• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Sindy Saputri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Sindy Saputri"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

TIM PENYUSUN

Pengarah

Helmiati

Penyusun

Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Sindy Saputri

Pusat Data Dan Informasi

Badan Penelitian dan Pembangunan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 2016

(4)

i

KATA PENGANTAR

Pembangunan kawasan perdesaan dengan desa-desa yang menjadi wilayah pengembangannya bertujuan untuk pemenuhan standar pelayanan minimum desa sesuai dengan kondisi geografisnya, penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa, pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat desa, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan, dan pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota. Untuk itu pada tahun 2015 telah ditetapkan sebanyak 108 kawasan perdesaan yang tersebar di 72 kabupaten dengan diantaranya adalah Kawasan Perdesaan Agrowisata Makeng Tana Bailo.

Kawasan Perdesaan Agrowisata Makeng Tana Bailo terletak di Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala yang meliputi 5 desa yaitu Desa Meli, Tambu, Siweli, Mapane Tambu, dan Tovia Tambu. Buku ini berisi tentang profil, kebijakan daerah dalam arahan pembangunan dan pengembangan yang beririsan dengan Kawasan Perdesaan Agrowisata Makeng Tana Bailo di Kecamatan Balaesang. Dalam penyajian informasi kawasan perdesaan ini, pendekatannya melalui data-data per kecamatan dan desa sesuai dengan yang tersedia di lintas sektor.

Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi maupun dalam proses penulisan buku ini. Harapan kami semoga sajian informasi Kawasan Perdesaan Agrowisata Makeng Tana Bailo di Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala dapat bermanfaat dalam menunjang perencanaan dan pengambilan kebijakan pengembangan kawasan perdesaan.

Jakarta, Desember 2016 Kepala Pusat Data dan Informasi

(5)
(6)

iii

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... v

Daftar Gambar ... vii

Daftar Lampiran ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 2

1.4. Metode Penulisan ... 3

II. PROFIL KABUPATEN DONGGALA ... 7

2.1. Letak Geografis, Wilayah Administrasi, dan Aksesibilitas .... 7

2.2. Iklim dan Hidrologi ... 7

2.3. Penggunaan Lahan ... 8

2.4. Kependudukan ... 9

2.5. Pendidikan ... 9

2.6. Kesehatan ... 10

2.7. Agama ... 10

2.8. Transportasi dan Komunikasi ... 11

2.9. Perekonomian ... 11

2.10. Pertanian ... 15

2.11. Indeks Pembangunan Desa ... 24

III. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN MALANG ... 27

3.1. Kebijakan Strategis Kabupaten Donggala ... 27

3.2. Kebijakan Penataan Ruang dalam RTRW Kabupaten Donggala ……… 36

3.3. Kawasan Strategis Kabupaten Donggala ... 44

3.4. Kebijakan Pembangunan ... 46

IV. KAWASAN PERDESAAN AGROWISATA MAKENG TANA BAILO BERBASIS PRODUK PANGAN SEHAT ... 53

4.1. Kawasan Perdesaan Agrowisata di Kecamatan Balaesang ... 53

(7)

iv

4.3. Kependudukan ... 55

4.4. Pendidikan ... 55

4.5. Kesehatan ... 56

4.6. Transportasi dan Komunikasi ... 57

4.7. Lembaga Ekonomi ... 57

4.8. Pertanian ... 58

4.9. Peternakan ... 60

4.10. Pengolahan Hasil Pertanian dan Perikanan ... 62

4.11. Arahan Pengembangan ... 64

V. PENUTUP ... 67

(8)

v

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1.1 Struktur data aktifitas ... 4

Tabel 1.2 Struktur Tabel LQ ... 4

Tabel 2.1 Jenis Penggunaan Tanah di Kabupaten Donggala Tahun 2015 ... 8 Tabel 2.2 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru Menurut Jenis Sekolah di Kabupaten Donggala ... 10 Tabel 2.3 Jenis dan Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Donggala 10 Tabel 2.4 Nilai PDRB Kabupaten Donggala Tahun 2012 dan 2015 ... 11

Tabel 2.5 Kontribusi (%) Nilai PDRB Kabupaten Donggala Tahun 2012 dan 2015 Menurut Lapangan Usaha ... 14 Tabel 2.6 Lembaga Ekonomi Koperasi di Kabupaten Donggala ... 15

Tabel 2.7 Keragaman Pengusahaan Tanaman Pangan di Kabupaten Donggala Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient ... 16 Tabel 2.8 Keragaman Pengusahaan Komoditas Buah-Buahan di Kabupaten Donggala Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient ... 17 Tabel 2.9 Luas Panen 12 Jenis Tanaman Hortikultura Semusim di Kabupaten Donggala Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient ... 20

Tabel 2.10 Luas Pengusahaan dan produksi hasil 6 Tanaman Perkebunan di Kabupaten Donggala Tahun 2015 ... 22

Tabel 2.11 Populasi Ternak dan Kontribusinya di Kabupaten Donggala Tahun 2015 ... 23

Tabel 2.12 Produksi Perikanan di Kabupaten Donggala Tahun 2015 ... 24

Tabel 2.13 Hasil hutan di Kabupaten Donggala Tahun 2015 ... 24

Tabel 3.1 Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan ... 40

Tabel 4.1 Desa-Desa dan Status IPD di Kecamatan Balaesang ... 53

Tabel 4.2 Jumlah penduduk di Kawasan Perdesaan Agrowisata Makeng Tana Bailo ... 55

(9)

vi

Tabel 4.3 Banyaknya Sekolah dan Murid Menurut Jenis Sekolah di Kecamatan Balaesang dan Kawasan Perdesaan Agrowisata Makeng Tana Bailo ... 56 Tabel 4.4 Ketersedian Sarana Kesehatan di Kawasan Perdesaan

Agrowisata Makeng Tana Bailo ... 56 Tabel 4.5 Ketersediaan Tenaga Medis di Kawasan Perdesaan

Agrowisata Makeng Tana Bailo ... 57 Tabel 4.6 Lembaga Ekonomi di Kawasan Perdesaan Agrowisata

Makeng Tana Bailo ... 58 Tabel 4.7 Luas Lahan dan Penggunaannya di Kawasan Perdesaan

Agrowisata Makeng Tana Bailo ... 59 Tabel 4.8 Komoditas Unggulan untuk 5 Desa di Kawasan Perdesaan

Agrowisata Makeng Tana Bailo ... 59 Tabel 4.9 Populasi Ternak Besar di Kawasan Perdesaan Agrowisata

Makeng Tana Bailo dan Kontribusinya terhadap Kecamatan Balaesang tahun 2015 ... 61 Tabel 4.10 Populasi Ternak Kecil di Kawasan Perdesaan Agrowisata

Makeng Tana Bailo dan Kontribusinya terhadap Kecamatan Balaesang tahun 2015 ...

61 Tabel 4.11 Populasi Ternak Unggas di Kawasan Perdesaan

Agrowisata Makeng Tana Bailo dan Kontribusinya terhadap Kecamatan Balaesang tahun 2015 ... 62

(10)

vii

DAFTAR GAMBAR

Hal. Gambar 2.1 Luas Panen (Ha) Padi Sawah per Kecamatan di Kabupaten

Donggala Tahun 2015 ...

18 Gambar 2.2 Produksi Buah (Ton) Mangga per Kecamatan di

Kabupaten Donggala Tahun 2015 ...

19 Gambar 2.3 Luas Panen (Ha) Cabai per Kecamatan di Kabupaten

Donggala Tahun 2015 ... 21 Gambar 2.4 Dimensi IPD ... 25 Gambar 2.5 IPD 2014 Kabupaten Donggala ... 25 Gambar 3.1 Penetapan Kawasan Perdesaan dan Perkotaan di

Kabupaten Donggala ... 35 Gambar 3.2 Diagram Sistem Perdesaan ... 42 Gambar 4.1 Status Perkembangan Desa (IPD 2014) di Desa Wilayah

Pengembangan Kawasasan Perdesaan Agrowisata Makeng Tana Bailo, Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala ... 54 Gambar 4.2 Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk Desa pada

Sektor Pertanian di Desa Wilayah Pengembangan Kawasan Perdesaan Agrowisata, Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala ... 63

DAFTAR LAMPIRAN

Hal. Lampiran 1 Luas Panen (Ha) Padi Sawah dan Ubi Kayu per Kecamatan

di Kabupaten Donggala Tahun 2015 ...

70 Lampiran 2 Luas Panen (Ha) Cabai per Kecamatan di Kabupaten

Donggala Tahun 2015 ...

71 Lampiran 3 Produksi Buah (Ton) Mangga per Kecamatan di

Kabupaten Donggala Tahun 2015 ...

72

(11)
(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, pembangunan kawasan perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar-Desa dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota (Pasal 83 Ayat (1)). Pembangunan kawasan perdesaan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan pihak ketiga yang terkait dengan pemanfaatan Aset Desa dan tata ruang Desa wajib melibatkan Pemerintah Desa (Pasal 84 Ayat (1)).

