• Tidak ada hasil yang ditemukan

Al Fatihin - Edisi 10

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Al Fatihin - Edisi 10"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

EDISI 10

EDISI 10

Senin, 28 Sya’ban 1439H

Senin, 28 Sya’ban 1439H

14 Halaman

14 Halaman

AL FATIHIN

AL FATIHIN

Surat Kabar Mingguan Berbahasa Indonesia, Diterbitkan Dari D

Surat Kabar Mingguan Berbahasa Indonesia, Diterbitkan Dari D

aulah Islam

aulah Islam

11

11

Artikel

Artikel

Maka Balaslah dengan

Maka Balaslah dengan

Balasan Setimpal

Balasan Setimpal

Peringatan!

Peringatan! Surat kabar ini memuat beberapa ayat al Qur’an  Surat kabar ini memuat beberapa ayat al Qur’an dan hadits Nabawi, harap tidak meletakkandan hadits Nabawi, harap tidak meletakkannya di tempat tidak terhormat.nya di tempat tidak terhormat.

8

8

Bunuhlah Kaum Muysirikin

Bunuhlah Kaum Muysirikin

Dimanapun Mereka Berada

Dimanapun Mereka Berada

Setelah bertawakal kepada Setelah bertawakal kepada Allah, para tentara Khilafah Allah, para tentara Khilafah berangkat menuju sejumlah berangkat menuju sejumlah gereja Salibis Kristen di gereja Salibis Kristen di Kota Surabaya, di Provinsi Kota Surabaya, di Provinsi Jawa Timur, sebelah Timur Jawa Timur, sebelah Timur Indonesia. Issyhadi pertama Indonesia. Issyhadi pertama menyasar Gereja Pantekosta menyasar Gereja Pantekosta dengan kendaraan peledak. dengan kendaraan peledak. Sedangkan issyhadi Sedangkan issyhadi kedua meledakkan rompi kedua meledakkan rompi peledaknya di Gereja peledaknya di Gereja Maria. Di saat yang hampir Maria. Di saat yang hampir bersamaan, serangan bersamaan, serangan kega menargetkan Gereja kega menargetkan Gereja Kristen Indonesia dengan Kristen Indonesia dengan sepeda motor berpeledak. sepeda motor berpeledak. Kega operasi tersebut Kega operasi tersebut menewaskan sedikitnya 11 menewaskan sedikitnya 11 kar Kristen termasuk para kar Kristen termasuk para aparat keamanan penjaga aparat keamanan penjaga gereja, serta melukai 41 gereja, serta melukai 41 orang lainnya. Segala puji orang lainnya. Segala puji bagi Allah atas

bagi Allah atas karunia-Nya.karunia-Nya.

Kebanyakan muslim yang Kebanyakan muslim yang dak memahami akidah dak memahami akidah Islam secara benar meyakini Islam secara benar meyakini

bahwa orang-orang kar dan bahwa orang-orang kar dan musyrik yang dak tergabung musyrik yang dak tergabung ke dalam barisan militer, ke dalam barisan militer, maka mereka dikategorikan maka mereka dikategorikan sebagai “masyarakat sipil”. sebagai “masyarakat sipil”. Tak ayal, bagi mereka, Tak ayal, bagi mereka, orang-orang kar “masyarakat orang kar “masyarakat sipil” tersebut dak boleh sipil” tersebut dak boleh ditarget untuk diperangi atau ditarget untuk diperangi atau dilawan.

dilawan.

Padahal, penamaan dan Padahal, penamaan dan pembagian tersebut – pembagian tersebut – serta berbagai konsekuensi serta berbagai konsekuensi hukumnya yang bal— dak hukumnya yang bal— dak pernah disebutkan dan dak pernah disebutkan dan dak pernah ada keterangannya pernah ada keterangannya di dalam syariat Allah, baik di dalam syariat Allah, baik secara tekstual maupun secara tekstual maupun kontekstual. Ini mengingat, kontekstual. Ini mengingat, neraca klasikasi manusia di neraca klasikasi manusia di dalam Islam dak mengenal dalam Islam dak mengenal islah “sipil” dan “militer”. islah “sipil” dan “militer”. Pembagian manusia di dalam Pembagian manusia di dalam Islam sesungguhnya hanya Islam sesungguhnya hanya mengenal dua kelompok mengenal dua kelompok saja; beriman

saja; beriman atau karatau kar..

Kabar

Kabar

 Asia

 Asia

Timur

Timur

Junud Khilafah di

Junud Khilafah di

Indonesia Melepaskan

Indonesia Melepaskan

Belenggu Tawanan Mereka

Belenggu Tawanan Mereka

Sendiri & Membunuh 6

Sendiri & Membunuh 6

Personil Densus 88

Personil Densus 88

Laporan

Laporan

Wilayah Damaskus

Wilayah Damaskus

600 Lebih Tentara Syiah

600 Lebih Tentara Syiah

Nushairi Tewas di Kamp

Nushairi Tewas di Kamp

Yarmuk & Hajar

Yarmuk & Hajar

Al-Aswad

Al-Aswad

Pada pekan ini, junud Khilafah melancarkan Pada pekan ini, junud Khilafah melancarkan serangan terhadap para tentara Murtaddin serangan terhadap para tentara Murtaddin Afghanistan dan milisi kelompok Murtaddin Afghanistan dan milisi kelompok Murtaddin

Taliban serta polisi perbatasan di Kanar, distrik Taliban serta polisi perbatasan di Kanar, distrik Nangarhar hingga menewaskan dan melukai Nangarhar hingga menewaskan dan melukai 10 dari mereka, berkat karunia Allah.

10 dari mereka, berkat karunia Allah.

Pada 22 Sya’ban 1439 H, junud Khilafah Pada 22 Sya’ban 1439 H, junud Khilafah melancarkan serangan ke sejumlah pos melancarkan serangan ke sejumlah pos milisi Taliban di lembah Mazar distrik Kanar. milisi Taliban di lembah Mazar distrik Kanar. Seranngan junudu Khilafah itu berakhir dengan Seranngan junudu Khilafah itu berakhir dengan

Junud Khilafah Kuasai Lembah

Junud Khilafah Kuasai Lembah

Mazar di Distrik Kanar, Hingga

Mazar di Distrik Kanar, Hingga

Tewaskan & Menawan

Tewaskan & Menawan

Milisi Taliban

Milisi Taliban

dikuasainya lembah Mazar, berkat karunia dikuasainya lembah Mazar, berkat karunia Allah.

Allah.

Kantor media Khilafah wilayah Khurasan Kantor media Khilafah wilayah Khurasan  juga

 juga melaporkan, melaporkan, junud junud Khilafah Khilafah menyerangmenyerang sejumlah pos milisi Taliban yang tersebar di sejumlah pos milisi Taliban yang tersebar di lembah Mazar, distrik Nur

lembah Mazar, distrik Nurkal di Kanar.kal di Kanar.

Selengkapnya Hal. 6

Selengkapnya Hal. 6

4

(2)
(3)

EDISI 10

Senin, 28 Sya’ban 1439H

14 Halaman

Mukadimah

3

Para Murid Al-Hafizh

Allah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar untuk memenangkannya atas seluruh agama, agar seluruh bumi berhukum dengan syariat-Nya, sehingga kemuliaan menjadi milik para pengikut agama Islam. Kemuliaan menjadi simbol dan syiar mereka. Harga diri merasuk ke dalam jiwa mereka dan kewibaan meresap ke dalam relung hati, sehingga mereka menjadi luhur oleh perpaduan iman dan Tauhid. Mereka menapaki kedudukan tinggi dalam kesabaran dan keteguhan.

Ketika keadaan kaum muslimin seperti ini, orang-orang kafir dan musyrik selalu berusaha untuk mengalahkan dan menghinakan mereka, menghalangi mereka dengan penangkapan demi menghancurkan mental dan memalingkan tekad mereka.

Akan tetapi, para pemilik kemuliaan dan kewibawaan yang ditawan orang-orang kafir enggan tunduk pada kehinaan. Mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk membebaskan diri, sebagaimana saudara-saudara mereka berusaha untuk membebaskan mereka dengan perang atau menebus dengan harta. Mereka mendapatkan teladan baik dalam diri para sahabat Rasul

. Dulu, kaum musyrik menawan Malik bin Auf Al-Asyja’i  yang kemudian melepaskan diri dari musuh saat mereka lengah, sampai akhirnya dia tiba di Madinah, dengan membawa unta yang dia peroleh.

Imran bin Hushain meriwayatkan kisah seorang wanita yang ditawan musuh. Kemudian dia menghampiri kawanan unta mereka, sampai akhirnya dia mendapatkan satu unta betina. Lalu dia pun mengendarainya hingga akhirnya sampai di Madinah. Kisah seperti ini s angatlah banyak di dalam As-Sunnah.

