• Tidak ada hasil yang ditemukan

buku petunjuk pelaksanaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "buku petunjuk pelaksanaan"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i | P a g e

KATA PENGANTAR

Penyelenggaraan kegiatan Tenaga Kerja Mandiri dengan pola Pendampingan

Kewirausahaan merupakan salah satu fungsi dari Direktorat Jendral Pembinaan

Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (Ditjen Binapenta dan PKK)

dari Program Penempatan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja. Pengembangan Keterampilan

dan Wirausaha Tenaga Kerja Mandiri merupakan salah satu kegiatan yang menunjang

Program Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan (P2B). Sasaran P2B adalah Tenaga

Kerja Rentan (masyarakat penganggur, setengah penganggur, korban PHK, calon TKI gagal

berangkat, TKI purna, TKI bermasalah, tenaga kerja muda, tenaga kerja wanita, tenaga

kerja disabilitas, tenaga kerja lansia dan keluarga miskin) untuk dibina dan dikembangkan

menjadi kader-kader wirausaha muda atau wirausaha pemula yang mandiri, produktif dan

beretos kerja tinggi, yang pada akhirnya diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja

atau lapangan usaha yang produktif dan berkelanjutan.

Dalam rangka pencapaian sasaran tersebut perlu dilakukan pembekalan

pemberdayaan masyarakat yang diharapkan bisa mengembangkan sumberdaya lokal serta

memberikan alternatif yang tepat bagi daerah dalam mengembangkan program

Pengembangan Tenaga Kerja Rentan melalui kegiatan Tenaga Kerja Mandiri dengan pola

Pendampingan Kewirausahaan. Untuk itu diperlukan panduan pelaksanaan kegiatan

Wirausaha Baru Melalui Tenaga Kerja Mandiri dengan pola Pendampingan Tahun 2017 agar

terlaksana dengan baik dan benar.

Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) ini dijadikan sebagai acuan dalam kegiatan

Wirausaha Baru Melalui Tenaga Kerja Mandiri dengan pola Pendampingan Tahun 2017 agar

dapat memberikan hasil yang maksimal.

Direktur Jenderal Binapenta & PKK

Drs. Hery Sudarmanto, MH

NIP. 19580918 198603 1 002

(3)
(4)

iii | P a g e

PERIHAL PEDOMAN / JUKLAK 1

BAB I PENDAHULUAN 3

BAB II PENDEKATAN DAN POLA PENYELENGGARAN KEGIATAN

WIRAUSAHA BARU MELALUI TENAGA KERJA MANDIRI

9

A. Pendekatan

B. Komponen Utama Kegiatan

9 10

C. Sasaran dan Lokasi Kegiatan 11

D. Pola Penyelenggaraan 13

E. Organisasi Pelaksana 15

BAB III TAHAPAN REKRUTMEN PENDAMPING TKM 17

A. Persiapan 17

B. Rekrutmen dan Seleksi 19

C. Pembekalan Pendamping TKM dan Kontrak Kerja 26

BAB IV TAHAPAN PELAKSANAAN WIRAUSAHA BARU MELALUI TKM 41

A. Sosialisasi dan Identifikasi Usaha 41

B. Pembentukan Kelompok 46

C. Perencanaan Usaha Tenaga Kerja Mandiri 47

D. Pendampingan 48

BAB V PENGENDALIAN 51

A. Monitoring dan Evaluasi 51

B. Pelaporan dan Publikasi 51

BAB VI PENDANAAN 55

A. Komponen Pembiayaan 55

B. Mekanisme Pencairan Dana 56

BAB VII PENUTUP 57

(5)

iv | P a g e

DAFTAR SINGKATAN

APIP Aparat Pengawasan Internal Pemerintah

BBPPK & PKK Balai Besar Pengembangan Pasar Kerja dan Perluasan Kesempatan

Kerja

BPK Badan Pemeriksa Keuangan

BPKP Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

Binapenta & PKK Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan

Kerja

DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Kegiatan

Direktorat PPKK Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja

Direktorat PTKDN Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri

Direktorat PPTKLN Direktorat Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri

JPL Jam Pelajaran

Juklak Petunjuk Pelaksanaan

KPPN Kantor Pusat Perbendaharaan Negara

P2B Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan

PHK Pemutusan Hubungan Kerja

PPA-KPH Pengurangan Pekerja Anak – Program Keluarga Harapan

TKM Tenaga Kerja Mandiri

(6)

DIREKTORAT JENDERAL

PEMBINAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA DAN

PERLUASAN KESEMPATAN KERJA

Jl. Jenderal Gatot Subroto Kaveling 51 Lantai IV Jakarta Selatan 12950, Telp. 021-52902045, Faks. 021-52902045 Homepage http://www.binapenta.go.id

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL

PEMBINAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA DAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA NOMOR KEP. 1835/PPTK & PKK/XII/2016

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN

WIRAUSAHA BARU MELALUI TENAGA KERJA MANDIRI DENGAN POLA PENDAMPINGAN TAHUN 2017

DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA DAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA

MENIMBANG : a. bahwa untuk melaksanakan Keputusan Menteri

Ketenagakerjaan Nomor 324 Tahun 2016 tentang Pemberian Bantuan Pemerintah Kepada Masyarakat, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Wirausaha Baru Melalui Tenaga Kerja Mandiri Dengan Pola Pendampingan Tahun 2017

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);

2. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

(7)

vi | P a g e

4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4445);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

8. Undang – Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2013 tentang Perluasan Kesempatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5413)

10. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423);

11. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

12. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 19);

(8)

14. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Negara dan Barang Milik Negara Bidang Ketenagakerjaan;

15. Keputusan Menteri

Ketenagakerjaan Nomor 324 Tahun 2016 tentang Pemberian Bantuan Pemerintah Kepada Masyarakat,

perlu disusun Petunjuk

Pelaksanaan Pemberian Bantuan Sarana Usaha Wirausaha Baru melalui Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri dengan Pola Pendampingan.

MEMPERHATIKAN 1. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran (DIPA) Direktorat Pengembangan Dan Perluasan Kesempatan Kerja, Ditjen Binapenta dan PKK Tahun 2017, NOMOR: SP DIPA- 026.04.1.451182/2017 Tanggal 7 Desember 2016;

2. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri, Ditjen Binapenta dan PKK Tahun 2017, NOMOR: SP DIPA- 026.04.1.500638/2017 Tanggal 7 Desember 2016;

3. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri, Ditjen Binapenta dan PKK Tahun 2017, NOMOR: SP DIPA- 026.04.1.451151/2017 Tanggal 7 Desember 2016;

4. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Balai Besar Pengembangan Pasar Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja, Ditjen Binapenta dan PKK Tahun 2017, NOMOR: SP DIPA- 026.04.2.259322/2017 Tanggal 7 Desember 2016;

MEMUTUSKAN

MEMPERHATIKAN : Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Bantuan Sarana

(9)

viii | P a g e

KESATU : Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Bantuan Sarana

Usaha Wirausaha Baru melalui Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri dengan Pola Pendampingan sebagaimana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEDUA : Petunjuk Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam

Diktum KESATU merupakan acuan dalam pelaksanaan pemberian bantuan sarana usaha wirausaha baru melalui pemberdayaan tenaga kerja mandiri dengan pola pendampingan kepada masyarakat.

KETIGA : Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada

tanggal ditetapkan.

Jakarta, 15 Desember 2016 Ditetapkan di Jakarta

Direktur Jenderal,

Drs. Hery Sudarmanto, MH

(10)

PERIHAL PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK)

etunjuk Pelaksanaan (Juklak) Wirausaha Baru Melalui Tenaga Kerja Mandiri dengan pola Pendampingan adalah panduan pelaksanaan kegiatan pengembangan keterampilan dan wirausaha tenaga kerja mandiri dengan metode pendampingan kewirausahaan. Juklak ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan tahapan kegiatan guna memberikan hasil yang maksimal sesuai dengan sa.

MENGAPA DIPERLUKAN PETUNJUK PELAKSANAAN ?

1) Untuk memberikan panduan pelaksanaan kegiatan;

2) Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan terlaksana dengan baik dan benar;

3) Untuk memberikan pemahaman agar pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan memiliki kesamaan pandangan dan pemahaman teknis pelaksanaan kegiatan.

SIAPAKAH PENGGUNA PETUNJUK PELAKSANAAN ?

