• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaporan Organisasi Nirlaba 14042015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaporan Organisasi Nirlaba 14042015"

Copied!
201
0
0

Teks penuh

(1)

AKUNTANSI & PELAPORAN

(2)

Agenda

Karakteristik Entitas Nirlaba

1.

Perkembangan Standar & IPSAS

2.

PSAK 45

3.

Pelaporan Organisasi Nirlaba

4.

Diskusi dan Permasalahan

(3)

Akuntabilitas dan Transparansi -

Public Sector

• Stakeholder dan masyarakat memerlukan informasi mengenai suatu entitas / organisasi publik untuk mengetahui bagaimana pengelola melaksanakan tugasnya menuju tujuan organisasi dan bagaimana sumber daya dikelola.

• Organisasi sektor publik memiliki tujuan berbeda dibandingkan dengan organsisasi privat sehingga diperlukan informasi yang berbeda.

• Untuk menyusun informasi apa yang disampaikan perlu adanya standar sehingga terjadi kontrak kesepakatan antara penyusun, pemakai, pemeriksa dalam menyusun dan memahami informasi tersebut.

• Tujuan dari organisasi sektor publik, besarnya akuntabilitas,

ukuran, sumber daya yang dikelola akan banyak mempengaruhi informasi apa yang disajikan dan standar apa yang akan

(4)

ENTITAS SEKTOR PUBLIK

Entitas sektor publik dapat dikategorikan menjadi dua:

Pemerintahan

Non pemerintahan – organisasi nirlaba

Organisasi nirlaba berupa organisasi kemasyarakatan,

yayasan atau organisasi non pemerintah lainnya termasuk organisasi internasional.

Keunikan dari entitas sektor publik terletak pada tujuan

dan kepemilikan.

Untuk aktivitas organisasinya, mungkin ada beberapa

yang sama antara organisasi publik dan privat misalnya sekolah, rumah sakit.

IPSAS = International Publik Sector Accounting Standard

(5)

Karakteristik Nirlaba

Kebutuhan

accounting

framework and

practice

yang

Karakteristik

unik

• pengguna LK entitas

• tidak ada kepemilikan, kontribusi

Prioritas tujuan pelaporan keuangan (akuntabilitas

vs. decision usefulness)

Tujuan entitas nirlaba – bukan laba pencapaian

(6)

Entitas Nirlaba

(7)

Standar Akuntansi Nirlaba

Organis

asi

Nirlaba

Organis

asi

Nirlaba

Sering diidentikkan dengan

organisasi pemerintah atau

organisasi sektor publik. Contoh:

Rumah Sakit & Universitas

Di Indonesia, standar

akuntansinya mengacu pada PSAK

45 + SAK ETAP atau PSAK 45 +

PSAK

IPSAS

Relatif sedikit diterapkan untuk

organisasi nirlaba

Banyak

(8)

Praktik Akuntabilitas Organisasi Nirlaba

di Indonesia

Tidak ada keharusan menyusun LK, kecuali menerima hibah 500jt dan tot aset bukan hibah 20milyar Entitas Nirlaba Swasta Menyajikan laporan keuangan dengan dorongan stakeholder kepentingan donatur Entitas Nirlaba Pemerintah

BLU – PP menyatakan SAK

yang berlaku umum dalam praktik (PMK) menggunakan SAK dan SAP pertanggung-jawaban anggaran

OJK – khusus

- BPJS – SAK Umum khususLPS – khusus

BPIH & Parpol – tidak

menyebutkan standar mana yang digunakan

BLU – PP menyatakan SAK

yang berlaku umum dalam praktik (PMK) menggunakan SAK dan SAP pertanggung-jawaban anggaran

OJK – khusus

- BPJS – SAK Umum khususLPS – khusus

BPIH & Parpol – tidak

menyebutkan standar mana yang digunakan

(9)

Standar Akuntansi Nirlaba –

Beberapa Negara

No Negara Standar Penjelasan / Referensi

1 Afrika Selatan IFRS atau IFRS for SME Menggunakan IFRS dan IFRS for SME secara penuh, tanpa penjelasan

2 Amerika Serikat Standar lokal (bagian dari US GAAP)

Reporting dan Kontribusi diatur khusus, namun masih menjadi bagian US GAAP

3 Australia Standar lokal – AAS (IFRS-Based) AAS - mengacu pada IFRS reduced form – public

4 Belanda Mengacu ke standar lokal +

Guideline for Annual Reporting 640 : NPO

Mengacu pada local standar dilengkapi dengan pedoman laporan tahunan

5 Brasil Resolução CFC N.º 1.409/12 Pedoman khusus mengacu pada standar lokal

6 Cina Private Non-Profit Organization

Accounting System Standar stand alone

7 Filipina Standar lokal – PFRS (IFRS-Based

atau IFRS for SME-Based) Standar lokal

8 Hong Kong Standar lokal / HFRS (IFRS-Based) Standar lokal

9 India Technical Guide on Accounting of

NPO Pedoman khusus mengacu pada standar lokal

10 Inggris Standard of Recommended

Practice (SORP) Pedoman akuntansi untuk masing-masing jenis entitas

11 Jerman Standar lokal Tidak ada penjelasan standar khusus

12 Kanada Accounting Standard for NPO atau

IFRS Standar khusus hanya menjelaskan hal khusus, hal umum mengacu standar umum

13 Malaysia Standar local Standar lokal

14 Pakistan Guideline for Accounting

NGOs/NPOs Pedoman khusus mengacu pada standar lokal

15 Rusia Regulation on Accounting (PBU

1/2008) Pedoman khusus mengacu pada standar lokal

16 Selandia Baru PBE Standard (IPSAS-Based) Standar khusus berbasis IPSAS berlaku mulai 2015

(10)

Penerapan Standar Akuntansi

Nirlaba

Standar nirlaba memiliki pelaporan yang

berbeda

Pendekatan yang berbeda untuk standar

akuntansi nirlaba

Standar khusus (untuk

transaksi tertentu)

Pedoman akuntansi

standar stand-alone untuk

organisasi tertentu

Tidak memerlukan standar khusus

untuk pelaporan yang berbeda

Standar khusus/ Pedoman Akuntansi:

• Penyajian laporan keuangan

• Kontribusi

• Pelaporan dimodifikasi tidak sama persis

(11)

Dana atau Aset Bersih Entitas

Nirlaba

Tidak terikat

Dana dapat digunakan untuk keperluan entitas nirlaba tanpa dibatasi oleh peraturan yang mengikat. Entitas lebih leluasa untuk melakukan pengeluaran bagi jenis kontribusi ini.

Terikat sementara

Kontribusi yang masuk dalam terikat sementara disebabkan oleh tujuan yang terbatas untuk periode tertentu. Beberapa

lembaga menggunakan batasan waktu hingga 5 tahun sebelum ditarik atau dialihkan ke jenis tidak terikat (Ruppel, 2007).

Terikat permanen

Karakteristik jenis ini mengharuskan entitas nirlaba untuk mengalokasikan ke jenis aset tertentu, menjaga secara

permanen dan membolehkan mengambil manfaat darinya, contohnya adalah wakaf. Hasil dari investasinya dapat

(12)
(13)

IPSASB

Tujuan

Meningkatkan manajemen keuangan

Meningkatkan akuntabilitas dan transparannsi

Melalui

Pelaporan keuangan dan non keuangan untuk

pemerintah dan organisasi yang terkait dengan pemerintah

Mendukung:

Kegiatan

benchmarking

pelaporan keuanganPenelitian dan pendidikan

Kegiatan

sharing knowledge

antara auditor,
(14)

Produk IPSASB

International Public Sector Accounting

Standards (IPSASs)

International Public Sector Guidelines

International Public Sector Studies

(15)

Accrual based IPSASB

IPSAS didasarkan pada IFRS disesuaikan dengan

sektor publik

Diusahakan untuk mempertahankan keaslian IFRSDitambahkan beberapa standar baru yang relevan

untuk sektor publik

Revenue from exchange transaction

Revenue from non exchange transaction

Implementasi IPSAS bersifat sukarela (voluntary)Menggunakan IPSAS Cash didorong untuk

mengungkapkan informasi akrual.

