• Tidak ada hasil yang ditemukan

SMA KLAS XI rpp sejarah kelas xi ipa semester 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SMA KLAS XI rpp sejarah kelas xi ipa semester 2"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

PERANGKAT PEMBELAJARAN

PERANGKAT PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN

RENCANA PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN

( RPP )

( RPP )

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER

BANGSA

Mata Pelajaran : Sejarah

Program : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : XI / 2

(2)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMA/MA. : ………... Program : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Mata Pelajaran : Sejarah

Kelas/ Semester : XI / 2

Alokasi waktu : 13 x 45 Menit

Standar Kompetensi : 2. Merekonstruksi perjuangan bangsa Indonesia sejak masa Proklamasi hingga lahirnya Orde Baru.

Kompetensi Dasar : 2.1 Merekonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia sejak proklamasi hingga Demokrasi Terpimpin.

Indikator : - Mendiskripsikan kedatangan Sekutu dan NICA di Indonesia

- Menganalisis kontak fisik rakyat Indonesia dengan Sekutu dan Belanda di berbagai daerah

- Perjuangan melalui jalur diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan

- Mendiskripsikan proses penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada pemerintahan RIS.

- Menganalisis proses pembentukan dan pembubaran Negara Republik Indonesia Serikat.

- Mendiskripsikan pemerintahan di Indonesia pada masa Demokrasi Liberal

TUJUAN PEMBELAJARAN :

Setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat :

1. Mendiskripsikan kedatangan Sekutu dan NICA di Indonesia

2. Menganalisis kontak fisik rakyat Indonesia dengan Sekutu dan Belanda di berbagai daerah

3. Perjuangan melalui jalur diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan

4. Mendiskripsikan proses penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada pe-merintahan RIS.

5. Menganalisis proses pembentukan dan pembubaran Negara Republik Indonesia Serikat.

6. Mendiskripsikan pemerintahan di Indonesia pada masa Demokrasi Liberal

Nilai Karakter Bangsa :

(3)

Kewirausahaan / Ekonomi Kreatif :

Percaya diri (keteguhan hati, optimis).Berorientasi pada tugas (bermotivasi, tekun/tabah, bertekad, enerjik). Pengambil resiko (suka tantangan, mampu memimpin), Orientasi ke masa depan (punya perspektif untuk masa depan).

MATERI AJAR (MATERI POKOK) :

PEJUANGAN BERSENJATA DAN DIPLOMASI KEDATANGAN SEKUTU DAN NICA

Setelah Jepang menyerah, pasukan Sekutu yang mendapat tugas masuk ke Indonesia adalah Tentara Kerajaan Inggris. Pasukan tersebut dibagi dua, yaitu :

1. SEAC (South East Asia Command) dibawah pimpinan Laksamana Lord Louis Mounbat-ten untuk wilayah Indonesia Bagian Barat.

2. Pasukan SWPC (South West Pasific Command) untuk wilayah Indonesia bagian timur.

Dalam melaksanakan tugasnya Mountbatten di Indonesia bagian Barat membentuk AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies) dibawah pimpinan Letnan Jenderal Philip Christison. Kedatangan AFNEI didahului oleh beberapa kelompok penghubung, kelompok pertama tiba Jakarta 8 September 1945 dipimpin oleh Mayor Greenhalg. Pada tanggal 29 September 1945 kapal penjelajah Cumberland yang membawa Laksamana Patterson berlabuh di Tanjung Priok dan disusul oleh fregat Belanda Tromp.

Pada mulanya kedatangan pasukan Sekutu disambut baik oleh masyarakat Jakarta. Narnun setelah mendengar bahwa sekutu membawa NICA (Netherland Indies Civil Administration) yaitu pegawai sipil pemerintah Hindia - Belanda yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintah sipil, di Indonesia, sikap masyarakat berubah. Para pemuda memberikan sambutan tembakan selamat datang. Peristiwa ini merupakan awal ketegangan di Jakarta.

Melihat kondisi yang kurang menguntungkan, Panglima AFNEI menyatakan pengakuan secara de facto atas Republik Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1945. Sehingga AFNEI mendapatkan izin membuat markas besarnya di Jakarta dari pemerintah Rl. Di lain pihak NICA yang mulai mempersenjatai bekas tawanan KNIL, menciptakan ketegangan baru. Disamping itu daerah-daerah yang didatangi Sekutu sering terjadi insiden bersenjata. Sehingga pemerintah Rl menganggap Sekutu sudah tidak lagi menghormati kedaulatan Rl.

PERTEMPURAN-PERTEMPURAN DI AWAL KEMERDEKAAN A. Pertempuran10Nopember1945diSurabaya

(4)

kota, namun setelah berjanji hanya akan melaksanakan tugas kemanusiaan, pemerintah daerah mengizinkan. Akan tetapi dalam kenyataannya pasukan Sekutu langsung merebut bangunan-bangunan penting. Sementara itu tersebar pamflet yang berisi perintah kepada rakyat Surabaya untuk menyerahkan senjata yang dirampas dari Jepang. Perintah itu tentu saja ditolak, bahkan pada malam hari, 27 Oktober 1945, pemuda Surabaya menyerang dan memporak-porandakan kekuatan Sekutu.

Pimpinan AFNEI Jakarta meminta bantuan Presiden Soekarno untuk memerintahkan penghentian serangan. Maka Presiden Soekarno, Moh. Hatta dan Menteri Penerangan Amir Syarifuddin terbang ke Surabaya. Kemudian diadakan perundingan yang menyepakati dibentuknya Kontak Biro, yang bertugas mencari penyelesaian insiden bersenjata.

Ketika Kontak Biro mulai bekerja, pada tanggal 30 Oktober 1945 pecah Insiden Jembatan Merah. Brigadir Jendral Mallaby tewas dalam insiden tersebut. Oleh karena itu Mayor E.C. Mansergh, panglima AFNEI Jawa Timur mengeluarkan ultimatum yang isinya : “para pemilik senjata harus menyerahkan senjatanya kepada sekutu sampai dengan tanggal 10 Nopember 1945 pukul 06.00. WIB. Jika tidak dipatuhi, Surabaya akan digempur”. Gubernur Surya atas nama rakyat Surabaya dan Jawa Timur menolak ultimatum itu. Sehingga pukul 06.00 WIB, tanggal 10 Nopember 1945 Surabaya digempur dari laut dan udara yang disusul serbuan pasukan daratnya. "Arek-arek Suroboyo" dibawah komando Sungkono menyusun kekuatan dan melakukan perlawanan. Sedangkan Bung Tomo mengobarkan semangat perlawanan melalui siaran radio dengan slogan "Merdeka atau Mati".

B. Pertempuran Palagan - Ambarawa

Pada tanggal 20 Oktober 1945, pasukan Sekutu mendarat di Semarang dipimpin oleh Brigadir Bthell. Pasukan ini menuju ke Ambarawa dan Magelang untuk mengevakuasi para

interniran Sekutu yang ditawan Jepang. Pemerintah Rl membantu tugas tersebut. Setelah masuk kota pasukan ini merebut gedung-gedung vital. Maka TKR bersama pemuda setempat melakukan serangan terus menerus. Sekali lagi mereka meminta bantuan Presiden Soekarno. Pada tanggal 2 Nopember 1945 dilakukan perundingan dan menghasilkan 12 pasal kesepakatan. Ternyata sekutu mengingkari kesepakatan dengan menambah pasukan dan berupaya mendapatkan daerah pendudukan. Dibawah pimpinan Kolonel Sudirman, Panglima Divisi V Banyumas, pada tanggal 15 Desember 1945 berhasil menghalau pasukan sekutu ke Semarang dengan taktik infanteri.

C. PertempuranMedanArea,Desember1945

(5)

Pada tanggal 1 Desember 1945 Sekutu memasang papan bertuliskan Fixed Bounderies Medan Area (Batas Medan Area), sebagai batas kekuasaan Sekutu. Pasukan TKR dan para pemuda melakukan perlawanan. Pihak Sekutu dan NICA mengadakan pembalasan dengan operasi pembersihan pada bulan April 1946. Sejak itu pasukan Sekutu menguasai Medan Area. Sementara itu TKR dan badan-badan perjuangan mengadakan pertemuan di Bukit Tinggi untuk membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area pada bulan Agustus 1946.

D. Bandung Lautan Api, 23 Maret 1946

Pasukan Sekutu masuk kota Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945 dengan kereta api dari Jakarta atas lzin pemerintah Rl. Tentara Sekutu menuntut agar rakyat menyerahkan senjata yang diperoleh dari Jepang. Selanjutnya pada tanggal 21 Nopember 1945 Sekutu mengeluarkan ulmatum bahwa selambat-lambatnya tanggal 29 Nopember 1945 kota Bandung bagian utara harus dikosongkan. Perintah tersebut ditolak, sehingga insiden dengan pasukan sekutu sering terjadi. Untuk yang kedua kalinya, 23 Maret 1946 pasukan sekutu mengeluarkan ultimatum agar seluruh kota Bandung dikosongkan.

Karena merasa terancam keselamatannya, pasukan Sekutu meminta tolong pemerintah Rl agar memerintahkan pengosongan kota Bandung atau mundur ke luar kota sejauh 11 km. Sehingga pemerintah Rl di Jakarta memerintahkan TRI mengosongkan kota Bandung. Sementara itu dari Panglima Sudirman di markas TRI Yogyakarta datang instruksi supaya kota Bandung tetap dipertahankan. Akhirnya TRI dibawah pimpinan Kolonel A.H. Nasution

mematuhi perintah dari Jakarta, namun sebelum meninggalkan kota, mereka menyerang pos-pos Sekutu dan melakukan pembumihangusan kota Bandung.

