• Tidak ada hasil yang ditemukan

content laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kementerian esdm tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "content laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kementerian esdm tahun 2011"

Copied!
403
0
0

Teks penuh

(1)

Kementerian ESDM merupakan Kementerian yang memiliki lingkup tugas cukup luas, setidaknya mencakup 4 bidang strategis yaitu: bidang migas, bidang ketenagalistrikan, bidang mineral dan batubara, dan bidang energi baru, terbarukan dan konservasi energi serta bidang lainnya.

Berdasarkan Perpres 24 tahun 2010 tentang Kedudukan Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, tugas Kementerian ESDM adalah menyelenggarakan urusan di bidang energi dan sumber daya mineral dalam pemerintahan, untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Sedangkan dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian ESDM menyelenggarakan fungsi antara lain: perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang energi dan sumber daya mineral; pengelolaan barang milik kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian ESDM; pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian ESDM; dan pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

Sesuai dengan tugas dan fungsi di atas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memiliki peran stategis dalam pembangunan nasional. Peran tersebut meliputi berbagai aspek yang dalam pelaksanaannya membutuhkan adanya kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders).

Sektor ESDM tetap menjadi andalan dan berpengaruh dalam mendukung pembangunan dan perekonomian nasional, baik melalui sisi fiskal, moneter maupun sektor riil. Disamping itu sektor ESDM juga memiliki peranan penting yaitu sebagai penjamin sumber pasokan (energi dan minerba) yang didukung oleh harga energi yang terjangkau dan kemampuan meningkatkan nilai tambah.

(2)

Dari sisi fiskal, sektor ESDM berkontribusi terhadap penerimaan negara (revenue) tapi di sisi lain menimbulkan konsekuensi subsidi energi. Dari moneter, komoditas ESDM yang bersifat adminestered price akan berperan terhadap besaran/dinamika inflasi nasional. Sedangkan dari sektor riil, secara timbal balik, sektor ESDM berperan terhadap tumbuhnya investasi dan di saat bersamaan juga membutuhkan investasi untuk berkembang.

Semua ini pada akhirnya akan menjadi landas gerak untuk pembangunan nasional yang dilakukan melalui four tracks yaitu pertumbuhan (pro-growth), penciptaan lapangan kerja (pro-job), pemerataan pembangunan dengan orientasi pengentasan kemiskinan (pro-poor), dan kepedulian terhadap lingkungan (pro-environment).

Peran Kementerian ESDM tersebut juga dilaksanakan berdasarkan landasan hukum yang sudah sesuai dengan hirarki. Dimulai dari landasan konstitusional yaitu UUD 1945 pasal 33 ayat 2, 3 dan 5, kemudian landasan kebijakan nasional yaitu RPJP dan landasan operasional yang terdiri dari 5 Undang-undang dan peraturan turunannya sebagai amanat dari peraturan yang lebih tinggi dan/atau dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi penyelenggaraan negara.

Kinerja sektor ESDM secara umum dapat dinilai dari capaian indikator kinerja sektor ESDM yang mencakup antara lain, penerimaan sektor ESDM, subsidi energi, investasi, pasokan energi dan mineral, dan pembangunan daerah (Dana Bagi Hasil dan Community Development). Selain itu, capaian kinerja sektor ESDM juga dapat terlihat dari kegiatan atau capaian-capaian pembangunan yang berhasil dilaksanakan selama tahun berjalan seperti pembangunan infrastruktur, penandatangangan kontrak-kontrak ESDM, penyelesaian permasalahan, dan prestasi-prestasi kinerja strategis lainnya.

KERANGKA LEGISLASI KESDM

(3)

ayat (2), (3) dan (5), kemudian landasan kebijakan nasional yaitu RPJP dan landasan operasional yang terdiri dari 5 Undang-undang dan peraturan turunannya sebagai amanat dari peraturan yang lebih tinggi dan/atau dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi penyelenggaraan negara.

Dalam implementasi pola pikir pengelolaan energi dan sumber daya mineral nasional dijabarkan menjadi 7 tujuan dan 14 sasaran strategis yang saling terkait untuk melaksanakan peran ESDM sebagai penjamin sumber pasokan (energi dan minerba) yang didukung oleh harga energi yang terjangkau dan kemampuan meningkatkan nilai tambah

PEMETAAN TUJUAN DAN SASARAN

(4)

INDIKATOR KINERJA UTAMA

Sebagaimana terlihat dalam bagan di atas, kinerja utama Sektor ESDM dapat menjadi indikator keberhasilan pembangunan nasional, antara lain: penerimaan negara, pembangunan daerah, investasi, subsidi, penyediaan energi dan bahan baku domestik serta efek berantai termasuk menciptakan lapangan kerja, yang secara tidak langsung akan memperbaiki Human Development Index(HDI).

LAKIP KESDM Tahun 2011 merupakan LAKIP tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis KESDM Tahun 2010-2014, oleh sebab itu disamping melaporkan perbandingan antara capaian kinerja (performance results) dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) Tahun 2011, dalam LAKIP Tahun 2011 ini juga berisi informasi capaian kinerja yang relevan dari capaian kinerja periode sebelumnya.

Pada Tahun 2011 ini, telah dilaksanakan berbagai upaya dalam rangka pelaksanaan kebijakan ESDM. Hasil‐hasil capaian strategis dari berbagai kegiatan Kementerian ESDM selama kurun waktu tersebut diuraikan, sebagai berikut:

Penggerak Utama Perekonomian Nasional

Sebagai sumber penerimaan negara, sektor ESDM tiap tahunnya memberikan kontribusi sekitar 30% terhadap penerimaan nasional. Pada tahun 2011, realisasi penerimaan sektor ESDM mencapai Rp. 352,15 triliun atau 29,4% terhadap perkiraan penerimaan

nasional sebesar Rp. 1.199 triliun. Penerimaan sektor ESDM tersebut, bila dibandingkan dengan target APBN-P 2011 yang sebesar Rp. 324 triliun, capaian kinerja mencapai 109%, sedangkan jika dibandingkan dengan penerimaan tahun 2010 sebesar Rp. 289 triiliun adalah sebesar 122%. Selanjutnya peran atau kontribusi penerimaan negara

Penerimaan Nasional 100% (1.199,5 Triliun)

(5)

menunjukkan bahwa trend realisasi penerimaan sektor ESDM dalam 6 tahun terakhir mengalami pertumbuhan positif. Hal ini menunjukkan bukti bahwa sektor ESDM masih mempunyai peran yang besar dalam penerimaan APBN.

Minyak dan gas bumi masih merupakan komoditi primadona, dimana 77% penerimaan sektor ESDM atau Rp 272 triliun berasal dari penerimaan migas, dan selebihnya Rp 77 triliun dari pertambangan umum (22%), Rp. 0,55 triliun dari panas bumi (0,2%), dan Rp. 1,76 triliun dari penerimaan lainnya (0,5%).

Peningkatan Produksi Energi Nasional

Untuk mendukung peningkatan kebutuhan energi nasional yang terus bertumbuh maka dibutuhkan adanya peningkatan produksi energi dan sumber daya mineral secara berkelanjutan.

Secara umum, produksi minyak dan gas bumi tahun 2011 lebih rendah dibandingkan tahun 2010. Di sisi lain, produksi batubara mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 6%. Namun, apabila energi fosil dilihat sebagai satu kesatuan (as single comodity), produksi energi fosil mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010.

Produksi energi fosil Indonesia tahun 2011 ditargetkan sebesar 6.239 ribu BOEPD (Barel Oil Ekuivalen Per Day). Pada realisasinya, produksi energi fosil Indonesia tahun 2011 mencapai 5.782 ribu BOEPD atau 93% terhadap target tahun 2011. Produksi energi fosil tersebut ekivalen dengan 101,5% realisasi tahun 2010 sebesar 5.698 ribu BOEPD. Peningkatan tersebut berasal dari produksi batubara yang diperkirakan mencapai 293 juta ton atau 106% dibandingkan tahun 2010 sebesar 275 juta ton. Secara rinci capaian kinerja sasaran ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(6)

Meningkatnya Jumlah Investasi Sektor ESDM

Peningkatan jumlah produksi ESDM tidak dapat di lepaskan dari pertumbuhan jumlah investasi. Dengan demikian jelas bahwa untuk menjamin ketersediaan energi dan sumber daya mineral secara merata dan berkesinambungan juga dibutuhkan adanya pertumbuhan jumlah investasi.

Total investasi sektor ESDM pada tahun 2011 mencapai US$ 27,11 miliar, angka ini masih dibawah target yang diharapkan yaitu sebesar US$ 30,4 miliar. Hal tersebut menjadi lesson learned bagi Kementerian ESDM untuk peningkatan kinerja kedepan. Namun jika dibandingkan dengan investasi tahun 2010 sebesar US$ 22.098 juta (year to date), terdapat peningkatan investasi sebesar 23%.

Tidak tercapainya target investasi tahun 2011 ini antara lain disebabkan karena kegiatan operasi sektor ESDM mengalami kendala seperti pengadaan lahan terutama bidang minyak dan gas bumi di daerah, dan izin dari Pemerintah Daerah. Sementara bidang ketenagalistrikan, tidak tercapainya rencana investasi tahun 2011 disebabkan oleh terkendalanya penyelesaian Proyek 10.000 MW Tahap I yang tidak sesuai jadwal akibat adanya permasalahan-permasalahan seperti pengadaan lahan, perizinan daerah, dan kendala teknis pembangkit, dan terlambatnya penerbitan DIPA SLA

Iklim investasi yang kondusif sangat penting bagi para pelaku usaha dan bagi Pemerintah sendiri, karena mayoritas investasi di sektor ESDM berasal dari pendanaan swasta. Sebagai gambaran rencana investasi sektor ESDM tahun 2010-2014 diperkirakan sekitar Rp.

1.480 triliun. Mayoritas investasi sektor ESDM dilakukan dari Non-APBN yang terdiri dari swasta sekitar Rp. 1.016 triliun dan BUMN sekitar Rp. 384 triliun. Sedangkan porsi pendanaan Pemerintah dalam investasi tersebut hanya sekitar 5% atau Rp. 80,7 triliun. Untuk tahun 2011, realisasi pendanaan Pemerintah untuk investasi sektor ESDM hanya sekitar 8,2% dari rata-rata total investasi sektor ESDM sekitar Rp. 186,6 triliun.

