ANALISIS STRATEGI PEMASARAN GADAI EMAS UNTUK MENGOPTIMALKAN PENCAPAIAN LABA PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada)
GELADIKARYA
Oleh : WAZIRUDDIN NIM : 097007019
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2014
PERSETUJUAN GELADIKARYA
Judul Geladikarya : ANALISIS STRATEGI PEMASARAN GADAI EMAS UNTUK MENGOPTIMALKAN PENCAPAIAN LABA PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada)
Nama : Waziruddin
N I M : 097007019
Program Studi : Magister Manajemen
Menyetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Rismayani, SE., M.Si Ketua
Dr. Ir. Zahri Zein, M.Sc Anggota
Ketua Program Studi Direktur
Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc NIP: 195011061978021001 NIP: 19651101199103100
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Geladikarya yang berjudul :
Analisis Strategi Pemasaran Gadai Emas Untuk Mengoptimalkan Pencapaian Laba Perusahaan (Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada)
Adalah benar hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya, judul yang dimaksud belum pernah dimuat atau dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang dipergunakan telah dinyatakan secara jelas.
Medan, Maret 2014
Waziruddin
RINGKASAN EKSEKUTIF
Terjadinya penyimpangan/penyalahgunaan tujuan gadai untuk investasi menyebabkan melonjaknya pembiayaan gadai di Bank Syariah maupun pegadaian. Harga pasar emas dunia tidak stabil dan mulai menurun di pasar internasional, menyebabkan tingginya resiko nasabah gadai menunggak. Hal ini disikapi Bank Indonesia, sebagai regulator perbankan dengan melakukan audit khusus terhadap operasional, ketentuan dan peraturan KLG yang beroperasi dan membekukan seluruh transaksi gadai di Perbankan Syariah termasuk Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada selama kurun waktu Desember 2011-2012. Berdasarkan data Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada setelah beroperasi kembali selama lima bulan (April-September 2012) terlihat penurunan nasabah gadai yang sangat signifikan. Jika kondisi ini tidak disikapi dengan cermat, Kantor Pusat Bank Syariah Mandiri akan melakukan penutupan terhadap KLG yang dianggap kurang produktif. Tentunya hal itu akan sangat mempengaruhi perolehan laba Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada.
Berdasarkan hal diatas, permasalahan yang akan diteliti pada geladikarya ini, adalah menurunnya jumlah nasabah gadai emas sejak bulan Desember 2011 yang berakibat pada menurunnya pendapatan perusahaan dari sector gadai emas.
Untuk itu dari penelitian ini akan mencari faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya jumlah nasabah gadai emas baik faktor internal maupun faktor eksternal dan strategi yang harus ditempuh untuk meningkatkan minat para nasabah dalam melakukan gadai emas pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada.
Berdasarkan analisis SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi pemasaran dalam menghadapi persaingan yang tepat yaitu strategi S-O : mempertahankan biaya transaksi yang wajar sebagai kekuatan bank syariah mandiri agar bisa dekat dengan masyarakat, meningkatkan ragam jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, meningkatkan teknologi untuk menyesuaikan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Strategi ST : mempertahankan system transaksi bank syariah mandiri sebagai kekuatan untuk bersaing dengan bank syariah lain, bank konvensional maupun perusahaan gadai emas,
meningkatkan pelayanan terhadap nasabah bank syariah mandiri, menerapkan pemasaran jemput bola untuk bersaing dengan bank konvensional maupun perusahaan gadai emas yang agresif. Strategi W-O : menciptakan produk baru yang mengikuti selera pasar, menambah fasilitas agar mampu melayani nasabah dengan efektif dan efisien. Dan Strategi W-T : menambah fasilitas bank syariah mandiri untuk menghadapi persaingan, meningkatkan teknologi informasi untuk mengantisipasi persaingan. Berkaitan dengan kondisi internal perusahaan, baik berupa kekuatan maupun kelemahan, dikaitkan dengan kondisi eksternal lembaga yang berupa peluang dan tantangan Bank Syariah Mandiri produk gadai emas dalam upaya mempertahankan eksistensinya dan meningkatkan kualitas perlu meramu keempat aspek tersebut dengan cara yang seefektif dan seefisien mungkin. Untuk itu Bank Syariah Mandiri diharapkan melakukan serangkaian pembenahan agar dapat tetap eksis dalam menghadapi persaingan produk gadai emas khususnya di Kota Medan dan umumnya di Sumatera secara terpadu.
Kata kunci: Gadai emas, SWOT, Perbankan Syariah, Bank Syariah Mandiri.
RIWAYAT HIDUP
Waziruddin, lahir di Palembang tanggal 6 Mei 1966, anak ke dua dari empat bersaudara dari ayah Abdulhay Rahman, dan ibu Aisyah. Menikah dengan Hanifah Kurniati dan telah dikaruniai tiga orang anak, Yasmin Nurzirani, Harits Abdurrahman dan Nasywa Syarifah Azzahra.
Riwayat Pendidikan
SD Negeri 5 Palembang Tamat Tahun 1979 SMP Negeri 1 Palembang Tamat Tahun 1982 SMA Negeri 1 Palembang Tamat Tahun 1985
UNPAD Fakultas ISIP Tamat Tahun 1990
Riwayat Pekerjaan
- Tahun 1991 - 2002, bekerja di PT. Bank Swansarindo Internasional, Kantor Pusat Jakarta
- Tahun 2002 – sekarang bekerja di PT. Bank Syariah Mandiri, Kantor Pusat Jakarta
Medan, Maret 2014 Peneliti,
Waziruddin
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis atas berkat dan rahmat Allah S.W.T, sehingga penulis dapat menyelesaikan Geladikarya ini dengan judul : “ANALISIS STRATEGI
PEMASARAN GADAI EMAS UNTUK MENGOPTIMALKAN
PENCAPAIAN LABA PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada) ”.
Geladikarya ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program studi Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT, selaku Sekretaris Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE., M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Zahri Zein, MSc selaku Anggota Komisi Pembimbing.
5. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.
6. Staf akademik di Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.
7. Keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat tiada henti.
8. Pimpinan dan Staf Bank Syariah Mandiri Medan.
Akhirnya penulis menyadari bahwa Geladikarya ini masih banyak memiliki kekurangan dan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak untuk kesempurnaan laporan ini.