NO PELAKU MANFAAT

1 Direktorat/Pengelola Program Tingkat Pusat

a. Memahami filosofi program secara utuh

b. Dasar pelaksanaan kebijakan keterampilan dan wirausaha tenaga kerja mandiri

c. Acuan dalam penilaian kinerja pelaksanaan program

2 Dinas Ketenagakerjaan Tingkat Provinsi

a. Acuan pelaksanaan kegiatan

b. Membangun koordinasi, kemitraan dan sinergi dengan stakeholder

c. Menjamin ketepatan sasaran dan penerima manfaat

3 Dinas Ketenagakerjaan Tingkat Kabupaten/Kota

a. Memahami aturan yang harus diikuti dalam pelaksanaan tahapan kegiatan

b. Mendapatkan gambaran program yang ada ditingkat kabupaten

c. Mengembangkan kontrol dalam membangun dan mengembangkan usaha tenaga kerja mandiri d. Acuan Penyusunan rencana kerja pelaksanaan

dan evaluasi kegiatan pendampingan

4 Pendamping Tenaga Kerja Mandiri

a. Acuan pelaksanaan pendampingan kewirausahaan tenaga kerja mandiri

b. Memahami tata cara pelaksanaan tenaga kerja mandiri

(11)

NO PELAKU MANFAAT

c. Acuan penyusunan rencana kerja pelaksanaan pendamping

5 Tenaga Kerja Mandiri a. Memahami tata cara pelaksanaan Tenaga Kerja Mandiri

b. Melakukan perencanaan usaha c. Membangun kemitraan dan sinergi d. Membangun jaringan kelembagaan

6 Pemangku kepentingan lainnya (CSR perusahaan)

Memahami tata kelola pelaksanaan kegiatan penciptaan wirausaha baru yang selanjutnya akan bekerjasama dalam hal kemitraan dan

pengembangan usaha

BAGAIMANA SISTEMATIKA BUKU PETUNJUK PELAKSANAAN INI?

Buku Petunjuk Pelaksanaan ini terdiri atas: Pendahuluan, Pendekatan dan Pola Penyelenggaraan Kegiatan Tenaga Kerja Mandiri, Tahapan Rekrutmen Pendamping TKM, Tahapan Pelaksanaan Pendampingan TKM, Pengendalian, Pembiayaan dan Penutup.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Program Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan (P2B, Sustainable livelihood) merupakan strategi ketiga yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 sebagai salah satu upaya pemerintah dalam menurunkan tingkat kemiskinan melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat kurang mampu sehingga taraf hidup mereka dapat terus meningkat dan berkelanjutan. Pengembangan penghidupan masyarakat miskin ini dilakukan melalui pemenuhan kelima aset penghidupan yaitu: (a) sumber daya manusia, (b) keuangan, (c) sarana dan prasarana, (d) sumber daya alam, dan (e) kohesi sosial. Pendekatan dalam P2B ini diarahkan pada fasilitasi masyarakat miskin untuk mengenali potensi diri, lingkungan, hingga mereka memiliki penghidupan yang layak. Dari kelima aset tersebut, aspek sosial, manusia, dan keuangan menjadi titik berat dalam pengembangan program ini. Hasil akhir yang diharapkan dalam program ini adalah (i) peningkatan kemampuan masyarakat miskin dalam mengisi kesempatan kerja yang tersedia, (ii) tumbuhnya kewirausahaan masyarakat miskin dengan memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang ada.

Dimulai dari tahun 2015, kegiatan Pengembangan Tenaga Kerja Rentan merupakan salah satu kegiatan di bawah payung P2B dalam upaya menanggulangi kemiskinan yang dilakukan oleh Kementerian Ketenagakerjaan melalui Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (Ditjen Binapenta dan PKK). Masih banyaknya masyarakat yang tergolong tenaga kerja rentan seperti penganggur/buruh tani, korban PHK, TKI purna dan istri nelayan yang berada di tengah siklus kemiskinan, berpendidikan rendah, dan memiliki upah yang rendah. Pengembangan tenaga kerja rentan merupakan salah satu upaya untuk memutus siklus kemiskinan dengan cara memberikan bantuan akses terhadap pengembangan tenaga kerja yang berkualitas sehingga diharapkan setiap masyarakat miskin dan rentan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mendapatkan pekerjaan atau sebagai tenaga kerja mandiri. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan, mempengaruhi satu sama lain untuk mendorong dampak kolektif tenaga kerja sehingga pada akhirnya dapat membantu mereka untuk keluar dari kemiskinan.

(13)

Kegiatan Wirausaha Baru melalui Tenaga Kerja Mandiri (TKM) dengan Pendampingan Kewirausahaan. Hal tersebut ini dimaksudkan untuk membentuk Tenaga Kerja Mandiri (TKM) sebagai bagian pelaksanaan program penciptaan lapangan kerja/lapangan usaha bagi angkatan kerja muda khususnya penganggur atau setengah penganggur untuk dibina dan dikembangkan menjadi kader-kader wirausaha baru atau pengusaha pemula yang mandiri, produktif, dan berkelanjutan melalui penguatan aspek pendampingan pemberdayaan oleh fasilitator/pendamping kewirausahaan.

Pendampingan secara intensif kepada peserta pengembangan keterampilan dan wirausaha tenaga kerja muda merupakan salah satu unsur penting dalam pengelolaan kegiatan pengembangan penghidupan berkelanjutan khususnya dalam pengembangan tenaga kerja rentan. Pendampingan ini dilakukan oleh pendamping dalam mengatasi dinamika persoalan terkait ketenagakerjaan khususnya kesempatan kerja melalui kewirausahaan. Dengan demikian, peran pendamping menjadi sangat penting selain mengawal kegiatan juga dalam membantu masyarakat miskin untuk mengidentifikasi aset-aset yang mereka miliki serta memetakan pemenuhan kebutuhannya. Pendamping juga sangat berperan dalam mengubah mental dan cara pandang masyarakat miskin dalam menghadapi persoalannya, memperluas jaringan dan meningkatkan kemitrann dengan berbagai stakeholder terkait, serta membantu masyarakat miskin dalam melakukan promosi dan negosiasi.

Pada Tahun 2017, Ditjen Binapenta & PKK melaksanakan kegiatan wirausaha baru melalui tenaga kerja mandiri dengan pola pendampingan di Provinsi, Kabupaten dan Kota dengan menargetkan sebanyak 41.340 orang wirausaha baru yang disesuaikan dengan kebutuhan dan program pengembangan tenaga kerja rentan. Kegiatan ini didampingi oleh 889 orang tenaga pendamping tenaga kerja mandiri yang berfungsi untuk mendorong wirausaha tenaga kerja mandiri ini dalam membangun, menjalankan, dan memperluas usahanya.

Kegiatan ini diharapkan akan menciptakan kader-kader wirausaha muda atau pengusaha pemula yang berkualitas, produktif dan beretos kerja tinggi, sehingga upaya perluasan kesempatan kerja melalui kegiatan Tenaga Kerja Mandiri dengan pola Pendampingan Kewirausahaan berjalan dan berkembang dalam masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan.

(14)

kegiatan agar terlaksana secara baik dan benar sebagai acuan bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini.

B. PENGERTIAN

Pengertian dan istilah yang terdapat dalam buku petunjuk pelaksanaan ini adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral seseorang sesuai dengan kebutuhan profesi melalui pendidikan dan pembekalan;

2. Tenaga Kerja Rentan adalah masyarakat penganggur, setengah penganggur, korban PHK, calon TKI gagal berangkat, TKI purna, TKI bermasalah, tenaga kerja muda, tenaga kerja wanita, tenaga kerja disabilitas, tenaga kerja lansia, keluarga miskin, dan orang tua/keluarga pekerja anak;

3. Program Tenaga Kerja Mandiri merupakan program penciptaan dan perluasan lapangan kerja melalui pendayagunaan tenaga kerja penganggur dan/atau setengah penganggur agar menjadi tenaga kerja mandiri dan wirausaha baru;

4. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang untuk mengembangkan usahanya guna memperoleh penghasilan yang lebih baik;

5. Tenaga Kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun;

6. Pendamping adalah masyarakat yang direkrut dan telah mendapat pembekalan sebagai pendamping kelompok usaha TKM sehingga mempunyai kemampuan di bidang pendampingan kewirausahaan yang bertugas membimbing dan memfasilitasi peserta kegiatan serta menyeleksi peserta kegiatan yang berhak mendapatkan bantuan pengembangan usaha dalam bentuk Kewirausahaan;

7. Pendampingan usaha adalah kegiatan membantu, mengarahkan, mendukung terhadap individu/kelompok masyarakat dalam merencanakan, merumuskan dan

melaksanakan usaha sehingga dapat berkembang secara produktif dan optimal

;

8. Bantuan Sarana Usaha adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah dan/atau

pemangku kepentingan lainnya kepada peserta kegiatan Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri sebagai upaya untuk menunjang tumbuhnya wirausaha baru.

(15)

Membentuk Tenaga Kerja Mandiri sebagai bagian pelaksanaan program penciptaan dan perluasan lapangan kerja/lapangan usaha bagi tenaga kerja rentan, angkatan kerja muda khususnya penganggur atau setengah penganggur untuk dibina dan dikembangkan menjadi calon wirausaha baru atau pengusaha pemula yang mandiri, produktif, berkelanjutan dan beretos kerja tinggi.

Tujuan

1. Memberikan panduan bagi pemangku kepentingan dalam pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri;

2. Menguatkan lembaga pelaksana ditingkat kabupaten/kota dalam rangka mendukung Program Penempatan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja yang selaras dengan program Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan (P2B);

3. Meningkatkan kualitas pendampingan kewirausahaan bagi TKM sehingga terbentuk wirausaha baru;

4. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga kerja mandiri dalam membuka dan mengembangan usaha.