Sungguh, aksi bala tentara Daulah Islam dalam membebaskan tawanan dari tangan para sipir menjadi momok bagi mereka. Berbagai operasi menjadi bukti untuk mereka. Kebanyakan operasi berakhir dengan bebasnya para tawanan dari belenggu kehinaan. Barangkali operasi paling terkenal adalah operasi yang dilakukan mujahidin di penjara Abu Ghuraib, setelahnya adalah penjara Al-Khalis di Diyala, di mana mujahidin

bergerak dari dalam penjara dan disokong saudara-saudara mereka dari luar penjara. Demikianlah yang dilakukan Sang Komandan Hudzaifah Al-Baththawi –semoga Allah menerimanya— dan sudara-saudaranya, hingga dia berhasil membunuh seorang berpangkat brigadir jenderal di satuan anti teror beserta sejumlah pasukannya, setelah para saudaranya berhasil menyelundupkan senjata ke dalam penjara. Kemudian dia pun gugur –semoga Allah menerimanya.

Sejak berdirinya, Daulah Islam membiasakan diri untuk membebaskan tawanan kaum muslimin dengan mengerahkan para kesatria terbaiknya, demi mengikuti perintah Nabi dan menempuh jalan golongan sebelum mereka dari kalangan salaf umat ini. Syaikh Abu Anas Asy-Syami –semoga Allah menerimanya— terjun ke medan tempur pertama kali saat menyerang penjara Abu Ghuraib pada tahun 1425 Hijriyah, dalam rangka membebaskan kaum muslimin dan muslimat yang tertawan. Namun takdir Allah menentukan, perang itu tidak berhasil mencapai targetnya, dan dia gugur di jalan Allah.

Para umaraa`  (petinggi) Daulah mengumumkan berbagai pertempuran demi pertempuran, kampanye demi kampanye, sampai Allah memperkenankan mereka membebaskan banyak tawanan muslim dari cengkeraman Rafidhah di berbagai penjara di Irak, seperti penjara Badusy, Taji, dan masih banyak lainnya. Demikian pula dengan pembebasan saudara-saudara kita yang ditawan tangan Salibis di penjara Marawi, di Timur Asia.

Operasi penuh berkah yang dilakukan sejumlah tentara Khilafah di penjara Depok, sebelah selatan Ibu Kota Indonesia Jakarta merefleksikan makna agung untuk mujahid dalam melepaskan belenggu kehinaan yang diterapkan para sipir penjara. Sungguh kelompok kecil bersenjatakan keimanan dan berbaju kesabaran bertekad membebaskan diri mereka dengan mengorbankan jiwa, setelah umat Islam di sekitar menelantarkan mereka. Ditambah lagi, antara mereka dengan mujahidin terpisah jarak sangat jauh. Hingga kelompok kecil itu bangkit dari hinanya tertawan menuju kemuliaan jihad, sampai

mereka berhasil menawan beberapa sipir dan membunuh mereka, kami memohon kepada Allah untuk memberi kemenangan kepada mereka, dan mencurahkan kesabaran dan keteguhan kepada mereka.

Untuk dia yang diuji dengan pemenjaraan, hendaklah meneladani para saudaranya tersebut dan mencontoh orang yang telah mendahului mereka. Sehingga dia berusaha untuk membebaskan dirinya dari kaum kafir dan murtad. Karena tidak ada kebaikan sama sekali hidup di dalam penjara mereka dalam keadaan hina lagi rendah. Mereka menimpakan kepadanya berbagai macam warna kematian dan siksaan, serta mengekangnya dari jihad di jalan Allah dan peperangan melawan para musuh-Nya, dan menghalanginya untuk mendapatkan kesyahidan. Apabila Allah memudahkannya untuk membebaskan diri, maka dia bisa bergabung dengan saudara-saudaranya di medan jihad. Dan jika dia terbunuh dalam usahanya melepaskan diri, maka dia meraih kesyahidan yang selama ini dia impikan dan usahakan. Sesungguhnya jihad yang dia harapkan, jika Allah membebaskannya dari penjara, dan mati syahid yang dia idamkan sebagai akhir dari jihadnya, sanhagt dekat kepadanya dari yang lainnya seandainya dia mau melakukan sepenuh tekad. Orang-orang murtad dan Salibis tidaklah jauh darinya kecuali hanya beberapa meter saja, dan senjata terkadang sangat dekat dari  jangkauannya sepanj ang waktu. Dan s ungguh itu hanyalah soal taufik, tekad, dan saat penentuan dengan takdir Allah, keadaan akan berbalik dari tahanan menjadi seorang kesatria inghimasi  (jibaku).

Dan seyogianya para tawanan mengetahui bahwa saudara mereka dari bala tentara Khilafah sangat ingin membebaskan mereka, dan mengerahkan segala kemampuan mereka untuk hal itu. Mereka tidak akan tenang dan tentram hinggadapat melepaskan belenggu mereka dan membalaskan dendam kepada para sipir penjara untuk mereka. Maka hendaklah mereka bersabar dan teguh. Barangsiapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar untuknya, dan memberikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak dia sangka.

(4)

EDISI 10

Senin, 28 Sya’ban 1439H 14 Halaman

4

Laporan

Serangan Junud Khilafah

di Kaukasus Lukai

3 Polisi Rusia Terluka &

Kuburan Syirik Diledakkan

Pada 20 Sya’ban 1439 H, salah seorang  junud Khilafah Islamiyyah menyerang aparat kepolisian Salibis Rusia di pusat kota Rusia. Serangan junud Khilafah ini menyebabkan beberapa polisi Salibis Rusia terluka, berkat karunia Allah.

Kantor berita A’maaq melaporkan, salah seorang junud Khilafah menembakkan senapan api ke sejumlah aparat kepolisian Salibis Rusia di pusat kota Rusia, yang mana hal itu menyebabkan ga (3) polisi Rusia terluka, walillahil-hamd.

Sementara itu pada 22 Sya’ban 1439 H, unit rahasia Khilafah juga meledakkan kuburan aliran sesat Su di daerah Bunikasik pusat Dagestan, walillahil-hamd.

Sumer lapangan menuturkan, junud Khilafah meledakkan kuburan si Su Musyrik Said Efendi Al-Jarkawi dengan operasi rahasia di desa Syaraki, daerah pusat Dagestan, berkat karunia Allah. Disebutkan juga bahwa penghuni kuburan itu, yakni Al-Jarkawi dibunuh oleh seorang Muslimah Rusia beberapa tahun lalu. Junud Khilafah Muslimah ini meledakkan rompi peledaknya di rumahnya.

Untuk diketahui bersama, Al-Jarkawi ini merupakan Thaghut terbesar Su di wilayah Dagestan. Ia merupakan seoang tokoh dalam aliran Tarekat As-Syadziliyah dan Naqsabandiyah. Wal ‘iyadzubillah.

Junud Khilafah di Indonesia

Melepaskan Belenggu Tawanan

Mereka Sendiri & Membunuh 6

Personil Densus 88

 Abu Ibrahim Al Indonesi (semoga Allah menerimanya) gugur syahid di Mako Brimob

Pada Selasa 22 Sya’ban 1439 H, beberapa junud Khilafah yang tertawan oleh pemerintahan Murtaddin Indonesia menyerang aparat Brimob dan pasukan elite Densus 88 Anteror Mabes Polri di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat (Jabar). Aksi tersebut berhasil menewaskan sedikitnya enam (6) personil Densus 88 dan menawan satu personil Densus 88, serta meraih sejumlah ghanimah berupa senjata dan amunisi, berkat karunia Allah. Sumber media junud Khilafah di Asia Timur melaporkan bahwa, beberapa junud Khilafah yang tertawan di penjara Rutan Salemba cabang Mako Brimob kota Depok yang berada di selatan Jakarta, Indonesia itu berhasil mendapatkan sejumlah senapan serbu dan pistol beserta amunsinya yang dengan itu mereka menjebol

dan menghancurkan penjara dan menghajar para penjaga penjara.

Akhirnya, baku tembak dengan Densus 88 dan aparat Brimob pun tak terelakkan. Ribuan personil gabungan dari Densus 88 dan Brimob bersenjata lengkap yang dimintai bantuan pun bersegera menuju TKP di Mako Brimob untuk menolong Murtaddin lainnya. Konfrontasi berlansung sengit hingga menewaskan 6 personil Densus 88 dan menawan satu lainnya, dan meraih ghanimah senjata dan amunisi, walillahil-hamd.

Sumber menuturkan bahwa junud Khilafah bertekad untuk melepaskan belenggu kehinaan dengan tangan mereka. Oleh karenanya, mereka mempersiapkan serangan ini dan berhasil meraih hasil yang berbarokah, berkat karunia Allah.

Perlu diingat kembali bahwa pada sebelumnya, sejumlah junud Khilafah di Indonesia juga melakukan sejumlah operasi baik berskala kecil maupun besar di wilayah Indonesia yang menewaskan puluhan Murtaddin, berkat karunia Allah.