PERJUANGAN DIPLOMASI

Oleh karena pasukan Inggris tidak ingin terlibat terlalu jauh dalam konflik Indonesia -Belanda, Inggris bersedia sebagai mediator (penengah). Selanjutnya diadakan serangkaian perundingan yang diawasi oleh diplomat Inggris, Archibald Clark Kerr. Perundingan dimulai tanggal 10 Pebruari 1946. Belanda diwakili oleh Dr. H.J. Van Mook, sedangkan pihak Rl diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir. Dalam perundingan ini Van Mook menyampaikan kembali pernyataan Ratu Belanda 7 Desember 1942, yaitu Indonesia akan menjadi negara Commonwealth berbentuk federasi dalam lingkungan kerajaan Belanda. Sebagai persiapan akan dibentuk pemerintahan peralihan selama 10 tahun. Sedangkan pernyataan balasan Rl pada tanggal 12 Maret 1946 ditolak pemerintah Belanda. Sementara itu Van Mook terus berupaya membentuk Pemerintahan Federal Indonesia dengan mengadakan

Konfrensi Malino pada bulan Juni 1946 yang dilanjutkan di Denpasar pada bulan Desember 1946.

(6)

Pada bulan Agustus 1946 juru penengah Archibald Clark Kerr digantikan oleh Lord Killearn. Perundingan diteruskan di Jakarta. Naskah persetujuan dimatangkan di Linggarjati dekat Cirebon, Jawa Barat sampai dengan tanggal 10 Nopember 1946. Naskah Perundingan itu diparaf tanggal 15 Nopember 1946 oleh Sutan Syahrir dari pihak Rl dan Schermenhorn dari pihak Belanda. Isi pokok perundingan Linggarjati, sebagai berikut :

a. Belanda mengakui kedaulatan de facto Rl di seluruh Jawa, Madura dan Sumatera. b. Akan dibentuk Negara Indonesia Serikat (NIS)

c. Akan dibentuk Uni Indonesia - Belanda yang dikepalai oleh Raja Belanda

Persetujuan Linggarjati ini baru ditandatangani 25 Maret 1947 setelah mendapat persetujuan parlemen Belanda dan KNIP.

2.AgresiMiliterBelandaI,21Juli1947

Sesudah perjanjian Linggarjati ditanda tangani, timbul perbedaan penafsiran mengenai kedudukan Rl dalam masa peralihan, sebelum terbentuknya NIS. Di samping itu Belanda memprotes tindakan Rl mendirikan perwakilan di luar negeri. Di lain pihak Rl juga memprotes tindakan Belanda mendirikan negara-negara federal. Tuduh menuduh juga sering terjadi mengenai pelanggaran garis demarkasi.

Pada tanggal 27 Mei 1947 Belanda mengajukan nota ultimatum yang harus dijawab Rl dalam waktu 14 hari. Ultimatum tersebut antar lain menuntut :

a. Supaya dibentuk pemerintahan federal sementara yang berkuasa di seluruh Indonesia sam-pai pembentukan NIS

b. Pembentukan gendarmerie (pasukan keamanan) bersama.

Perdana Menteri Sutan Syahrir menyatakan kesediaannya mengakui kedaulatan Belanda pada masa peralihan, tetapi menolak gendarmerie bersama. Jawaban Shahrir ini dianggap terlalu lemah oleh KNIP, sehingga menyebabkan Kabinet Syahrir jatuh. la diganti oleh Amir Syarifuddin.

Pada tanggal 15 Juli 1947, kembali Belanda menyampaikan nota yang isinya menuntut

gendarmerie bersama. Nota tersebut harus dijawab dalam waktu 32 jam. Tanggal 17 Juli 1947 PM. Amir Syarifuddin menyampaikan jawaban melalui RRI Yogyakarta. Belanda tidak puas dengan jawaban tersebut, maka pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda mengadakan Agresi Militer I ke kota-kota besar di Jawa, daerah perkebunan dan daerah penghasil minyak bumi di Sumatera.

(7)

a. Pemerintah Arab yang pada mulanya ragu-ragu mengakui Rl secara de Jure mengubah sikapnya

b. Australia, Cina dan India meminta agar masalah Rl dibicarakan dalam Sidang Dewan Kea-manan PBB.

c. Amerika mengusulkan dibentuknya Good Will Commision (Komisi Jasa Baik) dari PBB untuk mengatasi masalah RI

3.PerundinganRenville8Desember1947-17Januari1948

Selain membentuk komisi konsuler, PBB juga membentuk Komisi Jasa Baik, yang kemudian dikenal dengan nama Komisi Tiga Negara (KTN). Komisi inilah yang mendapat tugas menyelesaikan sengketa antara Belanda dan Indonesia. Belanda memilih Belgia sebagai wakilnya di KTN. Sedangkan Indonesia memilih Australia. Kemudian Belgia dan Australia memilih Amerika sebagai anggota KTN. Komisi ini mulai bekerja pada tanggal 27 Oktober 1947 dengan anggota sebagai berikut:

a. Australia diwakili Richard Kirby b. Belgia diwakili Paul Van Zeeland

d. Amarika Serikat diwakili Dr. Frank Graham

Dengan perantaraan KTN, pada tanggal 8 Desember 1947 dimulailah perundingan antara Rl dan Belanda, di atas kapal perang Amerika USS Renville di Pelabuhan Tanjung Priok. Jakarta Delegasi Rl dipimpin oleh PM Amir Syarifuddin, sedang delegasi Belanda dipimpin oleh Raden Abdulkadir Wijoyoatmojo. Hasil persetujuan Renville ini antara lain sebagai berikut :

a. Rl menyetujui dibetuknya RIS dengan masa peralihan

b. Daerah yang diduduki Belanda melalui agresinya diakui oleh Rl sampai diadakannya

plebisit

c. RI bersedia menarik semua pasukan TNI yang berada di daerah kantong gerilya masuk ke wilayah Rl.

Akibat dari perundingan renville, terjadilah pemindahan pasukan secara besar-besaran ke wilayah Rl. Sekitar 35.000 anggota Divisi Siliwangi hijrah dari Jawa Barat ke Jawa Tengah. Pemindahan pasukan juga terjadi di Jawa Timur dan Sumatera Selatan. KNIP menolak isi perundingan Renville. Hal ini mengakibatkan Kabinet Amir Syarifuddin jatuh dan digantikan oleh Kabinet Hatta.

4.PemberontakanPKIMadiun

(8)

persertujuan Renville. Padahal persetujuan tersebut ditandatangani oleh Amir Syarifuddin sendiri. FDR juga menentang kebijakan Rekonstruksi - Rasionalisasi (RERA) yang dijalankan oleh Kabinet Hatta, sebab sebagian anggota FDR terkena rasionalisasi. FDR juga memancing bentrokan fisik dengan membuat kerusuhan-kerusuhan di Surakarta dan melancarkan aksi mogok di pabrik karung Delanggu pada tanggal 5 Juli 1948.

Kekuatan FDR bertambah dengan datangnya MUSO dari Uni Soviet pada tahun 1926. la menyatakan bahwa revolusi di Indonesia sudah menyimpang. Kepemimpinan Presiden Soekarno dikecamnya. Selanjutnya Muso mengorganisasi kembali kekuatan PKI.

Kegiatan agitasi dan anarkhi FDR/PKI terus semakin meningkat. Mereka mengadakan kekacauan dimana-mana mengatasnamakan rakyat. FDR juga berupaya mengadu-domba Pasukan Panembahan Senopati dengan pasukan hijrah Siliwangi. Sehingga terjadi insiden antara dua pasukan tersebut. Penculikan dan pembunuhan terhadap lawan-lawan politik pun dilakukan PKI. Salah seorang korbannya ialah dr. Muwardi, pimpinan Barisan Banteng. Sementara itu juga terjadi insiden bersenjata di Surakarta antara FDR dengan kelompok Tan Malaka maupun dengan pasukan hijrah Siliwangi, dalam rangka menciptakan Surakarta menjadi Wild West (daerah kacau). Sedangkan Madiun dijadikan Basis Gerilya PKI.

Di Madiun PKI juga melakukan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh agama, pejabat pemerintah dan anggota TNI yang menentangnya. Sebagai puncak agitasi PKI, pada tanggal 18 September 1948 PKI memproklamasikan berdirinya Soviet Republik Indonesia melalui Radio Gelora Pemuda di Madiun.

Pemerintah Rl bertindak tegas terhadap pemberontakan ini. Presiden Soekarno menyatakan "pilih Soekarno - Hatta atau Musso – Amir". Kemudian Presiden Sukarno memerintahkan Panglima Besar Soedirman menumpas pemberontakan PKI itu. Untuk itu Soedirman menugaskan Kolonel Gatot Subroto, Panglima Divisi II Jawa Tengah bagian Timur dan Kolonel Sungkono, Panglima Divisi I Jawa Timur. Dengan dukungan rakyat pada tanggal 30 September 1948, kota Madiun berhasil diduduki oleh TNI. Para pemimpin PKI bertebaran menyelamatkan diri. Muso mati tertembak di Somoroto, Ponorogo. Sedangkan Amir Syarifuddin ditangkap di daerah Branti, Grobongan, kemudian ditembak mati. Banyak tokoh-tokoh PKI diantaranya Tan Malaka yang berhasil meloloskan diri dan belum sempat diadili. Hal itu disebabkan pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militernya yang kedua.