Perkembangan nilai investasi sektor energi dan sumber daya mineral, sejak tahun 2005 sampai dengan

tahun 2011, dapat dilihat pada grafik di samping ini.

NILAI INVESTASI SEKTOR ESDM

(7)

mengurangi beban APBN. Dari tabel dibawah ini, dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 ini realisasi subsidi energi yang terdiri dari BBM, LPG dan listrik keseluruhannya masih di bawah target yang ditetapkan.

No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian

1. Jumlah subsidi BBM, BBN dan LPG

Rp Triliun 129,7 168,2 70,3%

Ribu KL 40,49 41,42 97,7%

2. Jumlah subsidi Listrik Rp Triliun 65,6 93,3 57,8%

Perkembangan besarnya subsidi energi selama 6 tahun terakhir, terlihat pada grafik dibawah ini. Besarnya subsidi BBM/LPG bervariasi

tiap tahunnya, tergantung dari konsumsi dan harga minyak. Jumlah subsidi BBM, BBN, dan LPG di tahun 2011 ini mencapai Rp 261,5 Triliun atau 66,1% dari target yang ditetapkan. Hal tersebut disebabkan karena realisasi subsidi BBM, BBN dan LPG yang jauh dibawah kuota akibat penguatan nilai kurs rupiah. Jika dibandingkan dengan jumlah subsidi di tahun 2010, pada tahun 2011 ini jumlah subsidi

mengalami peningkatan 70%, hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah konsumsi BBM akibat bertambahnya jumlah kendaraan bermotor.

Pembangunan Daerah

Disamping sebagai kontributor penting terhadap penerimaan nasional, sektor ESDM juga turut mendukung pembangunan daerah, antara lain melalui dana bagi hasil (DBH), kegiatan community development(comdev) dan corporate social responsibility(CSR), listrik perdesaan, program Desa Mandiri Energi (DME) dan penyediaan air bersih (pemboran air tanah).

Capaian kinerja pendukung pembangunan daerah adalah sebagai berikut:

Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Sektor ESDM

No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian

1. Jumlah dana bagi hasil sektor ESDM

Rp Triliun 43,6 40,9 94%

2. Jumlah CSR sector ESDM Rp Miliar 1.565 1.658 106%

(8)

No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian

listrik(kms) dan gardu distribusi listrik

MVA 370 369,6

4. Jumlah desa mandiri energi (DME)

DME 50 51 102%

5. Jumlah sumur bor daerah sulit air Titik Bor 255 260 102%

Dana bagi hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, sebagaimana Undang-Undang Nomor 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. DBH sektor

ESDM bersumber dari kegiatan minyak bumi, gas bumi dan pertambangan umum, serta panas bumi.

Dana Bagi Hasil (DBH) sektor ESDM pada tahun 2011 ini mencapai sebesar Rp. 40,9 triliun yang terdiri dari minyak bumi Rp. 16,4 triliun, gas bumi Rp. 11,7 triliun, pertambangan umum Rp. 12,3 triliun dan panas bumi Rp. 0,5 triliun. Capaian DBH tahun ini lebih rendah dari target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 43,6% atau capaian kinerjanya sebesar 94%.

Di sektor energi dan sumber daya mineral, community development(comdev)adalah bagian dari tanggung jawab korporat (Corporate Social Responsibility) yang merupakan komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut berikut komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.

Kegiatan comdev dilakukan antara lain melalui: Ekonomi (peningkatan pendapatan, perbaikan jalan, sarana pertanian, pembangunan/perbaikan sarana ibadah), Pendidikan dan Kebudayaan (kelompok usaha, pelatihan, perencanaan), Kesehatan (kesehatan terpadu, air bersih), Lingkungan (penanaman bakau, reklamasi) dan lainnya (kegiatan sosial, penyuluhan, pembangunan sarana olah raga).

(9)

pengembangan Masyarakat dan untuk mendukung kegiatan-kegiatan sangat penting di masyarakat melampaui target yang telah ditetapkan sebesar 106%, yaitu dari target 1,6 Triliun realisasinya mencapai Rp 1,7

Triliun. Dana Comdev dan CSR ini berasal dari perusahaan pertambangan umum, perusahaan migas dan perusahaan listrik.

Desa Mandiri Energi (DME)merupakan program yang baru diluncurkan pada tahun 2007 dan merupakan terobosan dalam mendukung diversifikasi energi dan penyediaan energi daerah perdesaan. Program ini terdiri dari DME berbasis Bahan Bakar Nabati (BBN) dan non-BBN. DME berbasis BBN antara lain menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa, sawit singkong dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi terbarukan setempat antara lain mikrohidro, angin, surya dan biomassa.

Pada tahun 2011 direncanakan pembangunan DME sebanyak 50 desa, yang terdiri dari 35 DME berbasis non-BBN dan 15 DME berbasis BBN. Sampai dengan akhir Desember 2011, seluruh pembangunan DME tersebut dapat terselesaikan, bahkan sedikit melebihi target, yaitu 51 DME karena adanya pengalihan jenis fisik dari PLT Mikrohidro menjadi PLT Pikohidro (2 unit). Sehingga total DME yang telah dibangun sejak tahun 2009 sebanyak 191 DME.

Program pembangunan daerah lainnya, yang bersentuhan langsung dengan masyarakat adalah program penyediaan air bersihmelalui pemboran air tanah. Program tersebut dilakukan sejak tahun 1995 melalui pendanaan dari APBN. Sejak dimulainya program pengeboran air tanah tersebut, lebih dari satu juta jiwa telah menikmati ketersediaan air bersih ini.

Pada tahun 2011 Kementerian ESDM menargetkan sebanyak 260 lokasi titik bor yang dapat direalisasikan, yang terdiri dari 255 titik/lokasi

1. Perusahaan

Migas 215.5 425.0 266 178 67%

2. Perusahaan

Listrik 94.0 90.3 99 89 90%

3. Perusahaan Pertambangan Umum

1,002.4 952.2 1.200 1.391 116%

TOTAL 1,311.9 1,467.5 1.565 1.658 106%

Kementerian Energidan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan danKonservasi Energi

€ EBTKE KESDM -2011

PETA SEBARAN DME BBN 2011

(10)

pemboran air sumur dalam dan 5 titik/lokasi pemboran sumur pantau, untuk memenuhi kebutuhan air bersih di daerah sulit air. Pelaksanaan kegiatan pem-boran tersebut menghasikan total debit air sebesar 2.256,12 liter/jam dengan peruntukan sebanyak 626.700 Jiwa didaerah sulit air/desa tertinggal.

Meningkatnya Kemampuan Pemanfaatan Energi Terbarukan

Ketergantungan terhadap kebutuhan energi dari waktu ke waktu mengalami peningkatan, sedangkan kemampuan ketersediaan sumberdaya energi konvensional dari waktu ke waktu mengalami penurunan akibat ekploitasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk itu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan pemanfaatan energi alternatif. Capaian kinerja usaha ini dalam tahun 2011 adalah sebagai berikut:

No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian 1. Pangsa energi primer untuk pembangkit

listrik % 95,24 95,22 99,9

Pangsa Minyak Bumi % 12 19 158,3

Pangsa Gas Bumi % 30 26 86,7

Pangsa batubara % 49 46 93,9

Pangsa panas bumi % 4,24 4,22 99,5

2. Pangsa energi baru terbarukan lainnya % 7,08 7,08 100

Pangsa Tenaga Air % 7 7 100

Pangsa Bio Diesel Bio Energi % 0,08 0,08 100

Upaya pemanfaatan energi alternatif untuk pembangkit tenaga listrik secara nasional dari tahun ke tahun menunjukkan terjadinya penurunan penggunaan BBM rata-rata 8% per tahun, demikian pula halnya dengan penggunaan batubara, gas, dan panas bumi sejak tahun 2007 sampai 2011 trend pertumbuhannya bergerak positif dengan pertumbuhan rata-rata masing-masing 2%, 8% dan 7% per tahun.

Selain hal tersebut diatas, dalam rangka upaya memenuhi kebutuhan energi domestik, diversifikasi energi merupakan program prioritas, khususnya pengembangan energi baru terbarukan (EBT) atau energi alternatif non-BBM. Pembangkit listrik EBT terdiri dari PLTP, PLTS, PLTB, PLTMH, Pikohidro dll dimana kapasitas terpasangnya ditingkatkan terus setiap tahunnya. Pengembangan sumber-sumber energi dalam rangka diversifikasi energi meningkat setiap tahun.

Dalam tahun 2011 ini, pangsa energi baru terbarukan telah mencapai 7,08% dari keseluruhan pangsa energi nasional, yang terdiri dari eergi air 7% dan bio diesel 0,08% .

Energi Primer Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Batubara 43% 35% 39% 38% 46%

(11)

melalui 2 indikator kinerja yaitu: penggunaan tenaga kerja lokal dan penggunaan kandungan lokal (produk dalam negeri).

Selanjutnya realisasi penggunaan tenaga kerja lokal yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan sektor ESDM adalah sebesar 55,5% dibandingkan target 48% atau melampaui target yang ditetapkan sebesar 115,6%. Begitu pula dengan penggunaan produk dalam negeri (local content)yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan sektor ESDM di tahun 2011 ini

melebihi target yang ditetapkan sebesar 103%, atau dari target sebesar 48% terealisasi sebesar 55,5%.

Meningkatnya Kemampuan Pengungkapan dan Pemanfaatan Potensi ESDM

Kegiatan eskplorasi dan eksploitasi ESDM bukanlah pekerjaan yang mudah sebab umumnya potensi di sektor ini berada di dalam perut bumi. Oleh sebab itu, dituntut kemampuan penguasaan teknologi yang tinggi. Terkait dengan hal ini maka pemerintah berusaha untuk meningkatkan kemampuan pengungkapan dan pemanfaatan potensi ESDM guna meningkatkan jumlah produksi yang akhirnya akan menjamin ketersediaan pasokan ESDM dalam negeri secara berkesinambungan.