Medan, Maret 2014
Waziruddin
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN GELADIKARYA ...i
LEMBAR PERNYATAAN ...ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ...iii
RIWAYAT HIDUP ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ...viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I. PENDAHULUAN………... 1
1.1 Latar Belakang ...……… 1
1.2 Rumusan Masalah ..………. 4
1.3 Tujuan Penelitian ...………. 5
1.4 Manfaat Penelitian...………... 5
1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian……….. 6
BAB II. LANDASAN TEORI……..………... 7
2.1 Teori tentang Jasa ….……….. 7
2.1.1 Pengertian Jasa ………...7
2.1.2 Karakteristik Jasa …………..………. 8
2.1.3 Klarifikasi Jasa ……….. 9
2.2 Manajemen Pemasaran..……. ...………... 12
2.2.1 Pengertian Jasa ………...12
2.2.2 Konsep Pemasaran………...14
2.2.3 Manajemen Strategi dan Strategi Pemasaran …………....14
2.2.4 Marketing Mix………...…………....15
2.2.5 Pasar Sasaran, Positioning, Dan Segmentasi ….………...19
2.3 Perbankan Syariah ……… 19
2.3.1 Sejarah ……….………...20
2.3.2 Prinsip Perbankan Syariah …...21
2.3.3 Produk Perbankan Syariah …...22
2.3.4 Tantangan Pengelolaan Dana ...26
2.4 Analisis SWOT ……….. 28
2.4.1 Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT………...28
2.4.2 Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT …...30
BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL ...…………... 34
BAB IV. METODE PENELITIAN ……...…………... 36
4.1 Metode Penelitian………36
4.2 Jenis dan Sumber Data ……….. 36
4.3 Metode Pengumpulan Data ………36
4.4 Populasi dan Sampel ………... 37
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data... 39
4.5.1 Analisis Deskriptif ... 39
4.4.2 Analisis Uji Validitas dan Realiabilitas... 39
4.4.3 Variabel Penelitian ………... 40
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian... 40
BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN……..……….. 41
5.1 Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri ...………41
5.1.1 Visi, Misi dan Shared Values ……... 44
5.1.2 Budaya Kerja ………... 45
5.1.3 Gambaran Kerja Karyawan ………... 46
5.1.4 Gambaran Penilaian (Performance Appraisal Report) BSM... 48
5.2 Struktur Organisasi Perusahaan………50
BAB VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……….…..……….. 51
6.1 Karakteristik Responden ……….……… 51
6.1.1 Jenis Kelamin ………..………..51
6.1.2 Kategori Usia Responden ………..52
6.1.3 Jenis Pekerjaan ………..53
6.2 Pembahasan Hasil Penelitian ………..……… 54
6.2.1 Strategi Persaingan Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas Terhadap Bank Syariah Lain, Bank Konvensional Dan Perusahaan Gadai Emas...54
6.3 Arah Pengembangan dan Strategi ………69
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN…...…………... 71
7.1 Kesimpulan…….………...………71
7.2 Saran ……….71
DAFTAR PUSTAKA………. 73
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1.1 Ketentuan Pembiayaan Gadai Bank Syariah Mandiri Sebelum dan
Sesudah Revisi Bank Indonesia.………... 3
Tabel 2.1 Perbedaan Barang dan Jasa ………..………... .……… 9
Tabel 2.2 Tingkat Interaksi dan Kekhususan Jasa …………..………... 10
Tabel 2.3 Skoring Analisis SWOT ………... ………….………..31
Tabel 4.1 Daftar Tabel Pengambilan Sampel Kreijie ………….………..38
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian ……….………..40
Tabel 6.1 Matriks EFE Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas ..…………..62
Tabel 6.2 Matriks IFE Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas ……….63
Tabel 6.3 Analisis Matriks SWOT Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas ..68
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1 Kuadran Hitung Hasil Analisis SWOT …..…….……….32
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ……….……….35
Gambar 5.1 Struktur Organisasi perusahaan …..…….……….………50
Gambar 4.1 Chart Jenis Kelamin Responden………...….…….………52
Gambar 4.2 Chart Tingkat Usia Responden…………....….…….………52
Gambar 4.3 Chart Jenis Pekerjaan Responden ……....….………...……….53
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank Syariah Mandiri (BSM) mulai beroperasi sejak tanggal 1 Nopember 1999 berdasarkan prinsip bagi hasil (revenue sharing) dengan pemegang saham mayoritas Bank Mandiri. BSM telah menetapkan 10 (sepuluh) prioritas kerja utama sebagai pedoman program kerja tahun 2009 yang tercantum dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun 2009. Salah satu dari prioritas kerja utama dimaksud adalah: “Mengembangkan pembiayaan dengan hati-hati sekurang- kurangnya Rp. 3,43 triliun dengan fokus utama UMKM, sehingga porsi pembiayaan UMKM menjadi 58%, pembiayaan korporasi maksimal 42% dengan rasio FDR<91,93% dan membangun bisnis rahn dengan sebaik-baiknya untuk mencapai portofolio minimal Rp 60 milyar”.
Bank syariah dapat melaksanakan bisnis gadai karena memiliki dasar hukum yang memadai, a.l: Al Qur’an; Hadits; Undang-undang, Peraturan Bank Indonesia dan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional. Pada tanggal 16 Maret 2009, potensi pasar gadai cukup besar untuk menjadi produk pembiayaan. BSM mengembangkan produk gadai dan membuka Konter Layanan Gadai (KLG).
Konter ini melayani transaksi gadai emas untuk memenuhi kebutuhan mendesak nasabah dengan cara yang sederhana, cepat dan murah. Per 30 Oktober 2012, BSM memiliki 360 KLG yang tersebar di seluruh Indonesia.
KLG Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada mulai beroperasi
membukukan Omzet sebesar Rp. 25 Milyar, outstanding sebesar Rp. 3,2 Milyar dan perolehan fee based income sebesar Rp. 750 Juta.
Terjadinya penyimpangan/penyelahgunaan tujuan gadai untuk investasi menyebabkan melonjaknya pembiayaan gadai di Bank Syariah maupun pegadaian. Harga pasar emas dunia tidak stabil dan mulai menurun di pasar internasional, menyebabkan tingginya resiko nasabah gadai menunggak. Hal ini disikapi Bank Indonesia, sebagai regulator perbankan dengan melakukan audit khusus terhadap operasional, ketentuan dan peraturan KLG yang beroperasi dan membekukan seluruh transaksi gadai di Perbankan Syariah termasuk Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada selama kurun waktu Desember 2011-2012.
KLG Medan Gajah Mada mulai beroperasi kembali pada tanggal 09 April 2012 setelah memperoleh izin BI dan melakukan pembenahan agar sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan BI.