5. Agresi Militer Belanda II, 19 Desember 1948

(9)

pertahanan lawan (Wingate). Selanjutnya dibentuklah dua komando utama, yaitu : Komando Jawa dipimpin oleh Kolonel A.H. Nasution dan Komando Sumatera dipimpin oleh Kolonel Hidayat.

Pada tanggal 18 Desember, Perdana Menteri Belanda, dr. Beel mengumurnkan bahwa Belanda tidak terikat lagi pada Perundingan Renvile. Keesokan harinya, 19 Desember 1948, dengan taktik "Perang Kilat" pasukan Belanda menyerang wilayah Rl. Setelah menduduki Pangkalan Udara Maguwo, dengan gerak cepat Belanda berhasil menduduki lbukota Rl, Yogyakarta. Presiden Soekarno, Wakil Presiden PM Moh. Hatta dan para pemimpin lainnya ditangkap, kemudian diasingkan keluar Jawa. Namun sebelumnya, Presiden Soekarno sudah memerintahkan untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukit Tinggi, Sumatera, dengan Syafruddin Prawiranegara sebagai presidennya. Jika hal itu gagal dilakukan, pemerintah menunjuk Mr. Maramis, LN. Palar dan Dr. Sudarsono untuk membentuk PDRI di India.

Pada saat Belanda menyerang Yogyakarta, Panglima Sudirmam yang sedang sakit parah bangkit dari tempat tidur untuk memimpin perang gerilya terhadap Belanda. Setelah menduduki Yogyakarta ternyata Belanda harus menghadapi perlawanan keras dari TNI dengan taktik Wehrkreise dan Wingate. Puncak perlawanan Rl adalah Serangan Umum 1 Maret 1949 dan berhasil menduduki Yogyakarta selama enam jam.

6.PerundinganRoem-Royen

Pada tanggal 24 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi agar Rl dan Belanda segera menghentikan permusuhan. Bahkan Amerika mengancam akan memutuskan bantuan ekonomi, Marshall Plan, kepada Belanda jika tidak mau berunding. Pada tanggal 28 Januari 1949 DK PBB memutuskan bahwa tugas KTN digantikan oleh UNCI (United Nations Commission for Indonesia) yang anggotanya sebagai berikut :

a. Australia diwakili Critchley b. Belgia diwakili oleh Herremans . c. Amerika diwakili oleh Merle Cochran

Di bawah pengawasan UNCI akhirnya diadakan perundingan di Jakarta. Delegasi Rl dipimpin oleh Mr. Moh. Roem, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh Dr. J.H. Van Royen. Pada tanggal 7 Mei 1949 dicapai persetujuan, sebagai berikut :

1. Pernyataan Rl yang dibacakan Mr. Moh. Roem berisi antara lain :

a. Pemerintah Rl akan mengeluarkan perintah penghentian perang gerilya

b. Turut serta dalam KMB yang bertujuan untuk mempercepat "Penyerahan kedaulatan yang lengkap dan tidak bersyarat" kepada Negara Republik Indonesia Serikat.

(10)

b. Pembebasan pimpinan-pimpinan Rl dan tawanan politik c. Belanda setuju Rl menjadi bagian RIS

d. KMB (Konfrensi Meja Bundar) akan segera diadakan di Den-Haag, Belanda

Dengan disepakatinya Perundingan Roem – Royen, PDRI di Sumatera memerintahkan kepada Sultan Hamengkubuwono IX untuk mengambil alih pemerintahan di Yogyakarta dari pihak Belanda.

KONFERENSI INTER INDONESIA

Dengan tercapainya Persetujuan Roem-Royen, terbukalah jalan menuju persatuan bangsa Indonesia. Kembalinya pemerintah Rl ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949 dilanjutkan dengan pengembalian mandat dari PDRI Sumatera kepada pemerintah Rl, membuka jalan ke arah persatuan nasional. Selanjutnya dirintis pendekatan dan dialog antara Rl dengan BFO (Bijeenkomst Voor Federal Overleg). Atas usul dari Anak Agung Gede Agung kemudian diadakan Konfrensi Inter Indonesia. Konfrensi ini bertujuan mencari kesepakatan mendasar antara Badan Musyawarah Federal (BFO) dengan Rl untuk menghadapi Konfrensi Meja Bundar.

Konfrensi Inter Indonesia dilaksanakan di Yogyakarta 19 - 22 Juli 1949 yang dilanjutkan di Jakarta pada tanggal 13 Juli - 2 Agustus 1949, berhasil mencapai kesepakatan antara lain sebagai berikut :

1. Pembentukan Republik Indonesia Serikat

2. RIS akan menerima penyerahan kedaulatan baik dari Rl maupun dari Belanda

3. APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) adalah angkatan perang nasional dengan TNI sebagai intinya

4. Bendera kebangsaan ialah Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Ba-hasa Nasional ialah BaBa-hasa Indonesia, Lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Hari Nasional ialah 17 Agustus.

Dengan demikian upaya politik devide et impera Belanda untuk memisahkan daerah-daerah dari Rl mengalami kegagalan.

KONFRENSI MEJA BUNDAR

Konfrensi Meja Bundar dibuka secara resmi tanggal 23 Agustus 1949 di Den Haag,

Belanda. Perdana Menteri Belanda, Willem Dress di angkat sebagai ketua konfrensi. KMB dihadiri oleh empat delegasi, sebagai berikut:

1. Delegasi Rl dipimpin oleh Moh. Hatta

2. Delegasi BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II

(11)

Setelah melalui pembicaraan yang seru dan alot selama lebih dari dua bulan, pada tanggal 2 Nopember 1949 dicapai keputusan-keputusan antara lain sebagai berikut :

1. Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

2. Status Keresidenan Papua akan diselesaikan dalam waktu setahun sesudah Pengakuan Kedaulatan

3. Akan dibentuk Uni Indonesia – Belanda berdasarkan kerjasama sukarela dan sederajat. 4. RIS akan mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan hak konsesi dan izin baru

lagi perubahan-perubahan Belanda.

5. RIS harus membayar semua hutang-hutang Belanda yang diperbuat sejak tahun 1942 di Indonesia.

TERBENTUKNYA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

Sementara sidang KMB masih berlangsung antara Rl dan BFO pada tanggal 29 Oktober 1949 ditandatangani piagam persetujuan mengenai Konstitusi (UUD) RIS. Pada tanggal 14 Desember 1949 wakil-wakil negara bagian RIS, dan KNIP menyetujui menerima hasil KMB dan menyepakati naskah Undang-undang Dasar Sementara (UUDS) RIS. Pada tanggal 16 Desember 1949 lr. Soekarno terpilih sebagai Presiden RIS dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden.

Sesuai dengan ketentuan-ketentuan Konsitusi RIS, maka Presiden Soekarno membentuk

formatur Kabinet yang terdiri dari Moh. Hatta, Anak Agung Gede Agung dan Sultan Hamid II yang bertugas membentuk Kabinet RIS. Pada tanggal 20 Desember 1949 Presiden Soekarno melantik Kabinet RIS, yang dipimpin oleh Moh. Hatta sebagai Perdana Menterinya. Negara-negara bagian RIS berdasarkan Piagam Konstitusi RIS, sebagai berikut :

a. Tujuh negara bagian, yaitu : 1. Negara Republik Indonesia 2. Negara Indonesia Timur 3. Negara Pasundan 4. Negara Jawa Timur 5. Negara Madura

6. Negara Sumatera Timur 7. Negara Sumatera Selatan

b. Sembilan satuan kenegaraan yang tegak sendiri, sebagai berikut : 1. Jawa Tengah 6. Bangka

2. Belitung 7. Riau

3. Kalimantan Barat 8. Dayak Besar

(12)

PENGAKUAN KEDAULATAN RIS

Pada tanggal 21 Desember 1949 pemerintah RIS mengangkat delegasi untuk menerima pengakuan kedaulatan di negeri Belanda. Delegasi tersebut berangkat ke negeri Belanda pada tanggal 23 Desember 1949. Pemerintah juga mengangkat delegasi yang ditugasi menerima pengakuan kedaulatan dari pemerintah Rl kepada pemerintah RIS.

Upacara Pengakuan Kedaulatan dilaksanakan di Ruang tahta, Istana de Dam, Amsterdam pada tanggal 27 Desember 1949. Piagam penyerahan dan pengakuan kedaulatan ditanda tangani oleh Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Drees, Menteri Seberang Lautan, Van Maarseveen dan Perdana Menteri RIS, Drs. Moh. Hatta. Pada saat yang sama di Istana Merdeka, Jakarta juga dilaksanakan upacara serah terima kedaulatan dari delegasi Pemerintahan Hindia Belanda yang dipimpin oleh Wakil Mahkota Belanda, A.H.S. Lovink kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Upacara ini juga dilanjutkan dengan penurunan bendera Belanda dan diganti bendera Merah Putih. Sementara itu, di Yogyakarta juga dilakukan upacara penyerahan kedaulatan dari pemerintah Rl yang diawakili oleh lr. Soekarno kepada pemerintah RIS yang diwakili oleh Mr. Asaat. Sebulan kemudian, 29 Januari 1950 Jendral Soedirman, Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia meninggal dunia dalam usia muda, 32 tahun.