Asia Timur Wilayah Kaukasus

600 Lebih Tentara Syiah

Nushairi Tewas

di Kamp Yarmuk & Hajar

 Al-Aswad

Wilayah Damaskus

Junud Khilafah melakukan pembantaian besar-besaran terhadap tentara Syiah Nushairiyyah Bashar Assad di selatan Damaskus. Ratusan tentara Syiah Nushairi mengalami pembunuhan dan penyembelihan dalam peperangan mereka melawan junud Khilafah.

Pada pekan kega pertempuran di pingiran kota Damaskus ini, jumlah korban mencapai lebih dari 300 tentara Syiah Nushairi. Selain itu, junud Khilafah juga menghancurkan dan melumpuhkan 7 tank dan 8 kendaraan militer. Sejak dimulainya agresi besar-besaran rezim Syiah Bashar Assad di pinggiran Damaskus, jumlah korban tewas dari pihak rezim Syiah Nushairi telah mencapai 640 tentara dan ratsuan tentara juga terluka, walillahil-hamd.

Junud Khilafah Tewaskan 30 Tentara Syiah Nushairi di Kamp Yarmuk & Hajar Al-Aswad Pada 16 Sya’ban 1439 H, konfrontasi senjata

berlangsung antara junud Khilafah dan beberapa personil tentara Syiah Nushairi di pinggiran Hajar Al-Aswad, hingga menyebabkan 11 tentara Syiah Nushairi tewas, walillahil-hamd.

Sementara itu pada Kamis 17 Sya’ban 1439 H, 11 tentara Syiah Nushairi juga tewas setelah pertempuran sengit di Kamp Yarmuk dan kompleks Hajar Al-Aswad. Para unit sniper Khilafah juga membidik sejumlah tentara Syiah Nushairi di kompleks Az-Zain dan pingiran kota Yalda, hingga menyebabkan ga (3) tentara Syiah Nushairi tewas, walillahil-hamd.

(5)

EDISI 10

Senin, 28 Sya’ban 1439H

14 Halaman

Laporan

5

90 Tentara Syiah Nushairi Tewas Dalam Pertempuran Pada Hari Ke-16

Pada 18 Sya’ban 1439 H, junud Khilafah menghadapi pertempuran sengit melawan tentara Syiah Nushairi di pinggiran Kamp Yarmuk. Tentara Syiah Nushairi termpa kerugian besar, yakni lebih dari 65 tentara Syiah Nushairi tewas. Selain itu, sejumlah tank hancur dan lumpuh serta dua (2) kendaraan juga rusak setelah diserang oleh  junud Khilafah, walillahil-hamd.

Sementara itu di kompleks Hajar Al-Aswad, junud Khilafah terlibat konfrontasi senjata dengan tentara Syiah Nushairi hingga menewaskan 25 personil Syiah Nushairi dan menghancurkan satu BMP, walillahil-hamd.

Junud Khilafah Menghalau Serangan Rezim Syiah Suriah di Hajar Al-Aswad & Tewaskan 52

Tentara Syiah Nushairi

Rezim Syiah Nushairi mengalami kerugian lebih besar pada hari ke-17 dalam agresinya di pinggiran Hajar Al-Aswad. Sebab, sedaknya 25 tentara Syiah Nushairi tewas setelah terlibat konfrontasi melawan junud Khilafah, walillahil-hamd.

Sumber lapangan juga menuturkan, junud Khilafah menghalau sejumlah serangan tentara Syiah Nushairi di Hajar Al-Aswad dari poros Jl. 30. Konfrontasi berlangsung sengit menggunakan berbagai macam senjata hingga menewaskan 25

tentara Syiah Nushairi dan melukai banyak personil mereka. Selain itu, junud Khilafah juga berhasil menghancurkan BMP selama pertempuran, walillahil-hamd.

Tak hanya itu, 27 tentara Syiah Nushairi juga tewas pada hari Sabtu akibat pertempuran sengit melawan  junud Khilafah di pinggiran Hajar Al-Aswad, At-Thadamun dan kamp Yarmuk, berkat karunia Allah.

30 Tentara Syiah Nushairi Tewas Pada Hari Ke-18 Pertempuran di Pinggiran Damaskus Pada Ahad 20 Sya’ban 1439 H, pertempuran di pinggiran Damaskus kembali meletus tepatnya di kompleks Hajar Al-Aswad dan Kamp Yarmuk hingga menewaskan 30 tentara Syiah Nushairi, berkat karunia Allah.

Sumber lapangan menuturkan, junud Khilafah menghadang sejumlah serangan tentara Syiah Nushairi di Hajar Al-Aswad dan Kamp Yarmuk. Konfrontasi kedua pihak berlangsung sengit hingga menewaskan sedikitnya 30 tentara Syiah Nushairi dan melukai beberapa tentara Syiah Nushairi lainnya, serta melumpuhkan kendaraan Syilka, walillahil-hamd.

Serangan Junud Khilafah Tewaskan 32 Tentara Syiah Nushairi di Kamp Yarmuk

Pada tanggal 21 Sya’ban 1439 H atau hari ke-19 pertempuran di selatan Damaskus, junud

Khilafah menghadang tentara Syiah Nushairi di Kamp Yarmuk hingga menewaskan 32 tentara Syiah Nushairi dan menghancurkan sebuah tank, walillahil-hamd.

48 Murtad Tentara Syiah Nushairi di Sekitar Kamp Yarmuk

Pada 22 Sya’ban 1439 H, baku tembak berlangsung antara junud Khilafah dan tentara Syiah Nushairi di sekitar Kamp Yarmuk hingga menewaskan 48 tentara Syiah Nushairi, walillahil-hamd.

23 Murtad Tewas dan Satu Tank Dilumpuhkan Pada tanggal 22 Sya’ban 1439 H, pertempuran sengit juga kembali meletus antara junud Khilfah dan tentara Syiah Nushairi di sekitar Kamp Yarmuk. Dalam pertemmpuran itu, sedikitnya 23 tentara Syiah Nushairi dan junud Khilafah juga berhasil melumpuhkan satu tank milik rezim Syiah Suriah, walillahil-hamd.

Disebutkan juga bahwa pertempuran pada pekan lalu di selatan Damaskus menewaskan lebih dari 180 tentara Syiah Nushairi, 44 tentara Syiah diantaranya tertembak sniper Khilafah. Selain itu,  junud Khilafah juga berhasil menghancurkan dan melumpuhkan 8 kendaraan serta tank, walillahil-hamdu wal-minnah.

Sejumlah Serangan

Junud Khilafah

Pada 19 Sya’ban 1439 H, detasemen rahasia Khilafah melancarkan sejumlah serangan yang menargetkan kantor Pemilihan Umum (Pemilu), serta seorang perwira dan seorang personil milisi Syiah Hasyad Radhah, walillahil-hamd. Kantor media Khilafah wilayah Baghdad melaporkan, junud Khilafah menyerbu kantor Pemilu syirik di daerah Al-Adzmiyah. Junud Khilafah kemudian membunuh dua (2) aparat penjaga dengan pistol berperedam, sedangkan

unit lainnya menarget kantor Pemilu lainnya di distrik Baghdad baru dengan sejumlah granat tangan, walillahil-hamd.

Pada hari Selasa, junud Khilafah juga berhasil meringkus seorang perwira berpangkat kolonel yang bernama Tsamir Khalil Syukur An-Naimi yang bekerja di divisi 10. Ia berhasil diringkus oleh junud Khilafah di daerah Kepolisian Lima. Sedangkan unit rahasia Khilafah lainnya juga berhasil meringkus seorang anggota milisi Syiah Hasyad Radhah di distrik Al-Habibah, walillahil-hamd.

Disebutkan juga bahwa Daulah Khilafah sebelumnya telah memperingatkan kaum Muslimin di Iraq dan di seluruh tempat di penjuru dunia untuk menjauhi tempat-tempat kesyirikan Pemilu dan markas-markas KPU itu karena akan menjadi target bala tentara Khilafah. Seruan ini menyebabkan pemerintahan Syiah Radhah Iraq memperketat keamanan, namun hal itu dak berguna bagi mereka, berkat karunia Allah.

di Baghdad Targetkan Kantor

Pemilu & Ringkus Perwira

Syiah Rafidhah

Wilayah Baghdad

Unit Rahasia Khilafah

Meringkus Caleg Pemerintahan

Rezim Syiah Iraq Utara Al-Qayyarah

Pada 20 Sya’ban 1439 H, unit rahasia Daulah Khilafah meringkus seorang Calon Legislatif (Caleg) pemerintahan rezim Syiah Rafidhah Iraq didalam rumahnya di utara Al-Qayyarah, walillahil-hamd. Sumber lapangan menturukan, junud Daulah Islam pada malam Ahad menyerbu rumah si Murtad Faruq Al-Juburi yang merupakan Caleg partai “Al-Wathaniyah” di desa Lazakah utara Al-Qayyarah. Serbuan junud Khilafah ini menyebabkan si Murtad Faruq tewas, berkat karunia Allah.