Tabel 1.1 Ketentuan Pembiayaan Gadai Bank Syariah Mandiri Sebelum dan Sesudah Revisi Bank Indonesia
No Sebelum Revisi Sesudah Revisi
1 Maksimum pembiayaan gadai 93%
dari taksiran untuk emas Antam dan 90% untuk non Antam
Maksimum pembiayaan gadai 90%
dari taksiran untuk emas Antam dan 85% untuk non Antam
2 Harga dasar emas BSM mengacu terhadap Harga Tengah antara Harga jual dan harga beli antam
Harga dasar emas BSM mengacu terhadap Harga Tengah Bank Indonesia (HTBI) dan maksimum pembiayaan 80% dari HTBI.
3 Biaya titip emas berasal dari pembiayaan nasabah
Biaya titip emas berasal dari taksiran emas, bukan dari pembiayaan nasabah 4 Besarnya pembiayaan gadai tidak
terbatas selama jumlah agunan emas sesuai dengan besarnya pembiayaan gadai
Besarnya pembiayaan gadai maksimum RP. 250.000.000,- untuk satu orang nasabah.
Sumber: Data Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada Tahun 2012
Berdasarkan data Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada setelah beroperasi kembali selama lima bulan (April-September 2012) terlihat penurunan nasabah gadai yang sangat signifikan. Selama bulan Mei – Nopember 2011 KLG Medan Gajah Mada mengalami pertumbuhan yang signifikan dan pengalami penurunan yang drastis pada bulan Desember 2011 sampai dengan Maret 2012 dan menjadi stagnan (cenderung konstan) hingga saat ini. Kondisi ini sangat berbanding terbalik dengan pegadaian sebagai kompetitor Bank Syariah Mandiri. Pegadaian mengalami pertumbuhan sebesar 125%. Pada bulan Agustus
tahun 2012, pegadaian mengalami lonjakan pertumbuhan yang cukup tinggi yang disebabkan pada bulan tertentu banyak umat Muslim menggadaikan emasnya untuk keperluan hari raya.
Jika kondisi ini tidak disikapi dengan cermat, Kantor Pusat Bank Syariah Mandiri akan melakukan penutupan terhadap KLG yang dianggap kurang produktif. Tentunya hal itu akan sangat mempengaruhi perolehan laba Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada. Untuk itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mencari root cause dan menemukan solusi terhadap permasalahan diatas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan dimuka, permasalahan yang akan diteliti pada geladikarya ini, adalah menurunnya jumlah nasabah gadai emas sejak bulan Desember 2011 yang berakibat pada menurunnya pendapatan perusahaan dari sector gadai emas. Untuk itu dari penelitian ini akan cari berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan tersebut, antara lain :
a. Faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya jumlah nasabah gadai emas paik faktor internal maupun faktor eksternal pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada.
b. Apa saja strategi yang harus ditempuh untuk meningkatkan minat para nasabah dalam melakukan gadai emas pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian geladikarya ini adalah:
a. Menganalisa faktor-faktor internal dan eksternal yang menyebabkan menurunnya jumlah nasabah gadai emas Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada.
b. Merumuskan strategi dan kebijakan-kebijakan yang tepat dalam upaya perbaikan untuk meningkatkan minat para nasabah dalam melakukan gadai emas pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada.
1.4 Manfaat Penelitian
Sejalan dengan tujuan penelitian, manfaat penelitian yang diharapkan dari penulisan geladikarya ini adalah :
a. Bagi Perusahaan, penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangan dalam perbaikan dan memperkuat kebijakan yang akan diterapkan Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada.
b. Bagi program Magister Manajemen (MM) USU, sebagai bahan referensi penelitian lebih lanjut yang terkait dengan masalah pengembangan strategi - strategi dan kebijakan yang di butuhkan oleh dunia usaha
c. Bagi penulis, penelitian ini menambah wawasan dan mengaplikasi teori- teori tentang strategi pemasaran dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan.
1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian
Dalam geladikarya ini penulis memberikan batasan:
a. Penelitian terbatas pada kebijakan-kebijakan apa yang selama ini telah diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada.
b. Para nasabah baik yang perorangan maupun perusahaan yang pernah menjadi nasabah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada merupakan populasi dalam penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TOERI
2.1 Teori Tentang Jasa 2.1.1 Pengertian Jasa
Jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari satu pihak kepihak yang lain. Pada umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, dimana interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut. Aspek suatu industri jasa tergantung pada sejauh mana perusahaan mampu mengelola ketiga aspek berikut:
1. Janji perusahaan mengenai jasa yang akan disampaikan kepada pelanggan.
2. kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi janji tersebut.
3. Kemampuan karyawan menyampaikan janji tersebut kepada pelanggan.
Jasa merupakan suatu pendefinisian yang rumit (complicated), dan kata jasa tersebut banyak sekali yang mengartikannya mulai dari yang mengartikan pelayanan personal sampai kepada jasa diartikan sebagai suatu produk, beberapa ahli pemasaran mengartikan definisi jasa diantaranya sebagai berikut : (Gronroos, 2007). Kata jasa mempunyai banyak arti dan ruang lingkup, dari pengertian yang paling sederhana, yaitu hanya berupa pelayanan dari seseorang kepada orang lain, baik yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat, yang hanya dirasakan sampai kepada fasilitas-fasilitas pendukung yang harus tersedia dalam penjualan jasa dan benda-benda lainya. Jasa adalah aktivitas atau rentetan kegiatan yang
dalam menyediakan konsumen, pemakai jasa (Lehtinen, 1983,p,21). Jasa adalah suatu pekerjaan yang dilakukan untuk anda yang dapat berguna bagi diri anda (Joseph G. Bonnice, 2006). Jasa adalah setiap tindakan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain. Pada dasarnya jasa tidak berwujud, dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa berkaitan dengan produk fisik atau tidak (Pihilip Kotler, 1994). Jasa adalah setiap aktivitas ekonomi yang outputnya bukan merupakan suatu produk fisik atau kontruksi, umumnya dikonsumsi pada saat yang sama pada jasa tersebut dihasilkan, dan memberikan nilai tambah (Zeithaml dan Britner, 2010) Dan dapat di simpulkan, bahwa jasa adalah setiap tindakan atau aktivitas dan bukan benda, yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat tidak berwujud fisik, konsumen terlibat secara aktif dalam proses produksi dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.
2.1.2 Karakteristik Jasa
Meskipun perbedaan antara barang dan jasa sulit dibedakan, diketahui bahwa karakteristik dan sifat barang adalah yang tidak terlihat pada jasa.