KEMBALI KE NEGARA KESATUAN

Negara RIS yang memerintah sejak tanggal 27 Desember 1949 tidak berjalan dengan mantap dan mulai goyah. Hal ini disebabkan oleh hal-hal berikut ini :

1. Anggota Kabinet RIS sebagian besar tokoh-tokoh Republiken pendukung Negara Kesat-uan Rl

2. Sistem Federal (RIS) oleh rakyat Indonesia dianggap sebagai upaya Belanda memecah belah Bangsa Indonesia.

3. Pembentukan RIS tidak didukung oleh ideologi yang kuat, tanpa tujuan kenegaraan yang jelas dan tanpa dukungan rakyat.

4. RIS menghadapi rongrongan yang didukung oleh KNIL dan KL serta golongan yang takut kehilangan hak-haknya apabila Belanda meninggalkan Indonesia.

Oleh karena itu di beberapa daerah timbul reaksi keras menuntut pembubaran RIS dan menuntut pembentukan Negara Kesatuan. Gerakan ini bersamaan dengan munculnya pembe-rontakan bersenjata oleh bekas tentara KNIL di beberapa negara bagian, seperti APRA, Andi Azis dan RMS.

(13)

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setelah dikeluarkannya Undang-undang tersebut banyak negara-negara bagian yang menyatakan bergabung dengan NKRI, seperti :

1. Negara Jawa Timur 2. Negara Pasundan

3. Negara Sumatera Selatan

4. Negara Kalimantan Timur, Tenggara dan Dayak 5. Daerah Bangka dan Belitung

6. Daerah Riau

Beberapa daerah seperti Padang masuk ke daerah Sumatera Barat. Sabang sebagai daerah Aceh. Kotawaringin masuk ke wilayah Rl. Sampai dengan tanggal 5 April 1950, di Indonesia hanya tinggal tiga negara bagian, yaitu :

1. Negara Repbulik Indonesia (Rl) 2. Negara Sumatera Timur (NST) 3. Negara Indonesia Timur (NIT)

Pada tanggal 19 Mei 1950 diadakan perundingan RI-RIS membahas prosedur pembentukan negara kesatuan. Pihak RlS diwakili PM Moh. Hatta dan pihak Rl diwakili PM dr. Abdul Halim. Perundingan tersebut menyetujui pembentukan Negara Kesatuan Republik lndonesia (NKRI) di Yogyakarta. Untuk mewujudkan rencana itu dibentuklah Panitia Gabungan RI-RlS yang bertugas merancang UUD Negara Kesatuan Rl. Panitia Perancang UUDS NKRI ini diketuai oleh Menteri Kehakiman RIS, Prof. Dr. Mr. Supomo. Panitia ini berhasil menyusun Rancangan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 20 Juli 1950. Kemudian rancangan UUD ini diserahkan kepada perwakilan negara-negara bagian untuk disempurnakan. Pada tanggal 14 Agustus 1950 rancangan UUD itu diterima dengan baik oleh senat dan parlemen RIS serta KNIP. Pada tanggal 15 Agustus 1950, Presiden menandatangani Rancangan UUD tersebut menjadi Undang-Undang Dasar Sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia (UUDS 1950). Pada tanggal 17 Agustus 1950 secara resmi RIS dibubarkan dan dibentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

PEMERINTAHAN PADA MASA BERLAKUNYA UUDS 1950

Setelah pengakuan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada pihak Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949, Indonesia berdiri sebagai negara federal (RIS). Seorang yang di-tunjuk sebagai perdana menterinya adalah Mohammad Hatta. Pemerintahan RIS tidak mampu bertahan lama. Pada tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia kembali ke negara kesatuan dengan berdasarkan kepada UUDS 1950. Dengan UUDS 1950 tersebut, Indonesia menganut sistem pemerintahan Liberal – Parlementer. Selama berlakunya UUDS 1950 (1950 – 1959) Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diwarnai dengan pergantian tujuh kabinet, sebagai berikut :

(14)

2. Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 3 April 1952). Kabinet ini jatuh karena masalah per-tukaran nota antara Menlu Subarjo dengan Duta Besar Amerika Merle Cochran, menge-nai bantuan ekonomi dan militer berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA) dari pe-merintah Amerika kepada pepe-merintah Indonesia.

3. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953). Kabinet ini runtuh karena :

a. Adanya Peristiwa 17 oktober 1952, mengenai pergantian KSAD, Kolonel A.H. Nasu-tion, yang dianggap menyimpang dari norma- norma dan disiplin militer.

b. Adanya Peristiwa Tanjung Morawa, yaitu pengusiran penghuni liar di tanah perke-bunan di Sumatera Utara yang didalangi oleh PKI, sehingga beberapa orang petani tewas.

4. Kabinet Ali Sastroamijoyo (31 juli 1953 – 12 Agustus 1955). Kabinet ini runtuh karena: a. Keadaan ekonomi Indonesia semakin merosot dan inflasi menunjukkan gejala yang

membahayakan

b. Pertikaian antara PNI dan NU, sehingga NU menarik menterinya, dari Kabinet Ali.

5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956). Kabinet ini jatuh karena sesudah Pemilu 1955, ternyata kabinet ini tidak cukup dukungan dari partai- partai politik yang ada.

6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957). Kabinet hasil pemilu per-tama ini tidak mampu bertahan lama, sebab : terbentuknya dewan- dewan di daerah-daerah, seperti : Dewan Banteng, Dewan Gajah, Dewan Manguni, dll yang membahayakan keutuhan negara.

7. Kabinet Juanda (9 April 1957- 5 Juli 1959). Kabinet ini merupakan Zaken Kabinet. Kabinet ini menghadapi tugas yang berat. Untuk itulah kabinet ini kemudian menyusun program yang disebut Program Pancakarya. Selain itu, juga dibentuk Dewan Nasional untuk menampung kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat. Untuk meredakan per-golakan daerah dilangsungkan Musyawarah Nasional (MUNAS) yang dilanjutkan dengan Musyawarah Nasional Pembangunan (MUNAP). Kabinet ini tidak mampu bertahan lama, sebab :

a. Peristiwa CIKINI, yaitu : percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno. b. Adanya pemberontakan PRRI dan permesta

c. Dekrit Presiden, 5 Juli 1959.

PARTAI POLITIK DAN PEMILU PERTAMA

Pada tanggal 23 Agustus 1945, Presiden Soekarno mengumumkan berdirinya PNI seba-gai satu-satunya partai di Indonesia. Akan tetapi atas usulan BPKNPI, pemerintah mengelu-arkan Maklumat, 3 Nopember 1945 yang isinya pemerintah memberikan kesempatan luas bagi terbentuknya partai- partai politik di Indonesia. Maka bermunculan partai-partai politik seperti : Masyumi, PNI, PKI, PSI, Parkindo, Partai Buruh Indonesia, Partai Rakyat Sosialis dan lain-lain. Sampai dengan tahun 1950 telah berdiri secara resmi 24 partai politik.

(15)

31 Mei 1955 serta penetapan tanggal Pemilu. Akan tetapi pemilu pertama tersebut dilak-sanakan pada masa kabinet Burhanuddin Harahap. Pemilu pertama di Indonesia ini dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

I. Tanggal 29 September 1955 untuk pemilihan anggota Parlemen (DPR) II. Tanggal 15 Desember 1955 untuk pemilihan anggota Konstituante

Menjelang pemilu ada 70 partai politik yang mendaftar sebagai peserta, namun hanya 27 partai yang lolos seleksi. Pemilu 1955 menghasilkan 4 partai politik yang memperoleh suara terbanyak, yaitu : PNI, NU, Masyumi dan PKI. Sistem multi partai ini hanya berlang-sung sampai dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden, 5 Juli 1959. Pada Tanggal 17 Agustus 1960, PSI dan Masyumi dibubarkan. Tokoh- tokoh kedua partai ini dianggap terlibat dalam pemberontakan PRRI / Permesta. Pada tanggal 14 April 1961 pemerintah mengeluarkan pengumuman tentang pengakuan hanya kepada 9 partai. Pada tanggal 21 September 1961, pe-merintah membubarkan Partai Murba. Karena Partai Murba dianggap PKI sebagai kelompok komunis yang menyimpang.

METODE PEMBELAJARAN :

1. Ceramah Bervariasi 2. Diskusi

3. Pemutaran Film 4. Tanya Jawab 5. Penugasan

Strategi Pembelajaran

Tatap Muka Terstruktur Mandiri

 Merekonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia sejak proklamasi hingga Demokrasi Terpimpin

 Mendiskripsikan

kedatangan Sekutu dan NICA di Indonesia melalui studi pustaka dan diskusi.

 Siswa dapat Mendiskripsikan

kedatangan Sekutu dan NICA di Indonesia

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN : I. Pertemuan Pertama (1x 45’)

A. Kegiatan awal

1. Apersepsi dengan menunjukkan gambar pasukan sekutu dan NICA yang tiba di Indonesia pada awal kemerdekaan.

2. Menggali pemahaman awal siswa tentang pasukan sekutu dan NICA yang tiba di Indonesia pada awal kemerdekaan.

(16)

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Bersama siswa membahas pendaratan pasukan pendahuluan pasukan sekutu dan NICA di Indonesia melalui studi pustaka dan diskusi kelas.

