• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perekonomian Daerah 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perekonomian Daerah 2016"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALISIS

PEREKONOMIAN DAERAH

KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2016

(3)
(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ... 3

1.1 PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN ... 14

1.2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN ... 20

1.3 INDUSTRI PENGOLAHAN ... 22

1.4 LISTRIK, GAS, DAN AIR ... 25

1.5 KONSTRUKSI ... 27

1.6 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR ... 30

1.7 TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN ... 33

1.8 PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM ... 36

1.9 JASA - JASA ... 39

II. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAN PERBANKAN ... 57

2.1 KEUANGAN DAERAH ... 57

(5)

2.2.1 ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO 59

2.2.2 REALISASI PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO 61

2.2.3 ANGGARAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PONOROGO ... 63

2.2.4 REALISASI BELANJA DAERAH KABUPATEN PONOROGO ... 66

2.2.5 RASIO PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO ... 68

2.2.6 RASIO BELANJA DAERAH KABUPATEN PONOROGO ... 69

2.3 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DI KABUPATEN PONOROGO ... 69

2.4 ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT DI KABUPATEN PONOROGO ... 73

2.5 PERKEMBANGAN KINERJA PERBANKAN DI KABUPATEN PONOROGO 74

III. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ... 81

3.1 KETENAGAKERJAAN ... 81

3.2 UPAH MINIMUM KABUPATEN (UMK) ... 85

3.3 NILAI TUKAR PETANI (NTP) ... 87

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 SUMBER PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN PONOROGO

DAN JAWA TIMUR TAHUN 2015 (%) ... 6

Tabel 1.2 DISTRIBUSI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU

KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2011 – 2015 (%) ... 9

Tabel 1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI SATUAN

WILAYAH PEMBANGUNAN (SWP) MADIUN DAN SEKITARNYA

TAHUN 2015 ... ... 10

Tabel 1.4 PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS

TANAMAN PANGAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014-2015 ... 16

Tabel 1.5 POSISI PINJAMAN RUPIAH YANG DIBERIKAN BANK UMUM DAN BPR

MENURUT JENIS PENGGUNAAN DI KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2014-2015 ... 41

Tabel 2.1 ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2014-2015 ... 59

Tabel 2.2 ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN

PONOROGO TAHUN 2014-2015 ... 61

Tabel 2.3 ANGGARAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2014-2015 (JUTA RUPIAH) ... 64

Tabel 2.4 PROPORSI ANGGARAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2014-2015 (%) ... 65

Tabel 2.5 REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2014-2015 (JUTA RUPIAH) ... 66

Tabel 2.6 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DI

KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014-2015 (JUTA RUPIAH) ... 70

Tabel 2.7 REALISASI ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT DI

KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014-2015 (JUTA RUPIAH) ... 73

Tabel 3.1 KONDISI KETENAGAKERJAAN KABUPATEN PONOROGO

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 PERKEMBANGAN PDRB KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2011 – 2015 (Juta Rupiah) ... 3 Gambar 1.2 KONTRIBUSI PDRB KABUPATEN/KOTA TERHADAP JAWA TIMUR

TAHUN 2015 (%) ... 4

Gambar 1.3 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR

TAHUN 2011-2015 (%) ... 5

Gambar 1.4 KONTRIBUSI PEREKONOMIAN PER SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN (SWP)

TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TIMUR TAHUN 2015 (%) ... 12

Gambar 1.5 LAJU PERTUMBUHAN PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN

KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011 – 2015 (%) ... 15

Gambar 1.6 KONTRIBUSI PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN MENURUT SUB

KATEGORI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR

TAHUN 2015 (%) ... 19

Gambar 1.7 LAJU PERTUMBUHAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 20

Gambar 1.8 KONTRIBUSI PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN KABUPATEN PONOROGO

DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011-2015 (%) ... 21

Gambar 1.9 LAJU PERTUMBUHAN KATEGORI INDUSTRI PENGOLAHAN

KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011-2015 (%) ... 22

Gambar 1.10 KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KABUPATEN PONOROGO DAN

JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 24

Gambar 1.11 LAJU PERTUMBUHAN LISTRIK, GAS DAN AIR DI KABUPATEN PONOROGO

DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 25

Gambar 1.12 KONTRIBUSI LISTRIK, GAS DAN AIR MENURUT KATEGORI

(8)

Gambar 1.13 LAJU PERTUMBUHAN KATEGORI KONSTRUKSI DI KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2011-2015 (%) ... 28

Gambar 1.14 KONTRIBUSI KONSTRUKSI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR

TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 29

Gambar 1.15 LAJU PERTUMBUHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL

DAN SEPEDA MOTOR DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR

TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 31

Gambar 1.16 KONTRIBUSI PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL DAN

SEPEDA MOTOR KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR

TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 32

Gambar 1.17 LAJU PERTUMBUHAN TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN DI KABUPATEN

PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011 – 2015 (%) ... 34

Gambar 1.18 KONTRIBUSI TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN MENURUT SUB KATEGORI

DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2015 (%) ... 35

Gambar 1.19 LAJU PERTUMBUHAN PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM

DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011-2015 (%) . 37

Gambar 1.20 KONTRIBUSI PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM DI KABUPATEN

PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 38

Gambar 1.21 LAJU PERTUMBUHAN JASA-JASA DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA

TIMUR TAHUN 2011-2015 (%) ... 39

Gambar 1.22 LAJU PERTUMBUHAN JASA KEUANGAN DAN ASURANSI DI KABUPATEN

PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 40

Gambar 1.23 KONTRIBUSI JASA KEUANGAN DAN ASURANSI MENURUT SUB KATEGORI

DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2015 (%) ... 42

Gambar 1.24 LAJU PERTUMBUHAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI KABUPATEN

(9)

Gambar 1.25 KONTRIBUSI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI KABUPATEN PONOROGO

DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011-2015 (%) ... 44

Gambar 1.26 LAJU PERTUMBUHAN REAL ESTATE DI KABUPATEN PONOROGO DAN

JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 44

Gambar 1.27 KONTRIBUSI REAL ESTATE DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR

TAHUN 2011-2015 (%) ... 45

Gambar 1.28 LAJU PERTUMBUHAN JASA PERUSAHAAN DI KABUPATEN PONOROGO DAN

JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 46

Gambar 1.29 KONTRIBUSI JASA PERUSAHAAN DI KABUPATEN PONOROGO DAN

JAWA TIMUR TAHUN 2011-2015 (%) ... 47

Gambar 1.30 LAJU PERTUMBUHAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN

JAMINAN SOSIAL WAJIB DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR

TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 48

Gambar 1.31 KONTRIBUSI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN

SOSIAL WAJIB DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR

TAHUN 2011-2015 (%) ... 49

Gambar 1.32 LAJU PERTUMBUHAN JASA PENDIDIKAN DI KABUPATEN PONOROGO DAN

JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 50

Gambar 1.33 KONTRIBUSI JASA PENDIDIKAN DI KABUPATEN PONOROGO DAN

JAWA TIMUR TAHUN 2011-2015 (%) ... 50

Gambar 1.34 LAJU PERTUMBUHAN JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) 51

Gambar 1.35 KONTRIBUSI JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL DI KABUPATEN

PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011-2015 (%) ... 53

Gambar 1.36 LAJU PERTUMBUHAN JASA LAINNYA DI KABUPATEN PONOROGO DAN

(10)

Gambar 1.37 KONTRIBUSI JASA LAINNYA DI KABUPATEN PONOROGO DAN

JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 54

Gambar 2.1 PERKEMBANGAN APBD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2011 - 2015

(MILIAR RUPIAH) ... 58

Gambar 2.2 PROPORSI APBD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014 DAN 2015 (%) .. 60

Gambar 2.3 REALISASI APBD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014 DAN 2015 (%) . 63

Gambar 2.4 REALISASI ANGGARAN BELANJA KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014

DAN 2015 (%) ... 67

Gambar 2.5 RASIO PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014

DAN 2015 (%) ... 68

Gambar 2.6 RASIO BELANJA DAERAH KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014

DAN 2015 (%) ... 69

Gambar 2.7 RASIO PENDAPATAN DESA DI KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014

DAN 2015 (%) ... 72

Gambar 2.8 RASIO BELANJA DESA DI KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2015 (%) .... 72

Gambar 2.9 RASIO BELANJA APBN DI KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014