Karakteristik utama yang membedakan jasa dengan produk adalah sifat jasa yang tidak dapat dilihat (tidak nyata ) di samping keterlibatan konsumen secara aktif dalam proses penyampaian jasa. Peran tenaga manusia, dalam hal ini kontak personel, sangat penting artinya, karena mereka yang menentukan apakah penyampaian jasa itu berhasil atau tidak. Secara keseluruhan dapat dilihat perbedaan barang dan jasa, perbedaan karakteristik yang diberikan oleh beberapa
penulis antara lain : Gronroos (2007), Zeithaml, Parasuraman dan Berry (2010).
Seperti yang di kemukakan pula oleh Peters (1999), dapat di lihat dalam tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Perbedaan Barang dan Jasa
2.1.3 Klasifikasi Jasa
Penggolongan jasa menurut kriteria tertentu dapat membantu pembahasan tentang manajemen jasa dan dapat membantu memecahkan masalah keterbatasan pengetahuan suatu industri jasa tertentu melalui pengetahuan. Misalnya, rumah sakit dapat belajar tentang pembukuannya seperti pembukuan suatu hotel, restoran dapat menggunakan beberapa konsep manajemen jasa pembersih.
Agar dapat diperoleh suatu gambaran menyeluruh tentang masalah- masalah manajemen diantara industri-industri jasa, Roger Schmenner mengemukakan suatu konsep proses jasa dalam suatu bentuk metriks, seperti dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2 Tingkat Interaksi dan Kekhususan Jasa
Di dalam matriks ini, jasa-jasa digolongkan atas dua dimensi yang sangat mempengaruhi karakter proses penyampaian jasa. Sumbu vertical menggambarkan tingkat intensitas penggunaan tenaga kerja (labor intensity) yang merupakan perbandingan antara biaya tenaga kerja, dengan modal. Makin tinggi penggunaan tenaga kerja berarti makin rendah penggunaan modal (Capital).
Sumbu horizontal menggambarkan kekhususan dari jasa yang diberikan (customization). Yang dimaksud dengan customization adalah kekhususan jasa karena kemampuan konsumen secara personal untuk mempengaruhi jasa yang akan diterimanya. Interaksi antara konsumen dengan penyedia jasa akan lebih rendah jika jasa-jasa itu lebih seragam (tidak bersifat khusus) dan tidak membutuhkan sutau penjelasan khusus mengenai atribut jasa tersebut. Sebagai
contoh, makanan yang ditawarkan McDonalds yang sebelumnya sudah tersedia dalam kualitas dan jenis yang tidak berbeda (bentuk-bentuk yang standar/low in costumization) dapat dijual tanpa melalui interaksi yang sulit, sehingga tingkat penggunaan tenaga kerjanya rendah. Pada restoran-restoran cepat saji lainnya, terlihat tenaga kerja hanya dibutuhkan dalam menerima pesanan konsumen, sementara pelayanan-pelayanan lain tidak ada. Sebaliknya, seorang dokter dan pasien harus berintegrasi secara penuh didalam mendiagnosis dan menangani pasien agar diperoleh hasil yang berbeda dengan kebutuhan pasien yang lain. Pada jasa jenis ini, penggunaan tenaga manusia, dalam hal dokter atau pekerja medis lainnya sangat dibutuhkan dan diutamakan. Dengan demikian, perlu kita ketahui bahwa pada jasa-jasa yang sangat khusus (costumization), interaksi yang terjadi umumnya menciptakan problem yang membutuhkan penanganan yang serius bagi manajemen, terutama dalam proses penyampaian jasa-jasa tersebut.
Di dalam matriks proses jasa terdapat empat kuadran dengan dua dimensi, seperti yang dijelaskan sebelumnya, yaitu tingkat penggunaan tenaga kerja dan dimensi lain tentang tingkat interaksi dan kekhususan suatu jasa. Berdasarkan proses, jasa meliputi berikut ini :
· Service factories, jasa-jasa umum dengan investasi modal besar dan tingkat interaksi rendah/tidak spesifik, contoh : jasa penerbangan, jasa pengangkutan dan hotel.
· Service shops, misalnya bentuk-bentuk pelayanan pada rumah sakit, pelayanan reparasi mobil dan reparasi alat-alat elektronik, dimana jasa yang diberikan
lebih bersifat spesifik (tingkat Costumization yang tinggi) yang harus ditunjang oleh peralatan (modal) yang besar.
· Mass service, yaitu pelayanan yang sama untuk semua golongan dan jenis konsumen. Golongan jasa ini mempunyai karakteristik penggunaan tenaga kerja yang tinggi (intensif), sementara interaksi diantara konsumen dan penyedia jasa tidak terlalu penting, karena jasanya bersifat umum dan sama.
Contohnya, pelayanan pada perdagangan eceran.
· Professional service, yaitu suatu bentuk pelayanan yang membutuhkan perhatian dan keahlian khusus, tidak membutuhkan tebaga kerja yang banyak, tetapi ahli dibidangnya. Hal ini sangat penting untuk mengadakan kontrak dan interaksi yang intensif di antara pemakai dan penyedia jasa. Contoh jenis jasa profesional ini adalah jasa dokter atau pengacara.
2.2. Manajemen Pemasaran 2.2.1 Konsep Manajemen
Menurut Robbins dan Coulter (2004), mendefinisikan manajemen sebagai proses mengkoordinasi kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input yang terkecil. Karena manajer menghadapi input yang langka, meliputi sumber daya seperti orang, uang, dan peralatan-mereka memperhatikan sekali penggunaan yang efisien atas sumberdaya itu. Efektivitas sering digambarkan sebagai ”melakukan segala sesuatu yang benar”, yaitu aktivitas-aktivitas pekerjaan yang membantu organisasi mencapai sasaran.
Menurut Robbins dan Coulter (2004), Fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan
Fungsi manajemen yang mencakup proses mendelegasikan sasaran, menetapkan strategi untuk mencapai sasaran itu, dan menyusun rencana untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.
2. Mengorganisasi
Fungsi manajemen yang mencakup proses menentukan tugas apa yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, bagaimana cara mengelompokkan tugas-tugas itu, siapa yang harus melapor ke siapa dan dimana keputusan harus dibuat.
3. Memimpin
Fungsi manajemen yang mencakup memotivasi bawahan, mempengaruhi individu atau tim sewaktu mereka bekerja, memiliki saluran komunikasi yang paling efektif, dan memecahkan dengan berbagai cara masalah perilaku karyawan 4. Mengendalikan
Fungsi manjemen yang memantau kinerja aktual, membandingkan aktual dengan standar, dan membuat koreksinya, jika perlu.
5. Proses manajemen
Serangkaian keputusan dan kegiatan kerja yang sedang terjadi yang dialami oleh para manajer sewaktu mereka merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan.