Sementara itu pada Selasa 22 Sya’ban 1439 H, junud Khilafah menargetkan mobil 4x4 milisi Hasyad Rafidhah di

(6)

EDISI 10

Senin, 28 Sya’ban 1439H 14 Halaman

6

Kabar

Junud Khilafah Kuasai

Lembah Mazar

di Distrik Kanar, Hingga Tewaskan

& Menawan Milisi Taliban

Wilayah Khurasan

Pada pekan ini, junud Khilafah melancarkan serangan terhadap para tentara Murtaddin Afghanistan dan milisi kelompok Murtaddin Taliban serta polisi perbatasan di Kanar, distrik Nangarhar hingga menewaskan dan melukai 10

desa Al-Halwat sebelah timur Az-Zaab. Hasilnya, mobil milisi Hasyad Rafidhah hancur dan semua personil didalam mobil tersebut tewas dan terluka, walillahil-hamd.

Sejumlah amaliyah tersebut dilakukan oleh junud Daulah Islam dengan menargetkan seluruh Caleg dan kantor Pemilu karena ia telah menjadikan dirinya sebagai tandingan Allah dalam pembuatan hukum melalui Parlemen syirik, wal ’iyadzubillah.

dari mereka, berkat karunia Allah.

Pada 22 Sya’ban 1439 H, junud Khilafah melancarkan serangan ke sejumlah pos milisi Taliban di lembah Mazar distrik Kanar. Seranngan  junudu Khilafah itu berakhir dengan dikuasainya

lembah Mazar, berkat karunia Allah.

Kantor media Khilafah wilayah Khurasan  juga melaporkan, junud Khilafah menyerang sejumlah pos milisi Taliban yang tersebar di lembah Mazar, distrik Nurkal di Kanar. Konfrontasi senjata berlangsung antara dua (2) kubu hingga tujuh (7) milisi Taliban berhasil ditawan, sebagian lagi dibunuh dan sebagian lainnya melarikan diri. Selain itu, junudu Khilafah meraih sejumlah ghanimah senjata dan amunisi, hingga Khilafah membentangkan kekuasaanya di lembah tersebut, walillahil-hamd.

5 Tentara Murtaddin Afghanistan Tewas di Kanar

Pada 19 Sya’ban 1439 H, empat (4) tentara Murtaddin Afghanistan tewas dan luka-luka terkena ledakan bom IED junud Khilafah pada kendaraan mereka di distrik watabor, walillahil-hamd.

Sebelum itu pada 17 Sya’ban 1439 H, junud Khilafah juga meringkus seorang perwira pasukan Afghanistan di distrik Suki derah Kanar. Junud Khilafah juga meringkus mata-mata pemerintahan Murtaddin Afghanistan di tempat yang sama, dan seorang milisi Taliban, walillahil-hamd.

Junud Khilafah Tewaskan Seorang Komandan Taliban di Nangarhar

Pada hari Sabtu, junud Daulah Islam menarget komandan milisi kelompok Taliban di daerah Caprahar, hingga menewaskannya. Sumber lapangan menuturkan bahwa junud Khilafah menggerebek rumah komandan milisi Taliban si Mula Karim di daerah Caprahar dan berhasil membunuhnya, walillahil-hamd.

Disamping itu, junud Khilafah juga meledakkan dua (2) truk tangki yang mengangkut bahan bakar untuk tentara Salibis Amerika Serikat (AS) di bandara Jalalabad dengan bom IED hingga menghancurkan keduanya, berkat karunia Allah. Sedangkan pada 22 Sya’ban 1439 H, kesatria inghimasi junud Khilafah menyerbu markas kepolisian Afghanistan di daerah 13, distrik Dasyt Barji di Kabul, walillahil-hamd.

(7)

EDISI 10

Senin, 28 Sya’ban 1439H

(8)

EDISI 10

Senin, 28 Sya’ban 1439H 14 Halaman

8

Ekslusif

3 Operasi Issyhadi Guncang Indonesia, Menewaskan dan Melukai Sedikitnya 52

Penganut Kristen

Setelah bertawakal kepada Allah, para tentara Khilafah berangkat menuju sejumlah gereja Salibis Kristen di Kota Surabaya, di Provinsi Jawa Timur, sebelah Timur Indonesia. Issyhadi pertama menyasar Gereja Pantekosta dengan kendaraan peledak. Sedangkan issyhadi kedua meledakkan rompi peledaknya di Gereja Maria. Di saat yang hamp ir bersamaan, serangan kega menargetkan Gereja Kristen Indonesia dengan sepeda motor berpeledak. Kega operasi tersebut menewaskan sedikitnya 11 kar Kristen termasuk para aparat keamanan penjaga gereja, serta melukai 41 orang lainnya. Segala puji bagi Allah atas karunia-Nya.

Orang Kafr Halal Darah dan Hartanya Kebanyakan muslim yang dak memahami akidah Islam secara benar meyakini bahwa orang-orang kar dan musyrik yang dak tergabung ke dalam barisan militer, maka mereka dikategorikan sebagai “masyarakat sipil”. Tak ayal, bagi mereka, orang-orang kar “masyarakat sipil” tersebut dak boleh ditarget untuk diperangi atau dilawan. Padahal, penamaan dan pembagian tersebut  –serta berbagai konsekuensi hukumnya yang bal— dak pernah disebutkan dan dak pernah ada keterangannya di dalam syariat Allah, baik secara tekstual maupun kontekstual. Ini mengingat, neraca klasikasi manusia di dalam Islam dak mengenal islah “sipil” dan “militer”. Pembagian manusia di dalam Islam sesungguhnya hanya mengenal dua kelompok saja; beriman atau kar.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berrman, “Dialah yangmenciptakankamumakadiantarakamu ada yang kar dan di antaramu ada yang mukmin.”  (At-Taghabun: 2)

Maknanya, orang-orang yang mau mengimani Allah dan Rasulullah, kar kepada thaghut, mengerjakan segala perintah Allah, menjauhi segala larangan-Nya, serta menghindari hal-hal yang membatalkan keimanannya, maka mereka adalah orang-orang beriman. Dan orang-orang yang dak mau mengimani Islam sebagai satu-satunya agama yang benar, dak mau masu k ke dalamnya secara menyeluruh, atau melakukan satu dari sepuluh pembatal keislaman, maka mereka adalah orang-orang kar. Allah mengingatkan:”Dankatakanlah:“Kebenaranitu datangnyadariRabbkalian;makabarangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah dia beriman, danbarangsiapayang ingin(kar) biarlah dia kar.”  (Al-Kahf: 29)

Ibnu Hazm menguatkan hal ini, “Tak ada agama selain Islam atau kekaran. Barangsiapa yang meninggalkan salah satunya, akan memasuki yang lain, sebab dak ada lagi sesuatu di antara keduanya.” Jadi, barangsiapa yang terjatuh ke dalam kekaran, maka dia telah meninggalkan Islam. Islam dan kekaran adalah dua hal kontradikf secara diametral.

Selanjutnya, dari pembagian ini, Islam menetapkan sejumlah konsekuensi bagi masing-masing kelompok, baik konsekuensi di dunia maupun yang bersifat eskatologis (akhirat). Orang Islam mendapatkan konsekuensi dari keimanannya, sebagaimana orang kar pun akan mendapatkan konsekuensi dari kekarannya. Di antara konsekuensi terpenng di dunia; orang beriman akan terjaga darah dan hartanya, apa pun pekerjaan dan posisinya. Adapun orang kar, jika dia dak mau beriman dan dak terlibat dalam perjanjian keamanan –semisal akad ahlu dzimmah, gencatan senjata, atau ‘ahdun musta`man (perlindungan keamanan)— maka darah dan hartanya dak terjaga, alias darahnya boleh ditumpahkan dan hartanya halal diambil alih, apa pun pekerjaan dan posisinya. Dan membunuhnya adalah sebuah kewajiban berpahala.

Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang mengucapkan‘lailahaillallah’(adailahyang berhakdisembahselainAllah)dankarkepada segala sesuatu yang disembah selain Allah, maka telah haram harta dan darahnya, dan perhitungannyaadapadaAllah.” (HR. Muslim) Tentunya, kalimat “la ilaha illallah” dak

boleh hanya diucapkan atau diikrarkan lisan tanpa mengetahui maknanya dan tanpa mengamalkan berbagai konsekuensinya. Kaum munak mengikrarkan kalimat tauhid, namun sejanya mereka berada dalam kekufuran dan menempa kerak neraka, kenda mereka shalat, puasa, dan mengeluarkan zakat. (Lihat: Kalimat La Ilaha Illallah, infograk bulen An-Nabaa`, Rajab 1437 H)

Dikatakan kepada Hasan Al-Bashri, “Sebagian manusia berkata bahwa siapa saja yang mengikrarkan “La Ilaha Illallah” akan masuk surga.” Dia menjawab, “Barangsiapa mengucapkan “La Ilaha Illallah” lalu memenuhi syarat-syarat dan mengamalkan kewajibannya, maka dia masuk surga.”