DAN 2015 (%) ... 74

Gambar 2.10 KOMPOSISI SIMPANAN MASYARAKAT DI BANK UMUM DAN BPR

KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2015 (%) ... 75

Gambar 2.11 POSISI DAN PERTUMBUHAN KREDIT DI KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2013-2015 ... 76

Gambar 2.12 KOMPOSISI KREDIT MENURUT JENIS PENGGUNAAN KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2015 (%) ... 77

Gambar 2.13 KOMPOSISI KREDIT MENURUT KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA

KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2015 (%) ... 77

Gambar 2.14 POSISI DAN PERTUMBUHAN KREDIT MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

(11)

Gambar 3.1 KOMPOSISI PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA

KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013-2015 (%) ... 83

Gambar 3.2 KOMPOSISI PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT PENDIDIKAN YANG

DITAMATKAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013-2015 (%) ... 84

Gambar 3.3 PERKEMBANGAN UPAH MINIMUM KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2013-2015 ... 86

Gambar 3.4 RATA-RATA INDEKS HARGA YANG DITERIMA PETANI (It), INDEKS HARGA

YANG DIBAYAR PETANI (Ib) DAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) KABUPATEN

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 1 PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN DASAR 2010 MENURUT

LAPANGAN USAHA KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2013-2015 (JUTA RUPIAH) ... 93

Tabel 2 PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN DASAR 2010 MENURUT

LAPANGAN USAHA KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2013-2015 (JUTA RUPIAH) ... 94

Tabel 3 DISTRIBUSI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN DASAR 2010

MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2013-2015 (%) ... 95

Tabel 4 LAJU PERTUMBUHAN PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN

DASAR 2010 MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2013-2015 (%) ... 96

Tabel 5 LAJU IMPLISIT PDRB TAHUN DASAR 2010 MENURUT LAPANGAN

USAHA KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013-2015 (%) ... 97

Tabel 6 PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN DASAR 2010 MENURUT

LAPANGAN USAHA JAWA TIMUR TAHUN 2013-2015 (MILIAR RUPIAH) 98

Tabel 7 PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN DASAR 2010 MENURUT

LAPANGAN USAHA JAWA TIMUR TAHUN 2013-2015 (MILIAR RUPIAH) 99

Tabel 8 DISTRIBUSI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN DASAR 2010

MENURUT LAPANGAN USAHA JAWA TIMUR TAHUN 2013-2015 (%) 100

Tabel 9 LAJU PERTUMBUHAN PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN

DASAR 2010 MENURUT LAPANGAN USAHA JAWA TIMUR

TAHUN 2013-2015 (%) ... 101

Tabel 10 LAJU IMPLISIT PDRB TAHUN DASAR 2010 MENURUT LAPANGAN

USAHA JAWA TIMUR TAHUN 2013-2015 (%) ... 102

Tabel 11 POSISI SIMPANAN MASYARAKAT DI BANK UMUM DAN BPR MENURUT

JENIS SIMPANAN DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2015

(13)

Tabel 12 POSISI PINJAMAN YANG DIBERIKAN BANK UMUM DAN BPR

BERDASARKAN LOKASI PROYEK MENURUT KABUPATEN/KOTA

TAHUN 2013-2015 (JUTA RUPIAH) ... 104

Tabel 13 POSISI KREDIT KEPADA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

YANG DIBERIKAN BANK UMUM DAN BPR BERDASARKAN LOKASI PROYEK

MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013-2015 (JUTA RUPIAH) .. 105

Tabel 14 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) KABUPATEN/KOTA

(14)

I

(15)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo Ket: *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Total nilai tambah yang mampu dihasilkan oleh seluruh kegiatan

perekonomian di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 mencapai nilai 14,91

trilyun rupiah. Angka ini meningkat 11,34 persen dibanding tahun sebelumnya

yaitu sebesar 13,39 trilyun rupiah. Dengan nilai PDRB tersebut, Kabupaten

Ponorogo hanya mampu menyumbang kontribusi terhadap perokonomian Jawa

Timur sebesar 0,88 persen. Sementara wilayah yang memegang peranan terbesar

terhadap perokonomian Jawa Timur adalah Kota Surabaya (24,04 persen),

Kabupaten Sidoarjo (8,66 persen) dan Kabupaten Pasuruan (6,17 persen).

Gambar 1.1. Perkembangan PDRB Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 (Juta Rupiah)

(16)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

Gambar 1.2. Kontribusi PDRB Kabupaten/Kota terhadap Jawa Timur Tahun 2015 (%)

Kinerja perekonomian Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 menurut

penghitungan tahun dasar 2010 mencapai 5,24 persen, lebih cepat dibanding

tahun 2014 (5,21 persen). Angka ini masih lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (5,44 persen). Pada level Jawa Timur kinerja

perekonomian mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya (5,86

persen).

Meskipun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo mengalami

percepatan dibanding tahun sebelumnya, namun di kawasan Satuan Wilayah

Pembangunan (SWP) Madiun dan sekitarnya laju pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Ponorogo selama tahun 2015 masih berada di bawah Kota Madiun

(6,15 persen) dan Kabupaten Madiun (5,26 persen).

(17)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo **) Angka Sangat Sementara *) Angka Sementara

Gambar 1.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Selain faktor pertambahan produk riil yang dihasilkan, faktor kenaikan

harga di tingkat produsen atau yang biasa disebut laju implisit PDRB juga sangat

berpengaruh dalam kenaikan nilai nominal PDRB atas dasar harga berlaku yang

dihasilkan. Laju implisit PDRB Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 tercatat

sebesar 5,80 persen.

Bila dilihat menurut penciptaan sumber pertumbuhan ekonominya,

pertumbuhan Jawa Timur tahun 2015 dipicu oleh Industri Pengolahan dengan

sumber pertumbuhan sebesar 1,57 persen, diikuti Perdagangan Besar dan Eceran,

dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 1,09 persen; serta Pertanian,

Kehutanan dan Perikanan sebesar 0,43 persen. Sementara di Kabupaten Ponorogo

sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Perdagangan Besar dan Eceran,

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 1,30 persen; diikuti Pertanian,

Kehutanan dan Perikanan yang menyumbang pertumbuhan 0,85 persen; serta

(18)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

Tabel 1.1. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2015 (%)

Kategori Uraian Kabupaten

Ponorogo Jawa Timur

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,85 0,43

B Pertambangan dan Penggalian 0,03 0,38

C Industri Pengolahan 0,41 1,57

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,00 -0,01

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 0,00 0,01

F Konstruksi 0,28 0,33

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 1,30 1,09

H Transportasi dan Pergudangan 0,12 0,19

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,23 0,39

J Informasi dan Komunikasi 0,67 0,36

K Jasa Keuangan dan Asuransi 0,21 0,18

L Real Estate 0,16 0,09

M,N Jasa Perusahaan 0,03 0,04

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib 0,29 0,12

P Jasa Pendidikan 0,57 0,17

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,01 0,04

R, S, T, U Jasa Lainnya 0,09 0,07

Pertumbuhan Total 5,24 5,44

Hal ini menandakan bahwa karakteristik perkembangan ekonomi Jawa

Timur dan Kabupaten Ponorogo berbeda. Industri Pengolahan merupakan sumber

utama perekonomian Jawa timur dengan kontribusi mencapai 29,27 persen di

tahun 2015. Sementara perekonomian Kabupaten Ponorogo paling besar ditopang

(19)

Pusat industri utama Jawa Timur berada di Kota Kediri, Kota Surabaya,

Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Gresik dengan total

peranan sebesar 67,57 persen terhadap total industri Jawa Timur. Jenis industri

yang paling dominan adalah industri makanan, minuman dan tembakau yang

memegang peranan mencapai 54,99 persen terhadap industri secara keseluruhan.

Berbeda dengan kondisi Jawa Timur yang berbasis industri, perekonomian

Kabupaten Ponorogo saat ini masih berbasis pertanian. Hampir di seluruh wilayah

yang ada di Kabupaten Ponorogo merupakan daerah penghasil produk pertanian,

kecuali ibukota Kabupaten yang telah menjelma menjadi pusat perdagangan dan

jasa. Produk dominan pertanian yang menjadi unggulan Kabupaten Ponorogo

adalah komoditas tanaman pangan seperti padi dan palawija. Kondisi geografis

wilayah yang subur dan iklim yang sesuai untuk kegiatan pertanian membuat

sektor pertanian masih menjadi andalan dalam perekonomian Kabupaten

Ponorogo.