D. RUANG LINGKUP

1. Ruang Lingkup Kegiatan Pendampingan :

a. Persiapan : Sosialisasi, rekruitmen, dan seleksi berdasarkan hasil pemetaan lokasi;

b. Pelaksanaan : Pembekalan dan penugasan pendamping ke lokasi kegiatan TKM; c. Pengendalian : Monitoring dan evaluasi.

2. Ruang Lingkup Kegiatan WIrausaha Baru melalui Tenaga Kerja Mandiri : a. Persiapan : Sosialisasi, rekruitmen, dan seleksi peserta kegiatan TKM; b. Pelaksanaan : Pembekalan, pelatihan dan pemberian bantuan sarana usaha; c. Pengendalian : Monitoring dan evaluasi.

E. PRINSIP DASAR

Prinsip dasar kegiatan tenaga kerja mandiri dengan pola pendampingan kewirausahaan sebagai berikut:

(16)

2. Sasaran peserta kegiatan yaitu masyarakat penganggur, setengah penganggur, korban PHK, calon TKI gagal berangkat, TKI purna, TKI bermasalah, tenaga kerja muda, tenaga kerja wanita, tenaga kerja disabilitas, tenaga kerja lansia dan keluarga miskin, orang tua pekerja anak;

3. Pendekatan pelaksanaan kegiatan dengan pola pendampingan, partisipasi dan peningkatan kapasitas;

4. Pelaksanaan kegiatan berazas pada transparansi, akuntabilitas, dan obyektifitas; 5. Pemerintah Daerah berkewajiban mendukung pengembangan usaha khususnya

dalam rangka pendampingan dan bimbingan lanjutan.

F. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

4. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2013 tentang Perluasan Kesempatan Kerja; 7. Peraturan Presiden Nomor4 tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah;

8. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang KementerianKetenagakerjaan; 9. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor: Per.13/MEN/III/2013 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Ketenagakerjaan;

(17)
(18)

BAB II

PENDEKATAN DAN POLA PENYELENGGARAAN

KEGIATAN WIRAUSAHA BARU MELALUI TENAGA KERJA MANDIRI

A. PENDEKATAN

Kegiatan wirausaha baru melalui tenaga kerja mandiri merupakan suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan menciptakan dan memperluas kesempatan kerja melalui pembimbingan dan fasilitasi untuk menumbuh kembangkan usaha ekonomi masyarakat sehingga diharapkan masyarakat bisa menciptakan lapangan kerja/lapangan usaha yang produktif dan berkelanjutan yang sasarannya adalah tenaga kerja rentan yaitu masyarakat penganggur, setengah penganggur, korban PHK, calon TKI gagal berangkat, TKI purna, TKI bermasalah, tenaga kerja muda, tenaga kerja wanita, tenaga kerja disabilitas, tenaga kerja lansia, keluarga miskin dan orang tua pekerja anak. Sedangkan kegiatan pendampingan kewirausahaan merupakan sebuah rangkaian pekerjaan yang menyiapkan tenaga pendamping yang bertujuan mempercepat proses wirausaha baru melalui tenaga kerja mandiri, dimana Tenaga Kerja Rentan tersebut akan dibina dan dikembangkan menjadi kader-kader wirausaha muda atau pengusaha pemula yang mandiri, produktif dan beretos kerja tinggi, yang pada akhirnya diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja/lapangan usaha yang produktif dan berkelanjutan.

Pemilihan dan penetapan jenis kegiatan usaha, ditetapkan dan diputuskan oleh pelaksana kegiatan di daerah berdasarkan hasil identifkasi yang cermat dan matang. Usaha yang dikembangkan harus memperhatikan: pasar, potensi yang bisa dikembangkan, kebutuhan modal, penyerapan tenaga kerja, kandungan teknologi, ramah lingkungan dan juga berbasis komoditas unggulan daerah. Oleh karena itu hasil identifikasi potensi dan peluang pasar merupakan salah satu informasi atau rujukan yang perlu dipertimbangkan dan diperhatikan, sehingga ketetapan dan keputusan setiap jenis kegiatan usaha telah mempertimbangkan segala aspek.

Jenis usaha yang dikembangkan, meliputi sektor:

 Maritim, antara lain pengelolaan hasil laut seperti budidaya ikan, pengolahan ikan,

rumput laut dan garam, dan kegiatan sejenis lainnya;

 Jasa, antara lain salon, bengkel, menjahit, bordir, perdagangan dan pencucian

kendaraan, dan kegiatan sejenis lainnya;

 Industri kreatif, antara lain anyaman, ukiran, souvenir, sablon, fashion, kuliner,

(19)

 Pertanian/Peternakan/Perikanan, antara lain budidaya, pupuk organik, pengolahan

hasil pertanian, pengolahan pakan dan sarana produksi, dan kegiatan sejenis lainnya.

Gambar 2. Jenis Usaha yang dapat Dikembangkan

B. KOMPONEN UTAMA KEGIATAN

1. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan teknis kepada para peserta Tenaga Kerja Mandiri. Pengetahuan meliputi hal-hal yang bersifat manajerial seperti kewirausahaan, manajemen keuangan, manajemen pemasaran, model usaha secara berkelompok, pembentukan kelembagaan usaha, dll. Sementara itu, ketrampilan teknis berupa teori dan praktek sesuai dengan teknis kegiatan / usaha yang akan dilaksanakan.

(20)

3. Pendampingan TKM, memberikan bimbingan dan solusi dari berbagai kendala yang dihadapi peserta pasca pelatihan.

C. SASARAN DAN LOKASI KEGIATAN

1. Sasaran Kegiatan Pendamping Tenaga Kerja Mandiri a. Peserta Kegiatan

Diutamakan yang memiliki pengalaman pendampingan, memiliki usaha, yang mempunyai minat untuk memotivasi dan menggerakkan masyarakat menjadi wirausaha tenaga kerja muda. Para pendamping bertugas memfasilitasi kegiatan usaha yang akan dan sedang dirintis oleh kelompok sasaran.

b. Lokasi Penugasan

Lokasi penugasan pendamping di Kabupaten/Kota yang menjadi wilayah pelaksanaan kegiatan Pendampingan Kewirausahaan yang dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

2. Sasaran Kegiatan Pengembangan Tenaga Kerja Rentan (khusus) terdiri dari: a. Korban PHK

Tenaga kerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja dan dibuktikan dengan surat keterangan dari perusahaan tempat bekerja dan surat keterangan dari RT/RW yang menyatakan orang tersebut benar tidak bekerja.

b. Keluarga Miskin

Keluarga yang berpenghasilan kurang dari Rp. 750.000,- per bulan (berdasarkan kriteria BPS dan BKKBN) dibuktikan dengan surat keterangan tidak mampu dari Kelurahan

c. TKI Purna

TKI yang masih menganggur atau setengah menganggur maksimal 3 (tiga) tahun sejak kepulangannya ke Indonesia, ditandai dengan stempel imigrasi kepulangan di pasport atau surat keterangan dari RT/RW setempat

d. TKI Bermasalah

TKI yang dipulangkan dari negara penempatan dikarenakan melanggar hukum dan tidak diperbolehkan bekerja kembali

e. Calon TKI Gagal Berangkat

(21)

f. Tenaga Kerja Muda

Usia 15-29 tahun (lulusan SMU/SMK/Pesantren/sederajat dan masyarakat putus sekolah)

g. Tenaga Kerja Wanita

Tenaga kerja wanita dalam kondisi khusus sehingga rentan terhadap permasalahan sosial, hukum / warga binaan (pengguna psikotropika, tuna susila dan narapidana)

h. Tenaga Kerja Disabilitas

Tenaga kerja yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental dan / atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan, mengalami hambatan dan kesulitan untuk berprestasi secara penuh dan efektif dengan warga lainnya berdasarkan kesamaan hak.

i. Tenaga Kerja Lansia

Tenaga kerja penduduk/seseorang yang telah mencapai usia 59 - 64 tahun yang masih mampu dan produktif untuk melakukan pekerjaan.

j. Orang Tua Pekerja Anak

Adalah Bapak dan Ibu atau wali dari pekerja anak penerima manfaat PPA-KPH (Pengurangan Pekerja Anak dalam rangka mendukung Program Keluarga Harapan)

Ketepatan sasaran merupakan hal penting di dalam menjamin tercapainya target pengurangan pengangguran dan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat kurang mampu, terjadinya mistargeting antara lain diawali adanya kelonggaran di dalam menetapkan sasaran dan kurang cermatnya identifikasi dan seleksi sasaran.

3. Target Lokasi Kegiatan

a. Lokasi dengan tingkat pengangguran tinggi; daerah dengan keluarga miskin terbanyak; kantong TKI, kecamatan yang ditetapkan sebagai lokasi Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan (P2B); lokasi daerah perbatasan/kabupaten/kota terluar;

b. Mempunyai sumber daya alam yang belum terolah secara optimal; seperti ketersediaan air, bahan baku uggulan yang dapat diolah,lahan/tempat serta peralatan yang mendukung untuk berproduksi;

(22)

d. Provinsi/Kabupaten/Kota yang memiliki kinerja baik pada Tahun 2016 (realisasi diatas 90 %).