Dua Rukun Kalimat Tauhid

Wajib dipahami oleh kita; “La ilaha illallah” mempunyai dua rukun utama; (1) Menakan semua ibadah yang diperuntukkan selain Allah dan (2) menetapkan semua ibadah hanya untuk Allah semata tanpa menyekutukannya. Dan ketujuh syaratnya adalah ilmu yang meniadakan kebodohan, cinta meniadakan benci, yakin meniadakan keraguan, patuh meniadakan pengabaian, jujur meniadakan dusta, menerima yang meniadakan penolakan, dan ikhlas yang meniadakan syirik.

Dalam sabda yang lain, Rasulullah menegaskan bahwa keterjagaan darah dan harta seseorang tergantung pada penunaiannya terhadap kalimat tauhid dan pelaksanaan hal-hal yang wajib secara pas diketahui di dalam agama (baca: penegakan shalat, dan pembayaran zakat).

Rasul menegaskan:”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi; ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dansesungguhnyaMuhammad adalahutusan  Allah, menegakkan shalat dan menunaikan zakat. Jika mereka melakukan yang demikian, maka mereka telah memelihara darah dan hartamerekadarikukecualidenganhakIslam danperhitunganmerekaadapadaAllah.”  (HR. Al-Bukhari)

Dari dua hadits di atas dapat diambil kesimpulan hukum, sesungguhnya orang beriman yang mengucapkan, meyakini, dan mengamalkan segenap konsekuensi kalimat tauhid, maka darah dan hartanya terjaga. Haram bagi siapapun untuk menumpahkan darah dan mengambil alih harta seorang muslim. Dan sebaliknya, orang kar dan musyrik daklah terjaga darah dan hartanya, disebabkan mereka menakan kalimat “la ilaha illallah”.

Bunuhlah Kaum Muysirikin

Dimanapun Mereka Berada

(9)

EDISI 10

Senin, 28 Sya’ban 1439H

14 Halaman

Ekslusif

9

Terlebih lagi di negara-negara Salibis yang berkomplot untuk memerangi Daulah Islam, maka darah orang-orang kar di sana daklah terjaga. Juru Bicara Daulah Islam Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani –semoga Allah menjaganya—memaparkan di dalam pidato berjudul Wa Yahya Man Hayya ‘An Bayyinah, “Maka ketahuilah, sesungguhnya di tanah air Salibis yang memerangi (Daulah Islam) dak ada perlindungan darah, dan dak ada yang disebut “masyarakat dak berdosa”.”

Kekafran dan Kesyirikan adalah Sebab Peperangan

Selain itu, hadits-hadits di atas juga menyatakan secara tegas, bahwa sebab dari diwajibkan peperangan dan pembunuhan terhadap orang kar adalah kekaran, kesyirikan, dan penaan kalimat tauhid. Rasul diperintahkan untuk memerangi manusia, sampai mereka mau beriman dan bertaubat dari kekaran mereka. Maknanya, Rasulullah diutus dan diperintahkan Allah untuk memerangi manusia, sampai mereka mau menyembah dan mengibadahi Allah semata serta berlepas diri dan memerangi seap berhala dan thaghut yang disembah dan ditaa selain Allah.

Arnya, alasan dan sebab diperangi dan dibunuhnya orang-orang kar adalah murni karena kekaran dan kesyirikan mereka, bukan karena mereka memerangi kita terlebih dulu, atau hal-hal lainnya. Dalam hadits tadi, Rasulullah menjadikan tujuan akhir dari peperangan adalah Islam. Bermakna bahwa jika seluruh manusia sudah masuk Islam, maka dak ada lagi perang. Di sisi lain, banyak sekali hadits yang menunjukkan bahwa dak mungkin seluruh manusia akan menjadi Islam. Pun demikian dengan hadits-hadits yang menunjukkan bahwa kekufuran senanasa ada hingga Hari Kiamat. Jika demikian, berar perang akan senanasa eksis bersamaan dengan adanya kekufuran. Konsepsi demikian sudah lebih dulu ditegaskan Allah di dalam Al-Quran. Allah berrman,”Dan perangilah mereka, supaya jangan ada tnah (syirik) dan supaya agama itu semata-mata milikAllah.” (Al-Anfal: 39)

Dijelaskan oleh para ulama, “tnah” dalam ayat tersebut maknanya adalah “kekaran”. Arnya, perangilah orang-orang kar sehingga dak ada lagi kekaran. Karena dalam ayat lainnya diterangkan bahwa “tnah” (kesyirikan atau kekufuran) lebih dahsyat bahayanya daripada pembunuhan. Allah berrman: “Dan tnah itu lebihbesar bahayanya dari pembunuhan.” (Al-Baqarah: 191)  Dalam ayat lainnya:”Dan

berbuat tnah lebihbesar (dosanya) daripada membunuh.”  (Al-Baqarah: 217)

Dikuatkan lagi oleh Ibnul Arabi Al-Maliki keka menjelaskan surat Al-Anfal ayat 39: “Dengan ayat ini, sebab pembunuhan adalah adanya kekaran. Karena Allah berrman, ‘Supaya  jangan ada tnah.’ Allah menetapkan tujuan yaitu dak adanya kekaran secara tekstual. Dan menerangkan bahwa sebab pembunuhan yang dibolehkan dalam al-qital (peperangan) adalah karena adanya kekaran.” (Lihat: Ahkam Al-Quran, Ibnul Arabi)

Di dalam tafsirnya, Ibnu Katsirmenerangkan, “Ibnu Jarir (Ath-Thabari) melansir ijma’ (konsensus) bahwa orang musyrik boleh dibunuh apabila dia dak memiliki perlindungan keamanan, meskipun dia menjadi imam di Baitul Haram atau di Baitul Maqdis.” (Lihat: Tafsir Ibnu Katsir).  Imam Asy-Syaukani menyebutkan bahwasanya orang musyrik, baik dia memerangi atau dak memerangi (kaum muslimin), maka darahnya halal selama dia masih musyrik. Pasalnya, orang kar musyrik adalah najis, bukan najis tubuh mereka, melainkan disebabkan kesyirikan yang mereka anut. Allah berrman, “Wahaiorang-orangyangberiman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendeka Masjidil Haramsesudahtahunini.” (At-Taubah: 28) Sebagaimana halnya najis yang bersifat konkret, najis kesyirikan yang abstrak pun sesuatu yang dibenci serta harus dilenyapkan. Orang kar dan musyrik harus hidup tunduk terhina di bawah supremasi aturan Islam dan superioritas kaum muslimin. Mereka dak boleh dibiarkan hidup secara nyaman. Sampai-sampai di dalam hadits hasan-shahih, Rasulullah mengajarkan:”Janganlah kalian memulai memberi salam kepada orang-orang Yahudi danNasrani. Apabila kalian berjumpa dengan salah seorang dari mereka di jalan, maka desaklahmerekake jalan paling sempit.” (HR. At-Tirmidzi, 1528)

Para ulama menerangkan, maksud dari pelarangan itu adalah karena memulai memberi salam kepada orang-orang kar merupakan bagian dari penghormatan kepada mereka, padahal kaum muslimin diperintahkan untuk menghinakan mereka. Hal ini juga berlaku saat bertemu salah seorang dari mereka di  jalan, maka dianjurkan untuk dak memberi  jalan kepada mereka, sebab itu bagian dari

pengagungan kepada mereka.

Kaum muslimin adalah umat superior. Sehingga

Allah pun hanya memberi – misalnya— ampunan kepada orang-orang beriman, dak kepada orang-orang kar. Allah meminta kita agar dak bersikap lemah dan berdamai kepada orang kar, karena kita berada di atas mereka. Allah berrman:

“Hai orang-orang yang beriman, taalah  Allah dan taalah Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. Sesungguhnya orang-orang kar dan (yang) menghalangimanusiadarijalanAllahkemudian mereka ma dalam keadaan kar, maka sekali-kali Allah dak akan memberi ampun kepada mereka. Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali dakakanmengurangipahalaamal-amalmu.”  (Muhammad: 33-35)

Orang-orang beriman meslah menerapkan perlakuan keras kepada orang-orang kar, sebagai realisasi rman Allah:”Wahai orang-orang beriman, perangilah orang-orang-orang kar yangdisekitarkamuitu,danhendaknyamereka mendapatkan sikap keras dari kalian.”  (At-Taubah: 123)

Maksudnya, supaya orang-orang kar itu mendapatkan kekerasan dari kalian dalam peperangan kalian melawan mereka. Karena mukmin sempurna adalah orang yang berlemah-lembut kepada saudara seiman dan keras terhadap orang kar. Allah berrman, “Kerasterhadaporang-orangkardanberkasih-sayangkepadasesamamereka.”  (Al-Fath: 29) Sehingga Nabi Muhammad pun diperintahkan untuk menjihadi orang-orang kar dan munak, serta bersikap keras kepada mereka. Allah menegaskan, “Wahai Nabi, berjihadlah (melawan)orang-orangkardan orang-orang mnunak itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah Jahanam. Danitu adalah tempat kembaliyang seburuk-buruknya.”  (At-Taubah: 73, At-Tahrim: 9)

Pembagian Manusia Menurut Islam Terkait hal demikian, Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi membeberkan di dalam ceramah berjudul Qul A`antum A’lamu Am Allah, bahwa Islam hanya mengklasikasikan seluruh manusia di muka bumi ke dalam ga kelompok:

Pertama, ahlul (pemeluk) Islam yang benar-benar beraliasi kepada akidah Islam. Kedua, orang kar yang mengadakan perdamaian dengan Islam. Dia berdamai dengan kaum muslimin, baik dengan akad dzimmah

(10)

EDISI 10

Senin, 28 Sya’ban 1439H 14 Halaman

10

Ekslusif

(perjanjian keamanan hidup di bawah naungan Daulah Islam), perjanjian gencatan senjata dengan mujahidin Daulah Islam, atau perjanjian keamanan yang diberikan oleh Khalifah (‘ahd musta`man).