2.2.2 Konsep Pemasaran
Menurut Kotler dan Keller (2009), pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan mencipakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. Sedangkan manajemen pemasaran (marketing management) sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Menurut Kotler dan Keller (2009), untuk memahami fungsi pemasaran, kita perlu memahami serangkaian konsep inti berikut ini :
1. Kebutuhan,keinginan, dan permintaan 2. Pasar sasaran, positioning, dan segmentasi 3. Saluran pemasaran
4. Rantai pasokan 5. Persaingan
6. Lingkungan pemasaran
2.2.3 Manajemen Strategi dan Strategi Pemasaran
Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang hendak dicapai. Strategi bisnis mencakup ekspansi geografis, diverivikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengetatan, divestasi, likuidasi, dan usaha patungan atau joint venture. Sedangkan manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yangmemampukan sebuah
organisasi mencapai tujuannya venture (David, 2009). Strategi pemasaran merupakan pernyataan (baik secara implisit maupun eksplisit) mengenai bagaimana suaru merek atau lini produk mencapai tujuannya (Tjiptono, 2008) 2.2.4 Marketing Mix
Tugas pemasar adalah merencanakan aktivitas-aktivitas pemasaran dan membentuk program pemasaran yang terintegrasi penuh untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menghantarkan nilai kepada pelanggan. Aktivitas pemasaran dalam semua bentuk. Menurut mc.
Menurut Lovelock dan Wirtz (2007), ketika membahas strategi untuk memasarkan barang manufaktur, tenaga pemasar biasanya memperhatikan empat unsur strategis dasar : produk, harga, tempat (atau distribusi), dan promosi. Tetapi sifat jasa, yang melibatkan berbagai aspek ketertiban pelanggan dalam produksi dan pentingnya faktor-faktor waktu, kami menggunakan model 8P manajemen jasa terpadu, yang menyoroti delapan variabel keputusan bagi para manajer perusahaan jasa.
1. Elemen produk: semua komponen kinerja jasa yang menciptakan nilai bagi pelanggan. Manajer harus dapat memilih fitur-fitur produk inti (baik barang maupun jasa) dan beberapa elemen jasa pelengkap yang mengelilinginya dengan merujuk manfaat yang diinginkan pelanggan dan seberapa tinggi daya saing produk tersebut.
2. Tempat dan waktu : keputusan manajemen tentang kapan, dimana, dan bagaimana menyampaikan jasa kepada pelanggan. Pengiriman elemen produk ke pelanggan melibatkan keputusan tentang tempat dan waktu pengiriman dan
mungkin melibatkan saluran distribusi fisik atau elektronik (atau keduanya), bergantung pada sifat jasa yang diberikan. Perusahaan dapat mengirimkan jasa kepada pelanggan secara langsung atau melalui organisasi pelantara, seperti toko ritel yang dimiliki perusahaan lain, yang mendapatkan persentase harga jual untuk melakukan hal yang terkait dengan penjualan, pelayanan, atau berhubungan dengan pelanggan.
3. Proses : metode pengoperasian atau serangkaian tindakan tertentu, yang umumnya berupa langkah-langkah yang diberikan dalam suatu urutan yang telah ditetapkan. Untuk menciptakan dan menyampaikan elemen produk kepada pelanggan diperlukan desain dan implementasi dari proses yang efektif. Sebuah proses menjelaskan metode dan urutan kerja dari sistem yang beroperasi. Proses yang desainnya buruk akan menggangu pelanggan karena keterlambatan, birokrasi, dan penyampaian jasa yang tidak efektif. Sama halnya, proses yang buruk menyulitkan para staf di garis depanuntuk melakukan tugasnya dengan baik, yang berakibat rendahnya produktivitas, dan meningkatkan kemungkinan terjadinya kesalahan.
4. Produktivitas dan kualitas : seberapa efisien pengubahan input jasa menjadi output yang menambah nilai bagi pelanggan. Produktivitas dan kualitas, yang sering juga dipisahkan satu sama lain, harus dilihat sebagai dua sisi mata uang yang sama. Tidak ada perusahaan yang sanggup mengangani elemen ini secara sendiri-sendiri. Meningkatkan produktivitas sangat penting untuk menjaga agar biaya tetap terkendali, tetapi manajer harus berhati-hati untuk tidak mengurangi tingkat layanan yang tidak disukai pelanggan (bahkan juga
karyawan). Kualitas jasa, yang didefinisikan pelanggan, berperan penting bagi diferensiasi produk dan bagi pembentukan loyalitas pelanggan. Tetapi, investasi untuk peningkatan kualitas tanpa menyadari keseimbangan antara peningkatan biaya dan pendapatan akan membahayakan perusahaan
5. Orang : banyak jasa bergantung pada interaksi langsung dan pribadi antara pelanggan dan karyawan perusahaan (seperti ketika memotong rambut dan makan di restoran). Sifat dari interaksi ini sangat mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa. Pelanggan sering menilai kualitas jasa yang mereka terima berdasarkan penilaian terhadap orang-orang yang menyediakan jasa tersebut. Perusahaan jasa yang berhasil menyediakan upaya yang cukup besar untuk merekrut, melatih, dan memotivasi karyawannya. Tetapi bukan semata-mata orang yang berhubungan langsung dengan pelanggan.
6. Promosi dan edukasi : semua aktivitas dan alat yang menggugah komunikasi yang dirancang untuk membangun preferensi pelanggan terhadap jasa dan penyedia jasa. Tidak satu pun program pemasaran dapat berhasil tanpa adanya program komunikasi efektif yang memberikan promosi dan pendidikan.
Komponen ini memainkan tiga peran penting : menyediakan informasi dan sarana yang dibutuhkan, membujuk sasaran pelanggan tentang kelebihan suatuproduk, dan mendorong pelanggan untuk mengambil tindakan pada suatu waktu. Dalam pemasaran jasa, banyak komunikasi bersifat mendidik, khususnya untuk pelanggan baru. Perusahaan dapat mengajarkan mereka tentang manfaat jasa, dimana, dan kapan mendapatkannya, dan bagaimana terlibat dalam proses. Komunikasi dapat disampaikan oleh orang-orang seperti
tenaga penjual dan pelatih atau melalui media seperti, televisi, radio, surat kabar, majalah, reklame, brosur, dan situs Web.