Dalam RPJMN 2015-2019 arah kebijakan dan strategi pembangunan desa dan kawasan perdesaan adalah (1) Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa sesuai dengan kondisi geografisnya, (2) Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat Desa, (3) Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat Desa, (4) pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan, dan (5) pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota.

Untuk melaksanakan pembangunan kawasan perdesaan, pada tahun 2015 Direktorat Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan (Ditjen PKP)1 telah menetapkan 108 kawasan perdesaan yang tersebar di 72

Kabupaten dan diharapkan akan menjadi lokus dalam pembangunan kawasan perdesaan di tahun-tahun berikutnya. Pelaksanaan pembangunan di kawasan perdesaan yang telah ditetapkan tersebut tentunya harus searah dengan kebijakan dan arahan dalam penataan ruang yang ditetapkan di wilayah tersebut.

(13)

2

Salah satu kawasan perdesaan yang ditetapkan pada tahun 2015 tersebut adalah Kawasan Perdesaan Agrowisata Makeng Tana Bailo, di Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Kawasan Perdesaan Agrowisata Makeng Tana Bailo tersebut mempunyai wilayah pengembangan sebanyak 5 desa, yaitu Desa Meli, Meli, Tambu, Mapane Tambu, Siweli dan Tovia Tambu. Lima desa tersebut merupakan bagian dari Kawasan Agrowisata Makeng Tana Bailo Berbasis Produk Pangan Sehat. Potensi unggulan yang akan dikembangkan dalam Kawasan Perdesaan Agrowisata Makeng Tana Bailo adalah kelapa, pertanian padi sawah, peternakan sapi dan perikanan nelayan kelautan, sedangkan untuk wisatanya adalah sumber air panas, air terjun dan pasir putih. Agrowisata produk pangan sehat seperti ikan, ayam kampung, kambing, sapi dan diolah dalam bentuj daging, keripik serta nuggget. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat, maka kegiatan penyusunan data dan informasi tentang kawasan perdesaan menjadi penting untuk dilakukan.

1.2.Tujuan

Tujuan penyusunan buku ini adalah untuk menyajikan informasi mengenai Kawasan Perdesaan Agrowisata Makeng Tana Bailo, di Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah.

1.3.Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penyajian informasi Kawasan Perdesaan Agrowisata Makeng Tana Bailo, di Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, ruang lingkup pembahasannya meliputi :

a. Profil Kabupaten Donggala yang meliputi letak wilayah administrasi, letak geografis, dan aksesibilitas, kondisi fisik daerah, dan aspek sosial diantaranya kependudukan, pendidikan, dan kesehatan, perekonomian (PDRB dan pertumbuhan ekonomi), komoditas yang cukup potensial dikembangkan di daerah tersebut diantaranya pertanian, perkebunan, dan peternakan.

b. Kebijakan pemerintah daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Donggala.

(14)

3

1.4.Metode Penulisan

a. Metode Pengumpulan dan Jenis Data yang Dikumpulkan.

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan perjalanan dinas ke Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah untuk mendapatkan data dan informasi di BPS kabupaten Donggala, Rencana Pembangunan Daerah (RPJMD atau RTRWP/RTRWK) di Bappeda Kabupaten Donggala, serta data dan informasi pendukung dari SKPD terkait, Kecamatan Balaesang, dan desa wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Agrowisata Makeng Tana Bailo. Data-data penunjang lainnya diperoleh dari unit-unit kerja di Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi serta didapatkan dari sumber-sumber lain, misalnya dari internet.

b. Metode pengolahan data. b.1. Location Quotient

Data yang diperoleh berupa data sekunder, selanjutnya diolah dengan membuat tabulasi data untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan analisis. Untuk mengetahui pemusatan/basis (aktifitas) digunakan metode analisis Keunggulan Komparatif Wilayah (Location Quotient/LQ Analysis). Location Quotient merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktifitas tertentu dengan pangsa total aktifitas tersebut dalam total aktifitas wilayah. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktifitas pada sub wilayah ke-j terhadap persentase aktifitas total wilayah yang diamati.

Analisis LQ dilakukan terhadap pengusahaan tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura di Kecamatan Balaesang dibandingkan dengan Kabupaten Donggala. Struktur data aktifitas tertera pada Tabel 1, sedangkan struktur tabel LQ tertera pada Tabel 2. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah bahwa (1) kondisi geografis relatif seragam, (2) pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan (3) setiap aktifitas menghasilkan produk yang sama.

(15)

4

Persamaan dari LQ adalah:

X X X X LQ I J IJ IJ .. . . / /  Di mana:

Xij : derajat aktifitas ke-i di sub wilayah ke-j

X.j : total aktifitas di sub wilayah ke-j

Xi. : total aktifitas ke-i di wilayah

X.. : derajat aktifitas total di wilayah

Tabel 1.1 Struktur data aktifitas

Sektor Kecamatan Lokasi

(j) Jumlah Xi. (Kabupaten) i Nama Komoditas 1 X1j X1. 2 X2j X2. … ... ... ... n Xnj Xn. Jumlah X.j X..

Tabel 1.2 Struktur tabel LQ

Sektor LQ Kecamatan (j) i Nama Komoditas 1 LQ1j 2 LQ2j … … ... n LQnj

Untuk dapat menginterpretasikan hasil analisis LQ, digunakan batasan sebagai berikut:

1) Jika nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi

suatu aktifitas di kecamatan-j secara relatif dibandingkan dengan total kabupaten atau terjadi pemusatan aktifitas di kecamatan-j.

(16)

5

2) Jika nilai LQij = 1, maka kecamatan-j tersebut mempunyai pangsa

aktifitas setara dengan pangsa total atau konsentrasi aktifitas di kecamatan-j sama dengan rata-rata total kabupaten.

3) Jika nilai LQij < 1, maka kecamatan-j tersebut mempunyai pangsa

relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktifitas yang secara umum ditemukan di seluruh kabupaten.

b.2.Shift-Share Analysis

Shift-share Analysis(SSA) digunakan melengkapi Location

Quotient Analysis. Shift-share analysis merupakan teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktifitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik waktu (Panuju dan Rustiadi, 2005)2. Pemahaman

struktur aktifitas dari hasil SSAjuga menjelaskan kemampuan berkom-petisi (competitiveness) aktifitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktifitas dalam cakupan wilayah lebih luas. Hasil SSA menjelaskan kinerja (performance) suatu aktifitas di suatu sub wilayah dan membandingkannya dengan kinerjanya di dalam total wilayah.

Shift-share Analysis mampu memberikan gambaran sebab-sebab

terjadinya pertumbuhan suatu aktifitas di suatu wilayah. Sebab-sebab yang dimaksud dibagi menjadi tiga bagian yaitu: sebab yang berasal dari dinamika lokal (sub wilayah), sebab dari dinamika aktifitas/sektor (total wilayah), dan sebab dari dinamika wilayah secara umum. Dari hasil SSA inidiperoleh gambaran kinerja aktifitas di suatu wilayah. Gambaran kinerja ini dapat dijelaskan dari 3 komponen hasil analisis, yaitu:

1) Komponen Laju Pertumbuhan Total (Komponen share). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan dinamika total wilayah.

2) Komponen Pergeseran Proporsional (Komponen proportional shift). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktifitas tertentu secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum

2Panuju DR dan Rustiadi E. 2005. Dasar-Dasar Perencanaan Pengembangan Wilayah. Departemen Ilmu

(17)

6

dalam total wilayah yang menunjukkan dinamika sektor/aktifitas total dalam wilayah.

3) Komponen Pergeseran Diferensial (Komponen differential shift). Ukuran ini menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktifitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor/aktifitas tersebut dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika (keunggulan/ ketidakunggulan) suatu sektor/aktifitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktifitas tersebut di sub wilayah lain.

Persamaan SSA adalah sebagai berikut :

a b c dimana:

a : komponen share

b : komponen proportional shift

c : komponen differential shift, dan X.. : Nilai total aktifitas dalam total wilayah

Xi. : Nilai total aktifitas tertentu dalam total wilayah Xij : Nilai aktifitas tertentu dalam unit wilayah tertentu t1 : titik tahun akhir

t0 : titik tahun awal

Dari hasil analisis LQ dan SSA diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai lapangan usaha yang tumbuh dan memiliki keunggulan di sub wilayah tertentu terhadap aktifitas lapangan usaha dalam wilayah. c. Metode Pembahasan.

Metode pembahasan yang digunakan dalam penulisan buku ini adalah secara deskriptif hasil dari pengolahan data dan informasi yang diperoleh baik di daerah survey maupun dari lembaga terkait.

                             

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

SSA

t i t i t ij t ij t t t i t i t t ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 (

..

..

..

..