Dua golongan di atas meniscayakan terjaganya darah dan harta mereka, kecuali apabila salah seorang di antara mereka melakukan pelanggaran yang menghalalkan darah mereka untuk ditumpahkan atau harta mereka untuk dirampas, berdasarkan ketentuan-ketentuan syariat Islam.

Di antara salah satu akad perjanjian yang menjaga darah dan harta orang kar, dan dijelaskan di dalam Al-Quran, adalah akad dzimmah dan pembayaran jizyah. Allah berrman di dalam surat At-Taubah ayat 29, “Perangilah orang-orang yang dak beriman kepada Allah dan dak(pula)kepadaHariAkhir,danmerekadak mengharamkanapayangdiharamkanolehAllah dan Rasul-Nya dan dak beragama dengan agamayangbenar(agamaAllah),(yaituorang-orang)yangdiberikanAl-Kitabkepadamereka, sampaimerekamembayarjizyahdenganpatuh sedangmerekadalamkeadaantunduk.” 

Perhakanlah, Allah memerintahkan kita memerangi orang-orang yang dak beriman, orang-orang yang menghalalkan apa-apa yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya, serta dak beragama yang benar. Jika mereka dak mau diperangi, maka mereka harus patuh di bawah ketentuan Daulah Islam, dengan membayar  jizyah, sedang mereka dalam keadaan tunduk terhina di bawah kaum muslimin. Dari sini  juga kita dapatkan sekali lagi, alasan di balik pembunuhan dan peperangan adalah adanya “kedakberimanan” atau “kedakbertauhidan” (baca: kekaran atau kesyirikan).

Kega, yaitu orang-orang yang berada di selain dua kelompok di atas; seap orang kar di muka bumi yang dak mau masuk Islam dan  juga enggan untuk mengadakan perdamaian dengan Islam dan dengan kaum muslimin, baik melalui akad ahlu dzimmah, gencatan senjata, dan ‘ahd musta`man. Jika demikian, mereka adalah orang-orang kar yang muharib (wajib diperangi). Mereka dak memiliki ‘ishmah (keterjagaan) secara absolut. Namun dengan syarat; mereka bukanlah pihak-pihak yang dak boleh dibunuh pertama kali, semisal anak-anak dan kaum wanita.

Dalam risalah terbitan Pustaka Al-Himmah Daulah Islam berjudul  Al-Masaa`il Al-Jiyad  FiqhAl-Jihad, didapat keterangan terkait siapa orang-orang kar yang boleh dibunuh. Di risalah

tersebut dijelaskan, seluruh ahli kih sepakat bahwa boleh untuk membunuh siapa saja orang kar yang ahlul-qital (mampu berperang), yang mana dakwah Islam secara umum telah sampai kepada mereka, yaitu dari kalangan laki-laki kar baligh yang mampu berperang. Baik apakah mereka berparsipasi dalam peperangan ataupun dak ikut berperang. Oleh karena itu, fuqaha mendenisikan “kar harbi” sebagai: orang kar yang dak memiliki perjanjian damai dengan kaum muslimin, dak terlibat akad ahlu dzimmah, dan dak memiliki surat perjanjian perlindungan dari Khalifah.

Dari sini dapat diambil pengeran, sesungguhnya pada asalnya seap orang kar adalah harbi (wajib diperangi) hanya disebabkan kekarannya, baik dia memerangi kita ataupun dak. Arnya,  jika kita mendapa orang kar yang dak mengangkat senjata kepada kita, namun di saat bersamaan dia dak menjalin perjanjian damai dengan kaum muslimin –baik akad dzimmah, gencatan senjata, atau perlindungan keamanan— maka kita menganggapnya sebagai kar harbi yang mana darahnya halal ditumpahkan dan hartanya halal dirampas.

Hal tersebut berdasarkan pemahaman umum dari rman Allah: “Apabilasudahhabisbulan-bulan Haram, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu menjumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian.”  (At-Taubah: 5)

Mayoritas ulama qih berpendapat bahwa pada awalnya berperang di asyhur al-haram (bulan-bulan haram: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab)) adalah diharamkan di dalam Islam, kecuali dalam kondisi membalas serangan musuh. Namun kemudian pemberlakuan hukum ini dihapuskan, dan digankan oleh syariat jihad secara total, yaitu memerangi orang-orang kar di seap waktu melipu bulan-bulan haram. (Lihat: Al-Asyhur Al-Hurum, Bulen An-Naba`, edisi 29, Rajab 1437 H)

Beberapa kelompok orang kar di atas daklah dibunuh, dengan syarat mereka benar-benar dak memiliki andil dan kontribusi (baik pikiran atau tenaga) serta dak berparsipasi dalam memerangi kaum muslimin. Karena apabila mereka mempunyai andil dan turut berperang, maka mereka pun boleh dibunuh, berdasarkan ijma’ ulama.

Dan yang mes diperhakan, orang-orang kar yang dikecualikan untuk dibunuh tersebut adalah berasal dari golongan kar asli. Kar asli adalah kar yang dak ada hubungannya

sama sekali dengan Islam, seper kaum Yahudi, Kristen, Hindu, dan lain sebagainya. Adapun kar murtad adalah kar yang sebelumnya pernah menjadi muslim, lalu dia memeluk agama lainnya atau melakukan satu dari sepuluh pembatal keislaman. Demikian juga kar yang mencampuradukkan Islam dengan kekaran dan syirik, semisal Syiah Radhah, para thaghut, dan Nushairiyah, mereka adalah murtaddin. Kaum murtaddin mes diperlakukan dengan pedang terhadap kemurtadan, yang berbeda dengan pedang terhadap kaum kar asli. Perbedaan antara dua pedang tersebut adalah sebagai berikut: 1) Orang murtad dapat dibunuh setelah dia ditawan, meskipun jika dia menyatakan pertaubatan. 2) Orang murtad dak bisa membayar jizyah untuk berubah menjadi kar dzimmi. 3) Tidak ada perjanjian keamanan dengan pihak murtaddin. 4) Pria murtad dak dapat dijadikan budak. 5) Orang murtad dak dapat dibebaskan dengan uang tebusan. 6) Orang murtad dak dapat dibebaskan dengan pemberian ampunan. 7) Orang murtad dapat dipaksa kembali kepada Islam. Dan lain sebagainya, yang mana rincian tentang hal ini bisa ditemukan dalam berbagai literature kih Islam. (Lihat: Rafdhah: Dari Ibnu Saba` Hingga Sang Dajjal, Majalah Dabiq, vol. 13, Rabi’ul Akhir 1437 H)

Dengan demikian, orang-orang kar murtad, maka semuanya wajib untuk dibunuh –kecuali anak-anak dan orang gila—berdasarkan keumuman sabda Nabi Muhammad: “Barangsiapa yang menggan agamanya, makabunuhlahdia.”  (HR. Al-Bukhari)

Memerangi orang-orang murtad lebih didahulukan daripada memerangi orang-orang musyrik dan kar asli dari kalangan Yahudi dan Nasrani. Disebutkan pula menurut ijma’, bahwa kar murtad lebih buruk daripada kar asli. Oleh karenanya, memerangi kaum murtaddin lebih didahulukan kembang memerangi orang kar asli. (Lihat: Majalah Dabiq, vol. 14, Rajab 1437 H) Karena seburuk-buruknya orang kar adalah orang kar murtad, orang kar terburuk berikutnya adalah orang kar paganis penyembah berhala, dan orang kar terburuk berikutnya adalah Yahudi dan Nasrani.