IPSAS menyarankan untuk menggunakan akrual

(16)

IPSAS

• Introduction to the International Public Sector Accounting Standards • IPSAS 1 — Presentation of Financial Statements

• IPSAS 2 — Cash Flow Statements

• IPSAS 3 — Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors • IPSAS 4 — The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates

• IPSAS 5 — Borrowing Costs

• IPSAS 6 — Consolidated and Separate Financial Statements • IPSAS 7 — Investments in Associates

• IPSAS 8 — Interests in Joint Ventures

• IPSAS 9 — Revenue from Exchange Transactions

• IPSAS 10— Financial Reporting in Hyperinflationary Economies • IPSAS 11— Construction Contracts

• IPSAS 12— Inventories • IPSAS 13— Leases

• IPSAS 14— Events After the Reporting Date

(17)

IPSAS

IPSAS 16— Investment Property

IPSAS 17— Property, Plant, and Equipment IPSAS 18— Segment Reporting

IPSAS 19— Provisions, Contingent Liabilities and Contingent

Assets

IPSAS 20— Related Party Disclosures

IPSAS 21— Impairment of Non-Cash-Generating Assets IPSAS 22— Disclosure of Information about the General

Government Sector

IPSAS 23— Revenue from Non-Exchange Transactions

(Taxes and Transfers)

IPSAS 24—Presentation of Budget Information in Financial

(18)

IPSAS

• IPSAS 26—Impairment of Cash-Generating Assets

• IPSAS 27—Agriculture

• IPSAS 28—Financial Instruments: Presentation

• IPSAS 29—Financial Instruments: Recognition and Measurement

• IPSAS 30—Financial Instruments: Disclosures

• IPSAS 31—Intangible Assets

• Introduction to the International Public Sector Accounting Standard under the Cash Basis of Accounting Cash Basis IPSAS—Financial Reporting Under the Cash Basis of Accounting

• Glossary of Defined Terms in IPSAS 1 to IPSAS 31

(19)
(20)

Standar Akuntansi Nirlaba PSAK 45

• PSAK 45 dan PSAK untuk Organisasi nirlaba

dengan akuntabilitas publik signifikan

• PSAK 45 dan SAK ETAP untuk Organisasi Nirlaba dengan akuntabilitas publiknya tidak

signifikan

PSA

(21)

PSAK 45 Organisasi Nir Laba

Mengatur pelaporan organisasi nir laba

Pengaturan untuk pengakuan, penyajian dan

pengungkapan mengikuti standar yang lain.

Internasional  IPSAS / International Public Sector

Accounting Standards.

Tujuan:

untuk mengatur pelaporan keuangan entitas nirlaba. Laporan keuangan entitas nirlaba dapat lebih mudah

(22)

Nir Laba – PSAK 45

• Perbedaan  cara organisasi memperoleh sumber daya

• Organisasi nirlaba  memperoleh sumber daya dari sumbangan anggota dan penyumbang yang tidak mengharapkan imbalan

• Ada organisasi yang mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa.

• Laporan keuangan memberikan gambara mengenai kinerja

keuangan  menyajikan terpisah aktiva terikat dan tidak terikat.

• Pertanggungjawaban manajer mengenai kemampuannya mengelola sumber daya organisasi yang diterima dari para

(23)

Lingkup PSAK 45

Laporan keuangan yang disajikan oleh organisasi nirlaba

yang memenuhi karakteristik :

Sumber daya entitas nirlaba berasal dari para

penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan

memupuk laba, dan jika entitas nirlaba menghasilkan laba tidak dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas nirlaba.

Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada entitas

bisnis, kepemilikan dalam entitas nirlaba tidak dapat dijual atau mencerminkan proporsi pembagian sumber daya saat likuidasi atau pembubaran entitas nirlaba.

Dapat diterapkan oleh lembaga pemerintah, dan unit-unit sejenis lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan

(24)

Lingkup PSAK 45

Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada

entitas bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan

dalam entitas nirlaba tidak dapat dijual,

dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan

tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian

sumber daya entitas nirlaba pada saat likuidasi

atau pembubaran entitas nirlaba.

(25)

Penerapan PSAK 45

Pernyataan ini menetapkan informasi dasar

tertentu yang disajikan dalam laporan keuangan

entitas nirlaba.

Pengaturan yang tidak diatur dalam Pernyataan

ini mengacu pada SAK, atau SAK ETAP untuk

(26)

Definisi

• Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh penyumbang agar sumber daya tersebut dipertahankan secara permanen, tetapi organisasi diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut.

• Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu.

• Sumbangan terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau temporer.

(27)

Tujuan Laporan keuangan

Tujuan utama  menyediakan informasi yang

relevan untuk memenuhi kepentingan para

penyumbang, anggota entitas nirlaba, kreditor,

dan pihak lain yang menyediakan sumber daya

bagi entitas nirlaba.

Untuk menyajikan informasi mengenai:

Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih

suatu organisasi.

Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya yang

mengubah nilai dan sifat aktiva bersih.

Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber

daya dalam satu periode dan hubungan antara keduanya.

Cara suatu organisasi mendapatkan dan membelanjakan

(28)

Laporan Keuangan Entitas Nirlaba

Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir

periuode laporan

Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan

Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan

(29)

Laporan Posisi Keuangan

Tujuan  untuk menyediakan informasi mengenai aset,

liabilitas, serta aset neto dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu.

Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan

bersama pengungkapan dan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak-pihak lain untuk menilai:

kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara

berkelanjutan dan

likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk

memenuhi kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal.

Laporan posisi keuangan mencakup entitas nirlaba secara

(30)

Informasi Likuiditas

menyajikan aset berdasarkan urutan likuiditas,

dan liabilitas berdasarkan tanggal jatuh tempo;

mengelompokkan aset ke dalam lancar dan tidak

lancar, dan liabilitas ke dalam jangka pendek dan

jangka panjang;

mengungkapkan informasi mengenai likuiditas

(31)

Klasifikasi Aset Neto

Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah

masing-masing kelompok aset neto berdasarkan

ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang,

yaitu: terikat secara permanen, terikat secara

temporer, dan tidak terikat.

Informasi mengenai sifat dan jumlah dari

pembatasan permanen atau temporer

(32)

Tujuan Laporan Aktivitas

• Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai :

– pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva bersih,

– hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain,

– bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa,

• Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota

organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk:

– mengevaluasi kinerja dalam suatu periode,

– menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan memberikan jasa,

(33)

Laporan Aktivitas

Laporan aktivitas mencakup organisasi secara

keseluruhan dan menyajikan perubahan jumlah aktiva

bersih selama suatu periode.

Perubahan aktiva bersih dalam laporan aktivitas

tercermin pada aktiva bersih atau ekuitas dalam

laporan posisi keuangan.

Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva

bersih terikat permanen, terikat temporer, dan tidak

terikat dalam suatu periode.

Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan

(34)

Klasifikasi

Laporan aktivitas menyajikan:

– pendapatan sebagai penambah aset neto tidak terikat

– beban sebagai pengurang aset neto tidak terikat.