1

(18)

7

BAB II

PROFIL KABUPATEN DONGGALA

2.1. Letak Geografis, Wilayah Administrasi, dan Aksesibilitas

Wilayah Kabupaten Donggala terletak pada wilayah dataran tinggi dengan koordinat antara 0 , 30” Lintang Utara dan 2o, 20” Lintang Selatan

serta 119o,45”-121o , 45” Bujur Timur, dengan batas-batas sebagai

berikut:

a. Sebelah utara : Kabupaten Tolitoli

b. Sebelah selatan : Propinsi Sulawesi Barat dan Kabupaten Sigi serta Kota Palu

c. Sebelah barat : Selat Makassar dan wilayah Propinsi Sulawesi Barat

d. Sebelah timur : Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong Kabupaten Donggala dengan luas wilayah adalah 5,275.69 km2

ibukotanya berkedudukan di Kecamatan Banawa dengan wilayah administrasi meliputi 16 kecamatan dengan 158 desa dan 9 kelurahan (BPS Kabupaten Donggala Dalam Angka, 2016). Aksesibilitas dalam Kabupaten Donggala dapat dilalui dengan transportasi darat tentunya dengan kondisi jalan yang baik sebesar 43% (571,01 km), kondisi sedang sebesar 16% (220,17 km), kondisi rusak sebesar 16% (215,84 km), dan kondisi rusak berat sebesar 25% (336,55 km).

Kondisi topografis Kabupaten Donggala sangat bervariasi dengan kelerengan yang beragam. Puncak tertinggi pada kawasan Tenggara Kabupaten dengan ketinggian di atas ±700 m dari permukaan Laut. Selain dengan transportasi darat, untuk mencapai Kabupaten Donggala dari Jakarta dengan penerbangan ke Bandara Mutiara SIS Aljufri.

2.2. Iklim dan Hidrologi

Iklim merupakan bagian yang diperlukan untuk pengembangan wilayah Sebagaimana dengan daerah-daerah lain di Indonesia, Kabupaten Donggala memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim

(19)

8

hujan. Musim panas terjadi antara bulan April – September, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober –Maret.

Berdasarkan hasil pencatatan suhu udara pada Stasiun Udara Mutiara Palu Tahun 2015 bahwa suhu udara rata rata tertinggi terjadi pada bulan Oktober (29,5C) dan suhu udara terendah terjadi pada bulan Februari (27,1C). Sementara kelembaban udara yang dicatat pada stasiun yang sama berkisar antara 64-79 persen. Kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Juni yang mencapai 78,8 persen, sedangkan kelembaban udara rata-rata terendah terjadi pada bulan September yaitu 64,7 persen.

Curah hujan tertinggi yang tercatat pada Stasiun Mutiara Palu Tahun 2015 terjadi pada bulan Juni 112,5 mm2, sedangkan curah hujan

terendah terjadi pada bulan Desember yaitu 0,00 mm2. Sementara itu

kecepatan angin rata-rata berkisar antara 3 – 6 knots. Pada Tahun 2015 arah angin terbanyak setiap bulannya datang dari arah Barat Laut (Kabupaten Donggala Dalam Angka, 2016).

2.3. Penggunaan Lahan

Berdasarkan data Kabupaten Donggala Dalam Angka tahun 2016, penggunaan tanah tahun 2015 di wilayah Kabupaten Donggala untuk permukiman, sawah, tegal/kebun, areal perkebunan, hutan negara, hutan rakyat, tambak rakyat, dan lainnya adalah sebesar 693.736,90 ha.

Penggunaan lahan yang dominan adalah untuk hutan negara yaitu seluas 294.006,1134 ha atau 42,39%. Luas penggunaan lahan lain yang dominan adalah hutan rakyat (33,66%) dan perkebunan (10,23%). Jenis penggunaan lahan secara rinci di Kabupaten Donggala pada tahun 2015 disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jenis Penggunaan Tanah di Kabupaten Donggala Tahun 2015

Jenis Penggunaan Tanah Penggunaan Tanah

Luas (Ha) %

1. Hutan Negara 294.006,1134 42,39

(20)

9

Jenis Penggunaan Tanah Penggunaan Tanah

Luas (Ha) % 3. Lahan Sawah 14.055,00 2,03 4. Perkebunan 70.942,89 10,23 5. Tambak/Kolam/Tebat/Empang 3.635,00 0,52 6. Tegal/Kebun 22.255,00 3,21 7. Ladang/Huma 28.412,00 4,1

8. Sementara tidak diusahakan 26.868,00 3,87

Jumlah 693.736,90 100

Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka, 2016.

2.4. Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Donggala tahun 2015 dengan 65.418 rumah tangga adalah 293.742 jiwa dengan kepadatan 56 penduduk/km2. Pada tahun 2015 berdasarkan proyeksi jumlah penduduk yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Donggala jumlahnya telah meningkat menjadi 293.742 jiwa.

Ditinjau dari persebaran penduduk pada masing-masing kecamatan, jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Banawa yaitu sebesar 33.452 jiwa atau 11,02% dari total penduduk Kabupaten Donggala dengan kepadatan rata-rata 338 penduduk/km2. Berikutnya,

Kecamatan Banawa Dampelas yang mempunyai jumlah penduduk sebesar 30.243 jiwa atau 10,29% dengan kepadatan 41 penduduk/km2.

Sedangkan Kecamatan Pinembani merupakan wilayah yang memiliki jumlah penduduk terendah diantara kecamatan lainnya di Kabupaten Donggala yaitu 6.750 jiwa atau hanya 2,29% dari jumlah penduduk Kabupaten Donggala dengan kepadatan rata-rata 17 penduduk/km2.

2.5. Pendidikan

Berdasarkan data Kabupaten Donggala Dalam Angka (2016), jumlah murid SD sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMU) adalah 59.822 orang siswa yang belajar di 412 Sekolah Negeri. Banyaknya sekolah, muriddan guru menurut jenis sekolah umum di Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.2.

(21)

10

Tabel 2.2 Banyaknya Sekolah , Murid dan Guru Menurut Jenis Sekolah di Kabupaten Donggala

Jenis Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru

1. SDN 309 43.282 3.086

2. SMPN 90 12.123 1.283

3. SMUN 13 4.417 292

Jumlah 412 59.822 4.661

Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka, 2016.

2.6. Kesehatan

Berdasarkan data Kabupaten Donggala Dalam Angka (2016), jumlah fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Donggala meliputi Rumah Sakit (RS) 1 buah, RS Bersalin 1 buah, dan Puskesmas 16 buah. Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Jenis dan Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Donggala

Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah

1. Rumah Sakit 1

2. Rumah Sakit Bersalin 1

3. Puskesmas 16

Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka, 2016.

Jumlah fasilitas kesehatan yang cukup banyak untuk tiap jenisnya tersebut didukung oleh 26 tenaga medis, 40 tenaga keperawatan, 199 tenaga kebidanan, 10 tenaga kefarmasian, 17 dokter umum, dan 7 dokter gigi.

2.7. Agama

Berdasarkan data dari Kabupaten Donggala Dalam Angka (2016) tercermin bahwa penduduk Kabupaten Donggala memeluk beberapa agama yang diindikasikan oleh jenis rumah ibadah yang ada, namun demikian pemeluk muslim yang terbesar yaitu mencapai 90,07%. Hal tersebut juga diindikasikan dari jumlah fasilitas ibadah yaitu Masjid (443

(22)

11

buah), Musholla 62 buah), Gereja Protestant (166 buah), Gereja Katolik (8 buah), Pura (53 buah), dan Vihara (1 buah).

2.8. Transportasi dan Komunikasi

Wilayah Kabupaten Donggala secara umum terhubung oleh transportasi darat walaupun kondisi jalan untuk masing-masing wilayah tentunya tergantung dari kelas jalannya. Berdasarkan data dari Kabupaten Donggala Dalam Angka (2016), pada tahun 2014 panjang jalan di Kabupaten Donggala adalah 1.343,47 KM, yang terbagi atas jalan Negara (320,37 km), jalan provinsi (7,89 km), dan jalan kabupaten (1.015,31 km). Untuk panjang jalan desa tidak tersedia datanya.

Untuk permukaan jalan pada tahun 2014 terdata sepanjang 1.343,47 km dengan jenis permukaan jalan 781,56 km aspal, 227,36 km kerikil, dan tanah sepanjang 334,65 km. Dari panjang jalan tersebut, sepanjang 215,84 km jalan rusak dan 336,55 km kondisinya rusak berat.

Transportasi umum antar wilayah di Kabupaten Donggala pada tahun 2015 tersedia 4 mobil penumpang umum, 31 mobil bus umum, 289 mobil barang bukan umum, 2 kendaraan khusus umum, 5 kendaraan khusus bukan umum dan 578 pick up. Selain transportasi darat berupa angkutan umum (mobil) terakses juga pesawat terbang untuk bepergian keluar kota. Untuk sarana komunikasi, sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini sebagian besar wilayah Kabupaten Donggala telah terjangkau oleh signal telepon selular.