Apabila pada lokasi yang sama terdapat kegiatan yang didanai oleh desa atau yang didanai oleh sektor lain maka kegiatan Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja harus bersinergi atau mendukung kegiatan-kegiatan pemberdayaan lainnya yang ada di desa/lokasi yang sama tersebut.

Gambar 3. Lokasi Kegiatan

D. POLA PENYELENGGARAAN

Pelaksanaan Kegiatan Wirausaha Baru melalui Tenaga Kerja Mandiri dengan Pola Pendampingan Tahun 2017 dilakukan secara sistematis, sistematik dan sinergis dengan melibatkan 2 (dua) unsur pelaksanaan, yaitu Pelaksana Pusat adalah Ditjen Binapenta & PKK dan Pelaksana Daerah yang meliputi dinas yang membidangi urusan ketenagakerjaan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

1. Pelaksana Pusat Ditjen Binapenta dan PKK

(23)

2. Dinas yang membidangi ketenagakerjaan provinsi

Dinas yang membidangi ketenagakerjaan provinsi melaksanakan tugas-tugas teknis administratif, mulai dari tahapan sosialisasi, seleksi, penetapan peserta calon pendamping, pembinaan, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan kegiatan. Dalam pelaksanaan tugas ini, dinas yang membidangi ketenagakerjaan Provinsi berkoordinasi dengan dinas yang membidangi ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota; 3. Dinas yang membidangi ketenagakerjaan kabupaten/kota

Dinas yang membidangi ketenagakerjaan kabupaten/kota berperan dalam proses perekrutan calon pendamping, dan menyampaikan daftar nama peserta calon pendamping yang akan mengikuti seleksi tertulis di dinas yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di tingkat provinsi.

Berdasarkan target sasaran maka unit kerja ditingkat pusat memiliki lingkup dan target kegiatan terdiri dari;

Wirausaha melalui Tenaga Kerja Mandiri untuk Tenaga Kerja Muda, Wanita, Lansia dan Difabel

2.

Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja (Dit. PPKK)

Wirausaha melalui Tenaga Kerja Mandiri untuk TKI Purna dan Keluarga miskin (berdasarkan kriteria BPS dan BKKBN)

3.

Direktorat Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri (Dit. PTKLN)

Wirausaha melalui Tenaga Kerja Mandiri untuk TKI Bermasalah

4. BBPPK & PKK Lembang

(24)

E. ORGANISASI PELAKSANA

Organisasi Tata Kelola kegiatan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4. Organisasi Tata Kelola

Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing struktur sebagai berikut;

NO STRUKTUR TUGAS

1 Pelaksana Pusat Ditjen Binapenta dan PKK

a. Menyiapkan program, anggaran, pedoman b. Sosialisasi program ditingkat provinsi c. Seleksi Pendamping TKM

d. Pembekalan pendamping dan kontrak kerja e. Monitoring dan evaluasi, pembinaan f. Pelaporan kegiatan.

2 Dinas yang membidangi ketenagakerjaan provinsi

a. Sosialisasi program tingkat desa

b. Seleksi dan penetapan peserta calon pendamping

(25)

3 Dinas yang membidangi ketenagakerjaan kabupaten/kota

a. Mengumumkan penerimaan Pendamping TKM b. Perekrutan calon pendamping

c. Menyampaikan daftar nama peserta calon pendamping yang akan mengikuti seleksi tertulis

d. Pembinaan, monitoring dan evaluasi e. Pelaporan kegiatan

4 Pendamping TKM a. Mengidentifikasi calon TKM

b. Menyampaikan daftar nama calon TKM c. Melakukan pembentukan kelompok d. Melakukan perencanaan usaha

e. Melakukan pendampingan sesuai kontrak kerja

5 Tenaga Kerja Mandiri a.Bersama anggota kelompok menyusun rencana usaha

b.Bersama anggota kelompok mengidentifikasi kebutuhan usaha

(26)

BAB III

TAHAPAN REKRUTMEN PENDAMPING TENAGA KERJA MANDIRI

A. PERSIAPAN

Kegiatan pendampingan pengembangan keterampilan dan wirausaha tenaga kerja mandiri merupakan kegiatan yang dijalankan secara terencana agar hasilnya dapat diukur dengan mengacu pada tahapan pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan. Mekanisme pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan

Dalam tahap persiapan ini, ada 2 (dua) langkah yang perlu dilaksanakan, yaitu:

a. Perencanaan Wilayah Penugasan Pendamping

Perencanaan wilayah penugasan pendamping merupakan tahapan awal dan merupakan aspek yang penting untuk mengukur keberhasilan program. Perencanaan wilayah penugasan ini didasarkan lokasi dengan tingkat pengangguran tinggi; daerah dengan keluarga miskin terbanyak; kantong TKI, kecamatan yang ditetapkan sebagai lokasi Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan (P2B); lokasi daerah perbatasan/kabupaten/kota terluar;

Persipan pelaksanaan

(mapping pendamping dan TKM)

Sosialisasi kegiatan pendampingan

kewirausahaan kepada pelaksana provinsi dan kabupaten/kota

Proses rekrutmen dan seleksi calon pendamping TKM

Penguatan kapasitas pendamping (Pelatihan) dan kontrak kerja

(27)

Data ini kemudian diintegrasikan dengan memperhatikan saran-saran dari kelompok pemangku kepentingan lainnya. Hasil analisis data tersebut dituangkan dalam bentuk pemetaan wilayah secara lengkap yang memuat lokasi dan kelompok masyarakat yang membutuhkan pendampingan. Hasil pemetaan ini selanjutnya digunakan sebagai dasar penentuan lokasi dan kuota pendamping yang akan ditugaskan ke setiap kecamatan di Kabupaten/Kota. Penetapan kuota dan wilayah penugasan pendamping pada tingkat Kabupaten/kota merupakan tanggungjawab Ditjen Binapenta dan PKK sebagai pelaksana kegiatan Pusat.

Berdasarkan analisis terhadap data-data yang ada, telah dilakukan penetapan kuota dan wilayah penugasan pendamping pada tingkat Kabupaten/Kota sebagai berikut:

Tabel 3.1. Penetapan Kuota Pendamping

No. Wilayah Jumlah

Keterangan: Perincian kuota tenaga pendamping berdasarkan nama Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat dilihat pada Lampiran

Berdasarkan tabel di atas dapat dihitung bahwa rata-rata setiap Kabupaten/Kota mendapatkan kuota sebanyak 2-3 orang pendamping. Berdasarkan data tersebut, selanjutnya pelaksana tingkat Kabupaten/Kota kemudian menetapkan sebaran lokasi penugasan pendamping di setiap Desa/Kelurahaan di Kecamatan yang telah ditentukan (sesuai maping lokasi sasaran kegiatan tenaga kerja mandiri).

b. Sosialisasi Program

(28)

pelaksana Propinsi dan Kabupaten/Kota. Selanjutnya pelaksana Kabupaten/Kota mengumumkan kepada masyarakat, mengenai kegiatan tersebut sebelum melakukan proses rekrutmen calon pendamping. Kegiatan sosialisasi ini dapat juga dilakukan melalui kerjasama antara Pelaksana Program sebagai sarana untuk mematangkan perencanaan kegiatan.

Agar dapat mencapai sasarannya secara lebih efektif, proses sosialisasi program kepada masyarakat dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi ketenagakerjaan provinsi/kabupaten/kota dengan mengoptimalkan media yang ada, seperti papan pengumuman di kantor pemda, kantor Dinas yang menangani ketenagakerjaan, media massa, media elektronik, website Pemda/Dinas terkait, sosial media, dsb.

Adapun alur sosialisasi adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2. Alur Sosialisasi Kegiatan

B. REKRUTMEN DAN SELEKSI

Rekrutmen dan seleksi bertujuan untuk memilih calon pendamping yang terbaik, sesuai dengan persyaratan/kriteria yang ditetapkan. Untuk memastikan bahwa proses rekrutmen dan seleksi berjalan secara sistematis, transparan, jujur dan adil, pelaksana di tingkat provinsi dan kabupaten/kota perlu memperhatikan hal-hal berikut:

1. Proses perekrutmen dilaksanakan oleh dinas kabupaten/kota yang membidangi ketenagakerjaan;

2. Proses seleksi dilaksanakan oleh Tim seleksi yang terdiri dari Psikolog, Ditjen Binapenta dan PKK dan Dinas Ketenagakerjaan Provinsi;

(29)

3. Biaya Rekrutmen dan seleksi sepenuhnya sudah dianggarkan dalam dana APBN Ditjen Binapenta dan PKKTahun 2017. Dengan demikian, pelaksana provinsi dan kabupaten/kota dilarang memungut biaya apapun dari calon peserta dalam proses rekrutmen dan seleksi;

4. Setelah proses seleksi dilaksanakan, tim seleksi membuat berita acara hasil seleksi; 5. Setelah proses seleksi, tim seleksi memerintahkan calon peserta yang dinyatakan

lulus untuk melakukan pemeriksaan tes narkoba.

6. Peserta yang dinyatakan lulus diwajibkan membuka rekening Bank Negara Indonesia (BNI) atau bank nasional milik pemerintah.