7. Bukti fisik : petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberi bukti atas kualitas jasa. Gedung, tanah, kendaraan, perabotan interior, perlengkapan, anggota staf, tanda-tanda, barang cetakan, dan petunjuk yang terlihat lainnya yang memberi bukti atas kualitas jasa. Perusahaan jasa perlu mengelola bukti fisik secara hati-hati karena dapat mempengaruhi kesan pelanggan, dalam jasa yang hanya memiliki sedikit elemen berwujud, seperti asuransi, iklan sering digunakan untuk menciptakan lambang-lambang bermakna tertentu. Misalnya, payung mungkin melambangkan perlindungan dan benteng melambangkan keamanan.
8. Harga dan biaya jasa lain-lain : pengeluaran uang, waktu, dan usaha oleh pelanggan untuk membeli dan mengkonsumsi jasa. Harga dan komponen biaya lainnya memperlihatkan kepada manajemen berbagai biaya yang ditimbulkan pelanggan dalam memperoleh manfaat suatu produk jasa.
Tanggung jawabnya tidak hanya terbatas pada tugas penentuan harga tradisional dalam menetapkan harga jual kepada pelanggan, menetapkan margin penjualan, dan menetapkan ketentuan-ketentuan kredit. Manajer jasa harus juga mengenali dan, bila memungkinkan, mencari cara untuk meminimalkan biaya yang harus ditanggung pelanggan dalam membeli dan menggunakan jasa tersebut, termasuk waktu, usaha fisik dan mental, dan pengalaman buruk.
2.2.5 Pasar Sasaran, Positioning, Dan Segmentasi
Kotler dan Keller (2009), seorang pemasar jarang dapat memuaskan semua orang dalam suatu pasar. Tidak semua orang menyukai sereal, kamar hotel, restoran, mobil, universitas, atau film yang sama. Karenanya, pemasar memulai dengan membagi-bagi pasar ke dalam segmen-segmen. Mereka mengindentifikasi dan membuat profil dari kelompok-kelompok pembeli yang berbeda, yang mungkin meneliti perbedaan demografis, psikologis, dan prilaku diantara pembeli.
Setelah mengidentifikasi segmen pasar, pemasar lalu memutuskan segmen mana yang memberikan peluang terbesar. Segmen itulah yang akan menjadi pasar sasarannya. Untuk setiap segmen perusahaan mengembangkan suatu penawaran pasar yang diposisikan di dalam benak pembeli sasaran sebagai keuntungan utama. Sebagai contoh Volvo mengembangkan mobilnya untuk pembeli yang memberi perhatian utama pada keselamatan, karenanya, Volvo memposisikan mobilnya sebagai mobil paling aman. Perusahaan akan mencapai hasil yang lebih baik jika mereka memilih pasar sasarannya dengan cermat serta mempersiapkan program pemasaran yang sesuai.
2.3 Perbankan Syariah
Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu system perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah).
Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha berkategori
terlarang (haram). Sistem perbankan konvensional tidak dapat menjamin absennya hal-hal tersebut dalam investasinya, misalnya dalam usaha yang berkaitan dengan produksi makanan atau minuman haram, usaha media atau hiburan yang tidak Islami, dan lain-lain.
Meskipun prinsip-prinsip tersebut mungkin saja telah diterapkan dalam sejarah perekonomian Islam, namun baru pada akhir abad ke-20 mulai berdiri bank-bank Islam yang menerapkannya bagi lembaga-lembaga komersial swasta atau semi- swasta dalam komunitas muslim di dunia
2.3.1 Sejarah
Suatu bentuk awal ekonomi pasar dan merkantilisme, yang oleh beberapa ekonom disebut sebagai "kapitalisme Islam", telah mulai berkembang antara abad ke-8 dan ke-12. Perekonomian moneter pada periode tersebut berdasarkan mata uang dinar yang beredar luas saat itu, yang menyatukan wilayah-wilayah yang sebelumnya independen secara ekonomi.
Pada abad ke-20, kelahiran perbankan syariah tidak terlepas dari hadirnya dua gerakan renaisans Islam modern, yaitu gerakan-gerakan neorevivalis dan modernis. Sekitar tahun 1940-an, di Pakistan dan Malaysia telah terdapat upaya- upaya pengelolaan dana jamaah haji secara non konvensional. Tahun 1963, Islamic Rural Bank berdiri di desa Mit Ghamr di Kairo, Mesir.
Perbankan syariah secara global tumbuh dengan kecepatan 10-15% per tahun, dan menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang konsisten di masa depan.[5] Laporan dari International Association of Islamic Banks dan analisis Prof. Khursid Ahmad menyebutkan bahwa hingga tahun 1999 telah terdapat lebih
dari 200 lembaga keuangan Islam yang beroperasi di seluruh dunia, yaitu di negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim serta negara-negara lainnya di Eropa, Australia, maupun Amerika. Diperkirakan terdapat lebih dari AS$
822.000.000.000 aset di seluruh dunia yang dikelola sesuai prinsip-prinsip syariah, menurut analisis majalah The Economist. Ini mencakup kira-kira 0,5%
dari total estimasi aset dunia pada tahun 2005. Analisis Perusahaan Induk CIMB Group menyatakan bahwa keuangan syariah adalah segmen yang paling cepat tumbuh dalam sistem keuangan global, dan penjualan obligasi syariah diperkirakan meningkat 24 persen hingga mencapai AS$ 25 miliar pada 2010.
2.3.2 Prinsip Perbankan Syariah
Perbankan syariah memiliki tujuan yang sama seperti perbankan konvensional, yaitu agar lembaga perbankan dapat menghasilkan keuntungan dengan cara meminjamkan modal, menyimpan dana, membiayai kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai. Prinsip hukum Islammelarang unsur-unsur di bawah ini dalam transaksi-transaksi perbankan tersebut:
1. Perniagaan atas barang-barang yang haram, 2. Bunga
3. Perjudian dan spekulasi yang disengaja serta 4. Ketidakjelasan dan manipulatif
Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional adalah sebagai berikut:
Bank Islam
• Melakukan hanya investasi yang halal menurut hukum Islam
• Memakai prinsip bagi hasil, jual- beli, dan sewa
• Berorientasi keuntungan dan falah (kebahagiaan dunia dan akhirat sesuai ajaran Islam)
• Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan
• Penghimpunan dan penyaluran dana sesuai fatwa Dewan Pengawas Syariah
Bank Konvensional
• Melakukan investasi baik yang halal atau haram menurut hukum Islam
• Memakai perangkat suku bunga
• Berorientasi keuntungan
• Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kreditur-debitur
• Penghimpunan dan penyaluran dana tidak diatur oleh dewan sejenis
Afzalur Rahman dalam bukunya Islamic Doctrine on Banking and Insurance (1980) berpendapat bahwa prinsip perbankan syariah bertujuan
membawa kemaslahatan bagi nasabah, karena menjanjikan keadilan yang sesuai dengan syariah dalam sistem ekonominya.