2.9. Perekonomian

Setiap perencanaan pembangunan wilayah memerlukan batasan praktikal yang dapat digunakan secara operasional untuk mengukur tingkat perkembangan wilayahnya. Secara umum tampaknya

(23)

12

pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan kinerja ekonomi yang paling populer.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran produktifitas wilayah yang paling umum dan paling diterima secara luas sebagai standar ukuran pembangunan dalam skala wilayah dan negara. PDRB pada dasarnya merupakan total produksi kotor dari suatu wilayah, yakni total nilai dari semua barang dan jasa yang diproduksikan oleh seluruh rakyat di wilayah tersebut dalam periode satu tahun.

Nilai PDRB dihitung berdasarkan harga berlaku atau berdasarkan harga konstan dengan menggunakan tahun dasar yang telah ditentukan. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat struktur ekonomi suatu daerah, sedang PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Jika PDRB dibagi dengan jumlah penduduk suatu daerah, maka diperoleh pendapatan per kapita daerah tersebut.

2.9.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Struktur ekonomi suatu daerah dapat dilihat berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga berlaku. Berdasarkan PDRB ini dapat dilihat sektor yang dominan di daerah tersebut. Tetapi PDRB atas harga berlaku ini tidak mencerminkan perekonomian daerah yang sesungguhnya, karena dalam PDRB atas dasar harga berlaku masih mengandung nilai inflasi, artinya meskipun angka PDRB tahun sekarang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, belum berarti bahwa perekonomian daerah tersebut tumbuh. Hal ini tergantung besarnya inflasi pada tahun saat PDRB akan dihitung. Nilai PDRB di Kabupaten Donggala menurut lapangan usaha tahun 2012 dan 2015 disajikan pada Tabel 2.4.

(24)

13

Tabel 2.4 Nilai PDRB Kabupaten Donggala Tahun 2012 dan 2015

Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan

2012 2015* 2012 2015* 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.835.570,08 3.534.401,40 2.654.822,13 3.041.177,00 2. Pertambangan dan Penggalian 765.926,46 1.546.703,60 688.184,95 979.563,60 3. Industri Pengolahan 184.137,15 231.473,50 170.913,25 194.782,60 4. Pengadaan Listrik dan Gas 696,99 763,30 709,81 906,20 5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

14.642,45 18.682,60 13.542,59 15.733,30

6. Konstruksi 897.004,51 1.070.787,06 753.950,07 939.066,10

7.

Perdangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 681.226,49 805.589,20 633.080,89 699.150,30 8. Transportasi dan Pergudangan 227.748,88 288.931,30 212.971,12 246.195,50 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 32.469,19 41.451,40 29.535,14 34.342,50 10. Informasi dan Komunikasi 136.615,62 182.247,30 124.040,56 163.712,80 11. Jasa Keuangan dan

Asuransi 111.781,73 149.354,70 105.782,98 123.142,50 12. Real Estate 83.509,49 103.424,00 75.420,78 86.719,00 13. Jasa Perusahaan 6.177,31 8.344,70 5.782,75 6.997,00 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 454.427,34 796.073,40 387.181,86 534.075,70 15. Jasa Pendidikan 117.019,32 148.010,40 107.741,50 122.923,70 16. Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 46.123,13 57.241,50 42.859,07 47.790,90 17. Jasa Lainnya 42.493,63 57.112,40 39.817,98 45.393,90 Keterangan: *Angka sangat sementara.

(25)

14

Berdasarkan Kabupaten Donggala Dalam Angka (2016) nilai PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Donggala tahun 2012 adalah 6.637.569,77 Juta Rupiah dan pada tahun 2015 adalah sebesar 9.371.076,4 Juta Rupiah. Lapangan usaha yang mempunyai kontribusi terbesar pada tahun 2012 dan 2015 sama yaitu yang terbesar pertanian, kehutanan, dan perikanan, konstruksi dan pertambangan dan penggalian. Kontribusi (%) nilai PDRB di Kabupaten Donggala tahun 2012 dan 2015 serta pertumbuhannya menurut lapangan usaha disajikan pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Kontribusi (%) Nilai PDRB Kabupaten Donggala Tahun 2012 dan 2015 Menurut Lapangan Usaha

Lapangan Usaha

Kontribusi Berdasarkan Harga

Berlaku

2012 2015*

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 42,72 37,72

2. Pertambangan dan Penggalian 11,54 16,51

3. Industri Pengolahan 2,77 2,47

4. Pengadaan Listrik dan Gas 0,01 0,01

5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang 0,22 0,21

6. Konstruksi 13,51 14,95

7. Perdangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor 10,26 8,60

8. Transportasi dan Pergudangan 3,43 3,08

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,49 0,44

10. Informasi dan Komunikasi 2,06 1,94

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 1,68 1,59

12. Real Estate 1,26 1,10

13. Jasa Perusahaan 0,09 0,09

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 6,85 8,50

15. Jasa Pendidikan 1,76 1,58

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,69 0,61

17. Jasa Lainnya 0,64 0,61

Keterangan: *Angka sangat sementara.

(26)

15

Kontribusi Lapangan usaha yang mempunyai pertumbuhan diatas 10% berdasaran harga berlaku pada tahun 2012 dan 2015 yaitu yang terbesar pertanian, kehutanan, dan perikanan, konstruksi dan pertambangan dan penggalian.

2.9.2. Lembaga Ekonomi

Lembaga ekonomi yang terdapat di Kabupaten Donggala yaitu Koperasi. Koperasi yang hampir terdapat di semua kecamatan dengan jumlah mencapai 132 koperasi. Koperasi di Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Lembaga Ekonomi Koperasi di Kabupaten Donggala

Jenis Lembaga Ekonomi Jumlah

Koperasi

a. Koperasi Unit Desa (KUD) 23

b. Koperasi Karyawan (Kopkar) 19

d. Lainnya 90

Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka, 2016.

2.10.Pertanian

Komoditi yang dihasilkan Kabupaten Donggala dari pertanian dirinci dalam beberapa jenis yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.

2.10.1.Pertanian Tanaman Pangan

Tanaman pangan yang relatif luas diusahakan di Kabupaten Donggala adalah padi dan jagung. Terhadap 7 komoditas tanaman pangan, kontribusi luas panen padi terhadap luas panen 7 tanaman pangan di Kabupaten Donggala adalah 86,3% dengan jumlah produksi sebanyak 106.090 ton. Sedangkan luas panen jagung mempunyai kontribusi terhadap luas panen 7 tanaman pangan di Kabupaten Donggala sebesar 10,2% dengan jumlah produksi sebesar 9.637 ton. Secara

(27)

16

rinci luas panen dan produksi 7 komoditas tanaman pangan disajikan pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Keragaman Pengusahaan Tanaman Pangan di Kabupaten Donggala Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient

Komoditas Kec. Balesang Kab. Donggala LQ

Ha % Ha % 1. Padi Sawah 1.978,00 94,7 20.374,00 86,3 1,10 2. Jagung 51,00 2,4 2.402,00 10,2 0,24 3. Kedelai 1,00 0,0 98,00 0,4 0,12 4. Kacang Tanah 12,00 0,6 294,00 1,2 0,46 5. Kacang Hijau 6,00 0,3 84,00 0,4 0,81 6. Ubi Kayu 41,00 2,0 268,00 1,1 1,73 7. Ubi Jalar 0,00 0,0 102,00 0,4 0,00 Jumlah 2.089,00 100,0 23.622,00 100,0

Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka, 2016.

Di Kecamatan Balaesang, luas tanaman jagung mempunyai kontribusi sebesar 94,7% lebih besar dari padi sawah yang hanya 2,4%. Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa komoditas padi sawah mempunyai nilai 1,10. Hal ini menunjukkan bahwa padi sawah merupakan komoditas basis di Kecamatan Balaesang.

Untuk melengkapi analisis LQ dilakukan penghitungan Shift-share analysis (SSA). Analisis SSA merupakan teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktifitas dalam hal ini pengusahaan komoditi di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik waktu. Pemahaman struktur aktifitas dari hasil analisis Shift-share juga menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) aktifitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktifitas dalam cakupan wilayah lebih luas. aktifitas yang memiliki keunggulan kompetitif berarti di dalamnya memiliki lingkungan yang kondusif bagi aktifitas yang bersangkutan.

Komponen differensial menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktifitas dalam hal ini pengembangan komoditi

(28)

17

tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total pengembangan komoditi tersebut dalam wilayah. Komponen ini juga menggambarkan dinamika (keunggulan/ketidakunggulan) pengembangan komoditi tertentu di sub wilayah tertentu terhadap pengembangan komoditi tersebut di sub wilayah lain.

2.10.2.Pertanian Tanaman Buah-Buahan (Tahunan)

Pengusahaan tanaman buah-buahan disajikan hanya dalam 8 jenis tanaman dalam Kabupaten Dalam Angka Tahun 2016. Dari jumlah pohon komoditas buah-buahan yang mempunyai kontribusi besar di Kabupaten Donggala adalah pisang (70,69%) dan durian (17,67%). Secara rinci jumlah pohon dari 8 komoditas buah-buahan disajikan pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Keragaman Pengusahaan Komoditas Buah-Buahan di Kabupaten Donggala Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient

Komoditas Kec. Balesang Kab. Donggala LQ

Ton % Ton % 1. Alpukat 0,50 1,61 375,90 0,67 0,51 2. Mangga 11,00 35,31 3.150,00 5,60 1,33 3. Rambutan 1,25 4,01 715,70 1,27 0,67 4. Durian 3,25 10,43 9.940,00 17,67 0,12 5. Pepaya 0,50 1,61 834,00 1,48 0,23 6. Jeruk 0,00 0,00 654,00 1,16 0,00 7. Pisang 13,00 41,73 39.763,00 70,69 0,12 8. Nanas 0,40 1,28 818,00 1,45 0,19 Jumlah 31,15 100,00 11.884,20 100,0

Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka, 2016.