Walaupun berbasis pertanian, namun dari tahun ke tahun kontribusinya

cenderung menurun dan beralih ke perdagangan. Faktor tingkat kesuburan lahan

yang semakin menurun serta perubahan iklim yang kurang mendukung kegiatan

pertanian menyebabkan kontribusi pertanian semakin menurun. Meskipun dari sisi

produksi tetap meningkat namun pertumbuhan peningkatannya kalah cepat

dengan pertumbuhan sektor lainnya.

Selama kurun waktu 2011 hingga 2015 kontribusi pertanian terhadap total

perekonomian Kabupaten Ponorogo menunjukkan tren penurunan yaitu dari 32,63

(20)

meningkat, dari 15,48 persen pada tahun 2011 menjadi 16,18 persen pada tahun

2015.

Perkembangan teknologi informasi yang semakin maju dan dapat dirasakan

oleh seluruh kalangan masyarakat mampu mempengaruhi pola konsumsi

masyarakat. Konsumsi masyarakat terhadap barang-barang impor baik yang

berasal dari luar daerah maupun luar negeri menjadi semakin besar. Hal ini

mendorong meningkatnya kinerja sektor perdagangan. Bahkan usaha

perdagangan lewat jalur online saat ini telah lazim dilakukan.

Dalam kegiatan ekonomi, perkembangan yang terjadi di suatu sektor

ekonomi akan berdampak terhadap perkembangan sektor lainnya. Perkembangan

sektor perdagangan juga berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung

terhadap sektor lainnya.

Meningkatnya kinerja perdagangan berdampak pada kegiatan transportasi.

Distribusi barang-barang perdagangan sangat membutuhkan sarana transportasi

yang memadai. Selain transportasi, penyediaan akomodasi, makan minum dan

jasa keuangan juga bergerak seiring dengan perkembangan kinerja perdagangan.

Biasanya sejalan dengan munculnya pusat perdagangan baru maka di sekitarnya

akan bermunculan usaha penyediaan akomodasi untuk tempat menginap pekerja

dan usaha penyediaan makanan minuman untuk memenuhi konsumsi pengunjung

pusat perdagangan maupun pekerja. Jasa keuangan juga turut berkembang

karena dengan meningkatnya kinerja sektor produktif akan membutuhkan modal

(21)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Tabel 1.2. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 (%)

Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014* 2015**

A Pertanian, Kehutanan, dan

(22)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

Sementara industri pengolahan dan penggalian terkait erat dengan

ketersediaan bahan baku, tenaga kerja serta prospek pemasaran produk yang

dihasilkan. Perkembangan jumlah penduduk juga sangat berpengaruh terhadap

perkembangan ekonomi, seperti perdagangan, konstruksi, listrik, air, jasa

pendidikan, kesehatan dan jasa lainnya. Dengan bertambahnya jumlah penduduk

maka kebutuhan akan sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan juga

akan bertambah.

Tabel 1.3. Perkembangan Ekonomi Kabupaten/Kota

di Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Madiun dan sekitarnya Tahun 2015

Kab. Pacitan 11.590.629,69 5,10

Perdagangan Besar &

Kab. Ponorogo 14.912.841,58 5,24

Perdagangan Besar &

Kab. Madiun 13.874.666,14 5,26

Perdagangan Besar &

Kab. Magetan 13.875.867,13 5,17

Pertanian,

Kab. Ngawi 14.996.354,56 5,08

Pertanian,

Kota Madiun 10.191.565,86 6,15 Informasi dan Komunikasi (1,26 %)

(23)

Perkembangan ekonomi wilayah Kabupaten/Kota lainnya di Satuan Wilayah

Pembangunan (SWP) Madiun dan sekitarnya memiliki karakteristik yang sedikit

berbeda. Secara garis besar struktur perekonomian di SWP Madiun dan sekitarnya

terbagi menjadi dua, yaitu wilayah yang dominan pada kategori pertanian,

perikanan dan kehutanan (Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten

Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi) dan wilayah yang dominan pada

kategori perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor (Kota

Madiun).

Meskipun di wilayah kabupaten cenderung dominan pada kategori

pertanian, perikanan dan kehutanan namun bila dicermati menurut sumber

pertumbuhan ekonominya ternyata beberapa kabupaten tersebut memiliki sumber

pertumbuhan dominan yang berbeda. Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo

dan Kabupaten Madiun, meskipun struktur utama perekonomian dipegang oleh

sektor pertanian, perikanan dan kehutanan namun pada tahun 2015 secara total

pertumbuhan ekonominya paling banyak didorong oleh pertumbuhan pada

kategori perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor.

Sementara di Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi sumber pertumbuhan

ekonomi paling tinggi dipengaruhi oleh pertumbuhan pada sektor pertanian,

perikanan dan kehutanan, sesuai dengan struktur utama perekonomiannya.

Apabila keadaan tersebut berlangsung secara simultan untuk beberapa

periode ke depan, dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Pacitan, Kabupaten

(24)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

sektor primer ke sektor tersier, sedangkan Kabupaten Magetan dan Kabupaten

Ngawi pembangunan ekonominya masih lebih fokus pada sektor primer.

Gambar 1.4. Kontribusi Perekonomian

Per Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Terhadap Perekonomian Jawa Timur Tahun 2015 (%)

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 tahun 2012

Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031

membagi wilayah Jawa Timur dibagi menjadi delapan Wilayah Pengembangan

(WP) dengan rincian sebagai berikut :

1. WP Germakertosusila Plus : Kota Surabaya, Kabupaten Tuban,

Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik,

Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten 62,16

8,10 4,69

11,16 3,44

1,85 5,06 3,55 Germakertosusila Plus

Malang Raya

Madiun dan sekitarnya Kediri dan sekitarnya Probolinggo - Lumajang Blitar

(25)

Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan,

Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep.

2. WP Malang Raya : Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang.

3. WP Madiun dan sekitarnya : Kota Madiun, Kabupaten Madiun,

Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, dan

Kabupaten Ngawi.

4. WP Kediri dan sekitarnya : Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten

Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung.

5. WP Probolinggo – Lumajang : Kota Probolinggo, Kabupaten

Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang.

6. WP Blitar : Kota Blitar dan Kabupaten Blitar.

7. WP Jember dan sekitarnya : Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso,

dan Kabupaten Situbondo.

8. WP Banyuwangi : Kabupaten Banyuwangi.

Apabila dilihat menurut pembagian wilayah tersebut, lebih dari separuh

kegiatan ekonomi Jawa Timur (62,16 persen) berada di Wilayah Pengembangan

(WP) Germakertosusila Plus. Hal ini dapat dipahami karena selain cakupan wilayah

yang paling besar (15 kabupaten/kota) juga karena di wilayah itulah pusat industri

pengolahan Jawa Timur bertumbuh, terutama di Kabupaten Sidoarjo dan Kota

Surabaya.

Kegiatan pertambangan minyak, gas dan penggalian di Kabupaten

Bojonegoro, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Sumenep juga mampu menciptakan

(26)

Selain itu Kota Surabaya sebagai pusat pemerintahan di Jawa Timur memegang

peranan besar hampir di semua kategori kecuali pertanian, kehutanan dan

perikanan serta pertambangan dan penggalian. Peranan Kota Surabaya pada

tahun 2015 mencapai 23,97 persen terhadap total PDRB Jawa Timur.

Sementara posisi Wilayah Pengembangan (WP) Madiun dan sekitarnya

hanya mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian Jawa Timur sebesar

4,69 persen atau berada di urutan kelima dari delapan wilayah pengembangan

yang ada di Jawa Timur. Kinerja kategori pertanian, kehutanan dan perikanan

sebagai potensi utama yang ada di WP Madiun dan sekitarnya ternyata hanya

mampu memberikan kontribusi sebesar 10,28 persen terhadap PDRB kategori

pertanian, kehutanan dan perikanan Jawa Timur pada tahun 2015.

