggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi lainnya. Contoh: Sumini, seorang alumni Universitas Indonesia, dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Oleh sebab itu, Tata, seorang alumni Universitas Indonesia, tentu dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. 6. Argumentasi Bidik Orang

Salah nalar ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang diembannya.

Contoh: Kamu tidak boleh kawin dengan Verdo karena orang tua verdo itu bekas penjahat. 7. Meniru-niru Yang Sudah Ada

Salah nalar ini adalah anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita lakukan jika atasan kita melakukan hal itu.

Contoh: Peserta penataran boleh pulang sebelum waktunya karena para undangan yang menghadiriacara pembukaan pun sudah pulang semua.

8. Penyemarataan Para Ahli

Salah nalar ini disebabkan oleh anggapan orang tentang berbagai ilmu dengan pandangan yang sama dan mengakibatkan kekeliruan mengambil kesimpulan.

Contoh: Pembangunan pasar swalayan itu sesuai dengan saran Toto, seorang ahli di bidang perikanan.

(14)

F. Isi Karangan

Isi karangan dapat berupa sajian fakta (benda, kejadian, gejala, sifat atau ciri sesuatu, dan sebagainya), pendapat/sikap dan tanggapan, imajinasi, ramalan, dan sebagainya. Karya ilmiah berisi ilmu pengetahuan dan teknologi, membahas permasalahan, pembahasan, dan pembuktian. Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan fakta, generalisasi, spekifikasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, sebab-akibat, analogi, dan perkiraan (ramalan).

1. Generalisasi dan Spesifikasi

Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Di dalam pengambangan karangan, generalisasi perlu ditunjang pembuktian dengan fakta, contoh-contoh, data statistik, dan sebagainya yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus.

Ungkapan generalisasi: ● terbesar, ter ... ● paling besar, ● semua, setiap ● tidak pernah, ● pada umumnya, ● secara keseluruhan, Ungkapan pendukung: ● cenderung, ● pada umumnya,

(15)

● sebagian besar, ● galibnya,

● selalu,

● dukungan kuantitatif (angka)

generalisasi yang mengemukakan fakta disebut generalisasi faktual atau opini. Generalisasi faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca daripada generalisasi yang berupa pendapat atau penilaian (value judgement). Fakta mudah dibuktikan atau diuji. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut:

1. a. Kependudukan merupakan masalah pokok dunia. b. Baginya masalah itu terlalu remeh.

2. a. Guru adalah tenaga kependidikan.

b. Sudah selayaknya guru disoroti oleh masyarakat.

Dengan segera dapat diketahui bahwa pernyataan-pernyataan a mengemukakan fakta, sedangkan b mengemukakan penilaian/pendapat.

2. Klasifikasi

Klasifikasi adalah pengelompokan fakta berdasarkan atas ciri atau kriteria tertentu. Klasifikasi ada dua jenis, yaitu klasifikasi sederhana yang mengelompokkan objek menjadi dua kelompok, misalnya: manusia terdiri dari dua jenis yaitu pria dan wanita, dan klasifikasi kompleks yang mengelompokkan objek menjadi tiga kelompok atau lebih, misalnya: usia manusia dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu anak balita, anak usia sekolah SD, SMP, dan SMU, orang dewasa, dan manula.

(16)

Dalam pengembangan karangan, klasifikasi merupakan karangan sejenis generalisasi. Fakta mengemukakan dua macam generalisasi yaitu generalisasi biasa dan generalisasi klasifikasi.

Contoh :

a. Bahasa-bahasa di Madagaskar, Formosa, Filipina, dan Indonesia termasuk rumpun bahasa Austronesia. (generalisasi klasifikasi)

b. Semua mahasiswa mampu berpikir mandiri. (generalisasi)

3. Perbandingan dan Pertentangan

Perbandingan ialah membahas kesamaan dan kemiripan. Sedangkan pertentangan ialah membahas perbedaan dan ketidaksamaan. Kalimat-kalimat berikut merupakan dikator perbandingan dan pertentangan.

→ Dahulu di gunung kidul air sangat langka, sekarang mudah didapat. → Anak muda sekarang lebih bebas bergaul daaripada anak muda dahulu. → India adalah negara benua sedangkan Indonesia adalah negara maritim. → Perbedaan sistem liberal dan demokrasi Pancasila.