Di Kecamatan Balaesang, luasan tanam komoditas buah-buahan yang mempunyai kontribusi besar adalah pisang (41,73%) dan mangga (35,31%). Hasil LQ yang bernilai > 1 adalah mangga (1,33). Hal ini menunjukkan bahwa untuk komoditas buah mangga merupakan komoditas basis di Kecamatan Balaesang. Perhitungan SSA tidak dilakukan karena data yang tersedia dalam Kabupaten Dalam Angka tahun 2012 bersifat agregat tidak berdasarkan kecamatan.

(29)

18

Gambar 2.1 Luas Panen (Ha) Padi Sawah per Kecamatan di Kabupaten Donggala Tahun 2015.

(30)

19

Gambar 2.2 Produksi Buah (Ton) Mangga per Kecamatan di Kabupaten Donggala Tahun 2015.

(31)

20

2.10.3.Pertanian Tanaman Hortikultura Semusim (Sayuran)

Pengusahaan tanaman hortikultura semusim disajikan hanya dalam 5 jenis tanaman dalam Kabupaten Dalam Angka Tahun 2016. Pengusahaan tanaman hortikultura semusim tersebut tersebar. Namun demikian terdapat beberapa komoditas yang relatif terpusat, diantaranya bawang merah yang banyak terdapat di Kecamatan Tanantovea, Labuan dan Sindue serta cabe yang banyak terdapat di Kecamatan Sojol, dan beberapa tanaman hortikultura semusim lainnya seperti disajikan pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9 Luas Panen 5 Jenis Tanaman Hortikultura Semusim di Kabupaten Donggala Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient

Komoditas Kec. Balesang Kab. Donggala LQ

Ha % Ha % 1. Bawang Merah 0,00 0,00 300,00 48,9 0,00 2. Cabe 8,25 32,93 262,00 42,7 1,90 3. Petsai 0,00 0,00 25,00 4,1 0,00 4. Kentang 0,00 0,00 12,00 2,0 0,00 5. Kubis 0,00 0,00 14,00 2,3 0,00 Jumlah 8,25 32,93 613,00 100,0

Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka, 2016.

Luas tanam bawang merah, cabe, kacang panjang dan tomat di Kabupaten Donggala dalam 5 komoditas hortikultura tersebut mempunyai kontribusi di atas 10%. Sedangkan di Kecamatan Balaesang, kontribusi komoditas hortikultura yang di atas 10% adalah cabe.Berdasarkan nilai LQ, beberapa komoditas yang merupakan komoditas hortikultura semusim basis di Kecamatan Balaesang adalah cabe. Namun demikian jika. Analisis SSA tidak dilakukan karena data yang tersedia dalam Kabupaten Dalam Angka tahun 2012 bersifat agregat tidak berdasarkan kecamatan.

(32)

21

Gambar 2.3 Luas Panen (Ha) Cabai per Kecamatan di Kabupaten Donggala Tahun 2015.

(33)

22

2.10.4. Perkebunan

Pengusahaan tanaman perkebunan disajikan hanya dalam 6 jenis tanaman. Pengusahaan tanaman perkebunan tersebut tersebar hampir ke semua wilayah kecamatan kecuali untuk kelapa sawit dan lada. Kelapa sawit hanya diusahakan di Kecamatan Rio Pakava. Produksi tanaman perkebunan disajikan pada Tabel 2.10. Tabel 2.10 Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Donggala

Tahun 2015

Komoditas Kec. Balesang Kab. Donggala

Ha % Ton % 1. Kelapa 7.311 78,2 27.994 44,9 2. Kelapa Sawit 0 0,0 15.000 24,1 3. Kopi 14 0,1 328 0,5 4. Lada 3 0,0 26 0,0 5. Kakao 2.020 21,6 19.020 30,5 Jumlah 9.348 100,0 62.368 100,0

Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka, 2016.

Produksi tanaman perkebunan yang mempunyai kontribusi besar di Kabupaten Donggala adalah kelapa (44,9%), Kakao (30,5%), dan sawit (24,1%). Sedangkan di Kecamatan Balaesang, kontribusi produksi tanaman perkebunan yang besar adalah kelapa (78,2%) dan kakao (21,6%).

2.10.5. Peternakan

Populasi ternak besar di Kabupaten Donggala didominasi oleh ternak sapi potong (99,80%). Sedangkan untuk ternak kecil, populasi ternak kambing mendominasi dengan kontribusi 76,58% atau 30.980 ekor. Populasi ternak unggas didominasi oleh ayam pedaging dengan kontribusi 59,18% atau 560.000 ekor dan ayam kampung dengan kontribusi 27% atau 255.522 ekor. Secara rinci populasi ternak dan kontribusinya di Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.11.

(34)

23

Tabel 2.11 Populasi Ternak dan Kontribusinya di Kabupaten Donggala Tahun 2015

Jenis Ternak Populasi

(Ekor) Keterangan

Ternak Besar

1. Sapi Potong 38.346 99,80 % Populasi

2. Kerbau 30 0,08 % Populasi 3. Kuda 46 0,12 % Populasi Ternak Kecil 1. Kambing 30.980 76,58 % Populasi 2. Domba 206 0,51 % Populasi 3. Babi 9.266 22,91 % Populasi Ternak Unggas

1. Ayam Kampung 255.522 27,00 % Populasi

2. Ayam Petelur 118.609 12,53 % Populasi

3. Ayam Pedaging 560.000 59,18 % Populasi

4. Itik 12.212 1,29 % Populasi

Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka, 2016.

2.10.6. Perikanan

Jenis perikanan di Kabupaten Donggala yaitu perikanan tangkap. Untuk perikanan tangkap dari laut yang mempunyai kontribusi sebesar 99,55% konsentrasi wilayah yang menghasilkan adalah Kecamatan Sirenja, Balaesang dan Balaesang Tanjung. Dari 18.075 ton sebanyak 2.151 ton atau 11,95% dihasilkan oleh wilayah Kecamatan Sumbermanjing, 2.127 ton atau 11,82% dihailkan oleh wilayah Kecamatan Balaesang dan 2.024 ton atau 11,25% dihasilkan oleh Kecamatan Balaesang Tanjung. Secara rinci produksi perikanan di Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.12.

(35)

24

Tabel 2.12 Produksi Perikanan di Kabupaten Donggala Tahun 2015

Jenis Perikanan Produksi (Ton) Kontribusi (%)

Perikanan Tangkap

1. Perikanan Laut 17.995,00 99,55

2. Perairan Umum 80,50 0,45

Jumlah 18.075,50 100,00

Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka, 2016.

2.10.7. Kehutanan

Hutan di Kabupaten Donggala menurut penggunaanya terbagi menjadi dua yaitu kawasan hutan dan kawasan budidaya, dimana sebagian besar area didominasi oleh kawasan hutan. Kawasan hutan terdiri dari hutan negara dan hutan rakyat. Luas hutan di Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.13.

Tabel 2.13 Hasil hutan di Kabupaten Donggala Tahun 2015

Jenis Penggunaan Luas (Ha)

1. Hutan Negara 294.066,1134

2. Hutan Rakyat 233.502,8970

Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka, 2016.

2.11. Indeks Pembangunan Desa

Indeks Pembangunan Desa (IPD) adalah indeks komposit yang disusun menggunakan beberapa dimensi, variabel, dan indikator kuantitatif untuk menggambarkan tingkat kemajuan desa pada suatu waktu. Apabila IPD diukur secara berkala dan ditampilkan antar waktu, maka dapat diperoleh dinamika dan perubahan tingkat kemajuan desa. Dinamika dan perubahan tingkat kemajuan desa secara tidak langsung merupakan ukuran kinerja pembangunan di desa atau kawasan perdesaan.

(36)

25

Pengukuran IPD berdasarkan 5 Dimensi, 12 Variabel, dan 42 Indikator menghasilkan ukuran komposit yang dapat digunakan sebagai bahan penyusunan tipologi desa yaitu: Desa Tertinggal, Desa Berkembang, dan Desa Mandiri (Bappenas, 2015), dengan kriteria:

1. Desa Tertinggal, adalah desa dengan nilai IPD kurang dari sama dengan 50.

2. Desa Berkembang, adalah desa dengan nilai IPD lebih dari 50 namun kurang dari sama dengan 75.

3. Desa Mandiri, Desa yang telah terpenuhi pada aspek kebutuhan sosial dasar, infrastruktur dasar, sarana dasar, pelayanan umum, dan penyelenggaraan pemerintahan desa dan secara kelembagaan telah memiliki keberlanjutan. Desa Mandiri merupakan desa dengan nilai IPD lebih dari 75.