Sumbangan disajikan sebagai penambah aset

neto tidak terikat, terikat permanen, atau terikat

temporer, bergantung pada ada tidaknya

pembatasan. Sumbangan terikat yang

pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode

yang sama, dapat disajikan sebagai sumbangan

tidak terikat  disajikan secara konsisten dan

diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.

Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan

kerugian yang diakui dari investasi dan aset lain

(atau liabilitas) sebagai penambah atau

(35)

Informasi Pemberian Jasa

Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan

harus menyajikan informasi mengenai beban menurut

klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok

program jasa utama dan aktivitas pendukung.

Dianjurkan untuk menyajikan informasi tambahan

mengenai beban menurut sifatnya.

Program pemberian jasa merupakan aktivitas untuk

menyediakan barang dan jasa kepada para penerima

manfaat, pelanggan, atau anggota dalam rangka

mencapai tujuan atau misi entitas nirlaba.

(36)

Laporan Arus Kas

• Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi

mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode.

• Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas dengan tambahan berikut ini:

– Aktivitas pendanaan:

• penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang.

• penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan,

pembangunan dan pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment).

• bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.

– Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan

(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)

Laporan Pendapata

n dan Beban dan Perubahan Aset Neto

(43)

Laporan Pendapata

n dan Beban dan Perubahan Aset Neto

(44)
(45)

Laporan Arus Kas

(46)

Laporan Arus Kas

(47)

Laporan Arus Kas

(48)

Laporan Arus Kas

(49)

ILUSTRASI

(50)

Bentuk-Bentuk Organisasi Nirlaba

Organisasi nirlaba

Yayasan

Lembaga Swadaya MasyarakatOrganisasi masa dan politik

Instansi Pemerintah atau bagian dari instansi

pemerintah.

Lembaga independen non pemerintah: Otoritas

Jasa Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan,

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Badan

Penyelenggara Ibadah Haji

Badan Layanan Umum dan BLU Daerah  rumah

(51)

Organisasi Nirlaba

Organisasi nirlaba menggunakan PSAK atau SAK ETAP dengan pelaporan menggunakan PSAK 45.

Organisasi nirlaba dengan akuntabilitas publik signifikan

menggunakan PSAK, jika akuntabilitas publik tidak signifikan menggunakan SAK ETAP.

Walaupun menggunakan PSAK karena kompleksitas transaksi dan akunnya relatif sederhana  tidak ada masalah

Karakteristik bentuk organisasi ini karena tidak ada kekayaan yang dimiliki organisasi sehingga ekuitasnya berupa aset

bersih.

Untuk pemisahan dana terikat dan tidak terikat bukan keharusan tergantung dari karakteristik organisasinya.

Beberapa organisasi tertentu memiliki pengaturan baku dari regulator misalnya: organisasi partai politik  memiliki

(52)

Pelaporan Yayasan

• Menurut Undang-Undang (UU) No 16 tahun 2001 tentang Yayasan, yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas

kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan

kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.

• Walaupun memiliki pembina, pengurus, dan pengawas, namun ketiganya tidak bertindak sebagai pemilik sehingga tidak boleh ada pembagian hasil usaha kegiatan kepada ketiga pihak

tersebut.

• Pengurus yayasan memiliki kewajiban untuk menyusun laporan secara tertulis yang memuat sekurang-kurangnya

laporan keadaan dan kegiatan yayasan dan laporan keuangan.

• Laporan keuangan terdiri atas Laporan Posisi Keuangan pada akhir periode, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan

(53)

Pelaporan Yayasan

• Yayasan yang wajib diaudit menurut UU No. 28 tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 16 tahun 2001 adalah yayasan yang menerima bantuan negara, luar negeri, atau pihak lain sebesar lebih dari 500 juta atau memiliki aset di luar harta wakaf lebih dari 20 milyar.

• Yayasan tersebut harus menyusun laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku dan ikhtisar laporan tersebut harus diumumkan dalam surat kabar.

• Hasil audit disampaikan kepada pembina yayasan dan ditembuskan kepada menteri dan instansi terkait.

• Undang-Undang Pajak Penghasilan menempatkan yayasan sebagai salah satu bentuk badan yang merupakan subjek pajak.

• Atas surplus yayasan dikenakan pajak penghasilan.

• Namun, khusus untuk yayasan pendidikan, jika hasil usaha digunakan untuk melakukan investasi, maka surplus tersebut tidak dikenakan pajak. Untuk tujuan ini yayasan wajib menyampaikan surat

(54)

Akuntansi Yayasan

Mengikuti ketentuan dalam PSAK 45 dalam pelaporan dan

SAK ETAP atau PSAK tergantung akuntabilitasnya.

Pengurus dan anggota tidak berhak atas ekuitas yayasan

sehinggaa ekuitas yayasan disebut aset bersih.

Aset bersih dikategorikan aset neto tidak terikat, terikat

temporer dan tidak terikat.

Laporan keuangan: laporan aktivitas, laporan posisi

keuangan (neraca), laporan perubahan aset neto, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Jika dalam yayasan tersebut tidak ada pemisahan aset neto

karena semua tidak terikat maka dapat disajikan hanya aset neto.

(55)

Organisasi Kemasyarakatan

(ORMAS)

• Organisasi kemasyarakatan (Ormas) merupakan entitas nirlaba.

• Menurut UU 17 tahun 2013, Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak,

kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam

pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

• Ormas dapat berbentuk badan hukum atau berbasis keanggotaan.

• Jika berbadan hukum dapat berbentuk yayasan dan perkumpulan.

• Ormas dalam Anggaran Dasar (AD) dan/atau Anggaran Rumah Tangga (ART) wajib mengatur pengelolaan keuangan organisasi. Keuangan ormas dapat bersumber dari iuran anggota, sumbangan masyarakat, hasil usaha ormas, bantuan atau sumbangan asing, kegiatan lain yang sah menurut hukum dan APBN/APBD.

• Keuangan Ormas harus dikelola secara transparan dan akuntabel. Untuk pelaksanaan keuangan, ormas menggunakan rekening pada bank nasional.

• Ormas wajib membuat laporan pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan standar akuntansi secara umum dan sesuai dengan AD dan/atau ART.

(56)

Akuntansi Ormas

Mengikuti ketentuan dalam PSAK 45 dalam pelaporan dan

SAK ETAP atau PSAK tergantung akuntabilitasnya.

Pengurus dan anggota tidak berhak atas ekuitas ORMAS

sehinggaa ekuitas ORMAS disebut aset bersih.

Aset neto dikategorikan aset neto tidak terikat, terikat

temporer dan tidak terikat.

Laporan keuangan: laporan aktivitas, laporan posisi

keuangan (neraca), laporan perubahan aset neto, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Jika dalam yayasan tersebut tidak ada pemisahan aset neto

karena semua tidak terikat maka dapat disajikan hanya aset neto.

Pencatatan mengikuti jenis usaha ORMAS.

(57)
(58)

Dasar Hukum

Dasar Hukum

UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Pasal 68-69:

BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kekayaan BLU merupakan kekayaan negara/daerah yang tidak

dipisahkan.

Pembinaan keuangan BLU pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri

Keuangan dan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri teknis yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

Pembinaan keuangan BLU pemerintah daerah dilakukan oleh

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dan pembinaan teknis dilakukan oleh satuan perangkat pemerintah daerah yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kekayaan BLU merupakan kekayaan negara/daerah yang tidak

dipisahkan.