1.1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Kinerja pertanian, kehutanan dan perikanan di Kabupaten Ponorogo pada

tahun 2015 mencapai 2,95 persen, sedikit lebih cepat dibanding tahun

sebelumnya yang sebesar 2,76 persen. Seluruh sub kategori mengalami

pertumbuhan positif meski akselerasinya berbeda. Dengan kontribusi paling besar

terhadap perekonomian Kabupaten Ponorogo, fluktuasi kinerja pada kategori

pertanian, kehutanan dan perikanan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

(27)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Gambar 1.5. Laju Pertumbuhan

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Sub kategori tanaman pangan yang mencakup padi dan palawija

memegang peranan paling besar yaitu mencapai 18,03 persen pada tahun 2015

kinerjanya meningkat cukup signifikan dengan pertumbuhan mencapai 2,90

persen. Produktivitas komoditi tanaman pangan seperti padi sawah dan jagung

meningkat dibanding tahun sebelumnya. Produktivitas padi mencapai 64,19

kuintal/hektar pada tahun 2015 (sedikit lebih tinggi dari tahun 2014 yang sebesar

64,03 kuintal/hektar) mampu memacu produksi hingga mencapai 442.989 ton.

Demikian pula dengan jagung yang produktivitasnya naik cukup signifikan dari

60,08 kuintal/hektar pada tahun 2014 menjadi 68,21 kuintal/hektar sebagai

dampak dari serangan penyakit bulai yang cenderung menurun dan penggunaan

benih varietas unggul, didukung oleh luas tanam yang meningkat 7,03 persen

mampu menghasilkan produksi mencapai 238.283 ton. 2,03

3,42

-0,30

2,76 2,95 4,02

5,14

3,06

3,53 3,46

2011 2012 2013 2014* 2015**

(28)

Sumber: BPS dan Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo

Program Upaya Khusus (UPSUS) yang dilaksanakan Kementerian Pertanian

secara nasional untuk pencapaian swasembada padi, jagung dan kedelai pada

tahun 2015 memberikan hasil yang cukup baik di Kabupaten Ponorogo. Luas

tanam padi, jagung dan kedelai mengalami peningkatan mencapai 11,68 persen

dibanding tahun 2014.

Tabel 1.4. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan Kabupaten Ponorogo

Tahun 2014-2015

Komoditi Luas Tanam (Hektar) Produksi (Ton)

Produktivitas (Kuintal/Hektar)

2014 2015 2014 2015 2014 2015

Padi 62.999 66.890 420.349 442.989 64,03 64,19

Jagung 32.918 35.232 193.731 238.283 60,08 68,21

Kedelai 12.373 18.817 22.373 27.414 19,97 16,24

Ubi Kayu 22.956 18.755 582.879 416.638 258,08 191,15

Daerah sentra penghasil padi yang terbesar di Kabupaten Ponorogo

terdapat di Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Babadan, Kecamatan Jenangan,

Kecamatan Pulung dan Kecamatan Balong dengan produksi mencapai 44,41

persen dari total produksi padi pada tahun 2015. Pada level Jawa Timur,

Kabupaten Ponorogo menempati urutan 12 besar penghasil padi di Jawa Timur.

Sementara pada tingkat Karesidenan Madiun, produksi padi Kabupaten Ponorogo

pada tahun 2015 masih berada di bawah Kabupaten Ngawi (760.725 ton) dan

Kabupaten Madiun (524.281 ton).

Posisi Kabupaten Ponorogo sebagai penghasil ubi kayu terbesar di Jawa

(29)

2015 dengan produksi mencapai 416.638 ton atau 13,18 persen dari total

produksi ubi kayu di Jawa Timur. Meskipun produksinya tahun 2015 mengalami

penurunan 28,52 persen akibat beralihnya luas tanam ke tanaman jagung dan

kurang optimalnya pembentukan umbi pada pertengahan tahun karena tidak

cukup air. Konsentrasi terbesar wilayah penghasil komoditi ubi kayu berada di

Kecamatan Sawoo dan Kecamatan Ngrayun.

Kinerja sub kategori tanaman hortikultura juga mengalami percepatan yang

cukup pesat dari 2,72 persen pada tahun 2014 menjadi 4,72 persen pada tahun

2015. Sub kategori ini meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, dan biofarmaka.

Potensi tanaman hortikultura tahunan di Kabupaten Ponorogo lebih

dominan daripada tanaman hortikultura semusim. Pertumbuhan produksi sayuran

lebih dominan dibanding buah-buahan dan biofarmaka. Curah hujan yang lebih

tinggi dibanding tahun sebelumnya sangat baik bagi pertumbuhan komoditi

sayuran di tahun 2015.

Sub kategori perkebunan juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,28

persen pada tahun 2015. Curah hujan yang cukup tinggi berpengaruh kurang

positif terhadap produksi komoditas perkebunan dominan yang ada di Kabupaten

Ponorogo seperti tebu dan kelapa. Sementara dari sisi harga, mayoritas komoditi

perkebunan baik tahunan maupun semusim naik dibanding tahun sebelumnya

terutama tembakau virginia yang naik hampir 80 persen dari 25.000 rupiah per

kilogram daun kering menjadi 45.000 rupiah per kilogram di tahun 2015. Dengan

tingkat harga yang baik, produksi tembakau virginia jg meningkat pesat hingga

(30)

Sementara untuk peternakan kinerjanya sedikit lebih cepat dibanding tahun

2014 yaitu tumbuh 1,72 persen. Dari sisi kontribusinya, sub sektor peternakan

menempati posisi terbesar ketiga setelah sub sektor tanaman pangan dan sub

sektor hortikultura dalam pembentukan PDRB kategori pertanian, kehutanan dan

perikanan dengan besaran 4,90 persen.

Meskipun populasi sapi potong semakin menurun namun stok kambing dan

ayam ras pedaging mengalami peningkatan yang cukup signifikan di tahun 2015

membuat kinerja sub kategori peternakan mampu tumbuh lebih cepat dibanding

tahun sebelumnya. Minimnya stok sapi lokal sempat membuat harga daging sapi

di pasaran terus melejit. Namun harga komoditi peternakan lainnya cenderung

stabil selama tahun 2015. Sementara produk peternakan lainnya seperti susu dan

produk unggas seperti telur mengalami peningkatan produksi yang cukup positif.

Sub kategori kehutanan dan perikanan juga masih tumbuh positif meskipun

tidak se-optimis tahun sebelumnya yaitu 3,94 persen untuk sub kategori

kehutanan dan 3,77 persen untuk sub kategori perikanan. Peranan masing-masing

sub kategori terhadap perekonomian Kabupaten Ponorogo cukup rendah yaitu

masing-masing 0,93 persen dan 0,55 persen pada tahun 2015.

Bila struktur perekonomian Kabupaten Ponorogo sebagian besar ditopang

oleh kategori pertanian, kehutanan dan perikanan, tidak demikian halnya dengan

Jawa Timur. Di Kabupaten Ponorogo kontribusi kategori ini mencapai 31,65

persen, sementara pada level Jawa Timur hanya memegang peranan sebesar

13,75 persen. Dirinci menurut sub kategorinya peranan tersebut juga

(31)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

Gambar 1.6. Kontribusi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Menurut Sub Kategori Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2015 (%)

Bila kontribusi sub kategori di Kabupaten Ponorogo lebih tinggi daripada

Jawa Timur artinya kekuatan sub sektor yang bersangkutan secara rata-rata lebih

tinggi di Kabupaten Ponorogo dibanding kabupaten/kota lain dalam membentuk

perekonomian Jawa Timur secara keseluruhan. Misalnya pada sub kategori

tanaman pangan, di Jawa Timur peranannya hanya 4,47 persen sementara untuk

Kabupaten Ponorogo cukup tinggi mencapai 18,03 persen. Artinya Kabupaten

Ponorogo merupakan salah satu sumber penghasil produk tanaman pangan yang

dominan di Jawa Timur dibanding kabupaten/kota lainnya.

Demikian pula sebaliknya, seperti pada sub kategori perikanan peranannya

di Kabupaten Ponorogo hanya 0,55 persen, sementara untuk Jawa Timur

memegang peranan 2,48 persen. Artinya konsentrasi sub kategori perikanan lebih

didominasi oleh kabupaten/kota lain di Jawa Timur, terutama yang wilayahnya

berbatasan dengan laut sebagai penghasil utama komoditi perikanan.