Selain itu, hasil

pengukuran IPD menyediakan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan: (a) penetapan target pencapaian dan lokasi sasaran RPJMN 2015 – 2019, dan (b) evaluasi “kinerja pembangunan desa”. IPD tahun 2014 ini dimungkinkan menjadi

baseline, perlu dipertimbangkan upaya penyediaan data dan pengukuran serupa di masa datang. Berdasarkan Data Podes (2014), hasil perhitungan Indeks Pembangunan Desa di Kabupaten Donggala yang dilakukan oleh Bappenas bekerjasama dengan BPS dengan jumlah desa 158 Desa terdapat Desa Tertinggal sebanyak 27 Desa (17,09%), Desa Berkembang sebanyak 130 Desa (82,28%), dan Desa Mandiri sebanyak 1 Desa (0,63%).

(37)
(38)

27

BAB III

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

KABUPATEN DONGGALA

3.1. Kebijakan Strategis Kabupaten Donggala

Untuk mewujudkan rencana tata ruang yang berkelanjutan dan operasional sebagaimana yang tertuang dalam Undang – Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007, maka kebijakan tata ruang harus tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan penataan ruang, isu-isu strategis dan keterlibatan partisipasi masyarakat.

Berdasarkan tujuan penataan ruang Kabupaten Donggala, maka kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Donggala untuk mencapai tujuan tersebut melalui :

1. Penetapan dan pengembangansistem agropolitan dan minapolitan untuk peningkatan komoditi pertanian unggulan disertai pengelolaan hasil dan peningkatan peran dalam agrowisata;

2. Penetapan dan pengembangan pusat-pusat pelayanan secara berhirarki dan bersinergis antara pusat pengembangan utama di ibukota kabupaten dan perkotaan lainnya serta pengembangan sistem permukiman perdesaan berbasis agropolitan dan minapolitan;

3. Pendistribusian persebaran penduduk sesuai dengan kebijakan pusat-pusat pelayanan;

4. Pengembangan kelengkapan prasarana wilayah dan prasarana lingkungan dalam mendukung pengembangan sentra produksi pertanian, perikanan, industri, ekowisata dan pusat permukiman secara terpadu dan efisien;

5. Pemantapan pelestarian dan perlindungan kawasan lindung untuk meningkatkan kualitas lingkungan, sumberdaya alam/buatan dan ekosistemnya, meminimalkan resiko dan mengurangi kerentanan bencana, mengurangi efek pemanasan global yang berprinsip

(39)

28

partisipasi, menghargai kearifan lokal, serta menunjang pariwisata, penelitian, dan edukasi;

6. Pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung pemantapan sistem agropolitan serta industri berbasis pertanian dan ekowisata; 7. Pengembangan pemanfaatan ruang pada kawasan strategis baik

untuk fungsi pengembangan wilayah maupun guna perlindungan kawasan sesuai fungsi utama kawasan; dan

8. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Kebijakan penataan ruang yang disusun untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah dijabarkan dalam strategi-strategi penataan ruang wilayah yang lebih operasional. Strategi untuk setiap kebijakan tersebut yaitu:

1. Strategi dari kebijakan pemantapan sistem agropolitan dan minapolitan untuk peningkatan komoditi pertanian unggulan disertai pengelolaan hasil dan peningkatan peran dalam agrowisata adalah : a. Mengembangkan kawasan sesuai potensinya yang dihubungkan dengan pusat kegiatan untuk mendukung agropolitan dan minapolitan;

b. Mengembangkan kawasan agropolitan untuk mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan di Kecamatan Rio Pakava, Kecamatan Sindue, Kecamatan Balaesang dan Kecamatan Damsol serta kawasan minapolitan : Kecamatan Balaesang, Kecamatan Balaesang Tanjung, Kecamatan Banawa Tengah, Kecamatan Banawa Selatan, Kecamatan Sojol dan Kecamatan Sojol Utara ; c. Memantapkan sentra-sentra produksi pertanian unggulan sebagai

penunjang agribisnis dan agroindustri di Kecamatan Rio Pakava, Kecamatan Banawa, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan Sirenja, Kecamatan Balaesang, dan Kecamatan Damsol;

(40)

29

d. Mengembangkan sarana dan prasarana produksi pertanian dan perikanan ke pusat-pusat pemasaran sampai terbuka akses ke pasar nasional;

e. Memantapkan suprastruktur pengembangan pertanian yang terdiri dari lembaga tani dan nelayan serta lembaga keuangan; f. Mengendalikan kawasan pertanian secara ketat;

g. Meningkatkan produksi, pengolahan dan pemasaran produk pertanian unggulan sebagai satu kesatuan sistem;

h. Mengembangkan infrastruktur dan kelembagaan untuk menunjang pengembangan agropolitan dan minapolitan;

i. Mengembangkan industri berbasis agro pada sentra-sentra produksi; dan

j. Mengembangkan keterkaitan antara industri berbasis agro dengan pasar regional dan nasional.

2. Strategi dari kebijakan pengembangan pusat-pusat pelayanan secara berhirarki dan bersinergis antara pusat pengembangan utama di ibukota kabupaten dan perkotaan lainnya serta pengembangan sistem permukiman perdesaan berbasis agropolitan dan minapolitan adalah :

a. Menetapkan hierarki simpul-simpul pertumbuhan ekonomi wilayah terutama yang berfungsi sebagai pusat agropolitan, minapolitan, industri dan ekowisata, meliputi:

1) Memantapkan pusat-pusat kegiatan secara berhirarki dengan membentuk PKW, PKL, PKLp, dan PPK yang meliputi PKW perkotaan Donggala, PKL meliputi perkotaan Tambu di Kecamatan Balaesang dan perkotaan Watatu di Kecamatan Banawa Selatan, PKLp perkotaan Sabang di Kecamatan Damsol, perkotaan Toaya di Kecamatan Sindue, PPK perkotaan kecamatan meliputi : Ogoamas II di Kecamatan Sojol Utara, Balukang di Kecamatan Sojol, Tompe di

(41)

30

Kecamatan Sirenja, Malei di Kecamatan Balaesang Tanjung,Tibo di Kecamatan Sindue Tombusabora, Alindau di Kecamatan Sindue Tobata, Labuan di Kecamatan Labuan, Wani II di Kecamatan Tanantovea, Lalundu di Kecamatan Rio Pakava, Limboro di Kecamatan Banawa Tengah, Gimpubia di Kecamatan Pinembani

2) Mengembangkan perkotaan Tambu sebagai perkotaan dengan fungsi utama minapolitan, perkotaan Toaya sebagai perkotaan dengan fungsi utama agropolitan, perkotaan Watatu sebagai penyangga perkotaan serta menjadi pusat pengembangan industri, pertanian dan perikanan; perkotaan Banawa sebagai pusat perkantoran, pendidikan, pelayanan jasa dan perikanan, perkotaan Malei dan Alindau sebagai pusat kawasan industri, sumber energi dan perikanan serta perkotaan Sabang dan Tibo sebagai kawasan lindung.

b. Memantapan fungsi simpul-simpul wilayah, meliputi:

1) Menguatkan/memantapkan hubungan desa/kota

(rural/urban) linkage melalui pemantapan sistem agropolitan, minapolitan dan ekowisata;

2) Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan pada kawasan perdesaan sebagai inti kawasan agropolitan, minapolitan dan ekowisata.

c. Memantapkan keterkaitan antar simpul-simpul wilayah dan interaksi antara simpul wilayah dengan kawasan perdesaan sebagai hinterlannya dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur terutama infrastruktur jalan untuk mendukung sistem agropolitan, minapolitan dan ekowisata.

(42)

31

3. Strategi dari kebijakan pendistribusian persebaran penduduk sesuai dengan kebijakan pusat-pusat pelayanan adalah :

a. Mendistribusikan persebaran penduduk dengan pengembangan sarana – prasarana dan pada kawasan pusat pertumbuhan baru; dan

b. Memeratakan persebaran penduduk dengan perbaikan sarana-prasarana dan infrastruktur di kawasan perdesaan atau kawasan kurang berkembang guna mengurangi urbanisasi.

4. Strategi dari kebijakan pengembangan kelengkapan prasarana wilayah dan prasarana lingkungan dalam mendukung pengembangan sentra produksi pertanian, perikanan, industri, ekowisata dan pusat permukiman secara terpadu dan efisien; a. Mengembangkan sistem transportasi secara intermoda sampai ke

pusat produksi pertanian, industri dan pelayanan pariwisata; b. Meningkatkan jaringan energi dan pelayanan secara interkoneksi

Jawa-Bali dan pelayanan sampai pelosok;

c. Mendayagunakan sumber daya air dan pemeliharaan jaringan untuk pemenuhan kebutuhan air baku dan sarana dan prasarana pengairan kawasan pertanian;

d. Meningkatkan jumlah, mutu dan jangkauan pelayanan komunikasi serta kemudahan mendapatkannya yang diprioritaskan untuk mendukung pengembangan pertanian, pariwisata dan industri; dan

e. Mengoptimalkan tingkat penanganan dan pemanfaatan persampahan guna menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih.