Alur proses rekrutmen dan seleksi tenaga pendamping adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Alur Proses Rekrutmen dan Seleksi Pendamping TKM

No Kegiatan Pelaksana Keterangan

1 Pengumuman Rekrutmen Dinas

Kabupaten/Kota

2 Penerimaan dokumen Dinas Kabupaten

3 Seleksi Dokumen/

Administratif

Dinas Kabupaten 5 hari kerja. Mimilih calon yang lulus administratif. Jumlah calon maksimal 3 kali lipat dari pendamping yang akan direkrut. Dinyatakan dalam Berita Acara

4 Pengiriman Berita Acara dan berkas calon yang lulus ke Dinas Provinsi

Dinas Kabupaten 3 hari kerja

(30)

No Kegiatan Pelaksana Keterangan

6 Pelaksanaan seleksi Tim Seleksi Dilaksanakan 1 hari di ibukota provinsi

b.1. Pengumunan Rekrutmen Tenaga Pendamping

Ditjen Binapenta dan PKK Kemnaker RI sebagai Pelaksana Pusat mensosialisasikan rencana kegiatan rekrutmen tenaga pendamping kepada pelaksana Propinsi dan Kabupaten/Kota. Selanjutnya pelaksana Kabupaten/Kota mengumumkan kepada masyarakat, mengenai kegiatan tersebut sebelum melakukan proses rekrutmen calon pendamping. Kegiatan sosialisasi ini dapat juga dilakukan melalui kerjasama antara Pelaksana Program sebagai sarana untuk mematangkan perencanaan kegiatan.

Agar dapat mencapai sasarannya secara lebih efektif, proses pengumuman atau sosialisasi kegiatan ini kepada masyarakat dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi ketenagakerjaan kabupaten/kota dengan mengoptimalkan media yang ada, seperti papan pengumuman di kantor Dinas Ketenagakerjaan, kantor Pemda, media massa, media elektronik, website Pemda/Dinas terkait, sosial media, dsb.

Dalam pengumuman tersebut, hal-hal yang perlu diinformasikan adalah (Lampiran Format Pengumuman Rekrutmen Pendamping Kewirausahaan):

 Kebutuhan tenaga pendamping pada program Pengembangan Keterampilan dan

Wirausaha Tenaga Kerja Mandiri

 Persyaratan calon tenaga pendamping

 Lama penugasan/kontrak

 Tata cara mengajukan aplikasi/lamaran

 Alamat pengiriman aplikasi

 Batas waktu penerimaan aplikasi

Tenaga Pendamping Kewirausahaan memegang peranan yang sangat strategis sebagai penentu keberhasilan program Pengembangan Tenaga Kerja Rentan melalui kegiatan Pendampingan Kewirausahaan. Dengan demikian, Tenaga Pendamping Kewirausahaan diutamakan yang memenuhi kriteria/persyaratan sebagai berikut. 1. Persyaratan umum

a) Usia maksimal 40 tahun;

(31)

c) Memiliki pengalaman kewirausahaan yang relevan dengan program pendampingan dan/atau kewirausahaan; dan diutamakan yang pernah menjadi pendamping kewirausahaan Kemnaker RI

d) Berdomisili di kabupaten/kota tempat penugasan (ditunjukkan dengan KTP/SIM);

e) Tidak terikat dengan pekerjaan/kegiatan pendampingan dari instansi/pemerintah lain;

f) Dalam keadaan sehat (surat keterangan sehat);

g) Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana dan bebas narkoba; h) Tidak menuntut menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Aparatur Sipil Negara

(ASN) pusat maupun daerah;

i) Mampu menciptakan dan menjalin hubungan kemitraan;

j) Bersedia tinggal di lokasi kegiatan selama pelaksanaan kegiatan dan bersedia mendampingi 2 (dua) kelompok wirausaha atau 40 (empat puluh) orang, dan; k) Sedang dan/atau pernah memiliki usaha.

2. Persyaratan Administrasi

Surat permohonan untuk menjadi pendamping ditujukan kepada Kepala Dinas kabupaten/kota yang membidangi ketenagakerjaan dengan melampirkan

a) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP); b) Fotocopy ijazah terakhir dan dilegalisir;

c) Pasfoto berwarna ukuran 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar dan 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar;

d) Daftar riwayat hidup;

e) Surat keterangan belum bekerja f) Surat keterangan sehat;

g) Sertifikat Pendamping Kewirausahaan bagi yang memiliki.

b.2. Penerimaan Dokumen/Berkas

(32)

b.3. Seleksi Dokumen/Administratif

Tahap selanjutnya seleksi dokumen atau seleksi administratif. Tahap ini dilaksanakan oleh Dinas Kabupaten/Kota yang menangani ketenagakerjaan. Tahap ini diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu maksimal 5 (lima) hari kerja. Pada tahap ini ada 2 (dua) saringan yang dilalui. Saringan pertama adalah untuk mengetahui dokumen pelamar yang sesuai dengan persyaratan atau kriteria yang telah ditentukan. Saringan kedua adalah untuk menentukan pelamar terbaik yang akan mengikuti tahapan tes seleksi selanjutnya.

Untuk saringan pertama, seleksi dilakukan dengan pembuatan form cheklist. Pelamar yang memenuhi hampir semua persyaratan, dapat diikutkan pada saringan kedua. Walau demikian, ada beberapa persyaratan yang bersifat mandatory atau wajib dipenuhi, yaitu: (1) Umur, (2) Pendidikan, dan (3) Domisili. Artinya, jika salah satu dari ketiga persyaratan tersebut tidak dipenuhi, maka otomatis gagal. Saringan kedua dilakukan dengan memberikan pembobotan terhadap beberapa indikator yang penting. Indikator yang dinilai penting dan menjadi saringan pada tahap kedua adalah tingkat pendidikan, pengalaman kewirausahaan dan pengalaman dalam program pendampingan. Bentuk form cheklist adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3. Form Cheklist Kelengkapan Persyaratan

No Persyaratan Cheklist Keterangan

1 Usia maksimal 40 tahun

2 Pendidikan minimal D3 atau sederajat dan maksimal S1

3 Pengalaman kewirausahaan

4 Domisili di wilayah penugasan

5 Tidak terikat dengan pekerjaan atau kegiatan pendampingan dari instansi lain

Ada surat pernyataan

6 Sehat jasmani dan rohani surat keterangan

(33)

No Persyaratan Cheklist Keterangan Negara (ASN) pusat maupun daerah

Ada surat pernyataan

9 Bersedia tinggal di lokasi kegiatan selama pelaksanaan kegiatan

Ada surat pernyataan

10 Memiliki pengalaman dalam program pendampingan/pendampingan

kewirausahaan

Sertifikat (jika ada)

11 Foto copy KTP

12 Fotocopy Ijazah yang dilegalisir

13 Pasfoto berwarna ukuran 3x4 dan 4x6 masing-masing 2 lembar

14 Daftar riwayat hidup (CV)

Untuk surat pernyataan yang dibutuhkan sebagaimana yang dinyatakan oleh point 5, 7, 8, dan 9 pada form cheklist di atas, cukup dibuat dalam 1 (satu) surat pernyataan yang ditandatangani di atas materai (Lampiran Surat Pernyataan Pendamping TKM). Adapun form pembobotan indikator penting adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4. Bobot Indikator Penting

(34)

2. 1-2 tahun = 1

3. Tidak ada pengalaman = 0

3 Pengalaman Pendampingan

40

1. Di atas 2 tahun = 3

2. 1-2 tahun = 1

3. Tidak ada pengalaman = 0

Total 100

Berdasarkan seleksi administratif melalui 2 (dua) saringan tersebut, akan terpilih calon pendamping terbaik yang akan mengikuti tahapan seleksi selanjutnya. Jumlah calon pendamping yang lulus pada tahap ini adalah maksimal 3 (tiga) kali lipat dari jumlah pendamping yang dibutuhkan oleh kabupaten/kota tersebut. Misalnya kabupaten/kota tersebut membutuhkan atau mendapat kuota 3 (tiga) orang pendamping, maka jumlah calon yang lulus pada seleksi administratif ini adalah maksimal 9 (sembilan) orang.

b.4. Pengiriman Berita Acara dan Berkas Calon yang Lulus ke Dinas Provinsi

Hasil seleksi administratif ini selanjutnya dibuatkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh kepala dinas atau pejabat yang menangani proses seleksi ini serta beberapa orang saksi. Dalam waktu maksimal 3 (tiga) hari kerja, Berita Acara beserta dokumen calon pendamping yang lulus, selanjutnya harus dikirim ke Dinas provinsi yang menangani ketenagakerjaan untuk diproses lebih lanjut dalam tahap seleksi selanjutnya (Lampiran Berita Acara Hasil Seleksi Administrasi).

b.5. Pemanggilan Calon Pendamping yang Lulus Seleksi Administratif

(35)

b.6. Pelaksanaan Seleksi

Seleksi pendamping kegiatan Pengembangan Keterampilan dan Wirausaha Tenaga Kerja Mandiri Tahun 2017 akan dilaksanakan oleh Tim Seleksi yang terdiri dari psikolog, Ditjen Binapenta dan PKK dan Dinas Provinsi yang menangani ketenagakerjaan. Seleksi akan dilaksanakan dalam 1 (satu) hari di ibukota provinsi. Adapun tempat seleksi dapat dilakukan di kantor dinas atau lokasi lain yang memungkinkan.