2. Mendiskripsikan reaksi pemerintah Indonesia terhadap kedatangan pasukan sekutu dan NICA melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

3. Menceritakan tanggapan berbagai daerah terhadap kedatangan pasukan sekutu dan NICA di Indonesia melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:

1. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai yang ditanamkan:

menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.);

2. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai yang ditanamkan: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,)

C. Penutup

1. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan materi pelajaran

II. Pertemuan Kedua dan Ketiga (2x 45’)

A. Kegiatan awal

1. Apersepsi dengan menunjukkan gambar pasukan sekutu dan NICA yang tiba di Indonesia pada awal kemerdekaan.

B. Kegiatan Inti Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Bersama siswa membahas kontak awal para pejuang Indonesia dengan pasukan sekutu dan NICA melalui studi pustaka dan diskusi kelas.

2. Menceritakan terjadinya peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

3. Menceritakan terjadinya peristiwa Palagan Ambarawa melalui studi pustaka, dan diskusi.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

(17)

2. Menceritakan terjadinya peristiwa Pertempuiran Medan Area melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:

1. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai yang ditanamkan:

menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.);

2. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai yang ditanamkan: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,)

C. Penutup

1. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan materi pelajaran 2. Menugaskan siswa mengerjakan soal-soal latihan

III. Pertemuan Keempat dan Kelima (2x 45’)

A. Kegiatan awal

1. Apersepsi dengan menunjukkan gambar-gambar Sutan Syahrir, Amir Syarifuddin, Moh. Roem, Van Mook, dan Schermerhorn

B. Kegiatan Inti Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Menjelaskan proses munculnya perundingan Linggarjati serta dampaknya bagi perkembangan politik di Indonesia melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

2. Menjelaskan proses munculnya perundingan Renville serta dampaknya bagi perkembangan politik di Indonesia melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Menjelaskan proses munculnya perundingan Roem – Royen, dan Konfernesi Inter Indonesia serta dampaknya bagi perkembangan politik di Indonesia melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

2. Menjelaskan proses munculnya perundingan KMB serta dampaknya bagi perkembangan politik di Indonesia melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:

1. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai yang ditanamkan:

(18)

2. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai yang ditanamkan: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,)

C. Penutup

1. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan materi pelajaran 2. Menugaskan siswa mengerjakan soal-soal latihan

IV. Pertemuan Keenam (1x 45’)

A. Kegiatan awal

1. Apersepsi dengan menunjukkan gambar-gambar sekitar KMB dan penyerahan kedaulatan kepada RIS

B. Kegiatan Inti Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Menjelaskan proses penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada pihak RIS di Belanda melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

2. Menjelaskan proses penyerahan kedaulatan dari RI ke RIS di Yogyakarta melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Menjelaskan proses penyerahan kedaulatan dari RI ke RIS di Istana Merdeka, Jakarta melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:

1. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai yang ditanamkan:

menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.);

2. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai yang ditanamkan: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,)

C. Penutup

1. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan materi pelajaran 2. Menugaskan siswa mengerjakan soal-soal latihan

V. Pertemuan Ketujuh (1x 45’)

(19)

1. Apersepsi dengan menunjukkan gambar-gambar sekitar KMB dan sidang-sidang pembentukan RIS

B. Kegiatan Inti Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Menjelaskan proses pembentukan RIS berdasarkan Konferensi Inter Indonesia melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas. 2. Menjelaskan Undang-undang yang mengatur pembentukan RIS melalui studi

pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Menjelaskan reaksi masyarakat Indonesia terhadap pembentukan RIS melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:

1. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai yang ditanamkan:

menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.);

2. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai yang ditanamkan: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,)

C. Penutup

1. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan materi pelajaran 2. Menugaskan siswa mengerjakan soal-soal latihan

VI. Pertemuan Kedelapan dan Kesembilan (2x 45’)

A. Kegiatan awal

1. Apersepsi dengan menunjukkan gambar-gambar kabinet-kabinet pada masa Demokrasi Liberal

2. Pre-Test, menggali pemahaman awal siswa tentang masa Demokrasi Liberal

B. Kegiatan Inti Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Mengisahkan proses pembentukan pemerintahan NKRI yang bersifat Liberal Parlementar pada tahun 1950 melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

2. Menjelaskan pergantian kabinet pada masa demokrasi liberal melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

(20)

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Menjelaskan perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi pada masa demokrasi liberal melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:

1. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai yang ditanamkan:

menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.);

2. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai yang ditanamkan: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,)

C. Penutup

1. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan materi pelajaran 2. Menugaskan siswa mengerjakan soal-soal latihan

ALAT/BAHAN DAN SUMBER :

a. Alat/Bahan : OHP, LCD Projector, Komputer, Internet dan VCD Player

b. Sumber :

1. Mustopo, Habib, dkk, 2006, Sejarah, SMA Kelas XI IPA, Jilid 2, Yudhistira : Bogor

2. CD pembelajaran, LKS, Gambar, Bagan, dan sumber-sumber dari internet

PENILAIAN :

Penilaian dilakukan secara individu atau kelompok yang meliputi penilaian penilaian proses pada saat kegiatan berlangsung, tes tertulis (Pilihan Ganda dan Uraian), dan penugasan.

SOAL-SOAL EVALUASI

A. JAWABLAH SOAL-SOAL DI BAWAH INI DENGAN BENAR !

Mengetahui, ..., ………... Kepala Sekolah/Yayasan Guru Mapel Sejarah

(21)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMA/MA. : ………... Program : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Mata Pelajaran : Sejarah

Kelas/ Semester : XI / 2

Alokasi waktu : 13 x 45 Menit

Standar Kompetensi : 2. Merekonstruksi perjuangan bangsa Indonesia sejak masa Proklamasi hingga lahirnya Orde Baru.

Kompetensi Dasar : 2.2 Menganalisis pergantian pemerintahan dari Demokrasi Terpimpin sampai lahirnya Orde Baru. Indikator : - Mendiskripsikan Mendiskripsikan pemerintahan di

Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin

- Mendiskripsikan proses terjadinya dan penumpasan G 30 S / PKI

- Mendiskripsikan proses lahirnya Orde Baru

TUJUAN PEMBELAJARAN :

Setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat :

1. Mendiskripsikan Mendiskripsikan pemerintahan di Indonesia pada masa Demokrasi Liberal dan DemokrasiTerpimpin

2. Mendiskripsikan proses terjadinya dan penumpasan G 30 S / PKI

3. Mendiskripsikan proses lahirnya Orde Baru

Nilai Karakter Bangsa :

Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

Kewirausahaan / Ekonomi Kreatif :

Percaya diri (keteguhan hati, optimis).Berorientasi pada tugas (bermotivasi, tekun/tabah, bertekad, enerjik). Pengambil resiko (suka tantangan, mampu memimpin), Orientasi ke masa depan (punya perspektif untuk masa depan).

MATERI AJAR (MATERI POKOK) :

(22)

Setelah pengakuan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada pihak Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949, Indonesia berdiri sebagai negara federal (RIS). Seorang yang di-tunjuk sebagai perdana menterinya adalah Mohammad Hatta. Pemerintahan RIS tidak mampu bertahan lama. Pada tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia kembali ke negara kesatuan dengan berdasarkan kepada UUDS 1950. Dengan UUDS 1950 tersebut, Indonesia menganut sistem pemerintahan Liberal – Parlementer. Selama berlakunya UUDS 1950 (1950 – 1959) Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diwarnai dengan pergantian tujuh kabinet, seba-gai berikut :

1. Kabinet Natsir (6 September 1950 – 21 Maret 1951). Kabinet ini runtuh karena kegagalan dalam merintis perundingan masalah pengembalian Irian Barat dengan Belanda.

2. Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 3 April 1952). Kabinet ini jatuh karena masalah per-tukaran nota antara Menlu Subarjo dengan Duta Besar Amerika Merle Cochran, menge-nai bantuan ekonomi dan militer berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA) dari pe-merintah Amerika kepada pepe-merintah Indonesia.

3. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953). Kabinet ini runtuh karena :

a. Adanya Peristiwa 17 oktober 1952, mengenai pergantian KSAD, Kolonel A.H. Nasu-tion, yang dianggap menyimpang dari norma- norma dan disiplin militer.

b. Adanya Peristiwa Tanjung Morawa, yaitu pengusiran penghuni liar di tanah perke-bunan di Sumatera Utara yang didalangi oleh PKI, sehingga beberapa orang petani tewas.

4. Kabinet Ali Sastroamijoyo (31 juli 1953 – 12 Agustus 1955). Kabinet ini runtuh karena: a. Keadaan ekonomi Indonesia semakin merosot dan inflasi menunjukkan gejala yang

membahayakan

b. Pertikaian antara PNI dan NU, sehingga NU menarik menterinya, dari Kabinet Ali.

5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956). Kabinet ini jatuh karena sesudah Pemilu 1955, ternyata kabinet ini tidak cukup dukungan dari partai- partai politik yang ada.

6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957). Kabinet hasil pemilu per-tama ini tidak mampu bertahan lama, sebab : terbentuknya dewan- dewan di daerah-daerah, seperti : Dewan Banteng, Dewan Gajah, Dewan Manguni, dll yang membahayakan keutuhan negara.