Tanaman

Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan

Jasa

Pertanian Kehutanan Perikanan

Jawa Timur 4,47 1,21 2,14 2,74 0,16 0,55 2,48

(32)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

1.2 Pertambangan dan Penggalian

Kategori pertambangan dan penggalian di Kabupaten Ponorogo memegang

kontribusi yang tidak terlalu besar yaitu 2,30 persen dengan fokus kegiatan pada

sub kategori penggalian. Kinerjanya relatif stabil dan cenderung melambat

dibanding tahun 2014 dengan rata-rata pertumbuhan pada tahun 2015 sebesar

1,02 persen. Kontraksi yang dialami kategori ini dipengaruhi oleh kebijakan

pembatasan kegiatan penggalian diberlakukan karena dalam jangka panjang akan

berdampak negatif terhadap lingkungan apabila tidak dilakukan upaya

pemantauan dan pengelolaan lingkungan. Hal ini diwujudkan melalui pengetatan

izin penambangan yang mulai Oktober 2014 wewenangnya beralih dari

pemerintah kabupaten ke pemerintah provinsi (UU Nomor 23 Tahun 2014).

Gambar 1.7. Laju Pertumbuhan

Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

3,05

0,64

1,50 1,85

1,02

7,63

0,25

1,31

3,65

7,95

2011 2012 2013 2014* 2015**

(33)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Namun untuk memenuhi permintaan terhadap hasil bahan galian terutama

dari kategori konstruksi membuat kategori pertambangan dan penggalian ini

masih tumbuh meski cenderung melambat. Sementara dari sisi realisasi

penerimaan pajak daerah mineral bukan logam dan batuan pada tahun 2015

hanya 330,54 juta rupiah menurun 74,83 persen dibanding tahun 2014 yang

sebesar 1,31 milyar rupiah.

Gambar 1.8. Kontribusi Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Kontribusi kategori pertambangan dan penggalian pada level Jawa Timur

maupun Kabupaten Ponorogo menunjukkan kecenderungan menurun. Peranan

kategori pertambangan dan penggalian untuk Jawa Timur lebih banyak ditopang

oleh sub kategori pertambangan minyak, gas dan panas bumi sebesar 2,18

persen. Wilayah penghasil minyak, gas dan panas bumi utama di Jawa Timur

adalah Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan,

Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Sampang.

2011 2012 2013 2014* 2015**

Jawa Timur 5,86 5,3 5,34 5,17 3,79

(34)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara Sementara untuk Kabupaten Ponorogo ditopang oleh sub kategori

pertambangan dan penggalian lainnya yang pada level Jawa Timur hanya

menyumbang kontribusi sebesar 1,28 persen terhadap total sub kategori

pertambangan dan penggalian Jawa Timur.

1.3 Industri Pengolahan

Kategori industri pengolahan di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015

tumbuh sebesar 6,00 persen, sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya

yang tumbuh sebesar 6,01 persen. Pertumbuhan yang paling cepat dialami oleh

sub kategori industri makanan dan minuman dengan laju pertumbuhan mencapai

9,58 persen. Meningkatnya kinerja pertanian khususnya tanaman pangan

mempengaruhi percepatan kinerja industri makanan dan minuman terutama

industri penggilingan padi.

Gambar 1.9. Laju Pertumbuhan

Kategori Industri Pengolahan Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

5,30

6,18 6,50 6,01 6

4,57

6,73

5,85

7,79

5,30

2011 2012 2013 2014* 2015**

(35)

Sementara pada level Jawa Timur industri pengolahan tahun 2015

mengalami kontraksi dari 7,79 persen menjadi 5,30 persen. Perlambatan tersebut

terutama didorong oleh kontraksi yang cukup dalam pada industri pengolahan

tembakau yaitu dari 11,30 persen menjadi 5,32 persen, padahal kontribusi industri

pengolahan tembakau terhadap perekonomian Jawa Timur juga cukup tinggi

mencapai 7,68 persen. Terbesar kedua setelah industri makanan dan minuman

yang mencapai 8,41 persen.

Pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi melambat dari 7,12 persen di

tahun 2014 menjadi 2,60 persen pada tahun 2015. Maraknya perdagangan

komoditi pakaian jadi dan perlengkapannya secara konvensional maupun online

dengan harga yang kompetitif membuat konsumen lebih memilih membeli

daripada memesan ke pembuat/industri.

Kinerja industri kayu tahun 2015 tumbuh 0,81 persen, terus melambat

dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 4,49 persen. Kondisi ini

dilatarbelakangi melambatnya kinerja sub kategori kehutanan sebagai pemasok

bahan baku utama. Demikian pula halnya dengan kondisi di Jawa Timur, industri

kayu bahkan mengalami pertumbuhan minus 1,89 persen pada tahun 2015 yang

dipengaruhi oleh rendahnya permintaan akibat perlambatan ekonomi global dan

berkurangknya pasokan bahan baku akibat kebijakan pemerintah untuk

mengurangi produksi kayu.

Industri pengolahan sampai saat ini merupakan penopang utama

perekonomian Jawa Timur dengan kontribusi mencapai 29,27 persen, meningkat

(36)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara seiring perlambatan performa kinerja pertambangan dan penggalian yang

mengalami kontraksi dari 5,17 persen menjadi 3,79 persen sehingga kontribusi

dari kategori ini diambil alih oleh kategori industri pengolahan. Perlambatan

kinerja khususnya penggalian banyak dipengaruhi oleh pelarangan penambangan

pasir di sejumlah wilayah di Jawa Timur.

Gambar 1.10. Kontribusi Industri Pengolahan

Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Sementara di Kabupaten Ponorogo kontribusi industri pengolahan pada

tahun 2015 hanya 6,69 persen, berada jauh lebih rendah di bawah pertanian

(31,65 persen) dan perdagangan (16,18 persen). Bahkan industri pengolahan

Kabupaten Ponorogo hanya mampu menyumbang 0,2 persen terhadap industri

pengolahan Jawa Timur.

Beberapa wilayah yang sangat dominan peranannya terhadap

perkembangan industri pengolahan terutama industri makanan dan minuman di

2011 2012 2013 2014* 2015**

Jawa Timur 29,15 29,28 28,79 28,95 29,27

(37)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Jawa Timur adalah Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan.

Sementara sentra industri pengolahan tembakau sebagai penyumbang kontribusi

terbesar kedua adalah Kota Kediri, Kota Surabaya dan Kabupaten Malang. Bahkan

di Kota Kediri industri pengolahan tembakau menopang 81,93 persen roda

perekonomian di wilayah tersebut.

1.4 Listrik, Gas, dan Air

Listrik, gas dan air sangat esensial sebagai penunjang seluruh kegiatan

ekonomi, dan sebagai infrastruktur pendorong aktivitas proses produksi sektoral

serta untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Kategori listrik, gas dan air

tumbuh sejalan dengan tumbuhnya kategori ekonomi lainnya.

Gambar 1.11. Laju Pertumbuhan

Listrik, Gas dan Air di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

6,09

3,16

0,55

1,82

2,23

0,15

-2,42

3,17

2,23

-1,22

2011 2012 2013 2014* 2015**

(38)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

Kinerja listrik, gas dan air pada tahun 2015 sebesar 2,23 persen, sedikit

lebih cepat dibanding tahun 2014 sebesar 1,82 persen. Membaiknya kinerja

perusahaan daerah air minum dibanding tahun 2014 mendorong tumbuhnya

kinerja sub kategori pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang

tahun 2015 sebesar 3,14 persen. Konsumsi air terbesar digunakan oleh kelompok

rumahtangga yang mencapai 91,51 persen dari seluruh volume air yang telah

disalurkan.

Sementara konsumsi listrik juga terus mengalami peningkatan seiring

perkembangan dunia bisnis dan bertambahnya populasi penduduk yang menjadi

konsumen utama listrik. Pada tahun 2015 kinerja sub kategori pengadaan listrik

dan gas sebesar 1,27 persen, melambat dibanding tahun 2014 yang mencapai

2,28 persen. Meskipun konsumsi listrik terus meningkat terutama untuk konsumsi

listrik rumahtangga namun pertumbuhannya tidak secepat tahun 2014.

Gambar 1.12. Kontribusi Listrik, Gas dan Air menurut Kategori Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2015 (%)

Ketenagalistrikan Pengadaan Gas dan Produksi Es

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

Jawa Timur 0,08 0,26 0,09

(39)

Bila dilihat menurut kontribusinya terdapat perbedaan struktur kategori

listrik, gas dan air antara Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur. Terutama pada

sub kategori pengadaan gas dan produksi es, di Jawa Timur memegang peranan

0,26 persen sementara di Kabupaten Ponorogo hanya 0,01 persen. Hal ini

disebabkan di Kabupaten Ponorogo hanya terdapat produksi es, tidak ada

pengadaan gas kota. Sementara di Jawa Timur terdapat pengadaan gas kota yang

cukup besar seperti di wilayah Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten

Pasuruan.