Pembinaan keuangan BLU pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri

Keuangan dan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri teknis yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

Pembinaan keuangan BLU pemerintah daerah dilakukan oleh

(59)

Dasar Hukum

Dasar Hukum

UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Pasal 68-69:

Rencana kerja dan anggaran (RKA), LK dan kinerja

BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang

tidak terpisahkan dari RKA serta laporan keuangan

dan

kinerja

kementerian

negara/Lembaga/pemerintah daerah.

Pendapatan dan belanja BLU dalam RKA tahunan

dikonsolidasikan dalam RKA kementerian negara

/lembaga/pemerintah daerah.

Pendapatan yang diperoleh BLU merupakan

pendapatan negara/daerah.

Pendapatan tersebut dapat digunakan langsung

untuk membiayai belanja BLU yang bersangkutan.

Rencana kerja dan anggaran (RKA), LK dan kinerja

BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang

tidak terpisahkan dari RKA serta laporan keuangan

dan

kinerja

kementerian

negara/Lembaga/pemerintah daerah.

Pendapatan dan belanja BLU dalam RKA tahunan

dikonsolidasikan dalam RKA kementerian negara

/lembaga/pemerintah daerah.

Pendapatan yang diperoleh BLU merupakan

pendapatan negara/daerah.

Pendapatan tersebut dapat digunakan langsung

(60)

Pengertian

Pengertian

Badan Layanan Umum (BLU) adalah

instansi di lingkungan Pemerintah yang

dibentuk untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat berupa penyediaan

barang dan/atau jasa yang dijual tanpa

mengutamakan mencari keuntungan

dan dalam melakukan kegiatannya

didasarkan pada prinsip efisiensi dan

produktivitas, yang pengelolaan

keuangannya diselenggarakan sesuai

dengan peraturan pemerintah terkait.

(Sesuai dengan PP No. 23 tahun

Badan Layanan Umum (BLU)

adalah

instansi di lingkungan Pemerintah yang

dibentuk untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat berupa penyediaan

barang dan/atau jasa yang dijual tanpa

mengutamakan mencari keuntungan

dan dalam melakukan kegiatannya

didasarkan pada prinsip efisiensi dan

produktivitas, yang pengelolaan

keuangannya diselenggarakan sesuai

dengan peraturan pemerintah terkait.

(61)

Kaidah Manajemen Keuangan Negara

Kaidah Manajemen Keuangan Negara

ORIENTASI PADA HASIL

(

Performance Based)

PROFESIONALITAS

(

Let the Managers Manage)

AKUNTABILITAS &

TRANSPARANSI

(Accountability &

Transparency)

ORIENTASI PADA HASIL

(

Performance Based)

PROFESIONALITAS

(

Let the Managers Manage)

AKUNTABILITAS &

TRANSPARANSI

(62)

Jenis BLU

Jenis BLU

BLU yang kegiatannya menyediakan barang atau

jasa meliputi rumah sakit, lembaga pendidikan,

pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain;

BLU yang kegiatannya mengelola wilayah atau

kawasan meliputi otorita pengembangan wilayah

dan kawasan ekonomi terpadu (Kapet); dan

BLU yang kegiatannya mengelola dana khusus

meliputi pengelola dana bergulir, dana UKM,

penerusan pinjaman dan tabungan pegawai.

BLU yang kegiatannya menyediakan barang atau

jasa meliputi rumah sakit, lembaga pendidikan,

pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain;

BLU yang kegiatannya mengelola wilayah atau

kawasan meliputi otorita pengembangan wilayah

dan kawasan ekonomi terpadu (Kapet); dan

(63)

Mengapa BLU

Mengapa BLU

Peningkatan Pelayanan Publik dengan

mewiraswastakan Pemerintah UU 17/2003

Unit pemerintah yang tugas pokok

memberikan pelayanan dapat menerapkan

pola pengelolaan keuangan yang fleksible

UU 1/2004

Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan

dengan penerapan praktek bisnis yang

sehat

Pengamanan Aset Negara yang dikelola.

Peningkatan Pelayanan Publik dengan

mewiraswastakan Pemerintah UU 17/2003

Unit pemerintah yang tugas pokok

memberikan pelayanan dapat menerapkan

pola pengelolaan keuangan yang fleksible

UU 1/2004

Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan

dengan penerapan praktek bisnis yang

sehat

(64)

Tujuan BLU

Tujuan BLU

Meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa.

Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan.

berdasarkan prinsip ekonomi dan

produktivitas

Penerapan praktek bisnis yang sehat.

Psl 2 PP 23/2005

Meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa.

Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan.

berdasarkan prinsip ekonomi dan

produktivitas

Penerapan praktek bisnis yang sehat.

(65)

Karakteristik BLU

Karakteristik BLU

1. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan kekayaan negara yang dipisahkan)

2. Menghasilkan barang/jasa yang seluruhnya/ sebagian dijual kepada publik

3. Tidak bertujuan mencari keuntungan (laba)

4. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas a la korporasi

5. Rencana kerja/anggaran dan pertanggung jawaban dikonsolidasikan pada instansi induk

6. Pendapatan & sumbangan dpt digunakan langsung 7. Pegawai dapat terdiri dari PNS dan Non-PNS

8. Bukan sebagai subyek pajak

1. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan kekayaan negara yang dipisahkan)

2. Menghasilkan barang/jasa yang seluruhnya/ sebagian dijual kepada publik

3. Tidak bertujuan mencari keuntungan (laba)

4. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas a la korporasi

5. Rencana kerja/anggaran dan pertanggung jawaban dikonsolidasikan pada instansi induk

6. Pendapatan & sumbangan dpt digunakan langsung

7. Pegawai dapat terdiri dari PNS dan Non-PNS

(66)

Persyaratan BLU

Persyaratan BLU

•Menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi utama yang

berhubungan dengan:

•menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan umum;

•Mengelola wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan

meningkatkan perekonomian masyarakat atau untuk layanan umum; dan/atau

•Mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat

•Bidang layanan umum yang diselenggarakan bersifat

operasional yang menghasilkan semi barang/jasa publik (quasi public goods);

•Dalam melakukan kegiatannya tidak mengutamakan pencarian keuntungan. Persyaratan substantif BLU, fungsi dasar pelayanan publik • kinerja pelayanan layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasika n menteri/pimpina n lembaga;

• kinerja keuangan satker yang bersangkutan sehat sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU. Persyarata n teknis BLU diatur oleh Kementeria

• Persyaratan administratif digunakan oleh Kementerian Keuangan untuk menentukan suatu unit pemerintah dapat diberikan status Kandidat BLU atau BLU  Penuh atau

Bertahap.

•pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat;

•pola tata kelola;

•rencana strategis bisnis ;

•laporan keuangan pokok;

•standar pelayanan minimum; dan

•laporan audit terakhir (bila telah diaudit) atau membuat pernyataan bersedia diaudit secara independen.

Persyaratan

(67)

Penetapan BLU

Penetapan BLU

Instansi/ calon BLU

Menteri Teknis/

Pimpinan Lembaga Keuangan Menteri

(68)
(69)

Perbandingan BLU & Satker lain

Perbandingan BLU & Satker lain

URAIAN SATKER BIASA (PP 23 th 2005)BLU PERJAN (UU 19/2003)BUMN

Status Hukum Tujuan Manajemen Organisasi Status SDM Sumber Pendanaan Pengelolaan Keuangan

 Badan hukum publik  BagianKementerian/L

embaga

 Kekayaan Negara

yang tidak dipisahkan Non profit • Birokrasi • Nomenklatur, struktur sesuai dengan aturan umum organisasi pemerintah PNS  Kewajiban pemerintah untuk mendanai  APBN

Badan hukum publikBagian

kementerian/lembag a

 Kekayaan Negara

yang tidak dipisahkan

Non profit oriented

Otonom ala korporasiNomenklatur &

struktur manajemen sesuai dgn Instansi

PNS dan Non PNS

 Kewajiban Pemerintah

 APBN

 Pendapatan Hasil usaha

 Badan Usaha

 kekayaan negara yang tidak

dipisahkan.