7. Kabinet Juanda (9 April 1957- 5 Juli 1959). Kabinet ini merupakan Zaken Kabinet. Kabinet ini menghadapi tugas yang berat. Untuk itulah kabinet ini kemudian menyusun program yang disebut Program Pancakarya. Selain itu, juga dibentuk Dewan Nasional untuk menampung kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat. Untuk meredakan per-golakan daerah dilangsungkan Musyawarah Nasional (MUNAS) yang dilanjutkan dengan Musyawarah Nasional Pembangunan (MUNAP). Kabinet ini tidak mampu bertahan lama, sebab :

a. Peristiwa CIKINI, yaitu : percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno. b. Adanya pemberontakan PRRI dan permesta

(23)

I. DEKRIT PRESIDEN, 5 JULI 1959

Pemilu pada tanggal 15 Desember 1955, berhasil memilih anggota-anggota DPR dan

konstituante (Dewan Penyusun UUD). Konstituante dilantik pada tanggal 10 November 1956. Tugas utama konstituante adalah merumuskan UUD yang baru sebagai pengganti UUDS 1950. Sampai dengan awal tahun 1957, konstituante belum juga berhasil merampungkan tu-gasnya. Sehingga pada tanggal 21 Pebruari 1957, Presiden Sukarno mengajukan gagasan yang dikenal sebagai Konsepsi Presiden. Isi pokok dari konsepsi presiden tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sistem demokrasi liberal-parlementer perlu diganti dengan demokrasi terpimpin

2. Perlu dibentuk kabinet gotong royong yang merupakan kabinet kaki empat, yakni : PNI, Masyumi, NU dan PKI

3. Perlu dibentuk Dewan Nasional yang anggotanya terdiri dari golongan fungsional dalam masyarakat.

Konsepsi Presiden ini menimbulkan perdebatan dalam masyarakat dan di DPR. Partai Masyumi, NU, PSII, Partai Katholik dan PIR menolak konsepsi tersebut. Pada tanggal 25 April 1959 di depan sidang konstituante, presiden menganjurkan agar kembali kepada UUD 1945. Anjuran presiden ini menjadi bahan perdebatan dalam konstituante. Kemudian dipu-tuskan untuk mengadakan pemungutan suara (voting). Pemungutan suara dilakukan sampai tiga kali, tetapi belum mencapai kemenangan dua pertiga suara seperti yang dipersyaratkan. Pada tanggal 3 Juni 1959 konstituante mengadakan reses (masa istirahat) dengan batas waktu yang tidak ditentukan. Pada hari yang sama pemerintah mengeluarkan Peraturan Nomer Prt/PEPERPU/040/1059 yang berisi larangan malakukan kegiatan-kegiatan politik. Pada tang-gal 5 Juli 1959 Presiden Sukarno mengeluarkan “Dekrit Presiden” yang isinya :

1. Pembubaran konstituante

2. Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945 3. Pembentukan MPRS dan DPAS

Dekrit ini mendapat dukungan dari TNI dan MA. Pada tanggal 22 Juli 1959, DPR secara ak-lamsi menyatakan kesediaannya melaksanakan UUD 1945.

I. DEMOKRASI TERPIMPIN A. Latar Belakang

1. Pelaksanaan sistem demokrasi liberal yang mengganggu stabilitas dan keamanan dalam negeri Indonesia dan seringnya terjadi pergantian kabinet.

2. Konstituante tidak berhasil menyusun UUD yang baru sebagai pengganti UUDS 1950. 3. Munculnya gerakan sparatis seperti PRRI dan Permesta yang membahayakan integritas

(24)

Demokrasi Terpimpin ditafsirkan dari sila ke-4 Pancasila, yaitu “Kerakyatan yang dip-impin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan”. Kata “dipimpin” ke-mudian ditafsirkan bahwa demokrasi harus dipimpin oleh presiden.

B. Sistem Politik Demokrasi Terpimpin

Dalam bidang politik beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintah diantaranya seba-gai berikut :

1. Menyusun Kabinet Kerja I yang dipimpin oleh Presiden dan Ir. Juanda sebagai menteri pertamanya. Kabinet ini dilantik pada tanggal 10 Juli 1959, dengan programnya yang dise-but “Tri Program Kabinet Kerja” meliputi : masalah-masalah sandang pangan, keamanan dan pengembalian Irian Barat.

2. Pada tanggal 17 agustus 1959 Presiden Sukarno menyampaikan pidato berjudul : “Pene-muan Kembali Revolusi Kita”. Isi pidato ini kemudian dikenal sebagai Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol). Pidato ini oleh DPAS diusulkan untuk dijadikan GBHN. Pengukuhannya sebagai GBHN melalui Penetapan Presiden No. 1 tahun 1960. Selanjutnya ditetapkan dalam Tap. MPRS No. 1/MPRS/1960. Inti pidato ini adalah USDEK.

3. Karena penolakan DPR terhadap Rencana Anggaran Belanja Negara (RAPBN) tahun 1960, maka pada tanggal 5 Maret 1960 DPR dibubarkan melalui Penetapan Presiden No. 3 tahun 1960. Pada tanggal 24 Juni 1960, dibentuklah DPR-GR (DPR Gotong Royong) yang anggota-anggotanya ditunjuk oleh presiden.

4. DPAS dipimpin langsung oleh presiden dan Roeslan Abdulgani ditunjuk sebagai wakil ketuanya. Pelantikannya dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 1959 di Istana Negara bersama pelantikan Moh. Yamin sebagai Dewan Perancang Nasional (Depernas) dan Sul-tan Hamengkubuwono IX sebagai Ketua Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara. 5. MPRS dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 tahun 1959 yang diketuai oleh

Chaerul Shaleh. Salah satu ketetapan MPRS ini adalah mengangkat Presiden Sukarno se-bagai Pemimpin Besar Revolusi.

C. Sistem Ekonomi Terpimpin

Sistem ekonomi Indonesia dijalankan secara terpimpin (etatisme). Keadaan ekonomi yang buruk semakin diperparah dengan adanya pemberontakan PRRI/Permesta. Untuk men-gatasi kesulitan ekonomi, pemerintah mengambil langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pada tanggal 24 Agustus 1959 diumumkan keputusan mengenai keuangan sebagai berikut :

 Uang kertas bernilai Rp. 500,- menjadi Rp.

50,- Uang kertas bernilai Rp. 1.000,- dihapuskan

 Semua simpanan melebihi Rp. 25.000,- dibekukan

2. Tanggal 28 Maret 1983 dikeluarkan landasan ekonomi baru yang disebut DEKON (Deklarasi Ekonomi) dengan tujuan menciptakan ekonomi nasional sosialis yang bebas dari sisa-sisa imperialisme. Pada tanggal 13 Desember 1965 diambil langkah devaluasi

(25)

D. Politik Luar Negeri Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin

Pada awal pelaksanaan Demokrasi Terpimpin, Indonesia cukup berperan aktif dalam kegiatan internasional. Hal ini tampak dalam hal-hal sebagai berikut :

1. Pengiriman Pasukan Garuda II ke Kongo untuk bergabung dengan pasukan perdamaian PBB, UNOC (United Nations Operation for Congo).

2. Pada tanggal 30 September 1960, Presoden Sukarno berpidato dalam Sidang Umum PBB berjudul “To Built The World A New” yang menguraikan tentang Pancasila, masalah Irian Barat, kolonialisme, peredaan perang dingin dan perbaikan organisasi PBB.

3. Indonesia ikut memprakarsai berdirinya Gerakan Non-Blok (Non-Aligned).

4. Indonesia berhasil melaksanakan Asian Games IV di Jakarta, 24 Agustus – 4 September 1962.

Walaupun hubungan dengan negara-negara Barat semakin renggang, akan tetapi hubun-gan denhubun-gan negara-negara sosialis semakin erat. Hal ini disebabkan baik Uni Soviet maupun RRC bersedia memberikan bantuan kredit dalam pembelian peralatan militer. Selanjutnya In-donesia mengkondisikan adanya dua kubu kekuatan dunia, yaitu :

1. OLDEFO (Old Established Forces) adalah kubu negara-negara imperialis.

2. NEFO (New Emerging Force) adalah kubu bangsa-bangsa tertindas yang progesif revolu-sioner menentang imperialisme dan neo-kolonialisme.

Kemudian Indonesia bersikap konfrontatif terhadap negara-negara Barat dan sekutunya. Diantara sikap konfrontatif itu adalah konfrontatif terhadap Malaysia yang dianggap sebagai proyek neokolin (Neo-Kolonialisme Imperialisme), yaitu Inggris. Untuk mengganyang

Malaysia, maka diumumkan DWIKORA (Dwi Komando Rakyat). Diangkatnya Malaysia se-bagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB merupakan pukulan bagi Indonesia. Se-hingga pada tanggal 7 Januari 1965, Indonesia menyatakan keluar dari PBB.

GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965

a. Perluasan Pengaruh Dan Aksi-Aksi Sepihak PKI

(26)

Perkembangan politik yang didasarkan pada ide NASAKOM (nasionalisme, agama dan komu-nis) memberi kesempatan kepada PKI memperluas pengaruhnya ke berbagai bidang.