1.5 Konstruksi

Kegiatan konstruksi di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 tumbuh 3,10

persen, melambat dibanding tahun 2014 (5,47 persen). Perkembangan kategori

konstruksi tidak lepas dari pengaruh berkembangnya kategori lain seperti

perdagangan, akomodasi & makan minum, maupun kategori jasa. Dengan

bertumbuhnya kegiatan ekonomi suatu wilayah maka kebutuhan akan

infrastruktur juga akan bertambah.

Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

juga turut berpengaruh terhadap kategori konstruksi. Dengan bertambahnya

penduduk, kebutuhan akan rumah tinggal juga semakin meningkat. Begitu pula

semakin sejahtera masyarakat maka keinginan untuk memiliki rumah tinggal yang

lebih baik kualitasnya juga semakin meningkat.

Perkembangan konstruksi tercermin melalui pinjaman yang diberikan bank

(40)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara yang dikeluarkan oleh kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur,

tercatat pinjaman yang diberikan untuk kegiatan konstruksi pada tahun 2015 di

Kabupaten Ponorogo mencapai 54,26 miliar rupiah, menurun 55,34 persen dari

tahun sebelumnya sebesar 121,50 miliar rupiah.

Gambar 1.13. Laju Pertumbuhan Kategori Konstruksi di Kabupaten Ponorogo

dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Perlambatan kegiatan kontruksi yang dilakukan oleh pihak swasta ditahan

oleh kegiatan konstruksi yang dilakukan oleh pemerintah baik daerah maupun

pusat. Kegiatan konstruksi Kabupaten Ponorogo yang sumber pembiayaannya

berasal dari APBD tahun 2015 sebagian besar adalah pengadaan konstruksi jalan

dengan realisasi mencapai 139,54 miliar rupiah. Berikutnya adalah konstruksi

bangunan sebesar 47,97 miliar rupiah dan konstruksi jaringan air sebesar 47,05

miliar rupiah.

6,23

5,82 6,08

5,47

3,1

6,09

7,45

8,05

5,44

3,60

2011 2012 2013 2014* 2015**

(41)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Meningkatnya realisasi belanja konstruksi jaringan air sebesar 147,37

persen dibanding realisasi tahun 2014 sejalan dengan upaya khusus pemerintah

untuk pencapaian swasembada berkelanjutan padi, jagung dan kedelai melalui

kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi.

Secara persentase realisasi APBD yang digunakan untuk belanja konstruksi

selama tahun 2015 adalah 75,24 persen dari total belanja modal. Meskipun

persentasenya menurun dibanding 2014 yang sebesar 81,25 persen dari total

belanja modal namun secara nominal nilainya lebih tinggi tahun 2015.

Selain bersumber dari APBD, belanja konstruksi pemerintah juga ada yang

dibiayai oleh APBN tahun 2015, seperti pemugaran Taman Makam Pahlawan dan

pembangunan sarana pendidikan yang berada di bawah pengelolaan Kementerian

Agama.

Gambar 1.14. Kontribusi Konstruksi

Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

2011 2012 2013 2014* 2015**

Jawa Timur 9,04 9,18 9,22 9,47 9,5

(42)

Kontribusi kategori konstruksi terhadap perekonomian tahun 2015 lebih

dominan di Jawa Timur (9,5 persen) dibanding Kabupaten Ponorogo yang berada

pada kisaran 9,2 persen. Perkembangan konstruksi di Jawa Timur selain

dipengaruhi oleh peningkatan bisnis properti/apartemen dan kontruksi yang

dilakukan oleh pihak swasta, juga tercermin melalui realisasi infrastruktur strategis

pemerintah.

Beberapa proyek strategis yang menjadi pendorong pertumbuhan kategori

konstruksi di Jawa Timur tahun 2015 antara lain pembangunan Waduk Gerak

Sembayat di Gresik, Waduk Tugu di Trenggalek, Jabung Ring Dyke di Lamongan,

serta realisasi investasi residensial seperti kondominium di Kota Surabaya dan

Malang.

1.6 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Pada tahun 2015, kinerja kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor Kabupaten Ponorogo mengalami percepatan

dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 6,58 persen di tahun 2014 menjadi

7,63 persen pada tahun 2015. Hal serupa terjadi pula pada level Jawa Timur

dengan pertumbuhan 6,00 persen pada tahun 2015, lebih cepat dibanding tahun

sebelumnya yang sebesar 4,78 persen.

Percepatan ini juga tercermin melalui posisi kredit yang diberikan bank

umum kepada usaha UMKM sektor perdagangan, hotel dan restoran yang

pertumbuhannya lebih cepat dari 9,11 persen pada tahun 2014 menjadi 12,33

(43)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Gambar 1.15. Laju Pertumbuhan

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Di sisi lain, meningkatnya produksi beberapa jenis komoditi pertanian juga

menjadi pendorong laju pertumbuhan kategori perdagangan. Kelebihan produksi

yang tidak dikonsumsi pada wilayah domestik akan di-ekspor keluar wilayah baik

untuk kebutuhan konsumsi masyarakat maupun kebutuhan industri. Kondisi

tersebut membantu kinerja perdagangan agar tetap tumbuh positif.

Sementara sub kategori perdagangan mobil dan sepeda motor menahan

laju pertumbuhan melalui perlambatan kinerja dari 4,18 persen (tahun 2014)

menjadi 0,16 persen pada tahun 2015. Jumlah mutasi kendaraan jenis mobil dan

sepeda motor yang dapat digunakan sebagai salah satu indikator perkembangan

kinerja perdagangan mobil dan sepeda motor juga menunjukkan penurunan

sebesar 2,47 persen. Hal ini mempengaruhi perlambatan sub kategori

perdagangan mobil dan sepeda motor beserta reparasinya.

10,17 9,80 9,80

6,58

7,63

9,16

8,21

6,21

4,78

6,00

2011 2012 2013 2014* 2015**

(44)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Pada level Jawa Timur pertumbuhan sub kategori perdagangan mobil,

sepeda motor dan reparasinya terkontraksi cukup dalam dari 5,05 persen pada

tahun 2014 menjadi 1,51 persen pada tahun 2015. Sementara sub kategori

perdagangan besar dan eceran, bukan mobil dan motor mengalami percepatan

kinerja dari 4,67 persen pada tahun sebelumnya menjadi 7,72 persen pada tahun

2015.

Kondisi pasar yang hampir jenuh serta dilepasnya harga bahan bakar

minyak (BBM) mengikuti mekanisme pasar membuat ongkos transportasi menjadi

semakin mahal sehingga banyak konsumen yang menunda pembelian.

Gambar 1.16. Kontribusi Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Dari sisi kontribusinya terhadap perekonomian, kategori perdagangan dan

reparasi mobil dan motor di Jawa Timur maupun Kabupaten Ponorogo sama-sama

memegang peranan yang besar walaupun sedikit lebih dominan di Jawa Timur.

2011 2012 2013 2014* 2015**

Jawa Timur 17,97 17,67 17,7 17,29 17,64

(45)

Pada level Jawa Timur memegang peranan hingga 17,64 persen, sementara untuk

Kabupaten Ponorogo sebesar 16,18 persen.

Potensi terbesar Jawa Timur adalah industri pengolahan yang hasilnya

dipasarkan baik ke dalam maupun luar negeri. Perlambatan ekonomi Jawa Timur

tahun 2015 dipengaruhi oleh ekspor luar negeri yang terkontraksi cukup dalam

yaitu dari 27,89 % menjadi -3,18%. Masih melambatnya perekonomian mitra

dagang utama, yaitu Jepang, Amerika Serikat dan China, disertai dengan

penurunan harga komoditas internasional menjadi penyebab utama perlambatan

ekspor luar negeri tersebut.

1.7 Transportasi dan Pergudangan

Kinerja tansportasi dan pergudangan Kabupaten Ponorogo melambat dari

9,64 persen pada tahun 2014 menjadi 7,15 persen pada tahun 2015. Jenis moda

transportasi yang ada di Kabupaten Ponorogo adalah transportasi darat. Seluruh

jalur distribusi perekonomian dilakukan melalui jalur darat.

Hal ini sangat berbeda dengan Jawa Timur yang memiliki moda transportasi

yang beragam yaitu rel, darat, laut, penyeberangan dan udara. Namun kegiatan

utama transportasi di Jawa Timur tetap dilakukan melalui jalur darat, terutama

untuk transportasi antar wilayah domestik.