Kegiatan seleksi akan dilaksanakan dalam bentuk psikotest dan wawancara.Panduan psikotes dan wawancara telah disiapkan oleh panitia pusat secara terpisah. Hasil seleksi selanjutnya akan dibuat dalam berita acara dan diharapkan sudah dapat diterima oleh Ditjen Binapenta dan PKK dan Dinas Provinsi yang menangani ketenagakerjaan paling lambat 1 (satu) minggu kalender setelah pelaksanaan seleksi.

Berdasarkan hasil seleksi tersebut, Dinas Provinsi yang menangani ketenagakerjaan, menyampaikan pengumuman baik melalui website Dinas, pengumuman dikantor Dinas Ketenagakerjaan kabupaten/kota maupun langsung kepada para peserta. Para peserta yang lulus diminta untuk melakukan tes bebas narkoba dari instansi yang berwenang. Hasil tes bebas narkona harus sudah diterima oleh Tim Seleksi cq Dinas provinsi yang menangani ketenagakerjaan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman kelulusan. Apabila ada peserta yang tidak lulus tes narkoba, maka peserta tersebut otomatis dinyatakan gugur dan Tim Seleksi harus memilih dari calon lain yang paling baik nilainya.

C. PEMBEKALAN PENDAMPING TENAGA KERJA MANDIRI DAN KONTRAK KERJA

c.1. Pelatihan Pendamping Tenaga Kerja Mandiri

Calon peserta yang telah dinyatakan lulus seleksi calon pendamping selanjutnya akan diundang oleh Ditjen Binapenta dan PKK untuk mengikuti pembekalan dan penandatanganan kontrak kerja. Pembekalan ini dimaksudkan untuk memperluas wawasan mereka mengenai peran dan tugas mereka sebagai pendamping, serta membekali peserta dengan pengetahuan tentang kegiatan kewirausahaan masyarakat dan teknis pelaksanaannya di lapangan. Pembekalan untuk calon pendamping dilakukan melalui proses pendidikan dan pelatihan.

(36)

kapasitas tenaga kerja rentan dalam memulai dan mengembangkan usaha. Adapun tujuan pembekalan adalah:

1. Mempersiapkan pribadi yang mampu dan terampil serta memiliki komitmen yang kuat dalam mendampingi masyarakat;

2. Memberikan keterampilan kepada pendamping agar masyarakat memanfaatkan sumber daya lokal sebagai modal peningkatan kesejahteraan melalui usaha, selaku fasilitator dan motivator kelompok usaha di wilayah tugasnya;

3. Memberikan pemahaman dalam melaksanakan tugas sebagai fasilitator yang profesional dalam tugas;

4. Mengembangkan kemampuan dan penguatan kapasitas pendamping yang mampu menjadi motivator bagi kelompok untuk selalu berupaya mengutamakan kelompok daripada kepentingan individu untuk mencapai tujuan berkelompok.

Adapun materi pembekalan peserta calon pendamping adalah:

1. Fisik, Mental, Disiplin dan Dinamika Kelompok;

 Peserta memiliki pemahaman, kesadaran dan keyakinan yang baik bahwa perubahan-perubahan mendasar terhadap sistem sosial, ekonomi, maupun kepemerintahan dimulai dengan perubahan perilaku individu-individunya;

 Peserta pelatihan termotivasi dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap upaya pendampingan;

 Peserta mendapatkan keterampilan mengembangkan strategi pendampingan bagi masyarakat dan pemerintah daerah dalam menyusun rencana pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur secara partisipatoris;

(37)

2. Pembelajaran Orang Dewasa;

Pelatihan pendamping kewirausahaan dilakukan dengan suatu proses pendidikan orang dewasa (andragogi), dimana peserta dan fasilitator (trainer) merupakan mitra belajar yang secara partisipatif bersama-sama menggali pengalaman-pengalaman secara terstruktur yang kemudian diterapkan bersama untuk mendapatkan nilai-nilai baru. Sesuai dengan metode di atas, maka proses pelatihan disusun dengan memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh peserta dalam membangun suasana kelas. Setiap sesi harus memenuhi unsur penambahan keterampilan peserta, pengetahuan peserta dan membangun suasana kebersamaan dengan model-model permainan dan lain-lain.

Dengan demikian, maka pelatihan ini disusun dengan prinsip mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman dari masing-masing peserta, karena semua peserta merupakan bagian terpenting dalam proses selama pelatihan. Hal ini bisa terjadi karena kemampuan seorang peatih yang memberikan kesempatan pada semua peserta. Sehingga sebelum modul ini diberikan pada peserta maka pelatih harus memiliki kesamaan pemahaman tentang tujuan pelatihan.

Metode Pendidikan Orang Dewasa

Metode pelatihan “andragogy” menempatkan peserta belajar sebagai orang dewasa, artinya peserta ditempatkan sebagai subyek, dan diasumsikan memiliki pengalaman hidup yang mesti diungkapkan, lalu dianalisis bersama,

Penggalian

Pengalaman

Analisis

Pengalaman

Sintesa Nilai/ Prinsip

Baru

(38)

juga memiliki kemampuan aktif untuk memikirkan cara terbaik yang diangaap efektif untuk belajar. Metode pendidikan orang dewasa didasarkan pada upaya membangun persepsi melalui pengalaman masing-masing dan terkadang lewat bermain bersama-sama (dengan logika “Saya dengar, maka Saya lupa; Saya lihat, maka Saya ingat; Saya lakukan, maka Saya paham), dengan didasarkan pada prinsip sebagai berikut:

 Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila dia secara penuh ambil

bagian dalam proses pelaksanaan kegiatan tersebut;

 Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila menyangkut permasalahan

yang menarik bagi dia dan ada kaitannya dengan kehidupannya sehari-hari;

 Orang dewasa akan belajar sebaik mungkin apabila yang dipelajari

bermanfaat dan praktis;

 Orang dewasa akan belajar sebaik mungkin apabila ia mempunyai

kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuannya, kemampuannya dan keterampilannya dalam waktu yang cukup;

 Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan daya pikir

peserta;

 Saling pengertian dan sikap toleransi merupakan ciri orang dewasa dan

sangat membantu dalam pencapaian tujuan pelatihan.

(39)

 Ceramah, untuk menyampaikan materi tertentu, misanya seperti

kebijakan pemerintah tentang kebijakan program. Metode ceramah cepat membosankan peserta, sehingga dalam pelatihan ini “pengantar dari

narasumber” cukup 20 – 30 menit, selanjutnya tanya jawab;

 Curah pendapat (brainstorming), adalah pemunculan gagasan secara

mendadak, lalu memulai diskusi berdasarkan gagasan yang muncul tersebut;

 Bermain peran (role play), yaitu suatu situasi tertentu diperankan oleh

beberapa orang peserta, misalnya bagaimana memerankan seorang pendamping pemberdayaan menyelenggarakan pertemuan awal pembentukan kelompok dan pertemuan khusus keberlanjutan usaha. Dalam role play diharapkan peserta membawa peran sedapat mungkin mendekati yang sesungguhnya. Sebagian peserta lain diminta untuk menjadi pengamat. Tujuannya adalah untuk memberi pengertian bagaimana menyelenggarakan kedua pertemuan tersebut di wilayah dampingannya masing-masing sesuai dengan kondisi masyarakatnya, lalu dianalisis untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru.

 Diskusi kelompok terarah (focussed group discussion), yaitu peserta dibagi

kedalam kelompok-kelompok kecil, dan masing-masing kelompok mendiskusikan tema tertentu yang telah disepakati terlebih dahulu. Setelah itu hasil diskusi kelompok dipresentasikan dalam pleno kelompok besar untuk mendapatkan tanggapan perbaikan;

 Pencairan suasana (icebreaking), yaitu kegiatan yang biasanya dilakukan

pada permulaan sesi untuk menciptakan suasana menjadi kondusif dan santai, juga agar suasana pelatihan menjadi semangat, misalnya salah seorang peserta membaca puisi, atau bercerita tentang pengalamannya yang lucu, bernyanyi, olah raga ditempat, dan lain-lain;

 Praktek kerja lapangan (on the job training). Peserta selain hanya

(40)

3. Kebijakan dan revolusi mental ketenagakerjaan;

4. Perencanaan Kegiatan Kewirausahaan;

5. Manajemen Pendampingan UMKM;

6. Pengurusan Legalitas Usaha;

Salah satu upayanya adalah perlindungan usaha mikro dan kecil adalah melalui perijinan yang sederhana dan mudah. Pentingnya pemberian perijinan usaha

 Peserta pelatihan memahami kebijakan tenaga kerja mandiri dan kebijakan yang mendukung lainnya;

 Peserta pelatihan mampu menjadi innovator dengan membangun apa yang dimiliki masyarakat dalam membangun usaha;

 Peserta pelatihan mengetahui design manajemen kegiatan tenaga kerja mandiri.