Perluasan pengaruh PKI ke dalam seni budaya dilakukan melalui LEKRA ( Lembaga Kebudayaan Rakyat ). Hal ini menimbulkan reaksi dari kelompok anti-komunis. Sikap menentang lekra ini kemudian dituangkan dalam sebuah pernyataan yang disebut Manifestasi Kebudayaan (Manikebu), Agustus 1963. Kuatnya pengaruh komunis dalam pemerintahan, mengakibatkan Manikebu dilarang oleh pemerintah. Dalam upaya mengurangi pengaruh PKI dalam pemerintahan, para wartawan anti PKI membentuk Badan Pendukung Soekarnoisme

( BPS), September 1964, dipimpin oleh Adam Malik. Akan tetapi BPS kemudian dilarang pada bulan Desember 1964.

Politik Indonesia pun semakin condong ke Blok Timur, baik Cina maupun Uni Soviet. Sehingga bantuan ekonomi, pendidikan dan militer semakin banyak diberikan oleh negara-ne-gara Blok Timur kepada Indonesia. Bahkan menjelang perayaan HUT RI tahun 1965 pemerin-tah RI membentuk poros Jakarta - Pnomphen - Hanoi - Beijing - Pyongyang. Sementara itu hubungan dengan negara-negara Blok Barat semakin renggang.

Dalam usaha menciptakan suasana revolusioner, PKI melakukan kegiatan-kegiatan sabotase, aksi sepihak dan aksi teror diantaranya sebagai berikut :

1. Peristiwa Jengkol, 15 Nopember 1961, yaitu : Peristiwa penyerangan oleh BTI, Pemuda Rakyat dan Gerwani terhadap petugas yang sedang mengerjakan tanah negara di daerah Kediri

2. Peristiwa Kanigoro Kediri, 13 Januari 1965, yaitu : Penyerbuan PKI terhadap aktivitas pelajar Islam di Kanogoro yang disertai penganiayaan terhadap para kyai, serta pen-grusakan tempat ibadah

3. Peristiwa Banda Betsy, 14 Mei 1965, yaitu : Penyerobotan tanah perkebunan milik ne-gara oleh BTI di daerah Sumatera Utara dan pengeroyokan terhadap petugas perkebunan. 4. Sabotase terhadap transportasi umum kereta api oleh Serikat Buruh Kereta Api, Januari

sampai Oktober 1964, sehingga terjadi serentetan kecelakaan kereta api di Purwokerto, Kaliyoso, Kroya, Cirebon, Bandung, Tanah Abang dan Tasikmalaya.

5. Pengrusakan Kantor Gubernur Jawa Timur, 27 September 1965, oleh aksi ormas-ormas PKI.

b. Pelaksanaan Gerakan 30 September 1965

Dalam upaya memaksakan kehendaknya, PKI melakukan persiapan-persiapan yang cukup matang sebagai berikut :

1. Merumuskan Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan ( MKTBP), yang mencakup un-sur-unsur perjuangan gerilya di desa- desa, perjuangan kaum buruh di kota-kota dan bek-erja secara intensif di kalangan musuh.

2. Memanipulasi pidato-pidato kenegaraan, antara lain : a. Tahun 1960 : Jalan Revolusi Kita (Jarek)

(27)

c. Tahun 1962 : Tahun Kemenangan ( Takem)

d. Tahun 1963 : Genta Suara Revolusi Indonesia ( Gesuri) e. Tahun 1964 : Tahun Vivera Pericoloso ( Tavip)

f. Tahun 1965 :Tahun Berdiri di Atas Kaki Sendiri ( Takari)

3. Pembentukan Biro khusus yang dipimpin Syam Kamaruzaman dengan sasaran utama pengembangan pengaruh dan ideologi PKI

4. Menuntut dibentuknya angkatan ke-5 yang terdiri dari buruh petani yang dipersenjatai. 5. Melaksanakan latihan kemiliteran di Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta.

Pada bulan Mei 1965, muncul desas-desus tentang Dewan Jendral Angkatan Darat yang dituduh mempersiapkan perebutan kekuasaan dengan bantuan kekuatan Barat (CIA). Hal ini didasarkan pada adanya Dokumen Gilchrist yang di dalamnya tertulis “ our local army friends ”. Dokumen tersebut diterima oleh Dr. Subandria, 15 Mei 1965, melalui pos berupa konsep surat ketikan tanpa tanda tangan. Di dalam dokumen tersebut tertulis nama Gilchrist, si pembuat surat. Salinannya oleh Subandrio dibagi-bagikan ke luar negeri, sedangkan di dalam negeri salinannya disebarluaskan oleh BPI ( Badan Pusat Intelegen ). Tuduhan ini dito-lak oleh Angkatan Darat, sebaliknya menuduh PKI akan medito-lakukan perebutan kekuasaan. Angkatan Darat juga menolak pembentukan “ Angkatan ke-5”. Hal ini semakin mempertinggi persaingan politik antara PKI dan Angkatan Darat.

Setelah beberapa kali mengadakan rapat dari bulan Agustus sampai September 1965, PKI berhasil menyusun organisasi gerakan yang dipimpin oleh D.N. Aidit. Selanjutnya diten-tukan hari dan jam pelaksanaan gerakan, yaitu tanggal 30 September 1965 pukul 04.00, dan gerakan ini sepakat diberi nama Gerakan 30 September. Akan tetapi waktu pelaksanaan dirubah menjadi tanggal 1 Oktober 1965 pukul 04.00 dini hari. Sasaran gerakan adalah para perwira tinggi angkatan darat. Kesatuan bersenjata yang terlibat dalam Gerakan 30 September dibagi menjadi beberapa pasukan, sebagai berikut :

1. Pasukan Pasopati, dipimpin oleh Lettu Inf. Dul Arief dengan tugas menculik tujuh per-wira tinggi AD

2. Pasukan Bima Sakti, dipimpin oleh Kapten Suradi yang bertugas mengusai kota Jakarta 3. Pasukan Gatotkaca, dipimpin oleh Mayor Udara Sukrisna berfungsi sebagai pasukan

cadangan yang berkedudukan di Lubang Buaya.

Pasukan Pasopati bergerak meninggalkan kawasan Halim Perdanakusumah pada tengah malam dipenghujung hari Kamis, 30 September 1965 dan awal 1 Oktober 1965. Mereka men-culik dan membunuh perwira-perwira tinggi AD, sebagai berikut :

1. Letjen Achmad Yani 2. Mayjen R. Soeprapto 3. Mayjen M.T. Haryono 4. Mayjen S. Parman

(28)

6. Brigjen Sutoyo Siswomiharjo.

Disamping para perwira tinggi tersebut, dalam usaha menculik Jendral A.H. Nasu-tion, PKI telah menyebabkan gugurnya Ade Irma Nasution, Lettu Pierre Tendean (Ajudan A.H. Nasution), dan juga Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun (pengawal Dr. J. Leimena). Sementara Jendral A. H. Nasution sendiri selamat dari usaha penculikan tersebut.

Setelah berhasil menguasai dua buah sarana komunikasi vital, yaitu : studio RRI Pusat dan Kantor Telekomunikasi, pada hari Jum’at, Oktober 1965, Gerakan 30 September mengelu-arkan pengumuman bahwa Gerakan 30 September ditujukan kepada jendral-jendral anggota Dewan Jendral yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah. Diumumkan pula tentang pembentukan Dewan Revolusi di pusat dan di daerah-daerah serta pendemisioneran Kabinet Dwikora, sedangkan Dewan Revolusi sebagai sumber kekuasaan dalam negara Republik In-donesia.

c. Penumpasan Gerakan 30 S 1965

Sepanjang pagi dan siang hari, nasib Kepala Staf Angkatan Bersenjata dan Menteri / Panglima Angkatan Darat belum diketahui, sehingga Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (KOSTRAD). Mayor Jendral Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat, ke-mudian dimulai penumpasan terhadap gerakan 30 September. Langkah-langkah yang segera diambil sebagai berikut :

1. Mengadakan kontak dengan Pangdam V Jaya Mayor Jendral Umar Wirahadikusumah

2. Merebut kembali RRI dan pusat telekomunikasi yang dipimpin oleh Kol.Inf. Sarwo Edhi Wibowo.

3. Mengadakan operasi penumpasan dengan sasaran basis kekuatan G 30 S/PKI di Lanuma Halim Perdanakusumah

4. Mencari jenasah korban keganasan PKI, yang ditemukan berkat bantuan Brigadir Polisi Sukitman di Lubang Buaya.

Reaksi masyarakat dengan terjadinya Gerakan 30 S / PKI bermunculan dimana-mana, baik dari kalangan parpol, ormas, mahasiswa dan pelajar. Pada tanggal 8 Oktober 1965 partai-partai politik seperti NU,IPKI, Partai Kristen dan berbagai ormas melakukan apel kebulatan tekad untuk mengamankan Pancasila dan menuntut pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya. Selanjutnya partai-partai tersebut membentuk Front Pancasila.

Pada tanggal 25 Oktober 1965 para mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), yang diikuti dengan terbentuknya kesatuan aksi lain, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI ), Kesatuan Aksi Penge-mudi Becak Indonesia (KAPBI) dan sebagainya. Pada tanggal 10 Januari 1966 KAMI menga-jukan tiga tuntutan kepada pemerintah yang dikenal Tri Tuntutan Rakyat ( TRITURA ) yang isinya sebagai berikut :

1. Bubarkan PKI

2. Bubarkan atau bersihkan kabinet dari unsur-unsur PKI 3. Turunkan harga

(29)

Utara situasi berkembang menjadi aksi kekerasan yang menimbulkan korban jiwa. Sekitar 500.000 orang telah terbunuh sepanjang akhir tahun 1965 dan awal tahun 1966.