Demikianlah, di dalam agama dan syariat Islam, kekaran serta penghalalan darah dan harta tak ubahnya dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Arnya, siapa saja orang kar dan orang yang mempunyai atribut kekaran di dalam dirinya karena melakukan pembatal-pembatal keislaman, maka darahnya

(11)

EDISI 10

Senin, 28 Sya’ban 1439H

14 Halaman

Ekslusif

11

halal ditumpahkan dan harta-bendanya halal diakuisisi. Tidak ada sesuatu yang bisa menjaga darah dan hartanya, selain beriman atau terlibat dalam akad ahlu dzimmah, perjanjian gencatan senjata, dan akad perlindungan keamanan. Membunuh orang kar murtad dan kar asli adalah sebuah kewajiban agama yang berbuah pahala dan ganjaran baik. Betapa dak, seap muslim muwahhid yang bisa membunuh orang kar, maka Allah akan menjauhkannya dari api neraka. Rasulullah memberi kabar gembira: “Orang kar dak akan berkumpul dengan pembunuhnya (mukmin) di dalam neraka selamanya.”  (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah , dia berkata, Rasulullah

 bersabda, “ Tidak akan berkumpul di dalam neraka, yang salah satunya dapat membahayakan yang lain.” Beliau ditanya, “Siapa mereka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,“Seorangmukminyangmembunuh orangkar,laludiakonsistendalamndakannya yangbenaritu.”  (HR. Muslim)

Bunuhlah Para Pemimpin Kekafran Jika orang kar yang dibunuh oleh seorang muslim berada di neraka, dan orang muslim dak akan berkumpul bersamanya, arnya si muslim tadi jelas berada di surga. Dan apabila membunuh seorang kar saja bisa dijauhkan dari neraka, lalu apa gerangan dengan seorang muslim atau mujahid yang membunuh puluhan atau ratusan Salibis, orang kar, dan murtaddin? Alangkah besarnya ganjaran yang

akan diterimanya bukan? Maka sewajibnya seap muslim beribadah dan mendekatkan diri dengan menumpahkan darah orang-orang kar. Terlebih lagi jika mereka adalah para pentolan thaghut, para ulama suu` yang melecehkan agama, dan para pemimp in kekaran.

“Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudahmerekaberjanji,danmerekamencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kar itu, karena sesungguhnyamerekaitu adalah orang-orang (yang dak dapat dipegang) janjinya, agar supayamerekaberhen.” (At-Taubah: 12) Sungguh ‘para ulama’ penyeru ke pintu Jahanam itu telah merusak sumpah mereka kepada Allah dan kaum muslimin, karena mereka telah membuat kedustaan di dalam agama serta memtnah para pengemban jihad dan kaum shalihin. Mereka merupakan target serangan yang syar’i. Mereka dak memiliki perjanjian atau keselamatan, dan harus diperangi. Rasulullah memerintahkan untuk membunuh siapa saja datang untuk mematahkan kekuatan atau memecah-belah persatuan kaum muslimin, di saat urusan umat berada di bawah komando satu orang (imam). Demikianlah hukuman untuk orang yang memecah-belah jamaah kaum muslimin, lalu apa gerangan dengan para ulama suu` yang menjadi penolong para thaghut, corong kekaran yang menggiring orang-orang bodoh untuk membela para thaghut? Mereka telah menahbiskan diri mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, melalui seluruh ceramah dan fatwa sesat mereka yang menghalalkan hal-hal haram dan mengharamkan hal-hal halal.

Terutama lagi, segenap kaum kar, para pemimpin kekaran, dan para ulama suu` itu memerangi para mujahidin dan pemimpin Daulah Islam, yang notabene mereka adalah wali Allah. Dan siapa saja yang memerangi para wali Allah, maka dia wajib untuk diperangi. Allah sendiri memperkenankan untuk memerangi mereka, sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi riwayat Imam Al-Bukhari: “Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Aku maklumkan perangdengannya.” 

Maka perangilah orang-orang kar dan para pemimpin kekaran itu dengan peralatan apa pun yang kita miliki! Mari kita terjemahkan baiat kita kepada Khalifah Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi –semoga Allah menjaga dan memenangkannya— ke dalam ‘bahasa realitas’ (!) Wallahua’lambiash-shawab. []

Wanita Hamil, Bolehkah Tidak Berpuasa? Tanya: Wanita hamil yang mengkhawarkan bayinya, apakah boleh baginya dak berpuasa Ramadhan?

Jawab: Sembari memohon tauk Allah, kami menjelaskan bahwa seorang wanita hamil atau menyusui dak boleh berbuka puasa di siang bulan Ramadhan, kecuali apabila dia khawar membahayakan diri atau bayinya. Allah Ta’ala berrman, “Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka dak berpuasa) membayar  dyah, (yaitu): memberi makan seorang

miskin.” (Al-Baqarah: 184)

Menafsirkan ayat di atas, Ibnu Abbas berkata, “Barangsiapa dak sanggup berpuasa kecuali dengan bersusah-payah, maka dia boleh berbuka puasa, dan memberi makan satu orang miskin seap harinya. Pun demikian ibu hamil, ibu menyusui, orang tua renta, dan orang yang memiliki penyakit permanen.”

Ibnu Qudamah   berkata, “Apabila Ibu hamil dan ibu menyusui mengkhawarkan dirinya, maka keduanya boleh berbuka puasa. Wajib bagi keduanya untuk meng-qadha  (menunaikan kewajiban puasa) puasa saja. Kami dak mengetahui ada perselisihan di kalangan ulama dalam hal ini. Karena ibu hamil dan ibu menyusui tak ubahnya orang sakit yang mengkhawarkan keselamatan dirinya. Namun jika keduanya berbuka puasa lantaran mengkhawarkan bayi keduanya, maka keduanya harus meng-qadha

(gan) puasa dan membayar dyah yaitu memberi maka satu orang miskin seap harinya. Pendapat ini diriwayatkan dari Ibnu Umar, dan menjadi pendapat masyhur dari madzhab Asy-Sya’i.

Kesimpulan yang bisa diambil dari pendapat para ulama, apabila ibu hamil dan ibu menyusui berbuka puasa karena mengkhawarkan kesehatan dirinya saja, maka keduanya harus men-qadha puasa saja. Namun apabila keduanya berbuka puasa karena mengkhawarkan kesehatan janin atau bayinya, maka keduanya harus meng-qadha dan membayar dyah memberi makan satu orang miskin seap hari keduanya berbuka puasa. Wallahua’lam.

Umat Bertanya

Ulama Menjawab

(12)

EDISI 10

Senin, 28 Sya’ban 1439H 14 Halaman

12

Artikel

Keka musuh menyerang kaum wanita dan anak-anak yang saat ini dikatakan sebagai warga sipil, maka diperbolehkan juga menyerang kaum wanita dan anak-anak musuh yang disebut sebagai warga sipil. Sebagai pengamalan prinsip resiprokal (konsep membalas perbuatan mereka dengan cara yang sama/ ). Allahu Ta’ala berrman, “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang dimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnyaitulahyanglebihbaikbagiorang-orangyangsabar.” (An-Nahl: 126)

Persoalan ini sangat jelas sejelas matahari di siang bolong; seorang muslim dibolehkan membalas dengan balasan yang sama. Maka diperbolehkan membunuh anak-anak, wanita, dan orang-orang tua mereka, sebagaimana mereka membunuh wanita, anak-anak, dan orang-orang tua kita, berdasarkan keumuman rman Allah Ta’ala: “Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalahkepada

 Allahdanketahuilah,bahwaAllahbesertaorang-orangyangbertakwa,” (Al-Baqarah: 194) Sebagaimana dikatakan Imam Al-Qurthubi keka menafsirkan ayat “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang dimpakan kepadamu,” (An-Nahl: 126)  Dia mengatakan, “Apabila musuh mengambil dan membunuh kaum wanita dan anak-anak kaum muslimin,

maka dibolehkan bagi kaum muslimin untuk membalasnya dengan perbuatan sama, untuk mencegahnya.”

Dan ditetapkan dari Nabi Muhammadtentang membalas perbuatan yang sama, dalam hadits riwayat Anas bin Malik: “Sekelompok manusia mendatangi Rasulullah , kemudian mereka masuk Islam dan mengeluhkan suatu penyakit kepada Rasulullah. Mereka meminta air susu kepada Rasulullah. Beliau berkata kepada mereka, ‘Aku tak bisa berbuat apa-apa selain menyarankan kalian untuk mendatangi unta Rasulullah.’ Beliau memerintahkan mereka untuk meminum air seni dan susunya. Mereka pun kemudian mendatangi unta Rasulullah, lalu meminum air seni dan susunya hingga gemuk dan sehat. Namun mereka malah membunuh sang penggembala, mencongkel kedua matanya, dan merampas unta-unta. Datanglah kabar tersebut, kemudian Rasulullah mengutus pasukan untuk memburu mereka. Tatkala matahari meninggi, mereka pun didatangkan kepada Nabi sebagai tawanan. Beliau memerintahkan untuk memotong tangan dan kaki mereka, serta dak menghenkan penghukuman kepada mereka, dan mencongkel mata mereka. Lalu mereka dibuang di Al-Harrah, sebuah kawasan berbatu hitam di Madinah yang terkenal. Mereka dibuang di kawasan tersebut karena ia dekat dengan tempat di mana mereka membunuh sang penggembala, dan cuaca saat itu sangat panas.”

 jika demikian halnya kewajiban kisas di antara kaum muslimin, serta menunaikan prinsip perbuatan serupa dan sebanding di dalamnya, maka hal ini lebih utama lagi bagi orang-orang kar. Kita harus membalas mereka sesuai dengan perbuatan yang mereka lakukan kepada kita, dan kita perlakukan mereka seper mereka

memperlakukan kita.