 Peserta pelatihan memahami analisa usaha sebagai alat untuk menentukan langkah-langkah usaha kelompok;

 Peserta pelatihan memahami pentingnya menggali potensi dan kendala yang dimiliki masyarakat dalam membangun usaha;

 Peserta pelatihan mengetahui design manajemen dalam kelompok usaha masyarakat.

 Peserta Memahami perlunya manajemen dalam pendampingan kewirausahaan;

 Peserta Memiliki peran dalam pendampingan kewirausahaan;  Peserta mampu memberikan motivasi pada anggota kelompok

(41)

mikro satu lembar ini dilatar belakangi kebutuhan untuk mengembangkan usaha mikro dan Kecil, yaitu: (1) Memberikan legalitas hukum izin UMK dalam bentuk satu lembar dalam rangka memperkuat dan mengembangkan usahanya serta mendapatkan kepastian dan perlindungan dalam berusaha; (2) Dalam upaya memperkuat dan mengembangkan usaha mikro kecil untuk penguatan ekonomi daerah; (3) Bagian dari upaya memberdayakan, meningkatkan dan mengembangkan UMK sebagai salah satu usaha ekonomi kerakyatan yang bergerak dalam usaha perdagangan sektor informal; (4) Memberikan kemudahan UMK pada akses pembiayaan ke lembaga keuangan bank dan non-bank dan kemudahan dalam pemberdayaan dari pemerintah, Pemda dan lembaga lainnya; (5) Memperkuat UMK dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean.

7. Perencanaan Usaha mandiri;

(42)

Elemen dari Rencana Usaha

8. Mekanisme Pengajuan Kredit;

9. Kunjungan Lapangan;

Kunjungan lapangan adalah media yang penting dalam pendidikan orang dewasa. Keduanya adalah kunjungan yang terencana ke suatu tempat di luar kelas atau ke tempat pertemuan suatu organisasi atau perkumpulan. Suatu kunjungan lapangan biasanya berkenaan dengan kegiatan membawa peserta pelatihan ke tempat khusus, yaitu usaha yang telah dirintis dan berkembang yang dmiliki oleh kelompok/masyarakat dengan melibatkan masyarakat sekitar. Tujuan tersebut untuk mengamati sesuatu, mengamati suatu kegiatan atau praktik, atau membawa kelompok menemui seseorang atau objek yang tidak bisa dibawa ke dalam kelas atau ke tempat pertemuan. Kunjungan lapangan dilakukan dengan berjangka waktu pendek.

10.Komunikasi Profesional;

Diskripsi produk/jasa

Diskripsi

bisnis Rencana finansial

Analisis pasar dan strategi pemasaran

Implementasi usaha Organisasi

pengelolaan

(43)

11.Pelaporan Kegiatan dan Keuangan

Pendampingan atau sering juga disebut fasilitasi adalah kegiatan dukungan dan layanan bagi anggota masyarakat yang tergabung dalam kelompok, yang dilakukan dengan cara memberikan perhatian, menyampaikan pesan, menyemangati, mengajak, memberikan pemikiran, contoh praktek langsung, solusi, menyampaikan layanan/bantuan, memberikan nasihat, merujuk, menggerakkan dan bekerjasama.

Dokumentasi arsip-arsip dan pelaporan kegiatan pendampingan dilakukan oleh pendamping menggunakan sistem pengarsipan sebagaimana yang sudah berlaku.

Pelaporan kegiatan dilakukan pendamping kepada pimpinan pada setiap akhir bulan, terdiri dari: laporan kegiatan bulanan pendamping, dilampiri dengan matriks profil kelompok usaha, matriks kegiatan, laporan kegiatan dan keuangan sesuai dengan kegiatan pendamping

 Peserta memahami pengertian dan prinsip komunikasi, serta menyadari pentingnya kemitraan dalam berusaha;

 Peserta mengenali proses lobi & negosiasi, menyadari pentingnya lobi & negosiasi, serta memahami tujuan dan prinsip lobi & negosiasi;

 Peserta mengetahui beberapa media dan kegiatan marketing dalam pemasaran usaha;

(44)

12.Evaluasi Program

Tenaga Pendamping Kewirausahaan memegang peranan yang sangat strategis sebagai penentu keberhasilan program Pengembangan Tenaga Kerja Mandiri melalui kegiatan Pola Pendampingan Kewirausahaan. Para pendamping bertugas memfasilitasi kegiatan usaha yang akan dan sedang dirintis oleh kelompok sasaran. Sebagai wujud kegiatan pendamping maka seorang pendamping akan membuat laporan bulanan. Laporan pendamping dalam melaksanakan kegiatan di lapangan diserahkan kepada pelaksana kabupaten/kota paling lambat tanggal 05 pada bulan berikutnya. Setelah laporan pendamping diserahkan ke pelaksana daerah dalam hal ini dinas yang membidangi ketenagakerjaan kabupaten/kota menyerahkan paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya ke Ditjen BInapenta dan PKK. Laporan setidaknya telah memberikan informasi tentang;

 Pencapaian kinerja pendampingan;

 Dampak atau manfaat dari kegiatan pendampingan kewirausahaan; KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Maksud dan Tujuan

C. Sasaran Kegiatan

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Lokasi Peserta

B. Lokasi Kelompok Usaha

C. Mekanisme Pendampingan

D. Kegiatan Pendampingan

E. Permasalahan yang dihadapi Pendamping

(45)

 Faktor- faktor apa saja yang mendukung keberhasilan atau faktor kegagalan kegiatan;

 Dukungan bagi pihak-pihak untuk menjamin keberhasilan kegiatan;  Masalah dan alternative penyelesaian masalahnya.

Untuk mencapai hasil pembekalan yang optimal, penunjukan narasumber/instruktur/pemateri diutamakan berasal dari kalangan praktisi profesional, seperti: perguruan tinggi, lembaga pemberdayaan masyarakat, lembaga pelatihan bisnis, pelaku usaha, perhimpunan wirausaha dan perbankan. Di samping itu, metode pembekalannya dilaksanakan dengan lebih menekankan pada pendekatan praktek/simulasi. Pendamping yang telah menyelesaikan masa pembekalan akan diberikan sertifikat sebagai tenaga pendamping kewirausahaan oleh Ditjen Binapenta dan PKK.

c.2. Kontrak Kerja Pendamping Tenaga Kerja Mandiri

Di akhir masa pembekalan, pendamping akan melakukan penandatanganan kontrak kerja sebagai pendamping, kontrak kerja akan dibuat 2 (dua) rangkap bermaterai. Berkaitan dengan itu, setelah kembali ke daerah masing-masing, pendamping akan diminta untuk membuka rekening di BNI atau bank nasional lain milik pemerintah. Adapun ruang lingkup pendamping sebagai berikut;

1. Memfasilitasi kelompok wirausaha muda yang dibentuk oleh Dinas yang membidangi ketenagakerjaan di provinsi/kab/kota. Pendamping diharuskan mendampingi 2 (dua) kelompok calon wirausaha dari 2 (dua) desa/kelurahaan yang berbeda. Setiap kelompok maksimalterdiri dari 20 (dua puluh) orang calon wirausaha sehingga total calon wirausaha yang difasilitasi oleh seorang pendamping adalah maksimal40 (empat puluh) orang yang berasal dari kelompok sasaran.

2. Pendamping bekerjasama dengan dinas yang membidangi ketenagakerjaan setempat, kelompok dampingan ini kemudian diberikan pembekalan melalui pelatihan dan pemagangan. Kegiatan ini bertujuan agar kelompok calon wirausaha dampingan mempunyai keterampilan yang cukup untuk memulai usaha.

(46)

diaplikasikan sesegera mungkin. Dorongan ini membantu mencarikan tempat/lahan usaha, bahan baku, desain produk, dan sebagainya.

4. Agar calon wirausaha dampingan dapat melihat kemajuan usaha yang dirintisnya, calon pendamping hendaknya turut membantu menyusun pembukuan usaha. Pembukuan ini disusun secara sederhana agar calon wirausaha dampingan dapat mengetahui satuan harga (unit cost) produknya dan/atau perkembangan laba usaha per hari/minggu/bulan.

5. Terakhir, agar wirausaha yang didampingi tumbuh dan berkembang lebih cepat, maka pendamping diharapkan menjalin kemitraan dengan pihak lain. Kemitraan ini dijalin agar wirausaha dampingan lebih mudah mendapatkan bantuan modal usaha, memasarkan produk/jasa, mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan untuk produk dan jasanya, dan sebagainya.

6. Dalam melaksanakan tugasnya, pendamping diharapkan mampu berperan sebagai, fasilitator, mediator dan inovator bagi para peserta kelompok dampingan dengan maksimal demi menjaga dan mengembangkan usaha yang dirintis para anggota kelompok dampingan.