Non profit oriented

 Korporasi

 Direksi

PNS

 APBN (belanja

sesuai mekanisme APBN)

 Pendapatan Hasil Usaha/Jasa

Bukan Pengecualian Asas

Badan Hukum Privat/ kekayaan negara yang dipisahkan.

Profit oriented

• Korporasi, sangat otonom

• Nomenklatur dan struktur organisasi bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan bisnisnya

Non PNS

 pendanaan bukan kewajiban

pemerintah

 Pendapatan Hasil Usaha/Jasa

 APBN merupakan PMP

(70)

Perbandingan BLU & BUMN

Perbandingan BLU & BUMN

URAIAN Satker Biasa (PP 23 th 2005)BLU (UU 19/2003)BUMN

Anggaran Pelaksanaan Anggaran Kontribusi kepada Pemerintah Remunerasi

 Bagian dari RKA K/L

 RKA

 DiPA

 Penarikan dana dengan SPM

 Pendapatan disetor ke Kas Negara

 Tidak boleh mengelola kas

 Pengadaan brg/jasa keppres 80

 Tidak boleh mengelola utang

 Penyerahan jasa/barang dengan kas

 Tidak boleh melakukan investasi jangka pendek dan jangka panjang

Kinerja pelayanan kepada

masyarakat

• Sesuai dengan sistem

penggajian PNS

 Bagian dari RKA K/L

 RBA

 DiPA

 Penarikan dana dengan SPM

 Pendapatan digunakan lgs

 Boleh mengelola kas

 Pengadaan brg/jasa dari pendapatan boleh tidak mengikuti Keppres 80

 Boleh mengelola utang

 Penyerahan jasa/barang dengan kredit (piutang)

 Boleh melakukan

investasi jangka pendek dan jangka panjang

 Kinerja pelayanan kepada masyarakat

 Mengurangi tekanan APBN

• Berdasarkan tingkat tanggungjawab dan

Bukan merupakan RKA K/L

Rencana Kerja Perusahaan Pelaksanaan Anggaran sesuai dengan aturan perusahaan yang

berpedoman pada praktek bisnis yang sehat

Bagian laba BUMN/dividen yang disetor ke pemerintah

(71)

Perbandingan BLU & BUMN

Perbandingan BLU & BUMN

URAIAN Satker Biasa (PP 23 th 2005)BLU (UU 19/2003)BUMN

Akuntansi dan Pertanggungjawaban Pembinaan Pengawasan/ Pemeriksaan Standar Akuntansi

 Akuntansi sesuai dengan SAP

 LK merupakan bagian LK

kementerian/lembag a

• Menteri/Pimpinan Lembaga ybs

 Pengawas internal (APIP)

 Pengawas eksternal (BPK)

 SAP

 Akuntansi sesuai dengan SAK

 LK merupakan bagian LK

kementerian/lembag a

 Pembina Teknis

adalah Menteri/ Pimpinan Lembaga ybs

 Pembina Keuangan adalah Menteri Keuangan

 SPI

 APIP

 Pengawas eksternal

 Dewas

 SAK konversi SAP untuk Konsolidasi

 Akuntansi sesuai dengan SAK

 LK merupakan bukan bagian LK

kementerian/lembaga

• Pembina adalah

Menteri Negara BUMN

 SPI

 Pengawas eksternal

 Dewan Komisaris

(72)

Perencanaan dan Anggaran

Perencanaan dan Anggaran

BLU membuat rencana bisnis lima tahunan mengacu ke Renstra KL/

RPJMD

BLU membuat rencana bisnis lima tahunan mengacu ke Renstra KL/

RPJMD

BLU menyusun RBA tiap tahun berbasis kinerja, perhitungan

akuntansi biaya

BLU menyusun RBA tiap tahun berbasis kinerja, perhitungan

akuntansi biaya

RBA disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan disertai

dengan standar pelayanan minimum dan biaya dari output yang dihasilkan.

RBA disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan disertai

dengan standar pelayanan minimum dan biaya dari output yang dihasilkan.

RBA BLU merupakan bagian dari RKA KL/RKA SKPD

(73)

Dokumen Pelaksanaan dan Anggaran

Dokumen Pelaksanaan dan Anggaran

(74)

Sumber Pendapatan

Sumber Pendapatan

Penarikan dana dgn SPM

Dapat dikelola

langsung sesuai RAB Alokasi APBN

Imbalan Jasa BLU

Hibah Terikat Hasil Kerjasama

Dgn Pihak Lain

PNBP K/L

(75)

Belanja

Belanja

Pengelolaan belanja fleksibel sesuai dengan ambang batas yang

ditetapkan dalam RBA

Pengelolaan belanja fleksibel sesuai dengan ambang batas yang

ditetapkan dalam RBA

Jika melampaui ambang batas hrs mendapat persetujuan

Menkeu/kepala daerah

Jika melampaui ambang batas hrs mendapat persetujuan

Menkeu/kepala daerah

Jika terjadi kekurangan anggaran, dapat diajukan ke Menkeu/kepala

daerah

Jika terjadi kekurangan anggaran, dapat diajukan ke Menkeu/kepala

daerah

Belanja BLU dilaporkan sebagai belanja barang dan jasa di

(76)

Pengesahan SPM dan SP2D

Pengesahan SPM dan SP2D

PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BELANJA BLU YANG SUMBER DANANYA BERASAL DARI

PENDAPATAN BLU

PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BELANJA BLU YANG SUMBER DANANYA BERASAL DARI

PENDAPATAN BLUDISAHKAN PALING SEDIKITNYA

SETIAP TRIWULAN UNTUK SELURUH PENDAPATAN DAN BELANJANYA

KEPADA KPPN

DISAHKAN PALING SEDIKITNYA

SETIAP TRIWULAN UNTUK SELURUH PENDAPATAN DAN BELANJANYA

KEPADA KPPN

SIFAT SPM PENGESAHAN BLU TIDAK NIHIL

SIFAT SPM PENGESAHAN BLU TIDAK NIHIL

MENGGUNAKAN MATA ANGGARAN YANG SESUAI DENGAN PERDIRJEN PERBENDAHARAAN NO.67/PB/2007

MENGGUNAKAN MATA ANGGARAN YANG SESUAI DENGAN PERDIRJEN PERBENDAHARAAN NO.67/PB/2007

SELISIH ANTARA PENDAPATAN BLU DENGAN BELANJANYA DIAKUI

SEBAGAI KAS DIBLU (DANA LANCAR BLU)

SELISIH ANTARA PENDAPATAN BLU DENGAN BELANJANYA DIAKUI

(77)

Pengelolaan Kas Investasi

Pengelolaan Kas Investasi

(78)

Pengeloaan Piutang dan Utang

Pengeloaan Piutang dan Utang

BLU dapat memberikan piutang terkait dengan kegiatannya.

Piutang dikelola sesuai dengan praktek bisnis yang sehat

Piutang dapat dihapus secara

berjenjang sesuai dengan kewenangan.