LAHIRNYA ORDE BARU

Pada tanggal 11 Maret 1966 di istana Negara berlangsung sidang Kabinet Dwikora yang Disempurnakan, yang dipimpin oleh Presiden Soekarno. Sidang membicarakan tentang krisis yang memuncak pada waktu itu. Sebelum sidang selesai seorang ajudan presiden melapor bahwa ada pasukan yang tidak dikenal di sekitar istana. Untuk menghindari hal yang tidak di-inginkan, presiden meninggalkan sidang dan diterbangkan ke Istana Bogor bersama Waper-dam 1, Dr. Subandrio dan Waperdam III Khairul Shaleh, pimpinan sidang diserahkan kepada Waperdam II, Dr. Leimena.

Sementara itu, aksi unjuk rasa di Jakarta semakin meluas. Beberapa perwira tinggi militer, yaitu Mayor Jendral Basuki Rahmad, Brigadir Jendral Amir Mahmud, dan

Brigadir Jendral M. Jusuf mengadakan pembicaraan dengan Letnan Jendral Suharto, se-bagai Panglima Angkatan Darat dan Pangkopkamtib untuk mencari solusi menjaga keamanan dan keutuhan bangsa. Selanjutnya ketiga perwira tersebut menghadap Presiden Soekarno un-tuk membicarakan situasi politik yang semakin gawat. Setelah melakukan pembicaraan beber-apa jam, Presiden Soekarno akhirnya memutuskan memberikan Surat perintah 11 Maret 1966 ( Supersemar) kepada Letnan Jendral Suharto untuk mengambil tindakan yang diper-lukan untuk memulihkan keadaan dan kestabilan jalannya pemerintahan.

Berdasarkan surat perintah tersebut, Letnan Jendral Suharto atas nama Presiden / Pan-glima Tertinggi ABRI Mandataris MPRS / PBR menandatangani keputusan presiden No.1/3/966 tertanggal 12 Maret 1966 yang menyatakan pembubaran PKI dan ormas-ormasnya serta dinyatakan sebagai organisasi terlarang.

Pada tanggal 20 Juni sampai 5 Juli 1966, MPRS mengadakan sidang umum yang berhasil membuat ketetapan-ketetapan penting sebagai berikut :

1. Ketetapan No. IX/MPRS/1966 tentang pengesahan dan pengukuhan Supersemar

2. Ketetapan No. XII/MPRS/1966 tantang penegasan kembali landasan politik luar negeri RI yang bebas aktif

3. Ketetapan No. XIII/MPRS/1966 mengenai pembentukan Kabinet Ampera

4. Ketetapan No. XXV/MPRS/1966 mengenai pembubaran PKI dan ormas-ormasnya seba-gai organisasi terlarang di Indonesia.

(30)

Pada tanggal 7-12 Maret 1967 diselenggarakan Sidang Umum MPRS. Melalui keteta-pan No. XXXIII/MPRS/1967, MPRS mencabut seluruh kekuasaan pemerintahan negara dari Presiden Sukarno dan menetapkan Letnan Jendral Suharto sebagai Pejabat Presiden RI. Kemu-dian melalui Ketetapan No. XLIV/MPRS/1968 MPRS mengangkat Letnan Jendral Suharto

sebagai Presiden Republik Indonesia yang baru. Pada tanggal 6 Juni 1968, Presiden Suharto yang menamakan pemerintahannya Orde Baru, dan membentuk Kabinet Pembangunan I den-gan programnya yang disebut PANCAKRIDA.

Orde Baru berlandaskan Pancasila sebagai landasan idiil, UUD 1945 sebagai landasan konstitusional dan ketetapan MPR sebagai landasan operasional. Dalam upaya mencapai tu-juan Orde Baru, MPR menyusun GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara), yang diwujudkan melalui pembangunan di segala bidang.

Orde Baru menganggap konfrontasi Indonesia dengan Malaysia tidak sesuai dengan azas politik Indonesai yang bebas-aktif. Sehingga Orde Baru memandang perlu diadakan nor-malisasi hubungan Indonesia dengan Malaysia. Oleh karena itu, pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1966 diadakan perundingan antara Indonesia dengan Malaysia di Bangkok. Dalam perundin-gan itu Indonesia di wakili oleh Menteri Utama / Menteri Luar Negeri Adam Malik, sedan-gkan pihak malaysia diwakili oleh menteri Luar negeri Tun Abdul Razak. Selain dengan Malaysia, pemerintahan Orde Baru juga mengadakan pemulihan hubungan dengan Singapura.

Keluarnya Indonesia sebagai anggota PBB, 7 Januari 1965, membuat Indonesai semakin terkucil dari pergaulan masyarakat internasional. Maka Orde Baru memutuskan untuk kembali sebagai anggota PBB. Pada tanggal 28 September 1966, melalui Menteri Luar Negeri, Adam malik, di depan sidang Majelis Umum PBB di New York, Indonesia menyatakan masuk dan aktif kembali sebagi anggota PBB. Selain itu pada pelita I, tepatnya tanggal 3 Juli 1971, Orde Baru berhasil mengadakan Pemilu, yang diikuti 10 Organisasi Peserta Pemilu.

METODE PEMBELAJARAN :

1. Ceramah Bervariasi 2. Diskusi

3. Pemutaran Film 4. Tanya Jawab 5. Penugasan

Strategi Pembelajaran

Tatap Muka Terstruktur Mandiri

 Menganalisis pergantian

pemerintahan dari

 Mendiskripsikan pemerintahan di Indonesia pada masa

(31)

Tatap Muka Terstruktur Mandiri

Demokrasi Terpimpin sampai lahirnya Orde Baru.

Demokrasi Terpimpin melalui studi pustaka dan diskusi.

pemerintahan di Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN : I. Pertemuan Pertama dan Kedua (2x 45’)

A. Kegiatan awal

1. Apersepsi dengan menunjukkan gambar tokoh-tokoh penting pada masa demokrasi terpimpin.

2. Menggali pemahaman awal siswa tentang masa demokrasi terpimpin

B. Kegiatan Inti

1. Bersama siswa membahas munculnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 melalui studi pustaka dan diskusi kelas.

2. Mendiskripsikan penerapan demokrasi terpimpin dalam bidang politik, ekonomi dan hubungan luar negeri melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Menerangkan kecenderungan politk luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:

1. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai yang ditanamkan:

menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.);

2. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai yang ditanamkan: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,)

C. Penutup

1. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan materi pelajaran

II. Pertemuan Ketiga dan Keempat (2x 45’)

A. Kegiatan awal

1. Apersepsi dengan menunjukkan gambar tokoh-tokoh penting pada masa demokrasi terpimpin.

2. Menggali pemahaman awal siswa tentang masa demokrasi terpimpin

(32)

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Bersama siswa membahas aksi-aksi sepihak yang dilakukan oleh simpatisan-simpatisan PKI sebelum G 30 S / PKI 1965 melalui studi pustaka dan diskusi kelas.

2. Mendiskripsikan persiapan-persiapan PKI menjelang peristiwa G 30 S / PKI 1965 melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Menceritakan terjadinya peristiwa G 30 S / PKI melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

2. Mengisahkan pelaksanaan penumpasan G 30 S / PKI melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:

1. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai yang ditanamkan:

menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.);

2. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai yang ditanamkan: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,)

C. Penutup

1. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan materi pelajaran

III. Pertemuan Kelima (1x 45’)

A. Kegiatan awal

1. Apersepsi dengan menunjukkan gambar tokoh-tokoh orde baru. 2. Menggali pemahaman awal siswa tentang masa orde baru

B. Kegiatan Inti Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Bersama siswa membahas proses lahirnya orde baru melalui studi pustaka dan diskusi kelas.

2. Mendiskripsikan kebijakan-kebijakan pemerintah orde baru dalam bidang politik melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas. . Mendiskripsikan kebijakan-kebijakan pemerintah orde baru dalam bidang

ekonomi melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

Referensi

Dokumen terkait

Siswa dapat mengkomunikasikan secara verbal hasil analisis kebijakan politik dan ekonomi pemerintahan Gur Dur dan dampak reformasi bagi masyarakat, serta lembaga baru pada

 Guru menjelaskan kondisi politik, sosial, dan ekonomi Indonesia di awal 1960- an, (nilai yang ditanamkan: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri,

perkembangan sistem birokrasi, militer, ekonomi dan sosial pada masa Pemerintah Herman Willem Daedels  Mendeskrips ikan perkembangan sistem birokrasi, ekonomi, sosial

perkembangan sistem birokrasi dan ekonomi di Hindia Belanda pada masa Pemerintah Pemerintahan Hindia Belanda (Komisaris Jenderal).  Mendeskripsikan perkembangan sistem Tanam

Kompetensi Dasar Materi Pokok Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif Uraian Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator Alokasi waktu Bahan dan

Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru (selain itu misalkan dalam bentuk lembar kerja, tugas mencari materi dari buku paket atau buku-buku penunjang

 Guru menjelaskan beberapa peristiwa penting yang mengakibatkan munculnya kebijakan keras pemerintah Hindia Belanda terhadap pergerakan kebangsaan Indonesia (nilai yang

 Mendeskripsik an perkembangan sistem birokrasi dan ekonomi di Hindia Belanda pada masa Pemerintah Pemerintahan Hindia Belanda (Komisaris Jenderal)  Mendeskripsikan