Syariat telah menetapkan satu kaidah membalas perbuatan serupa dalam rangka penunaian hak-hak, sebagaimana Allah Ta’ala berrman, “Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu,” (Al-Baqarah: 194) dan rman-Nya: “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang dimpakan kepadamu,”  (An-Nahl: 126)

Ayat-ayat tersebut bersifat umum dalam segala hal. Ayat tersebut dak khusus diperuntukkan bagi konteks asbabunnuzulnya (periswa, perkataan, atau perbuatan yang terjadi pada masa tertentu yang melatarbelakangi atau menjadi penyebab turunnya ayat Al-Quran, Penj.). Ini mengingat, ada kaidah syar’i yang menyatakan bahwa al-’ibrahbi ‘umumal-lafzhla bi khusush as-sabab  (hukum diambil berdasarkan keumuman lafazh bukan karena kekhususan sebab). Akan tetapi, dalam kondisi mereka memperkosa wanita-wanita kita, apakah kita boleh memperkosa wanita mereka? Tidak boleh memperkosa wanita mereka, karena hal ini diharamkan berdasarkan nau’-nya (esensi/  jenis perbuatan). Tidak mungkin kita melakukan hal itu, karena keharamannya bukan berdasarkan prinsip menghorma hak orang lain, namun haram berdasarkan nau’-nya. Tapi apabila wanita mereka berposisi sebagai sabiyah (hamba sahaya), maka dia adalah kepemilikan penuh (al-milk al-yamin).

Bilakalajengkingdatang,kitapunkembali  Dansandalpuntelahsiapuntukberaksi 

Maka Balaslah dengan

 Anak-anak Kaum Muslimin yang Dibantai Kafir Kristen di Poso.

(13)

EDISI 10

Senin, 28 Sya’ban 1439H

14 Halaman 13

Sifat baik para kesatria dak akan sempurna hingga mereka menghiasinya dengan sikap tawadhu yang merupakan ‘pintu gerbang’ menuju ha. Pintu tersebut dak mungkin dilalui kecuali oleh orang yang memiliki sifat ini. Jarang sekali engkau mendapa seseorang yang akrab dengan manusia, tetapi dak berakhlak dengannya. Manusia sepakat bahwa sifat ini adalah baik, dan disenangi oleh jiwa. Para pakar bahasa mendenisikan “tawadhu” sebagai “merendahkan diri”. Diambil dari pemahaman “bumi itu rendah”, maknanya ia merendah kepada yang berikutnya. Secara terminologi (islah), arnya sikap rendah diri dan dak teperdaya dirinya sendiri. Allah Ta’ala berrman, “Danhamba-hambaTuhanyangMaha Penyayangitu(ialah)orang-orangyangberjalandi atasbumidenganrendahha,”  (Al-Furqan: 63) Ibnu Katsir menjelaskan, yakni berjalan dengan sakinah (ketenangan) dan sopan, tanpa sikap arogan dan menyombongkan diri. Demikianlah sikap tawadhu. Pemiliknya memiliki kedudukan nggi di hadapan manusia jika dia merendahkan diri kepada mereka. Dia juga akan menjadi mulia apabila dia melapangkan dirinya kepada mereka. Ibarat bumi datar melandai yang dipenuhi air, akan terasa nikmat penuh berkah dan kebaikan melimpah. Pun demikian dengan jiwa yang tawadhu, ia akan menikma sambutan dan keakraban dari semua pihak.

Akhi Mujahid,

Bagaimana bisa, jika seorang manusia diciptakan Allah dari tanah dan dimuliakan dengan

mengemban peribadatan, lalu dia melampaui batasan-batasan yang disyariatkan Allah, serta bersikap arogan dan memandang orang lain dengan sebelah mata. Padahal di sisi Allah, dia lebih hina. Maka, selamat bagi kalian wahai orang-orang tawadhu yang disebut “Allahcintakepadamereka danmereka juga mencintaiAllah,” (Al-Maa`idah: 54).  Dan celakalah bagi mereka yang dikatakan “Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orangyangmenyombongkandiri,”  (Az-Zumar: 72) Allah Ta’ala berrman, “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allahmencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orangkar,”(Al-Maa`idah: 54)

Allah Ta’ala juga berrman, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikumu, Yaituorang-orangyangberiman,”(Asy-Syu’ara: 215) Manusia yang paling banyak mengamalkan sifat mulia ini adalah Nabi Muhammad . Beliau 

mengendarai keledai, mengenakan pakaian wol, makan, dur, dan duduk beralaskan kar di tanah. Beliau juga memelihara kambing, menambal sandalnya, menjahit pakaiannya, bekerja membantu keluarga di rumah, memberi salam kepada anak-anak kecil, memenuhi undangan hamba sahaya untuk menikma ro gandum, serta menggendong anak kecil yang diajak jalan-jalan kemana pun dia mau di Madinah. Inilah sifat tawadhu seorang Nabiyang mulia. Beliaulah pernah bersabda, “Sedekah daklah mengurangi harta. Tidaklah  Allahmenambahkankepadaseoranghambasifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya.Danjugadaklahseseorangmemilikisifat tawadhu’ (rendah ha) karena Allah melainkan  Allahakanmeninggikannya.” (HR. Muslim)

Rasulullah mewan-wan sikap takabur dan mencontohkan untuk kita tentang betapa buruk akibat dan kesudahan pelakunya. Dari Abu Hurairah

, Rasulullah   bersabda, “Keka seseorang

berjalandengansombongmemakaipakaianindah makaAllahmenenggelamkannyakedalambumi, dania beradadidalamnyasampaiHari Kiamat.” (HR. Muslim)

Rasulullah juga menolak sikap berlebihan dalam memberi pujian dengan ucapan. Beliau justru lebih senang dipanggil dengan panggilan “‘abd” (hamba). Umar bin Al-Khaab berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Janganlah kalian berlebihan menyanjungku sebagaimana orang-orang Nasrani berlebihan dalam menyanjung putra Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka panggillahdenganhambadanutusanAllah.’”  (HR. Al-Bukhari)

Akhi Mujahid,

Rasulullah   menyeru kepada sikap tawadhu, dan memberikan movasi, karena hal ini memiliki banyak faedah. Diriwayatkan ‘Iyadh bin Hammar, Rasulullah   bersabda, “Dan sesungguhnya  Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat

tawadhu. Janganlah seseorang menyombongkan diri(berbanggadiri) danmelampaui batas pada yanglain.”(HR. Muslim)

Allahu menjelaskan kepada kita, keuntungan terbesar dari sikap tawadhu adalah pahala besar yang akan diperoleh oleh orang-orang tawadhu di negeri akhirat. Allah Ta’ala berrman, “Negeri akhiratitu,Kamijadikanuntukorang-orangyang dak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dankesudahan (yang baik)ituadalahbagiorang-orangyangbertakwa.” (Al-Qashash: 83)

Ibnu Katsir menerangkan, “Allah Ta’ala mengabarkan bahwa negeri akhirat beserta segala kenikmatan abadinya yang takkan pernah beralih maupun lenyap. Allah menjadikannya untuk para hamba-Nya yang beriman lagi tawadhu. Orang-orang yang dak menyombongkan diri di muka bumi, yakni bersikap superior di atas makhluk Allah, bersikap adigung dan arogan terhadap mereka.”

Akhi

Mujahid

Barangsiapa Merendahkan Diri ke pada Allah, Niscaya Dia Mengangkat Kedudukannya

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian kualitatif menempatkan peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi/gabungan, analisis data bersifat induktif dan

Setelah dilakukan analisis terhadap 85 responden yang telah mengisi kuesioner dengan benar, maka diperoleh simpulan yaitu Pengaruh dari Kinerja Dosen terhadap

Scratas hrfah betasJafa lima r at us daa puhih enam ritm ser at

Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Garcia merupakan ekstrak kulit manggis yang dikemas dalam bentuk serbuk ekstrak kapsul sehingga lebih praktis di konsumsi dan memiliki kandungan xanthone yang dapat mencegah

Karna ketika terjadinya kerusakan pada sebuah ekosistem, maka dapat menyebabkan suatu organisme yang ada di lingkungan tersebut yang tidak mampu beradaptasi dengan

Artikel ini akan meneliti kedudukan hadith dalam kitab Risalah Tarekat Naqshabandiyyah karya Sheikh Yahya daripada mana sumber pengambilan hadith-hadith tersebut, sanad dan

Pada saat program Anda dimulai, mulailah m enebak dengan m encet ak sebuah passw ord yang t erdiri dari empat buah digit bilangan bulat. Sedangkan jika kalimat yang Anda