Selanjutnya, kegiatan eksplorasi dan eksploitasi ESDM harus didukung dengan penyediaan basis data yang baik (misalnya berupa data usulan WKP, peta geologi, data dan informasi mitigasi), produk penelitian dan pengembangan (misalnya berupa paten dan hak cipta, makalah dan pilot plant serta demo plant). Oleh sebab itu, capaian kinerja sasaran ini juga digambarkan melalui berbagai indikator kinerja sebagaimana yang terlihat pada tabel di bawah ini:

No Indikator kinerja Satuan Target Realisasi Capaian

1. Jumlah peta geologi yang dihasilkan dan digunakan

Peta 905 996 110%

2. Jumlah usulan Paten dan Hak Cipta Buah 6 6 100%

3. Jumlah masukan/rekomendasi kebijakan Rekomenda si

43 43 100%

4. Pertambahan makalah Ilmiah yang

dipublikasikan dalam Jurnal Nasional maupun Internasional dan Laporan Ilmiah

Makalah 96 140 145,8%

5. Jumlah pilot plant, demo plant atau

rancangan/produk rancang bangun penerapan teknologi unggulan bidang Energi Dan Sumber Daya Mineral

Pilot plant 31 31 100%

Terwujudnya Tata Kelola Kepemerintahan Yang Baik

Salah satu komitmen utama pemerintah yang dituangkan dalam RPJM 2010-2014 adalah perwujudan pemerintahan yang baik (good governance). Keberhasilan hal ini dapat digambarkan melalui berbagai indikator antara lain: (1) pengelolaan keuangan Negara melalui kualitas laporan keuangan; (2) penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan; (3) penerapan manajemen berbasis kinerja. Secara umum hasil capaian kinerja dari sasaran-sasaran strategis yang terkait dengan penerapan tata kelola pemerintahan yang baik telah menunjukkan capaian kinerja yang memuaskan.

(12)

Sebagai contoh opini hasil audit BPK terhadap laporan keuangan KESDM adalah Wajar Tanpa Pengecualian(WTP), sedangkan capaian kinerja lainnya adalah:

No Indikator kinerja Satuan Target Realisasi Capaian

1. Penyelesaian LHP dan MHP yang tepat waktu

LHP/ MHP 165 144 87.27%

2. Penyelesaian kasus atas kewajiban penyetoran kepada kas negara

Rp US

33.625.839.669, 5 2.342

390.577.928 0

1,162 % 0

3. Opini BPK terhadap LK Opini WTP WTP 100%

Berdasarkan evaluasi internal atas LAKIP DESDM dapat disimpulkan bahwa meskipun secara umum realisasi kinerja telah sesuai dengan harapan, namun masih diperlukan komitmen dan langkah-langkah strategis melalui penajaman berbagai program dan kegiatan, sehingga hasil pembangunan sektor ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, guna menciptakan birokrasi yang efesien dan efektif, Kementerian ESDM berkomitmen untuk melaksanakan reformasi birokrasi secara komprehensif sesuai dengan Grand Design dan Roadmap Reformasi Birokrasi Nasional.

(13)
(14)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

RINGKASAN EKSEKUTIF ...iii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR ISTILAH . ... xxiii

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1. Isu dan Kondisi Lingkungan Strategis Terkait Pengelolaan ESDM ...2

1.2. Ringkasan Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2006-2010...9

1.3. Peran dan Posisi KESDM Sebagai Regulator...24

1.4. Tugas dan Fungsi KESDM ...26

BAB 2 RPJM 2010 – 2014 ... 31

2.1. Kondisi Umum ... 31

2.2. Visi dan Misi Pembangunan Nasional ... 33

2.3. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Nasional ...34

2.4. Permasalahan dan Sasaran Pembangunan ... 35

2.5. Strategi dan Arah Kebijakan...39

2.6. Program Pembangunan dan Target Tahun 2011 Sektor ESDM ...41

BAB 3 PERENCANAAN STRATEGIS ...44

3.1.Visi dan Misi ...45

3.2.Tujuan dan Sasaran Strategis ...46

3.3.Indikator Kinerja Utama ... 54

BAB 4 RENCANA KINERJA ...57

4.1. Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2011 - Sektor ESDM ...57

4.2.Kebijakan dan Strategi Tahun 2011 - Sektor ESDM ...60

4.3. Rencana Kinerja Tahun 2011 - Kementerian ESDM ...66

BAB 5 AKUNTABILITAS KINERJA ...72

5.1. Gambaran Umum Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011 ...72

(15)
(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Tahapan Program Percepatan 10.000 MW Tahap II ...3

Tabel 1.2. Proyeksi Pangsa Penyediaan Per Jenis Energi (%) ...5

Tabel 1.3. Program Konversi Minyak Tanah ke LPG ... 8

Tabel 1.4. Penghematan Setelah Program Konversi ...13

Tabel 1.5. Supplydan Demand Produksi Batubara... 18

Tabel 1.6. Perkembangan Produksi Mineral ... 19

Tabel 1.7. Perkembangan Produksi Mineral ... 19

Tabel 1.8. Perkembangan Pembangunan Ketenagalistrikan ... 20

Tabel 1.9. Bauran Energi Untuk Pembangkit Tenaga Listrik ... 20

Tabel 1.10. Dana Bagi Hasil Sektor ESDM ... 21

Tabel 1.11. Realisasi Anggaran KESDM 2006-2010 ... 24

Tabel 1.12. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral29 Tabel 1.13. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Menurut Pendidikan TMT 1 Maret 2011 ... 30

Tabel 2.1. Sasaran Pembangunan Nasional Sektor ESDM ... 37

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja ... 52

Tabel 3.2. Target Indikator Kinerja Utama ... 55

Tabel 4.1. Rencana Investasi Sektor ESDM ... 65

Tabel 4.2. Tujuan 1: Terjaminnya pasokan energy dan bahan baku domestik domestik ... 66

Tabel 4.3. Tujuan 2: Meningkatnya investasi sektor ESDM ... 67

Tabel 4.4. Tujuan 3: Terwujudnya peran penting sektor ESDM dalam penerimaan Negara ... 67

Tabel 4.5. Tujuan 4: Terwujudnya peningkatan peran sektor ESDM dalam Pembangunan daerah ... 67

Tabel 4.6. Tujuan 5: Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan Listrik ... 67

Tabel 4.7. Tujuan 6: Peningkatan peran penting sektor ESDM dalam peningkatan surplus Neraca perdagangan dengan mengurangi impor... 68

Tabel 4.8. Tujuan 7: Terwujudnya peningkatan efek berantai/ketenagakerjaan ... 68

Tabel 5.1. Capaian Indikator Kinerja Utama ... 73

(17)

Tabel 5.3. Penandatanganan KKS WK GMB Tahun 2011 ... 79

Tabel 5.4. Potensi Wilayah Kerja Panas Bumi ... 80

Tabel 5.5. Perkembangan Produksi Uap PLTP... 82

Tabel 5.6. Produksi Biodiesel dan Bioethanol ... 83

Tabel 5.7. DMO Batubara Tahun 2011 ... 87

Tabel 5.8. Tenaga Kerja Nasional dan Tenaga Kerja Asing ... 88

Tabel 5.9. Indikator Kinerja Pemberdayaan Kapasitas Nasional ... 89

Tabel 5.10. Supply Demand BBM Indonesia ... 90

Tabel 5.11. Perkembangan DME Tahun 2009 -2011 ... 91

Tabel 5.12. Indikator Kinerja Sasaran 1 ... 93

Tabel 5.13. Produksi Energi Fosil ... 94

Tabel 5.14. Produksi Batubara Tahun 2011...102

Tabel 5.15. DMO Batubara Tahun 2011 ...103

Tabel 5.16. Produksi Mineral ...104

Tabel 5.17. Supply Demand BBM Indonesia ...106

Tabel 5.18. Kapasitas Desain Kilang LPG yang Beroperasi di Indonesia ...108

Tabel 5.19. Indikator Kinerja Sasaran 2... 110

Tabel 5.20. Indikator Kinerja Sasaran 3 ... 112

Tabel 5.21. Pangsa Energi Primer ... 113

Tabel 5.22. Proyeksi Pangsa Penyediaan Per Jenis Energi (%) ...114

Tabel 5.23. Kapasitas Terpasang PLTMH Tahun 2011 ... 115

Tabel 5.24. Kapasitas Terpasang PLT Bayu/Angin Per Provinsi ...116

Tabel 5.25. Indikator Kinerja Sasaran 4 ... 117

Tabel 5.26. Pembangunan Jaringan Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga ...118

Tabel 5.27. Perkembangan Jumlah Sambungan Rumah yang Dialiri Gas Bumi...118

Tabel 5.28. Perkembangan Jumlah Sambungan Rumah yang Dialiri Gas Bumi...122

Tabel 5.29. Perkembangan Pembangunan Ketenagalistrika...122

Tabel 5.30. Kapasitas Terpasang PLTP...123

Tabel 5.31. Potensi Panas Bumi Indonesia 2011 (dalam Mwe)...124

Tabel 5.32. Indikator Kinerja Sasaran 5 ...128

Tabel 5.33. Realisasi dan Target Elastisitas Energi Tahun 2009-2010...128

(18)

Tabel 5.35. Investasi Sub SektorKetenagalistrikan...137

Tabel 5.36. Investasi 2007 – 2011 dan Rencana 2012 Sub Sektor Mineral dan Batubara ...137

Tabel 5.37. Indikator Kinerja Sasaran ...138

Tabel 5.38. Kontribusi Penerimaan Sektor ESDM Terhadap Penerimaan Nasional...141

Tabel 5.39 Perkembangan Penerimaan Negara Sub Sektor Migas Tahun 2007 – 2011...142

Tabel 5.40. PNBP Subsektor Minerba 2007-2012...143

Tabel 5.41. Indikator Kinerja Sasaran ...144

Tabel 5.42. Dana Bagi Hasil Sub Sektor Mineral Batubara...146

Tabel 5.43. Jumlah Daerah Penghasil Migas Tahun 2011 dan 2012...147

Tabel 5.44. Dana Bagi Hasil Sub Sektor Migas...147

Tabel 5.45. Penggunaan Dana Comdev dan CSR Sektor ESDM...148

Tabel 5.46. Pertumbuhan Anggaran Community Development Sub Sektor Mineral dan Batubara...149