Kewenangan penghapusan piutang

diatur oleh Menkeu/kepala daerah

PIUTA

NG

PIUTA

NG

BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan operasionalnya/perikatan

peminjaman dengan pihak lain

Utang dikelola sesuai dengan

praktek bisnis yang sehat

Utang jangka pendek untuk

belanja operasional

Utang jangka panjang untuk belanja modal

Perikatan peminjaman sesuai

dengan jenjang kewenangan yang diatur oleh Menkeu/kepala daerah

Pembayaran utang merupakan

tanggungjawab BLU

UTAN

G

(79)

Pengelolaan Barang

Pengelolaan Barang

Pengadaan barang berdasarkan prinsip efisien dan ekonomis sesuai dengan praktek bisnis yang

sehatdapat dibebaskan seluruhnya atau sebagian dari ketentuan yang berlaku bila terdapat alasan efektivitas dan efisiensi

Pengadaan barang berdasarkan prinsip efisien dan ekonomis sesuai dengan praktek bisnis yang

sehatdapat dibebaskan seluruhnya atau sebagian dari ketentuan yang berlaku bila terdapat alasan efektivitas dan efisiensi

Kewenangan pengadaan barang secara berjenjang berdasarkan nilai yang diatur oleh Menkeu/kepala daerah.

Kewenangan pengadaan barang secara berjenjang berdasarkan nilai yang diatur oleh Menkeu/kepala daerah.

Barang inventaris dapat dialihkan dan dihapuskan oleh BLU dan dilaporkan secara berkala kepada

menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah.

Barang inventaris dapat dialihkan dan dihapuskan oleh BLU dan dilaporkan secara berkala kepada

menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah.

BLU tidak dapat mengalihkan/menghapuskan Aset tetap kecuali ijin pejabat yang berwenang.

BLU tidak dapat mengalihkan/menghapuskan Aset tetap kecuali ijin pejabat yang berwenang.

Pengalihan/penghapusan aset tetap dilakukan secara berjenjang berdasarkan nilai dan jenis barang yang sesuai dengan peraturan perundangan.

Pengalihan/penghapusan aset tetap dilakukan secara berjenjang berdasarkan nilai dan jenis barang yang sesuai dengan peraturan perundangan.

Pengalihan/penghapusan aset tetap dilaporkan kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD

Pengalihan/penghapusan aset tetap dilaporkan kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD

Tanah dan bangunan disertifikat atas nama Pemerintah RI

(80)

Pengelolaan Aset BLU

Pengelolaan Aset BLU

Tanah Dan Bangunan Disertifikasi Atas Nama Pemerintah RI/Pemerintah

Daerah

Tanah Dan Bangunan Disertifikasi Atas Nama Pemerintah RI/Pemerintah

Daerah

Aset BlU Dicatat Dan Dilaporkan Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan

Aset BlU Dicatat Dan Dilaporkan Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan

Blu Sepanjang Belum Memiliki Sistem Pencatatan Aset Dapat Menggunakan Simakbmn dengan Melakukan

Penyusutan

Blu Sepanjang Belum Memiliki Sistem Pencatatan Aset Dapat Menggunakan Simakbmn dengan Melakukan

Penyusutan

Nilai Aset Tetap Dalam Konsolidasi Neraca K/L Dibukukan Sebesar Nilai Yang Telah Dilakukan Penyusutan Dan Amortisasi

(81)

Pengelolaan Aset BLU

Pengelolaan Aset BLU

Menteri/Pimpinan Lembaga Sebagai Pengguna Barang Milik Negara Wajib Menyajikan Laporan Pertanggungjawaban Berupa Laporan Barang Pengguna Semester/Tahunan

Menteri/Pimpinan Lembaga Sebagai Pengguna Barang Milik Negara Wajib Menyajikan Laporan Pertanggungjawaban Berupa Laporan Barang Pengguna Semester/Tahunan

BMN Yang Dikelola Oleh BLU Merupakan Bagian Dari BMN Kementerian Negara/Lembaga Yang Akan Dikonsolidasikan Menjadi BMN Kementerian Negara/Lembaga

BMN Yang Dikelola Oleh BLU Merupakan Bagian Dari BMN Kementerian Negara/Lembaga Yang Akan Dikonsolidasikan Menjadi BMN Kementerian Negara/Lembaga

Satuan Kerja BLU Dapat Menggunakan SABMN Dalam Menyusun Laporan Pertanggungjawaban BMN Satker BLU

Satuan Kerja BLU Dapat Menggunakan SABMN Dalam Menyusun Laporan Pertanggungjawaban BMN Satker BLU

Barang Inventaris BLU Dapat Dialihkan Dan/Atau Dihapuskan Kepada Pihak Lain Dengan Cara Dijual, Dipertukarkan, Dihibahkan Berdasarkan Pertimbangan

Ekonomis Dan Dilaporkan Secara Berkala Kepada K/L

Barang Inventaris BLU Dapat Dialihkan Dan/Atau Dihapuskan Kepada Pihak Lain Dengan Cara Dijual, Dipertukarkan, Dihibahkan Berdasarkan Pertimbangan

Ekonomis Dan Dilaporkan Secara Berkala Kepada K/L

BLU Tidak Dapat Mengalihkan/Menghapuskan Aset Tetap Kecuali Atas Persetujuan Pejabat Yang Berwenang

BLU Tidak Dapat Mengalihkan/Menghapuskan Aset Tetap Kecuali Atas Persetujuan Pejabat Yang Berwenang

Penerimaan Hasil Penjualan Barang Inventaris/Aset Tetap Merupakan Pendapatan BLU

(82)

Surplus dan Defisit

Surplus anggaran dapat digunakan untuk TA

berikutnya.

Surplus dapat disetor sebagian/seluruhnya ke

Kas Negara atas perintah Menkeu/kepala

daerah dengan mempertimbangkan likuiditas

BLU

Defisit anggaran BLU dapat diajukan

(83)

Standar Akuntansi

Standar Akuntansi

PMK76/PMK.05/2013

(1) BLU menerapkan standar akuntansi keuangan

yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi

Indonesia sesuai dengan jenis industrinya.

(2) DALAM HAL TIDAK TERDAPAT STANDAR

AKUNTANSI SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA

AYAT (1) , BLU DAPAT MENGEMBANGKAN

STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI YANG SPESIFIK

DENGAN MENGACU PADA PEDOMAN AKUNTANSI

BLU SEBAGAIMANA DITETAPKAN DALAM

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN

(84)

PSAP dan PSAK

PSAP dan PSAK

PSAP

Pernyataan Standar yang

digunakan mengatur tatacara

Pengintegrasian Laporan

Keuangan BLU dalam Laporan

Keuangan Kementerian

Negara/Lembaga

PSAK

Pernyataan Standar yang

digunakan untuk menyusun

Laporan Keuangan BLU (PSAK

45) yang selanjutnya

(85)

PSAP (PP 71/2010 lampiran 1) dan PSAK

PSAP (PP 71/2010 lampiran 1) dan PSAK

URAIAN SAP SAK PERLAKUAN DALAM LK K/L

PENDAPATAN LO Basis Akrual Basis Akrual Disajikan dalam LO Beban Basis Akrual Basis Akrual Disajikan dalam LO PENDAPATAN

LRA Basis Kas Basis Akrual Disajikan dalam LRA Belanja Basis Kas Basis Akrual Disajikan dalam LRA PENYUSUTAN

DAN AMORTISASI

Diakui Diakui dan

diterapkan Masuk dalam Neraca K/L mulai 2014 ASET Akrual Akrual Dibukukan dalam LK K/L

sebelum disusutkan (harga perolehan)

LAPORAN LRA

NERACA LO Prbhn. Ekuitas

CaLK

LO NERACA

LAK CaLK

Konversi kecuali Neraca, dan LAK tidak

(86)