5. Strategi dari kebijakan pemantapan pelestarian dan perlindungan kawasan lindung untuk meningkatkan kualitas lingkungan, sumberdaya alam/buatan dan ekosistemnya, meminimalkan resiko dan mengurangi kerentanan bencana, mengurangi efek pemanasan

(43)

32

global yang berprinsip partisipasi, menghargai kearifan lokal, serta menunjang pariwisata, penelitian, dan edukasi meliputi :

a. Memantapkan fungsi kawasan hutan lindung melalui peningkatan kelestarian hutan untuk keseimbangan tata air dan lingkungan hidup;

b. Meningkatkan kualitas kawasan yang memberi perlindungan di bawahnya berupa kawasan resapan air untuk perlindungan fungsi lingkungan;

c. Memantapkan kawasan perlindungan setempat melalui upaya konservasi alam, rehabilitasi ekosistem yang rusak, pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup serta penetapan kawasan lindung spiritual;

d. Memantapkan fungsi dan nilai manfaatnya pada kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;

e. Menangani kawasan rawan bencana alam melalui pengendalian dan pengawasan kegiatan perusakan lingkungan terutama pada kawasan yang berpotensi menimbulkan bencana alam, serta pengendalian untuk kegiatan manusia secara langsung;

f. Memantapkan kawasan lindung geologi berupa kawasan rawan bencana alam geologi disertai dengan pemantapan zonasi di kawasan dan wilayah sekitarnya serta pemantapan pengelolaan kawasan secara partisipatif; dan

g. Memantapkan kawasan lindung lainnya sebagai penunjang usaha pelestarian alam.

6. Strategi dari kebijakan pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung pemantapan sistem agropolitan serta industri berbasis pertanian dan ekowisata dengan menumbuhkan kearifan lokal dan memperhatikan aspek ekologis.

(44)

33

a. Mengembangkan kawasan hutan produksi guna meningkatkan produktivitas lahan dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan;

b. Menetapkan dan mengembangkan kawasan hutan rakyat dalam mendukung penyediaan hutan oleh rakyat;

c. Mengamankan lahan pertanian berkelanjutan dan menjaga suplai pangan nasional;

d. Mengembangkan komoditas-komoditas unggul perkebunan di setiap wilayah;

e. Meningkatkan produk dan nilai tambah perikanan baik ikan tangkap dan budidaya melalui sentra pengolah hasil ikan;

f. Mengelola kawasan pertambangan yang berbasis pada teknologi yang ramah lingkungan dengan memperhatikan kearifan lokal terutama kesejahteraan rakyat;

g. Menata dan mengendalikan kawasan dan lokasi industri;

h. Meningkatkan pengembangan pariwisata berbasis ekowisata dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan, pelestarian budaya leluhur dan melibatkan peran serta masyarakat;

i. Meningkatkan kawasan permukiman perkotaan secara sinergis dengan permukiman perdesaan; dan

j. Mengembangkan zona kawasan pesisir dan laut yang potensial di Kabupaten Donggala.

7. Pengembangan pemanfaatan ruang pada kawasan strategis baik untuk fungsi pengembangan wilayah maupun guna perlindungan kawasan sesuai fungsi utama kawasan.

a. Meningkatkan dan memantapkan fungsi dan peran kawasan ekonomi di Kabupaten Donggala sebagai salah satu kawasan andalan:

(45)

34

b. Meningkatkan dan memantapkan fungsi dan peran kawasan strategis sosial dan budaya;

c. Meningkatkan dan memantapkan fungsi dan peran kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal;

d. Meningkatkan dan memantapkan fungsi dan peran kawasan strategis perlindungan ekosistem dan lingkungan hidup.

8. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara, dengan:

a. Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan negara

b. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan negara;

c. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional untuk pertahanan dan keamanan sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional untuk pertanahan dan keamanan dengan kawasan budidaya terbangun; dan

d. Turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan negara.

(46)

35

Sumber: RTRW Kabupaten Donggala, 2011

Gambar 3.1. Penetapan Kawasan Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Donggala

(47)

36

3.2. Kebijakan Penataan Ruang dalam RTRW Kabupaten Donggala 3.2.1. Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Donggala

Setiap kawasan perkotaan akan memiliki jangkauan pelayanan tertentu yang sesuai dengan hirarki perkotaan masing-masing. Dalam lingkup Kabupaten Donggala, Kota Donggala menjadi PKW dan perkotaan kecamatan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) Pengembangan perkotaan Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKL) yaitu Tambu di Kecamatan Balaesang dan Watatu Kecamatan Banawa Selatan, serta pengembangan perkotaan Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) yaitu di :

1. Perkotaan Toaya di Kecamatan Sindue; 2. Perkotaan Sabang di Kecamatan Damsol; dan

Adapun sistem perkotaan di Kabupaten Donggala beserta fungsi, peran dan arahan kegiatannya meliputi:

1. PKW Donggala di Kecamatan Banawa yang merupakan pusat kegiatan untuk Kabupaten Donggala dan sekitarnya, meliputi : Kecamatan Banawa, Kecamatan Banawa Tengah, Kecamatan Banawa Selatan, Kecamatan Pinembani, dan Kecamatan Rio Pakava. Fungsi PKW Donggala adalah kegiatan utama pemerintahan, perdagangan dan jasa, pariwisata, pertambangan dan pariwisata. Sedangkan untuk fungsi perkotaan Kecamatan Banawa adalah: a. Pusat pemerintahan regional,

b. Pusat pelayanan umum regional,

c. Pusat perdagangan berskala regional, dan d. Pusat transportasi regional.

Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di PKW Donggala dan wilayah pengaruhnya adalah :

a. Pengembangan CBD (Central Bussines Distric) b. Pengembangan kegiatan pelayanan umum c. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa

(48)

37

d. Pengembangan kegiatan pertanian (tanaman pangan, holtikultura, serta perkebunan)

e. Pengembangan kegiatan perikanan f. Pengembangan agrowisata

g. Pengembangan kegiatan pariwisata, serta sarana dan prasarana penunjangnya

h. Pengembangan pelabuhan 2. PKL Tambu

PKL Tambu ini meliputi beberapa kecamatan yang berorientasi ke Perkotaan Tambu di Kecamatan Balaesang, meliputi : Kecamatan Sirenja, Kecamatan Balaesang dan Kecamatan Balaesang Tanjung. Sebagai pusat kegiatan lokal (PKL) ini adalah Kecamatan Balaesang, maka fungsi pusat pelayanan adalah Kecamatan Balaesang itu sendiri dengan kegiatan utama perikanan, industri dan pariwisata. Adapun peran dan fungsinya adalah:

a. Pusat kegiatan perikanan;

b. Pusat perdagangan dan jasa skala kecamatan; c. Pusat kesehatan skala kecamatan; dan

d. Pusat pelayanan umum kabupaten.

Kegiatan utama yang ada pada kawasan ini diarahkan pada kegiatan: a. Pengembangan kegiatan pelayanan serta perdagangan dan jasa

skala kecamatan;

b. Pengembangan pertanian (hortikultura dan perkebunan); c. Pengembangan pusat perikanan laut;

d. pengembangan kawasan minapolitan e. Pengembangan agrowisata;

f. Pengembangan kegiatan industri (industri pengolahan hasil perikanan); dan

(49)

38

3. PKL Watatu.

PKL Watatu ini merupakan pusat kegiatan beberapa kecamatan yang berorientasi ke Perkotaan Watatu di Kecamatan Banawa Selatan, meliputi: Kecamatan Pinembani dan Kecamatan Riopakava. Sebagai PKL yang berada di Kecamatan Banawa Selatan, maka fungsi pusat pelayanan Kecamatan Banawa Selatan adalah fokus pada kegiatan utama industri, pariwisata, pertanian, dan pertambangan. Adapun peran dan fungsi perkotaan sebagai PKL Watatu adalah:

a. Pusat pelayanan umum;

b. Pusat perdagangan dan jasa skala kecamatan; c. Pusat kegiatan perikanan; dan

d. Pusat kegiatan industry.

Untuk kegiatan utama yang merupakan wilayah hinterland PKL Watatu lebih diarahkan pada kegiatan:

a. Pengembangan kegiatan pelayanan serta perdagangan dan jasa yang berskala kecamatan;

b. Pengembangan kawasan pertanian (holtikultura dan perkebunan);

c. Pengembangan agropolitan;

d. Pengembangan kawasan perikanan laut; dan

e. Pengembangan kegiatan industri (industri pengolahan hasil perikanan).