2.3.3 Produk Perbankan Syariah
Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah antara lain:
2.3.3.1 Titipan atau simpanan
• Al-Wadi'ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak berkewajiban, namun diperbolehkan, untuk memberikan bonus kepada nasabah. Bank Muamalat Indonesia-Shahibul Maal.
• Deposito Mudharabah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun waktu yang tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah yang dilakukan bank akan dibagikan antara bank dan nasabah dengan nisbah bagi hasil tertentu.
2.3.3.2 Bagi hasil
• Al-Musyarakah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model partnership atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang disepakati sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak. Perbedaan mendasar dengan mudharabah ialah dalam konsep ini ada campur tangan pengelolaan manajemennya sedangkan mudharabah tidak ada campur tangan
• Al-Mudharabah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha. Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan.
• Al-Muzara'ah, adalah bank memberikan pembiayaan bagi nasabah yang bergerak dalam bidang pertanian/perkebunan atas dasar bagi hasil dari hasil panen.
• Al-Musaqah, adalah bentuk lebih yang sederhana dari muzara'ah, di mana nasabah hanya bertanggung-jawab atas penyiramaan dan pemeliharaan, dan sebagai imbalannya nasabah berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
2.3.3.3 Jual beli
• Bai' Al-Murabahah, adalah penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat mengangsur barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad diawal dan besarnya angsuran=harga pokok ditambah margin yang disepakati. Contoh:
harga rumah 500 juta, margin bank/keuntungan bank 100 jt, maka yang dibayar nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang disepakati diawal antara Bank dan Nasabah.
• Bai' As-Salam, Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Barang yang dibeli harus diukur dan ditimbang secara jelas dan spesifik, dan penetapan harga beli berdasarkan keridhaan yang utuh antara kedua belah pihak. Contoh:
Pembiayaan bagi petani dalam jangka waktu yang pendek (2-6 bulan). Karena barang yang dibeli (misalnya padi, jagung, cabai) tidak dimaksudkan sebagai inventori, maka bank melakukan akad bai' as-salam kepada pembeli kedua (misalnya Bulog, pedagang pasar induk, grosir). Contoh lain misalnya pada produk garmen, yaitu antara penjual, bank, dan rekanan yang direkomendasikan penjual.
• Bai' Al-Istishna', merupakan bentuk As-Salam khusus di mana harga barang bisa dibayar saat kontrak, dibayar secara angsuran, atau dibayar di kemudian hari. Bank mengikat masing-masing kepada pembeli dan penjual secara
terpisah, tidak seperti As-Salam di mana semua pihak diikat secara bersama sejak semula. Dengan demikian, bank sebagai pihak yang mengadakan barang bertanggung-jawab kepada nasabah atas kesalahan pelaksanaan pekerjaan dan jaminan yang timbul dari transaksi tersebut.
2.3.3.4 Sewa
• Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
• Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik sama dengan ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa, namun dimasa akhir sewa terjadi pemindahan kepemilikan atas barang sewa.
2.3.3.5 Jasa
• Al-Wakalah adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang merupakan akad (perwakilan) yang sesuai dengan prinsip prinsip yang di terapkan dalam syariat islam.
• Al-Kafalah adalah memberikan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, dengan kata lain mengalihkan tanggung jawab seorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai jaminan.
• Al-Hawalah adalah akad perpindahan dimana dalam prakteknya memindahkan hutang dari tanggungan orang yang berhutang menjadi tanggungan orang yang berkewajiban membayar hutang (contoh: lembaga pengambilalihan hutang).
• Ar-Rahn, adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang merupakan akad gadai yang sesuai dengan syariah.
• Al-Qardh adalah salah satu akad yang terdapat pada sistem perbankan syariah yang tidak lain adalah memberikan pinjaman baik berupa uang ataupun lainnya tanpa mengharapkan imbalan atau bunga ( riba . secara tidak langsung berniat untuk tolong menolong bukan komersial.
2.3.4 Tantangan Pengelolaan Dana
Laju pertumbuhan perbankan syariah di tingkat global tak diragukan lagi.
Aset lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar dollar AS, tumbuh rata-rata lebih dari 15 persen per tahun. Di Indonesia, volume usaha perbankan syariah selama lima tahun terakhir rata-rata tumbuh 60 persen per tahun. Tahun 2005, perbankan syariah Indonesia membukukan laba Rp 238,6 miliar, meningkat 47 persen dari tahun sebelumnya. Meski begitu, Indonesia yang memiliki potensi pasar sangat luas untuk perbankan syariah, masih tertinggal jauh di belakang Malaysia.
Tahun lalu, perbankan syariah Malaysia mencetak profit lebih dari satu miliar ringgit (272 juta dollar AS). Akhir Maret 2006, aset perbankan syariah di negeri jiran ini hampir mencapai 12 persen dari total aset perbankan nasional.
Sedangkan di Indonesia, aset perbankan syariah periode Maret 2006 baru tercatat 1,40 persen dari total aset perbankan. Bank Indonesia memprediksi, akselerasi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia baru akan dimulai tahun ini.
Implementasi kebijakan office channeling, dukungan akseleratif pemerintah berupa pengelolaan rekening haji yang akan dipercayakan pada
perbankan syariah, serta hadirnya investor-investor baru akan mendorong pertumbuhan bisnis syariah. Konsultan perbankan syariah, Adiwarman Azwar Karim, berpendapat, perkembangan perbankan syariah antara lain akan ditandai penerbitan obligasi berbasis syariah atau sukuk yang dipersiapkan pemerintah.
Sejumlah bank asing di Indonesia, seperti Citibank dan HSBC, bahkan bersiap menyambut penerbitan sukuk dengan membuka unit usaha syariah.
Sementara itu sejumlah investor dari negara Teluk juga tengah bersiap membeli bank-bank di Indonesia untuk dikonversi menjadi bank syariah. Kriteria bank yang dipilih umumnya beraset relatif kecil, antara Rp 500 miliar dan Rp 2 triliun.
Setelah dikonversi, bank-bank tersebut diupayakan melakukan sindikasi pembiayaan proyek besar, melibatkan lembaga keuangan global.