Tabel 5.47. Pembangunan Gardu dan Jaringan Distribusi...151

Tabel 5.48. Desa Mandiri Energi (DME) berbasis BBN...153

Tabel 5.49. Desa Mandiri Energi (DME) berbasis Non BBN...153

Tabel 5.50. Jumlah Lokasi Pengeboran Air TanahTahun 2011...154

Tabel 5.51. Lokasi Pemboran Air Tanah Tahun 2011...155

Tabel 5.52. Indikator Kinerja Sasaran 9 ... 157

Tabel 5.53. Rencana dan Realisasi Volume BBM Bersubsidi ...158

Tabel 5.54. Program Konversi Minyak Tanah ke LPG ...161

Tabel 5.55. Subsidi BBN Tahun 2011 (Kilo Liter) ...162

Tabel 5.56. Indikator Sasaran 10 ...165

Tabel 5.57. Ekspor Minyak Bumi ...165

Tabel 5.58. Produksi dan Pemanfaatan Gas Bumi ...166

Tabel 5.59. Supply Deman BBM Indonesia ... 167

Tabel 5.60. Impor Minyak Bumi Berdasarkan Negara Asal ...168

Tabel 5.61. Indikator Kinerja Sasaran 11 ... 170

Tabel 5.62. Tenaga Kerja Nasional dan Asing Sub Sektor Migas ESDM ... 171

Tabel 5.63. Kekuatan Tenaga Kerja Sub Sektor Migas per Jenis Kegiatan ... 171

Tabel 5.64. Tenaga Kerja Sub Sektor Ketenagalistrikan Tahun 2010 ... 171

(19)

Tabel 5.66. Indikator Kinerja Sasaran 12 ... 172

Tabel 5.67. Rasio Tenaga Kerja Nasional dan Tenaga Kerja Asing ... 173

Tabel 5.68. Nilai Rencana Impor Barang Operasi dan Intervensi Verifikasi Rencana Kebutuhan Barang Impor 2006 – 2011 ... 173

Tabel 5.69. Tabel Pemanfaatan Barang dan Jasa Dalam Negeri... 175

Tabel 5.70. Indikator Kinerja Sasaran 13 ... 175

Tabel 5.71. Indikator Kinerja Sasaran 14 ... 178

Tabel 5.72. Indikator Kinerja Sasaran 1 Penunjang ...182

Tabel 5.73. Realisasi Penjualan BBM Non PSO ... 185

Tabel 5.74. Kuota BBM Tertentu ...186

Tabel 5.75. Besaran Persentase Tarif Pengangkutan Gas Bumi Terhadap Volume Gas Bumi yang Diangkut ...194

Tabel 5.76. Realisasi Volume Gas Bumi yang Niagakan Setiap Badan Usaha ...194

Tabel 5.77. Realisasi Volume Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa Setiap Badan Usaha 195 Tabel 5.78. Indikator Kinerja Sasaran 2 Penunjang ...196

Tabel 5.79. Status Kegiatan Gunung Api Tahun 2011 ...204

Tabel 5.80. Gunung Api yang Dapat Dipantau Langsung dari Kantor PVMBG ...206

Tabel 5.81. Indikator Kinerja Sasaran 3 Penunjang ... 212

Tabel 5.82. Indikator Kinerja Sasaran 4 Penunjang ... 212

Tabel 5.83. Capaian Kinerja KESDM Tahun 2011 ... 215

Tabel 5.84. Realisasi Anggaran Kementerian ESDM ...218

Tabel 5.85. Peraturan Perundang-Undangan ...220

Tabel 5.86. Rasio Berita Positif, Negatif dan Netral ...222

Tabel 5.87. Indikator Kinerja Sasaran 5 Penunjang ...223

Tabel 5.88. Indikator Kinerja Sasaran 6 Penunjang ... 227

Tabel 5.89. Blok yang Direkomendasikan Untuk Ditawarkan Kembali ...229

Tabel 5.90. Perbandingan Komposisi Gas Produk Gasifikasi Batubara Penerapan dan PKN Dengan Pereaksi Oksigen dan Oksigen/Steam... 231

Tabel 5.91. Distribusi Kecepatan Arus Line – 000 ... 233

Tabel 5.92. Indikator Kinerja Sasaran 7 Penunjang ...245

Tabel 5.93. Realisasi Anggaran KESDM Tahun 2011 Per Unit Kerja Eselon I ... 247

(20)
(21)

Grafik 1.1. Perkembangan Harga Minyak Mentah Indonesia dan Harga Minyak Mentah Dunia 1

Grafik 1.2. Produksi Minyak Indonesia Tahun 2011 ...2

Grafik 1.3. Penerimaan Migas Indonesia ...2

Grafik 1.4. Perbandingan Realisasi Subsidi Energi vs Penerimaan Sektor Energi ...6

Grafik 1.5. Perkembangan Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP) ...9

Grafik 1.6. Perkembangan Harga Minyak Mentah Indonesia dan Harga Minyak Mentah Dunia 10 Grafik 1.7. Lifting/Produksi Minyak Bumi ... 11

Grafik 1.8. Volume BBM Jenis Tertentu & LPG Tertentu ... 11

Grafik 1.9. Jumlah Subsidi Listrik, BBM & LPG ...12

Grafik 1.10. Perkembangan Target dan Realisasi Subsidi Listrik Tahun 2000-2010 ... 13

Grafik 1.11. Penerimaan Sektor ESDM ...14

Grafik 1.12. Nilai Investasi Sektor ESDM ... 15

Grafik 1.13. Perkembangan Subsidi Energi ... 15

Grafik 1.14. Produksi Minyak Bumi ...16

Grafik 1.15. Produksi Gas Bumi ... 17

Grafik 1.16. Dana Bagi Hasil Sektor ESDM ...21

Grafik 5.1. Produksi Produksi Uap Tenaga Panas Bumi (Ton) ...82

Grafik 5.2. Produksi Listrik Tenaga Panas Bumi (MWh) ...82

Grafik 5.3. Pemanfaatan Gas Bumi ...86

Grafik 5.4. Perkembangan Intensitas Energi Final Indonesia Tahun 2000 - 2010 ...88

Grafik 5.5. Produksi Minyak Bumi dan Kondensat Indonesia/Bulan Tahun 2011...95

Grafik 5.6. Perbandingan Produksi Minyak Bumi Tahun 2006 - 2011...95

Grafik 5.7. Produksi Gas Bumi Tahun 2007 – 2011 ...98

Grafik 5.8. Produksi Batubara 2007 – 2011 dan Rencana 2012 ...102

Grafik 5.9. Perkembangan Kapasitas Kilang ... 105

Grafik 5.10. Supply Demand BBM dan Rencana Pembangunan Kilang ...106

Grafik 5.11. Produksi LPG 2006 – 2011 ... 107

Grafik 5.12. Supply Demand LPG ... 107

Grafik 5.13. Produksi LNG Tahun 2006 – 2011 ...109

(22)

Grafik 5.15. Kapasitas Terpasang PLT Bayu/Angin ... 116 Grafik 5.16. % Ratio Elektrofikasi ...120 Grafik 5.17. Perkembangan Kapasitas Terpasang ... 121 Grafik 5.18. Perbandingan Intensitas Energi Primer Indonesia Dengan Negara Lain ...129 Grafik 5.19. Perkembangan Intensitas Energi Final Indonesia Tahun 2000 – 2010 ...129 Grafik 5.20. Estimasi Emisi CO2Berdasarkan Sektor Pengguna Utama ... 130

Grafik 5.21. Nilai Investasi Sektor ESDM... 133 Grafik 5.22. Perkembangan Investasi Sub Sektor Migas ... 134 Grafik 5.23. Penerimaan Nasional ...140 Grafik 5.24. Penerimaan Sektor ESDM ... 141 Grafik 5.25. Perkembangan Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP) ...142 Grafik 5.26. Realisasi Penerimaan Negara Sub Sektor Migas ...142 Grafik 5.27. Dana Bagi Hasil Sektor ESDM Tahun 2009 dan 2011... 145 Grafik 5.28. Kegiatan CSR Sub Sektor Ketenagalistrikan ... 150 Grafik 5.29. Jumlah Titik Pengeboran Air Tanah ... 155 Grafik 5.30. Jumlah Masyarakat yang Dapat Menikmati Air Bersih ... 155 Grafik 5.31. Perkembangan Subsidi BBM/LPG dan Listrik ... 157 Grafik 5.32. Kuota dan Realisasi Konsumsi BBM PSO 2011 ... 158 Grafik 5.33. Neraca Perdagangan Sektor ESDM ...164 Grafik 5.34. Tenaga Kerja Nasional dan Asing Sub Sektor Migas ESDM ... 171 Grafik 5.35. Rencana Kebutuhan Barang Impor ... 174 Grafik 5.36. Hasil Pengukuran T1 dan T2 Secara Digital di Sumur Tiruan ...177 Grafik 5.37. Jumlah Surat Keterangan Terdaftar Migas Tahun 2011 ... 179 Grafik 5.38. Realisasi Volume Penjualan Gas Bumi Melalui Pipa ... 195 Grafik 5.39. Rencana dan Realisasi Penerimaan Iuran Badan Usaha ...196 Grafik 5.40. Rencana dan Realisasi Penerimaan Iuran Badan Usaha tahun 2006 - 2012 ...196 Grafik 5.41. Perbandingan Jenis Kegiatan dan Status Tahapan Penyelidikan ...203 Grafik 5.42. Kejadian Gerakan Tanah Pada Tahun 2011 ...205 Grafik 5.43. Jumlah Pengunjung Museum Kegeologian ...208 Grafik 5.45. Kejadian Gerakan Tanah Peningkatan Status Gunung Api Indonesia Tahun 2011 208 Grafik 5.46. Temperatur Ruang Bakar dengan Menggunakan Spray Burner 3 ...230 Grafik 5.47. Realisasi PNBP di Lingkungan Badan Litbang ESDM ...244

(23)
(24)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Produksi dan Pemanfaatan Gas Bumi Tahun 2011 ...2 Gambar 1.2. Peta Lokasi Program Percepatan 10.000 MW Tahap I ...3 Gambar 1.3. Peta Lokasi PLTP ...5 Gambar 1.4. Perizinan Panas Bumi Kawasan Hutan – MOU Dengan Menteri Keuangan ...6 Gambar 1.5. Pengaturan BBM Bersubsidi... 7 Gambar 1.6. Dasar Pemberian Subsidi Listrik... 7 Gambar 1.7. Sarana dan Fasilitas Pendistribusian LPG...8 Gambar 1.8. Peta Cadangan Minyak Bumi ...16 Gambar 1.9. Peta Cadangan Gas Bumi ... 17 Gambar 1.10. Peta Sumber Daya dan Cadangan Batubara ...18 Gambar 1.11. Peta Sebaran Sumber Daya dan Cadangan Mineral Indonesia ...19 Gambar 1.12. Peta Sebaran Desa Mandiri Energi ...22 Gambar 1.13. Jumlah Titik Pengeboran Air Tanah dan Jumlah Masyarakat yang Dapat