Posisi LK BLU dalam LKPP

Posisi LK BLU dalam LKPP

Transaksi

Keuangan

LK – K/L Konsolidasi

Lampiran

Pertanggungjawaban Konsolidasian

PP No.23 UU No. 1/2004PP No.8

LO Neraca

LAK CaLK LRA

Neraca CaLK

LRA Neraca

CaLK

Standar Akuntansi

SAP SAP

Standar Akuntansi

(87)

Laporan Keuangan BLU berdasarkan SAK

Laporan Keuangan BLU berdasarkan SAK

Laporan Realisasi

Anggaran/Laporan

Operasional;

Laporan Realisasi

Anggaran/Laporan

Operasional;

Neraca;

Neraca;

Laporan Arus Kas;

Laporan Arus Kas;

(88)

Rekonsiliasi

Rekonsiliasi

BLU melakukan

rekonsiliasi atas

(89)

Penyampaian Laporan Keuangan

Penyampaian Laporan Keuangan

1. Laporan keuangan disampaikan secara berjenjang kepada menteri/pimpinan lembaga kepada menteri keuangan c.q Direktur Jenderal Perbendaharaan setiap triwulan, semester, dan tahun

2. Laporan triwulan terdiri dari LRA/LO, LAK, CALK dan laporan kinerja

3. Laporan semesteran, tahunan LRA/LO, LAK, neraca, CALK dan laporan kinerja

4. Penyampaian laporan keuangan :

Triwulanan paling lambat tgl 15 setelah triwulan berakhirSemesteran palin lambat tgl 10 setelah semester berakhirTahuan paling lambat tgl 20 setelah tahun berakhir

Apabila tgl tersebut hari libur paling lambat disampaikan

(90)

Akuntansi dan Pelaporan BLU - 1

Akuntansi dan Pelaporan BLU - 1

Laporan Keuangan unit BLU dikonsolidasikan dan menjadi

lampiran LK BLU

Laporan Keuangan unit BLU dikonsolidasikan dan menjadi

lampiran LK BLU

Laporan Keuangan tersebut disampaikan kepada

Menteri/Pimpinan

Lembaga/Kepala Daerah paling lambat 1 bulan setelah periode

pelaporan berakhir

Laporan Keuangan tersebut disampaikan kepada

Menteri/Pimpinan

Lembaga/Kepala Daerah paling lambat 1 bulan setelah periode

pelaporan berakhir

LK BLU dikonsolidasikan dalam Laporan Keuangan K/L dan

dilakukan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan

LK BLU dikonsolidasikan dalam Laporan Keuangan K/L dan

dilakukan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan

LK dan Lapoaran Kinerja BLU merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dalam LK dan Kinerja K/L.

LK dan Lapoaran Kinerja BLU merupakan bagian yang tidak

(91)

Akuntansi dan Pelaporan BLU - 2

Akuntansi dan Pelaporan BLU - 2

BLU menyelenggaran akuntansi sesuai dengan SAK yang diterbitkan

asosiasi profesi akuntansi Indonesia.

BLU menyelenggaran akuntansi sesuai dengan SAK yang diterbitkan

asosiasi profesi akuntansi Indonesia.

Jika tidak ada standar akuntasi, dapat menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik

setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan

Jika tidak ada standar akuntasi, dapat menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik

setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan

Laporan Keuangan terdiri dari LRA, Neraca, LAK dan CaLK disertai

laporan kinerja.

Laporan Keuangan terdiri dari LRA, Neraca, LAK dan CaLK disertai

laporan kinerja.

Laporan keuangan tersebut disampaikan kepada

menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah secara berkala

Laporan keuangan tersebut disampaikan kepada

menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah secara berkala

LK tersebut menjadi bagian dari LK kementerian/ lembaga/pemerintah

daerah.

LK tersebut menjadi bagian dari LK kementerian/ lembaga/pemerintah

daerah.

LK sebagai LPJ BLU diaudit oleh auditor eksternal.

(92)

Akuntansi dan Pelaporan BLU

Akuntansi dan Pelaporan BLU

LAP. KEU BLU

LAP. KEU

BLU LAP. KEULAP. KEUK/LK/L

Lampiran/ Dikonsolidasikan

Laporan Keuangan BLU yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan menjadi lampiran Laporan Keuangan

Kementerian Negara/Lembaga. (PASAL 2 PERDIRJEN 67/PB/2007)

BLU selaku pengelola kekayaan negara yang tidak dipisahkan

adalah entitas akuntansi dan wajib menyusun laporan keuangan yang disusun berdasarkan Stándar Akuntansi

Pemerintahan.

(93)

Laporan Keuangan BLU –

Konsolidasi KL

Laporan Keuangan BLU –

Konsolidasi KL

Laporan Keuangan BLU merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan

kementerian negara/lembaga

Dalam rangka konsolidasi LK BLU dengan LK

kementerian lembaga BLU menyampaikan laporan

sesuai SAP setiap Semester dan tahunan

Laporan tersebut adalah LRA, Neraca, Calk

dilampiri LK sesuai SAK/standar akuntansi industri

spesifik

Tata cara konsolodasi sesuai pedirjen

(94)

Konversi

Konversi

COA - BLU

S ta n d a r A k u n ta n s i K e u a n g a n

Pendapatan - Belanja Akrual

Kas

(Operasional )

N e r a c a

Kas,Piutang,Persediaan, AT, Investasi, Utang Depresiasi, Bad Debt, Tax

Aktiva Bersih SPM Pengesahan Memo Penyesuaian S ta n d a r A k u n ta n s i P e m e ri n ta h

Pendapatan - Belanja Akrual

Kas (Operasional) COA – PMK 91

K O N V E R S I

K

P

P

N

P e n y a m p a ia n

N e r a c a

Kas,Piutang,Persediaan, AT, Investasi, Utang Depresiasi, Bad Debt, Tax

(95)

Sistem Akuntansi BLU

Sistem Akuntansi BLU

Sistem Akuntansi BLU dapat menghasilkan laporan Keuangan

Berdasarkan SAK

Sistem Akuntansi BLU dapat menghasilkan laporan Keuangan

Berdasarkan SAK

Sistem Akuntansi BLU dapat menghasilkan Laporan keuangan

untuk tujuan Konsolidasi

Sistem Akuntansi BLU dapat menghasilkan Laporan keuangan

untuk tujuan Konsolidasi

Sistem Akuntansi BLU dapat menghasilkan ADK yang dapat

digunakan untuk proses penggabungan di Eselon I maupun untuk Rekonsiliasi

dengan KPPN

Sistem Akuntansi BLU dapat menghasilkan ADK yang dapat

digunakan untuk proses penggabungan di Eselon I maupun untuk Rekonsiliasi

dengan KPPN

Sistem Akuntansi yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada BLU

(96)

Sistem Akuntansi BLU

Sistem Akuntansi BLU

Sistem Akuntansi Keuangan, yang

menghasilkan Laporan Keuangan Pokok untuk keperluan akuntabilitas, manajemen, dan

transparansi;

Sistem akuntansi aset tetap, yang

menghasilkan Laporan aset tetap untuk keperluan manajemen aset tetap

(97)
(98)

Sistem Akuntansi BLU

Sistem Akuntansi BLU

LRA APBN KL (PA) BLU/KPA DIPA-APBN DIPA-PEND OPR Estimasi Pendapatan PAGU Belanja Mapping SAP Pengel Pot Belanja Penerimaa n SPM Pengesahan Rekening Oprasional BLU

(99)

Pelaporan BLU

Pelaporan BLU

BLU

KPPN Dit. PPKBLU

UAPPA-E1 UAPA

Dit. APK

SAK SAP

Ringkasan,Face

Ringkasan,Face Ringkasan,Face

LK LK

LK

Ringkasan LK

LK

(100)

Standar Akuntansi BLU

Standar Akuntansi BLU

BLU menerapkan standar akuntansi keuangan yang

diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia sesuai dengan jenis industrinya.

Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi, BLU dapat

mengembangkan standar akuntansi industri yang

spesifik dengan mengacu pada pedoman akuntansi BLU sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan

Menteri Keuangan ini.

Standar akuntansi industri spesifik ditetapkan

menteri/pimpinan lembaga setelah mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan.

BLU menerapkan standar akuntansi keuangan yang

diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia sesuai dengan jenis industrinya.

Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi, BLU dapat

mengembangkan standar akuntansi industri yang

spesifik dengan mengacu pada pedoman akuntansi BLU sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan

Menteri Keuangan ini.

Standar akuntansi industri spesifik ditetapkan

menteri/pimpinan lembaga setelah mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan.

(101)

Sistem Akuntansi BLU

Sistem Akuntansi BLU

Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntansikan dan

dokumen pendukungnya dikelola secara tertib.

Periode akuntansi BLU meliputi masa 1 (satu) tahun, mulai dari

tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Sistem Akuntansi BLU terdiri dari:

sistem akuntansi keuangan, yang menghasilkan Laporan Keuangan pokok

untuk keperluan akuntabilitas, manajemen, dan transparansi;

 sistem akuntansi aset tetap, yang menghasilkan laporan aset tetap untuk keperluan manajemen aset tetap; dan

sistem akuntansi biaya, yang menghasilkan informasi biaya satuan (unit

cost) per unit layanan, pertanggungjawaban kinerja ataupun informasi lain untuk kepentingan manajerial.

BLU dapat mengembangkan sistem akuntansi lain yang

berguna untuk kepentingan

BLU mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dan

ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga.

Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntansikan dan dokumen pendukungnya dikelola secara tertib.

Periode akuntansi BLU meliputi masa 1 (satu) tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Sistem Akuntansi BLU terdiri dari:

 sistem akuntansi keuangan, yang menghasilkan Laporan Keuangan pokok untuk keperluan akuntabilitas, manajemen, dan transparansi;

 sistem akuntansi aset tetap, yang menghasilkan laporan aset tetap untuk keperluan manajemen aset tetap; dan

sistem akuntansi biaya, yang menghasilkan informasi biaya satuan (unit

cost) per unit layanan, pertanggungjawaban kinerja ataupun informasi lain untuk kepentingan manajerial.

BLU dapat mengembangkan sistem akuntansi lain yang berguna untuk kepentingan

BLU mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dan ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga.

(102)

Sistem Akuntansi Keuangan BLU

Sistem Akuntansi Keuangan BLU

Dirancang untuk menyajikan : informasi posisi keuangan blu, informasi kemampuan blu untuk memperoleh sumberdaya ekonomi dan beban dlm satu periode, informasi sumber dan penggunaan dana, informasi pelaksaan anggaran, informasi ketaatan peraturan per uu

Lap keu BLU menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan SAK

Karakteristik : basis akrual, pembukuan berpasangan, berpedoman pada prinsip

pengendalian intern sesuai praktek bisnis yang sehat

Untuk integrasi dengan Lap Keu K/L BLU

(103)

Sistem Akuntansi Aset BLU

Sistem Akuntansi Aset BLU

Sistem Akuntansi Aset Tetap minimal mampu menghasilkan : informasi

jenis,kuantitas, nilai mutasi, kondisi

aset tetap milik blu dan bukan milik blu yang ada di dalam penguasaan BLU

(104)

Sistem Akuntansi BLU

Sistem Akuntansi BLU

Sistem akuntansi keuangan BLU paling sedikit menyajikan:

informasi posisi keuangan secara akurat dan tepat waktu;

– informasi kemampuan BLU untuk memperoleh sumber daya ekonomi berikut beban yang terjadi selama suatu periode;

informasi sumber dan penggunaan dana selama suatu periode;

– informasi pelaksanaan anggaran secara akurat dan tepat waktu; dan

– informasi ketaatan pada peraturan perundang-undangan

Sistem akuntansi keuangan BLU menghasilkan Laporan Keuangan

sesuai dengan SAK/standar akuntansi industri spesifik BLU.

Sistem akuntansi keuangan BLU memiliki karakteristik antara lain

sebagai berikut:

– basis akuntansi pengelolaan keuangan BLU adalah basis akrual;

sistem akuntansi dilaksanakan dengan sistem pembukuan berpasangan; dan – sistem akuntansi BLU disusun dengan berpedoman pada prinsip pengendalian

intern sesuai praktek bisnis yang sehat.

Dalam rangka pengintegrasian Laporan Keuangan BLU dengan

Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga, BLU mengembangkan sub sistem akuntansi keuangan yang menghasilkan Laporan Keuangan sesuai SAP.

Sistem akuntansi keuangan BLU paling sedikit menyajikan:

– informasi posisi keuangan secara akurat dan tepat waktu;

informasi kemampuan BLU untuk memperoleh sumber daya ekonomi berikut beban yang terjadi selama suatu periode;

– informasi sumber dan penggunaan dana selama suatu periode;

informasi pelaksanaan anggaran secara akurat dan tepat waktu; dan – informasi ketaatan pada peraturan perundang-undangan

Sistem akuntansi keuangan BLU menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan SAK/standar akuntansi industri spesifik BLU.

Sistem akuntansi keuangan BLU memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut:

basis akuntansi pengelolaan keuangan BLU adalah basis akrual;

– sistem akuntansi dilaksanakan dengan sistem pembukuan berpasangan; dan – sistem akuntansi BLU disusun dengan berpedoman pada prinsip pengendalian

intern sesuai praktek bisnis yang sehat.

Dalam rangka pengintegrasian Laporan Keuangan BLU dengan Laporan Keuangan kement

Referensi

Dokumen terkait

Pengolahan tepung darah dengan cara penyerapan biasa dilakukan dengan menyerapkan darah ke dalam limbah industri pertanian agar proses pengeringan lebih mudah,

Saya/Kami menegaskan dan setuju bahwa saya/kami bertanggung jawab untuk memeriksa laporan rekening atau pemberitahuan lainya pada saat diterima, yang berkaitan dengan

Pendidikan di Indonesia masih berkutat pada berbagai permasalahan intern yang perlu untuk diuraikan dalam upaya mencari jawaban atas tantangan masa depan. Begitu banyaknya

Windows2. Semua aktivitas ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya.. Critical Path pada jaringan tersebut adalah A-B-C-E-I-K-H-M-N. Namun, berdasarkan analisa dengan

Penggunaan yang tercantum dalam Lembaran Data Keselamatan Bahan ini tidak mewakili kesepakatan pada kualitas bahan /. campuran atau penggunaan yang tercantum sesuai

Hasil pendugaan keterdapatan air tanah pada lintasan geolistrik G-2 di desa Nagsri, berada pada lapisan yang sama dengan pengukuran geolistrik di titik G-1 di desa Bendan yaitu

pada hadis riwayat Imam Muslim menambahkan penjelasan tentang indikasi perilaku bullying seperti sikap iri, membenci, meremehkan dan menzalimi orang lain.

mendapatkan ikan lele tersebut tinggal mengambil tanpa harus membeli, seperti penyataan salah satu responden konsumen Ikan Lele yang telah diuraikan sebelumnya. Banyaknya