Adanya perbankan syariah di Indonesia dipelopori oleh berdirinya Bank Muamalat Indonesia yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan tujuan mengakomodir berbagai aspirasi dan pendapat di masyarakat terutama masyarakat Islam yang banyak berpendapat bahwa bunga bank itu haram karena termasuk riba dan juga untuk mengambil prinsip kehati-hatian. Apabila dilihat dari segi ekonomi dan nilai bisnis, ini merupakan terobosan besar karena penduduk Indonesia 80% beragama islam, tentunya ini bisnis yang sangat potensial. Meskipun sebagian orang islam berpendapat bahwa bunga bank itu bukan riba tetapi faedah, karena bunga yang diberikan atau diambil oleh bank berjumlah kecil jadi tidak akan saling dirugikan atau didzolimi, tetapi tetap saja bagi umat islam berdirinya bank-bank syariah adalah sebuah kemajuan besar.
Tetapi sistem perbankan syariah di Indonesia masih belum sempurna atau masih ada kekurangannya yaitu masih berinduk pada Bank Indonesia, idealnya pemerintah Indonesia mendirikan lembaga keuangan khusus syariah yang setingkat Bank Indonesia yaitu Bank Indonesia Syariah.
2.4. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (ThreathS). Ada dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:
2.4.1. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal.
Keterangan:
Sel A: Comparative Advantages
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat.
Sel B: Mobilization
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk Comparative Advantage Divestment/Investment Damage Control Mobilization memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.
Sel C: Divestment/Investment
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar.
Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi).
Sel D: Damage Control
Sel ini merupaka kondisi yang paling lemah dari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.
2.4.2. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT
Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya.
Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1.Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T;
Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang peling tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan.
Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama
dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor).
2.Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;
3.Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT.
Tabel 2.3. Skoring Analisis SWOT
Gambar 2.1. Kuadran Hitung Hasil Analisis SWOT Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya
organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual adalah bagaimana penulis menterjemahkan kerangka berpikir dalam melakukan penelitian. Kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini bersumber dari latar belakang permasalahan dan kajian teoritis yang bertujuan untuk membahas dan menjelaskan mengenai faktor-faktor dan kebijakan yang tepat untuk perbaikan proses peningkatan pencapaian laba perusahaan pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada.
Hasil identifikasi faktor-faktor yang menjadi ukuran kemampuan dan kekurangan dari manajemen organisasi akan dipaparkan, serta akan disarankan tindakan yang dianggap perlu diambil untuk meningkatkan kualitas agar organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya. Sedangkan hasil observasi kondisi-kondisi eksternal yang melibatkan para pesaing yang baru tumbuh dan kenyataan secara demografi bahwa masih banyaknya pangsa pasar yang belum tersentuh oleh keberadaan perusahaan sejenis dan perusahaan lain yang bergerak dibidang yang sama sebagai salah satu media informasi yang cepat dan komprehensif.
Hasil evaluasi terhadap kedua faktor-faktor internal perusahaan dan eksternalnya akan menuju kepada suatu kondisi dimana perumusan strategi perusahaan dalam menyikapi persaingan dunia perbankan khususnya produk gadai emas dan tujuannya untuk menjadi pilihan utama minat konsumen sebagai sebuah pilihan untuk melakukan gadai emas, dapat ditentukan dengan mengkaji data empiris yang tersedia.
Dengan demikian secara sederhana kerangka pemikiran konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian Analisis SWOT
Faktor Eksternal
- Peraturan Bank Indonesia
- Pergerakan harga Emas Dunia
Perumusan Masalah
Temu kenali Strategi yang Diimplementasikan Bank Syariah Mandiri
Rivalitas
- Aplikasi dan adaptasi dengan teknologi baru - Sistem manajemen
efisien, efektif dan nonbirokrasi
- SDM yang kompeten Faktor Internal
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yakni suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu (Sinulingga, 2011). Penelitian ini digolongkan pada penelitian survey yaitu dengan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara factual untuk mendapatkan kebenaran (Sinulingga, 2011).
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
1. Data Primer merupakan data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner.
2. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut atau disebut data tidak secara langsung diperoleh dari objek penelitian, data ini berupa sumber studi literatur diantaranya adalah Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada dan hasil-hasil penelitian terdahulu.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini,
pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden.
Jenis pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner merupakan pertanyaan non terstruktur (terbuka) dan pertanyaan terstruktur (tertutup).
Penelitian dilakukan dengan cara:
a. Observasi
Melakukan pengambilan data berdasarkan pengamatan langsung dilapangan dengan melihat kondisi yang terjadi dan melakukan wawancara kepada pihak - pihak yang berhubungan dengan nasabah gadai emas.
b. Penelitian Studi Dokumentasi
Melakukan studi kepustakaan untuk membuat uraian secara teoritis, berdasarkan kajian-kajian teoritis dari buku-buku perpustakan maupun uraian teoritis dari bahan tulisan lain yang berhubungan dalam geladikarya ini dalam mengaplikasikanya tehadap kondisi yang ada pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada.
4.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasinya adalah nasabah Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada yang berjumlah 7000 (tujuh ribu) orang berdasarkan data sampai dengan bulan Agustus 2012.
Kuisioner disebarkan kepada 364 nasabah Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada yang dijadikan sebagai sampel pada penelitian ini. Hal ini
sesuai dengan penentuan jumlah sampel berdasarkan Tabel Kreijie dimana dari hasil jumlah populasi 7.000 orang, jumlah sampel tersebut berada pada 364 responden.
Menurut Sugiyono (2009), Kreijie menentukan jumlah sampel berdasarkan anggapan bahwa populasi tersebar secara normal (dengan tingkat ketelitan 5%, dan tingkat kepercayaan 95%) seperti pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Daftar Tabel Pengambilan Sampel Kreijie
Sumber : Sugiyono, 2009.
Keterangan :
N = Jumlah Populasi S = Sampel
N S N S N S
10
10 220 140 1.200 291 15
14 230 143 1.300 297 20
19 240 147 1.400 302 25
24 250 151 1.500 306 30
28 260 155 1.600 310 35
32 270 159 1.700 313 40
36 280 162 1.800 317 45
40 290 165 1.900 320 50
44 300 169 2.000 322 55
48 320 175 2.200 327 60
52 340 181 2.400 331 65
56 360 187 2.600 335 70
59 380 191 2.800 338 75
63 400 196 3.000 341 80
66 420 201 3.500 346 85
70 440 205 4.000 351 90
73 460 210 4.500 354 95
76 480 214 5.000 357 100
80 500 217 6.000 361 110
86 550 226 7.000 364 120
92 600 234 8.000 367 130
97 650 242 9.000 368 140
103 700 248 10.000 370 150
108 750 254 15.000 375 160
113 800 260 20.000 377 170
118 850 265 30.000 379 180
123 900 269 40.000 380 190
127 950 274 50.000 381 200
132 1.000 278 75.000 382 210
136 1.100 285 100.000 384