(25)

Gambar 5.2. Penawaran Wilayah Kerja Migas Tahap I ...76 Gambar 5.3. Penawaran Wilayah Kerja Migas Tahap II ...76 Gambar 5.4. Peta Wilayah Kerja CBM di Indonesia ... 78 Gambar 5.5. Peta Perusahaan Komersial Bioethanol yang Memiliki Ijin Usaha ...83 Gambar 5.6. Peta Perusahaan Komersial Biodiesel yang Memiliki Ijin Usaha...83 Gambar 5.7. Kompor yang Menggunakan Bahan Bakar Biogas ...84 Gambar 5.8. Kilang LPG & LNG di Indonesia ...85 Gambar 5.9. Alokasi Gas Bumi Taun 2011 ...86 Gambar 5.10. Bahan Bakar Nabati ... 87 Gambar 5.11. Bahan Bakar Nabati yang Digunakan Pada Pembangunan DME ...91 Gambar 5.12. Cadangan Minyak Bumi Indonesia Tahun 2011 ...96 Gambar 5.13. Pelaksanaan Batu Pertama Proyek Banyu Urip di Kabupaten Bojonegoro

Jawa Timur, 6 Desember 2011 . ...97 Gambar 5.14. Produksi dan Pemanfaatan Gas Bumi Tahun 2011 ...99 Gambar 5.15. Persetujuan Percepatan Pengiriman Gas Dari West Natuna dan Tambahan Pasokan ke PLN Jawa Barat Dalam Rangka Penghematan BBM . ...100 Gambar 5.16. Penandatanganan Principles of Agreement (POA) Terkait Rencana Eksplorasi

dan Eksploitasi Wilayah East Natuna di KESDM, 19 Agustus 2011 . ...100 Gambar 5.17. Cadangan Gas Bumi Indonesia Tahun 2011 ... 101 Gambar 5.18. Penandatanganan Nota Kesepahaman Jual Beli CBM antara PT PLN (Persero)

Dan Virginia Indonesia Co. CBM Limited (VICO), di KESDM,

4 November 2011... 101 Gambar 5.19. Kapasitas Kilang Minyak Indonesia ... 105 Gambar 5.20. Kilang LPG dan LNG di Indonesia ...109 Gambar 5.21. PLTMH Nirmala Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur ... 115 Gambar 5.22. Metering Regulation Station (MR/S) Pipa Distribusi Gas Bumi

(26)

Gambar 5.28. Penandatanganan penugasan pembelian tenaga listrik kepada PT PLN

dan persetujuan harga jual tenaga listrik...121 Gambar 5.29. Kapasitas TerpasangPLTP...123 Gambar 5.30. Penandatanganan MoU antara Menteri ESDM dengan Menteri

Kehutanan...124

Gambar 5.31. PLTP Lahendong Unit 4 ...125 Gambar 5.32. Lokasi Produksi Biogas Komunal Ciamis, Jawa Barat...126 Gambar 5.33. PLTA Asahan, Sumatra Utara...127 Gambar 5.34. PLTMH Suryalaya, Jawa Barat...127 Gambar 5.35. PLT Angin, Nusa Penida Bali...127 Gambar 5.36. PLTS Bunaken...127 Gambar 5.37. PLT Hybrid Pulau SeliuÅBangka...127 Gambar 5.38. PLT Arus Laut...127 Gambar 5.39. Pencemaran Udara Oleh Asap Pabrik...129 Gambar 5.40.Pertemuan Indonesia-United States (U.S.) Energy Investment Roundtable

(EIR)....132

Gambar 5.41. Kegiatan Promosi Potensi Investasi Migas...136 Gambar 5.42.Sertifikat ISO 9001:2008...136 Gambar 5.43. 50 Wilayah Kerja Panas Bumi...138 Gambar 5.44.Daerah Penghasil Migas...147 Gambar 5.45.Pengelolaan Sumur Tua...150 Gambar 5.46.Kegiatan CSR Sub Sektor Ketenagalistrikan...151 Gambar 5.47. Unit Pengolah bioethanol kapasitas 400 l/hari Desa Gandang Barat,

Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah...152 Gambar 5.48.Unit Pengolah bioethanol kapasitas 400 l/hari Desa Gandang Barat,

Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah...152 Gambar 5.49. Penandatanganan MoU Tentang Koordinasi Pelaksanaan Pembinaan dan

Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang ESDM.. ...159 Gambar 5.50. Sosialisasi Penggunaan Alat Kendali (RFID) pada Kendaraan Angkutan Umum

Terminal Bus Senen, 20 Oktober 2011 ...159 Gambar 5.51. Pelatihan Tenaga Penyuluh Lapangan Pengaturan BBM Bersubsidi Bagi

(27)

Bersubsidi, di SPBU Nomor 3413102, daerah Matraman . ...160 Gambar 5.53. Peta Program Konversi Minyak Tanah ke LPG ... 161 Gambar 5.54. Perkembangan Target dan Realisasi Subsidi Listrik Tahun 2000 – 2010 ... 163 Gambar 5.55. Dasar Perhitungan Subsidi Listrik ... 163 Gambar 5.56. Neraca Minyak Bumi/BBM ...166 Gambar 5.57. Neraca Gas Bumi Tahun 2010 ... 167 Gambar 5.58. Diagram Rencana Pengembangan Alat ... 176 Gambar 5.59. CBM 4 dan Hasil Produksi Gasnya ...177 Gambar 5.60. Alat Analisis CBM ... 178 Gambar 5.61. Lokasi Penelitian Pemetaan Geologi Berbasis Penginderaan Jauh Tahun 2011 198 Gambar 5.62. Hasil Interpretasi Pemetaan Geologi Berbasis Penginderaan Jauh ...198 Gambar 5.63. Lokasi Penelitian Cekungan Kendari – Muna – Button, Sulawesi Tenggara 199 Gambar 5.64. Lokasi Penelitian Cekungan Luwuk – Banggai, Sulawesi Tengah ...199 Gambar 5.65. Lokasi Penelitian Cekungan Wokam, Kep Aru Maluku ...200 Gambar 5.66. Peta Usulan WKP Panas Bumi Tahun 2011 ...201 Gambar 5.67. Peta Lokasi Penemuan Terbaru Panas Bumi Hasil Survei Pendahuluan 2011 202 Gambar 5.68. Transmisi Data Aktivitas Gunung Api Melalui Regional Center ...206 Gambar 5.69. Sistem Pemantauan Gunung Api di Indonesia Melalui Regional Center ...209 Gambar 5.70. Capaian Kinerja Sektor ESDM Tahun 2011 ...214 Gambar 5.71. Sebaran Formasi Baong Top Matang (milisekon) ...228 Gambar 5.72. Idektifikasi Prospek Formasi Talang Akar ...229 Gambar 5.73. Uji Coba Pembakaran Dalam Ruang Bakar (Burner) ... 231 Gambar 5.74. Peralatan Pendukung Pilot Project ... 233 Gambar 5.75. Nilai ∆T Pada Musim Barat di Kedalaman 600m, (Aghina drr 2011) ...234 Gambar 5.76. Diagram Rencana Pengembangan Alat ...241 Gambar 5.77. Setting Prototipe Pembakar Siklon yang Terintegrasi Dengan

(28)
(29)

AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

APBN Anggaran Pendapatan Belanja Negara

APBN-P Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan

BBG Bahan Bakar Gas

BBL Bahan Bakar Lain

BBM Bahan Bakar Minyak

BBN Bahan Bakar Nabati

BOEPD Barrels of Oil Equivalent Per Day

BOPD Barrels of Oil per Day

BP MIGAS Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi BPH MIGAS Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi

BPK Badan Pemeriksa Keuangan

BPKP Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

BUMD Bahan Usaha Milik Daerah

BUMN Bahan Usaha Milik Negara

BUMS Badan Usaha Milik Swasta

CAR Capital Adequacy Ratio/Rasio Kecukupan Modal

CBM Coal Bed Methane

CNG Compressed Natural Gas

CSR Corporate Social Responsibility

DBH Dana Bagi Hasil

DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

DME Desa Mandiri Energi

EBT Energi Baru Terbarukan

GDP Gross Domestic Product

GMB Gas Metana (Methane) Batubara

GSA Gas Sales Agreement

GWh Gigawatt hour

(30)

HOMC High Octane Mogas Component

IKU Indikator Kinerja Utama

IPP Independent Power Producers

IPTEK Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

ISO International Organization for Standardization

IUKU Ijin Usaha Ketenagalistrikan untuk Umum

KEN Kebijakan Energi Nasional

KK Kontrak Kerja

KKKS Kontraktor Kontrak Kerja Sama

KKS Kontrak Kerja Sama

KL Kilo Liter

KP Kuasa Pertambangan

KPK Komisi Pemberantas Korupsi

kWh Kilowatt Hour

LHP Laporan Hasil PEmeriksaan

LPG Liquefied Petroleum Gas

LNG Liquefied Natural Gas

M. Ton Metric Ton

MBCD Thousand Barrels Per Calendar Day

MBOPD Thousand Barrels of Oil Per Day

MBPD Million Barrels Per Day

MHP Momerandum Hasil Pemeriksaan

Mitan Minyak Tanah

MK Mahkamah Konstitusi

MMSCFD Million Metric Standard Cubic Feet per Day

MMTPA Million Metric Tonne Per Annum

MTPA Metric Tons Per Annum

MW Megawatt

MWe Megawatt electrical

NPL Non Performace Loan

PDB Produk Domestik Bruto

(31)

PKK Pengukuran Kinerja Kegiatan

PKP2B Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara

PKUK Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan

PLN Perusahaan Listrik Negara

PLT Pembangkit Listrik Tenaga

PLTA Pembangkit Listrik Tenaga Air

PLTB Pembangkit Listrik Tenaga Bayu

PLTGU Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap

PLTMH Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

PLTP Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

PLTS Pembangkit Listrik Tenaga Surya

PLTU Pembangkit Listrik Tenaga Uap

PNBP Penerimaan Negara Bukan Pajak

POD Plan of Development

PPS Pengukuran Pencapaian Sasaran

PSO Public Service Obligation

Renstra Perencanaan Strategis

RKA Rencana Kerja Anggaran

RKA-KL Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga

RKP Rencana Kerja Pemerintah

RKT Rencana KErja Tahunan

RON Real Octane Number

RPJM Rencana Kerja Jangka Menengah

RPJMN Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional

RSNI Revisi Standar Nasional Indonesia

SBM Setara Barel Minyak

SDM Sumber Daya Manusia

SNI Standar Nasional Indonesia

(32)