Pertumbuhan kategori transportasi dan pergudangan di Jawa Timur secara

umum mengalami sedikit peningkatan performa dari 6,46 persen pada tahun 2014

(46)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

oleh perbaikan kinerja sub kategori angkutan udara dari 0,12 persen menjadi 6,54

persen.

Gambar 1.17. Laju Pertumbuhan

Transportasi dan Pergudangan di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Sementara beberapa indikator yang mengindikasikan perlambatan

pertumbuhan angkutan darat di Kabupaten Ponorogo antara lain jumlah

keberangkatan dan kedatangan penumpang di terminal menurun 45,29 persen

dibanding tahun 2014. Selain itu kontraksi kinerja industri pengolahan dan

penggalian juga mendorong perlambatan kinerja angkutan barang. Pertumbuhan

jumlah kendaraan angkutan barang pada tahun 2015 hanya 9,12 persen, lebih

rendah dibanding tahun 2014 yang mencapai 15,75 persen mengindikasikan

bahwa kinerja angkutan barang tumbuh lebih melambat dari tahun sebelumnya.

Kinerja jasa penunjang angkutan seperti terminal dan jasa perparkiran

tahun 2015 di Kabupaten Ponorogo sebesar 6,68 persen, mengalami sedikit

6,92 6,73

9,08 9,64 7,15

8,56

7,24

8,60

6,46

6,56

2011 2012 2013 2014* 2015**

(47)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

perlambatan dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 7,11 persen. Penerimaan

retribusi daerah yang berasal dari terminal selama tahun 2015 mengalami

penurunan sebesar 4,13 persen dibanding tahun 2014 akibat kurang optimalnya

pengelolaan aset daerah tersebut. Bahkan penerimaan retribusi terminal hanya

mampu mencapai 97,97 persen dari target yang sebelumnya ditetapkan. Namun

penerimaan pajak dan retribusi daerah dari jasa perparkiran di tepi jalan maupun

tempat parkir khusus meningkat 10,04 persen dibanding tahun 2014.

Gambar 1.18. Kontribusi Transportasi dan Pergudangan menurut Sub Kategori di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur

Tahun 2015 (%)

Melihat kontribusi transportasi dan pergudangan menurut sub kategori di

Jawa Timur ternyata sub kategori pergudangan, jasa penunjang angkutan, pos

dan kurir menempati porsi terbesar dengan peranan 1,16 persen. Perkembangan

pelabuhan, bandara, terminal serta pergudangan cukup berkembang di Jawa

Timur. Dibukanya beberapa bandara di wilayah kabupaten/kota pada pertengahan

Angkutan Rel Angkutan

Jawa Timur 0,03 0,94 0,28 0,03 0,92 1,16

(48)

2010 seperti Bandara Blimbingsari di Kabupaten Banyuwangi dan Bandara

Trunojoyo di Kabupaten Sumenep membantu perkembangan kinerja transportasi.

Jawa Timur juga memiliki pelabuhan berskala internasional maupun nasional dan

juga pelabuhan penyeberangan.

Sementara di Kabupaten Ponorogo perkembangan terminal dan sub

terminal sebagai fasilitas pendukung transportasi dirasa masih kurang optimal

pengelolaannya.

1.8 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Kategori penyediaan akomodasi dan makan minum Kabupaten Ponorogo

pada tahun 2015 tumbuh 8,02 persen, melambat dibanding tahun sebelumnya

(8,84 persen). Mulai operasionalnya beberapa hotel baru serta meningkatnya

jumlah tamu hotel dan penginapan pada tahun 2015 mendorong pertumbuhan

sub kategori penyediaan akomodasi meski tidak se-optimis tahun sebelumnya.

Tingkat hunian kamar hotel tahun 2015 hanya mencapai 40,96 persen, lebih

rendah dibanding tahun sebelumnya (41,99 persen). Sementara tingkat hunian

kamar penginapan mengalami peningkatan dari 61,41 persen menjadi 70,80

persen pada tahun 2015 yang mampu menahan laju perlambatan kinerja sub

kategori penyediaan akomodasi. Berbagai event seni budaya, olahraga dan politik

yang diselenggarakan dalam skala nasional maupun regional di tahun 2015

merupakan pendorong kinerja penyediaan akomodasi dan makan minum di

Kabupaten Ponorogo. Jumlah wisatawan baik domestik maupun asing pada tahun

(49)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Tumbuhnya pusat bisnis juga akan mendorong tumbuhnya penyediaan

akomodasi dan makan minum baru. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap

makanan dan minuman jadi juga meningkat meskipun tidak se-optimis tahun

2014. Berdasarkan data hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun

2015, konsumsi makanan dan minuman jadi perkapita penduduk mengalami

peningkatan 4,48 persen. Lebih rendah dibanding peningkatan konsumsi makanan

dan minuman jadi tahun 2014 sebesar 9,22 persen.

Gambar 1.19. Laju Pertumbuhan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Kondisi yang sama terjadi pada level Jawa Timur. Pertumbuhan kategori

penyediaan akomodasi dan makan minum pada tahun 2015 mencapai 7,91

persen, mengalami kontraksi dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 8,88

persen. Bila dilihat menurut sub kategorinya, sub kategori penyediaan akomodasi

(50)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sementara sub kategori penyediaan makan minum mengalami kontraksi tipis dari

8,12 persen menjadi 8,10 persen.

Peranan kategori penyediaan akomodasi dan makan minum terhadap

perekonomian di Kabupaten Ponorogo sebesar 2,89 persen, sementara di Jawa

Timur lebih tinggi mencapai 5,41 persen dan dari tahun ke tahun cenderung

meningkat baik di Kabupaten Ponorogo maupun Jawa Timur.

Gambar 1.20. Kontribusi Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Wilayah yang kontribusi nilai tambah kategori penyediaan akomodasinya

paling besar terhadap Jawa Timur adalah Kota Surabaya (59,24 persen), Kota

Malang (8,13 persen), Kabupaten Pasuruan (7,70 persen) dan Kota Batu (6,90

persen). Sementara nilai tambah kategori penyediaan makan minum terbesar

diberikan oleh Kota Surabaya (68,55 persen), Kabupaten Sidoarjo (5,92 persen),

Kabupaten Pasuruan (3,55 persen) dan Kabupaten Malang (2,87 persen).

2011 2012 2013 2014* 2015**

Jawa Timur 4,78 4,82 4,91 5,19 5,41

(51)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sementara kontribusi penyediaan akomodasi dan makan minum Kabupaten

Ponorogo terhadap Jawa Timur hanya 0,47 persen. Di wilayah Karesidenan

Madiun, Kabupaten Magetan merupakan wilayah dengan nilai tambah terbesar

dalam kategori penyediaan akomodasi dan makan minum yaitu mencapai 582,81

milyar rupiah atau 0,64 persen terhadap Jawa Timur pada tahun 2015.

1.9 Jasa-jasa

Sektor jasa-jasa terdiri dari kategori informasi dan komunikasi, jasa

keuangan dan asuransi, real estate, jasa perusahaan, administrasi pemerintahan,

jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial serta jasa lainnya.

Gambar 1.21. Laju Pertumbuhan Jasa-jasa

di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Secara keseluruhan kinerja jasa-jasa di Kabupaten Ponorogo pada tahun

2015 sebesar 6,54 persen, sedikit lebih cepat dibanding tahun 2014 yang sebesar

7,34

6,99

7,64

6,32

6,54

7,54

8,11

8,83

5,65

6,08

2011 2012 2013 2014* 2015**

(52)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

6,32 persen. Percepatan kinerja jasa-jasa juga terjadi pada level Jawa Timur, dari

5,81 persen pada tahun 2014 menjadi 6,08 persen pada tahun 2015.

Kategori yang percepatannya cukup tinggi adalah jasa keuangan dan

asuransi, kategori informasi dan komunikasi serta jasa kesehatan. Kinerja

perbankan di Jawa Timur dipengaruhi oleh perkembangan kondisi ekonomi global

maupun domestik. Kondisi ekonomi global masih dihadapkan pada tantangan

berupa masih terbatasnya pemulihan ekonomi yang berdampak pada pelemahan

permintaan negara mitra dagang dan penurunan harga komoditas internasional.

Meskipun faktor tersebut membuat kinerja perbankan melambat, namun stabilitas

industri perbankan masih terjaga.