Kata-kata/ungkapan yang dipergunakan untuk menyatakan untuk perbandingan dan pertentangan di antaranya:

Untuk membandingkan: ● sama dengan,

● seperti,

● seperti halnya, ● menyerupai,

(17)

● selaras dengan, ● sesuai dengan, ● tepat sama dengan, ● demikian juga, ● sama saja, ● serupa dengan, ● sejalan dengan Untuk mempertentangkan: ● berbeda dengan, ● bertentangan dengan, ● berlawanan dengan, ● .... sedangkan ...., ● sebaliknya ● dipihakn lain, ● halnya dengan, ● meskipun,

● lain halnya dengan, ● kurang dari,

● tidak sama dengan, ● akan tetapi.

(18)

4. Sebab dan Akibat

Suatu peristiwa dapat menyebabkan serangkaian akibat sehingga timbullah serangkaian sebab-akibat. Berikut merupakan proses mengarang dengan penalaran sebab-akibat:

1) Menentukan topik, 2) Menentukan pola, 3) Menentukan sebab,

4) Mulai menulis dengan kalimat topik yang menjadi sebab,

5) Menjelaskan sebab tersebut, mengapa sebab-sebab itu terjadi,

6) Menyebutkan/menjelaskan akibat yang ditimbulkan. Kata atau ungkapan yang lazim digunakan:

● oleh sebab itu, dengan pertimbangan bahwa ● oleh karena itu,

● akibatnya, ● alhasil, jadi, ● sebab,

● dengan alasan itu,

● dengan alasan itu, pengalaman membuktikan bahwa, ● karena.

5. Analogi

Analogi adalah bentuk suatu kias persamaan atau perbandingan dua atau lebih objek yang berlainan.

Secara garis besar analogi dapat dibedakan atas: 1) Analogi sederhana

 Mudah dipahami karena mencari persamaan dua objek yang tidak menuntut penjelasan fakta secara mendalam.

(19)

 Mencari persamaan dua objek berdasarkan salah satu dari objek tersebut yang sudah diketahui.

Contoh: Gadis itu bagaikan bunga mawar di kelas kami. 2) Analogi yang berupa kiasan

 Sulit dipahami karena bersifat subjektif.

 Mencari persamaan dengan menggunakan ungkapan atau kiasan.

Contoh: Daya pikir mahasiswa itu tajam. Analogi berdasarkan pengungkapan Isi: 1) Analogi deklaratif

 Menjelaskan suatu objek yang belum dikenal berdasarkan persamaannya dengan objek yang sudah dikenal.

 Tidak menghasilkan simpulan.

 Tidak memberikan pengetahuan baru.

 Kata-kata yang digunakan dalam analogi deklaratif adalah bagaikan, laksana, seperti, bagai.

 se.... (kale keadaan, misalnya “seindah”). Contoh:

Ia berdiri di depan kelas dengan wajah merah padam. Matanya melotot bagaikan Batara Kala yang sedang marah. Lalu, sambil meletakkan pistol dari tangan kirinya di meja, seperti militer siap tembak musuh. Ia memukul meja di hadapannya, sambil

(20)

berteriak tak terkendali. Suaranya menggelegar, mengejutkan seperti guntur di musim panas. Semua orang yang hadir terdiam dan mengerut seperti bekicot disiram garam.

2) Analogi induktif

 Menjelaskan suatu objek yang dapat memberikan pengetahuan baru.

 Menghasilkan suatu kesimpulan induktif yang khusus (bukan generalisasi).

 Kesimpulan dapat dijadikan dasar pengetahuan bagi objek yang lain, berdasarkan persamaan ciri.

 Kata-kata yang sering digunakan: maka, dengan demikian, dengan begitu.

Contoh:

Pada pertengahan Juli 1981, Saya pergi ke kampus London University untuk mengikuti kuliah pagi. Masih ada waktu 30 menit untuk mengikuti kuliah tersebut maka Saya dapat berjalan santai sambil menikmati musim panas yang masih terasa sejuk. Di depan kampus, tiba-tiba Saya mendengar teriakan, “ Halo

(21)

Indonesia “. Saya menengok ke arah suara, sambil bertanya, “ How do you know ? “ . Meraka bertiga menjawab dalam bahasa Indonesia, “ Mudah saja, walaupun Anda tampak seperti orang philipin, jalan Anda persis orang Indonesia. Santai ! “. Dengan pengalaman itu, saya perlu mengubah jalan Saya. Walaupun tidak secepat orang Inggris atau orang Eropa pada umumnya. Mereka benar. Orang berjalan santai berisiko dicopet, dipalak, atau sejenisnya. Tegasnya, Saya harus berjalan cepat seperti kebiasaan orang Eropa.