TCF Trillion Cubic Feet

TKA Tenaga Kerja Asing

TKI Tenaga Kerja Indonesia

TLHP Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

TOE Tonne of Oil Equivalent

TSCF Triliun standar cubic feet

WDP Wajar Dengan Pengecualian

WKP Wilayah Kerja Pertambangan

WP Wilayah Pertambangan

WPN Wilayah Pencadangan Nasional

WTP Wajar Tanpa Pengecualian

(33)

1.1. Isu -isu Strategis Pengelolaan ESDM

ejolak ekonomi dunia masih didominasi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia pada kuarter kedua tahun 2011 termasuk Indonesia. Dampak tersebut telah mempengaruhi kondisi nasional, khususnya terkait dengan pengelolaan sektor energi dan sumber daya mineral. Secara umum setiap kenaikan harga minyak mentah sebesar USD 1/barrel secara langsung akan menambah penerimaan negara sebesar Rp. 3,50 Triliun, namun disisi lain subsidi akan bertambah sebesar Rp. 2,95 Triliun dan Dana Bagi Hasil Migas Rp. 0,49 Triliun, sehingga masih diperoleh surplus sebesar Rp. 0,05 Triliun (Rp. 50 Miliar). Selain dampak langsung pada penerimaan dan subsidi minyak, kenaikan penerimaan migas akan menaikkan total pendapatan APBN sehingga anggaran belanja untuk Pendidikan dan belanja ke daerah yang berupa dana alokasi umum (DAU) akan meningkat juga, sehingga secara menyeluruh keaikan harga minyak akan meningkatkan defisit APBN. Kemudian dampak kenaikan harga minyak pada sektor riil, menyebabkan kenaikan harga BBM non subsidi yang dikonsumsi oleh sektor industri. Hal ini berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi makro, antara lain meningkatnya inflasi dan peluang penyalahgunaan BBM bersubsidi.

Dampak fluktuasi harga minyak dunia menunjukkan bahwa aspek keamanan energi (energy security) memerlukan perhatian serius. Pengelolaan energi memerlukan paradigma baru yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri, penciptaan nilai tambah pemanfaatan energi di dalam negeri, penekanan penggunaan energi yang lebih hemat, dan pengaturan harga yang lebih mencerminkan nilai keekonomiannya, pengusahaan serta pertumbuhan ekonomi daerah, termasuk pemanfaatan sumber-sumber energi primer setempat.

G

(34)

PERKEMBANGAN HARGA MINYAK MENTAH INDONESIA DAN MINYAK MENTAH UTAMA DUNIA

Merujuk pada kondisi di atas, maka penyediaan energi berupa upaya peningkatan ketahanan energi harus terus dilakukan. Ketahanan energi dapat ditinjau dari tiga komponen utama, yaitu ketergantungan terhadap energi impor, ketergantungan terhadap energi minyak, dan efisiensi pemanfaatan energi. Dengan kata lain, ketahanan energi yang tinggi ditunjukkan dengan rendahnya ketergantungan terhadap energi impor, rendahnya pemanfaatan minyak serta pemanfaatan energi yang efisien.

Beberapa isu strategis terkait pengelolaan sektor Energi dan Sumber Daya Mineral di tahun 2011, dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Isu strategis sub sektor minyak dan gas bumi

Realisasi produksi minyak bumi sampai dengan akhir Desember 2011 diperkirakan sebesar 902 ribu BOPD atau 95% dari target APBN-P 2011. Beberapa tahun terakhir ini, produksi minyak Indonesia dibawah 1 juta BOPD, mengingat mayoritas lapangan yang berproduksi saat ini merupakan lapangan tua.

Grafik 1.1. Perkembangan Harga Minyak Metah Indonesia dan Minyak Mentah Dunia

(35)

telah selesai, produksi minyak akan dapat kembali meningkat.

Produksi gas bumi tahun 2011 sesuai APBN-P ditargetkan sebesar 8.541 MMSCFD. Pada realisasinya, produksi gas bumi tahun 2011 mencapai 8.443 MMSCFD atau 99% terhadap target tahun 2011. Produksi gas tersebut ekivalen dengan 95% realisasi tahun 2010 sebesar 8.857 MMSCFD. Pada tahun 2011 ini, kebijakan alokasi gas untuk kebutuhan domestik (contracted demand+potential demand)lebih diutamakan yaitu mencapai 58%, dari tahun ke tahun, ekspor gas sudah mulai dikurangi, sebaliknya pemanfaatan domestik terus diintensifkan.

.

*) Status s/d Nop 2011 (Angka Produksi Net) **) Penyaluran KKKS ke industri selain pengguna PGN

M M SC FD ( %) P U P U K 615, 3 7 ,3 K IL A N G 89, 5 1 ,1 P E T . K IM IA 93, 5 1 ,1 K O N D E N S A S I 12, 8 0 ,2

L P G 38, 0 0 ,5

P G N 752, 7 8 ,9

P L N 721, 4 8 ,6

K R A K A T A U S T E E L 51, 6 0 ,6 IN D U S T R I L AIN * * 552, 1 6 ,6 C IT Y G A S 0, 20 0 ,0 0 2 P E M A K A I A N S E N D IR I 544, 6 6 ,5 S U B T O T A L D O M E S T I K 3 .4 7 1 ,9 4 1 ,2 F E E D K IL A N G L N G 3. 543, 7 4 2 ,0

L P G - 0 ,0

G A S P IP A 924, 5 1 1 ,0 S U B T O T A L E K S P O R 4 .4 6 8 ,2 5 3 ,0 L O S S E S 488, 3 5 ,8 T O T A L 8 .4 2 8 ,4 1 0 0 D O M E S T I K

E K S P O R

Grafik 1.2. Produksi Minyak Indonesia Tahun 2011 Grafik 1.3. Penerimaan Migas Indonesia

Produksi Dan Pemanfaatan Gas Bumi Tahun 2011

(36)

2) Isu strategis sub sektor ketenagalistrikan

Terkait dengan energi domestik, permintaan kebutuhan energi listrik meningkat tiap tahunnya dengan pertumbuhan tahun 2011 mencapai 11%/tahun. Kebutuhan listrik selalu melebihi dari kapasitas terpasang yang ada. Krisis ekonomi 1998/1999, memiliki dampak sangat luas bagi pembangunan ketenagalistrikan. Krisis tersebut, menyebabkan tidak adanya investasi yang masuk dan pertumbuhan kapasitas pembangkit terhambat. Bahkan proyek-proyek IPP pun menjadi terhenti. Untuk mengejar pertumbuhan kebutuhan tersebut, dilakukan upaya antara lain pembangunan pembangkit listrik dengan program 10.000 MW tahap I, 10.000 MW tahap II dan IPP.

PROGRAM PERCEPATAN 10.000 MW TAHAP I

N o T a h a p a n P r o y e k J u m l a h

P r o y e k K a p a s i t a s T o t a l ( M W ) P r o y e k P L N

1 P e r s i a p a n 1 5 3 .3 2 2

2 K o n s t r u k s i 4 1 5 4

3 B a t a l d i l a k s a n a k a n 2 7 4 0

T o t a l 2 1 4 .2 1 6 P r o y e k IP P

1 P e r s i a p a n 6 3 4 .7 5 7

2 D i u b a h m e n j a d i p r o y e k P L N 1 1 2 0 3 P r o s e s h u k u m d i P T U N 1 5 5 4 B a t a l d i l a k s a n a k a n 6 3 7 4

T o t a l 7 1 5 .3 0 6

Jumlah seluruh proyek pada Program 10.000 MW tahap II adalah 92 proyek dengan total kapasitas 9.522 MW. Pada tahun 2012, akan ada 3 proyek yang beroperasi secara, yaitu: PLTU Kota Baru 2x7 MW, PLTU Ketapang 2x10 MW, dan PLTU Bau-Bau 2x10 MW

Gambar 1.2. Peta Lokasi Program Percepatan 10.000 MW Tahap I

Tabel 1.1. Tahapan Program Percepatan 10.000 MW Tahap II

(37)

banyaknya pemekaran desa. Kapasitas terpasang pembangkit listrik tahun 2011 ditargetkan sebesar 37.884 MW. Pada realisasinya, kapasitas terpasang pembangkit tahun 2011 diperkirakan mencapai 37.353 MW atau 99% terhadap target tahun 2011.

Pada tanggal 1 November 2011, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (MESDM), Jero Wacik menandatangani surat penugasan pembelian tenaga listrik yang bersumber dari pembangkit panas bumi kepada PT. PLN (Persero) dan persetujuan harga jual tenaga listrik kepada pihak swasta.

Dengan telah ditandatanganinya penugasan dan persetujuan harga jual tenaga listrik tersebut, selanjutnya pengembang listrik swasta akan melakukan penandatanganan Power Purchase Agreement (PPA) dengan PT. PLN (Persero), dan akan dilanjutkan dengan pembangunan sarana dan prasarana yang diharapkan pada sekitar tahun kedua pembangkit baru tersebut sudah ada yang beroperasi

Dengan telah beroperasinya pembangkit tersebut, maka akan meningkatkan jumlah ketersediaan daya listrik sekitar 430 MW yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia, yang pada gilirannya akan meningkatkan hajat hidup masyarakat serta memajukan sektor perekonomian.

3) Isu strategis sub sektor mineral dan batubara

Produksi batubara pada APBN-P 2011 ditargetkan sebesar 327 juta ton. Pada realisasinya, produksi batubara tahun 2011 diperkirakan mencapai 293 juta ton atau 89% terhadap target tahun 2011. Produksi Batubara 2011 hanya mencapai 89% dikarenakan belum semua data IUP terkumpul dan saat ini sedang dalam proses pengumpulan data IUP untuk mendapatkan data IUP yang lengkap. Data IUP yang tersaji adalah yang tercatat dan dilaporkan secara resmi ke Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara c.q Direktorat Pembinaan Pengusahaan Batubara. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, ketentuan dalam Pasal KK dan PKP2B harus disesuaikan (renegosiasi), adapun untuk Kuasa Pertambangan (KP) berubah menjadi Izin Usaha Pertambangan (IUP).