7. Kegiatan Pendampingan Kewirausahaan adalah sebuah rangkaian pekerjaan yang menyiapkan tenaga pendamping yang bertujuan mempercepat proses pengembangan keterampilan dan wirausaha tenaga kerja mandiri, khususnya tenaga kerja rentan (masyarakat penganggur, setengah penganggur, korban PHK, calon TKI gagal berangkat, TKI purna, TKI bermasalah, tenaga kerja muda, tenaga kerja wanita, tenaga kerja disabilitas, tenaga kerja lansia dan keluarga miskin).

Pendamping yang telah mengikuti pembekalan untuk selanjutnya akan menandatangi kontrak kerja. Pendamping akan mulai bekerja pada saat kegiatan tenaga kerja mandiri dimulai, dan pendamping yang telah mendapatkan pembekalan dan dinyatakan lulus tidak diperkenankan mengundurkan diri. Sehingga setelah pembekalan pendamping kan menandatangi kontrak kerja pendamping, Adapun kontrak kerja pendamping berisi tentang:

1. Massa kontrak kerja Tugas dan Tanggung Jawab; 2. Hak dan Kewajiban;

3. Sanksi.

(47)

Time Line Kerja Pendamping

NO JENIS KEGIATAN WAKTU

1. Pelatihan Pendamping Tenaga Kerja Mandiri 6 hari

2 Kontrak Kerja Mengikuti kesiapan maping

TKM (kurang lebih 2 bulan)

3 Persiapan maping Tenaga Kerja Mandiri 2 bulan setelah kontrak kerja

4 Pelaksanaan Pendampingan TKM Selama 6 bulan

c.3. Pelaporan Pendamping Tenaga Kerja Mandiri

Pelaporan kegiatan dilaksanakan setiap bulan dan pada akhir pelaksanaan kegiatan disampaikan kepada Ditjen Binapenta dan PKK dengan tembusan kepada dinas provinsi, kabupaten/kota. Pelaporan ini disusun secara berjenjang sebagai berikut:

1. Laporan pendamping dalam melaksanakan kegiatan di lapangan diserahkan kepada pelaksana kabupaten/kota paling lambat tanggal 05 pada bulan berikutnya (Lampiran Format Laporan Pendamping Kewirausahaan);

2. Setelah laporan pendamping diserahkan ke pelaksana daerah dalam hal ini dinas yang membidangi ketenagakerjaan kabupaten/kotamenyerahkan paling lambat tanggal 10 padabulanberikutnya ke Ditjen Binapenta dan PKK;

3. Laporan pelaksanaan kegiatan Pendampingan Kewirausahaan dari kabupaten/kota merupakan dasar bagi Ditjen Binapenta dan PKK untuk membayar biaya hidup pendamping, dibuktikan dengan surat berita acara penyerahan laporan dari dinas yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota kepada Ditjen Binapenta dan PKK, ditandatangani oleh pejabat dinas kabupaten/kota setempat (Lampiran Format Laporan Dinas Kabupaten/Kota);

(48)

Gambar 6. Mekanisme Laporan

Keterangan:

 Yang dibuat oleh pendamping disampaikan ke Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/Kota

setempat selanjutnya pihak Dinas Ketenagakerjaan menyampaikannya ke Ditjen Binapenta dan PKK dalam bentuk softcopy (file) untuk laporan bulanan dan bentuk hardcopy untuk laporan paripurna;

 Laporan bulanan pendamping disampaikan ke Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/Kota

1 (satu) hari setelah pendamping menyelesaikan masa tugas 1 (satu) bulan, selanjutnya laporan tersebut diteruskan oleh dinas ke Ditjen Binapenta dan PKK 2 hari setelah menerima laporan dari pendamping;

 Pendamping membuat laporan selama pendampingan setiap bulannya dengan format;

 Laporan pelaksanaan pendampingan oleh petugas pendamping sebagai dasar

pembayaran/pencairan uang saku dan transport setiap bulannya;

 Provinsi dan Kabupaten/Kota membuat laporan dengan format seperti pada Panduan

Provinsi & Kabupaten/Kota Bimbingan Pendampingan Tenaga Kerja Mandiri Tahun 2017.

Pendamping

Tanggal 5 pada bulan

berikutnya

Dinas

Ketanegakerjaan

Kabupaten/Kota

Tanggal 10 pada bulan

berikutnya

Ditjen Binapenta

dan PKK

Tanggal 15 pembayaran

biaya hidup

(49)
(50)

BAB IV

TAHAPAN PELAKSANAAN WIRAUSAHA BARU

MELALUI TENAGA KERJA MANDIRI

A. SOSIALISASI DAN IDENTIFIKASI USAHA

a.1 Target Sasaran Wirausaha Baru melalui Tenaga Kerja Mandiri

Sasaran Kegiatan Pengembangan Tenaga Kerja Rentan (khusus) terdiri dari; a. Korban PHK

Tenaga kerja yang diputuskan hubungan kerjanya oleh perusahaan dibuktikan dengan surat keterangan dari RT.

b. Keluarga Miskin

Keluarga yang berpenghasilan kurang dari Rp. 750.000,- per bulan (berdasarkan kriteria dari BPS dan BKKBN) dibuktikan dengan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan.

c. TKI Purna

adalah TKI yang masih menganggur atau setengah menganggur maksimal 3 (tiga) tahun sejak kepulangannya ke Indonesia, ditandai dengan stempel imigrasi kepulangan di pasport atau surat keterangan dari RT/RW setempat. d. TKI Bermasalah

Yaitu TKI yang dipulangkan dari negara penempatan dikarenakan melanggar hukum dan tidak diperbolehkan bekerja kembali.

e. Calon TKI gagal berangkat

Adalah tenaga kerja yang telah mendaftar di Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten / Kota untuk bekerja di luar negeri akan tetapi tidak jadi berangkat dan bersedia menandatangani surat pernyataan tidak akan pergi bekerja ke luar negeri selama satu tahun.

f. Tenaga Kerja Muda

Usia 15-29 tahun (lulusan SMU/SMK/Pesantren/sederajat dan masyarakat putus sekolah).

g. Tenaga Kerja Wanita

Tenaga kerja wanita dalam kondisi khusus sehingga rentan terhadap permasalahan sosial, hukum / warga binaan (pengguna psikotropika, tuna susila dan narapidana).

(51)

atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan, mengalami hambatan dan kesulitan untuk berprestasi secara penuh dan efektif dengan warga lainnya berdasarkan kesamaan hak.

i. Tenaga Kerja Lansia

Tenaga kerja penduduk/seseorang yang telah mencapai usia 59 - 64 tahun yang masih mampu dan produktif untuk melakukan pekerjaan.

j. Orang Tua Pekerja Anak

Adalah Bapak dan Ibu atau wali dari pekerja anak penerima manfaat PPA-KPH (Pengurangan Pekerja Anak dalam rangka mendukung Program Keluarga Harapan).

Ketepatan sasaran merupakan hal penting di dalam menjamin tercapainya target pengurangan pengangguran dan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat kurang mampu, terjadinya mistargeting antara lain diawali adanya kelonggaran di dalam menetapkan sasaran dan kurang cermatnya identifikasi dan seleksi sasaran.

Kriteria Peserta

Peserta kegiatan pengembangan Wirausaha Baru melalui Tenaga Kerja Mandiri adalah sebagai berikut:

a. Korban PHK Kriteria:

 Peserta adalah pernah bekerja dan korban PHK, dibuktikan dengan surat

keterangan kerja. b. Keluarga Miskin

Kriteria :

 Keluarga yang berpenghasilan kurang dari Rp. 750.000,- per bulan;

 Memiliki surat keterangan tidak mampu dari kelurahan;

 Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per keluarga;

 Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan;

 Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas

rendah/tembok tanpa diplester;

 Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga

Gambar

Gambar 2. Jenis Usaha yang dapat Dikembangkan
Gambar 3. Lokasi Kegiatan
Gambar 4. Organisasi Tata Kelola
Gambar 3.1. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menggunakan solusi fisibel dari fase I yaitu penyelesaian fisibel awal (menjadi tabel awal) untuk permasalahan awal/yang sesungguhnya dengan mensubstitusikan

Gde Ngurah Indraguna Pinatih, Msc, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Ilmu Biomedik dan Penguji III, yang telah memberikan masukan, saran, serta koreksi yang

ide penelitian yang dikait kan dengan pengabdian masarakat.Dimana pada penelitian dosen muda kami membuat suatu blog untuk memasarkan produk usaha kecil,dimana kita melakukan

Rontokbro adalah jenis virus lokal pertama yang dapat menyebar melalui email berbeda dengan virus lokal lain yang hanya dapat menyebar melalui dikset/USB, Komputer yang

Dosis EDS dalam penelitian ini yang paling efektif memperbaiki kerusakan struktur mikroanatomi hepar dan menurunkan kadar GPT serum mencit yang terpapar diazinon adalah dosis

Serangkaian proses yang berlangsung saat pasien awal rawat inap di ruang kritis(ROI, ICU, High care) pemeriksaan akan dilakukan secara sistematis untuk

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!.. akan tetapi telah sampai pada bentuknya sendiri yang khas. Secara

Positioning perusahaan di industri asuransi mendapatkan pengakuan dari masyarakat melalui berbagai penghargaan yang diterima pada tahun 2019 diantaranya “Indonesia