6. Hubungan Kausal

Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Misalnya, tembok ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan.

7. Ramalan dan Perkiraan

Ramalan adalah semacam inferensi yang berisi pernyataan tentang sesuatu yang terjadi pada waktu yang akan datang. Ramalan dibedakan menjadi atas ramalan tidak ilmiah dan ramalan ilmiah. Ramalan tidak ilmiah adalah ramalan yang diperoleh melalui prosedur yang tidak ilmiah. Misalnya, sesuatu yang bersifat gaib. Ramalan ilmiah disusun berdasarkan hasil penalaran ilmiah,

(22)

perhitungan atas fakta, pengalaman empirik, pengujian, atau analisis ilmiah.

Kata-kata yang lazim digunakan dalam perkiraan: → memperkirakan/diperkirakan, → ditaksir, → sangat mungkin, → boleh jadi, → anggapan, → dapat diproyeksikan, → mungkin, → diduga akan. G. Simpulan

Data yang dianalisis dan dievakuasi menghasilkan fakta. Fakta hasil analisis dapat diinterpretasikan menjadi suatu simpulan yang dapat barupa: perkiraan, implikasi, inferensi, atau tindakan.

a. Implikasi adalah simpulan yang bersifat melibatkan data. Misalnya: Sore hari ini tidak hujan. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan fakta yang masih terlihat pada saat simpulan dibuat. b. Inferensi diambil berdasarkan analisis yang bersumber pada referensi atau rujukan. Misalnya: Majapahit adalah kerajaan di Jawa timur yang mengalami kejayaan pada masa kekuasaan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Simpulan tersebut didasarkan pada tanda-tanda atau sisa-sisa yang masih diamati sebagai argumentasi.

c. Tindakan adalah simpulan yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari suatu kajian. Misalnya: Setelah dilakukan studi yang mendalam, sebuah perusahaan hampir bangkrut karena mesin teknologi yang digunakan sudah usang. Alternatif solusi, menjual perusahaan

(23)

dengan harga murah atau meminjam uang di bank untuk peremajaan mesin produksi.

(24)

BAB III PENUTUP A.KESIMPULAN

Aspek penalaran sangat diperhatikan dalam setiap penulisan karangan ataupun jenis tulisan lainnya karena itu, seorang penulis harus mengenal kriteria dan mengetahui prinsip-prinsip proses penafsiran fakta dan kebenaran penarikan kesimpulan yang sah dalam tulisan yang dibacanya.

B.SARAN

Semoga dengan adanya makalah ini para pembaca dan kami selaku pemateri, mendapatkan manfaatnya. Dan apabila terdapat kekhilafan dan kekurangan dalam penulisan atau penyajian makalah ini kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini lebih bermanfaat di masa yang akan datang.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Alek dan Achmad. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Arifin, Zainal dan Tasai, Amran. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akapres

Muawanah, Siti. 2012. Bahan Ajar Bahasa Indonesia Jurusan KPI, Bahsasa Inggris, Bahasa Arab. Palangka Raya: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan gambar di atas permasalahan yang sering terjadi adalah waste untuk jenis aktivitas waiting dimana fakta yang terjadi dilapangan adalah terjadi proses

Halaman utama tersebut terdiri dari dua jenis menu, yaitu susu ibu hamil, hasil analisa, AHP, alternative, kriteria, dan about me yang bisa diakses oleh user

Kunci dikotomi adalah merupakan kunci determinasi paling sederhana yang terdiri atas 2 keterangan yang berlawanan dari ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu jenis atau kelompok

Kunci dikotomi adalah kunci determinasi yang terdiri atas dua keterangan yang berlawanan dari ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu jenis atau kelompok makhluk hidup.. Kunci

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang Bentuk, jenis, ciri-ciri, sebab- sebab, dampak dari ilmu sosial dasar , Mengetahui peran serta pemerintah dalam

Klaslifikasi adalah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengadakan penyusunan atau pengelompokan atas objek-objek atau kejadian- kejadian.Keterampilan klasifikasi dapat dikuasai

Ciri seksual sekunder terdiri atas dua jenis yaitu yang tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan reproduksi secara keseluruhan, dan merupakan alat tambahan pada

KUNCI DIKOTOMI kunci determinasi yang terdiri atas dua keterangan yang berlawanan dari ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu jenis atau kelompok makhluk hidup... Membuat kunci