(38)

Dari 74 PKP2B yang melakukan renegosiasi, saat ini 60 PKP2B telah menyetujui seluruh materi renegosiasi (amandemen kontrak untuk 8 PKP2B siap ditandatangani pada Februari 2012) dan 14 PKP2B belum menyetujui seluruh materi renegosiasi.

Jumlah IUP yang terinventarisir sebanyak 10.235 IUP dan yang sudah berstatus clear and clean sampai dengan 2 Maret 2012 adalah sebanyak 4.151 IUP.

4) Isu strategis sub sektor Energi Baru Terbarukan

Dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan bahan bakar fosil yang merupakan bahan bakar tidak terbarukan, dan beralih untuk pengembangan potensi Bahan Bakar Nabati (BBN), Pemerintah melalui Perpres 5 Tahun 2006 menetapkan target penggunaan BBN sebesar 5% dari total konsumsi energi pada tahun 2025.

Kemudian untuk mendukung Perpres 5 Tahun 2006 tersebut dan dalam rangka diversifikasi energi, sejak tahun 2008 dilakukan pencampuran BBN dengan BBM dengan persentase tertentu, sebagaimana Permen ESDM No. 32 Tahun 2008 Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain. BBN juga dicampurkan dengan BBM bersubsidi, dimana untuk BBN jenis biodiesel dicampurkan dengan minyak solar dan bioetanol dengan bensin Premium. Prospek pengembangan bahan bakar nabati sangat memungkinkan, terutama karena potensi ketersediaan lahan dan keanekaragaman bahan baku.

Selain itu dalam rangka upaya memenuhi kebutuhan energi domestik di sub sektor ketenagalistrikan, diversifikasi energi merupakan program prioritas, khususnya pengembangan energi baru terbarukan (EBT) atau energi alternatif non-BBM. Pembangkit listrik EBT terdiri dari PLTP, PLTS, PLTB, PLTMH, Pikohidro dll dimana kapasitas terpasangnya ditingkatkan terus setiap tahunnya. Pengembangan sumber-sumber energi dalam rangka diversifikasi energi meningkat setiap tahunnya.

(39)

Surya (Matahari), Angin (Bayu), Hybrid, serta arus laut telah digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik dan menunjukkan kemajuan yang cukup tinggi. Dalam tahun 2011 ini pangsa energi baru terbarukan telah mencapai 12% dari keseluruhan pangsa energi nasional. Dan ditargetkan pada tahun 2025 pangsa EBT dapat mencapai 25% dari kseluruhan pangsa energi nasional.

Khusus Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi telah memperlihatkan peningkatan kinerja lebih dulu dari pada sumber EBT lainnya. Pada tahun 2011 Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dalam APBN P ditargetkan sebesar 1.209 MW dan realisasinya mencapai 1.226 MW atau 101% terhadap target tahun 2011.

S I BAYA K 12 M W

L A H E N D O N G 60 M W

D I EN G 60 M W S A L A K 37 5 M W

W . WI ND U 2 27 M W

D A R A J AT 2 60 M W K A M O J A N G 2 00 M W

KAPASIT AS TERPASANG PL TP

(40)

5) Pengendalian Subsidi Energi

Subsidi energi yang terdiri dari BBM/LPG dan listrik masih diterapkan dalam rangka meningkatkan daya beli masyarakat dan mendukung aktifitas perekonomian. Di sisi lain subsidi energi juga mengambil porsi yang cukup besar dalam APBN. Dapat dibayangkan jika anggaran subsidi tersebut dipergunakan untuk pembangunan sektor lain yang lebih penting, seperti transportasi umum, pendidikan, kesehatan, subsidi pangan, perawatan/pembangunan infrastruktur, jalan, dan bantuan sosial, tentu dampak ekonominya juga baik. Namun perlu disadari bahwa pergeseran subsidi energi menjadi subsidi langsung atau untuk anggaran sektor lain, memiliki dampak politik dan sosial yang lebih tinggi. Sehingga upaya perlu dilakukan secara bertahap.

Untuk tahun 2011, subsidi energi dialokasikan sebesar Rp 195,2 triliun yang terdiri dari subsidi BBM/LPG sebesar Rp. 129,7 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp. 65,5 triliun. Sampai dengan akhir Desember 2011,

diperkirakan subsidi energi akan melampaui target, dengan rincian subsidi BBM/LPG akan mencapai Rp. 168,2 triliun atau 130% dari alokasi pada APBN-P 2011.

Grafik 1.4. Perbandingan Realisasi Subsidi Energi vs Penerimaan Sektor ESDM

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Total Subsidi Energi 98 ,1 121,1 221,1 118,5 140,4 261 ,5

Gambar 1.4. Perizinan Panas Bumi Kawasan Hutan – MOU Dengan Menteri Keuangan

(41)

USD/Barrel. Selain itu, kurs yang semula diperkirakan sebesar Rp. 8.700,- (APBN-P 2011) diperkirakan akan menjadi Rp. 8.734,-. Namun demikian, meskipun subsidi energi lebih tinggi dari target APBN-P 2011, tetapi kontribusi sektor ESDM terhadap penerimaan nasional masih jauh lebih tinggi dibandingkan realisasi subsidi energi.

a) Subsidi BBM

Berdasarkan UU No. 22 tahun 2011 tentang APBN 2012, Pemerintah diminta untuk melakukan pengendalian subsidi BBM melalui: Pengalokasian BBM bersubsidi secara lebih tepat sasaran yang dilakukan dengan membatasi jumlah pengguna BBM bersubsidi serta memberikan

alternatif bahan bakar sebagai pengganti BBM bersubsidi; dan

Pengendalian konsumsi BBM

bersubsidi yaitu dengan menurunkan volume konsumsi (kuota) BBM bersubsidi.

Pemerintah menyadari bahwa subsidi yang sebetulnya merupakan hak masyarakat ekonomi lemah ke bawah, penyalurannya masih banyak yang kurang tepat sasaran, sehingga juga dinikmati oleh masyarakat yang mampu secara ekonomi. Oleh karena itu, kebijakan penataan ulang sistem penyaluran subsidi yang telah dilakukan pada tahun 2011 dan akan tetap dilanjutkan dalam tahun 2012. Volume BBM bersubsidi, dikendalikan antara lain melalui: optimalisasi program konversi minyak tanah ke LPG tabung 3 kg; peningkatan pemanfaatan energi alternatif seperti Bahan Bakar Nabati (BBN) dan Bahan Bakar Gas (BBG); serta pembatasan volume konsumsi secara bertahap.

Realisasi volume BBM bersubsidi s.d. November 2011 sebesar 38 juta KL dan sampai dengan akhir Desember 2011 diperkirakan mencapai lebih dari 41 juta KL. Lebih tingginya realisasi subsidi BBM utamanya disebabkan karena konsumsi BBM bersubsidi mencapai 41 juta KL atau lebih tinggi dari kuota sebesar 40 juta KL. Meskipun upaya-upaya pengawasan dan sosialisasi BBM bersubsidi telah dilakukan namun belum bisa menahan tingginya konsumsi BBM yang dipicu oleh meningkatnya pertumbuhan kendaraan dari yang diperkirakan dan tumbuhnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun demikian, Pemerintah terus menerus melakukan upaya pengendalian BBM bersubsidi dimana rencananya akan dilakukan program pengaturan BBM bersubsidi pada tahun 2012 yang persiapannya sudah mulai dilakukan sejak tahun 2010 dan sepanjang tahun 2011 ini.

(42)

Over kuota terjadi pada jenis BBM Premium dan Solar berturut-turut sekitar 3% dan 0,1% yang disebabkan antara lain karena pertumbuhan jumlah kendaraan di atas rata-rata, tingginya harga minyak dunia yang menyebabkan disparitas harga BBM bersubsidi dengan non-subsidi sehingga memicu konsumen bermigrasi dari BBM non-subsidi ke BBM bersubsidi dan penyalahgunaan BBM utamanya ke industri. Sedangkan untuk minyak tanah, telah berhasil dilakukan penghematan konsumsi sebesar 3,4% dari kuota APBN-P. Hal tersebut utamanya karena berhasilnya program konversi minyak tanah ke LPG.

b) Subsidi listrik

Subsidi listrik yang diperkirakan mencapai Rp. 93,3 triliun atau 142% lebih tinggi dari APBN-P 2011.Lebih tingginya realisasi subsidi listrik tahun 2011 dibandingkan APBN-P 2011, juga disebabkan karena target pasokan gas sebesar 320 TBTU hanya tercapai sebesar 284 TBTU. Selain itu, mundurnya penyelesaian beberapa PLTU pada Proyek 10.000 MW Tahap I,

repowering PLTU Batubara reguler, dan

menurunnya capacity factor, sehingga target semula pasokan batubara sebesar 37 juta ton diperkirakan terealisasi 29 juta.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besaran subsidi listrik antara lain: Nilai tukar Rupiah, Harga crudi oil (ICP), Pertumbuhan penjualan listrik, Susut jaringan, Marjin usaha; Biaya Pokok

Penyediaan (BPP) Tenaga Listrik; dan Tarif Tenaga Listrik.

c) Subsidi BBN

Prospek pengembangan bahan bakar nabati sangat memungkinkan, terutama karena potensi ketersediaan lahan dan keanekaragaman bahan baku. Namun, untuk mengantisipasi harga BBN yang terkadang lebih tinggi dibandingkan BBM, maka diperlukan subsidi BBN. Berdasarkan APBN 2011 dan APBN-P 2011 dialokasikan subsidi BBN, sebagai berikut:

 Bioetanol (1%) sebesar Rp 2.000/liter dengan kuota sebesar 4 ribu Kilo Liter , dan subsidi sebesar Rp.8 miliar.

 Biodiesel (5%) sebesar Rp. .2.000/liter dengan kuota sebesar 600 ribu Kilo Liter , dan subsidi sebesar Rp. 1,3 triliun.

 Realisasi subsidi BBN untuk tahun 2011 mencapai Rp. 673,15 miliar dengan volume BBN yang tersalurkan sebesar 336,6 ribu Kilo Liter atau 56% terhadap target tahun 2011. Sedangkan produksi bioetanol belum dapat direalisasikan sama sekali karena harga indeks pasar bioethanol terlalu rendah, sehingga tidak ada produsen yang memasok ke Pertamina.