Gambar 1.22. Laju Pertumbuhan Jasa Keuangan dan Asuransi di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Kinerja kategori jasa keuangan dan asuransi tahun 2015 di Kabupaten

Ponorogo mengalami kontraksi sebesar 6,85 persen dibanding tahun sebelumnya

(53)

Sumber: Bank Indonesia Perwakilan Jawa Timur (data diolah)

yang tumbuh sebesar 7,28 persen. Sementara Jawa Timur mengalami sedikit

percepatan yaitu dari 6,76 persen pada tahun 2014 menjadi 7,19 persen di tahun

2015.

Di Kabupaten Ponorogo pertumbuhan pinjaman yang diberikan oleh bank

umum dan BPR (Bank Perkreditan Rakyat) berdasarkan lokasi proyek tahun 2015

sebesar 9,98 persen, melambat dibanding pertumbuhan tahun 2014 yang

mencapai 15,65 persen. Sementara pada level Jawa Timur pertumbuhan pinjaman

bank umum dan BPR tahun 2015 sebesar 10,49 persen, jauh lebih rendah dari

pertumbuhan tahun 2014 yang mencapai 17,74 persen.

Tabel 1.5. Posisi Pinjaman Rupiah yang Diberikan Bank Umum dan BPR Menurut Jenis Penggunaan di Kabupaten Ponorogo

Tahun 2014-2015

Modal Kerja 1.264.644 1.481.626 1.719.334 17,16 16,04

Investasi 397.422 472.395 471.646 18,86 -0,16

Konsumsi 1.178.253 1.330.847 1.421.819 12,95 6,84

Total 2.840.318 3.284.868 3.612.799 15,65 9,98

Berdasarkan data dari Bank Indonesia Perwakilan Jawa Timur terlihat

bahwa komposisi penggunaan pinjaman di Kabupaten Ponorogo paling banyak

digunakan untuk modal kerja (pinjaman jangka pendek untuk modal kerja)

sebesar 47,59 persen, kemudian konsumsi (misal : pinjaman pemilikan rumah)

sebesar 39,36 persen dan investasi (pinjaman jangka menengah/panjang untuk

pembelian barang modal atau jasa guna rehabilitasi, modernisasi, ekspansi, dan

(54)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

Namun selama tahun 2015 pertumbuhannya menurun dibanding tahun

sebelumnya. Bahkan pinjaman untuk investasi mengalami kontraksi yang cukup

tajam dari 18,86 persen pada tahun 2014 menjadi -0,16 persen pada tahun 2015.

Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi ekonomi global yang belum pulih

membawa sentimen negatif terhadap investasi yang dilakukan oleh pelaku usaha.

Gambar 1.23. Kontribusi Jasa Keuangan dan Asuransi Menurut Sub Kategori di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur

Tahun 2015 (%)

Jasa keuangan dan asuransi terbagi menjadi sub kategori jasa perantara

keuangan (misal : bank, koperasi simpan pinjam dll), asuransi dan dana pensiun,

jasa keuangan lainnya (misal : pegadaian, leasing, dll), serta jasa penunjang

keuangan (misal : money changer).

Jasa perantara keuangan memegang kontribusi yang paling besar (1,79

persen) diantara sub kategori lainnya dalam membentuk perekonomian Kabupaten

Ponorogo. Sementara jasa keuangan lainnya berada pada posisi berikutnya

dengan kontribusi sebesar 0,90 persen.

Jasa Perantara Keuangan

Asuransi dan Dana Pensiun

Jasa Keuangan Lainnya

Jasa Penunjang Keuangan

Jawa Timur 1,79 0,42 0,53 0,01

(55)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Kategori informasi dan komunikasi Kabupaten Ponorogo juga mengalami

perlambatan kinerja pada tahun 2015. Pertumbuhan kategori ini di Kabupaten

Ponorogo sebesar 8,09 persen, melambat dibanding tahun sebelumnya yang

mencapai 9,77 persen. Sementara di Jawa Timur tumbuh 6,49 persen, lebih cepat

dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,88 persen.

Gambar 1.24. Laju Pertumbuhan Informasi dan Komunikasi di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Meski penggunaan teknologi informasi dan komunikasi semakin intensif di

kalangan masyarakat namun dengan semakin banyaknya pelaku usaha yang

berkecimpung di kategori ini menyebabkan persaingan bisnis antar operator atau

penyedia jasa informasi dan komunikasi. Hal ini berdampak tarif penggunaan jasa

informasi dan komunikasi menjadi semakin rendah sehingga berpengaruh

terhadap nilai tambah yang dihasilkan serta perlambatan pertumbuhan kinerja

pada kategori informasi dan komunikasi.

10,73

10,62

12,16

9,77 8,09

9,11

12,37

12,03

5,88

6,49

2011 2012 2013 2014* 2015**

(56)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

Gambar 1.25. Kontribusi Informasi dan Komunikasi

di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Kontribusi kategori informasi dan komunikasi terhadap perekonomian

Kabupaten Ponorogo tahun 2015 mencapai 6,83 persen. Sementara pada level

Jawa Timur kontribusinya hanya 4,56 persen.

Gambar 1.26. Laju Pertumbuhan Real Estate

di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

2011 2012 2013 2014* 2015**

Jawa Timur 4,65 4,73 4,78 4,54 4,56

Kab. Ponorogo 6,76 6,76 6,89 6,87 6,83

(57)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Kategori real estate atau sewa bangunan mencakup semua kegiatan jasa

atas penggunaan bangunan baik digunakan sebagai tempat tinggal maupun bukan

tempat tinggal tanpa memperhatikan apakah bangunan tersebut milik sendiri atau

disewa.

Real estate tumbuh seiring berkembangnya bisnis dan jumlah penduduk.

Pada tahun 2015 kinerja kategori ini di Kabupaten Ponorogo sebesar 5,93 persen,

melambat dibanding tahun 2014 (7,66 persen). Munculnya pusat bisnis seperti

pusat perbelanjaan di Kabupaten Ponorogo masih mendorong tumbuhnya kinerja

di kategori ini, namun tidak seoptimis tahun sebelumnya karena lesunya bisnis

properti/perumahan yang berpengaruh terhadap perlambatan kinerja real estate.

Kondisi serupa juga terjadi di Jawa Tmur. Kinerja real estate juga mengalami

perlambatan, yang semula 6,97 persen pada tahun 2014 menjadi 4,97 persen

pada tahun 2015.

Gambar 1.27. Kontribusi Real Estate

di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

2011 2012 2013 2014* 2015**

Jawa Timur 1,64 1,61 1,63 1,57 1,63

Gambar

Gambar 1.6. Kontribusi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Menurut Sub Kategori Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2015 (%)
Gambar 1.7. Laju Pertumbuhan  Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Ponorogo
Gambar 1.8. Kontribusi Pertambangan dan Penggalian
Gambar 1.9. Laju Pertumbuhan  Kategori Industri Pengolahan Kabupaten Ponorogo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS) Kota Bekasi, laju pertumbuhan ekonomi rata-rata Kota Bekasi (5,4 persen) pada masa otonomi

Hampir semua kabupaten/kota di Bandung Raya mengalami perlambatan ekonomi, kecuali Kabupaten Sumedang yang tum- buh positif dan lebih tinggi dari LPE 2014, yaitu meningkat dari

Produk digliserida menghasilkan penurunan tegangan permukaan air yang semakin meningkat seiring dengan besarnya persen berat katalis NaOH yang digunakan,

Sementara bila dirinci menurut jenis lantainya, hampir semua atau tepatnya 99,23 persen rumah yang ada di Kecamatan Ponorogo telah berlantai keramik/tegel/semen sedangkan

Selain itu, jumlah pencari kerja semakin meningkat 300 persen seiring melonjaknya jumlah pengangguran, maka dari itu di perlukan sebuah system informasi untuk

Seiring dengan berjalannya perekonomian ke tahap pertumbuhan yang lebih baik, serta perkembangan teknologi dan tingkat persaingan hidup yang semakin meningkat untuk

Hampir semua kabupaten/kota di Bandung Raya mengalami perlambatan ekonomi, kecuali Kabupaten Sumedang yang tum- buh positif dan lebih tinggi dari LPE 2014, yaitu meningkat dari

ekonominya semakin meningkat menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun dari 50,09 persen pada 1983 menjadi 19,31 persen pada 2003, rumah tangga pertanian yang kondisi