4. PKLp Toaya

PKLp Toaya ini merupakan pusat kegiatan beberapa kecamatan yang berorientasi ke Perkotaan Toaya di Kecamatan Sindue, meliputi: Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan Sindue Tombusabora, Kecamatan Labuan, Kecamatan Tanantovea. Sebagai PKLp yang berada di Kecamatan Sindue, maka fungsi pusat pelayanan Kecamatan Sindue adalah fokus pada kegiatan utama industri, pariwisata, pertanian, dan pertambangan.

(50)

39

Adapun peran dan fungsi perkotaan sebagai PKLp Toaya adalah : a. Pusat pelayanan umum;

b. pusat perdagangan dan jasa skala kecamatan; c. Pusat kegiatan perikanan; dan

d. Pusat kegiatan industry.

Untuk kegiatan utama yang merupakan wilayah hinterland PKLp Toaya lebih diarahkan pada kegiatan:

a. Pengembangan kegiatan pelayanan serta perdagangan dan jasa yang berskala kecamatan;

b. Pengembangan kawasan pertanian (holtikultura dan perkebunan) c. Pengembangan agropolitan;

d. Pengembangan kawasan perikanan laut; dan

e. Pengembangan kegiatan industri (industri pengolahan hasil perikanan).

5. PKLp Sabang

PKLp Sabang ini merupakan pusat kegiatan beberapa kecamatan yang berorientasi ke Perkotaan Sabang di Kecamatan Damsol, meliputi: Kecamatan Damsol, Kecamatan Sojol, dan Kecamatan Sojol Utara. Sebagai PKLp yang berada di Kecamatan Damsol, maka fungsi pusat pelayanan Kecamatan Damsol adalah fokus pada kegiatan utama industri, pariwisata, pertanian, dan pertambangan. Adapun peran dan fungsi perkotaan sebagai PKLp Sabang adalah:

a. Pusat pelayanan umum;

b. Pusat perdagangan dan jasa skala kecamatan; c. Pusat kegiatan perikanan;

d. Pusat kegiatan industri; dan e. Pusat Kegiatan Pariwisata.

Untuk kegiatan utama yang merupakan wilayah hinterland PKLp Sabang lebih diarahkan pada kegiatan:

a. Pengembangan kegiatan pelayanan serta perdagangan dan jasa yang berskala kecamatan;

(51)

40

b. Pengembangan kawasan pertanian (holtikultura dan perkebunan);

c. Pengembangan kawasan perikanan laut; d. Pengembangan kawasan minapolitan;

e. Pengembangan kegiatan industri (industri pengolahan hasil perikanan);

f. Pengembangan pariwisata; dan g. Industri pengolahan hasil perikanan.

3.2.2. Pengembangan Fasilitas Kawasan Perkotaan

Sarana dan prasarana yang menjadi fasilitas penunjang perkotaan seperti fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas pendidikan, dan perniagaan berdasarkan tingkatan pelayanan (skala pelayanan). Skala pelayanan yang dimaksud dibagi dalam tingkatan kabupaten, kecamatan, lingkungan, dan Rukun Warga (RW). Skala pelayanannya tergantung pada kebutuhan fasilitas yang didukung oleh jumlah penduduk pendukung fasilitas tersebut. Kebutuhan pengembangan fasilitas perkotaan di Kabupaten Donggala dijabarkan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan

Sebagai ibukota

Kabupaten (PKW) Sebagai PKL/ PKLp Sebagai PPK

-Pusat perkantoran kabupaten (perkantoran pemerintah dan swasta; -Pusat pendidikan (perguruan tinggi);

-Pusat kesehatan skala kabupaten: (rumah sakit umum B, rumah sakit swasta dengan

-Pusat perkantoran (perkatoran pemerintah kecamatan);

-Pusat pendidikan (SMU, SMK, Diploma) serta sekolah-sekolah kejuruan berbasis potensi daerah seperti sekolah

pertambangan, kelautan, pertanian, serta Pondok Pesantren;

-Pusat perkantoran (perkatoran pemerintah kecamatan)

-Pusat pendidikan (SMU, SMK);

-Pusat kesehatan (puskesmas); serta

-Pusat perdagangan dan jasa (pasar, pertokoan, ruko, pasar hewan, bank);

(52)

41 Sebagai ibukota

Kabupaten (PKW) Sebagai PKL/ PKLp Sebagai PPK

kemampuan

perawatan khusus);

-Pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten (pasar regional, pasar induk, departmen strore, pusat perbelanjaan, ruko, bank, hotel, show room);

-Pusat pariwisata regional (Tourism center, kantor, taman parkir)

-Pusat olahraga dan kesenian skala kabupaten (stadion); serta

-Pusat peribadatan kabupaten.

-Pusat pendidikan berupa sekolah-sekolah unggulan yang dilengkapi

perpustakaan utama skala regional;

-Fasilitas jasa yang mencakup fasilitas

perbengkelan, bank, hotel, agen wisata, dan

pegadaian;

-Pusat perdagangan dan jasa (pasar, pertokoan, ruko, pasar hewan, bank);

-Pusat kesehatan

(puskesmas rawat inap, rumahsakit C); serta

-Pusat indusri/pemasaran hasil pertanian (industri hasil pertanian, pusat pemasaran pertanian .

-Pusat

indusri/pemasaran hasil pertanian (industri hasil pertanian, pusat

pemasaran pertanian

Sumber : Hasil Rencana RTRW Kab Donggala, 2010.

3.2.3. Sistem Perdesaan

Kawasan sistem perdesaan merupakan kawasan yang kegiatan utamanya adalah di biadang pertanian. Yang mana di dalamnya termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi sebagai kawasan tempat permukiman perdesaan, palayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, serta kegiatan ekonomi sehingga disebut sebagai kawasan perdesaan.

Adapun distribusi sistem permukiman perdesaan yang ada di Kabupaten Donggala hingga saat ini menunjukkan tingkat keberagaman

(53)

42

yang tinggi, yakni adanya kawasan yang terpusat, kawasan yang terpencar, maupun kawasan yang berdekatan dengan Ibukota Kabupaten Donggala. Jadi untuk kedepanya, pola ruang dengan sistem permukiman perdesaan yang seperti ini sebaiknya lebih diarahkan ke kawasan pusat kegiatan perdesaan dan berhubungan dengan kawasan yang lebih luas, misanya seperti berikut:

1. Setiap dusun memiliki suatu pusat dusun

2. Setiap desa memiliki satu pusat kegiatan yang fungsinya sebagai pusat desa (PPL)

3. Beberapa desa yang berada dalam satu kecamatan memiliki pusat kegiatan yang tingkat hirarkinya berada dibawah kawasan perkotaan kecamatan yaitu sebagai Pusat Palayanan Kegiatan (PPK)

4. Kawasan perdesaan yang lokasinya strategis dan berhubungan langsung pada masing-masing Ibukota kecamatan

5. Kawasan perdesaan yang membentuk sistem keterkaitan atau berorientasi pada pusat pengembangan yang disebut sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yang secara dragmatis dapat dilihat pada gambar 3.2

Gambar 3.2 Diagram Sistem Perdesaaan.

Pusat-pusat permukiman perdesaan dipilih dari wilayah desa yang mempunyai potensi cepat berkembang dan dapat meningkatkan perkembangan desa sekitarnya. Dalam upaya meningkatkan daya guna

5 1 3 2 4 Dusun Desa PPL PPK PKL

Gambar

Gambar 2.1  Luas Panen (Ha) Padi Sawah per Kecamatan di Kabupaten  Donggala Tahun 2015 .......................................................
Tabel 1.2  Struktur tabel LQ  Sektor  LQ Kecamatan (j)  i  Nama Komoditas  1  LQ 1j  2  LQ 2j  …  …  ..
Tabel 2.5   Kontribusi  (%)  Nilai  PDRB  Kabupaten  Donggala  Tahun  2012  dan  2015 Menurut Lapangan Usaha
Tabel 2.7  Keragaman  Pengusahaan  Tanaman  Pangan  di  Kabupaten  Donggala Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient  Komoditas  Kec
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada umur 3 minggu setelah sub kultur, penambahan beberapa macam Auksin dan sitokinin ke dalam media MS sangat berpengaruh pada jumlah tunas yang terbentuk tetapi tidak

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri (Djaali, 2007: 121). 3) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

Sikap mahasiswa terhadap kebijakan kampus bebas asap rokok di UMY adalah setuju dan tidak setuju. Sikap setuju membuat mahasiswa mendukung terlaksananya KBBR,

Effish Enterprise telah membuat kajian bersama Universiti Putra Malaysia dan Mardi di mana ikan keli yang dihasilkan mengandungi Omega 3,6 dan 9

Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir berjudul Analisis Potensi Sampah Kertas dan Sampah Serasah (Ranting kayu dan Daun) sebagai bahan baku Refuse Derived Fuel

Data hasil penelitian menggiring bola zig-zag menggunakan satu kaki berikut hasil keseluruhan tes menggiring bola menggunakan satu kaki siawa kelas V putra SD Negeri 69

Dari pemerolehan fonologi tutur di atas, dapat penulis sampaikan bahwa bahasa tutur anak dalam penelitian ini adalah bilingual infomal yang merupakan representasi