Gambar 1.6. Dasar Pemberian Subsidi Listrik

(43)

Tabel 1.3. Program Konversi Minyak Tanah ke LPG

Gambar 1.7. Sarana dan Fasilitas Pendistribusian LPG

APBN-P tahun 2011 direncakanan isi ulang/refillLPG 3 kg sebesar 3,52 juta Metrik Ton. Realisasi distribusi isi ulang/refill sebesar 3,28 juta MT status November 2011 atau mencapai 98,2% dari target. Program konversi yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007 ini, telah berhasil mendistribusikan paket sebanyak 53.287.342 untuk rumah tangga, dan refill sebesar 7.997 ribu MT.Nett penghematan setelah dikurangi biaya konversi s.d Juli 2011 mencapai Rp. 37,55 triliun.

Uraian Satuan 2007 2008 2009 2010 2011

Akumul asi

APBN-P Realisasi

Distribusi Paket Perdana

Ribu Paket

3.976 15.078 24.355 4.715 - - 53.287

Isi Ulang/Refill Ribu MTon

21 547 1.767 2.714 3.522 3.283 7.997

Nett

Penghematan

Rp.

(44)

1.2. Ringkasan Kinerja Sektor ESDM Tahun 2006-2010

Kinerja sektor ESDM secara umum dapat dinilai dari capaian indikator kinerja sektor ESDM yang mencakup antara lain asumsi makro sektor ESDM, penerimaan sektor ESDM, subsidi energi, investasi, pasokan energi dan mineral, dan pembangunan daerah (Dana Bagi Hasil dan Community Development). Selain itu, capaian kinerja sektor ESDM juga dapat terlihat dari kegiatan atau capaian-capaian pembangunan yang berhasil dilaksanakan selama tahun berjalan seperti pembangunan infrastruktur, penandatangangan kontrak-kontrak ESDM, penyelesaian permasalahan, dan prestasi-prestasi kinerja strategis lainnya.

1) Capaian Kinerja Asumsi Makro

Asumsi makro merupakan indikator yang berpengaruh terhadap postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara keseluruhan. Beberapa asumsi makro APBN yang terkait langsung dengan sektor ESDM meliputi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP), Lifting minyak bumi, Volume Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, Subsidi Bahan Bakar Nabati (BBN), Volume Liquified Petroleum Gas (LPG) bersubsidi, dan subsidi listrik. Khusus untuk subsidi listrik akan dibahas pada sub bab subsidi energi.

a) Harga Minyak Mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP)

Perkembangan rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) sejak tahun 2005 sampai dengan 2007 memperlihatkan kenaikan yang signifikan yaitu rata 15% per tahun, namun pada tahun 2008 meningkat tajam dari US$ 69,69/barrel menjadi US$ 101,31/barrel atau meningkat sebesar 45% ini disebabkan karena Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya harga minyak antara lain: musim dingin ekstrim di Eropa dan Amerika menyebabkan tingginya permintaan minyak mentah; krisis politik di Timur Tengah dan Afrika Utara; Melemahnya nilai tukar dollar terhadap beberapa mata uang utama dunia; menurunnya stok minyak mentah di Amerika Serikat dan Eropa, terhentinya suplai minyak dari jalur pipa Trans – Alaska akibat terjadi kebocoran. Selanjutnya pada tahun 2009 harga minyak mentah Indonesia kembali anjlog pada angka US$ 58,55/barrel. Kemudian pada akhir desember Pada akhir Desember 2010 kembali meningkat mencapai US$ 78/barrel. Ini disebabkan karena kebutuhan minyak dunia sebesar 88 Juta Barel per-hari, pasokan 89 juta barel per-per-hari, Kapasitas cadangan produksi OPEC sebesar 6 juta Barel per hari yang siap diproduksikan dalam waktu yang singkat, cadangan komersial di negara-negara OECD pada akhir Desember yang lalu dilaporkan masih dapat memasok selama 57,5 hari (lebih tinggi dari rata-rata 5 tahun yg lalu 54,6 hari). Trend perkembangan harga minyak mentah Indonesia dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

(45)

Grafik 1.5. Perkembangan Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP)

2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0 1 1 0 1 2 0

J a n F e b M a r 2005Ap r 2006M e i 2007J un 2008J uli 2009A g s 2010Se p 2011O k t No v D e s

Secara umum setiap kenaikan harga minyak mentah sebesar USD 1/barrel secara langsung akan menambah penerimaan negara sebesar Rp. 3,50 Triliun, tetapi subsidi akan bertambah sebesar Rp. 2,95 Triliun dan Dana Bagi Hasil Migas Rp. 0,49 Triliun, sehingga masih diperoleh surplus sebesar Rp. 0,05 Triliun (Rp. 50 Miliar). Selain dampak langsung pada penerimaan dan subsidi minyak, kenaikan penerimaan migas akan menaikkan total pendapatan APBN sehingga anggaran belanja untuk Pendidikan dan belanja ke daerah yang berupa dana alokasi umum (DAU) akan meningkat juga, sehingga secara menyeluruh keaikan harga minyak akan meningkatkan defisit APBN.

(46)

Dampak kenaikan harga minyak pada sektor riil, yaitu kenaikan harga BBM non subsidi yang dikonsumsi oleh sektor industri. Hal ini berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi makro, antara lain meningkatnya inflasi dan peluang penyalahgunaan BBM bersubsidi.

Untuk mengantisipasi dampak kenaikan harga minyak dunia perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

 Peningkatan pengawasan penyediaan dan pendistribusian BBM bersubsidi untuk mengantisipasi penyelewengan penggunaannya akibat kenaikan harga BBM non subsidi. Untuk menjaga agar kuota volume BBM bersubsidi tidak terlampaui (38,59 juta kilo liter).

 Penerapan kebijakan pengaturan BBM bersubsidi yang telah disepakati dengan Komisi VII DPR RI tanggal 13 Desember 2010.

 Untuk menjaga subsidi listrik tidak mengalami kenaikan dari rencana subsidi sebesar Rp. 40,7 Triliun, dapat dilakukan melalui penambahan pasokan gas untuk pembangkit PLN dan mempercepat penyelesaian program 10.000 MW tahap I.

 Mengusulkan kepada Badan Anggaran DPR melalui Kementerian Keuangan untuk mencadangkan anggaran dari windfall profit penerimaan migas untuk penanggulangan kenaikan subsidi BBM dan listrik serta kenaikan BBM non subsidi untuk sektor riil lainnya.

b) Lifting/Produksi Minyak Bumi

Perkembangan lifting minyak bumi sejak tahun 2000 sampai dengan 2010 dapat dilihat pada grafik di bawah ini, dimana sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 produksi/lifting minyak minyak terus menurun dengan decline rate sekitar 10 persen per tahun. Namun,

decline rate ini dapat diturunkan menjadi sekitar 1 persen pada tahun 2006, sekitar 4 persen

(47)

Meningkatkan kehandalan peralatan produksi dengan preventive/predictive maintenance

untuk mengurangi unplanned shutdown.

Melaksanakan percepatan pengembangan lapangan baru, dan lapangan /struktur idle

Pertamina EP.

Meningkatkan koordinasi untuk penyelesaian masalah yang terkait dengan regulasi, perijinan dan tumpang tindih lahan dan keamanan.

c) Volume Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi

Sebagaimana diketahui, bahwa BBM bersubsidi terdiri dari 3 jenis; yaitu Premium, Minyak tanah dan Solar. Kuota volume BBM bersubsidi 2010 mencapai 38,59 juta KL. Pelaksanaan pendistribusian BBM bersubsidi dilaksanakan oleh PT Pertamina selaku badan usaha yang mendapatkan Penugasan Penyediaan dan Pendistribusian BBM bersubsidi (Public Service Obligation/PSO), dan untuk tahun 2010 PT AKR Corporindo

dan PT Petronas Indonesia ikut

mendampingi PT Pertamina dalam

menyalurkan BBM bersubsidi untuk

beberapa wilayah di luar Jawa Bali meskipun dengan volume yang kecil. Jika dibandingkan dengan jumlah subsidi di tahun 2009, pada tahun 2010 ini jumlah subsidi mengalami peningkatan yang hampir 2 kali lipat, hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah konsumsi BBM akibat bertambahnya jumlah kendaraan bermotor. Subsidi energi yang terdiri dari subsidi untuk BBM/LPG dan listrik masih diterapkan dalam rangka mendukung daya beli masyarakat dan aktivitas perekonomian. Besarnya subsidi BBM/LPG bervariasi tiap tahunnya, tergantung dari konsumsi dan harga minyak. Grafik di samping ini menunjukkan perkembangan subsidi BBM dalam 5 tahun terakhir. secara ringkas grafik ini menunjukkan kecenderungan penurunan subsidi BBM dan juga pada subsidi listrik. Namun demikian khusus dalam tahun 2008 terdapat lonjakan subsidi yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak mentah dunia sebagai akibat dari invasi Amerika ke Irak.

Gambar

Grafik 1.1. Perkembangan Harga Minyak Metah Indonesia dan Minyak Mentah Dunia
Gambar 1.3. Peta Lokasi PLTP
Grafik 1.4. Perbandingan Realisasi Subsidi Energi vs Penerimaan Sektor ESDM
Gambar 1.5. Pengaturan BBM Bersubsidi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dalam majalah Der Spiegel (Jerman Barat) Soeharto berkata.”Kira-kira jam 11 malam itu, Kolonel Latief dan komplotannya datang ke Rumah Sakit untuk membunuh saya,

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENENTUKAN LOKASI OBJEK WISATA RELIGI DI KOTA SEMARANG.. GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM TO DETERMINE RELIGIOUS TOURISM IN

(5) Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak ditindaklanjuti oleh bupati/wali kota dan DPRD dan bupati/wali kota menetapkan rancangan

Peserta yang berbadan usaha harus memiliki surat ijin usaha sesuai dengan peraturan perundang-undangan , kecuali peserta perorangan dan sesuai dengan bidang pekerjaan yang

1. Dengan menggunakan Linux Ubuntu 12.04 sebagai server VPN untuk membangun sebuah jaringan private dan membentuk tunneling untuk koneksi point to point agar

Mengapa kita memperhatikan hasil? Sebab hasil adalah apa yang kita masukkan dengan kecerdasan. Kalau kita guru, kita diminta membawa nilai dan pembelajaran

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “ Sistem Informasi Penjualan Motor Pada UD.. Dinamika Motor Berbasis Web” telah

Misalnya penumpang pesawat dari luar negeri yang turun di Terminal 2 Bandara Narita dan ingin menuju Kota Tokyo dapat berjalan menuju Narita Airport Terminal 2·3 Station jika